0% found this document useful (0 votes)
734 views83 pages

Mikropaleontologi

This document discusses the basic concepts of micropaleontology. It begins by explaining taxonomy, which is the classification of organisms based on certain physical characteristics. It then discusses species as the smallest taxonomic unit, defined by an organism's ability to interbreed. In micropaleontology, species identification is based on overall physical similarity, though this can be difficult depending on microscope quality. Binomial nomenclature is used for naming species scientifically, combining genus and specific epithets. Proper naming conventions require the use of Latin and italics, crediting the original describer, and indicating new species status. Identification of microfossils may sometimes require additional qualifiers for clarity when distinguishing similar forms.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
734 views83 pages

Mikropaleontologi

This document discusses the basic concepts of micropaleontology. It begins by explaining taxonomy, which is the classification of organisms based on certain physical characteristics. It then discusses species as the smallest taxonomic unit, defined by an organism's ability to interbreed. In micropaleontology, species identification is based on overall physical similarity, though this can be difficult depending on microscope quality. Binomial nomenclature is used for naming species scientifically, combining genus and specific epithets. Proper naming conventions require the use of Latin and italics, crediting the original describer, and indicating new species status. Identification of microfossils may sometimes require additional qualifiers for clarity when distinguishing similar forms.
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 83

| 



 


 
 
      !
"#

    $ 


1.

2.

3.

Pendahuluan

Konsep Dasar

Jenis-jenis Mikrofosil

6.

Foraminifera Plangtonik
sub globigerinidae

5.

4.

Taksonomi
Foraminifera

Tahapan Penelitian
Mikrofosil

7.

8.

9.

Foraminfera Plangtonik Sub


Hantkeniidae & Globorotaliidae

Foraminifera
Benthik

Foraminifera Besar

12.

11.

10.

Pengantar
Aplikasi

Pengantar
Nannoplangton

Pengantar Palinologi

13.

14.

Biostratigrafi

Paleoenvironment

% $ 


& !
1. Bignot G., 1982, Les Microfossils, Dunod, Universites, Paris
2. Cushman, J.A., 1950, Foraminifera their classificatiom and
Economic use, Cambridge University Pers, Massachsucets.
3. Lehman, U., 1985, Invertebrete of Paleontology, Freeman &
Company, San Francisco.

 '  !
1. Potuma, J.A., 1971, Manual of Planktonic Foraminifera,
Elsevier Publishing Company, Amsterdam.

  


  

   

1.

Tugas-tugas dan diskusi

25

2.

Ujian Tengah Semester (UTS)

25

3.

Ujian Akhir Semester (UAS)

50

_  



($$

 )(*  
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa
lampau.
Paleo = masa lampau, Onto = kehidupan, logos = ilmu
 +, -  ' ./0 
Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan masa
lampau dalam skala umur geologi.

& 
Studi Paleontologi dibatasi oleh skala waktu geologi yaitu umur termuda adalah
Kala Holosen (0,01 jt. th. yang lalu).

&" $( 
*! , sisa atau jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan kerak
bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, dan dibatasi oleh
umur termuda pada Kala Holosen.



( 

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi meliputi prosesproses pembentukannya dan gejala-gejala yang ada di dalamnya.
Di dalam mempelajarinya terdapat tiga pilar ilmu yang diperlukan, yaitu:
Paleontologi-Stratigrafi, Mineral-Batuan, dan Struktur Geologi.

* 
Sisa atau jejak organisme yang terawetkan di dalam lapisan kerak
bumi, yang terawetkan oleh proses-proses alami, dan dibatasi oleh
umur termuda pada Kala Holosen.
1'! 2! 2'! 
1.
2.
3.
4.

Sisa atau Jejak Organisme. Contoh: tulang, cangkang, , dll


Terawetkan di dalam batuan atau kerak bumi.
Terawetkan secara alami. Contoh: fosil Stegodon di daerah Sangiran
Umur fosil tidak lebih muda dari Holosen (+ 10.000 th).

UKURAN FOSIL
Berdasarkan ukurannya dalam mempelajari fosil dibedakan menjadi dua, yaitu
Mikrofosil, dan Makrofosil
1. Mikrofosil, jika dalam mengamati diperlukan mikroskop.
2. Makrofosil, jika dalam mengamati cukup menggunakan mata tanpa alat
bantu.


 )(*   |  

  +2    3   #  !!  2 ! !  !!
!! ! # 2   + !3 4  
3 #  2    2 !35
&"|'!
  ! 3 '! #   3 6 !'!'  !#4
3  2    2- !3 % !4 .78 5

 !3 #
"  !   '!   !    ! # 2 
 +  6 !!!!  ! 2  2 ! 9  2)9  2 #
  3 6# 2  3   2- !35

|$( ( $%$


5 | 3 6 ' )2 4 !  3 3!!     
'!  ! 25
05 | 2  !'!    ! ! #   ! !!  # 2  5
75 | 3 6 2  '!  ! 2  3 #   3! !
!  ! 24 3  '4 !'  3 2 #5

KONSEP DASAR

Oleh:
Hita Pandita

Program Studi: Teknik Geologi (S-1)


Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta

SEJARAH PERKEMBANGAN
PALEONTOLOGI
Strabo (58 SM 25 M), melihat kenampakan seperti beras pada
batugamping yang digunakan untuk membangun piramid. Fosil
tersebut kemudian dikenal sebagai  .

Abbe Giraud de Saulave (1777)


Law of Faunal Succession (Hukum Urut-urutan fauna)
Jenis-jenis fosil itu berada sesuai dengan umurnya. Fosil pada formasi
terbawah tidak serupa dengan formasi yang di atasnya.

Chevalier de Lamarck (1774 - 1829),


Pencetus Hipotesa Evolusi
Organisme melakukan perubahan diri untuk beradaptasi dengan lingkungannya.

Baron Cuvier (1769 1832)


Penyusun sistematika Paleontologi (Taksonomi)

3illiam Smith (1769 - 1834),


Law of Strata Identified by Fossils (Hukum Mengenali Lapisan Dengan Fosil
Kemenerusan suatu lapisan batuan dapat dikenali dari kandungan fosilnya.

Charles Robert Darwin (1809 - 1882)


Perubahan makhluk hidup disebabkan oleh adanya faktor seleksi alam

KONSEP-KONSEP DASAR
MIKROPALEONTOLOGI

J
J
J
J

Taksonomi
Konsep Spesies
Filogeni
Metode Identifikasi

|
Taksonomi adalah pengelompokan organisme berdasarkan
kesamaan ciri fisik tertentu.
Dalam penyebutan organisme sering dipergunakan istilah taksa
apabila tingkatan taksonominya belum diketahui.
Unit terkecil dalam taksonomi adalah spesies, sedangkan unit
tertinggi adalah kingdom.
Diantara unit-unit baku dapat ditambahkan super jika terletak di
atas unit baku, contoh: super kingdom, merupakan unit yang lebih
tinggi dari kingdom.
Jika ditambahkan sub terletak di bawah unit baku, contoh: sub
filum, terdapat di bawah unit filum.

Protista

Kingdom
Filum

Filum

Filum

Protozoa

2 Filum

Klas

Klas

Klas

Rhizopoda

3 Klas

Ordo

Ordo

Ordo

Foraminifera

Famili

Famili

Famili

Globigerinidae

Genus

Genus

Genus

  

Spesies

Spesies

Spesies

  

   

 
Spesies, merupakan unit terkecil di dalam taksonomi. Pengelompokan
spesies dibatasi oleh kemampuan suatu organisme untuk berkembang biak
dengan organisme yang sama.
Di dalam paleontologi pengelompokan spesies didasarkan atas kesamaan ciri
fisik secara keseluruhan.

Pada mikrofosil terkadang


sangat sulit, bergantung pada
kecanggihan mikroskopnya.

   

 



3 !'!
5

( !3', Pemberian nama di dasarkan pada ciri fisik, dapat berupa:


5& 2 V 
 

, memperlihatkan bentuk tubuh
bulat dan terdiri dua buah.
25    

 


, memperlihatkan struktur tubuh
terputar dengan jumlah kamar yang banyak.

05

'! Pemberian nama yang didasarkan pada lokasi dimana fosil tersebut
pertama kali diketemukan. Contoh:   
 
 Fussulina yang
diketemukan di sumatera.

75

 !  Mencantumkan nama penemunya. Contoh: 4


 
,
Martini adalah penemu fosil tersebut.

 2 *!
5

+3 '&  + 


Dalam penamaan terhadap spesies harus mengkombinasikan dua nama
(binomial). Nama di depan adalah genus sedangkan nama belakang adalah
spesiesnya. Contoh:
 
  
  , genus adalah
 
 
sedangkan spesiesnya adalah 
  .

05

+3 '#
Nama yang pertama kali dikeluarkan merupakan nama yang diprioritaskan
untuk dipergunakan.

75

& !  !


Bahasa yang dipergunakan dalam penamaan adalah bahasa , dan ditulis
miring atau digaris bawahi.

15

  
Nama penemu yang pertama kali harus dicantumkan. Contoh:
     
  Cushman.

/5

3 ! !&
Penamaan pada spesies baru harus ditambahkan kata 5!3. dibelakang
nama fosil, dan hanya dipergunakan sekali pada saat dipublikasikan
pertama kali.

85

!   2 
Suatu fosil kadang sulit untuk diidentifikasikan/dibedakan dengan fosil
yang lainnya. Untuk itu dapat dipergunakan beberapa istilah tambahan
antara lain: ''. (affinitas), +'. (mirip dengan), !3)!33(spesies/spesies
jamak).

| ( ( * 

5

|' 5 Pendekatan morfologi berupa deskriptif kualitatif. Meliputi


bentuk tubuh, struktur yang biasanya berkembang, dan sebagainya.

05

& 4 Pendekatan secara kuantitatif, yaitu berdasarkan ukuran


tubuh dari suatu organisme. Didalam Mikropaleontologi jarang
digunakan karena ukurannya yang sangat kecil.

75

3!!-4 Pendekatan dengan melihat sifat optis dan fisik dari


tubuh keras. Misal: Calcareous nannofosil, Silicieous Palynomorph.

% : % | * 


(& $"

% : % & $


Terdapat tiga jenis batuan di alam, yaitu:
1. Batuan Beku (Igneous Rock)
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
3. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)

BATUAN BEKU
Batuan yang terbentuk akibat proses pembekuan magma
Tersusun oleh mineral-mineral yang saling interlocking

Sampai saat ini belum pernah diketemukan fosil di dalam batuan beku. Hal ini
disebabkan batuan beku terbentuk pada suhu yang sangat tinggi (+ 2000C).
Magma sendiri mempunyai suhu > 6000C.
Tubuh organisme akan hancur suhu > 2000C.

BATUAN METAMORF
Batuan yang terbentuk akibat proses metamorfosis dari batuan yang ada di lapisan
kulit bumi. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen maupun
metamorf.
Pada batuan metamorf derajat rendah yang berasal dari batuan sedimen karbonat
terkadang masih memperlihatkan adanya fosil yang terkristalinitas kuat.

BATUAN SEDIMEN
Batuan yang terbentuk akibat proses sedimentasi, dan litifikasi. Mineral pembentuk
batuan sedimen dapat berasal dari hasil rombakan suatu batuan (beku, sedimen,
dan metamorf), biogenik dan kimiawi.

Klasifikasi batuan sedimen dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal:


1. Klastik dan non klastik
2. Biogenik, Fisik dan Kimiawi.

Sedimen Klastik: tersusun oleh material rombakan yang mengalami


proses transportasi, sedimentasi dan litifikasi.

Grainstone

Batuan sedimen non klastik

Batuan sedimen klastik

Mikro fosil biasanya dapat dijumpai pada batuan-batuan sedimen,


baik klastik maupun non klastik. Sangat umum pada batuan
bertekstur halus.

% : % | * 


  ! 3 '! #   3 6 !'!' 
!#4 3  2    2- !3 % !4 .78 5
3  6 ! '! 
5 |'! # ! + !   2   + 
*' 4 ('  4 !+4  ! 2#5
&!#  ! 2 !  5
05 |'! # 2 !  2 2  !
2  2 ! 34  4  !   !
! 5

 ( | * 


& !  3#4 ! 3 2   
 5  (   5 (
    ! 2  3   !!4 2 3 3
 -5
|'! !  3   
|'! !   *' 4  4 ('  4
3 4 !25

Darat

Transisi

Laut

& $(| * 


$  + '! 4  3     3 6 ! 2
#     '! ! 3 5 
!  2 3   '! 5   3
'!   2 ! 2  3  3
 ! #5

| * 

& $ 
(

& $$

sedikit

melimpah

melimpah

Sangat jarang

Tidak ada

Foraminifera
Kecil

Tidak ada

Sangat jarang

sedikit

melimpah

Tidak ada

Foraminifera
Besar

Tidak ada

Tidak ada

sedikit

melimpah

Tidak ada

Nannoplangton

Tidak ada

Tidak ada

sedikit

melimpah

sedikit

Radiolaria

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

melimpah

Ostracoda

Tidak ada

sedikit

melimpah

sedikit

Tidak ada

Spora & Pollen

& $|$

& $
| 

& $|$

$ (|

 | * 

 | * 


Ada empat tahapan didalam melaksanakan penelitian mikrofosil:
1. Sampling
2. Preparasi
3. Observasi
4. Determinasi

| 

Adalah pengambilan contoh batuan di lapangan untuk dilakukan analisa lebih


lanjut.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel di
lapangan.
1. Jenis batuan
2. Metode sampling
3. Kualitas sampel
4. Jenis sampel

% & $


*! 3#363322 '!  !53  
2 -6 !6 !'!    #363322
  5
 !  3 2 !3 2 2363'! #5
*! ''  + 363323 4 ! 4    !4
23!2  !5
*! *' 2 !43633  4&!

| (| 

5
33 
Pengambilan sampel dengan interval tertentu. Baik untuk penampang
yang tebal, dengan litologi yang seragam. Semakin pendek interval
semakin baik.
&5
;  3 
Dapat dilakukan pada penampang lintasan yang pendek (3-5 m).
Biasanya dilakukan pada litologi yang seragam atau pada perselingan
yang cepat. Sampel diambil pada setiap perubahan unit litologi.

!+3 

(!
6-
% 5< !5=

!



&-

$ |

& ! Harus terhidar dari lapisan pengotor, terutama pollen atau serbuk sari
tumbuh-tumbuhan sekarang.
 3 ! '3  Harus jelas posisi stratigrafinya, sebagai sisipan atau
perlapisan batuan.
!Catat beberapa hal yang penting mengenai sampel, misal: !3 ,
6 !2,  !3 , 3 !3

% |
3 3  adalah sampel yang diambil pada suatu singkapan. Sampel yang
baik adalah yang diketahui posisi stratigrafinya terhadap singkapan yang lain, namun
terkadang pada pengambilan sampel yang acak baru diketahui sesudah dilakukan
analisa umur. Sampel permukaan sebaiknya diambil dengan penggalian sedalam > 30
cm atau dicari yang masih relatif segar (tidak lapuk).

3 3 2 diambil berdasarkan pemboran coring. Pada sampel pemboran


diperlukan kehati-hatian dalam determinasi, karena dapat tercampur dengan fosilfosil jatuhan dari atas.


Adalah proses pemisahan fosil dari batuan dan material pengotor lainnya.
Setiap jenis fosil memerlukan metode preparasi yang berbeda

*|  *; ( ;(


Menggunakan metode residu, digunakan pada batuan sedimen fraksi
halus seperti: batulempung, serpih, batulanau, batupasir gampingan,
dan batugamping klastik halus

1. Ambil + 100 300 gram sedimen kering.


2. Jika keras atau agak keras ditumbuk pelan-pelan dengan alu
besi/porselen.
3. Larutkan sedimen tersebut dengan H2O2 (10-15%) agar
mikrofosil terpisah dari matrik pengikatnya.
4. Tunggu 2-5 jam sampai tidak ada reaksi lagi.
5. Cuci dengan air deras di atas saringan berukuran 30 80 100
mesh.
6. Ambil dan keringkan residu yang tertinggal pada saringan 80
dan 100 mesh dengan menggunakan oven (+ 60OC).
7. Setelah kering masukkan ke dalam kantong plastik dan diberi
label sesuai nomor sampel yang dipreparasi
8. Sampel siap di observasi dan determinasi

*|  *&
&!#63323)233!#
 3#  !4! 3    !#
3!5
 *' 3   # 63  
 3 5( #3   !#3!5

1. Contoh batuan disayat dahulu dengan mesin penyayat/gerinda. Arah


sayatan harus memotong struktur tubuh foraminifera besar.
2. Setelah mendapatkan arah sayatan yang dimaksud, contoh tersebut
ditipiskan pada kedua sisinya.
3. Poleskan salah satu sisi contoh tersebut dengan mempergunakan
bahan abrasif (karborondum) dan air.
4. Tempel sisi tersebut pada objektif gelas (standard international 43 x 30
mm) dengan mempergunakan kanada balsam.
5. Tipiskan lagi sisi lainnya sehingga ketebalan contoh tersebut antara 3050 mm.
6. Tutup sisi lainnya dengan  dan beri label.
7. Sampel siap dideterminasi.



  2- !335(3  
  3 3!4#
J >+! !  )  3 !
J  !  )  !!3 !

    


1. Ambil satu keping contoh batuan segar sebesar + 10 gr., bersihkan
dari kotoran yang menempel dengan sikat halus.
2. Cukil bagian dalam dari sampel tersebut dan letakkan cukilan tersebut
di atas objektif gelas.
3. Beri beberapa tetes aquades untuk melarutkan batuannya dan
ratakan.
4. Buang kerikil-kerikil yang kasar yang tidak larut.
5. Panaskan dengan u   objektif gelas tersebut hingga larutan
tersebut kering.
6. Setelah kering, bersihkan/tipiskan dengan   

supaya lebih
homogen dan tipis.
7. Biarkan mendingin, beri label, sampel siap dideterminasi.

         


|embutuhkan waktu yang lama, namun hasilnya lebih baik.
1. Ambil contoh batuan dengan berat 10-25 gr. Bersihkan dan usahakan
diambil dari sampel yang segar.
2. Larutkan dalam tabung gelas dengan aquades dan sedikit Natrium
bikarbonat (Na2Co3).
3. |asukkan tabung tersebut kedalam ultrasonik vibrator + 1 jam tergantung
pada kerasnya sampel.
4. Saring larutan tersebut dengan mesh 200, kemudian tampung suspensi dan
butiran halusnya kedalam bejana gelas.
5. Biarkan suspensi tersebut mengendap.
6. Teteskan 1-2 tetes pipet kecil dari larutan tersebut di atas gelas objektif dan
panaskan dengan hot plate.
7. Setelah kering teteskan kanada balsam dan dipanaskan hingga lem
tersebut matang dan tutup dengan .
8. Dinginkan dan beri label.
9. Sampel siap dideterminasi.


 

Untuk melepaskan pollen/spora dari mineral-mineral yang melimgkupinya,
dapat dilakukan dengan beberpa tahap preparasi yang mebutuhkan
ketelitian dan ditunjang oleh fasilitas laboratorium yang lengkap, seperti
cerobong asap, ruang asam, tabung-tabung reaksi, sentrifugal dan
sebagainya.
Beberapa larutan kimia yang dibutuhkan adalah: HCl, HF, KOH, dan
HNO3.

 !"
| 3 3  '     '! 5
   3  !34 # 6 ! !3#
  3   3 3!#5
% !6 ! !3#    & 4  !!4  55|
+ |+!+3  + 5

 # ""
     $ %        &

4  4  

  %    %'        
     %    (  

   % 

      %   $ %          ) 
( *(      '       %   %   )  
  $ 

  
      $ %    %     
 &
1. Penamaan menggunakan penamaan berganda/binomial., Contoh: 



 dORBIGNY, 1826
2. Jika mikrofosil sulit diketahui nama spesiesnya, maka dapat dibantu dengan
menggunakan beberapa istilah seperti:
 ( (confer), digunakan untuk membandingkan/ menyamakan dengan
spesies yang mirip, namun ada sedikit perbedaan (keraguan).
+ (( (affinis) digunakan bilamana fosil yang diamati memiliki kemiripan dan
hubungan yang dekat dengan spesies tertentu.
,  (species) dan  Digunakan untuk spesies yang belum diketahui
namanya.
-  (nouvelle species), digunakan untuk spesies terbaru, yang pertama
kali dipublikasikan.
. /  (varietas) untuk membedakan satu subspesies dengan subspesies
dalam spesies yang sama.

*|  *

| *|  *

#0"
0 %  &
 

$  &
  1
 
$  &   
   & 1  
0  & 2   (
 &  %  ' #3  ' 2    '    '
    

| *|  *

 $|&
& 
Foraminifera dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu seksual
dan aseksual dan terjadi saling bergantian.
Hasil dari dua cara perkembang biakan tersebut menghasilkan dua
bentuk tubuh   u
' yaitu: % (   (
|egalosfeer dicirikan proloculus besar cangkang keseluruhan kecil.
|ikrosfeer proloculus kecil cangkang besar.

 $|&
& 

;  *  $|$|
              $ %   
           %   
       
$ % ( % ) %    %    

 

   
         
         
4                         
   
      
  
          
           
  

               
                  
         
  
    
   
           

4 
4     
  
        


  

4             


       
             
      !   
4         "  
                    
     
4 !#            
$
%
'
(

4               
  
4     
             
      &  
4                
      
4              

"

                 
#$            
%$&           

 !
                  ' ' '
' '  '   

& !
        '          
#$                     
   
  
%$ "                      ]
    
K$
                      : 
  ] 

           


#$ (                       
     
%$ "(                          

               2 

K$
(                     V 

 

!                       
     
)    
                  
#   
  
       
  
  
)                    

  
  4          
$
%
'

  
*


"
#$

"               


]
     
 

%$

                


            
     
    

K$

                    : 


       

($

       
 
    

V$

) '        +*,       


V   ]    

 

'$

 *     
  

  

                



  

              +     ,  




 


         
 

   

 

  

s$

                   +  , 


                   +  ,  
      
   

#+$ 4              


   

  

##$ "                    


      +   ,       
 
$%                       
                         + ,
          


#$

                  


      
   
  : 

%$

   (              


             

K$

                   


+    ,    


($

 '             + 


   ,                   

(
#$

                   

%$

   
  

K$

                   


       

         

   

2
 , 

V  
  

  

   

               


  
 
  V            
 
                
  
 

#$

                   


 !  

%$

     -                
       ]  : 

K$

        


2 
  

($

                


     


        

V$

"               
             

 

'$

                  


+     ,

                    

              


 %
" 
$
%
'
(
0

              
     


.     
4   +  
 ,
/         
   
0          

,  


   ((   
''  (* !
J - 
J " 
J 
J 2  
(  (( '  #(++   '
K+$+++ $
'    (( .!
J ( !   ' 
J ( "$



,   


,
"  
  
                  
           
!                     
        
              
   
   
               
  

 
'3  

        

              1 2

  
                       
    
!                     

 

     
  
       
J    

    

J        

               

J4           


#$  / '          
%$/      
      
 


K$/  2 '   
    

  
   

($  /     
    
    
         
    

"& +$513,       


$

4                     
    

%

4                     
 
                 

'

4                 - 
   

(

                  


 $6V                  
   5V

( ( 


4  03
         
    '
       
  
         
        /      
     

  ," 4


#                        
                       
                 
!   4  )

    

        
          

 
 
  

2
 
2
             
   

!  0,'& #%'


#                   
   -                  
! 4  2 7 
!  
 * #s%
  
              
 8          
! #   2 7 

  

! 2

* #'
* 
                  -     
                           
! !   2 7 

!V  0,'&*#Ks


#   
              
                #    
     
!!  2 7 
!m  * *#s%
#   
                 
   -     2       
!#  )  2 7 

!     *#s%


#   
             
    4  #              
!!  2 7 

You might also like