11980-Article Text-47568-2-10-20230201
11980-Article Text-47568-2-10-20230201
Feri Tirtoni
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
E-mail: [email protected]
Abstract
The Merdeka Belajar curriculum was created to prepare for teaching and learning
activity as a result of the learning crisis problems that we have long faced due to the
pandemic. The crisis was seen by the low learning outcomes of students, especially in
Pancasila education learning. The purpose of this study was to determine the effect of
peer teaching methods in improving learning outcomes in Pancasila education
curriculum merdeka belajar fourth grade students at one of the elementary schools in
Sidoarjo. In this research method using quantitative methods of pre-experimental design
experiments and SPSS Data Manager version 26. Sampling technique using saturated
sampling technique with a population of 26 students of Class IV B. Data analysis in this
study using hypothesis testing. The results can be obtained from the filling of the
description. From the results of the T-test hypothesis test, obtained significance less than
0.05 which means there is an influence on the difference in treatment variables and after
the eta squared test the result is 0.746 in pretest and posttest 0.782. Posttest value has
increased and when t ⑵ 0.14 showed an increase and the results of paired two sample
test on SPSS showed that there is a significant difference between the average learning
outcomes before using the method is 65.23 with after the application of peer teaching
method is 73,85. The following calculation shows that there is an influence of peer
teaching method in improving the learning outcomes of Pancasila education in Class IV
B SDN Sugihwaras.
Keywords: merdeka belajar curriculum, learning innovation, peer teaching method
72
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
Abstrak
Kurikulum Merdeka Belajar dibuat untuk mempersiapkan kegiatan proses belajar
mengajar akibat dari permasalahan krisis belajar yang telah lama kita hadapi karena
pandemi. Krisis tersebut terlihat rendahnya hasil belajar peserta didik, terutama dalam
pembelajaran pendidikan Pancasila. Merdeka Belajar membuat guru dan siswa dengan
bebas berinovasi dan meningkatkan standar pembelajaran. Pada kenyataanya guru lebih
berperan aktif dalam proses belajar mengajar dibandingkan siswa, serta dalam
menyajikan metode pembelajaran guru masih menggunakan metode lama yaitu metode
ceramah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode peer teaching
dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Pancasila pada kurikulum merdeka belajar
siswa kelas IV B. Dalam metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif jenis
eksperimen desain pra-eksprimen dan pengelola data SPSS versi 26. Teknik pengambilan
data sampel menggunakan teknik sampling jenuh dengan jumlah populasi sebanyak 26
siswa kelas IV B. Analisis data pada penelitian ini menggunakan Uji Hipotesis. Hasil
tersebut diperoleh dari pengisian soal pilihan ganda yang berjumlah 25 butir. Dari hasil
uji hipotesis uji t-test, diperoleh signifikansi kurang dari 0,05 yang artinya terdapat sebuah
pengaruh terhadap perbedaan perlakuan variabel serta setelah dilakukan uji eta squared
hasilnya yaitu sebesar 0,746 pada pretest dan posttest 0,782. Nilai posttest mengalami
kenaikan dan bilamana t ≥ 0,14 menunjukkan adannya sebuah peningkatan dan hasil uji
paired two sample pada SPSS menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan rerata
hasil belajar antara sebelum menggunakan metode ialah 65,23 dengan setelah penerapan
metode peer teaching ialah 73,85. Perhitungan berikut menunjukkan adanya pengaruh
metode peer teaching dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Pancasila pada kelas
IV B SDN Sugihwaras.
Kata kunci: kurikulum merdeka belajar, inovasi pembelajaran, metode peer teaching
PENDAHULUAN
Kualitas sumber daya manusia ini nantinya akan dapat mempengaruhi kemajuan
bangsa, sementara itu kualitas sumber daya manusia ini bergantung atau berpengaruh erat
dengan kualitas pendidikan yang diselenggarakan. Pendidikan dalam menciptakan
masyarakat yang demokratis, terbuka, damai dan cerdas ini sangat berpengaruh atau
berhubungan dengan peranan pendidikan yang diselenggarakan. Negara Indonesia ialah
tergolong sebagai Negara berkembang yang memiliki perspektif bahwa pendidikan ialah
sebagai kebutuhan yang fundamental serta sebagai sarana agar dapat memajukan atau
mengembangkan pembangunan Negara. Dalam upaya merealisasikan kemajuan dan
perkembangan kualitas pendidikan yang ada di Negara Indonesia, dengan demikian pihak
pemerintah berupaya menaikkan kualitas pendidikannya dengan beberapa inovasi dan
reformasi dalam dunia pendidikan. Sarana guna menaikkan kualitas pendidikan ini ialah
berupa kurikulum. Menteri pendidikan dan kebudayaan menerapkan kurikulum baru
yaitu “Merdeka Belajar”. Merdeka belajar merupakan kondisi pembelajaran yang aktif
serta menyenangkan. Hasim (2020) mengutarakan bahwa suatu program akan dapat
menjadikan pendidikan yang ada di negara Indonesia menjadi lebih baik, yakni dengan
menerapkan merdeka belajar. Merdeka belajar ini nantinya akan dapat menjadikan jalan
atau cara agar dapat menghasilkan perubahan yang signifikan untuk tantangan yang ada
pada abad ke 21 ini. Merdeka belajar ini tujuannya ialah agar dapat menciptakan suasana
belajar yang bahagia, aktif dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang kian
73
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
massif seperti sekarang ini. Merdeka belajar ini harapannya ialah agar dapat memberi rasa
senang untuk pengajar, peserta didik, serta orang tua dan bahagia untuk seluruh orang
Ainia (2020).
Merdeka belajar ini dapat menyediakan kesempatan untuk guru, sekolah dan siswa
agar dapat berinovasi dan berkreasi. Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak
Pendidikan Nasional mengatakan bahwa filosofis merdeka belajar ini ialah sebagai
konsep pembelajaran seumur hidup, pola pikir yang senantiasa berkembang dan proses
pembelajaran yang mandiri. Dalam filosofis tersebut dapat dimaknai bahwa anak perlu
diberikan kebebasan dalam berfikir, hal itu bertujuan agar peserta didik semangat dalam
mendapatkan sebuah pelajaran yang akan diberikan. Pembelajaran didefinisikan dengan
proses hubungan interaksi yang di dalamnya memperlibatkan peserta didik dan pendidik
yang dapat membawa informasi serta sebuah pengetahuan. Pendidikan Pancasila ialah
satu pelajaran krusial yang diajarkan pada sekolah dasar sebab mata pelajaran tadi
mengajarkan perilaku, budi pekerti serta kedisiplinan peserta didik supaya sesuai
menggunakan norma, adat serta aturan yang ada dan yang sedang berlaku, dengan
demikian dalam melaksanakan proses pembelajaran ini dibutuhkan proses aplikasi dan
penerapan agar dapat memperoleh tujuan pembelajaran yang dilaksanakan tersebut
dengan baik. Menciptakan sebuah metode pembelajaran yang inovatif dapat digunakan
pada pembelajaran.
Pendidikan Pancasila dengan menggunakan metode yang bervariasi dapat
meningkat hasil belajar siswa pada saat mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Jika siswa
tidak bergerak aktif dalam pembelajaran hanya mendengarkan guru menjelaskan materi
dan juga duduk diam di tempat, kemungkinan siswa tidak akan memahami penjelasan
yang sudah disampaikan oleh guru, merasa bosan dan kurang termotivasi dalam belajar
sehingga dapat membuat tujuan pembelajaran tidak tercapai serta menurunkan hasil
belajar kognitif siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat menggunakan
metode peer teaching untuk dapat melibatkan siswa berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Hasil prestasi siswa tidak hanya dipengaruhi metode pembelajaran, tetapi
juga keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang secara aktif terlibat
dalam pembelajaran di kelas mereka tidak hanya akan mencapai komponen kognitif
pembelajaran, tetapi juga komponen emosional dan juga sosial.
Di beberapa tingkat sekolah dasar dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila Guru
hanya menyajikan pelajaran dengan metode menyampaikan secara langsung kepada
siswa, siswa hanya diberikan latihan soal dan membaca Lembar Kerja Siswa (LKS), Guru
tidak menggunakan media pendukung dalam menyampaikan materi yang dipelajari.
Akibatnya, pembelajaran kurang menarik sehingga siswa pasif dan bosan dalam
mengikuti pembelajaran. Dampaknya siswa tidak memahami materi mata pelajaran
Pendidikan Pancasila yang diberikan dan ini berimplikasi terhadap rendahnya hasil
belajar. Guru dalam proses pembelajaran ini jarang memberi siswa kesempatan guna
mencarikannya nilai sebagai konsekuensi atas aktivitas dari proses pembelajaran yang
tidak mencermati materi yang guru tersebut paparkan padanya. Lebih lanjut, siswa akan
dapat menjadi lebih aktif untuk membicarakan hal lain di luar materi pelajaran.
Aktivitas tersebut menyebabkan siswa tidak bisa mamahami secara maksimal
materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh pendidik. Peserta didik malu bertanya
terkait materi pembelajaran yang belum dipahami sehingga berimbas pada rendahnya
kualitas pembelajaran. Menurut hasil observasi peneliti menemukan beberapa
permasalahan yakni, perubahan kurikulum merdeka belajar ini guru dan siswa masih
beradaptasi dengan perubahan pembelajaran yang ada, seperti proses belajar mengajar
74
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
masih banyak di perankan oleh guru daripada siswa, siswa tidak semua aktif dalam proses
belajar mengajar serta siswa masih malu bertanya tentang hal yang belum mereka
pahami.Guru juga masih menggunakan metode lama yaitu metode ceramah. Hal ini pula
yang menjadikan hasil belajar siswa kelas IV B, khususnya dalam mata pelajaran
Pancasila tersebut masih kurang efektif, oleh karenannya proses pembelajaran yang
dilangsungkan tidak berjalan dengan efektif, dengan demikian tujuan pokok
pembelajaran ini nantinya tidak akan dapat secara optimal tercapai atau terpenuhi.
Semangat belajar siswa akan terpengaruh jika metode pembelajaran guru tidak
berubah. Oleh karena itu, sangat penting untuk menggunakan metode pembelajaran,
khususnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila. Pengajar dibutuhkan bisa
melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran, diantaranya pemecahan
persoalan, pengajaran kelompok, berpikir kritis, dan lainnya, selain melaksanakan
kegiatan yang memberikan pengetahuan, keterampilan, serta sikap pada peserta didik.
Lebih lanjut, siswa dan guru semestinya melakukan kolaborasi agar dapat menghasilkan
proses pembelajaran yang inovatif. Selain dipengaruhi oleh strategi pembelajaran,
gerakan aktif siswa juga berdampak pada hasil belajarnya. Interaksi antar siswa sama
pentingnya dengan hubungan guru dengan siswa. Tingkat kedewasaan teman sebaya
mereka sebanding dengan mereka sendiri, siswa yang belajar dari teman sebaya dengan
usia dan status yang sama tidak merasa tertekan dalam menerima sikap serta ide
temannya. Siswa dapat berpikir dan berperilaku cukup bebas. Siswa ini nantinya akan
dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan padanya oleh gurunya dengan lebih
mudah pada saat siswa tersebut secara efektif berkomunikasi dengan sesamanya. Selain
itu, siswa dan guru hendaknya bersinergi dan menjalin hubungan kerja sama guna
menghasilkan lingkungan belajar di kelas dengan menyenangkan.
Satu dari berbagai metode yang dapat menyelesaikan masalah tersebut ialah metode
peer teaching dalam hal ini nantinya akan dapat menaikkan kegiatan serta hasil belajar
siswa. Metode peer teaching diartikan sebagai tutor sebaya. Merujuk pernyataan Akmal
(2019) yang berpendapat bahwa metode tutor sebaya ini ialah sebagai metode
pembelajaran dengan mempergunakan suatu mentor yang berfungsi untuk memaparkan
sebuah pertanyaan atau permasalahan, menjelaskan isi, memperoleh jawaban, serta
memberikan sebuah umpan balik kepada teman sebaya. Dalam kegiatan pembelajaran ini
ialah dengan melaksanakan perencanaan serta penyediakan fasilitas untuk diri sendiri
serta orang lainnya untuk suatu kesempatan belajar, aktivitas dari pembelajaran peer-
teaching ini masih mendominasi siswa. Teman sebaya ini tugasnya ialah melaksanakan
perencaan dan penyediakan fasilitas pembelajaran serta dapat belajar dari fasilitas serta
perencaan yang dilakukan oleh anggota kelompok yang lain, diharapkan untuk membalas
pertanyaan satu dengan yang lainnya. Pengajaran teman sebaya adalah metode
pendidikan di mana sekelompok kecil siswa dengan berbagai kemampuan belajar
bersama. Setiap peserta didik harus berkolaborasi serta saling memudahkan dalam
upayanya untuk memahami materinya.
Dalam metode peer teaching ini, belajar dinyatakan masih belum tuntas jika satu
dari berbagai teman yang ada dalam suatu kelompok tertentu masih belum dapat
memahami dan menguasai bahan pelajaran yang disampaikan. Tutor sebaya (peer
teaching) didefinisikan dengan suatu aktivitas belajar yang dilaksanakan oleh sesama
pelajar yang sifatnya saling membantu satu dengan yang lainnya dalam upayanya guna
menaikkan kemampuan kognitif siswa yang lainnya. Satu dari berbagai cara guna
meningkatkan proses pembelajaran bermakna ini ialah dengan melalui bimbingan sebaya,
di mana siswa mengajar dan belajar dengan yang lainnya. Tutor sebaya, sebagaimana
75
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
yang didefinisikan oleh Sumarni (2022) adalah kelompok siswa yang sudah menuntaskan
mata pelajaran serta memudahkan siswa dalam menyelesaikan kesulitan untuk
pemahaman dan penguasaan mengenai suatu materi pelajaran tertentu yang sedang
dibahas.
Beberapa penelitian sebelumnya terkait dengan pengaruh metode peer teaching
terhadap hasil belajar siswa menurut Novitasari et al. (2021) mengungkapkan bahwa
setelah melakukan metode peer teaching terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 26 Dompu meningkat. Dapat disimpulkan
bahawa adanya efektivitas dari metode peer teaching guna menaikkan hasil belajar siswa
tahun 2020/2021. Hasil penelitian yang dilaksanakan Kusumaningtyas et al. (2016)
menyatakan bahwa setelah melakukan metode peer teaching guna menaikkan
pengetahuan makanan jajanan di SDN Ngadirgo 03 Mijen terdapat peningkatan hasil
pengetahuan tentang jajanan sehat. Pengaruh contoh pembelajaran tutor sebaya terhadap
hasil belajar siswa pada pembelajaran renang gaya dada di SD bahwa untuk penelitian
tersebut sudah dilakukan pada SDN 195 ISOLA dalam hal pengolahan data. Dengan
begitu, dapat dihasilkan kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran
tutor sebaya (peer teaching) ini memberi pengaruh signifikan pada variabel hasil belajar
siswa untuk sekolah dasar dalam hal pembelajaran renang gaya dada (Kurniawati et al.,
2021). Hasil penelitian yang dilaksanakan Sumarni (2022) menyatakan bahwa
meningkatan hasil dalam belajar IPA pada materi karakteristik spesifik pada hewan
melalui metode peer teaching dapat menaikkan kegiatan pengajar serta aktivitas peserta
didik serta hasil belajar IPA materi karakteristik khusus di hewan pada siswa kelas VI
SDN Kedunguneng Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto. Hasil penelitian yang
dilaksanakan Anistyani et al. (2018) memaparkan bahwa setelah melakukan metode peer
teaching terhadap hasil belajar matematika kelas IV sekolah dasar dapat disimpulkan
bahwa hasil penelitian yang dilangsungkan ini bahwa penggunaan dari model
pembelajaran tutor sebaya (peer teaching) ini akan dapat menaikkan hasil belajar
matematika siswa.
Hasil penelitian yang dilaksanakan Fitriawati et al. (2020) mengungkapkan bahwa
mengacu pada hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan ini menyimpulkan
bahwa penerapan metode dari tutor sebaya (peer teaching) ini dapat menaikkan
kemampuan membaca siswa untuk Q.S Al-Fill yang terdapat pada kelas IV SDN 21
Sijunjung. Selanjutnya Hasil penelitian yang dilaksanakan Candra & Mislan (2020)
menunjukkan bahwa terdapat komparasi serta berbagai faktor yang dapat memberi
pengaruh terhadap tingkatan untuk kesegaran jasmani untuk siswa sepakbola dari tanjung
jaya, yakni kegiatan keseharian aktifnya ataupun kegiatan fisik otomatis yang lebih baik
diperbandingkan dengan yang kurang aktif. Hasil penelitian yang dilaksanakan Suketi
(2019) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa penerapan metode peer lesson ini
dimaksudkan agar dapat menaikkan hasil belajar PKn siswa kelas 5 SD Negeri Tonjong
1 Kota Sukabumi dan pemahaman siswa dalam pembelajaran PKn berikut dengan hasil
belajarnya. Hasil penelitian yang dilaksanakan Putri (2022) menyatakan bahwa model
learning cycle 7e setting peer learning mampu meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang penambahan konsep dalam belajar serta pengamatan yang dilakukan oleh
Fakhrurrazi (2016) dalam judul “meningkatkan prestasi belajar pendidikan
kewarganegaraan melalui metode teman sebaya”, menyatakan bahwa penggunaan atau
penerapan dari metode tutor teman sebaya (peer teaching) dalam mata pelajaran PKn ini
nantinya akan dapat menaikkan hasil belajar siswa. Sudah banyak penelitian yang
76
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
mengkaji jenis peer teaching sebagai metode pembelajaran yang inovatif, namun masing-
masing sekolah tentu memiliki perbedaan.
Fokus pada kajian masalah terkait dengan efektivitas metode peer teaching guna
menaikkan hasil belajar Pendidikan Pancasila pada kurikulum merdeka belajar belum
banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Sebagian besar peneliti telah meneliti
pengaruh metode peer teaching terhadap peningkatan pemahamann dan keaktifan siswa.
Penelitian ini penting dilakukan karena tergolong baru serta masih tidak banyak
dijalankan. Dengan demikian, peneliti berkeinginan untuk menggunakan metode peer
teaching guna menaikkan hasil belajar Pendidikan Pancasila pada kurikulum merdeka
belajar. Fungsi metode peer teaching tidak hanya untuk menaikkan hasil belajar, tetapi
juga menaikkan hubungan interaksi siswa dengan siswa yang lainnya. Melalui metode
peer teaching ini, siswa dapat belajar lebih banyak daripada di kelas pasif dan mencegah
siswa bergerak aktif di luar pembelajaran. Peneliti juga berkeinginan agar mengetahui
apakah terdapat pengaruh dari metode peer teaching dan seberapa besar pengaruhnya
terhadap menaikkan hasil prestasi belajar siswa kelas IV B SDN Sugihwaras.
METODE
Jenis penelitian adalah langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk menyusun
suatu penelitian yang sudah terencana. Dalam kajian ini, peneliti menggunakan penelitian
uji coba (eksperimen). Penelitian ini termasuk metode kuantitatif. Penelitian eksperimen
merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang peneliti dengan cara mengumpulkan
sebuah bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis (Effendi, 2013). Jenis penelitian
yang digunakan adalah pre-experimental design. Pada pre-experimental design, desain
ini memiliki berbagai macam desain penelitian sehingga peneliti mengambil desain one-
group pretest-posttest design. Desain penelitian ini adalah sebagai aktivitas penelitian
yang memberi tes awal sebelum dilaksanakan perlakuan serta sesudah diberi perlakuan,
kemudian peneliti memberi tes akhir. Apakah terdapat suatu pengaruh guna menaikkan
hasil belajar Pendidikan Pancasila pada kurikulum merdeka belajar. Berikut gambar
pemberian one group pretest-posttest design sebagaimana yang terlihat di bawah ini.
01 X 02
Keterangan:
01: nilai sebelum diberikan perlakuan (treatment)
X: treatment dengan menggunakan metode peer teaching
02: nilai setelah diberikan treatment
Rancangan di atas menjelaskan bahwa penelitian diperhitungkan dengan cara
menimbang-nimbang nilai sebelum treatmen dengan yang sesudah diberikan treatmen.
Metode penelitian uji coba ini bisa dilaksanakan pada ruang kelas. Untuk penelitian yang
dilaksanakan ini, populasi penelitiannya ialah semua siswa kelas IV B SDN Sugihwaras
dengan jumlah 26 peserta didik. Untuk penelitian yang dilaksanakan ini, teknik
pengambilan sampel penelitiannya ialah berupa Non-probability Sampling dengan
model sampling jenuh. Sampling jenuh ini ialah kiat yang menggunakan atau
menjadikan populasi penelitian secara keseluruhan dijadikan sebagai sampel penelitian.
Hal ini dikarenakan jumlah populasinya tidak lebih dari 30 siswa (Sugiyono, 2016).
Satu-satunya faktor terpenting dalam mencapai tujuan apapun adalah pengumpulan data.
Quality control lebih sulit dicapai karena berfokus pada pembelajaran tentang people
(masyarakat objek), karena data quality control adalah informasi tentang orang atau hal-
77
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
hal yang dapat ditemukan. Untuk penelitian ini, tes penelitian yang peneliti gunakan
ialah dengan berjumlah 25 butir soal yang terdirikan atas jenis tes pilihan ganda. Kadir
(2015) menyatakan bahwa tes pilihan ganda secara lebih spesifiknya merujuk terhadap
tes yang bentuk jawabannya tersebut memilih satu jawaban yang dianggap benar.
Pada penelitian kuantitatif terdapat sebuah instrumen. Instrumen ini didefinisikan
dengan alat yang berguna agar dapat melakukan pengukuran terhadap objek ukur ataupun
melakukan pengumpulan data penelitian mengenai suatu variabel tertentu karena
memenuhi persyaratan akademik. Menurut Sugiyono (2016), validitas dan reliabilitas
berkaitan dalam penelitian kuantitatif dengan kualitas instrumen penelitian. Untuk
penelitian yang dilaksanakan ini, pengujian validitas ini dimaksudkan agar mengetahui
kelayakan atau tidak layakan instrument penelitian. Berikut hasil uji validitas yang
peneliti gunakan ialah dengan berbantuan SPSS versi 26 tercatat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas
No Butir Uji Validitas
r r Keterangan No Butir r r Keterangan
hitung tabel hitung tabel
1 SOAL1 0.472 0.404 Valid 13 SOAL13 0.477 0.404 Valid
2 SOAL2 0.522 0.404 Valid 14 SOAL14 0.486 0.404 Valid
3 SOAL3 0.609 0.404 Valid 15 SOAL15 0.617 0.404 Valid
4 SOAL4 0.483 0.404 Valid 16 SOAL16 0.476 0.404 Valid
5 SOAL5 0.535 0.404 Valid 17 SOAL17 0.750 0.404 Valid
6 SOAL6 0.731 0.404 Valid 18 SOAL18 0.476 0.404 Valid
7 SOAL7 0.691 0.404 Valid 19 SOAL19 0.506 0.404 Valid
8 SOAL8 0.702 0.404 Valid 20 SOAL20 0.552 0.404 Valid
9 SOAL9 0.474 0.404 Valid 21 SOAL21 0.479 0.404 Valid
10 SOAL10 0.506 0.404 Valid 22 SOAL22 0.438 0.404 Valid
11 SOAL11 0.444 0.404 Valid 23 SOAL23 0.611 0.404 Valid
12 SOAL12 0.497 0.404 Valid 24 SOAL24 0.517 0.404 Valid
25 SOAL25 0.673 0.404 Valid
Berdasarkan hasil pengujian validitas terhadap setiap butir soal yang telah diisi
oleh para sampel yang berjumlah 24 orang siswa diketahui bahwa seluruh variabel
memiliki korelasi di atas rtabel di atas 0,404 yang sesuai dengan signifikasi 0,05
responden 24 siswa dari kelas IV D. Atas total jumlah di atas butir soal tersebut valid dan
bisa dipakai untuk penelitain selanjutnya.
Reliabilitas ini didefinisikan dengan seberapa jauh hasil dari pengukuran yang
dilaksanakan tersebut dapat dipercayai. Hasil pengukuran ini dapat dipercaya pada saat
dilaksanakan beberapa kali pengukuran untuk suatu kelompok subjek penelitian yang
tidak berbeda atau sama, dengan demikian didapatkan hasil ukuran yang sama, selama
unsur yang diukurnya tersebut tidak berubah untuk subjek penelitiannya. Butir kuesioner
dapat dinyatakan handal atau reliable dengan catatan bahwa jawaban responden
penelitian tersebut dari waktu ke waktu menunjukkan hasil yang stabil atau konsisten.
Mengacu pada pernyataan Arifin (2017), dijelaskan bahwa instrumen penelitian dapat
dinyatakan reliable apabila koefisien dari Cronbach’s Alpha ini lebih tinggi dibandingkan
dengan 0,6. Cronbach’s Alpha ini fungsinya adalah untuk melakukan pengukuran
penyekatan bawah untuk nilai reliabilitasnya, sementara itu composite reliability
fungsinya adalah untuk melakukan pengukuran nilai sebenarnya dari reliabilitas konstruk
agar nantinya dapat memahami seberapa jauh reliabilitas dari butir soal. Dalam penelitian
78
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
ini, digunakan pendekatan dari konsistensi dari interval dengan cara mengkalkulasikan
koefisien Cronbach’s Alpha yang dilakukan pengolahan dengan berbantuan program
SPSS 26, dengan hasil berikut ini.
Bedasarkan Tabel 2 di atas, dari 25 soal pertanyaaan yang sudah diberikan dalam
penelitian ini mempunyai nilai Cronbach's Alpha signifikansi 5% yaitu 0,902 yang
artinya sangat kuat. Dikarenakan r hitung > r tabel atau 0,902 > 0,404 dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa butir soal pilihan ganda dinyatakan reliabel serta dapat
dipercaya sebagai alat untuk pengumpulan data dalam penelitian.
79
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa rata-rata nilai Pendidikan Pancasila pada
anak kelas IV B SDN Sugihwaras sebesar 65,2 atau memiliki rata-rata nilainya ialah 65
dengan nilai minimum 52, maximum 80 serta standar deviasi sebanayak 9,245. Untuk
penelitian yang dilaksanakan ini, analisis statistik deskriptif pada nilai prestest serta yang
pendidik berikan pada siswa sebelum diberi perlakuan terhadap kelas IV B SDN
Sugihwaras sebagaimana yang terlihat pada Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4 di atas, dapat diketahui bahwa nilai pretest peserta didik kelas
IV B memiliki jumlah rata-rata 65. Jumlah skor minimum sebesar 52. Jumlah skor
maksimum 80 dan standar deviasi statistik sebesar 9,245. Sedangkan untuk possttest
peserta didik kelas IV B memiliki jumlah skor rata-rata 73,85 , Jumlah skor minimum 60
serta skor maksimum 92 dan standar deviasi statistik sebesar 9,345.
Uji Normalitas dilangsungkan sebelum menguji hipotesis penelitian. uji normalitas
peneliti mempergunakan pengujian one sampel kolomogrow-smirnov. Uji kolomogrow-
smirnov merupakan suatu pengujian yang bentuk bagiannya dari uji asumsi klasik.
Peneliti menggunakan uji kolomogrow-smirnov dengan perhitungan spss versi 26. Guna
melaksanakan uji t-test penelitian harus berdistribusi normal. Uji normalitas berguna
untuk menguji hasil data yang telah di dapat, data hasil belajar siswa sebelum dan setelah
diberi perlakuan dengan metode peer teaching supaya bisa memahami dan mengetahui
data bersifat normal atau tidak normal.Taraf signifikan yang digunakan 5% dasar
pengambilan keputusan yang dapat diambil. Apabila nilai signifikansinya ini lebih tinggi
diperbandingkan dengan 0,05, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa nilai
residualnya memiliki distribusi normal, dan begitupun sebaliknya. Berikut uji normalitas
yang dapat diamati pada Tabel 5.
80
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
95% Confidence
Std. Interval of the
Std. Error Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t dftailed)
Pair Pretest - -8.615 7.305 1.433 -11.566 -5.665 -6.014 25.000
1 Posttest
Berdasarkan Tabel 6, dapat dijelaskan bahwa nilai Sig. (one-tailed) yaitu ialah
0,00 < 0,05, maka Ha diterima dan sedangkan untuk H0 ditolak. Dengan demikian,
ditemukan nilai signifikasi kurang dari 0,05 ini memperlihatkan bahwa dalam data
tersebut adanya suatu perbedaan yang signifikan antara nilai posttest dengan pretest.
81
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
Dengan ini memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk rata-rata
dari hasil belajar antara sebelum (M = 65,23, SD = 9,245) dengan setelah penerapan
metode peer teaching (M= 73,85, SD = 9,345), t hitung = -6,014, p= 0,00. Perhitungan
berikut menunjukkan terdapat pengaruh Metode peer teaching guna menaikkan hasil
belajar Pendidikan Pancasila pada kelas IV B SDN Sugihwaras.
Uji Eta Squared berfungsi untuk mengetahui besar atau kecil pengaruh
pembelajaran dengan menggunakan Metode peer teaching terhadap hasil belajar peserta
didik kelas IV B SDN Sugihwaras Peneliti menggunakan uji eta squared dengan
berbantuan spss versi 26.
Criteria Description
0,01 ≤ t < 0,06 Small Influence
0,06 ≤ t < 0,14 Medium influence
t ≥ 0,14 Great Influence
Dari data berikut Uji Eta Squared mendapatkan hasil 0,746 pada nilai pretest dan
posttest 0,782. Nilai setelah dilakukan uji coba mengalami kenaikkan dan apabila t ≥ 0,14
menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang besar dalam Metode peer teaching guna
menaikkan hasil belajar Pendidikan Pancasila dalam kurikulum merdeka belajar.
Hasil di atas menunjukkan bahwa metode peer teaching dapat membantu
meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam Pendidikan Pancasila dengan kurikulum
Merdeka Belajar. Selain itu, siswa mandiri karena mereka dapat memutuskan metode
pengajaran mereka sendiri ketika menyediakan bahan ajar, dan siswa yang pandai
mengajar berbagi dan membantu teman-teman mereka, membuat mereka tidak
mementingkan diri sendiri. Siswa akan lebih fleksibel karena mereka dapat meminta
teman-teman mereka sendiri dalam menjelaskan. Salah satu upaya untuk meningkatkan
keberhasilan pendidikan ialah penggunaan pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif
sebagian besar pekerjaan yang perlu dilakukan oleh siswa. Siswa menggunakan daya
pikir mereka untuk mengeksplorasi berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka
pelajari (Kristin, (2017). Pembelajaran aktif adalah cara belajar yang cepat,
menyenangkan, kolaboratif, dan menarik. Pembelajaran aktif untuk mempelajari sesuatu
dengan baik melibatkan mendengarkan, menonton, mengajukan pertanyaan, dan
berdiskusi dengan orang lain tentang pelajaran tertentu. Aktif disini belajar adalah tentang
siswa memecahkan masalah mereka sendiri, menemukan contoh, menguji keterampilan
mereka, dan melakukan tugas-tugas yang mengandalkan apa yang sudah mereka ketahui
(Krismanto, (2003). Megawati (2019) menyatakan bahwa peer tutoring adalah
pembelajaran dimana siswa dan guru menjadi teman sebaya dan bertujuan untuk
82
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
memberikan bimbingan kepada siswa lain untuk mencapai kesuksesan belajar yang baik.
Terakhir, Fakhrurrazi (2016) menambahkan bahwa sumber belajar itu tidak hanya guru,
tetapi juga teman sebaya yang terampil dan cepat menguasai materi tertentu. Hasil belajar
dapat maksimal ketika guru dapat bekerjasama dengan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
KESIMPULAN
Mengacu pada paparan hasil penelitian serta pembahasan yang disajikan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan peer teaching sebagai metode
pembelajaran yang inovatif terhadap pembelajaran pendidikan Pancasila efektif guna
menaikkan hasil belajar siswa kelas IV B. Hal itu dibuktikan dengan hasil pengisian butir
soal, nampak bahwa hasil belajar siswa setelah pengimplementasian metode peer
teaching lebih meningkat dibandingkan sebelum diterapkan metode peer teaching pada
pembelajaran pendidikan Pancasila. Metode peer teaching ini dapat meningkatkan
keaktifan siswa serta prestasi belajarnya, pada saat pembelajaran siswa yang pasif
menjadi lebih aktif. Data hasil belajar tersebut berasal dari uji hipotesis uji t test paired
two sample. Hasilnya t-test sebesar 0,00 < 0,05. Artinya, terdapat pengaruh metode peer
teaching terhadap hasil belajar PKn siswa kelas IV B serta dilakukannya uji eta squared
yaitu sebesar 0,746 pada pretest dan posttest 0,782. Nilai posttest mengalami kenaikan
dan bilamana t ≥ 0,14 menunjukkan bahwa ada pengaruh besar dalam metode peer
teaching terhadap hasil belajar siswa. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya dapat
diujikan pada kelas IV B karena keterbatasan waktu. Diharapkan penelitian ini dilakukan
lebih lanjut untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh metode peer teaching terhadap
hasil belajar kognitif siswa pada materi atau pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan
Relevansinya bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia,
3(3), 95-101.
Akmal, N. (2019). Pengaruh Metode Peer Teaching terhadap Hasil Belajar Mahasiswa
pada Materi Operasi Aljabar. ITQAN : Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 10(2), 69-
77.
Anistyani, T. A., Slameto, S., & Radia, E. H. (2018). Pengaruh Pembelajaran Tutor
Sebaya terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Karya
Pendidikan Matematika, 5(1), 15-22.
Arifin, Z. (2017). Kriteria Instrumen dalam suatu Penelitian. Jurnal THEOREMS (The
Original Research of Mathematics), 2(1), 28-36.
Candra, A., & Mislan, M. (2020). Peningkatan Hasil Belajar Bola Voli Menggunakan
Metode Pembelajaran Peer Teaching. Corner: Jurnal Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, 1(1), 11-15.
Effendi, M. S. (2013). Desain Eksperimental dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal
Perspektif Pendidikan, 6(1), 87-102.
Fakhrurrazi, F. (2016). Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
melalui Metode Pembelajaran Tutor Teman Sebaya. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 37(5), 3531-3542.
Fitriawati, H., Fadriati, F. & Imamora, M. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Peer
Teaching untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al- Qur’an Kelas IV di SDN
21 Sijunjung. El-Hekam: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 73-86.
83
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol. 14, No. 1, 2023
84