0% found this document useful (0 votes)
52 views7 pages

Factors Influencing TB Case Discovery

This document discusses a study on factors affecting the activity level of health cadres in discovering tuberculosis cases in Sonorejo Village, Sukoharjo, Indonesia. The study found a positive relationship between cadres' attitudes and their activity in finding TB cases. It also found a relationship between cadres' family environment and their TB case finding activity. Positive attitudes and a supportive family environment increased cadres' activity in efforts to discover TB cases. The study concluded that collaboration between health cadres and health workers is needed to effectively find TB cases in communities.

Uploaded by

Intan Ayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
52 views7 pages

Factors Influencing TB Case Discovery

This document discusses a study on factors affecting the activity level of health cadres in discovering tuberculosis cases in Sonorejo Village, Sukoharjo, Indonesia. The study found a positive relationship between cadres' attitudes and their activity in finding TB cases. It also found a relationship between cadres' family environment and their TB case finding activity. Positive attitudes and a supportive family environment increased cadres' activity in efforts to discover TB cases. The study concluded that collaboration between health cadres and health workers is needed to effectively find TB cases in communities.

Uploaded by

Intan Ayu
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 7

IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No.

2 – Juli 2019

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Kesehatan dalam Penemuan


Kasus Tuberkulosis di Kelurahan Sonorejo Sukoharjo
Factors Affecting the Activity of Health Caders in the Discovery of Tuberculosis
Cases in Kelurahan Sonorejo Sukoharjo
Novi Indah Aderita1, Erna Zakiyah2
1,2
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo
[email protected]

Abstract: The discovery of tuberculosis cases in Sukoharjo District in 2015 was 242 cases out of 3466
estimates of the number of cases or only reached 6.96%, a decrease compared to 2014 which
reached 8.62%. The new case finding rate (CDR) is still far from the target of 70%. The competency
factor of human resources and the completeness of medical facilities are one of the keys to success.
Health cadres are considered as a reference in handling various health problems including TB, cadres
are expected to actively cope with the spread of TB. The purpose of this study was to determine the
factors that influence the activeness of health cadres in the discovery of tuberculosis cases in
Sonorejo Village Sukoharjo. The design of this study using observational analytic. The study was
conducted in May - June 2018 in Sonorejo Sukoharjo Village. The research subjects were 60 health
cadres who were selected by the fixed disease sampling technique. Independent variables include
attitudes, motivation, socio-economic status, and family environment. Dependent variable is the
activity of health cadres. The instrument used in data collection was a questionnaire and analyzed by
multiple logistic regression tests. The results of this study are: there is a positive and significant
relationship between attitudes and activeness of health cadres in TB case finding (p = 0.05, OR = 4.5),
there is a relationship between family environment and activity of health cadres in finding TB cases (p
= 0.00, OR = 27.2). The results show that positive attitudes and a good family environment increase
the activeness of cadres in efforts to find TB cases. Collaboration between health cadres and health
workers is needed in finding TB cases in the community.

Keyword: Activity of cadres in finding TB, attitude, motivation, socio-economic, family environment

Abstrak: Penemuan kasus tuberkulosis di Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2015 sebanyak 242
kasus dari 3466 perkiraan jumlah kasus atau baru mencapai 6,96%, menurun dibanding tahun 2014
yang mencapai 8,62%. Angka penemuan kasus (CDR) yang baru masih jauh dari target yaitu 70%.
Faktor kompetensi sumber daya manusia dan kelengkapan sarana prasarana medis menjadi salah
satu kunci kesuksesan. Kader kesehatan dianggap sebagai rujukan dalam penanganan berbagai
masalah kesehatan termasuk TB, kader diharapkan untuk aktif menanggulangi persebaran TB. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader kesehatan dalam
penemuan kasus tuberculosis di Kelurahan Sonorejo Sukoharjo. Desain penelitian ini dengan
menggunakan analitik observasional. Penelitian dilaksanakan pada Mei – Juni 2018 di Kelurahan
Sonorejo Sukoharjo. Subjek penelitian berjumlah 60 kader kesehatan yang dipilih dengan teknik fixed
disease sampling. Variabel independen meliputi sikap, motivasi, status sosial ekonomi, dan
lingkungan keluarga. Variabel dependen yaitu keaktifan kader kesehatan. Instrument yang digunakan
dalam pengambilan data adalah kuesioner dan dianalisis dengan uji regresi logistic ganda. Hasil
penelitian ini adalah: terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap dengan keaktifan
kader kesehatan dalam penemuan kasus TB (p = 0.05, OR = 4.5), terdapat hubungan antara
lingkungan keluarga dengan keaktifan kader kesehatan dalam penemuan kasus TB (p = 0.00, OR =
27.2). Hasil menunjukkan bahwa sikap yang positif dan lingkungan keluarga yang baik meningkatkan
keaktifan kader dalam upaya penemuan kasus TB. Kerjasama antara kader kesehatan dengan tenaga
kesehatan diperlukan dalam penemuan kasus TB di masyarakat.
Kata Kunci: Keaktifan kader dalam penemuan TB, Sikap, Motivasi, Sosial Ekonomi, Lingkungan
Keluarga

I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menyerang organ paru – paru (Manulu dan
menular yang disebabkan oleh basil Sukana, 2011). Selain menyerang paru – paru
Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes, 2015). bakteri ini dapat menyerang organ lainnya
TB merupakan penyakit infeksi yang menyerang seperti tulang, kelenjar limfoid, lapisan
golongan penduduk sosial ekonomi rendah dan meningen dan organ tubuh lainnya (Wahyuni
golongan usia produktif yang paling umum dan Artanti, 2013). Hal ini ditularkan dari orang

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 32


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019

ke orang melalui droplet yang berasal dari karena pencapaian penemuan atau rendahnya
tenggorokan dan paru – paru dari penderita TB pelaporan yang dilakukan yang dilakukan
(Manulu & Sukana, 2011). sebanyak 6,96%. Hal ini menunjukkan kinerja
Menurut data World Health Organization penemuan kasus baru BTA positif yang belum
(WHO) Global Tuberculosis Report 2014 maksimal (Dinkes Prov Riau, 2011). Pada tahun
diperkirakan 9 juta orang menderita TB (sekitar 2014 penemuan TB BTA positif di Kabupaten
64% diantaranya TB kasus baru) dan 1,5 juta Sukoharjo sebanyak 240 kasus.
diantaranya meninggal dunia pada tahun 2013 Seiring belum tercapainya target pemerintah
(WHO, 2014). Penyakit TB ini sudah menjadi dalam upaya mengatasi persebaran kasus TB
masalah terutama di negara – negara dengan memberikan otonomi kepada kabupaten
berkembang termasuk Indonesia (Kemenkes RI, melalui strategi DOTS (Directly Observed
2012). Treatment Short course chemotherapy) yang
Penyakit tuberkulosis pada tahun 2014 difokuskan pada penemuan dan penyembuhan
menduduki peringkat kedua penyebab kematian pasien, sejauh ini terbukti belum berjalan
tertinggi akibat penyakit infeksi setelah Human optimal. Masalah ini memerlukan kerjasama
Immunodeficiency Virus (HIV), dimana pada lintas sektor fasilitas pelayanan kesehatan
tahun 2000 – 2013 diperkirakan 37 juta jiwa (fasyankes) dan organisasi yang berbasis
diselamatkan melalui diagnosis yang efektif dan masyarakat seperti lembaga swadaya
tatalaksana yang baik (WHO, 2014). masyarakat (LSM), komunitas dan lain – lain
Prevalensi TB di Indonesia tahun 2013 – yang turut aktif dalam mendukung strategi
2014 per100.000 penduduk sebanyak 660 Global Stop TB Partnership (Amiruddin, et al,
dengan interval tingkat kepercayaan 95% 2013).
sebanyak 523-813 telah dicatat dalam rencana Menurut Direktorat Bina Peran serta
pembangunan jangka menengan nasional 2015- Masyarakat Depkes RI menjelaskan kader
2019. Data profil Kesehatan Jawa Tengah adalah warga masyarakat setempat yang dipilih
(2012), menunjukkan bahwa prevalensi TB dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja
penduduk Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 secara sukarela. Kader merupakan kunci
sebesar 106,42 per100.000 orang. Capaian keberhasilan program peningkatan pengetahuan
CDR (Case Detection Rate) di Jawa Tengah dan ketrampilan bidang kesehatan dalam
tahun 2008 – 2012 tercatat masih dibawah masyarakat. Keberadaan kader di masyarakat
target 100% yang telah ditetapkan. Hal ini juga dalam pengendalian kasus TB paru sangat
didukung dengan angka kesembuhan (Cure strategis, karena kader dapat berperan sebagai
Rate) yang terbukti belum mencapai target 90% penyuluh, membantu menemukan tersangka
dan terus mengalami penurunan setiap penderita secara dini, merujuk penderita dan
tahunnya. sekaligus pengawas menelan obat bagi
Kejadian ini tidak jauh berbeda dengan penderita TB paru secara langsung (Kemenkes
Kabupaten Sukoharjo. Penemuan kasus RI, 2012).
tuberkulosis tahun 2015 sebanyak 242 kasus Menurut Departemen Kesehatan Republik
dari 3466 perkiraan jumlah kasus atau baru Indonesia tindakan penanggulangan TB dapat
mencapai 6,96% angka ini mengalami dilakukan oleh kader TB yang berperan sebagai
penurunan dibanding hasil tahun 2014 yang Pengawas Minum Obat (PMO) dengan cara
mencapai 8,62%. Angka penemuan kasus mengawasi pasien TB agar menelan obat
(CDR) yang baru mencapai 6,96% masih jauh secara teratur sampai selesai pengobatan,
dari target yaitu sebesar 70%, hal ini harus memberi dorongan kepada pasien agar mau
merupakan salah satu prioritas dalam beribat teratur, mengingatkan pasien untuk
menerapkan strategi pemberantasan penyakit periksa ulang dahak pada waktu yang telah
TB paru, karena faktor kompetensi sumber daya ditentukan, memberi penyuluhan pada anggota
manusia dan kelengkapan sarana prasarana keluarga pasien TB yang mempunyai gejala –
medis menjadi salah satu kunci kesuksesan gejala mencurigakan TB untuk segera
(Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, 2015). memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan
Program penanggulangan TB paru dengan (Depkes RI, 2007).
strategi Directly Observed Treatment Short- Kader ini adalah perpanjangan tangan dari
course (DOTS) telah diterapkan di puskesmas puskesmas atau dinas kesehatan kepada
dan rumah sakit pemerintah dengan baik dan masyarakat di wilayah kerjanya. Kader dianggap
pada strategi ini difokuskan pada penemuan sebagai rujukan dalam penanganan berbagai
suspek TB dan menyembuhkan pasien masalah kesehatan termasuk TB (Kemenkes RI,
sehingga akan dapat mencegah penularan 2012). Dari penelitian yang dilakukan di
penyakit TB (Kemenkes RI, 2012). Kabupaten Buleleng tindakan kader kesehatan
Angka CDR penderita TB di Kabupaten dalam pengendalian kasus tuberkulosis masih
Sukoharjo pada tahun 2011 sangat rendah, sangat rendah yang dipengaruhi oleh faktor

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 33


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019

pengetahuan, sikap dan motivasi (Wijaya et al, Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan
2013). Kader Kesehatan dalam Penemuan Kasus
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis Tuberkulosis di Kelurahan Sonorejo Sukoharjo.
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian
II. METODE PENELITIAN Karakteristik Frekuensi Persentase
Penelitian ini merupakan penelitian analitik (%)
observasional menggunakan desain Jenis
korelasional. Penelitian dilaksanakan bulan Mei Kelamin
– Juni 2018 di Kelurahan Sonorejo Sukoharjo. Perempuan 66 100
Jumlah subjek penelitian yang digunakan Pekerjaan
sejumlah 66 subjek dengan teknik pengambilan Ibu Rumah 53 80.3
subjek fixed disease sampling. Teknik Tangga
pengumpulan data menggunakan kuesioner. Wiraswasta 13 29.7
Analisis data menggunakan uji regresi logistic Pendapatan
ganda. Keluarga
Analisis univariat digunakan untuk < UMR 43 65.2
mendeksripsikan masing-masing variable ≥ UMR 23 34.8
dengan distribusi frekuensi atau proporsi. Pendidikan
Analisis bivariat digunakan untuk menguji Lulus SD 10 15.2
hipotesis penelitian. Analisis multivariate Lulus SMP 29 43.9
digunakan untuk melihat variable yang paling Lulus SMA 19 28.8
dominan dan bermakna dari variable bebas Lulus D1 – 3 4.5
yang meliputi sikap, motivasi, sosial ekonomi D3
dan lingkungan keluarga terhadap keaktifan Lulus D4 – 5 7.6
kader dalam penemuan kasus TB S1
Variabel Keaktifan % P Usia
independen Tidak Aktif < 35 Tahun 18 27.0
Aktif ≥ 35 Tahun 48 73.0
Sikap Lama
Negatif 72.2 27.8 Menjadi
Positif 27.1 72.9 0.002 Kader
Motivasi ≤10 Tahun 54 81.8
Rendah 58.1 41.9 >11 Tahun 12 18.2
Tinggi 22.9 77.1 0,008
Sosial ekonomi 2. Analisis Univariat
Rendah 57.7 42.3 Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa
Tinggi 27.5 72.5 0,02 kader kesehatan sebagian besar mempunyai
Lingk Keluarga sikap yang baik (72,7%). Hasil penelitian
Kurang 86.4 13.6 menunjukkan kader kesehatan hampir memiliki
Baik 15.9 84.1 0,00 proporsi yang sama antara motivasi yang tinggi
dengan motivasi yang rendah yaitu 53% dan
47%. Kader kesehatan sebagian besar
III. HASIL PENELITIAN mempunyai status ekonomi yang tinggi yaitu
1. Karakteristik Subjek Penelitian 65,2%. Terkait dengan lingkungan keluarga,
Berdasarkan karakteristik subjek penelitian 66,7% kader kesehatan berada pada lingkungan
menunjukkan bahwa seluruh subjek penelitian baik. Sebagian besar kader kesehatan berperan
berjenis kelamin perempuan yaitu 100%. Subjek aktif dalam tindakan penemuan kasus TB yaitu
penelitian dilihat dari pekerjaan sebagian besar sebesar Gambaran tentang sikap, motivasi,
sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 70%. sosial ekonomi dan lingkungan keluarga
Pendapatan keluarga selama satu bulan lebih ditampilkan dalam tabel 2.
banyak yang berpenghasilan ≥ UMR yaitu
sebanyak 73%. Sebagian besar subjek
penelitian mempunyai latar belakang pendidikan
SMA yaitu sebanyak 56%. Usia subjek
penelitian lebih banyak berusia lebih dari 35
tahun yaitu 73%.

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 34


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019

Tabel 2. Hasil Analisis Univariat Hasil pemodelan akhir uji regresi logistik
Variabel Frekuensi Persentase pada variabel lingkungan keluarga
(%) menunjukkan nilai p = 0.00 dengan OR = 27.2
Sikap (95% CI : 6.031 - 122.941). Artinya, lingkungan
Positif 48 72.7 keluarga berpengaruh 27.2 kali besar
Negatif 18 27.3 terhadap keaktifan kader dalam penemuan
Motivasi kasus tuberculosis.
Tinggi 35 47.0 Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat
Rendah 31 53.0 No Varia Nilai B p POR 95% CI
bel value Exp(B)
Sosial
Ekonomi 1 Sikap 0.957 -
Tinggi 40 60.6 1.504 0.05 4.501
21.171
Rendah 26 39.4
Lingkungan 2 Lingku 6.031 -
ngan 3.304 0.00 27.231 122.94
Keluarga 1
Baik 44 66.7
Kurang Baik 22 33.3 Const -2.798
Keaktifan ant
Kader
Aktif 18 27.0
Tidak Aktif 48 73.0 IV. PEMBAHASAN
1. Hubungan antara Sikap dengan Keaktifan
3. Analisis Bivariat Kader dalam Tindakan Penemuan Kasus
a. Hubungan antara sikap dengan keaktifan Tuberkulosis
kader kesehatan Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
Berdasarkan uji chi square diperoleh hubungan antara sikap kader kesehatan dengan
bahwa sikap berhubungan dengan keaktifan kader dalam tindakan penemuan
keaktifan kader kesehatan dalam kasus tuberculosis. Hubungan positif dan
penemuan kasus tuberculosis, signifikan.
ditunjukkan dengan nilai p=0,002. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
b. Hubungan antara motivasi dengan sebelumnya yaitu Wijaya (2013) yang
keaktifan kader kesehatan menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
Berdasarkan uji chi square diperoleh bermakna antara sikap kader kesehatan dengan
bahwa motivasi berhubungan dengan aktivitas dalam pengendalian kasus
keaktifan kader kesehatan dalam pengendalian tuberculosis dengan hilai OR
penemuan kasus tuberculosis, didapatkan sebesar 8,08. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan nilai p=0,008. disimpulkan bahwa kader kesehatan yang
c. Hubungan antara status sosial ekonomi mempunyai kemungkinan untuk aktif 8 kali lebih
dengan keaktifan kader kesehatan tinggi daripada kader kesehatan yang memiliki
Berdasarkan uji chi square diperoleh sikap kurang.
bahwa status sosial ekonomi Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
berhubungan dengan keaktifan kader yang telah dilakukan oleh Hoko, et al (2015)
kesehatan dalam penemuan kasus yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
tuberculosis, ditunjukkan dengan nilai antara sikap kader tentang tugas
p=0,02. pengembangan kader dengan tindakan
d. Hubungan antara lingkungan keluarga penemuan kasus TB oleh kader di masyarakat
dengan keaktifan kader kesehatan (p=0,014) dan hasil uji koefisien korelasi
Berdasarkan uji chi square diperoleh (r=1,000) yang mempunyai arti terdapat korelasi
bahwa lingkungan keluarga berhubungan yang kuat.
dengan keaktifan kader kesehatan Sikap merupakan reaksi atau respon
dalam penemuan kasus tuberculosis, seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
ditunjukkan dengan nilai p=0,00 stimulus atau objek. Dari berbagai batasan
tentang sikap dapat disimpulkan bahwa
Hasil pemodelan akhir uji regresi logistik manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
pada variabel sikap menunjukkan nilai p = 0.05 dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dengan OR = 4.5 (95% CI : 0.957 - 21.171). dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
Artinya, sikap positif kader berpengaruh 4,5 kali nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
besar terhadap keaktifan kader dalam reaksi terhadap stimulus tertentu. Sikap belum
penemuan kasus tuberculosis. merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
tetapi merupakan predisposisi tindakan atau
perilaku (Rahman et al, 2010).

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 35


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019

Sikap kader kesehatan merupakan domain terdapat hubungan yang positif dan signifikan
yang sangat penting sebagai dasar kader antara motivasi kader dengan penemuan
kesehatan dalam pengendalian kasus suspek tuberculosis paru di Puskesmas
tuberculosis. Factor-faktor yang mempengaruhi Sanankulon, baik secara simultan dan parsial.
perilaku seseorang salah satunya adalah sikap 3. Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan
dari orang tersebut (Basri, et al, 2009). Hasil Keaktifan Kader dalam Tindakan Penemuan
penelitian lain yang juga sejalan dengan Kasus Tuberkulosis.
penelitian tersebut antara lain dari hasil Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak
penelitian didapatkan hubungan yang positif dan terdapat hubungan antara social ekonomi kader
signifikan Antara sikap kader dengan penemuan kesehatan dengan keaktifan kader kesehatan
suspek tuberculosis paru di Puskesmas dalam penemuan kasus tuberculosis.
Sanankulon, baik secara simultan maupun Hasil penelitian sebelumnya dari Anisah et al
parsial. Hal tersebut juga didukung penelitian (2017), telah mengungkapkan hal serupa bahwa
yang diperoleh hasil terdapat hubungan antara tidak terdapat hubungan antara social ekonomi
sikap kader kesehatan tentang TB paru dengan kader kesehatan dengan keaktifan kader
penemuan penderita TB paru di wilayah kesehatan dalam penemuan kasus tuberculosis.
puskesmas Plupuh I Kecamatan Plupuh Dalam penelitian tersebut didapatkan analisis
Kabupaten Sragen Jawa Tengah (Chatarina, bivariate Antara status social ekonomi dengan
2007). keaktifan kader dalam penemuan tuberculosis
2. Hubungan antara Motivasi dengan Keaktifan dengan nilai p value 0,155. Hasil penelitian
Kader dalam Tindakan Penemuan Kasus bertentangan dengan penelitian Mintjelungan
Tuberkulosis. (2011), yang menggunakan metode korelasional
Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak dimana terdapat hubungan positif antara status
terdapat hubungan Antara motivasi kader social ekonomi dengan prestasi belajar
kesehatan dengan keaktifan kader dalam mahasiswa dengan koefisien korelasi sebesar
tindakan penemuan kasus tuberculosis. 0,54. Berbeda lagi dengan penelitian Anggraini
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang (2015), yang menyimpulkan tidak terdapat
telah dilakukan oleh Wijaya (2013) yang hubungan antara status social ekonomi dengan
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu (p
signifikan antara motivasi kader kesehatan values=0,912).
dengan keaktifan kader kesehatan dengan nilai Menurut Sari (2015), status social ekonomi
p=0,018 atau lebih kecil dari 0,05, hal ini dapat seperti halnya 2 cabang ilmu yang berbeda,
disimpulkan bahwa ada hubungan yang namun diantara keduanya sebenarnya terdapat
bermakna antara motivasi kader kesehatan kaitan yang erat, salah satu kasusnya jika
dengan aktivitasnya dalam pengendalian kasus keperluan ekonomi tidak terpenuhi maka akan
tuberculosis, kader kesehatan yang mempunyai menimbulkan dampak social di masyarakat.
motivasi tinggi mempunyai kemungkinan untuk Dampak social di masyarakat tentunya bias
aktif 15 kali lebih tinggi daripada kader diminimalisir dengan adanya dukungan dari
kesehatan yang tingkat motivasinya rendah. tokoh masyarakat seperti hasil penelitian
Motivasi berarti menggerakkan atau Umayana dan Widya (2011), adanya dukungan
dorongan. Proses terjadinya motivasi yaitu suatu tokoh masyarakat yang kurang, berpeluang 1,52
kebutuhan adalah keadaan internal yang kali menyebabkan kader tidak aktif pada
menyebabkan hasil-hasil tertentu tampak kegiatan Posbindu.
menarik, dimana suatu kebutuhan yang 4. Hubungan antara Lingkungan Keluarga
terpuaskan akan menciptakan tegangan yang dengan Keaktifan Kader dalam Tindakan
merangsang dorongan-dorongan di dalam Penemuan Kasus Tuberkulosis.
individu tersebut. Dorongan ini menimbulkan Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
suatu perilaku pencarian untuk menemukan hubungan antara lingkungan keluarga kader
tujuan-tujuan tertentu, dimana jika tujuan kesehatan dengan keaktifan kader kesehatan
tersebut tercapai, akan dapat memenuhi dalam penemuan kasus tuberculosis.
kebutuhan yang ada dan mendorong ke arah Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
pengurangan tegangan. yang dilakukan oleh Anisah et al (2017) yang
Motivasi kader kesehatan merupakan domain menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan
yang sangat penting sebagai dasar kader Antara lingkungan keluarga dengan keaktifan
kesehatan dalam melakukan keaktifannya kader dalam penemuan kasus tuberculosis
dalam pengendalian kasus tuberculosis. Factor- dengan p values 1,000. Penelitian ini juga
faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang sejalan dengan hasil penelitian Umayana dan
salah satunya adalah motivasi dari orang Widya (2011), yang menyimpulkan bahwa
tersebut. Hasil penelitian lain yang sejalan dukungan keluarga sangat berperan dalam
Antara lain penelitian yang diperoleh hasil yaitu mendorong minat atau kesadaran seseorang

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 36


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019

untuk mengikuti kegiatan posbindu (p Amiruddin F, Indra FI, Muhammad AR. 2013.
values=0,001). Peran keluarga memang sangat Implementasi Strategi AKMS dalam
berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat, Penanggulangan TB Paru oleh ‘Aisyiyah
jika anggota keluarga berperan positif, maka Muhammadiyah di Kota Makassar. Karya
masyarakat akan berpartisipasi sesuai dengan Tulis Ilmiah, FKM Unhas Makassar,
sikap anggota keluarganya, begitu pula Makassar.
sebaliknya.
Tidak adanya hubungan Antara lingkungan Basri C, Bergstrom K, Walton W, Surya A,
keluarga dengan keaktifan kader bias jadi Voskens J and Metha E. (2009).
karena kurangnya partisipasi anggota keluarga Sustainable Scaling Up of Good Quality
untuk ikut peran kader dalam mensosialisasikan Health Worker Education for
tuberculosis. Lingkungan keluarga memang Tuberculosis Control in Indonesia: a
merupakan lingkungan yang berpengaruh Case Study-Human Resources for Health
terhadap pengetahuan dan perilaku seseorang 7 (85).
termasuk pula dalam hal keaktifan menjadi
kader. Namun lingkungan keluarga tidak serta Chatarina, UW. 2007. Upaya Pencapaian Target
merta mempengaruhi keaktifan kader, yang BTA Positif pada Suspek TBC di
mungkin dipengaruhi oleh factor lebih spesifik Kabupaten Timor Tengah Selatan,
dukungan dan partisipasi suami. Provinsi NTT. Jurnal Administrasi
Kebijakan Kesehatan 5 (1).
V. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat Depkes RI. 2007. Pedoman Penanggulangan
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Tuberkulosis. Jakarta: Departemen
sikap dengan keaktifan kader dalam penemuan Kesehatan Republik Indonesia. P;3
kasus tuberculosis. Sikap yang positif
meningkatkan keaktifan kader dalam penemuan Dinas Kesehatan Provinsi Riau. 2013. Laporan
kasus tuberculosis. Terdapat hubungan yang Tahunan Pengendalian Tuberkulosis.
signifikan antara lingkungan keluarga dengan Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi
keaktifan kader dalam penemuan kasus Riau
tuberculosis
Saran yang dapat diberikan yaitu agar lebih Dinas Kesehata Kabupaten Sukoharjo. (2015).
mensosialisasikan penyakit tuberculosis kepada Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.
kader kesehatan yang berperan sebagai tangan Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten
panjang Puskesmas. Perlunya pelatihan kepada Sukoharjo
kader kesehatan tentang penemuan kasus
tuberculosis. Resposden (kader kesehatan) Hoko SS, Ninuk DK, Herdina M. 2015.
disarankan agar dapat membantu penemuan Hubungan Pengetahuan dan Sikap
kasus tuberculosis sehingga penemuan kasus Kader Posyandu tentang Tugas
akan sesuai dengan pencapaian target. Pengembangan Kader terhadap
Pemerintah diharapkan dapat meningkatkan Tindakan Penemuan Kasus TB Paru di
upaya promosi kesehatan dalam upaya Puskesmas Lite. Fakultas Keperawatan.
mensukseskan pencapaian target penemuan Univeritas Airlangga.
kasus tuberculosis sesuai standar yang
ditetapkan oleh WHO. Kemenkes RI. 2012. Pedoman Pelaksanaan
Hari TB Sedunia 2011. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik
DAFTAR PUSTAKA Indonesia.

Anggraini, S. 2015. Faktor-Faktor yang Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia
Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Tahun 2014. Jakarta : Kementerian
Balita dalam Kegiatan Posyandu di Kesehatan Republik Indonesia.
Provinsi Lampung. Jurnal Kebidanan
Adla Bandar Lampung 2 (2). Manulu H, Sukana B. 2011. Aspek Pengetahuan
Sikap dan Perilaku Masyarakat
Anisah IA, Yuli K, Badar K. 2017. Faktor-Faktor Kaitannya dengan Penyakit TB Paru.
yang Berhubungan dengan Keaktifan Media Litbang Kesehatan, 21 (1)
Kader Communty TB Care ‘Aisyiyah’
Surakarta. Jurnal Kesehatan 10 (2). Mintjelungan, M. 2011. Hubungan Status Sosial
Ekonomi dan Keaktifan Belajar terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 37


IJMS – Indonesian Journal On Medical Science – Volume 6 No. 2 – Juli 2019

Pendidikan Teknik Elektro Konsentrasi Suspek Tuberkulosis. Departemen


Pendidikan Informatika Fakultas Teknik Epidemiologi Fakultas Kesehatan
UNIMA. Vokasi Jurnal Pendidikan dan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal
Kejuruan 2 (1). Kesehatan Masyarakat Nasional

Rahman SM, Ali Na, Jenning I, Habibur M, Wijaya, IMK. 2013. Pengetahuan, Sikap, dan
Seraji R, Mannan I, Mahmud AB, Bari S, Motivasi terhadap Keaktifan Kader dalam
Hossain D, Das K, Abdullah, Baqui H, Pengendalian Tuberkulosis. Jurnal
Arifeen SE and Winch PJ. 2010. Factors Kesehatan Masyarakat 8 (2).
Affecting recruitment and Retention of Wijaya IMK, Murti B, Suriyasa P. 2013.
Community Health Workers in a Newborn Hubungan Pengetahuan Sikap dan
Care Intervention in Bangladesh. Human Motivasi Kader Kesehatan dengan
Resources for Health 8 (12). Aktivitasnya dalam Pengendalian Kasus
Tuberkulosis di Kabupaten Buleleng.
Sari, A. 2015. Hubungan antara Tingkat Sosial Jurnal Magister Kedokteran Keluarga
Ekonomi dengan Sanitasi Lingkungan di
Asrama Polisi. Pendidikan Geografi IKIP World Health Organization. 2014. Global
Veteran. Semarang. Skripsi tuberculosis report 2014. Retrieved from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/1
Umayana HT, Widya HC. 2011. Dukungan 37094/1/9789241564809_eng.pdf
Keluarga dan Tokoh Masyarakat
terhadap Keaktifan Penduduk ke World Health Organization. 2015. Global
Posbindu Penyakit Tidak Menular. Jurnal tuberculosis report 2015. Retrieved from
Kesmas 11 (1) http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/1
91102/1/9789241565059_eng.pdf
Wahyuni CU, Artanti KD. 2013. Pelatihan Kader
Kesehatan untuk Penemuan Penderita

ISSN 2355-1313 (Print) 2623-0038 (Online) - ijmsbm.org 38

You might also like