Cerpen 
KADO UNTUK IBU 
Intan Risky S. (21) 
Lidya Christina S. (22) 
Marta Refila M. (23) 
Nastiti Nur P. W. (24)
KADO UNTUK IBU 
Kala sinar mentari menembus jendela kamarku, ku dengar seseorang 
berkata dengan lembutnya. 
“Bangun sayang….! Matahari pagi telah tersenyum menyambutmu.” 
“Ahh mama, aku kan masih ngantuk. Lagian hari ini kan hari minggu!”. 
Bentakku, tapi mama cuma tersenyum dan berkata. 
“Loh, kok gitu sih anak mama? Ayo cepat mandi! Katanya mau ikut ke 
mall?”. 
“Iya, iya…. Huh…”. Gerutuku. Tapi mama tetap sabar. Eh iya kenalin 
namaku Keisya. Kata teman-teman aku anak manja. Huh what ever! 
Biarin aja, toh itu uangnya orangtuaku, bukan uang mereka. 
Huh pagi ini mama benar-benar cerewet! 
Malam hilang pagi pun datang, hari ini aku sekolah. Dari kecil aku selalu 
diantar kemana-mana. Hidupku serba terbatas. Yaa.. tapi satu hal yang 
aku tahu, papa dan mama melakukan ini karena aku anak tunggal. Eh aku 
juga punya sahabat namanya Prita, dia temenku dari kecil. 
Rupanya ada anak baru di kelasku, namanya Mella, anaknya pakai 
kacamata, rambutnya panjang. Iih culun deh..
“Ini saatnya beraksi!” bisikku pada Prita. 
Aku dan Prita mau ngerjain anak baru itu, kami menyiram Mella saat dia di 
kamar mandi. Uhh kasihan… “Anak culun kayak kamu nggak pantes ada di 
sekolah elit ini!” Itu ucapan setiap aku dan Prita ketemu sama Mella. Hingga 
suatu siang Mella ketemu sama Rangga, anak paling keren di sekolah. 
Mereka berdua akrab banget, membuat hatiku jengkel. 
Waktu pulang sekolah aku mempermalukkan Mella di depan banyak teman 
saat di lapangan basket, biar dia gak deketin Rangga lagi. Tapi Rangga datang 
dan membela Mella, lalu aku di panggil BK. Orang tuaku pun di panggil. 
Sepulang sekolah aku dimarahi habis-habisan sama papa, tapi mama tidak 
memarahiku, karena mama sayang banget sama aku. Mama terus belain aku. 
Aku tahu aku salah, tapi itu karena aku jengkel. Guru-guru tidak pernah 
memperhatikanku lagi, Mella juga sering mendapat nilai ulangan lebih baik 
daripada aku. Karna hal itu papa tidak memperbolehkan aku keluar selama 
liburan tahun ini tanpa supir. 
“Papa jahat!” Aku berteriak sambil berlari menuju kamar, dan mengunci 
pintunya.
Tapi di rumahnya, aku menemukan hal lain yang membuatku merasa bersalah 
menganggap dia tak berguna. Liburan kali ini dia gunakan untuk membantu ibunya 
jualan sayuran keliling. Aku merasa iba saat dagangannya jatuh karena dia terpleset. 
Aku mencoba membantunya, tapi dia seprti ketakutan melihatku. 
“Tidak Mell, aku justru ingin minta maaf karena kesalahanku.. maaf, kamu mau kan 
maafin aku?” 
“Sebelum kamu minta maaf aku sudah memaafkanmu” katanya. 
Lalu aku menuju ke rumahnya, di perjalanan kami saling tukar cerita. Dan kemudian 
dia berhenti “Bukankah besok hari ibu?” kata Mella dengan nada sendu. 
“Oh iya?” Tanyaku karena luapa, “Oh iya Mell apa kamu di suruh berjualan? Kok 
tega……” Belum selesai aku bertanya lagi tapi Mella sudah menjawab “Tidak, ini 
karena keinginanku sendiri, dan aku ingin nabung agar bisa beli kado buat hari ibu 
besok” 
Hatiku tergoyah mendengar jawabannya. Aku berpikir selama ini aku hanya menuntut 
sesuatu dari mama dan papa. Aku salut sama Mella, dia rela jualan sayur keliling demi 
ibu yang sangat dicintainya. Sedangkan aku hanya minta apa saja pada mama dan papa 
tanpa berpikir panjang. Sejak saat itu aku dan Mella jadi sahabat. 
Kata Mella, jika uangnya sudah terkumpul, dia ingin membelikan keranjang sepeda 
untuk ibunya. Karena keranjang yang sekarang sudah tidak layak lagi padahal 
keranjang itu untuk ibunya jualan sehari-hari.
Hari berganti. Aku minta antar supirku ke rumah Mella, aku mau beri pelajaran 
padanya. Dan langsung ke rumahnya, aku berani karena Mella bisa sekolah akibat di 
biayai papa. Aku melewati jalan yang becek di sebuah kampong, 
“Aku udah duga dia anak kampung!”. 
Hari itu juga, aku di ajak Mella ke Masjid untuk sholat dan mendengarkan ceramah 
dari pak Ustadz. Ceramahnya tentang hari ibu, karena besok adalah hari ibu. 
Pak Ustadz mengatakan bahwa menghormati ibu itu sangat penting, jasa ibu 
sangatlah besar. Ibu rela mengorbankan nyawanya saat melahirkan seorang bayi. Ibu 
rela kesakitan saat bayi tersebut keluar, dan ibu rela menggendong bayi itu dalam 
kandungan selama 9 bulan 10 hari tanpa mengenal lelah. 
“Maka dari itu, berbaktilah pada orangtua terutama ibu, karena surga berada di 
bawah telapak kakinya. Ridha Alloh SWT terletak pada ridha orangtua, begitu pula 
murka-Nya. Maka janganlah sekali-kali menyakiti hati oragtua terutama ibu.” 
Hatiku tersentuh lagi, aku menyadari dosaku pada papa dan mama sangatlah besar. 
Setelah pengajian selesai, aku bertanya pada Mella kado apa yang harus ku berikan 
untuk mama besok. 
“Buat aja puisi, pasti mama kamu senang.” Kata Mella. 
Setelah seharian di rumah Mella aku unjuk diri. Setiba di rumah, aku membuat puisi 
untuk ibu besok.
Hari pun berganti, pagi ini begitu cerah saat mama membangunkanku seperti biasa 
dengan senyuman yang menyejukkan dari bibir lembutnya. Aku pun langsung 
bergegas mandi, lalu sarapan bareng mama dan papa. Saat semua sudah selesai 
sarapan aku pamitan untuk pergi ke sekolah dengan mencium tangan papa tak lupa 
pula mama, aku juga mencium pipi kanan dan kiri mama. Dan saat itu pula tak ku 
rasa air mataku menetes, oh iya aku mengulurkan tanganku dengan sepucuk kertas 
berwarna merah. Aku lari menuju mobil, sambil berteriak… 
“Selamat hari ibu, Mama.” Pak supir yang menungguku heran melihat wajahku, 
“kenapa dek keisya? Kok nangis gitu? Kan jelek jadinya…” 
“Tidak kenapa-napa pak, hanya lega saja karena melihat senyum ibu hari ini. Ayo 
pak berangkat.” Jawabku. 
Mobil pun melaju dengan tenang yang juga membawa lari air mataku. 
Di rumah mama membaca suratku, isinya… 
Mama, kau penerang dalam gelapnya hati. 
Kau lentera hidupku. 
Kau korbankan nyawamu, demi aku. 
Kaulah bidadari hidupku. 
Mama, maafkan aku.. 
Maafkan aku yang selama ini selalu menyakiti hatimu. 
Tak pernah pula menuruti kata-kata manismu. 
Mama, maafkan aku…
Tak kuasa air mata mama meleleh. Saat aku pulang dari sekolah mama 
langsung memelukku, aku sontak kaget. Sesekali air mataku pun 
menetes, saat itu aku langsung minta maaf pada mama, dan mama 
menganggukkan kepala sambil mengusap air mataku. Setelah itu kami 
saling tersenyum, oh iya aku enceritakan keadaan Mella juga saat itu. 
Tanpa berpikir panjang aku dan mama langsung bergegas ke toko sepeda 
untuk membelikan Mella sepeda baru. 
Setiba di rumah Mella kami langsung dengan keramahan ibu Mella. Mella 
dan ibunya sangat senang dengan sepeda baru itu. Aku dan mama saling 
menatap mata dan tersenyum. 
“Tahun ini adalah mama mendapat kado paling indah, terima kasih 
anakku sayang.” Kata mama.. 
Mama mencium keningku, Mella menangis tersedu-sedu melihat kejadian 
ini, begitu juga dengan ibunya. 
“Mama, aku menyayangimu, seperti laut mencintai airnya… Tak mau 
kurang selamanya.” 
***
Nilai – nilai : 
• Nilai Agama : 
Surga di bawah telapak kaki ibu. 
“Maka dari itu, berbaktilah pada orangtua 
terutama ibu, karena surga berada di bawah 
telapak kakinya. Ridha Alloh SWT terletak pada 
ridha orangtua, begitu pula murka-Nya. Maka 
janganlah sekali-kali menyakiti hati orangtua 
terutama ibu.”
• Nilai Pendidikan : 
Perubahan sikap tokoh Keisya dari buruk 
menuju sikap yang lebih baik. 
Hatiku tergoyah mendengar jawabannya. Aku 
berpikir selama ini aku hanya menuntut sesuatu dari 
mama dan papa. Aku salut sama Mella, dia rela 
jualan sayur keliling demi ibu yang sangat 
dicintainya. Sedangkan aku hanya minta apa saja 
pada mama dan papa tanpa berpikir panjang. Sejak 
saat itu aku dan Mella jadi sahabat.
• Nilai Psikologis: 
Kita seharusnya tidak dendam hanya karena 
teman baru di kelas kita dekat dengan seseorang 
yang kita suka. 
Waktu pulang sekolah aku mempermalukkan 
Mella di depan banyak teman saat di lapangan 
basket, biar dia gak deketin Rangga lagi.
• Nilai Moral: 
Kita haruslah membantu teman jika kesusahan 
jangan malah di tindas atau di ejek. 
Aku dan Prita mau ngerjain anak baru itu, 
kami menyiram Mella saat dia di kamar 
mandi. Uhh kasihan… “Anak culun kayak 
kamu nggak pantes ada di sekolah elit ini!”
• Nilai Sosial: 
Pemberian hadiah dari tokoh Keisya kepada sahabat 
barunya Mella. 
Setiba di rumah Mella kami langsung dengan 
keramahan ibu Mella. Mella dan ibunya sangat 
senang dengan sepeda baru itu. Aku dan mama saling 
menatap mata dan tersenyum.
• Nilai Estetika : 
Sajak puisi untuk ibu. 
Mama, kau penerang dalam gelapnya hati. 
Kau lentera hidupku. 
Kau korbankan nyawamu, demi aku. 
Kaulah bidadari hidupku. 
Mama, maafkan aku.. 
Maafkan aku yang selama ini selalu menyakiti hatimu. 
Tak pernah pula menuruti kata-kata manismu. 
Mama, maafkan aku.

Cerpen

  • 1.
    Cerpen KADO UNTUKIBU Intan Risky S. (21) Lidya Christina S. (22) Marta Refila M. (23) Nastiti Nur P. W. (24)
  • 2.
    KADO UNTUK IBU Kala sinar mentari menembus jendela kamarku, ku dengar seseorang berkata dengan lembutnya. “Bangun sayang….! Matahari pagi telah tersenyum menyambutmu.” “Ahh mama, aku kan masih ngantuk. Lagian hari ini kan hari minggu!”. Bentakku, tapi mama cuma tersenyum dan berkata. “Loh, kok gitu sih anak mama? Ayo cepat mandi! Katanya mau ikut ke mall?”. “Iya, iya…. Huh…”. Gerutuku. Tapi mama tetap sabar. Eh iya kenalin namaku Keisya. Kata teman-teman aku anak manja. Huh what ever! Biarin aja, toh itu uangnya orangtuaku, bukan uang mereka. Huh pagi ini mama benar-benar cerewet! Malam hilang pagi pun datang, hari ini aku sekolah. Dari kecil aku selalu diantar kemana-mana. Hidupku serba terbatas. Yaa.. tapi satu hal yang aku tahu, papa dan mama melakukan ini karena aku anak tunggal. Eh aku juga punya sahabat namanya Prita, dia temenku dari kecil. Rupanya ada anak baru di kelasku, namanya Mella, anaknya pakai kacamata, rambutnya panjang. Iih culun deh..
  • 3.
    “Ini saatnya beraksi!”bisikku pada Prita. Aku dan Prita mau ngerjain anak baru itu, kami menyiram Mella saat dia di kamar mandi. Uhh kasihan… “Anak culun kayak kamu nggak pantes ada di sekolah elit ini!” Itu ucapan setiap aku dan Prita ketemu sama Mella. Hingga suatu siang Mella ketemu sama Rangga, anak paling keren di sekolah. Mereka berdua akrab banget, membuat hatiku jengkel. Waktu pulang sekolah aku mempermalukkan Mella di depan banyak teman saat di lapangan basket, biar dia gak deketin Rangga lagi. Tapi Rangga datang dan membela Mella, lalu aku di panggil BK. Orang tuaku pun di panggil. Sepulang sekolah aku dimarahi habis-habisan sama papa, tapi mama tidak memarahiku, karena mama sayang banget sama aku. Mama terus belain aku. Aku tahu aku salah, tapi itu karena aku jengkel. Guru-guru tidak pernah memperhatikanku lagi, Mella juga sering mendapat nilai ulangan lebih baik daripada aku. Karna hal itu papa tidak memperbolehkan aku keluar selama liburan tahun ini tanpa supir. “Papa jahat!” Aku berteriak sambil berlari menuju kamar, dan mengunci pintunya.
  • 4.
    Tapi di rumahnya,aku menemukan hal lain yang membuatku merasa bersalah menganggap dia tak berguna. Liburan kali ini dia gunakan untuk membantu ibunya jualan sayuran keliling. Aku merasa iba saat dagangannya jatuh karena dia terpleset. Aku mencoba membantunya, tapi dia seprti ketakutan melihatku. “Tidak Mell, aku justru ingin minta maaf karena kesalahanku.. maaf, kamu mau kan maafin aku?” “Sebelum kamu minta maaf aku sudah memaafkanmu” katanya. Lalu aku menuju ke rumahnya, di perjalanan kami saling tukar cerita. Dan kemudian dia berhenti “Bukankah besok hari ibu?” kata Mella dengan nada sendu. “Oh iya?” Tanyaku karena luapa, “Oh iya Mell apa kamu di suruh berjualan? Kok tega……” Belum selesai aku bertanya lagi tapi Mella sudah menjawab “Tidak, ini karena keinginanku sendiri, dan aku ingin nabung agar bisa beli kado buat hari ibu besok” Hatiku tergoyah mendengar jawabannya. Aku berpikir selama ini aku hanya menuntut sesuatu dari mama dan papa. Aku salut sama Mella, dia rela jualan sayur keliling demi ibu yang sangat dicintainya. Sedangkan aku hanya minta apa saja pada mama dan papa tanpa berpikir panjang. Sejak saat itu aku dan Mella jadi sahabat. Kata Mella, jika uangnya sudah terkumpul, dia ingin membelikan keranjang sepeda untuk ibunya. Karena keranjang yang sekarang sudah tidak layak lagi padahal keranjang itu untuk ibunya jualan sehari-hari.
  • 5.
    Hari berganti. Akuminta antar supirku ke rumah Mella, aku mau beri pelajaran padanya. Dan langsung ke rumahnya, aku berani karena Mella bisa sekolah akibat di biayai papa. Aku melewati jalan yang becek di sebuah kampong, “Aku udah duga dia anak kampung!”. Hari itu juga, aku di ajak Mella ke Masjid untuk sholat dan mendengarkan ceramah dari pak Ustadz. Ceramahnya tentang hari ibu, karena besok adalah hari ibu. Pak Ustadz mengatakan bahwa menghormati ibu itu sangat penting, jasa ibu sangatlah besar. Ibu rela mengorbankan nyawanya saat melahirkan seorang bayi. Ibu rela kesakitan saat bayi tersebut keluar, dan ibu rela menggendong bayi itu dalam kandungan selama 9 bulan 10 hari tanpa mengenal lelah. “Maka dari itu, berbaktilah pada orangtua terutama ibu, karena surga berada di bawah telapak kakinya. Ridha Alloh SWT terletak pada ridha orangtua, begitu pula murka-Nya. Maka janganlah sekali-kali menyakiti hati oragtua terutama ibu.” Hatiku tersentuh lagi, aku menyadari dosaku pada papa dan mama sangatlah besar. Setelah pengajian selesai, aku bertanya pada Mella kado apa yang harus ku berikan untuk mama besok. “Buat aja puisi, pasti mama kamu senang.” Kata Mella. Setelah seharian di rumah Mella aku unjuk diri. Setiba di rumah, aku membuat puisi untuk ibu besok.
  • 6.
    Hari pun berganti,pagi ini begitu cerah saat mama membangunkanku seperti biasa dengan senyuman yang menyejukkan dari bibir lembutnya. Aku pun langsung bergegas mandi, lalu sarapan bareng mama dan papa. Saat semua sudah selesai sarapan aku pamitan untuk pergi ke sekolah dengan mencium tangan papa tak lupa pula mama, aku juga mencium pipi kanan dan kiri mama. Dan saat itu pula tak ku rasa air mataku menetes, oh iya aku mengulurkan tanganku dengan sepucuk kertas berwarna merah. Aku lari menuju mobil, sambil berteriak… “Selamat hari ibu, Mama.” Pak supir yang menungguku heran melihat wajahku, “kenapa dek keisya? Kok nangis gitu? Kan jelek jadinya…” “Tidak kenapa-napa pak, hanya lega saja karena melihat senyum ibu hari ini. Ayo pak berangkat.” Jawabku. Mobil pun melaju dengan tenang yang juga membawa lari air mataku. Di rumah mama membaca suratku, isinya… Mama, kau penerang dalam gelapnya hati. Kau lentera hidupku. Kau korbankan nyawamu, demi aku. Kaulah bidadari hidupku. Mama, maafkan aku.. Maafkan aku yang selama ini selalu menyakiti hatimu. Tak pernah pula menuruti kata-kata manismu. Mama, maafkan aku…
  • 7.
    Tak kuasa airmata mama meleleh. Saat aku pulang dari sekolah mama langsung memelukku, aku sontak kaget. Sesekali air mataku pun menetes, saat itu aku langsung minta maaf pada mama, dan mama menganggukkan kepala sambil mengusap air mataku. Setelah itu kami saling tersenyum, oh iya aku enceritakan keadaan Mella juga saat itu. Tanpa berpikir panjang aku dan mama langsung bergegas ke toko sepeda untuk membelikan Mella sepeda baru. Setiba di rumah Mella kami langsung dengan keramahan ibu Mella. Mella dan ibunya sangat senang dengan sepeda baru itu. Aku dan mama saling menatap mata dan tersenyum. “Tahun ini adalah mama mendapat kado paling indah, terima kasih anakku sayang.” Kata mama.. Mama mencium keningku, Mella menangis tersedu-sedu melihat kejadian ini, begitu juga dengan ibunya. “Mama, aku menyayangimu, seperti laut mencintai airnya… Tak mau kurang selamanya.” ***
  • 8.
    Nilai – nilai: • Nilai Agama : Surga di bawah telapak kaki ibu. “Maka dari itu, berbaktilah pada orangtua terutama ibu, karena surga berada di bawah telapak kakinya. Ridha Alloh SWT terletak pada ridha orangtua, begitu pula murka-Nya. Maka janganlah sekali-kali menyakiti hati orangtua terutama ibu.”
  • 9.
    • Nilai Pendidikan: Perubahan sikap tokoh Keisya dari buruk menuju sikap yang lebih baik. Hatiku tergoyah mendengar jawabannya. Aku berpikir selama ini aku hanya menuntut sesuatu dari mama dan papa. Aku salut sama Mella, dia rela jualan sayur keliling demi ibu yang sangat dicintainya. Sedangkan aku hanya minta apa saja pada mama dan papa tanpa berpikir panjang. Sejak saat itu aku dan Mella jadi sahabat.
  • 10.
    • Nilai Psikologis: Kita seharusnya tidak dendam hanya karena teman baru di kelas kita dekat dengan seseorang yang kita suka. Waktu pulang sekolah aku mempermalukkan Mella di depan banyak teman saat di lapangan basket, biar dia gak deketin Rangga lagi.
  • 11.
    • Nilai Moral: Kita haruslah membantu teman jika kesusahan jangan malah di tindas atau di ejek. Aku dan Prita mau ngerjain anak baru itu, kami menyiram Mella saat dia di kamar mandi. Uhh kasihan… “Anak culun kayak kamu nggak pantes ada di sekolah elit ini!”
  • 12.
    • Nilai Sosial: Pemberian hadiah dari tokoh Keisya kepada sahabat barunya Mella. Setiba di rumah Mella kami langsung dengan keramahan ibu Mella. Mella dan ibunya sangat senang dengan sepeda baru itu. Aku dan mama saling menatap mata dan tersenyum.
  • 13.
    • Nilai Estetika: Sajak puisi untuk ibu. Mama, kau penerang dalam gelapnya hati. Kau lentera hidupku. Kau korbankan nyawamu, demi aku. Kaulah bidadari hidupku. Mama, maafkan aku.. Maafkan aku yang selama ini selalu menyakiti hatimu. Tak pernah pula menuruti kata-kata manismu. Mama, maafkan aku.