ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PX ABORTUS
By:
Sunarseh
Syahril mustofa
PENDAHULUAN
• Menggugurkan kandungan atau dalam dunia
kedokteran dikenal dengan istilah “abortus” berarti
mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur
dan sel sperma) sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan.
Abortus
Abotus adalah suatu proses berakhirnya suatu
kehamilan, dimana janin belum mampu hidup di luar
rahim (belum viable), dengan kriteria usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat badan janin kurang
500 gram.
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1.Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi.
Kelainan pertumbuahan hasil konsepsi dapat menimbulkan
kematian janin dan cacat bawaan yang menyebabkan hasil
konsepsi dikeluarkan, gangguan pertumbuhan hasil kosepsi
dapat terjadi karena:
a.Faktor kromosom
b.Faktor lingkungan endometritum.
c.Pengaruh luar
Cont..
2.Kelainan Pada Plasenta
a.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.
b.Gangguan pembuluh darah palsenta, diantaranya pada
diabetes melitus.
c.Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3.Penyakit Ibu
Penyakit ibu dapat secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan melalui plasenta:
a.Penyakit infeksi seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,
sifilis.
b.Anemia ibu melalui gangguan nutrisi dan peredaran O2menuju
sirkulasi retroplasenter.
c.Penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, penyakit diabetes melitus.
4.Kelainan Yang Terdapat Dalam Rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai
keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus,
uterus septus, retrofleksi uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum.
5.Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.
6.Penyebab Dari Segi Janin
a. Kematian janin akibat kelainan bawaan.
KLASIFIKASI
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan)
Yaitu:
•Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilataksi serviks
•Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
•Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.
•Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi
belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan
bayi belum 1000 gram
PATOFISIOLOGI
TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala pada abortus Imminen :
a.Terdapat keterlambatan datang bulan
b.Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c.Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan
umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot rahim
d.Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis,
dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi
otot rahim.
e.Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positif
2. Tanda dan gejala pada abortus Insipien :
a.Perdarahan lebih banyak
b.Perut mules atau sakit lebih hebat
c.Pada pemariksaan dijumpai perdarahan lebih
banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
atau hasil konsepsi dapat diraba
3. Tanda dan gejala abortus Inkomplit :
a.Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan
anemis.
b.Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan
gawat
c.Terjadi infeksi ditandai dengan suhu tinggi
d.Dapat terjadi degenerasi ganas (kario karsinoma)
4. Tanda dan gejala abortus Kompletus :
a.Uterus telah mengecil
b.pendarahan sedikit
c.Canalis servikalis telah tertutup
5. Tanda dan gejala Missed Abortion :
a.Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorbsi air
ketuban dan maserasi janin
b.Payudara mengecil kembali
MANIFESTASI KLINIS
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah
kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun,
denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering
nyeri pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a.Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak
jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
b.Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari
ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c.Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup,
teraba atau tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus
sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat
porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum
douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif. Positif bila janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup
3. Kadar Hemoglobin Status Hemodinamika Penurunan (< 10
mg%) dan Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortion.
4. Kadar Sdp Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
5. Kultur Kuman spesifik ditemukan kuman.
PENATALAKSANAAN
1. Abortus Imminen
•Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan
merangsang mekanik berkurang.
•Tes kehamilan dapat dilakukan.
•Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
•Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan
antiseptik untuk mencegah infeksi.
•Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2. Abotus Insipien
•Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai
perdarahan dengan pengosongan uterus memakai kuret vakUun
atau cunam abortus.
•Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin
10 iu dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.
•Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan
tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
•Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal,
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus Inkompletus
•Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI
fisiologi atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
•Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu
suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular.
•Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal,
lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
•Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4. Abortus Kompletus
•Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet
selama 3 sampai 5 hari.
•Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus
atau tranfuse darah.
•Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
•Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Infeksiosus Atau Septik
•Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
•Penangulangan infeksi
•Tingkatkan asupan cairan.
•Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
•Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik
atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.
6. Habitual Abortus
•Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.
•Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang,
vitamin mineral. Pembatasan obat-obatan yang diketahui
mempuyai pengaruh jelek kepada janin.
•Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional
yang tenang, dan menghilangkan rasa cemas.
7. Missed Abortion.
•Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan
konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
•Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau
segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
•Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi
serviks dengan dilatator hegar.
•Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x
5 mg lain infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5 % sebanvak
500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada
kontraksi uterus.
KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok
FAKTOR RISIKO / PREDISPOSISI YANG (DIDUGA)
BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ABORTUS.
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan
(misalnya diabetes, penyakitgh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola,toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABOTUS
A. PENGKAJIAN
1. Data subjektif
a. Biodata: mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama: pada pasien dengan abortus,
kemungkinan pasien akan datang dengan keluhan utama
perdarahan pervagina disertai dengan keluarnya bekuan
darah atau jaringan, rasa nyeri atau kram pada perut.
Cont...
c.         Riwayat kesehatan, yang terdiri atas: 
1)      Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat 
klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti 
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran 
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2)      Riwayat kesehatan masa lalu
d.       Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang 
pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh 
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
e.       Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya 
penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, 
jantung, hipertensi
f.  Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui 
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi 
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang 
terdapat dalam keluarga.
g.  Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, 
siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, 
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause 
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
h.  Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana 
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat 
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
i.  Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis 
kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-
obatankontrasepsi oral, 
k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, 
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, 
baik sebelum dan saat sakit.
l. Data psikososia: 
1)   Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi 
dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan 
mekanisme koping yang digunakan.
2)      Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial klien
l.   Data spiritual: Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, 
dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
 
2.      Data Objektif
a.  Sirkulasi: pada pasien abortus terdapat perdarahan 
pervaginam yang banyak sehingga dapat menimbulkan syok, 
pasien tampak pucat, akral dingin, tekanan darah mungkin 
menurun, nadi teraba cepat dan kecil, pasien tampak 
meringis atau kesakitan karena nyeri.
b. Breathing : Kaji pola nafas apakah bernafas spontan/tidak, 
nafas cepat/lambat. Kaji apakah ada sesak nafas/tidak, 
gerakan dinding dada simetris/asimetris, pola nafas 
teratur/tidak, auskultasi bunyi nafas normal/tidak, kaji 
frekuensi nafas serta penggunaan otot bantu pernafasan.
c.  Circulation : pada pasien abortus terdapat perdarahan 
pervaginam yang banyak sehingga dapat menimbulkan syok
d. Integritas Ego: Dapat menunjukkan labilitas emosional dari 
kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri 
klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima 
peran dalam pengalaman kelahiran. 
e. Eliminasi: Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih 
pusat
f.  Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah 
tindak anestesi spinal epidural.
g. Nyeri/ kenyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan 
dari berbagai sumber: misal nyeri penyerta, distensi kandung 
kemih/ abdomen
h. Keamanan: Jalur parenteral bila digunakan resiko 
terkena infeksi karena pemasangan infus dan nyeri 
tekan.
i.  SeksualitasL: Fundus kontraksi kuat dan terletak di 
umbilikus.
3.      Pemeriksaan fisik, meliputi: 
a.       Inspeksi
• Hal yang diinspeksi antara lain: 
• Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, 
lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan 
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan 
ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
b.      Palpasi 
1)      Sentuhan: merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, 
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan 
kontraksi uterus. 
2)      Tekanan: menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, 
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati 
turgor. 
3)      Pemeriksaan dalam: menentukan tegangan/tonus otot 
atau respon nyeri yang abnormal.
c.       Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak 
langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan 
informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. 
1)      Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan 
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau 
konsolidasi. 
2)      Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada 
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks 
kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d.      Auskultasi
• Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti 
untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru 
abdomen untuk bising usus atau denyut jantung 
janin. (Johnson & Taylor, 2005:39)
 
4.      Sekunder Assessment
a. Eksposure: pasien tampak pucat
b. Five intervention: Tekanan darah menurun, nadi cepat dan 
kecil, suhu meningkat
c.  Give Comfort: nyeri perut yang hebat, kram atau rasa 
tertekan pada pelvic
d. Head to toe: meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan 
ginekologi, menanyakan riwayat kehamilan, umur kehamilan, 
riwayat penggunaan kontrasepsi, riwayat pemeriksaan 
kehamilan (ANC), riwayat penyakit kronis atau akut, riwayat 
pengobatan serta riwayat alergi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan.
2. Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan 
pervaginam.
3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, 
penurunan sirkulasi.
4. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus ditandai 
dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, terasa kram, 
terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak meringis.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin 
dan granulosit, perdarahan, kondisi vulva lembab.
6. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
INTERVENSI KEPERWATAN
Diagnosa 1 : Devisit Volume Cairan berhubungan dengan
perdarahan.
• Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan 2x24jam tidak 
terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan 
output baik jumlah maupun kualitas.
• Kriteria hasil :
a. Turgor kulit elastis dan lembab
b. Mukosa mulut lembab
• Intevensi :
a. Kaji kondisi status hemodinamika
b. Ukur pengeluaran harian
c. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
d. Evaluasi status hemodinamika
Diagnosa 2 :  Risiko syok hemoragik berhubungan dengan perdarahan 
pervaginam.
• Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x.... jam 
diharapkan syok tidak terjadi.
• Kriteria evaluasi:
a.       Kesadaran pasien CM
b.      Tanda vital normal
c.       Syncope tidak terjadi
d.      Perdarahan tidak terjadi
• Intervensi :
a. Observasi Keadaan Umum pasien
b. Observasi tanda tanda vital
c.  Observasi kesadaran pasien
b. Observasi tanda-tanda perdarahan, jumlah, warna, adanya 
stolsel/gumpalan
c.       Kolaborasi:
1)      Kolaborasi dalam pemberian cairan fisiologis.
2)      Kolaborasi dalam pemberian 
• Rasional :
a.       Dengan mengobservasi KU pasien dapat di ketahui apakah 
pasien jatuh kedalam keadaan syok atau tidak.
b.      Penurunan tekanan darah atau denyut nadi yang tidak 
normal mengindikasikan adanya tanda syok.
b.  Dengan mengobservasi kesadaran pasien dapat diketahui 
apakah pasien mengalami syncope atau tidak.
c.   Dengan mengobservasi tanda-tanda perdarahan dapat 
dilakukan penanganan segera apabila perdarahan terjadi 
sehingga terhindar dari syok.
d.  Kolaborasi:
1)    cairan fisiologis berfungsi untuk resusitasi guna mencegah 
kehilangan cairan lebih banyak lagi
transfuse
2)   untuk mengganti kehilangan darah yang berlebihan akibat 
perdarahan pervaginam
Diagnosa 3 : Gangguan Aktivitas berhubungan dengan 
kelemahan, penurunan sirkulasi.
•Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x.24 
jam kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi.
•Intervensi :
a.       Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas.
b.      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandung,
c.       Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-
hari.
d.      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan 
kemampuan/kondisi klien.
e.       Evaluasi  perkembangan   kemampuan klien melakukan 
aktivitas.
• Rasional :
a.       Mungkin klien tidak mengalami perubahan 
berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai 
untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
b.      Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi 
dan pulsasi organ reproduksi
c.       Mengistiratkan klilen secara optimal.
b.      Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus 
imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
c.       Menilai kondisi umum klien.
• Diagnosa 3 : Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus 
ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada perut, terasa 
kram, terasa ada tekanan pada punggung, pasien tampak 
meringis.
• Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 
2x24jam diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol.
• Kriteria evaluasi :
a.   Pasien melaporkan nyeri berkurang.
b.   Pasien tampak rileks.
c.   Tanda vital normal.
• Intervensi :
a.  Kaji tingkat nyeri pasien.
b.  Observasi tanda vital.
c.  Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
d.  Ajarkan metode distraksi.
e.  Kolaborasi dalam pemberian analgetik.
• Rasional :
a. Tingkat nyeri pasien dapat dikaji menggunakan skala nyeri 
ataupun deskripsi.
b.  tekanan darah terutama akan meningkat bila pasien merasa 
nyeri.
c. Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance 
mengatasi nyeri.
d. Menggalihkan perhatian pasien terhadap nyeri.
e.  Analgetik mengurangi nyeri dan membantu pasien merasa 
rileks.
• Diagnosa 4: Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan 
hemoglobin dan granulosit, perdarahan, kondisi vulva 
lembab.
• Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama2x24 
jam diharapkan tidak terjadi infeksi selama perawatan 
perdarahan.
• Kriteria hasil:
a.       Suhu 37-38 C
b.      Tidak tampak tanda-tanda infeksi
• Intervensi :
a. Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, 
dan bau.
b. Terangkan pada klien pentingnya perawatan vulva selama 
masa perdarahan.
c.  Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
d. Lakukan perawatan vulva.
e. Terangkan pada klien cara  mengidentifikasi tanda inveksi.
f.   Anjurkan pada suami untuk tidak melakukan hubungan 
senggama sesama masa perdarahan.
• Rasional :
a.  Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat 
dischart keluar. 
b. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang 
lebih luar.
c. Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
d. Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat 
menyebabkan infeksi.
e. Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik 
infeksi
f.  Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk 
kebaikan ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat 
memperburuk kondisi system reproduksi ibu dan sekaligus 
meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
• Diagosa 5 : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
• Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 
x24jam diharapkan tidak terjadi kecemasan, pengetahuan 
klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat.
• Intervensi :
a.   Kaji tingkat pengetahuan/persepsi  klien dan keluarga 
terhadap penyakit.
b.  Kaji derajat kecemasan yang dialami klien.
c.  Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan.   
d. Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama.
e. Terangkan hal-hal seputar aborsi  yang perlu diketahui oleh 
klien dan keluarga.
• Rasional :
a.  Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas. 
b. Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan 
penialaian objektif klien tentang penyakit.
c.  Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan 
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan 
meningkatkan kesadaran diri klien.
d.  Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi 
menurunkan kecemasan.
e. Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk 
meningkatkan pengetahuan dan membangun support system 
keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
EVALUASI
1. Perdarahan  berkrang -teratasi
2. Tidak terjadi syok Gangguan Aktivitas b.d 
kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Nyeri berkurang/terkontrol
4. Tidak terjadi infeksi 
5. Cemas klien berkurang- hilang
 
 
Abortus

Abortus