Bandung's PR Strategy for COVID-19 Crisis
Bandung's PR Strategy for COVID-19 Crisis
E-ISSN. 2685-7650
Vol 3 No 2 (2021) pp 119-128
Artikel Disubmit 24 Agustus 2021 Revisi 2 Desember Revisi Diterima 8 Desember
Abstract: Public relations has an important role in solving crisis problems. In the midst of the crisis caused
by Covid-19, Public Relations of the Bandung City government needs to carry out its roles, duties and
functions to carry out the strategy for handling the Covid-19 crisis. This research uses a literature study
approach by collecting data or sources related to the topic raised in the research, as well as reviewing
various literatures, both in the form of note and book. The data that has been obtained were analyzed using
descriptive analysis method. The result shows that the Bandung City Government Public Relations crisis
communication strategy in dealing with the Covid-19 pandemic crisis, in the early stages of the crisis, is to
form knowledge about the COVID-19 pandemic crisis in the organization's internal environment through
various communication media used by organizational members or in this case ASN and employees of the
Bandung City Government. The next stage is to shape the perception of the people of Bandung City by
providing message, information, and education about Covid-19, as well as socializing the policies and steps
taken by the Bandung City Government in dealing with the Covid-19 pandemic crisis to the people of
Bandung. Then the last strategy is to restore image and reputation through improving the quality of
communication between the government and the community, as well as carrying out media relations
activities to publish positive news about COVID-19 handlers in the Bandung City.
Abstrak: Humas memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah krisis. Di tengah krisis yang
diakibatkan Covid-19 Humas pemerintah Kota Bandung perlu menjalankan peran, tugas dan fungsinya untuk
menjalankan strategi penanganan krisis Covid-19. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam
penelitian, serta melakukan penelaahan terhadap berbagai literatur, baik yang berupa catatan maupun buku.
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan
bahwa strategi komunikasi krisis Humas Pemerintah Kota Bandung dalam menangani krisis pandemi Covid-
19, pada tahap awal krisis, adalah membentuk pengetahuan tentang krisis pandemi covid 19 di lingkungan
internal organisasi melalui berbagai media komunikasi yang digunakan oleh anggota organisasi atau dalam
hal ini ASN dan karyawan Pemerintahan Kota Bandung. Tahap selanjutnya adalah membentuk persepsi
masyarakat Kota Bandung dengan memberikan pesan, informasi, dan edukasi tentang Covid-19, serta
melakukan sosialisasi kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam
menangani krisis pandemi Covid-19 kepada masyarakat Bandung. Lalu strategi yang terakhir adalah
memulihkan citra dan reputasi melalui peningkatan kualitas komunikasi antara pemerintah dan masyarakat,
serta menjalankan kegiatan media relations untuk mempublikasikan berita positif tentang penangan covid 19
di Kota Bandung.
Pendahuluan
Krisis adalah suatu hal yang dapat secara tiba-tiba datang tanpa disadari. Krisis berarti
suatu hal yang berbahaya yang sifatnya dapat merusak dan juga berdampak buruk bagi
organisasi atau lembaga. Di tengah krisis yang melanda tersebut, seorang Humas dituntut untuk
119
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021
mampu mengendalikan dampak yang dihasilkan dari krisis atau bahkan mencegah terjadinya
krisis. Saat krisis terjadi, semua komponen dalam institusi atau organisasi dapat lumpuh. Itulah
sebab krisis harus segera ditangani.
Salah satu cara untuk memperkecil dampak dari krisis yaitu melakukan pencegahan krisis
(Pra-krisis). Humas adalah sebuah bagian dalam perusahaan atau lembaga yang dapat menjadi
referensi dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan yang akan diambil oleh suatu
perusahaan, yang berarti Humas mengambil penting dalam memberikan kontribusi dalam
menangani krisis (Kurniawati, 2019; Ulfa et al., 2019). Dalam hal ini Humas membuat suatu
perencanaan dalam menangani suatu krisis, di mana perencanaan tersebut disebut dengan
manajemen krisis. Dengan adanya manajemen krisis, Humas dapat mengatur dan mengetahui
apa yang harus dilakukan ketika krisis sedang terjadi pada institusi tersebut, terlebih lagi salah
satu tugas Humas adalah untuk menangani krisis (Yulianti & Boer, 2020).
Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba atau suatu keadaan yang tidak dapat
dihindari oleh organisasi. Setiap organisasi atau lembaga, baik kecil maupun besar, memiliki
kemungkinan untuk mengalami krisis, di mana sumbernya bisa berasal dari dalam maupun luar
(Herlikano & Lestari, 2020; Nugraha & Choerunnisa, 2020; Maulidiyanti et al., 2018). Krisis
dinilai sebagai situasi yang menyebabkan kerusakan-kerusakan fisik dan nonfisik, seperti
peristiwa yang membahayakan jiwa manusia (meninggal atau luka-luka), financial cost, merusak
sistem organisasi dan lingkungan secara keseluruhan, khususnya bagi korban dan kerusakan
reputasi organisasi (Kriyantono, 2015). Krisis dianggap sebagai kondisi yang menakutkan
sehingga banyak institusi memilih untuk menghindarinya (Jessica & Ilfandy, 2018). Oleh sebab
itu, krisis harus ditangani dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan manajemen krisis dan
komunikasi krisis yang cepat dan tepat agar krisis tidak menyebar luas dan reputasi organisasi
tetap baik di mata publik.
Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator bagi masyarakat dalam peristiwa krisis akibat
pandemi Covid-19 merupakan salah satu garda terdepan dalam bidang manajemen untuk
menyelesaikan krisis. Oleh karena itu bidang kehumasan yang berperan sebagai fasilitator
komunikasi mengemban tugas untuk menjalankan perannya untuk membuat dan menjalankan
strategi komunikasi yang tepat untuk menangani krisis yang terjadi (Gandariani, 2019).
Komunikasi krisis memegang peranan penting dalam penanganan krisis. Komunikasi
krisis bertujuan untuk menyampaikan setiap pesan agar dapat diterima dengan baik oleh
pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat (Nahar, 2020). Public Relations atau
Humas bertanggung jawab membantu mengatasi krisis dengan cara menjamin bahwa publik
dilayani dengan baik oleh organisasi. Public Relations atau Humas menyarankan manajemen
untuk menerapkan strategi komunikasi yang memungkikan organisasi beradaptasi dengan situasi
di lingkungannya (Kriyantono, 2015). Dalam konteks ini Humas memiliki peran yang sangat
penting untuk membuat strategi komunikasi dan diimplementasikan dengan baik agar dapat
membantu manajemen krisis dan krisis dapat segera teratasi.
Humas bertugas untuk menyelesaikan masalah melalui strategi yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga dan juga menjadi fasilitator untuk menjalin hubungan baik dengan pihak
eksternal dan juga internal perusahaan (Sjoraida & Anwar, 2018). Selain itu setelah krisis terjadi
seorang Humas harus mencari cara agar krisis yang serupa tidak terjadi lagi bagi institusi
sehingga ketika krisis menyerang kembali institusi sudah siap untuk menanganinya sehingga
krisis tersebut dapat teratasi sebelum menyerang institusi.
Saat ini Virus Corona atau Covid-19 bukan hanya menjadi permasalahan di negara
Indonesia namun tengah menjadi perhatian dunia. Kasus ini dimulai dengan pneumonia atau
radang paru-parus misterius yang awalnya terjadi pada Desember 2019. Virus ini diduga
berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis binatang yang
tidak lazim dikonsumsi. Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan
dipasar hewan tersebut. Virus Corona atau Covid-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain
yang dimakan manusia sehingga terjadi penularan.
Indonesia menjadi salah satu Negara yang terdampak wabah Covid-19. Penyebaran virus
yang begitu cepat dan tingkat kematianya yang cukup tinggi, membuat pandemi Covid-19 ini
menjadi krisis bagi negara Indonesia. Dampak wabah ini melanda berbagai sektor, mulai dari
pemerintahan, pendidikan, ekonomi/bisnis serta kesehatan. Keresahan yang dialami masyarakat
bukan hanya timbul karena penjelasan tentang virus tersebut, melainkan juga akibat dari
pemberitaan yang muncul pada media massa. Sebagai media massa seharusnya dapat menjadi
sarana edukasi bagi khalayak, namun yang terjadi di Indonesia adalah sebaliknya. Beberapa
berita di media cenderung semakin memperkeruh keadaan. Media hanya fokus pada korban yang
diduga positif terjangkit virus dibanding memberikan informasi mengenai penanggulangan atau
pencegahan virus itu sendiri. Media menjadi alat propaganda yang efektif dan membentuk
perilaku khalayak. Dalam keadaan darurat seperti ini kehati-hatian sangat penting agar tidak
terjadi disinformasi yang dapat membuat suasana semakin tidak kondusif.
Di tengah kondisi ini, Humas pemerintahan perlu merangkul media massa agar dapat
memberikan informasi yang baik, agar masyarakat tidak panik dalam menanggulangi wabah
Covid-19. Humas pemerintahan harus memahami terhadap publiknya melalui perilaku
komunikasi yang dilakukan oleh publik itu sendiri, memberikan informasi penting kepada publik
dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk mengendalikan masyarakat. mempersiapkan
langkah awal untuk mengurangi jumlah masyarakat yang terkena virus ini, lalu tindakan seperti
apa yang harus disiapkan serta dilakukan dengan tepat agar upaya pengurangan jumlah
masyarakat yang terkena virus ini berjalan efektif. Dalam mempersiapkan langkah-langkah yang
akan dibuat, pemerintah harus mengumpulkan beberapa data yang konkrit dari berbagai sumber
sebagai media informasi untuk menyusun strategi dan memilih prosedur yang paling sesuai
dalam menghadapi krisis tengah dihadapi sekarang agar memperoleh hasil atau kensekuensi
yang tentunya dapat diterima, dipahami dan bisa dipatuhi oleh masyarakat.
Keberadaan atau kedudukan Humas secara lebih operasional menyatu pada fungsi dan
perannya dalam suatu perusahaan ataupun organisasi. Peran Humas dalam suatu organisasi
dibagi menjadi 4 kategori (Ruslan, 2014). Satu, Penasihat Ahli (Expert Preciber). Seorang
praktisi Public Relations yang berpengalaman memiliki kemampuan tinggi dalam membantu
mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya. Dalam hal ini praktisi
public relations bertindak sebagai subjek dalam memecahkan dan mengatasi persoalan yang
terjadi antara perusahaan dengan khalayak luas. Dua, Fasilitator Komunikasi (Communication
facilitator). Praktisi Public Relations, bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan
oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali
keinginan, harapan dan kebijakan organisasi kepada publik luas. Tiga, Fasilitator Pemecahan
Masalah (Problem Solving Process Facilitator). Peran praktisi PR untuk membantu pimpinan
organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan keputusan dalam mengatasi
persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional. Empat, Teknisi
Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 121
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi
Kepustakaan (Library Research), yang bertumpu pada kajian teoritis, referensi serta literatur
ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi
sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012). Studi Kepustakaan (Library Research) digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam literatur yang ada di
perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dan sebagainya (Arikunto &
Jabar, 2010). Sederhananya bahwa penelitian kepustakaan adalah penelitian yang memanfaatkan
sumber pustaka/literatur sebagai sumber data penelitiannya, tanpa melakukan penelitian
lapangan,
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku, jurnal atau literatur-literatur lain yang
sesuai dengan topik penelitian. Data-data yang dikumpulkan melalui penelaahan terhadap buku,
literatur, catatan laporan atau sejenisnya untuk kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis isi (content analysis).
Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 123
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021
bersangkutan. Seorang praktisi Humas perlu mengenali tipe-tipe krisis sebagaimana yang
dikemukakan Reinhardt—dikutip Cutip & Center—bahwa krisis bisa saja bersifat segera
(immediate crises). Ini tipe krisis yang paling ditakuti karena terjadi tiba-tiba, tidak terduga dan
tidak diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Krisis ini
membutuhkan konsensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk mempersiapkan
rencana umum (general plan) mengenai bagaimana reaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera
agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang
muncul. Tipe krisis selanjutnya krisis yang baru muncul (emerging crises). Tipe krisis ini masih
memungkinkan praktisi Humas untuk melakukan penelitian dan perencanaan terlebih dahulu,
namun krisis dapat meledak jika tidak ditangani. Tantangan Humas jika terjadi krisis jenis ini
adalah meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis
mencapai tahapan krisis. Yang terakhir adalah tipe krisis bertahan (sustained crises). Tipe krisis
ini adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun
telah dilakukan upaya terbaik oleh pihak manejemen perusahaan atau organisasi untuk
mengatasinya (Morissan, 2008).
Secara konseptual, anatomi krisis dibedakan ke dalam empat tahap. Pertama, tahap
prodromal, di mana krisis baru muncul dan belum mempunyai dampak yang luas terhadap citra
korporasi/institusi. Tahap ini sering disebut dengan warning stage karena pada tahap ini
peringatan terhadap datangnya krisis bagi sebuah perusahaan atau institusi. Pada tahap
prodromal muncul dalam 3 bentuk, yaitu (a) jelas sekali, di mana krisis muncul dengan jelas, (b)
Samar-samar. Krisis susah diduga luasnya sebuah kejadian dalam bentuk ini. Permasalahan tidak
terlihat jelas atau samar-samar, (c) Sama sekali tidak terlihat. Biasanya perusahaan atau institusi
tidak menyadari datangnya krisis ini karena semua terlihat baik baik saja (gejala tidak terlihat).
Kedua, tahap akut, merupakan pola krisis dimana persoalan muncul ke permukaan. Krisis pada
tahap akut juga sering disebut the point of no return yang artinya sesekali sinyal-sinyal yang
muncul pada tahap peringatan (prodromal stage) tidak digubris, ia akan masuk ke tahap akut dan
tidak dapat kembali lagi. Ketiga, tahap kronik, di mana krisis telah berlalu dan yang tersisa
hanyalah puing-puing masalah akibat krisis. Sering juga disebut dengan the postmortem atau the
clean up phase. Keempat, tahap resolusi, yaitu tahap di mana manajemen harus memulihkan
kekuatan agar kembali seperti semula dan dapat melanjutkan aktivitas dengan normal dan lancar.
Ini merupakan tahap penyembuhan. Namun harus tetap waspada karena biasanya siklus
pembentukan krisis sedang membentuk kembali (Kasali, 2003).
Humas Pemerintah Kota Bandung sebagai salah satu kota yang terdampak dari Covid-19
dapat dikatakan sedang mengalami krisis. Krisis merupakan suatu ancaman bagi organsisasi atau
krisis menciptakan organisasi dalam posisi menjadi perhatian masyarakat sehingga
mempertanyakan kompetensi manajemen organisasi. Oleh sebab itu organisasi / lembaga dalam
hal ini pemerintahan harus berkomunikasi dengan cepat dan terampil dengan berbagai kelompok
penting seperti stakeholder dan pihak penting lainnya terkait dengan keberhasilan jalannya
perusahaan atau organisasi.
Peran manajemen krisis yang baik adalah menjadikan Humas Pemerintah kompeten
dalam menjalankan tugas sehingga dapat menyelesaikan krisis tersebut. Seperti yang
dikemukakan Kasali (2003), krisis merupakan suatu turning point for better or worse, titik balik
untuk semakin baik atau semakin buruk. Dapat dikatakan juga bahwa krisis adalah kondisi yang
krusial atau momen yang menentukan (decisive moment). Oleh karena itu Humas Pemerintah
Kota Bandung melakukan peran dan manajemen krisis yang baik karena pada dasarnya jika
krisis ditangani dengan baik maka akan melahirkah ―pahlawan‖ bagi publiknya.
Ruslan (2014) menjelaskan bahwa dalam menjalankan kegiatannya Humas memiliki
beberapa peran. Pertama, Humas bisa berperan sebagai Penasihat Ahli. Seorang praktisi pakar
Humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan
solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship). Humas
pada praktiknya dapat membantu menjadi penasehat ahli dalam masalah yang dihadapi oleh
instansi atau organisasi. Kedua, berperan sebagai Fasilitator Komunikasi. Praktisi Humas
bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen untuk
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan publik. Di sisi lain Humas harus mampu
membangun hubungan baik dengan publik serta menjelaskan kembali harapan, keinginan dan
kebijakan organisasi atau instansi agar terjadi komunikasi timbal balik yang saling mendukung,
terciptanya pengertian dan menghargai antara kedua belah pihak. Ketiga, sebagai Fasilitator
Pemecahan Masalah. Peranan praktisi Humas dalam proses pemecahan persoalan Humas ini
merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pemimpin
organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan)
dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
Keempat, berperan sebagai Teknik Komunikasi. Berbeda dengan tiga peranan praktisi Humas
profesional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi,
peranan communication technician ini menjadikan praktisi Humas sebagai journalist in resident
yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of
communication.
Dapat dikatakan, ada banyak langkah yang perlu dilakukan Humas Pemerintah dalam
menangani masalah krisis. Hal ini secara gamblang dapat dijelaskan bahwa dalam menangani
krisis Humas Pemerintah Kota Bandung dalam menangani krisis Covid-19 harus melakukan
langkah-langkah manajemen krisis terntentu. Langkah-langkah tersebut adalah (1)
Mempersiapkan contingency plan (anggota tim krisis manajemen dapat dibentuk dalam waktu
singkat, selalu diadakan pelatihan untuk menghadapi berbagai macam krisis), (2) Segera
mengumumkan official spokesperson (anggota tim krisis) yang berhak bicara dan memberikan
keterangan mengenai krisis ke publik dan media, (3) Bergerak cepat (jam pertama ketika krisis
terjadi sangat crusial, karena media sering memberikan informasi berdasarkan kejadian awal
krisis), (4) Menggunakan konsultan manajemen krisis (saran dari konsultan Humas sangat
penting), (5) Memberikan informasi yang akurat dan benar (perlu diingat ketika mencoba untuk
memanipulasi informasi akan berbalik menjadi bahaya jika kebenaran ditemukan), dan (6)
Ketika memutuskan bertindak, jangan hanya mempertimbangkan kerugian jangka pendek, tetapi
pikirkan juga efek jangka panjang (Nova, 2011).
Langkah-langkah tersebut relevan dengan kemampuan manajemen krisis yang harus
dimiliki oleh praktisi Humas Pemerintah Kota Bandung yang kini tengah mengalami krisis
akibat pandemi Covid-19. Tingkat penularan Covid-19 semakin tinggi setiap harinya. Virus ini
seolah tidak dapat dikendalikan hingga menyebar ke suluruh penjuru Nusantara. Demkikian juga
yang terjadi di Kota Bandung. Pandemi covid 19 merupakan fenomena yang sangat kompleks,
hingga menimbulkan krisis di berbagai aspek. Oleh sebab itu, komunikasi memiliki peranan
yang sangat penting dalam penanganan krisis akibat Covid-19. Langkah awal dalam melakukan
penanganan krisis yaitu membentuk pengetahuan tentang pandemi covid 19 di lingkungan
Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 125
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021
Kesimpulan
Humas Pemerintah Kota Bandung menjadi salah satu elemen yang bertanggung jawab
dalam menangani krisis akibat Covid-19. Humas Pemerintah Kota Bandung merencanakan dan
menerapkan beberapa strategi komunikasi krisis menangani krisis pandemi Covid-19. Dalam hal
ini, Humas Pemerintah Kota Bandung membentuk pengetahuan tentang krisis pandemi covid 19
dilingkungan internal organisasi, untuk menyamakan persepsi anggota organisasi terhadap krisis
yang terjadi humas pemerintah Kota Bandung menggunakan berbagai macam media komunikasi
untuk memberikan informasi tentang covid 19 baik berupa kebijakan, aturan ataupun himbauan,
dengan adanya persamaan persespsi terhadap krisis maka mempermudah komunikasi dan
koordinasi untuk menjalankan strategi komunikasi selanjutnya. Hal tersebut merupakan strategi
awal yang dilakukan oleh humas Pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan strategi
komunikasi krisisnya.
Humas Pemerintah Kota Bandung juga membentuk persepsi masyarakat tentang krisis
pandemi covid 19 dengan membuat pesan dan informasi tentang krisis yang disebarkan melalui
berbagai media komunikasi yang digunakan oleh publik. Membagikan berita atau informasi
tentang upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung kepada masyarakat. Hal tersebut
bertujuan untuk memperoleh persepsi yang baik dari masyarakat terhadap Pemerintah Kota
Bandung. Selain itu, juga dilakukan jalinan hubungan yang baik dan konstruktif antara pihak
pemerintah dengan media massa, seperti penerbitan siaran pers dan pelaksanaan konferensi pers
mengenai informasi positif Pemerintah Kota Bandung. Komunikasi dengan masyarakat juga
terus dimaksimalkan melalui forum komunikasi dua arah yang dilakukan secara virtual. Humas
Pemerintah Kota Bandung juga membuat website terpusat untuk memperbaharui informasi
seputar Covid-19. Penerapan strategi-strategi ini menggambarkan keseriusan Humas pemerintah
Kota Bandung dalam menangani krisis pandemi Covid-19.
Daftar Pustaka
Arikunto, S., & Jabar, A. S. C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara.
Effendy, O. U. (1992). Hubungan Mayarakat Suatu Komunikologis. PT. Remaja Rosdakarya.
Gandariani, T. (2019). Perencanaan Krisis PR: Sebuah Upaya Strategi Komunikasi Mengatasi
Krisis. Jurnal Lentera Komunikasi (Vol. 3, Issue 1).
Herlikano, R. O. S., & Lestari, M. T. (2020). Strategi Komunikasi Krisis Hubungan Masyarakat
PT Angkasa Pura I (Persero) Yogyakarta dalam Mengatasi Krisis Pemberitaan pada Media
Selama Proses Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo. E-Proceeding of
Management, 7694–7702.
Jessica, S., & Ilfandy, A. (2018). Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani
Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan
Masyarakat (Profesi Humas), 2(2), 119– 135.
Kasali, R. (2003). Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PT.
Pusaka Utama Grafiti.
Kriyantono, R. (2015). Public Relations & Crisis Management (Pendekatan Critical Public
Relations Etnografi Kritis &Kualitatif). Kencana.
Kurniawati, J. (2019). Komunikasi Krisis di Era Digital. INTELEKTIVA: Jurnal Ekonomi, Sosial
& Humaniora KOMUNIKASI, 1(2), 50–61.
Maulidiyanti, M., Suciati, P., Sinawang, L. P., & Lusia, A. (2018). Opini Mahasiswa Atas
Strategi Humas dalam Menangani Isu dan Krisis. Prosiding Seminar Nasional Jambore
Nasional Komunikasi II - 2018.
Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi mengelola Radio dan Televisi.
Kencana Prenada Media Group.
Nahar, L. (2020). Komunikasi Krisis Pemerintah Indonesia Menghadapi Pandemi Covid-19.
Jurnal Syntax Admiration, 5(1), 553–566.
Nova, F. (2011). Crisis Public Relations Bagaimana PR menangani krisis Perusahaan. Raja
Grafindo Persada.
Nugraha, A. R., & Choerunnisa, S. (2020). Strategi Manajemen Krisis Humas PLN UID Jabar
dalam Menangani Blackout Jaringan Jawa Bagian Tengah. Communiverse : Jurnal Ilmu
Komunikasi, 5(2), 137–150. https://doi.org/10.36341/cmv.v5i2.1136
Rachmadi, F. (1994). Public Relations dalam Teori dan Praktek. Gramedia Pustaka Utama.
Ruslan, R. (2014). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Raja Grafindo Persada.
Sjoraida, D. F., & Anwar, R. K. (2018). Pola Komunikasi Humas Rumah Sakit di Era Digital.
Socio-Politica, 8, 148–162.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 127
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021
Ulfa, N., Suadnya, W., & Khusnia, H. N. (2019). Manajemen Krisis Humas Pemerintah Daerah
Kabupaten Lombok Utara Pada Saat Gempa Bumi Lombok 2018. JCommSci-Journal Of
Media and Communication Science, 2(2), 97–115.
Yulianti, W., & Boer, R. F. (2020). Manajemen krisis public relations dalam menangani
penolakan imunisasi measles rubella. PRofesi Humas Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan
Masyarakat, 4(2), 290–311. https://doi.org/10.24198/prh.v4i2.23700