2
Most read
4
Most read
10
Most read
La Moelu adalah seorang anak laki-laki miskin yang masih berumur
belasan tahun. Ia tinggal bersama ayahnya yang sudah tua renta di
sebuah dusun di daerah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara,
Indonesia. Berkat kerja keras, kesabaran, dan ketekunannya, La Moelu
menjadi seorang yang kaya raya. Bagaimana lika-liku perjalanan hidup
La Moelu sehingga menjadi kaya raya? Ikuti kisahnya dalam cerita La
Moelu Si Anak Yatim berikut ini!
***

Alkisah, di sebuah dusun di daerah Sulawesi Tenggara, hiduplah
seorang anak laki-laki yatim bernama La Moelu yang masih berusia
belasan tahun. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih bayi. Kini, ia
tinggal bersama ayahnya yang sudah sangat tua dan tidak mampu lagi
mencari nafkah. Jangankan bekerja, berjalan pun harus dibantu dengan
sebuah tongkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, La Moelulah yang harus bekerja keras. Karena masih anak-anak, satu-satunya
pekerjaan yang dapat dilakukannya adalah memancing ikan di sungai
yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Pada suatu hari, La Moelu pergi memancing ikan di sungai. Hari itu, ia
membawa umpan dari cacing tanah yang cukup banyak dengan
harapan dapat memperoleh ikan yang banyak pula. Saat ia tiba di tepi
sungai itu, tampaklah kawanan ikan muncul di permukaan air. Ia pun
semakin tidak sabar ingin segera menangkap ikan-ikan tersebut.
Dengan penuh semangat, ia segera memasang umpan pada mata
kailnya lalu melemparkannya ke tengah-tengah kawanan ikan itu.
Setelah itu, ia duduk menunggu sambil bersiul-siul. Anehnya, sudah
cukup lama ia menunggu, namun tak seekor ikan pun yang menyentuh
umpannya.

“Hei, ke mana perginya kawanan ikan itu? Padahal tadi aku melihat
mereka bermunculan di permukaan air,” gumam La Moelu heran.

Hari semakin siang. La Moelu belum juga memperoleh seekor ikan pun.
Mulanya, ia berniat untuk berhenti memancing. Namun karena
penasaran terhadap kawanan ikan tersebut, akhirnya ia pun
memutuskan untuk meneruskannya.

“Ah, aku tidak boleh putus asa! Barangkali saja ikan-ikan tersebut belum
menemukan umpanku,” pikirnya.

Alhasil, beberapa saat kemudian, tiba-tiba kailnya bergetar. Dengan
penuh hati-hati, ia menarik kailnya ke tepi sungai secara perlahan-lahan.
Ketika kailnya terangkat, tampaklah seekor ikan kecil yang mungil terkait
di ujung kailnya. Meski hanya memperoleh ikan kecil, hati La Moelu
tetap senang karena bentuk ikan itu sangat indah. Akhirnya, ia pun
membawa pulang ikan itu untuk ditunjukkan kepada Ayahnya.
Sesampainya di rumah, ayahnya pun merasa senang melihat ikan itu.

“Ikan apa yang kamu bawa itu, Anakku? Indah sekali bentuknya,” ucap
ayahnya dengan perasaan kagum.

“Entahlah, Ayah!” jawab La Moelu.

“Sebaiknya ikan ini diapakan, Ayah?” tanya La Moelu.

“Sebaiknya kamu pelihara saja ikan itu, Anakku! Kalaupun pun dimasak
pasti tidak cukup untuk kita makan berdua,” ujar sang Ayah.

Orang tua renta itu kemudian menyuruh La Moelu agar menyimpan ikan
itu ke dalam kembok yang berisi air. La Moelu pun menuruti petunjuk
ayahnya. Keesokan harinya, betapa terkejutnya La Moelu saat melihat
ikan itu sudah sebesar kembok. Ayahnya pun terperanjat saat melihat
kejadian aneh itu.

“Pindahkan segera ikan itu ke dalam lesung!” perintah sang Ayah.

Mendengar perintah itu, La Moelu pun segera mengisi lesung itu dengan
air, lalu memasukkan ikan tersebut ke dalamnya. Keesokan harinya,
kejadian aneh itu terulang lagi. Ikan itu sudah sebesar lesung. Sang
Ayah pun segera menyuruh La Moelu agar memindahkan ikan itu ke
dalam guci besar. Pada hari berikutnya, ikan itu berubah menjadi
sebesar guci. La Moelu pun mulai kebingungan mencari wadah untuk
menyimpan ikan itu.

“Di mana lagi kita akan menyimpan ikan ini, Ayah?” tanya La Moelu
bingung.

Sang Ayah pun menyuruh La Moelu agar memasukkan ikan itu ke
dalam drum yang berada di samping rumah mereka. La Moelu segera
memasukkan ikan itu ke dalam drum tersebut. Keesokan harinya, ikan
itu sudah sebesar drum. Ayah dan anak itu semakin bingung, karena
mereka tidak memiliki lagi wadah yang bisa menampung ikan itu.
Akhirnya, sang Ayah menyuruh La Moelu membawa ikan itu ke laut.

La Moelu pun membawa ikan itu ke laut. Sebelum melepas ikan itu ke
laut, terlebih dahulu ia memberi nama ikan itu dan berpesan kepadanya.

“Hai, Ikan! Aku memberimu nama Jinnande Teremombonga. Jika aku
memanggil nama itu, segeralah kamu datang ke tepi laut, karena aku
akan memberimu makan!” ujar La Moelu.

Ikan itu pun mengibas-ngibaskan ekornya pertanda setuju. Setelah itu,
La Moelu pun melepasnya. Ikan itu tampak senang dan gembira karena
bisa berenang dengan bebas di samudera luas.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, La Moelu kembali ke laut untuk
memberi makan ikan itu. Sesampainya di tepi laut, ia pun segera
berteriak memanggil ikan itu.

“Jinnande Teremombonga...!!!”

Tak berapa lama, Jinnande Teremombonga pun datang
menghampirinya. Setelah makan, ikan itu kembali ke laut lepas.
Demikianlah kegiatan La Moelu setiap pagi.

Pada suatu pagi, ketika La Moelu sedang memberi makan Jinnande
Teremombonga, ada tiga orang pemuda sedang mengintainya dari atas
pohon yang rimbun. Mereka adalah keluarga yang juga tetangga La
Moelu. Ketika melihat seekor ikan raksasa mendekati La Moelu, ketiga
pemuda itu tersentak kaget. Melihat hal itu, maka timbullah niat jahat
mereka ingin menangkap ikan itu.

“Kawan-kawan! Ayo kita tangkap ikan itu!” seru salah seorang dari
mereka.

“Tunggu dulu! Kita jangan gegabah! Kita tunggu sampai La Moelu
pulang, setelah itu barulah kita menangkap ikan itu,” cegah seorang
pemuda yang lain.
Setelah La Moelu kembali ke rumahnya, ketiga pemuda itu segera turun
dari pohon lalu berjalan menuju ke tepi laut. Sesampainya di tepi laut,
salah seorang di antara mereka maju beberapa langkah lalu berteriak
memanggil ikan itu.

““Jinnande Teremombonga...!!!”

Dalam sekejap, Jinnande Teremombonga pun datang ke tepi laut.
Namun, saat melihat orang yang berteriak memanggilnya itu bukan
tuannya, ikan itu segera kembali berenang ke tengah laut.

“Hai, kenapa ikan itu pergi lagi?” tanya pemuda yang berteriak tadi.

“Ah, barangkali dia takut melihat kamu. Mundurlah! Biar aku yang
mencoba memanggilnya,” kata pemuda yang lainnya seraya maju ke
tepi laut.

Tidak berapa lama setelah pemuda itu berteriak memanggilnya,
Jinnande Teremombonga datang lagi. Ketika melihat wajah orang yang
memanggilnya tidak sama dengan wajah tuannya, ia pun segera
kembali ke tengah laut. Ketiga pemuda itu mulai kesal melihat perilaku
ikan itu. Mereka pun bingung untuk bisa menangkap ikan itu.

Setelah berembuk, ketiga pemuda tersebut menemukan satu cara, yakni
salah seorang dari mereka akan berteriak memanggil ikan itu,
sementara dua orang lainnya akan menombaknya. Ternyata rencana
mereka berhasil. Pada saat ikan itu datang ke tepi laut, kedua pemuda
yang sudah bersiap-siap segera menombaknya. Ikan itu pun mati
seketika. Mereka memotong-motong daging ikan itu lalu membagibaginya. Setiap orang mendapat bagian satu pikul. Setelah itu, mereka
membawa pulang bagian masing-masing. Betapa senangnya hati
keluarga mereka saat melihat daging ikan sebanyak itu.

Keesokan harinya, La Moelu kembali ke laut untuk memberi makan ikan
kesayangannya itu. Sesampainya di tepi laut, ia pun segera berteriak
memanggilnya.

“Jinnande Teremombonga..!!!”

Sudah cukup lama La Moelu menunggu, namun ikan itu belum juga
muncul. Berkali-kali ia berteriak memanggil dengan suara yang lebih
keras, tapi ikan itu tak kunjung datang ke tepi laut. La Moelu pun mulai
cemas kalau-kalau terjadi sesuatu dengan Jinnande Teremombonga.

“Ke mana perginya Jinnande Teremombonga? Biasanya, aku hanya
sekali memanggil dia sudah datang. Tapi kali ini, aku sudah berkali-kali
memanggilnya, dia belum juga muncul. Apakah ada orang yang telah
menangkapnya?” gumam La Moelu.
Hingga hari menjelang siang, ikan itu tak kunjung datang. Akhirnya, La
Moelu pun kembali ke rumahnya dengan perasaan kesal dan sedih.
Dalam perjalanan pulang, ia selalu memikirkan nasib ikan
kesayangangnya itu. Sesampainya di rumah, ia pun menceritakan hal itu
kepada ayahnya. Namun, sang Ayah tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali
hanya menasehatinya.

“Sudahlah, Anakku! Barangkali ikan itu pergi mencari teman-temannya
ke tengah samudra sana,” ujar ayahnya.

Pada malam harinya, La Moelu berkunjung ke rumah salah seorang
pemuda yang telah mencuri ikannya. Kebetulan pada saat itu, pemuda
itu sedang makan bersama keluarganya. Saat melihat lauk yang mereka
makan dari daging ikan besar, tiba-tiba La Moelu teringat pada
Jinannande Teremombonga.

“Wah, jangan-jangan ikan yang mereka makan itu si Jinnande
Teremombonge,” pikirnya.

La Moelu pun menanyakan dari mana mereka memperoleh ikan itu.
Mulanya, pemuda itu enggan untuk memberitahukannya, namun setelah
didesak oleh La Moelu akhirnya ia pun menceritakan semuanya.

“Tadi pagi aku menangkapnya di tepi laut. Memangnya kenapa, hai
anak yatim? Apakah kamu ingin juga menikmati kelezatan ikan ini?”
tanya pemuda itu dengan nada mengejek.

Betapa sedihnya hati La Moelu setelah mendengar cerita pemuda itu.
Ternyata dugaannya benar bahwa lauk yang mereka makan itu adalah
daging Jinnande Teremombonga. Hati La Moelu bertambah sedih ketika
pemuda itu menawarkan daging ikan itu kepadanya, namun yang
diberikan kepadanya ternyata hanya daun pepaya. Meski diperlakukan
demikian, La Moelu tidak merasa dendam kepada pemuda itu.

Ketika hendak pulang ke rumahnya, La Moelu memungut tulang ikan
yang dibuang oleh pemuda itu. Ketika sampai di depan rumahnya, ia
mengubur tulang ikan itu agar dapat mengenang Jinnande
Teremombonga, ikan kesayangannya.

Keesokan harinya, La Moelu dikejutkan oleh sesuatu yang aneh terjadi
pada kuburan itu, di atasnya tumbuh sebuah tanaman. Anehnya lagi,
tanaman itu berbatang emas, berdaun perak, berbunga intan, dan
berbuah berlian. Ia pun segera memberitahukan peristiwa aneh itu
kepada ayahnya.

‘Ayah! Coba lihat tanaman ajaib di depan rumah kita!” ajak La Moelu.

Ayah La Moelu pun segera keluar dari rumah sambil berjalan
sempoyongan. Alangkah terkejutnya ketika si tua renta itu melihat
tanaman ajaib itu.
“Hai, Anakku! Bagaimana tanaman ajaib ini bisa tumbuh di sini?” tanya
ayah La Moelu dengan heran.

La Moelu pun menceritakan semua sehingga tanaman ajaib itu tumbuh
di depan rumah mereka. Ayah La Moelu pun menyadari bahwa itu
semua adalah berkat dari Tuhan Yang Mahakuasa yang diberikan
kepada mereka. Akhirnya, mereka pun membiarkan tanaman itu tumbuh
menjadi besar. Para penduduk yang mengetahui keberadaan tanaman
ajaib itu silih berganti berdatangan ingin menyaksikannya.

Semakin hari, tanaman itu semakin besar. La Moelu pun mulai menjual
ranting, daun, bunga, dan buahnya sedikit demi sedikit. Uang hasil
penjualannya kemudian ia tabung. Lama kelamaan La Moelu pun
menjadi seorang kaya raya yang pemurah di kampungnya. Ia
senantiasa membantu para penduduk yang miskin, termasuk ketiga
pemuda yang pernah menangkap ikan kesayangannya. Tak heran, jika
seluruh penduduk di kampung itu sangat hormat dan sayang kepada La
Moelu. La Moelu pun hidup sejahtera dan bahagia bersama ayahnya.

***

Demikian cerita La Moelu Si Anak Yatim dari daerah Muna, Sulawesi
Tenggara, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori dongeng yang
mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari. Sedikitnya ada tiga pesan moral yang dapat
dipetik dari cerita di atas, yaitu keutamaan sifat kasih sayang antara
sesama makhluk, sifat tidak pendendam, dan buah dari sifat murah hati.

Pertama, keutamaan sifat kasih sayang antara sesama makhluk. Sifat
ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu yang sangat sayang kepada
Jinnande Teremombonga dengan memberinya makan setiap hari.
Menurut orang tua-tua Melayu, orang yang suka berkasih sayang akan
dimudahkan hidupnya oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Dikatakan dalam
tunjuk ajar Melayu:

wahai ananda dengarlah petuah,
berkasih sayang jadikan amanah
ke mana pergi engkau pelihara
supaya hidupmu beroleh berkah

wahai ananda permata ibu,
kasihmu jangan memilih bulu
sayangmu jangan menuruti nafsu
semoga Allah memberkahi hidupmu

Kedua, keutamaan sifat tidak pendendam. Sifat ini ditunjukkan oleh
perilaku La Moelu. Meskipun telah menjadi orang kaya raya, ia tidak
pernah sakit hati dan dendam kepada ketiga pemuda yang telah
menangkap ikannya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
apa tanda Melayu terpuji,
dendam mendendam pantang sekali
tangan pemurah suka memberi

Ketiga, buah dari sifat murah hati. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La
Moelu. Ia senantiasa membantu orang-orang miskin di sekitarnya,
termasuk ketiga pemuda yang telah menangkap ikannya. Buah dari sifat
pemurahnya, La Moelu pun disegani dan dihormati oleh semua orang.

wahai ananda sibiran tulang,
janganlah ragu memaafkan orang
sengketa habis dendam dibuang
hati pemurah hidupmu dikasihi orang

More Related Content

DOCX
Cerita rakyat daerah muna
DOCX
Cerita rakyat la ode wuna
PPTX
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
DOCX
Naskah Sidang BPUPKI Lengkap
DOC
Nasi goreng
PPTX
Bab 1 menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia
PPTX
strategi pergerakan nasional di indonesia pada masa awal kelompok 5
PPTX
PPT Kerajaan Islam di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara
Cerita rakyat daerah muna
Cerita rakyat la ode wuna
PPT KEBIJAKAN PEMERINTAH KOLONIAL DAN MASA GUBERNUR JENDERAL
Naskah Sidang BPUPKI Lengkap
Nasi goreng
Bab 1 menelusuri peradaban awal di kepulauan indonesia
strategi pergerakan nasional di indonesia pada masa awal kelompok 5
PPT Kerajaan Islam di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara

What's hot (20)

ODT
Autobiografi
PPTX
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
PPTX
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
DOCX
Tugas kliping batik indonesia
PPTX
PRESENTASI Peristiwa pemberontakan republik maluku selatan (rms)
PPTX
Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme bagian 1
DOC
cerita ku- Liburan ke gunung gede pangrango
DOCX
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
PPT
Reaksi Rakyat Terhadap Keserakahan VOC
PPTX
Profil negara negara asean
PPTX
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
DOCX
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
PPTX
Perlawanan Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
DOCX
Cerita timun mas dalam bahasa inggris
PPTX
Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
PPT
Ppt suku toraja
DOC
Karya tulis bahaya narkoba bagi remaja
PDF
IPS Kelas III BAB 4 indonesia dari masa kemerdekaan hingga reformasi
PPT
Sistem tanam paksa
PPTX
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
Autobiografi
Ppt 3 dan 4 mengenal manusia purba (wajib)
PPT Islamisasi dan Silang Budaya di Nusantara [SEJARAH ISLAM]
Tugas kliping batik indonesia
PRESENTASI Peristiwa pemberontakan republik maluku selatan (rms)
Perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme bagian 1
cerita ku- Liburan ke gunung gede pangrango
Laporan Kunjungan Museum Ronggowarsito
Reaksi Rakyat Terhadap Keserakahan VOC
Profil negara negara asean
akulturasi kebudayaan hindu budha di indonesia
Bahasa Indonesia - Resensi Buku Non Fiksi
Perlawanan Sultan Agung dari Mataram (1613-1645)
Cerita timun mas dalam bahasa inggris
Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
Ppt suku toraja
Karya tulis bahaya narkoba bagi remaja
IPS Kelas III BAB 4 indonesia dari masa kemerdekaan hingga reformasi
Sistem tanam paksa
PPT IPS Terpadu kelas 8 Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
Ad

Viewers also liked (19)

DOCX
Cerita rakyat muna o manu bhe ando
DOCX
Kumpulan sastra lama muna
DOCX
Tugas bahasa daerah muna
DOCX
Kumpulan lagu muna
DOCX
Drama dalam bahasa muna
DOCX
Kumpulan lagu muna
PPTX
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
DOCX
Analisis struktural dalam cerita rakyat
DOCX
Makalah cerpen SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
DOCX
Kota bersejarah di kabupaten muna
DOCX
Makalah kaago ago dalam bahasa muna
DOCX
Kabaretisasi cerpen
PDF
Tesis lisan kantola di kabupaten muna
DOCX
Kumpulan lagu muna
DOC
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
DOCX
Adat istiadat kabupaten muna
DOCX
Legenda Ciung Wanara dan Unsur Intrinsiknya (Bahasa Indonesia & Sunda)
DOCX
Cerita rakyat bahasa jawa, Keong Mas, Jaka Tarub, Rawa Pening
Cerita rakyat muna o manu bhe ando
Kumpulan sastra lama muna
Tugas bahasa daerah muna
Kumpulan lagu muna
Drama dalam bahasa muna
Kumpulan lagu muna
Tugas Bahasa Indonesia kelas XI: Cerita Rakyat Sumatera Selatan
Analisis struktural dalam cerita rakyat
Makalah cerpen SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Kota bersejarah di kabupaten muna
Makalah kaago ago dalam bahasa muna
Kabaretisasi cerpen
Tesis lisan kantola di kabupaten muna
Kumpulan lagu muna
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
Adat istiadat kabupaten muna
Legenda Ciung Wanara dan Unsur Intrinsiknya (Bahasa Indonesia & Sunda)
Cerita rakyat bahasa jawa, Keong Mas, Jaka Tarub, Rawa Pening
Ad

Similar to Cerita rakyat muna la moelu (19)

PDF
Cerita rakyat nusantara 3
DOCX
Semut dan belalang
DOCX
Semut dan belalang
DOCX
Asal Usul Tari Tradisional Guel Indonesia.docx
PDF
Buku ilustrasi-anak lumba-lumba
DOC
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
DOC
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
DOC
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
DOCX
Ikan patin
DOCX
Asal Mula Ikan Duyung.docx
DOCX
Anak ikan yang suka menipu
PPTX
Pelajaran 2
PPTX
Pelajaran 2
PPTX
KAIDAH KEBAHASAAN di pelajaran bahasa indonesia
DOCX
Legenda ikan patin
DOCX
Burung bangau dengan seekor ketam
DOCX
Natasya ungu violet
PPTX
Asal-usul Danau Toba.pptx
DOCX
Sinopsis Danau Toba
Cerita rakyat nusantara 3
Semut dan belalang
Semut dan belalang
Asal Usul Tari Tradisional Guel Indonesia.docx
Buku ilustrasi-anak lumba-lumba
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Dilarang menjala ikan di hari sabtu (denny prabowo)
Ikan patin
Asal Mula Ikan Duyung.docx
Anak ikan yang suka menipu
Pelajaran 2
Pelajaran 2
KAIDAH KEBAHASAAN di pelajaran bahasa indonesia
Legenda ikan patin
Burung bangau dengan seekor ketam
Natasya ungu violet
Asal-usul Danau Toba.pptx
Sinopsis Danau Toba

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

DOCX
Stiker kk bondan
DOCX
Proposal bantuan sepak bola
DOCX
Surat pernyataan nusantara sehat
DOCX
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
DOCX
Halaman sampul target
DOC
Makalah seni kriya korea
DOC
Makalah makromolekul
DOC
126895843 makalah-makromolekul
DOCX
Kafer akbid paramata
DOCX
Perilaku organisasi
DOC
Mata pelajaran seni budaya
DOCX
Lingkungan hidup
DOC
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
DOCX
Odher scout community
DOCX
Surat izin keramaian
DOCX
Makalah keganasan
DOC
Perilaku organisasi
DOC
Makalah penyakit genetika
DOCX
Undangan kecamatan lasalepa
DOC
Bukti registrasi pajak
Stiker kk bondan
Proposal bantuan sepak bola
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Halaman sampul target
Makalah seni kriya korea
Makalah makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Kafer akbid paramata
Perilaku organisasi
Mata pelajaran seni budaya
Lingkungan hidup
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Odher scout community
Surat izin keramaian
Makalah keganasan
Perilaku organisasi
Makalah penyakit genetika
Undangan kecamatan lasalepa
Bukti registrasi pajak

Cerita rakyat muna la moelu

  • 1. La Moelu adalah seorang anak laki-laki miskin yang masih berumur belasan tahun. Ia tinggal bersama ayahnya yang sudah tua renta di sebuah dusun di daerah Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Berkat kerja keras, kesabaran, dan ketekunannya, La Moelu menjadi seorang yang kaya raya. Bagaimana lika-liku perjalanan hidup La Moelu sehingga menjadi kaya raya? Ikuti kisahnya dalam cerita La Moelu Si Anak Yatim berikut ini! *** Alkisah, di sebuah dusun di daerah Sulawesi Tenggara, hiduplah seorang anak laki-laki yatim bernama La Moelu yang masih berusia belasan tahun. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih bayi. Kini, ia tinggal bersama ayahnya yang sudah sangat tua dan tidak mampu lagi mencari nafkah. Jangankan bekerja, berjalan pun harus dibantu dengan sebuah tongkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, La Moelulah yang harus bekerja keras. Karena masih anak-anak, satu-satunya pekerjaan yang dapat dilakukannya adalah memancing ikan di sungai yang terletak tidak jauh dari tempat tinggalnya.
  • 2. Pada suatu hari, La Moelu pergi memancing ikan di sungai. Hari itu, ia membawa umpan dari cacing tanah yang cukup banyak dengan harapan dapat memperoleh ikan yang banyak pula. Saat ia tiba di tepi sungai itu, tampaklah kawanan ikan muncul di permukaan air. Ia pun semakin tidak sabar ingin segera menangkap ikan-ikan tersebut. Dengan penuh semangat, ia segera memasang umpan pada mata kailnya lalu melemparkannya ke tengah-tengah kawanan ikan itu. Setelah itu, ia duduk menunggu sambil bersiul-siul. Anehnya, sudah cukup lama ia menunggu, namun tak seekor ikan pun yang menyentuh umpannya. “Hei, ke mana perginya kawanan ikan itu? Padahal tadi aku melihat mereka bermunculan di permukaan air,” gumam La Moelu heran. Hari semakin siang. La Moelu belum juga memperoleh seekor ikan pun. Mulanya, ia berniat untuk berhenti memancing. Namun karena penasaran terhadap kawanan ikan tersebut, akhirnya ia pun memutuskan untuk meneruskannya. “Ah, aku tidak boleh putus asa! Barangkali saja ikan-ikan tersebut belum menemukan umpanku,” pikirnya. Alhasil, beberapa saat kemudian, tiba-tiba kailnya bergetar. Dengan penuh hati-hati, ia menarik kailnya ke tepi sungai secara perlahan-lahan. Ketika kailnya terangkat, tampaklah seekor ikan kecil yang mungil terkait
  • 3. di ujung kailnya. Meski hanya memperoleh ikan kecil, hati La Moelu tetap senang karena bentuk ikan itu sangat indah. Akhirnya, ia pun membawa pulang ikan itu untuk ditunjukkan kepada Ayahnya. Sesampainya di rumah, ayahnya pun merasa senang melihat ikan itu. “Ikan apa yang kamu bawa itu, Anakku? Indah sekali bentuknya,” ucap ayahnya dengan perasaan kagum. “Entahlah, Ayah!” jawab La Moelu. “Sebaiknya ikan ini diapakan, Ayah?” tanya La Moelu. “Sebaiknya kamu pelihara saja ikan itu, Anakku! Kalaupun pun dimasak pasti tidak cukup untuk kita makan berdua,” ujar sang Ayah. Orang tua renta itu kemudian menyuruh La Moelu agar menyimpan ikan itu ke dalam kembok yang berisi air. La Moelu pun menuruti petunjuk ayahnya. Keesokan harinya, betapa terkejutnya La Moelu saat melihat ikan itu sudah sebesar kembok. Ayahnya pun terperanjat saat melihat kejadian aneh itu. “Pindahkan segera ikan itu ke dalam lesung!” perintah sang Ayah. Mendengar perintah itu, La Moelu pun segera mengisi lesung itu dengan air, lalu memasukkan ikan tersebut ke dalamnya. Keesokan harinya,
  • 4. kejadian aneh itu terulang lagi. Ikan itu sudah sebesar lesung. Sang Ayah pun segera menyuruh La Moelu agar memindahkan ikan itu ke dalam guci besar. Pada hari berikutnya, ikan itu berubah menjadi sebesar guci. La Moelu pun mulai kebingungan mencari wadah untuk menyimpan ikan itu. “Di mana lagi kita akan menyimpan ikan ini, Ayah?” tanya La Moelu bingung. Sang Ayah pun menyuruh La Moelu agar memasukkan ikan itu ke dalam drum yang berada di samping rumah mereka. La Moelu segera memasukkan ikan itu ke dalam drum tersebut. Keesokan harinya, ikan itu sudah sebesar drum. Ayah dan anak itu semakin bingung, karena mereka tidak memiliki lagi wadah yang bisa menampung ikan itu. Akhirnya, sang Ayah menyuruh La Moelu membawa ikan itu ke laut. La Moelu pun membawa ikan itu ke laut. Sebelum melepas ikan itu ke laut, terlebih dahulu ia memberi nama ikan itu dan berpesan kepadanya. “Hai, Ikan! Aku memberimu nama Jinnande Teremombonga. Jika aku memanggil nama itu, segeralah kamu datang ke tepi laut, karena aku akan memberimu makan!” ujar La Moelu. Ikan itu pun mengibas-ngibaskan ekornya pertanda setuju. Setelah itu, La Moelu pun melepasnya. Ikan itu tampak senang dan gembira karena
  • 5. bisa berenang dengan bebas di samudera luas. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, La Moelu kembali ke laut untuk memberi makan ikan itu. Sesampainya di tepi laut, ia pun segera berteriak memanggil ikan itu. “Jinnande Teremombonga...!!!” Tak berapa lama, Jinnande Teremombonga pun datang menghampirinya. Setelah makan, ikan itu kembali ke laut lepas. Demikianlah kegiatan La Moelu setiap pagi. Pada suatu pagi, ketika La Moelu sedang memberi makan Jinnande Teremombonga, ada tiga orang pemuda sedang mengintainya dari atas pohon yang rimbun. Mereka adalah keluarga yang juga tetangga La Moelu. Ketika melihat seekor ikan raksasa mendekati La Moelu, ketiga pemuda itu tersentak kaget. Melihat hal itu, maka timbullah niat jahat mereka ingin menangkap ikan itu. “Kawan-kawan! Ayo kita tangkap ikan itu!” seru salah seorang dari mereka. “Tunggu dulu! Kita jangan gegabah! Kita tunggu sampai La Moelu pulang, setelah itu barulah kita menangkap ikan itu,” cegah seorang pemuda yang lain.
  • 6. Setelah La Moelu kembali ke rumahnya, ketiga pemuda itu segera turun dari pohon lalu berjalan menuju ke tepi laut. Sesampainya di tepi laut, salah seorang di antara mereka maju beberapa langkah lalu berteriak memanggil ikan itu. ““Jinnande Teremombonga...!!!” Dalam sekejap, Jinnande Teremombonga pun datang ke tepi laut. Namun, saat melihat orang yang berteriak memanggilnya itu bukan tuannya, ikan itu segera kembali berenang ke tengah laut. “Hai, kenapa ikan itu pergi lagi?” tanya pemuda yang berteriak tadi. “Ah, barangkali dia takut melihat kamu. Mundurlah! Biar aku yang mencoba memanggilnya,” kata pemuda yang lainnya seraya maju ke tepi laut. Tidak berapa lama setelah pemuda itu berteriak memanggilnya, Jinnande Teremombonga datang lagi. Ketika melihat wajah orang yang memanggilnya tidak sama dengan wajah tuannya, ia pun segera kembali ke tengah laut. Ketiga pemuda itu mulai kesal melihat perilaku ikan itu. Mereka pun bingung untuk bisa menangkap ikan itu. Setelah berembuk, ketiga pemuda tersebut menemukan satu cara, yakni
  • 7. salah seorang dari mereka akan berteriak memanggil ikan itu, sementara dua orang lainnya akan menombaknya. Ternyata rencana mereka berhasil. Pada saat ikan itu datang ke tepi laut, kedua pemuda yang sudah bersiap-siap segera menombaknya. Ikan itu pun mati seketika. Mereka memotong-motong daging ikan itu lalu membagibaginya. Setiap orang mendapat bagian satu pikul. Setelah itu, mereka membawa pulang bagian masing-masing. Betapa senangnya hati keluarga mereka saat melihat daging ikan sebanyak itu. Keesokan harinya, La Moelu kembali ke laut untuk memberi makan ikan kesayangannya itu. Sesampainya di tepi laut, ia pun segera berteriak memanggilnya. “Jinnande Teremombonga..!!!” Sudah cukup lama La Moelu menunggu, namun ikan itu belum juga muncul. Berkali-kali ia berteriak memanggil dengan suara yang lebih keras, tapi ikan itu tak kunjung datang ke tepi laut. La Moelu pun mulai cemas kalau-kalau terjadi sesuatu dengan Jinnande Teremombonga. “Ke mana perginya Jinnande Teremombonga? Biasanya, aku hanya sekali memanggil dia sudah datang. Tapi kali ini, aku sudah berkali-kali memanggilnya, dia belum juga muncul. Apakah ada orang yang telah menangkapnya?” gumam La Moelu.
  • 8. Hingga hari menjelang siang, ikan itu tak kunjung datang. Akhirnya, La Moelu pun kembali ke rumahnya dengan perasaan kesal dan sedih. Dalam perjalanan pulang, ia selalu memikirkan nasib ikan kesayangangnya itu. Sesampainya di rumah, ia pun menceritakan hal itu kepada ayahnya. Namun, sang Ayah tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali hanya menasehatinya. “Sudahlah, Anakku! Barangkali ikan itu pergi mencari teman-temannya ke tengah samudra sana,” ujar ayahnya. Pada malam harinya, La Moelu berkunjung ke rumah salah seorang pemuda yang telah mencuri ikannya. Kebetulan pada saat itu, pemuda itu sedang makan bersama keluarganya. Saat melihat lauk yang mereka makan dari daging ikan besar, tiba-tiba La Moelu teringat pada Jinannande Teremombonga. “Wah, jangan-jangan ikan yang mereka makan itu si Jinnande Teremombonge,” pikirnya. La Moelu pun menanyakan dari mana mereka memperoleh ikan itu. Mulanya, pemuda itu enggan untuk memberitahukannya, namun setelah didesak oleh La Moelu akhirnya ia pun menceritakan semuanya. “Tadi pagi aku menangkapnya di tepi laut. Memangnya kenapa, hai anak yatim? Apakah kamu ingin juga menikmati kelezatan ikan ini?”
  • 9. tanya pemuda itu dengan nada mengejek. Betapa sedihnya hati La Moelu setelah mendengar cerita pemuda itu. Ternyata dugaannya benar bahwa lauk yang mereka makan itu adalah daging Jinnande Teremombonga. Hati La Moelu bertambah sedih ketika pemuda itu menawarkan daging ikan itu kepadanya, namun yang diberikan kepadanya ternyata hanya daun pepaya. Meski diperlakukan demikian, La Moelu tidak merasa dendam kepada pemuda itu. Ketika hendak pulang ke rumahnya, La Moelu memungut tulang ikan yang dibuang oleh pemuda itu. Ketika sampai di depan rumahnya, ia mengubur tulang ikan itu agar dapat mengenang Jinnande Teremombonga, ikan kesayangannya. Keesokan harinya, La Moelu dikejutkan oleh sesuatu yang aneh terjadi pada kuburan itu, di atasnya tumbuh sebuah tanaman. Anehnya lagi, tanaman itu berbatang emas, berdaun perak, berbunga intan, dan berbuah berlian. Ia pun segera memberitahukan peristiwa aneh itu kepada ayahnya. ‘Ayah! Coba lihat tanaman ajaib di depan rumah kita!” ajak La Moelu. Ayah La Moelu pun segera keluar dari rumah sambil berjalan sempoyongan. Alangkah terkejutnya ketika si tua renta itu melihat tanaman ajaib itu.
  • 10. “Hai, Anakku! Bagaimana tanaman ajaib ini bisa tumbuh di sini?” tanya ayah La Moelu dengan heran. La Moelu pun menceritakan semua sehingga tanaman ajaib itu tumbuh di depan rumah mereka. Ayah La Moelu pun menyadari bahwa itu semua adalah berkat dari Tuhan Yang Mahakuasa yang diberikan kepada mereka. Akhirnya, mereka pun membiarkan tanaman itu tumbuh menjadi besar. Para penduduk yang mengetahui keberadaan tanaman ajaib itu silih berganti berdatangan ingin menyaksikannya. Semakin hari, tanaman itu semakin besar. La Moelu pun mulai menjual ranting, daun, bunga, dan buahnya sedikit demi sedikit. Uang hasil penjualannya kemudian ia tabung. Lama kelamaan La Moelu pun menjadi seorang kaya raya yang pemurah di kampungnya. Ia senantiasa membantu para penduduk yang miskin, termasuk ketiga pemuda yang pernah menangkap ikan kesayangannya. Tak heran, jika seluruh penduduk di kampung itu sangat hormat dan sayang kepada La Moelu. La Moelu pun hidup sejahtera dan bahagia bersama ayahnya. *** Demikian cerita La Moelu Si Anak Yatim dari daerah Muna, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam
  • 11. kehidupan sehari-hari. Sedikitnya ada tiga pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu keutamaan sifat kasih sayang antara sesama makhluk, sifat tidak pendendam, dan buah dari sifat murah hati. Pertama, keutamaan sifat kasih sayang antara sesama makhluk. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu yang sangat sayang kepada Jinnande Teremombonga dengan memberinya makan setiap hari. Menurut orang tua-tua Melayu, orang yang suka berkasih sayang akan dimudahkan hidupnya oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu: wahai ananda dengarlah petuah, berkasih sayang jadikan amanah ke mana pergi engkau pelihara supaya hidupmu beroleh berkah wahai ananda permata ibu, kasihmu jangan memilih bulu sayangmu jangan menuruti nafsu semoga Allah memberkahi hidupmu Kedua, keutamaan sifat tidak pendendam. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu. Meskipun telah menjadi orang kaya raya, ia tidak pernah sakit hati dan dendam kepada ketiga pemuda yang telah menangkap ikannya. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
  • 12. apa tanda Melayu terpuji, dendam mendendam pantang sekali tangan pemurah suka memberi Ketiga, buah dari sifat murah hati. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku La Moelu. Ia senantiasa membantu orang-orang miskin di sekitarnya, termasuk ketiga pemuda yang telah menangkap ikannya. Buah dari sifat pemurahnya, La Moelu pun disegani dan dihormati oleh semua orang. wahai ananda sibiran tulang, janganlah ragu memaafkan orang sengketa habis dendam dibuang hati pemurah hidupmu dikasihi orang