BAB III. SIFAT FISIK DAN MEKANIK
              BATUAN
III.1 Pendahuluan

       Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu
yang perlu diketahui dalam mekanika batuan
dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis,
porositas, absorpsi.
b. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat
tarik, modulus elastisitas, dan nisbah Poisson.
       Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik
di laboratorium maupun di lapangan (in-situ).
Penentuan di laboratorium pada
umumnya dilakukan terhadap contoh
(sample) yang diambil dilapangan. Satu
contoh     dapat    digunakan      untuk
menentukan kedua sifat batuan.
     Pertama-tama adalah penentuan sifat
fisik batuan yang merupakan uji tanpa
merusak (non destructive test), kemudian
dilanjutkan dengan penentukan sifat
mekanik batuan yang merupakan uji
merusak (destructive test) sehingga
contoh batu hancur.
III. 2 PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN DI LABORARORIUM

III.2.1 PEMBUATAN CONTOH

III.2.1.1 Di laboratorium


   Pembuatan contoh dilaboratorium dilakukan dari
   blok batu yang diambil di lapangan yang di bor
   dengan penginti laboratorium. Contoh yang
   didapat berbentuk silinder dengan diameter
   pada umumnya antara 50 – 70 mm dan
   tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran
   contoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari
   ukuran yang disebut di atas tergantung dari
   maksud uji.
III.2.1.2 Di lapangan
       Hasil pemboran inti ke dalam massa
   batuan yang akan berupa contoh inti
   batuan dapat digunakan untuk uji
   dilaboratorium dengan syarat tinggi
   contoh dua kali diameternya. Setiap
   contoh yang diperoleh kemudian diukur
   diameter dan tingginya, dihitung luas
   permukaan dan volumenya.
III.2.2 PENIMBANGAN BERAT CONTOH
   a. Berat contoh asli (natural) : Wn.
   b. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke
   dalam oven selama 24 jam dengan temperatur
   kurang lebih 90o C) : Wo.
   c. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan
   dengan air selama 24 jam) : Ww.
   d. Berat contoh jenuh didalam air : Ws
   e. Volume contoh tanpa pori-pori : Wo - Ws.
   f. Volume contoh total : Ww - Ws.
III.2.3 SIFAT FISIK BATUAN
III.3.     PENENTUAN SIFAT          MEKANIK      BATUAN     DI
         LABORATORIUM

a.       UJI KUAT TEKAN (UNCONFINED COMPRESSIVE
         STRENGTH TEST)

            Uji ini menggunakan mesin tekan (compression
         machine) untuk menekan contoh batu yang berbentuk
         silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial).
         Penyebaran tegangan di dalam contoh batu secara
         teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan
         pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya
         arah tegangan tidak searah dengan gaya yang
         dikenakan pada contoh tersebut karena ada pengaruh
         dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit
         contoh. Sehingga bentuk pecahan tidak berbentuk
         bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan
         berbentuk kerucut (Gambar 1).
Gambar Penyebaran Tegangan di dalam contoh batu
    dan bentuk pecahannya pada uji kuat tekan
Perbandingan antara tinggi dan diameter
contoh ( L/D ) mempengaruhi nilai kuat
tekan batuan.Untuk perbandingan L/D = 1,
kondisi tegangan triaksial saling bertemu
(Gambar 2) sehingga akan memperbesar
nilai kuat tekan batuan. Untuk uji kuat
tekan digunakan 2 < L/D < 2,5
GAMBAR KONDISI TEGANGAN DI DALAM CONTOH
           UNTUK L/D BERBEDA
Perpindahan dari contoh batu baik
aksial (Δ l ) maupun lateral (ΔD) selama
uji berlangsung dapat diukur dengan
menggunakan dial gauge atau electric
strain gauge (Gambar ).
    Dari hasil uji kuat tekan, dapat
digambarkan kurva tegangan-regangan
(stress-strain) untuk tiap contoh batu.
Kemudian dari kurva ini dapat ditentukan
sifat mekanik batuan (Gambar ) :
III.3.2 UJI KUAT TARIK TAK LANGSUNG (INDIRECT
    TENSILE STRENGTH TEST)


      Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat
  tarik (tensile strength) dari contoh batu
  berbentuk silinder secara tak langsung. Uji
  cara ini dikenal sebagai uji tarik Brazil.
  Alat yang digunakan adalah mesin tekan
  seperti pada uji kuat tekan.
III.3.3 UJI POINT LOAD
      Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan
 (strength) dari contoh batu secara tak langsung di
 lapangan. Contoh batu dapat berbentuk silinder atau
 tidak beraturan (Gambar). Peralatan yang digunakan
 mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup
 ringan (Gambar). Uji cepat, sehingga kekuatan batuan
 dapat segera diketahui di lapangan, sebelum uji di
 laboratorium dilakukan.
      Contoh yang disarankan untuk uji ini adalah yang
 berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm (NX = 54
 mm).
Dari uji ini didapat :
  Is = P/D2
  dengan
• Is = Point load strength index (indeks
  Franklin)
• P = Beban maksimum sampai contoh
  pecah
• D = Jarak antara dua konus penekan.
Hubungan antara indeks Franklin (Is)
  dengan kuat tekan (σc) menurut
  Bieniawski adalah sebagai berikut :
• σc = 23 . Is,,,untuk diameter contoh = 50
  mm.
  Jika Is = 1 MPa maka indeks tersebut
  tidak lagi mempunyai arti sehingga
  disarankan untuk menggunakan uji lain
  dalam penentuan kekuatan (strength)
  batuan.
III.3.4 UJI TRIAKSIAL
   Salah satu uji yang terpenting di dalam
   mekanika batuan untuk menentukan
   kekuatan batuan di bawah tiga komponen
   tegangan adalah uji triaksial. Contoh yang
   digunakan berbentuk silinder dengan
   syarat-syarat sama pada uji kuat tekan.
• Dari hasil uji triaksial dapat ditentukan :
   - strength envelope (kurva intrinsic),
   - kuat geser (shear strength),
   - sudut geser dalam (φ),
   - kohesi (C).
III.3.5 UJI PUNCH SHEAR
      Uji ini untuk mengetahui kuat geser (shear
  strength) dari contoh batu secara langsung.
  Contoh berbentuk silinder tipis yang ukurannya
  sesuai dengan alat uji punch dengan tebal t cm
  dan diameter d cm (Gambar ). Sesudah contoh
  dimasukkan ke dalam alat uji punch kemudian
  ditekandengan mesin tekan sampai contoh
  pecah (P kg).
• Kuat geser (shear strength) = P / π.d. t
III.3.6 UJI GESER LANGSUNG

      Uji ini untuk mengetahui kuat geser
  batuan pada tegangan normal tertentu.
• Dari hasil uji dapat ditentukan :
  - garis Coulomb's shear strength,
  - kuat geser (shear strength),
  - sudut geser dalam (φ),
  - kohesi (C).
III.3.7 UJI KECEPATAN RAMBAT
   GELOMBANG ULTRA SONIK
     Modulus Young (E) dan nisbah Poisson (ν)
 dapat juga ditentukan secara tidak langsung
 (dinamis) dengan uji kecepatan rambat
 gelombang ultrasonik yaitu mengukur kecepatan
 rambat gelombang ultra sonik pada contohbatu.
     Dari hasil uji ini akan didapat nilai-nilai cepat
 rambat gelombang primer (vp) dan cepat rambat
 gelombang sekunder (vs). Kemudian dapat
 dihitung modulus Young dan nisbah Poisson
 dari batuan yang diuji.
PENGGUNAAN SIFAT MEKANIK BATUAN HASIL UJI
             LABORATORIUM
PENENTUAN SIFAT MEKANIK BATUAN
            IN-SITU
    Dilakukannya uji in-situ untuk menentukan
sifat mekanik batuan lebih menguntungkan
dibandingkan dengan uji di laboratorium karena
menyangkut volume batuan yang besar
sehingga hasilnya lebih representatif dan lebih
menggambarkan keadaan massa batuan yang
sebenarnya.
    Gambar     di    bawah      memperlihatkan
bertambahnya      jumlah      kekar     dengan
bertambahnya besar ukuran contoh.
1. UJI BEBAN BATUAN (ROCK LOADING
  TEST/JACKING TEST)
  Uji beban batuan dilakukan untuk menentukan
  besaran dari modulus deformasi atau modulus
  elastisitas massa batuan di dalam sebuah
  lubang        bukaan.Kemampuan         rubahan
  (deformability) suatu massa batuan in-situ
  biasanya ditentukan dengan cara mendongkrak
  batuan tersebut (jacking test). Peralatan yang
  digunakan untuk jacking test seperti yang
  ditunjukkan oleh Gambar .
Uji ini dilakukan di bawah tanah di
dalam sebuah lubang bukaan batuan atau
lebih dikenal dengan istilah test adit.
Dongkrak menekan atap dan lantai lubang
bukaan atau menekan dinding yang pada
bagian kontaknya merupakan permukaan
plat yang rata. Hasil dari uji ini adalah
deformasi atap dan lantai atau dinding
akibat pembebanan oleh jack tersebut.
Deformasi ini diukur dengan dial gauge
dan    extensometer     pada     berbagai
kedalaman.
2. UJI GESER BLOK
  Uji geser blok dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat
  geser (shear strength) dan parameter deformasi di
  daerah geser (shear zone) atau pada massa batuan
  yang banyak mengandung bidang-bidang diskontinuitas.
  Uji ini harus dilakukan pada daerah yang strukturnya
  merupakan bagian dari konstruksi bawah tanah yang
  akan dibuat. Bagian batuan yang akan diuji harus
  sebesar mungkin. Ukuran batuannya tidak kurang dari
  40 x 40 cm dengan tinggi 20 cm. Bila ukurannya lebih
  besar dari 40 x 40cm, maka perbandingan panjang,
  lebar, dan tinggi biasanya 2 : 2 : 1. Kadang-kadang
  landasannya merupakan blok yang ukurannya 0,70 m x
  0,70m, bahkan dapat juga 1,0 x 1,0 m.
Gambar memperlihatkan peralatan dan tata letaknya di
dalam sebuah lubang bukaan. Setelah persiapan
selesai, beban tangensial dan beban normal dilakukan
kepada blok batuan dengan dongkrak hidrolik. Untuk uji
di dalam lubang bukaan, dongkrak hidrolik menyangga
atap dan dinding lubang tersebut. Dongkrak vertikal
memberikan beban normal pada blok dan dongkrak
miring atau horisontal memberikan beban tangensial
(geser). Arah penekanan blok batu oleh dongkrak
sebaiknya membentuk sudut sekitar 150 untuk
menghindari rotasi blok dan meringankan beban geser.
Pengukuran deformasi dilakukan selama pembebanan
dan pelepasan beban dengan menggunakan dial gauge.
Uji ini juga akan memberikan besaran sudut ketahanan
geser dari batuan.
3. UJI TRIAKSIAL IN-SITU
      Uji ini dilakukan untuk mengetahui
  karakteristik deformasi dan kekuatan
  batuan     pada    kondisi  pembebanan
  triaksial. Tempat uji adalah di dalam
  lubang bukaan bawah tanah. Kontak
  permukaan lantai, atap dan dinding yang
  akan dikenakan beban berukuran sekitar
  1,0 m x 1,0 m. Peralatan dan tata letaknya
  dapat dilihat pada Gambar.
Pembebanan ke arah vertikal dilakukan oleh
dongkrak hidrolik, sedangkan untuk arah
horisontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat
dengan cara menggali bagian lantai. Ruang
antara flat jack dengan dinding batuan yang
akan ditekan diisi oleh semen. Agar dapat
diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga
buah bore hole extensometer sepanjang
masing-masing + 1,0 m dan electric
displacement transducer untuk mengukur
perpindahan (displacement) vertikal. Sedangkan
untuk arah horisontalnya, perpindahan diukur
dengan deflectometer dan electric displacement
transducer atau Linear Variable Differential
Transducer (LVDT).
Pada sebuah terowongan dilakukan uji
triaksial in-situ. Pembebanan maksimum
ke arah vertikal adalah 60 kgf/cm2 dan ke
arah horisontal sampai mencapai 80
kgf/cm2. Kadang-kadang tekanan ke arah
horisontal sampai mencapai 200 kgf/cm2 .
Hasil uji dapat dilihat pada Tabel .
EV adalah modulus untuk pembebanan
statik yang menaik.
EA adalah modulus untuk pembebanan
statik yang menurun
PENGGUNAAN SIFAT MEKANIK
   BATUAN HASIL UJI IN-SITU

Dalam Tabel dibawah diberikan ringkasan
mengenai jenis uji in-situ untuk mendapatkan
parameter mekanik batuan dan penggunaan
parameter tersebut.

Tabel Jenis uji sifat mekanik in-situ dan
penggunaan parameter hasil ujinya
PENENTUAN JUMLAH CONTOH
    Dengan statistik, jumlah contoh yang dibutuhkan
    dalam uji di laboratorium untuk penentuan sifat
    fisik dan sifat mekanik sebuah batuan dengan
    ketelitian yang dikehendaki dapat dihitung
    sebagai berikut :
•   X=μ–kσ
    dengan :
•   X = nilai yang diambil (diperkirakan)
•   μ = nilai rata-rata dari populasi
•   σ = simpangan baku dari populasi.

Bab iii mekanika batuan

  • 1.
    BAB III. SIFATFISIK DAN MEKANIK BATUAN III.1 Pendahuluan Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi. b. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas, dan nisbah Poisson. Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun di lapangan (in-situ).
  • 2.
    Penentuan di laboratoriumpada umumnya dilakukan terhadap contoh (sample) yang diambil dilapangan. Satu contoh dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan uji tanpa merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentukan sifat mekanik batuan yang merupakan uji merusak (destructive test) sehingga contoh batu hancur.
  • 3.
    III. 2 PENENTUANSIFAT FISIK BATUAN DI LABORARORIUM III.2.1 PEMBUATAN CONTOH III.2.1.1 Di laboratorium Pembuatan contoh dilaboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil di lapangan yang di bor dengan penginti laboratorium. Contoh yang didapat berbentuk silinder dengan diameter pada umumnya antara 50 – 70 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran contoh dapat lebih kecil maupun lebih besar dari ukuran yang disebut di atas tergantung dari maksud uji.
  • 4.
    III.2.1.2 Di lapangan Hasil pemboran inti ke dalam massa batuan yang akan berupa contoh inti batuan dapat digunakan untuk uji dilaboratorium dengan syarat tinggi contoh dua kali diameternya. Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya, dihitung luas permukaan dan volumenya.
  • 5.
    III.2.2 PENIMBANGAN BERATCONTOH a. Berat contoh asli (natural) : Wn. b. Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan temperatur kurang lebih 90o C) : Wo. c. Berat contoh jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww. d. Berat contoh jenuh didalam air : Ws e. Volume contoh tanpa pori-pori : Wo - Ws. f. Volume contoh total : Ww - Ws.
  • 6.
  • 8.
    III.3. PENENTUAN SIFAT MEKANIK BATUAN DI LABORATORIUM a. UJI KUAT TEKAN (UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH TEST) Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan contoh batu yang berbentuk silinder, balok atau prisma dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam contoh batu secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang dikenakan pada contoh tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan yang menghimpit contoh. Sehingga bentuk pecahan tidak berbentuk bidang pecah yang searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut (Gambar 1).
  • 9.
    Gambar Penyebaran Tegangandi dalam contoh batu dan bentuk pecahannya pada uji kuat tekan
  • 10.
    Perbandingan antara tinggidan diameter contoh ( L/D ) mempengaruhi nilai kuat tekan batuan.Untuk perbandingan L/D = 1, kondisi tegangan triaksial saling bertemu (Gambar 2) sehingga akan memperbesar nilai kuat tekan batuan. Untuk uji kuat tekan digunakan 2 < L/D < 2,5
  • 11.
    GAMBAR KONDISI TEGANGANDI DALAM CONTOH UNTUK L/D BERBEDA
  • 14.
    Perpindahan dari contohbatu baik aksial (Δ l ) maupun lateral (ΔD) selama uji berlangsung dapat diukur dengan menggunakan dial gauge atau electric strain gauge (Gambar ). Dari hasil uji kuat tekan, dapat digambarkan kurva tegangan-regangan (stress-strain) untuk tiap contoh batu. Kemudian dari kurva ini dapat ditentukan sifat mekanik batuan (Gambar ) :
  • 22.
    III.3.2 UJI KUATTARIK TAK LANGSUNG (INDIRECT TENSILE STRENGTH TEST) Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh batu berbentuk silinder secara tak langsung. Uji cara ini dikenal sebagai uji tarik Brazil. Alat yang digunakan adalah mesin tekan seperti pada uji kuat tekan.
  • 24.
    III.3.3 UJI POINTLOAD Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan (strength) dari contoh batu secara tak langsung di lapangan. Contoh batu dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan (Gambar). Peralatan yang digunakan mudah dibawa-bawa, tidak begitu besar dan cukup ringan (Gambar). Uji cepat, sehingga kekuatan batuan dapat segera diketahui di lapangan, sebelum uji di laboratorium dilakukan. Contoh yang disarankan untuk uji ini adalah yang berbentuk silinder dengan diameter = 50 mm (NX = 54 mm).
  • 27.
    Dari uji inididapat : Is = P/D2 dengan • Is = Point load strength index (indeks Franklin) • P = Beban maksimum sampai contoh pecah • D = Jarak antara dua konus penekan.
  • 28.
    Hubungan antara indeksFranklin (Is) dengan kuat tekan (σc) menurut Bieniawski adalah sebagai berikut : • σc = 23 . Is,,,untuk diameter contoh = 50 mm. Jika Is = 1 MPa maka indeks tersebut tidak lagi mempunyai arti sehingga disarankan untuk menggunakan uji lain dalam penentuan kekuatan (strength) batuan.
  • 29.
    III.3.4 UJI TRIAKSIAL Salah satu uji yang terpenting di dalam mekanika batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tiga komponen tegangan adalah uji triaksial. Contoh yang digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada uji kuat tekan. • Dari hasil uji triaksial dapat ditentukan : - strength envelope (kurva intrinsic), - kuat geser (shear strength), - sudut geser dalam (φ), - kohesi (C).
  • 32.
    III.3.5 UJI PUNCHSHEAR Uji ini untuk mengetahui kuat geser (shear strength) dari contoh batu secara langsung. Contoh berbentuk silinder tipis yang ukurannya sesuai dengan alat uji punch dengan tebal t cm dan diameter d cm (Gambar ). Sesudah contoh dimasukkan ke dalam alat uji punch kemudian ditekandengan mesin tekan sampai contoh pecah (P kg). • Kuat geser (shear strength) = P / π.d. t
  • 34.
    III.3.6 UJI GESERLANGSUNG Uji ini untuk mengetahui kuat geser batuan pada tegangan normal tertentu. • Dari hasil uji dapat ditentukan : - garis Coulomb's shear strength, - kuat geser (shear strength), - sudut geser dalam (φ), - kohesi (C).
  • 36.
    III.3.7 UJI KECEPATANRAMBAT GELOMBANG ULTRA SONIK Modulus Young (E) dan nisbah Poisson (ν) dapat juga ditentukan secara tidak langsung (dinamis) dengan uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik yaitu mengukur kecepatan rambat gelombang ultra sonik pada contohbatu. Dari hasil uji ini akan didapat nilai-nilai cepat rambat gelombang primer (vp) dan cepat rambat gelombang sekunder (vs). Kemudian dapat dihitung modulus Young dan nisbah Poisson dari batuan yang diuji.
  • 39.
    PENGGUNAAN SIFAT MEKANIKBATUAN HASIL UJI LABORATORIUM
  • 40.
    PENENTUAN SIFAT MEKANIKBATUAN IN-SITU Dilakukannya uji in-situ untuk menentukan sifat mekanik batuan lebih menguntungkan dibandingkan dengan uji di laboratorium karena menyangkut volume batuan yang besar sehingga hasilnya lebih representatif dan lebih menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya. Gambar di bawah memperlihatkan bertambahnya jumlah kekar dengan bertambahnya besar ukuran contoh.
  • 42.
    1. UJI BEBANBATUAN (ROCK LOADING TEST/JACKING TEST) Uji beban batuan dilakukan untuk menentukan besaran dari modulus deformasi atau modulus elastisitas massa batuan di dalam sebuah lubang bukaan.Kemampuan rubahan (deformability) suatu massa batuan in-situ biasanya ditentukan dengan cara mendongkrak batuan tersebut (jacking test). Peralatan yang digunakan untuk jacking test seperti yang ditunjukkan oleh Gambar .
  • 44.
    Uji ini dilakukandi bawah tanah di dalam sebuah lubang bukaan batuan atau lebih dikenal dengan istilah test adit. Dongkrak menekan atap dan lantai lubang bukaan atau menekan dinding yang pada bagian kontaknya merupakan permukaan plat yang rata. Hasil dari uji ini adalah deformasi atap dan lantai atau dinding akibat pembebanan oleh jack tersebut. Deformasi ini diukur dengan dial gauge dan extensometer pada berbagai kedalaman.
  • 46.
    2. UJI GESERBLOK Uji geser blok dilakukan untuk mendapatkan nilai kuat geser (shear strength) dan parameter deformasi di daerah geser (shear zone) atau pada massa batuan yang banyak mengandung bidang-bidang diskontinuitas. Uji ini harus dilakukan pada daerah yang strukturnya merupakan bagian dari konstruksi bawah tanah yang akan dibuat. Bagian batuan yang akan diuji harus sebesar mungkin. Ukuran batuannya tidak kurang dari 40 x 40 cm dengan tinggi 20 cm. Bila ukurannya lebih besar dari 40 x 40cm, maka perbandingan panjang, lebar, dan tinggi biasanya 2 : 2 : 1. Kadang-kadang landasannya merupakan blok yang ukurannya 0,70 m x 0,70m, bahkan dapat juga 1,0 x 1,0 m.
  • 48.
    Gambar memperlihatkan peralatandan tata letaknya di dalam sebuah lubang bukaan. Setelah persiapan selesai, beban tangensial dan beban normal dilakukan kepada blok batuan dengan dongkrak hidrolik. Untuk uji di dalam lubang bukaan, dongkrak hidrolik menyangga atap dan dinding lubang tersebut. Dongkrak vertikal memberikan beban normal pada blok dan dongkrak miring atau horisontal memberikan beban tangensial (geser). Arah penekanan blok batu oleh dongkrak sebaiknya membentuk sudut sekitar 150 untuk menghindari rotasi blok dan meringankan beban geser. Pengukuran deformasi dilakukan selama pembebanan dan pelepasan beban dengan menggunakan dial gauge. Uji ini juga akan memberikan besaran sudut ketahanan geser dari batuan.
  • 50.
    3. UJI TRIAKSIALIN-SITU Uji ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik deformasi dan kekuatan batuan pada kondisi pembebanan triaksial. Tempat uji adalah di dalam lubang bukaan bawah tanah. Kontak permukaan lantai, atap dan dinding yang akan dikenakan beban berukuran sekitar 1,0 m x 1,0 m. Peralatan dan tata letaknya dapat dilihat pada Gambar.
  • 52.
    Pembebanan ke arahvertikal dilakukan oleh dongkrak hidrolik, sedangkan untuk arah horisontal oleh flat jack. Dudukan flat jack dibuat dengan cara menggali bagian lantai. Ruang antara flat jack dengan dinding batuan yang akan ditekan diisi oleh semen. Agar dapat diperoleh nilai deformasi, maka dipasang tiga buah bore hole extensometer sepanjang masing-masing + 1,0 m dan electric displacement transducer untuk mengukur perpindahan (displacement) vertikal. Sedangkan untuk arah horisontalnya, perpindahan diukur dengan deflectometer dan electric displacement transducer atau Linear Variable Differential Transducer (LVDT).
  • 53.
    Pada sebuah terowongandilakukan uji triaksial in-situ. Pembebanan maksimum ke arah vertikal adalah 60 kgf/cm2 dan ke arah horisontal sampai mencapai 80 kgf/cm2. Kadang-kadang tekanan ke arah horisontal sampai mencapai 200 kgf/cm2 . Hasil uji dapat dilihat pada Tabel . EV adalah modulus untuk pembebanan statik yang menaik. EA adalah modulus untuk pembebanan statik yang menurun
  • 55.
    PENGGUNAAN SIFAT MEKANIK BATUAN HASIL UJI IN-SITU Dalam Tabel dibawah diberikan ringkasan mengenai jenis uji in-situ untuk mendapatkan parameter mekanik batuan dan penggunaan parameter tersebut. Tabel Jenis uji sifat mekanik in-situ dan penggunaan parameter hasil ujinya
  • 57.
    PENENTUAN JUMLAH CONTOH Dengan statistik, jumlah contoh yang dibutuhkan dalam uji di laboratorium untuk penentuan sifat fisik dan sifat mekanik sebuah batuan dengan ketelitian yang dikehendaki dapat dihitung sebagai berikut : • X=μ–kσ dengan : • X = nilai yang diambil (diperkirakan) • μ = nilai rata-rata dari populasi • σ = simpangan baku dari populasi.