Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
Analisis Kepuasan Pelayanan berdasarkan Lamanya Waktu Tunggu Pelayanan Resep
di Puskesmas Wilayah Kota Tegal (Berdasarkan Permenkes No. 74
Tahun 2016)
Analysis of Service Satisfaction based on the Length of Waiting Time for Prescription
Services in Tegal City Health Center (based on Permenkes No.74 2016)
Sari Prabandari 1, Adilla Prabasiwi1
Politeknik Harapan Bersama1
Email:
[email protected] ABSTRACT
This study aims to determine the satisfaction of patient services based on the waiting time for
prescription drugs and concoction drugs, according to Permenkes No. 74 of 2016 concerning
Pharmaceutical Services Standards in Puskesmas. This type of research is a descriptive study
with quantitative and qualitative approaches. This research was conducted for 5 months, May
2019 - September 2019. The population in this study were all recipes at the Tegal City Health
Center. The sample came from selected sub-district puskesmas representing each sub-district.
A sample of 100 randomized recipes consisting of prescription drugs and medicinal herbs.
Furthermore, interviews were conducted with patients regarding service satisfaction while
waiting for drugs with four dimensions, namely tangebles, responsiveness, assurance, and
empathy. The main research data sources and tools in this study are in the form of observation
sheets of waiting time for prescriptions and guidelines for in-depth interviews with patients.
Based on the results of the study, the results of research conducted related to patient service
satisfaction based on waiting time for prescription services, namely that patients who had been
interviewed were 100 patients from four dimensions of waiting time satisfaction, patients were
satisfied with drug services based on waiting time, with an average waiting time for services
prescription at Tegal City Health Center, which is 6.42 minutes or ≤ 15 minutes for finished
drugs, and 11.68 minutes ≤ 30 minutes for concoction drugs.
Keywords: concoction drugs, non-concoction drugs, Permenkes No. 74 2016, health center,
waiting time.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kepuasan layanan pasien berdasarkan waktu tunggu obat
resep dan obat racikan, menurut Permenkes No. 74 tahun 2016 tentang Standar Layanan
Farmasi di Puskesmas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, Mei 2019 - September 2019.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua resep di Pusat Kesehatan Kota Tegal. Sampel
berasal dari puskesmas kecamatan terpilih yang mewakili masing-masing kecamatan. Sampel
terdiri dari 100 resep acak yang terdiri dari obat resep dan jamu. Selanjutnya, wawancara
dilakukan dengan pasien mengenai kepuasan layanan sambil menunggu obat dengan empat
dimensi, yaitu kusut, daya tanggap, jaminan, dan empati. Sumber data penelitian utama dan alat
dalam penelitian ini adalah dalam bentuk lembar observasi waktu tunggu untuk resep dan
pedoman untuk wawancara mendalam dengan pasien. Berdasarkan hasil penelitian, hasil
penelitian yang dilakukan terkait dengan kepuasan layanan pasien berdasarkan waktu tunggu
untuk layanan resep, yaitu bahwa pasien yang telah diwawancarai adalah 100 pasien dari empat
dimensi kepuasan (tangibels, responsivenes, assurance, dan emphaty) waktu tunggu, pasien
197
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
merasa puas dengan layanan obat, dengan waktu tunggu rata-rata untuk resep layanan di Pusat
Kesehatan Kota Tegal, yaitu 6,42 menit atau ≤ 15 menit untuk obat non ramuan, dan 11,68
menit ≤ 30 menit untuk obat ramuan
Keywords: obat racikan, bukan obat racikan, Permenkes No. 74 2016, puskesmas, waktu
tunggu
PENDAHULUAN Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus
Puskesmas merupakan fasilitas didukung oleh ketersediaan sumber daya
pelayanan kesehatan menyelenggarakan kefarmasian yang berorientasi kepada
upaya kesehatan masyarakat dan upaya keselamatan pasien. Sumber daya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, kefarmasian sebagaimana dimaksud
dengan lebih mengutamakan upaya meliputi sumber daya manusia dan sarana
promotif dan preventif, untuk mencapai prasarana. Untuk menjamin mutu
derajat kesehatan masyarakat yang Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas,
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya harus dilakukan evaluasi mutu Pelayananan
(Arlym, L., 2010). Puskesmas memiliki Kefarmasian sehingga seluruh aspek
beberapa pelayanan kesehatan, salah pelaksanaan pelayanan kefarmasian dapat
satunya adalah instalasi farmasi yang berjalan sesuai dengan tujuan pelayanan
berfungsi untuk melakukan pelayanan kefarmasian di Puskesmas yaitu
kefarmasian yang dalam hal ini adalah meningkatkan mutu pelayanan
menyediakan obat dan perbekalan farmasi kefarmasian, menjamin kepastian hukum
lainnya (Depkes RI, 2006; Bungin, 2007). bagi tenaga kefarmasian, melindungi pasien
Pemerintah menerbitkan Permenkes No. dan masyarakat dari penggunaan Obat yang
74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan tidak rasional dalam rangka keselamatan
Kefarmasian di Puskesmas untuk pasien (patient safety) (Depkes RI, 2014).
dijadikan sebagai pedoman praktik Sebagai pelayanan kesehatan dasar
apoteker dalam menjalankan tugas profesi di Kecamatan, Puskesmas harus
guna melindungi masyarakat dari memperhatikan hal-hal yang terkait
Pelayanan, dan Evaluasi Mutu Pelayanan. dengan pelayanan farmasi terutama waktu
Pelayanan kefarmasian merupakan tunggu pelayanan obat. Penelitian
kegiatan yang bertujuan untuk bertujuan untuk mengetahui kepuasan
mengidentifikasi, mencegah, dan pelayaan pasien berdasarkan waktu
menyelesaikan masalah yang terkait obat. tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat
Dalam meningkatkan kunjungan pasien racikan, berdasarkan Permenkes No. 74
Puskesmas, dan mengurangi keluhan Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
pasien terhadap lamanya waktu tunggu Kefarmasian di Puskesmas.
pelayanan obat, maka puskesmas harus
mampu memberikan pelayanan obat METODE PENELITIAN
kepada pasien dengan cepat dan Metode penelitian ini menggunakan
memberikan pelayanan kesehatan yang penelitian deskriptif dengan pendekatan
berkualitas dan bermutu sehingga mampu kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini
memberikan kepuasan pasien. dilakukan selama 5 bulan yaitu bulan Mei
Standar Pelayanan Kefarmasian di 2019 – September 2019. Populasi pada
Puskesmas berdasarkan permenkes penelitian ini adalah seluruh resep di
meliputi standar pengelolaan Sediaan Puskesmas wilayah Kota Tegal. Sampel
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis berasal dari puskesmas kecamatan terpilih
Habis Pakai, serta standar pelayanan yang mewakili setiap kecamatan. Sampel
farmasi klinik. Penyelenggaraan Standar berjumlah 100 resep secara random
198
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
dimana terdiri dari resep obat jadi dan obat didapatkan data waktu tunggu dilakukan
racikan. Alat yang digunakan untuk wawancara secara mendalam kepada pasien
pengumpulan data waktu tunggu berupa terkait kepuasan pelayanan obat yang
formulir waktu tunggu, stopwatch, alat diberikan oleh farmasi di puskesmas.
tulis, serta pedoman wawancara mendalam
terhadap pasien dan petugas kefarmasian. Tabel 1. Jumlah Sampel Pasien
Peneliti melakukan pengamatan langsung berdasarkan Jenis Resep.
resep pasien di Puskesmas wilayah Kota
Tegal baik racikan maupun non racikan Jenis Resep Jumlah Persentase
yang masuk pada bulan Mei 2019. Sampel
Analisis dan evaluasi lamanya waktu Non Racikan 68 68
tunggu mengacu pada Permenkes No 74 Racikan 32 32
Tahun 2016. Sumber data penelitian Total 100 100
primer dan alat dalam penelitian ini adalah
berupa lembar observasi waktu tunggu Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
resep dan pedoman wawancara mendalam diketahui rata-rata waktu tunggu pelayanan
terhadap pasien terkait kepuasan pada pasien sebagai berikut :
pelayanan kefarmasian dengan metode
empat dimensi: Tabel 2. Waktu Tunggu Pelayanan Resep
a. Pada dimensi tangibles (berwujud)
Jenis Resep Sampel Jumlah Rata-
dalam hal ketersediaan sarana dan
Resep Waktu Rata
prasarana pendukung selama menunggu. Tunggu Waktu
b. Pada dimensi responsiveness (daya ( mnt ) Tunggu
tanggap) dalam hal ketanggapan dan ( mnt )
kesiapan petugasnya dalam melayani Non Racikan 68 437 6,42
resep. Racikan 32 374 11,68
c. Pada dimensi assurance (jaminan /
keyakinan) Dalam hal kepercayaan Hasil dari pengamatan waktu tunggu
pasien selama berlangsungnya poses yaitu 6,42 menit untuk resep obat jadi/non
pelayanan yang diberikan terutama pada racikan dan 11,68 menit untuk resep
kemampuan petugasnya racikan. Hasil ini didapat dengan metode
d. Pada dimensi emphaty (kesediaan untuk pencatatan hasil respon time harian yang
perduli) dalam hal cara sikap petugas diambil secara acak dari mulai pencatatan
melayani dengan lebih ramah dan sopan waktu secara manual ketika resep masuk
santun, keperdulian dalam membantu dan diberi nomor antrian sampai pada
pasien, serta pemberian salam sekaligus waktu penyerahan obat yang tercatat di
bertanya akan keperluan cara minum sistem komputer sebagai waktu akhir,
obat (Nur Leliyah, 2017). selisih waktunya menjadi hasil waktu
tunggu pelayanan resep.
HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil wawancara
Pada penelitian ini diambil 100 terhadap pasien yang menjadi sampel
lembar sampel resep rawat jalan dari bulan berjumlah 100 pasien ketika mereka
Mei 2019 di tiap Puskesmas. Dalam menunggu resep yang sedang dilayani oleh
penelitian dilakukan perhitungan waktu petugas farmasi di Puskesmas diperoleh
tunggu mulai dari resep diserahkan ke hasil :
petugas dan diakhiri ketika obat diterima 1. Tangibles (Berwujud) Tingkat kepuasan
oleh pasien serta mendapat informasi pasien di puskesmas pada dimensi
tentang obat dari petugas dalam hal ini tangible (berwujud) sebanyak 5 orang
adalah Apoteker dan Tenaga Tekhnis yang menyatakan tidak puas, sebanyak
Kefarmasian. Selanjutnya setelah 71 orang yang menyatakan puas,
199
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
sebanyak 24 orang yang menyatakan prasarana pendukung kepada pasiennya
sangat puas. Sehingga bisa dikatakan seperti kursi tunggu, televisi,
dalam proses menunggu dalam koran/majalah, informasi terkait
pelaksanaannya pasien merasa cukup alur/prosedur pelayanan, dan hal terkait
puas. lainnya.
2. Responsiveness (Daya Tanggap) Tingkat b. Pada dimensi responsiveness (daya
kepuasan pasien pada dimensi tanggap) dalam hal ketanggapan dan
responsiveness (daya tanggap) sebanyak kesiapan petugasnya dalam melayani
8 orang yang menyatakan tidak puas, komplain / masalah selama pasien
sebanyak 69 orang yang menyatakan menunggu pelayanan obat.
puas, sebanyak 23 orang yang c. Pada dimensi assurance (jaminan /
menyatakan sangat puas, sehingga bisa keyakinan) dalam hal kepercayaan
dikatan pasien dalam menunggu merasa pasien selama berlangsungnya poses
cukup puas terkait ketanggapan yang pelayanan yang diberikan terutama pada
diberikan oleh petugas farmasi. kemampuan petugasnya selama
3. Assurance (Jaminan /Keyakinan) mengerjakan obat.
Tingkat pada dimensi assurance d. Pada dimensi emphaty (kesediaan untuk
sebanyak 6 orang yang menyatakan tidak perduli) dalam hal cara sikap petugas
puas, sebanyak 83 orang yang melayani dengan lebih ramah dan sopan
menyatakan puas, sebanyak 11 orang santun, keperdulian dalam membantu
yang menyatakan sangat puas, sehingga pasien serta pemberian salam sekaligus
dapat dikatakan pada dimensi keyakinan bertanya akan keperluan cara minum
pasien merasa cukup puas dengan obat.
pelayanan waktu tunggu yang tidak Alur pelayanan resep di Instalasi
lama. Farmasi Puskesmas kota Tegal kurang lebih
4. Empathy kesediaan untuk perduli tingkat sama di tiap masing-masing Puskesmas,
kepuasan pasien dalam pelaksanaan dimulai dari penerimaan resep obat oleh
waktu tunggu sebanyak 1 orang tidak petugas dengan memberi nomor antrian.
puas, 89 orang merasa puas dan 10 orang Setelah mendapat nomor antrian pasien atau
sangat puas, sehingga bisa dikatakan keluarga pasien tinggal menunggu sampai
pada dimensi berdasarkan empaty dari namanya dipanggil dalam hal ini setelah
pelayanan petugas selama pasien obat selesai melalui proses cheking packing
menunggu dengan cukup puas. dan siap diserahkan.
Kepuasan pelayanan kefarmasian Di Instalasi Farmasi Puskesmas,
berdasarkan empat dimensi diatas Apoteker maupun tenaga tekhnis
merupakan hasil yang diperoleh Kefarmasian melakukan pelayanan
berdasarkan waktu tunggu yang dialami Kefarmasian sudah sesuai dengan alur
pasien selama menunggu obat di Puskesmas pelayanan yang telah dimiliki oleh setiap
di Kota Tegal. puskesmas, dimulai dari resep obat yang
masuk selanjutnya dilihat kejelasan dari
PEMBAHASAN resep, rata-rata resep yang masuk sudah
Menurut Permenkes (2016) waktu secara online sehingga penulisan resep
tunggu pelayanan resep dibagi menjadi dua sudah dikatakan dapat terbaca, namun
yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat bilamana terjadi ketidak jelasan penulisan
jadi dan waktu tunggu pelayanan resep obat resep petugas farmasi akan konfirmasi
racikan. Wawancara yang dilakukan langsung ke dokter yang menulis resep.
berdasarkan empat dimensi dari aspek Petugas tenaga tekhnis kefarmasian
kepuasan yaitu : selanjutnya melakukan pengerjaan terhadap
a. Pada dimensi tangibles (berwujud) resep mengambil obat yang tertera pada
dalam hal ketersediaan sarana dan resep serta menuliskan etiket pada obat
200
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
yang sudah dikerjakan. Pengecekan obat barang di puskesmas, setiap puskesmas
dilakukan setelah petugas selesai yang ada rata-rata sudah tepat untuk
melakukan pengerjaan pada resep, check pemenuhan pengambilan obat dengan benar
akhir meliputi pengecekan terhadap obat dan cepat. Obat diletakkan sesuai abjad dan
yang diambil beserta dosis atau jumlah nya, urut sesuai peletakan FIFO (First In First
penulisan aturan pakai obat. Setelah dicek Out), serta disimpan sesuai bentuk sediaan
akhir petugas selanjutnya memanggil sehingga memudahkan dalam pengambilan.
pasien untuk dapat menyerahkan obat yang Penataan barang yang ada instalasi
sudah jadi ke pasien. puskesmas di masing-masing puskesmas
Hasil dari pengamatan waktu tunggu kota Tegal rata-rata sudah baik dan rapi
yaitu 6,42 menit untuk resep obat jadi/non dalam penyusunannya.
racikan dan 11,68 menit untuk resep Berdasarkan hasil observasi waktu
racikan. Dari hasil tersebut dapat dilihat tunggu cepat tidaknya pelayanan terhadap
untuk rata-rata waktu tunggu pelayanan resep juga dilihat dari segi hari dan jam
resep obat non racik telah memenuhi kunjungan pasien. Dari hasil observasi dan
standar pelayanan minimal tentang waktu wawancara waktu tunggu pelayanan resep
tunggu menurut permenkes no 74 tahun pada jam pagi atau jam tidak sibuk
2016 obat jadi yaitu <15 menit, demikian kunjungan memiliki waktu tunggu yang
juga untuk rata-rata waktu tunggu relatif lebih cepat antara jam 07.00-08.30
pelayanan resep obat racik sudah memenuhi dibandingkan yang waktu tunggu jam
standar pelayanan minimal untuk waktu 08.30-10.00. Hal tersebut karena kunjungan
tunggu obat racikan yaitu <30 menit. pasien lebih banyak, sehingga resep yang
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi masuk pun akan lebih banyak. Demikian
juga diketahui dalam penerapan waktu juga dengan hari kunjungan berdasarkan
tunggu di Puskesmas, setiap puskesmas hasil wawancara kepada petugas, hari yang
memiliki sumber daya dan standar alur paling sibuk dalam pelayanan yaitu hari
pelayanan guna menunjang pelayanan senin dan jumat, biasanya pada hari sibuk
resep. kunjungan pasien waktu tunggu pelayanan
Sumber Daya Manusia yang ada di akan sedikit lebih lama dibandingkan hari
Puskesmas di Kota Tegal rata-rata sudah biasa.
memenuhi ketentuan yang ada. Dalam Dikaitkan dengan manajemen mutu,
Instalasi Farmasi Puskesmas terdapat aspek lamanya waktu tunggu pasien dalam
Apoteker dan juga tenaga teknis mendapatkan pelayanan kesehatan
kefarmasian. Jumlah sumber daya manusia merupakan salah satu hal penting dan
yang ada di puskesmas merupakan salah sangat menentukan kualitas pelayanan
satu faktor pendukung terciptanya kesehatan yang diberikan oleh suatu unit
pelayanan kefarmasian dengan maksimal pelayanan kesehatan (Buhang, 2007).
sehingga membuat waktu tunggu pasien Lamanya waktu tunggu tentunya
dalam menerima resep tidak lama. memberikan efek kepuasan pelanggan
(Megawati, Hakim L, Irbantoro D, 2015). dalam hal ini pasien sebagai responden.
Demikian juga yang terdapat pada Banyak penelitian yang menunjukkan
puskesmas dalam pengambilan data, rata- adanya hubungan antara waktu tunggu
rata puskesmas di Kota Tegal memiliki pelayanan resep dengan tingkat kepuasan
tenaga apoteker dan tenaga teknis pasien. Pelayanan resep yang lama akan
kefarmasian yang memiliki SIPA dan menurunkan tingkat kepuasan pasien.
STRTTK dalam instalasi farmasinya. Sedangkan pelayanan resep yang cepat
Faktor yang lain dalam menunjang akan meningkatkan kepuasan pasien dalam
ketepatan pelayanan resep yaitu tempat hal waktu tunggu pelayanan. (Nurjanah I,
penyimpanan obat di instalasi farmasi Maramis FRR, Engkeng S, 2016).
puskesmas, dalam penataan obat atau
201
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
Untuk responden bayi, balita dan Fakultas Kesehatan Masyarakat,
anak-anak mendapatkan waktu tunggu Universitas Indonesia.
pelayanan resep yang cukup lama tentunya Bungin, B. 2007. Metode Penelitian
sangat kurang nyaman apalagi dalam Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
kondisi yang sedang sakit, bagi orang tua Media Group.
dari anak-anak tersebut juga tentunya Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel
merasa kurang nyaman. Untuk responden dan Cara Pengambilan Sampel
usia produktif seperti para pekerja, dalam Penelitian Kedokteran dan
pedagang atau pegawai mendapatkan waktu Kesehatan. Salemba Medika.
tunggu pelayanan resep yang cukup lama Danyel Suryana. 2018. Upaya Menurunkan
juga tentunya sangat merugikan karena Waktu Tunggu Obat Pasien Rawat
mereka harus meninggalkan pekerjaannya Jalan dengan Analisis Lean Hospital
demi mengantri mendapatkan obat. di Instalasi Farmasi Rawat Jalan RS
Mungkin akan berbeda bagi responden usia Atma Jaya. Jurnal ARSI Universitas
lanjut seperti para pegawai pensiunan yang Indonesia. 4 (2). Tersedia di:
sudah purna tugas, kontrol rutin dan http://jounal.fkm.ui.ac.id/arsi/article/
mengantri obat bisa dijadikan sarana untuk download/2553/780
bertemu dengan rekan-rekan kerjanya yang Departemen Kesehatan RI (Depkes RI).
sudah sama-sama purna tugas. Respon 2006. Pedoman Pelayanan
pasien dalam menilai waktu tunggu Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta:
tentunya berbeda-beda, namun waktu Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
tunggu pasien tentunya harus dijadikan dan Alat Kesehatan.
suatu dasar bahwa dengan waktu tunggu Hartono, B. 2010. Manajemen Pemasaran
yang minimal akan memberikan untuk Rumah Sakit. Jakarta: Rineka
kenyamanan serta kepuasan pada pasien. Cipta.
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI).
KESIMPULAN 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian yang (Permenkes) RI Nomor 74 tahun
dilakukan terkait kepuasan pelayanan 2016 tentang Standar Pelayanan
pasien berdasarkan waktu tunggu pelayanan Kefarmasian di Puskesmas. Jakarta:
resep yaitu bahwa pasien yang telah Kemenkes RI
diwawancara sebanyak 100 pasien dari Kusumarini P, Dwiprahasto I, Wardani PE.
empat dimensi kepuasan waktu tunggu, Penerimaan Dokter dan Waktu
pasien merasa puas dengan pelayanan obat Tunggu Pada Peresepan Elektronik
berdasarkan waktu tunggu, dengan rata-rata dibandingkan Peresepan Manual.
waktu tunggu pelayanan resep di Jurnal Manajemen Pelayanan
Puskesmas Kota Tegal yaitu 6,42 menit Kesehatan. 14 (3): 133 – 138.
atau ≤ 15 menit untuk obat jadi, dan 11,68 Megawati, Lukman Hakim dan Dolly
menit ≤ 30 menit untuk obat racikan. Irbantoro. Penurunan Waktu Tunggu
Pelayanan Obat Rawat Jalan Instalasi
DAFTAR PUSTAKA Farmasi Rumah Sakit Baptis Batu.
Anggraeni, Ratih. 2018, Mutu Pelayanan Jurnal Kedokteran Brawijaya. 28 (2):
Kefarmasian di Puskesmas pp. 163-168.
Kecamatan Medan Denai Kota Nur Laeliyah, Heri Subekti. 2017. Waktu
Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Tunggu Pelayanan Rawat Jalan
IMELDA. 4 (1): pp. 415-420 dengan Kepuasan Pasien Terhadap
Arlym, L. 2010. Analisis Kepuasan Pasien Pelayanan di Rawat Jalan RSUD
Terhadap Pelayanan Instalasi Rawat Kabupaten Indramayu. Jurnal Jkes. 1
Jalan Rumah Sakit Ketergantungan (2): pp. 2541-0644. Tersedia di:
Obat Jakarta Tahun 2010. Depok. http://journal.ugm.ac.id/jkesvo
202
Seminar Nasional INAHCO (Indonesian Anemia & Health Conference) 2019
ISBN :
Nurjanah I, Maramis FRR, Engkeng S.
Hubungan Antara Waktu Tunggu
Pelayanan Resep dengan Kepuasan
Pasien di Apotek Pelengkap Kimia
Farma Blu PROF. DR. R.D. Kandou
Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah
Farmasi. 5(1): pp.362-370
Nurma K Purwandari, dkk. 2017. Analisis
Waktu Tunggu Pelayanan Resep
Pasien Rawat di Depo Farmasi
Gedung MCEB RS Islam Sultan
Agung Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 5(1): pp. 103-110.
Purwanto, et al. 2015. Faktor Penyebab
Waktu Tunggu Lama di Pelayanan
Instalasi Farmasi Rawat Jalan RSUD
Blambangan. Jurnal Kedokteran
Brawijaya. 28(2): pp. 159-163.
Siregar, Sri Endang. 2018. Waktu Tunggu
Pelayanan Resep Rawat Jalan Di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Medan: Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara
Sujoko, Aris dan Chalidyanto. 2015,
Djazuly. Analisis Antrian Pelayanan
Obat Non Racikan Di Instalasi
Farmasi Rawat Jalan. Jurnal
Administrasi Kesehatan Indonesia. 3
(2): pp. 99-107.
Suripto. 2013. Gambaran Pengetahuan,
Masa Kerja Petugas dan Waktu
Tunggu Pasien Rawat Jalan Di
Instalasi Farmasi RSUD Surakarta
Tahun 2013.
Toh, L. Shuet. 2011. Patient Waiting Time
As a Key Performance Indicator at
Orthodontic Specialist Clinics In
Selangor. Malaysian Journal of
Public Health Medicine.
Umar I., Oceh M.O., and Umar A.S., 2011.
Patient Waiting Time in a Tertiary
Health Institution in Northern
Nigeria. Journal of Public Health and
Epidemiology
203