0% found this document useful (0 votes)
54 views10 pages

Bandung's PR Strategy for COVID-19 Crisis

This document discusses the public relations strategies used by the Bandung City government in Indonesia to manage the COVID-19 crisis. It first provides background on the role of public relations in crisis management. It then describes the strategies used by Bandung City's public relations team in three stages: 1) forming internal knowledge about COVID-19 early in the crisis, 2) shaping public perception by providing education on COVID-19 and policies, and 3) restoring image and reputation through improved government communication and positive media coverage. The strategies aimed to prevent panic and inform the public in an uncertain situation.

Uploaded by

Rajiman Mau
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
54 views10 pages

Bandung's PR Strategy for COVID-19 Crisis

This document discusses the public relations strategies used by the Bandung City government in Indonesia to manage the COVID-19 crisis. It first provides background on the role of public relations in crisis management. It then describes the strategies used by Bandung City's public relations team in three stages: 1) forming internal knowledge about COVID-19 early in the crisis, 2) shaping public perception by providing education on COVID-19 and policies, and 3) restoring image and reputation through improved government communication and positive media coverage. The strategies aimed to prevent panic and inform the public in an uncertain situation.

Uploaded by

Rajiman Mau
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
You are on page 1/ 10

Jurnal Komunikasi Nusantara

E-ISSN. 2685-7650
Vol 3 No 2 (2021) pp 119-128
Artikel Disubmit 24 Agustus 2021  Revisi 2 Desember  Revisi Diterima 8 Desember

Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis


Pandemi Covid-19

Yulia Segarwati1, Almadina Rakhmaniar2


Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Pasundan
Email: [email protected]

Abstract: Public relations has an important role in solving crisis problems. In the midst of the crisis caused
by Covid-19, Public Relations of the Bandung City government needs to carry out its roles, duties and
functions to carry out the strategy for handling the Covid-19 crisis. This research uses a literature study
approach by collecting data or sources related to the topic raised in the research, as well as reviewing
various literatures, both in the form of note and book. The data that has been obtained were analyzed using
descriptive analysis method. The result shows that the Bandung City Government Public Relations crisis
communication strategy in dealing with the Covid-19 pandemic crisis, in the early stages of the crisis, is to
form knowledge about the COVID-19 pandemic crisis in the organization's internal environment through
various communication media used by organizational members or in this case ASN and employees of the
Bandung City Government. The next stage is to shape the perception of the people of Bandung City by
providing message, information, and education about Covid-19, as well as socializing the policies and steps
taken by the Bandung City Government in dealing with the Covid-19 pandemic crisis to the people of
Bandung. Then the last strategy is to restore image and reputation through improving the quality of
communication between the government and the community, as well as carrying out media relations
activities to publish positive news about COVID-19 handlers in the Bandung City.

Keywords: covid-19; public relations; crisis management

Abstrak: Humas memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah krisis. Di tengah krisis yang
diakibatkan Covid-19 Humas pemerintah Kota Bandung perlu menjalankan peran, tugas dan fungsinya untuk
menjalankan strategi penanganan krisis Covid-19. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan dengan topik yang diangkat dalam
penelitian, serta melakukan penelaahan terhadap berbagai literatur, baik yang berupa catatan maupun buku.
Data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukan
bahwa strategi komunikasi krisis Humas Pemerintah Kota Bandung dalam menangani krisis pandemi Covid-
19, pada tahap awal krisis, adalah membentuk pengetahuan tentang krisis pandemi covid 19 di lingkungan
internal organisasi melalui berbagai media komunikasi yang digunakan oleh anggota organisasi atau dalam
hal ini ASN dan karyawan Pemerintahan Kota Bandung. Tahap selanjutnya adalah membentuk persepsi
masyarakat Kota Bandung dengan memberikan pesan, informasi, dan edukasi tentang Covid-19, serta
melakukan sosialisasi kebijakan dan langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Kota Bandung dalam
menangani krisis pandemi Covid-19 kepada masyarakat Bandung. Lalu strategi yang terakhir adalah
memulihkan citra dan reputasi melalui peningkatan kualitas komunikasi antara pemerintah dan masyarakat,
serta menjalankan kegiatan media relations untuk mempublikasikan berita positif tentang penangan covid 19
di Kota Bandung.

Kata Kunci: covid-19; humas; manajemen krisis

Pendahuluan
Krisis adalah suatu hal yang dapat secara tiba-tiba datang tanpa disadari. Krisis berarti
suatu hal yang berbahaya yang sifatnya dapat merusak dan juga berdampak buruk bagi
organisasi atau lembaga. Di tengah krisis yang melanda tersebut, seorang Humas dituntut untuk

119
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021

mampu mengendalikan dampak yang dihasilkan dari krisis atau bahkan mencegah terjadinya
krisis. Saat krisis terjadi, semua komponen dalam institusi atau organisasi dapat lumpuh. Itulah
sebab krisis harus segera ditangani.
Salah satu cara untuk memperkecil dampak dari krisis yaitu melakukan pencegahan krisis
(Pra-krisis). Humas adalah sebuah bagian dalam perusahaan atau lembaga yang dapat menjadi
referensi dalam mengambil keputusan mengenai kebijakan yang akan diambil oleh suatu
perusahaan, yang berarti Humas mengambil penting dalam memberikan kontribusi dalam
menangani krisis (Kurniawati, 2019; Ulfa et al., 2019). Dalam hal ini Humas membuat suatu
perencanaan dalam menangani suatu krisis, di mana perencanaan tersebut disebut dengan
manajemen krisis. Dengan adanya manajemen krisis, Humas dapat mengatur dan mengetahui
apa yang harus dilakukan ketika krisis sedang terjadi pada institusi tersebut, terlebih lagi salah
satu tugas Humas adalah untuk menangani krisis (Yulianti & Boer, 2020).
Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba atau suatu keadaan yang tidak dapat
dihindari oleh organisasi. Setiap organisasi atau lembaga, baik kecil maupun besar, memiliki
kemungkinan untuk mengalami krisis, di mana sumbernya bisa berasal dari dalam maupun luar
(Herlikano & Lestari, 2020; Nugraha & Choerunnisa, 2020; Maulidiyanti et al., 2018). Krisis
dinilai sebagai situasi yang menyebabkan kerusakan-kerusakan fisik dan nonfisik, seperti
peristiwa yang membahayakan jiwa manusia (meninggal atau luka-luka), financial cost, merusak
sistem organisasi dan lingkungan secara keseluruhan, khususnya bagi korban dan kerusakan
reputasi organisasi (Kriyantono, 2015). Krisis dianggap sebagai kondisi yang menakutkan
sehingga banyak institusi memilih untuk menghindarinya (Jessica & Ilfandy, 2018). Oleh sebab
itu, krisis harus ditangani dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan manajemen krisis dan
komunikasi krisis yang cepat dan tepat agar krisis tidak menyebar luas dan reputasi organisasi
tetap baik di mata publik.
Pemerintah sebagai fasilitator dan regulator bagi masyarakat dalam peristiwa krisis akibat
pandemi Covid-19 merupakan salah satu garda terdepan dalam bidang manajemen untuk
menyelesaikan krisis. Oleh karena itu bidang kehumasan yang berperan sebagai fasilitator
komunikasi mengemban tugas untuk menjalankan perannya untuk membuat dan menjalankan
strategi komunikasi yang tepat untuk menangani krisis yang terjadi (Gandariani, 2019).
Komunikasi krisis memegang peranan penting dalam penanganan krisis. Komunikasi
krisis bertujuan untuk menyampaikan setiap pesan agar dapat diterima dengan baik oleh
pemangku kepentingan (stakeholder) dan masyarakat (Nahar, 2020). Public Relations atau
Humas bertanggung jawab membantu mengatasi krisis dengan cara menjamin bahwa publik
dilayani dengan baik oleh organisasi. Public Relations atau Humas menyarankan manajemen
untuk menerapkan strategi komunikasi yang memungkikan organisasi beradaptasi dengan situasi
di lingkungannya (Kriyantono, 2015). Dalam konteks ini Humas memiliki peran yang sangat
penting untuk membuat strategi komunikasi dan diimplementasikan dengan baik agar dapat
membantu manajemen krisis dan krisis dapat segera teratasi.
Humas bertugas untuk menyelesaikan masalah melalui strategi yang dimiliki oleh
institusi atau lembaga dan juga menjadi fasilitator untuk menjalin hubungan baik dengan pihak
eksternal dan juga internal perusahaan (Sjoraida & Anwar, 2018). Selain itu setelah krisis terjadi
seorang Humas harus mencari cara agar krisis yang serupa tidak terjadi lagi bagi institusi
sehingga ketika krisis menyerang kembali institusi sudah siap untuk menanganinya sehingga
krisis tersebut dapat teratasi sebelum menyerang institusi.

120 Yulia Segarwati dan Almadina Rakhmaniar


E-ISSN. 2685-7650

Saat ini Virus Corona atau Covid-19 bukan hanya menjadi permasalahan di negara
Indonesia namun tengah menjadi perhatian dunia. Kasus ini dimulai dengan pneumonia atau
radang paru-parus misterius yang awalnya terjadi pada Desember 2019. Virus ini diduga
berkaitan dengan pasar hewan Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis binatang yang
tidak lazim dikonsumsi. Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan
dipasar hewan tersebut. Virus Corona atau Covid-19 diduga dibawa kelelawar dan hewan lain
yang dimakan manusia sehingga terjadi penularan.
Indonesia menjadi salah satu Negara yang terdampak wabah Covid-19. Penyebaran virus
yang begitu cepat dan tingkat kematianya yang cukup tinggi, membuat pandemi Covid-19 ini
menjadi krisis bagi negara Indonesia. Dampak wabah ini melanda berbagai sektor, mulai dari
pemerintahan, pendidikan, ekonomi/bisnis serta kesehatan. Keresahan yang dialami masyarakat
bukan hanya timbul karena penjelasan tentang virus tersebut, melainkan juga akibat dari
pemberitaan yang muncul pada media massa. Sebagai media massa seharusnya dapat menjadi
sarana edukasi bagi khalayak, namun yang terjadi di Indonesia adalah sebaliknya. Beberapa
berita di media cenderung semakin memperkeruh keadaan. Media hanya fokus pada korban yang
diduga positif terjangkit virus dibanding memberikan informasi mengenai penanggulangan atau
pencegahan virus itu sendiri. Media menjadi alat propaganda yang efektif dan membentuk
perilaku khalayak. Dalam keadaan darurat seperti ini kehati-hatian sangat penting agar tidak
terjadi disinformasi yang dapat membuat suasana semakin tidak kondusif.
Di tengah kondisi ini, Humas pemerintahan perlu merangkul media massa agar dapat
memberikan informasi yang baik, agar masyarakat tidak panik dalam menanggulangi wabah
Covid-19. Humas pemerintahan harus memahami terhadap publiknya melalui perilaku
komunikasi yang dilakukan oleh publik itu sendiri, memberikan informasi penting kepada publik
dimana pemerintah mempunyai wewenang untuk mengendalikan masyarakat. mempersiapkan
langkah awal untuk mengurangi jumlah masyarakat yang terkena virus ini, lalu tindakan seperti
apa yang harus disiapkan serta dilakukan dengan tepat agar upaya pengurangan jumlah
masyarakat yang terkena virus ini berjalan efektif. Dalam mempersiapkan langkah-langkah yang
akan dibuat, pemerintah harus mengumpulkan beberapa data yang konkrit dari berbagai sumber
sebagai media informasi untuk menyusun strategi dan memilih prosedur yang paling sesuai
dalam menghadapi krisis tengah dihadapi sekarang agar memperoleh hasil atau kensekuensi
yang tentunya dapat diterima, dipahami dan bisa dipatuhi oleh masyarakat.
Keberadaan atau kedudukan Humas secara lebih operasional menyatu pada fungsi dan
perannya dalam suatu perusahaan ataupun organisasi. Peran Humas dalam suatu organisasi
dibagi menjadi 4 kategori (Ruslan, 2014). Satu, Penasihat Ahli (Expert Preciber). Seorang
praktisi Public Relations yang berpengalaman memiliki kemampuan tinggi dalam membantu
mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya. Dalam hal ini praktisi
public relations bertindak sebagai subjek dalam memecahkan dan mengatasi persoalan yang
terjadi antara perusahaan dengan khalayak luas. Dua, Fasilitator Komunikasi (Communication
facilitator). Praktisi Public Relations, bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk
membantu pihak manajemen dalam hal untuk mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan
oleh publiknya dari organisasi bersangkutan, sekaligus harus mampu menjelaskan kembali
keinginan, harapan dan kebijakan organisasi kepada publik luas. Tiga, Fasilitator Pemecahan
Masalah (Problem Solving Process Facilitator). Peran praktisi PR untuk membantu pimpinan
organisasi baik sebagai penasihat hingga mengambil tindakan keputusan dalam mengatasi
persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan professional. Empat, Teknisi

Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 121
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021

Komunikasi (Communication Technician). Peranan teknisi komunikasi ini menjadikan praktisi


PR sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi.
Humas dalam pemerintahan berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Pengelolaan Komunikasi Krisis di Lingkungan Instansi Pemerintah, hubungan
masyarakat pemerintah di lingkungan instansi pemerintah untuk selanjutnya disebut dengan
Humas pemerintah adalah lembaga/organisasi humas dan/ atau praktisi humas pemerintah yang
melakukan fungsi manajemen dalam bidang komunikasi dan informasi yang persuasif, efektif,
dan efisien untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan publiknya melalui berbagai
sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra positif instansi pemerintah.
Strategi komunikasi krisis merupakan bagian penting dalam manajemen krisis untuk
melakukan komunikasi yang intens dengan masyarakat dan menyaring informasi-informasi yang
dibutuhkan. Informasi yang kadang tidak jelas dari mana sumbernya dan kebenarannya masih
dipertanyakan juga memunculkan rumor yang justru akan membingungkan masyarakat , maka
dari itu peran humas harus selalu proaktif menanggapi dan dan memberikan informasi secara
efektif dan efisien untuk meminimalisir informasi tersebut, karena apabila informasi tidak jelas
tersebut menyebar luas maka citra organisasi pun terancam.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Studi
Kepustakaan (Library Research), yang bertumpu pada kajian teoritis, referensi serta literatur
ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai dan norma yang berkembang pada situasi
sosial yang diteliti (Sugiyono, 2012). Studi Kepustakaan (Library Research) digunakan dalam
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam literatur yang ada di
perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-kisah sejarah, dan sebagainya (Arikunto &
Jabar, 2010). Sederhananya bahwa penelitian kepustakaan adalah penelitian yang memanfaatkan
sumber pustaka/literatur sebagai sumber data penelitiannya, tanpa melakukan penelitian
lapangan,
Sumber data dalam penelitian ini adalah buku, jurnal atau literatur-literatur lain yang
sesuai dengan topik penelitian. Data-data yang dikumpulkan melalui penelaahan terhadap buku,
literatur, catatan laporan atau sejenisnya untuk kemudian dianalisis menggunakan teknik
analisis isi (content analysis).

Hasil dan Pembahasan


Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19
Humas adalah suatu rangkaian yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye
atau program tertentu, dan semua ini berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Tujuan
utamanya adalah menciptakan dan memelihara saling pengertian, maksudnya adalah untuk
memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut
berkepentingan. Humas merupakan bagian dari komunikasi ini tekanannya pada komunikasi
organisasi yang sasaran komunikasinya adalah untuk publik di dalam organisasi dan publik di
luar organisasi, yang dimana landasan utama dari komunikasi ini adalah adanya saling
pengertian diantara keseluruhan publik yang berkepentingan terhadap organisasi/perusahaan
tersebut, tetapi tidak terbatas pada saling pengertian saja melainkan juga berbagai macam tujuan

122 Yulia Segarwati dan Almadina Rakhmaniar


E-ISSN. 2685-7650

khusus lainnya seperti contoh penanggulangan masalah-masalah komunikasi yang memerlukan


perubahan tertentu.
Humas mempunyai prinsip yang erat kaitannya dengan kebenaran, kejujuran, serta etika
dan kepercayaan. Hal ini menegaskan bahwa pembentukan pendapat serta sikap pada setiap
individu dapat terbentuk dari bagaimana sistematisnya komunikasi yang disampaikan. Dalam
pelaksanaannya Humas melakukan banyak komunikasi, baik komunikasi langsung (personal
contact), maupun komunikasi melalui tidak langsung atau melalui media massa agar tercipta
hubungan yang baik, dari pihak internal maupun eksternal perusahaan. Humas dalam lembaga
pemerintah (departemen, lembaga nondepartemen, Badan Usaha Milik Negara/BUMN)
merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang
kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan lembaga pemerintahan kepada masyarakat. Humas
pemerintah bertugas memberikan informasi dan penjelasan kepada khalayak/publik mengenai
kebijakan dan langkah-langkah/ tindakan yang di ambil oleh pemerintahan serta mengusahakan
tumbuhnya hubungan yang harmonis antara lembaga/instansi dengan publiknya dan memberikan
pengertian kepada publik (masyarakat) tentang apa yang dikerjakan oleh instansi pemerintahan
di mana Humas itu berada dan berfungsi (Rachmadi F, 1994:78).
Ada beberapa tugas pokok Humas pada lembaga pemerintahan. Satu, memberikan
penerangan dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, langkah-langkah dan
tindakan-tindakan pemerintah, serta memberikan pelayanan terbuka, jujur, dan objektif. Dua,
memberikan bantuan kepada media massa (mass media) berupa bahan-bahan informasi
mengenai kebijakan, langkah, dan tindakan pemerintah, termasuk fasilitas peliputan kepada
media berita untuk acara resmi. Tiga, mempromosikan kemajuan pembangunan ekonomi dan
kebudayaan yang telah dicapai kepada khalayak. Empat, memonitor pendapat umum tentang
kebijakan pemerintah, serta menyampaikan tanggapan masyarakat dalam bentuk feed back
kepada pimpinan instansi pemerintah (Rachmadi, 1994). Sementara itu, dalam literatur yang
lain, tugas humas pada Departemen Pemerintahan adalah (1) menyebarkan informasi secara
teratur mengenai kebijaksanaan, perencanaan, dan hasil yang telah dicapai, (2) menerangkan dan
mendidik public mengenai perundang-undangan, peraturan- peraturan dan hal-hal yang
bersangkutan dengan kehidupan sehari-hari, (3) menasehati pemimpin departemen dalam
hubungannya dengan reaksi atau tanggapan balik publik terhadap kebijaksanaan yang telah
dijalankan (Effendy, 1992).
Krisis dianggap membawa perubahan negatif dalam urusan keamanan, ekonomi, politik,
sosial, atau lingkungan, terutama ketika krisis terjadi tiba-tiba, dengan sedikit atau tanpa
peringatan. Lebih jauh, krisis adalah istilah yang berarti "waktu pengujian" atau "peristiwa
darurat". Krisis merupakan suatu turning point for better or worse titik balik untuk makin baik
atau makin buruk. Dapat dikatakan juga bahwa krisis adalah suatu waktu yang krusial atau
momen yang menentukan decisive moment (Kasali, 2003). Dapat disimpulkan bahwa krisis
merupakan suatu peristiwa yang sedang terjadi atau diperkirakan yang mengarah pada situasi
tidak stabil dan berbahaya jika tidak diatasi dengan baik, situasi yang berbahaya tersebut apabila
diatasi dengan baik maka dapat dijadikan sebagai turning point untuk membuat organisasi atau
perusahaan menjadi lebih baik. Oleh karena itu, dibutuhkan keahlian seorang Humas untuk
memiliki kemampuan manajemen krisis yang baik.
Sebelum terjadi krisis dan berupaya dalam menangani krisis seorang praktisi Humas
harus mengetahui terlebih dahulu tipe atau jenis-jenis krisis yang mungkin muncul. Ini
diperlukan karena respons atas krisis sedikit banyak akan bergantung pada tipe krisis yang

Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 123
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021

bersangkutan. Seorang praktisi Humas perlu mengenali tipe-tipe krisis sebagaimana yang
dikemukakan Reinhardt—dikutip Cutip & Center—bahwa krisis bisa saja bersifat segera
(immediate crises). Ini tipe krisis yang paling ditakuti karena terjadi tiba-tiba, tidak terduga dan
tidak diharapkan. Tidak ada waktu untuk melakukan riset dan perencanaan. Krisis ini
membutuhkan konsensus terlebih dahulu pada level manajemen puncak untuk mempersiapkan
rencana umum (general plan) mengenai bagaimana reaksi jika terjadi krisis yang bersifat segera
agar tidak menimbulkan kebingungan, konflik dan penundaan dalam menangani krisis yang
muncul. Tipe krisis selanjutnya krisis yang baru muncul (emerging crises). Tipe krisis ini masih
memungkinkan praktisi Humas untuk melakukan penelitian dan perencanaan terlebih dahulu,
namun krisis dapat meledak jika tidak ditangani. Tantangan Humas jika terjadi krisis jenis ini
adalah meyakinkan manajemen puncak untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum krisis
mencapai tahapan krisis. Yang terakhir adalah tipe krisis bertahan (sustained crises). Tipe krisis
ini adalah krisis yang tetap muncul selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun walaupun
telah dilakukan upaya terbaik oleh pihak manejemen perusahaan atau organisasi untuk
mengatasinya (Morissan, 2008).
Secara konseptual, anatomi krisis dibedakan ke dalam empat tahap. Pertama, tahap
prodromal, di mana krisis baru muncul dan belum mempunyai dampak yang luas terhadap citra
korporasi/institusi. Tahap ini sering disebut dengan warning stage karena pada tahap ini
peringatan terhadap datangnya krisis bagi sebuah perusahaan atau institusi. Pada tahap
prodromal muncul dalam 3 bentuk, yaitu (a) jelas sekali, di mana krisis muncul dengan jelas, (b)
Samar-samar. Krisis susah diduga luasnya sebuah kejadian dalam bentuk ini. Permasalahan tidak
terlihat jelas atau samar-samar, (c) Sama sekali tidak terlihat. Biasanya perusahaan atau institusi
tidak menyadari datangnya krisis ini karena semua terlihat baik baik saja (gejala tidak terlihat).
Kedua, tahap akut, merupakan pola krisis dimana persoalan muncul ke permukaan. Krisis pada
tahap akut juga sering disebut the point of no return yang artinya sesekali sinyal-sinyal yang
muncul pada tahap peringatan (prodromal stage) tidak digubris, ia akan masuk ke tahap akut dan
tidak dapat kembali lagi. Ketiga, tahap kronik, di mana krisis telah berlalu dan yang tersisa
hanyalah puing-puing masalah akibat krisis. Sering juga disebut dengan the postmortem atau the
clean up phase. Keempat, tahap resolusi, yaitu tahap di mana manajemen harus memulihkan
kekuatan agar kembali seperti semula dan dapat melanjutkan aktivitas dengan normal dan lancar.
Ini merupakan tahap penyembuhan. Namun harus tetap waspada karena biasanya siklus
pembentukan krisis sedang membentuk kembali (Kasali, 2003).
Humas Pemerintah Kota Bandung sebagai salah satu kota yang terdampak dari Covid-19
dapat dikatakan sedang mengalami krisis. Krisis merupakan suatu ancaman bagi organsisasi atau
krisis menciptakan organisasi dalam posisi menjadi perhatian masyarakat sehingga
mempertanyakan kompetensi manajemen organisasi. Oleh sebab itu organisasi / lembaga dalam
hal ini pemerintahan harus berkomunikasi dengan cepat dan terampil dengan berbagai kelompok
penting seperti stakeholder dan pihak penting lainnya terkait dengan keberhasilan jalannya
perusahaan atau organisasi.
Peran manajemen krisis yang baik adalah menjadikan Humas Pemerintah kompeten
dalam menjalankan tugas sehingga dapat menyelesaikan krisis tersebut. Seperti yang
dikemukakan Kasali (2003), krisis merupakan suatu turning point for better or worse, titik balik
untuk semakin baik atau semakin buruk. Dapat dikatakan juga bahwa krisis adalah kondisi yang
krusial atau momen yang menentukan (decisive moment). Oleh karena itu Humas Pemerintah

124 Yulia Segarwati dan Almadina Rakhmaniar


E-ISSN. 2685-7650

Kota Bandung melakukan peran dan manajemen krisis yang baik karena pada dasarnya jika
krisis ditangani dengan baik maka akan melahirkah ―pahlawan‖ bagi publiknya.
Ruslan (2014) menjelaskan bahwa dalam menjalankan kegiatannya Humas memiliki
beberapa peran. Pertama, Humas bisa berperan sebagai Penasihat Ahli. Seorang praktisi pakar
Humas yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan
solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship). Humas
pada praktiknya dapat membantu menjadi penasehat ahli dalam masalah yang dihadapi oleh
instansi atau organisasi. Kedua, berperan sebagai Fasilitator Komunikasi. Praktisi Humas
bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen untuk
mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan publik. Di sisi lain Humas harus mampu
membangun hubungan baik dengan publik serta menjelaskan kembali harapan, keinginan dan
kebijakan organisasi atau instansi agar terjadi komunikasi timbal balik yang saling mendukung,
terciptanya pengertian dan menghargai antara kedua belah pihak. Ketiga, sebagai Fasilitator
Pemecahan Masalah. Peranan praktisi Humas dalam proses pemecahan persoalan Humas ini
merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu pemimpin
organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan eksekusi (keputusan)
dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional.
Keempat, berperan sebagai Teknik Komunikasi. Berbeda dengan tiga peranan praktisi Humas
profesional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi,
peranan communication technician ini menjadikan praktisi Humas sebagai journalist in resident
yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi atau dikenal dengan method of
communication.
Dapat dikatakan, ada banyak langkah yang perlu dilakukan Humas Pemerintah dalam
menangani masalah krisis. Hal ini secara gamblang dapat dijelaskan bahwa dalam menangani
krisis Humas Pemerintah Kota Bandung dalam menangani krisis Covid-19 harus melakukan
langkah-langkah manajemen krisis terntentu. Langkah-langkah tersebut adalah (1)
Mempersiapkan contingency plan (anggota tim krisis manajemen dapat dibentuk dalam waktu
singkat, selalu diadakan pelatihan untuk menghadapi berbagai macam krisis), (2) Segera
mengumumkan official spokesperson (anggota tim krisis) yang berhak bicara dan memberikan
keterangan mengenai krisis ke publik dan media, (3) Bergerak cepat (jam pertama ketika krisis
terjadi sangat crusial, karena media sering memberikan informasi berdasarkan kejadian awal
krisis), (4) Menggunakan konsultan manajemen krisis (saran dari konsultan Humas sangat
penting), (5) Memberikan informasi yang akurat dan benar (perlu diingat ketika mencoba untuk
memanipulasi informasi akan berbalik menjadi bahaya jika kebenaran ditemukan), dan (6)
Ketika memutuskan bertindak, jangan hanya mempertimbangkan kerugian jangka pendek, tetapi
pikirkan juga efek jangka panjang (Nova, 2011).
Langkah-langkah tersebut relevan dengan kemampuan manajemen krisis yang harus
dimiliki oleh praktisi Humas Pemerintah Kota Bandung yang kini tengah mengalami krisis
akibat pandemi Covid-19. Tingkat penularan Covid-19 semakin tinggi setiap harinya. Virus ini
seolah tidak dapat dikendalikan hingga menyebar ke suluruh penjuru Nusantara. Demkikian juga
yang terjadi di Kota Bandung. Pandemi covid 19 merupakan fenomena yang sangat kompleks,
hingga menimbulkan krisis di berbagai aspek. Oleh sebab itu, komunikasi memiliki peranan
yang sangat penting dalam penanganan krisis akibat Covid-19. Langkah awal dalam melakukan
penanganan krisis yaitu membentuk pengetahuan tentang pandemi covid 19 di lingkungan

Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 125
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021

organisasi untuk menyamakan persepsi di antara seluruh internal organisasi sehingga


koordinasi dan penanganan krisis dapat berjalan dengan baik.
Humas Pemerintah Kota Bandung memanfaatkan perkembangan teknologi komunikasi
dalam melakukan strategi penanganan krisis. Sebagai contoh, pemerintah menyampaikan
sosialisasi dan melakukan upaya penangan krisis melalui aplikasi komunikasi daring seperti
WhatsApp group, zoom meeting, dan lain sebagainya. Pengetahuan krisis Covid-19 di internal
organisasi Pemerintah Kota Bandung terbentuk dari berita tentang Covid-19 diperoleh dari tim
Gugus Tugas penanganan Covid-19 yang merupakan tim krisis untuk penyelesaian pandemi
Covid-19 sendiri dan instruksi dari Wali Kota dan Wakil Wali Kota sebagai pemimpin
Pemerintahan Kota Bandung. Berita, informasi, instruksi dan kebijakan tersebut dibagikan
melalui aplikasi percakapan media sosial internal Pemerintah Kota Bandung sehingga
memungkinkan terbentuknya pengetahuan tentang krisis di internal Pemerintah Kota Bandung.
Pemanfaatan media komunikasi online untuk membentuk pengetahuan tentang krisis
pandemi covid 19 ini bukan menjadi yang utama. Humas Pemerintah Kota Bandung dan
Diskominfo Kota Bandung juga memanfaatkan media lain, salah satunya adalah majalah Kota
Bandung yang terbit satu bulan sekali dan tersebar di seluruh wilayah kantor Pemerintahan Kota
Bandung. Selama pandemi Covid-19, majalah ini berisi informasi tentang edukasi Covid-19,
mulai dari data, edukasi protokol kesehatan dan kebijakan terbaru tentang Covid-19 Kota
Bandung. Majalah ini menjadi salah satu media offline yang menyebarkan informasi lengkap
untuk menambah pengetahuan tentang pandemi Covid-19 khususnya bagi internal pemerintah
Kota Bandung.
Baliho dan spanduk juga dimanfaatkan humas Pemerintah kota Bandung sebagai media
komunikasi untuk membentuk pengetahuan tentang krisis pandemi Covid-19. Media-media
tersebut tersebar di setiap sudut wilayah perkantoran pemerintahan Kota Bandung. Pesan yang
ditujukan pun sama, yaitu edukasi dan informasi tentang pandemi Covid-19 yang dikhususkan
bagi internal organisasi, tamu dan masyarakat yang berada di lingkungan Pemerintahan Kota
Bandung. Hal ini menunjukan keseriusan Humas Pemerintah Kota Bandung dalam membentuk
pengetahuan tentang pandemi Covid-19 baik bagi internal Pemerintahan Kota Bandung maupun
masyarakat luas. Pembentukan pengetahuan tentang krisis pandemi Covid-19 di internal
organisasi Pemerintah Kota Bandung begitu intensif dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
media komunikasi. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya Humas Pemerintah Kota Bandung
untuk menyamakan persepsi seluruh ASN tentang krisis yang terjadi.

Kesimpulan
Humas Pemerintah Kota Bandung menjadi salah satu elemen yang bertanggung jawab
dalam menangani krisis akibat Covid-19. Humas Pemerintah Kota Bandung merencanakan dan
menerapkan beberapa strategi komunikasi krisis menangani krisis pandemi Covid-19. Dalam hal
ini, Humas Pemerintah Kota Bandung membentuk pengetahuan tentang krisis pandemi covid 19
dilingkungan internal organisasi, untuk menyamakan persepsi anggota organisasi terhadap krisis
yang terjadi humas pemerintah Kota Bandung menggunakan berbagai macam media komunikasi
untuk memberikan informasi tentang covid 19 baik berupa kebijakan, aturan ataupun himbauan,
dengan adanya persamaan persespsi terhadap krisis maka mempermudah komunikasi dan
koordinasi untuk menjalankan strategi komunikasi selanjutnya. Hal tersebut merupakan strategi
awal yang dilakukan oleh humas Pemerintah Kota Bandung dalam menjalankan strategi
komunikasi krisisnya.

126 Yulia Segarwati dan Almadina Rakhmaniar


E-ISSN. 2685-7650

Humas Pemerintah Kota Bandung juga membentuk persepsi masyarakat tentang krisis
pandemi covid 19 dengan membuat pesan dan informasi tentang krisis yang disebarkan melalui
berbagai media komunikasi yang digunakan oleh publik. Membagikan berita atau informasi
tentang upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung kepada masyarakat. Hal tersebut
bertujuan untuk memperoleh persepsi yang baik dari masyarakat terhadap Pemerintah Kota
Bandung. Selain itu, juga dilakukan jalinan hubungan yang baik dan konstruktif antara pihak
pemerintah dengan media massa, seperti penerbitan siaran pers dan pelaksanaan konferensi pers
mengenai informasi positif Pemerintah Kota Bandung. Komunikasi dengan masyarakat juga
terus dimaksimalkan melalui forum komunikasi dua arah yang dilakukan secara virtual. Humas
Pemerintah Kota Bandung juga membuat website terpusat untuk memperbaharui informasi
seputar Covid-19. Penerapan strategi-strategi ini menggambarkan keseriusan Humas pemerintah
Kota Bandung dalam menangani krisis pandemi Covid-19.

Daftar Pustaka
Arikunto, S., & Jabar, A. S. C. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Bumi Aksara.
Effendy, O. U. (1992). Hubungan Mayarakat Suatu Komunikologis. PT. Remaja Rosdakarya.
Gandariani, T. (2019). Perencanaan Krisis PR: Sebuah Upaya Strategi Komunikasi Mengatasi
Krisis. Jurnal Lentera Komunikasi (Vol. 3, Issue 1).
Herlikano, R. O. S., & Lestari, M. T. (2020). Strategi Komunikasi Krisis Hubungan Masyarakat
PT Angkasa Pura I (Persero) Yogyakarta dalam Mengatasi Krisis Pemberitaan pada Media
Selama Proses Pembangunan Bandara Internasional di Kulon Progo. E-Proceeding of
Management, 7694–7702.
Jessica, S., & Ilfandy, A. (2018). Aktivitas Public Relations Angkasa Pura II Dalam Menangani
Pemberitaan Negatif Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan
Masyarakat (Profesi Humas), 2(2), 119– 135.
Kasali, R. (2003). Manajemen Public Relations: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PT.
Pusaka Utama Grafiti.
Kriyantono, R. (2015). Public Relations & Crisis Management (Pendekatan Critical Public
Relations Etnografi Kritis &Kualitatif). Kencana.
Kurniawati, J. (2019). Komunikasi Krisis di Era Digital. INTELEKTIVA: Jurnal Ekonomi, Sosial
& Humaniora KOMUNIKASI, 1(2), 50–61.
Maulidiyanti, M., Suciati, P., Sinawang, L. P., & Lusia, A. (2018). Opini Mahasiswa Atas
Strategi Humas dalam Menangani Isu dan Krisis. Prosiding Seminar Nasional Jambore
Nasional Komunikasi II - 2018.
Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi mengelola Radio dan Televisi.
Kencana Prenada Media Group.
Nahar, L. (2020). Komunikasi Krisis Pemerintah Indonesia Menghadapi Pandemi Covid-19.
Jurnal Syntax Admiration, 5(1), 553–566.
Nova, F. (2011). Crisis Public Relations Bagaimana PR menangani krisis Perusahaan. Raja
Grafindo Persada.
Nugraha, A. R., & Choerunnisa, S. (2020). Strategi Manajemen Krisis Humas PLN UID Jabar
dalam Menangani Blackout Jaringan Jawa Bagian Tengah. Communiverse : Jurnal Ilmu
Komunikasi, 5(2), 137–150. https://doi.org/10.36341/cmv.v5i2.1136
Rachmadi, F. (1994). Public Relations dalam Teori dan Praktek. Gramedia Pustaka Utama.
Ruslan, R. (2014). Manajemen Public Relations & Media Komunikasi. Raja Grafindo Persada.
Sjoraida, D. F., & Anwar, R. K. (2018). Pola Komunikasi Humas Rumah Sakit di Era Digital.
Socio-Politica, 8, 148–162.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Strategi Humas Pemerintah Kota Bandung dalam Menangani Krisis Pandemi Covid-19 127
Jurnal Komunikasi Nusantara, Vol. 3, No. 2, Desember 2021

Ulfa, N., Suadnya, W., & Khusnia, H. N. (2019). Manajemen Krisis Humas Pemerintah Daerah
Kabupaten Lombok Utara Pada Saat Gempa Bumi Lombok 2018. JCommSci-Journal Of
Media and Communication Science, 2(2), 97–115.
Yulianti, W., & Boer, R. F. (2020). Manajemen krisis public relations dalam menangani
penolakan imunisasi measles rubella. PRofesi Humas Jurnal Ilmiah Ilmu Hubungan
Masyarakat, 4(2), 290–311. https://doi.org/10.24198/prh.v4i2.23700

128 Yulia Segarwati dan Almadina Rakhmaniar

You might also like