PEMETAAN DAN
PERENCANAAN PENDIDIKAN
-   Pengantar
-   Perencanaan Pendidikan Berbasis
    Data di Kebumen, Jawa Tengah
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan




                           PENGANTAR



Salah satu faktor yang menentukan pembangunan bidang pendidikan akan menca-
pai sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya
mensyaratkan tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan
keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir. Syarat lain yang tidak kalah
pentingnya adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan seluruh stakeholder pendidikan,
dan akuntabel.
Perencanaan yang baik dapat dilihat dari dua sisi, yakni :
• Substansi isi perencanaan dan proses penyusunannya. Dari sisi substansinya,
  setidak-tidaknya ada 5 (lima) hal yang perlu mendapat perhatian;
  - Perencanaan seharusnya sesederhana mungkin namun jelas kaitan antara
     satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan
     diimplementasikan.
  - Perencanaan harus terukur sehingga mudah untuk dilihat sampai sejauh
     mana pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan seberapa hasil yang telah
     dicapai. Pengukuran hanya bisa dilakukan jika cukup tersedia data yang
     akurat dan mutakhir dari waktu ke waktu.
  - Isi perencanaan tidak terlalu muluk-muluk dan seyogyanya sesuai dengan
     kebutuhan nyata masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk
     melaksanakannya.
  - Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan
     program dan kegiatan. Penggunaan data dan informasi yang akurat mutlak
     diperlukan untuk menjadikan perencanaan dapat diandalkan.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         3
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


  - Perencanaan harus jelas jangka waktunya (tahunan, lima tahunan, sepuluh
      tahunan atau lebih dari itu). Hal ini diperlukan untuk mengalokasikan
      sumberdaya yang tersedia dengan tepat.
• Dari sisi proses penyusunannya, perencanaan harus dibuat secara transparan,
  akuntabel, partisipatif dan aspiratif. Untuk itu, berbagai pihak yang berkepen-
  tingan dengan pendidikan harus dilibatkan sejak awal proses penyusunan
  perencanaan. Selain itu, sebelum disahkan menjadi dokumen resmi, perenca-
  naan perlu dipublikasikan terlebih dahulu ke masyarakat luas melalui media
  masa lokal dan lokakarya-lokakarya untuk memperoleh masukan-masukan.
  Jika proses penyusunan seperti dilaksanakan, akan diperoleh kepedulian dan
  dukungan masyarakat dalam implementasi program dan kegiatan pendidikan.
  Dengan perencanaan pendidikan seperti ini, pelaksanaan program dan kegiatan
  pendidikan di daerah akan menjadi lebih efesien dan efektif serta dapat diteri-
  ma masyarakat secara luas. Kabupaten Kebumen merupakan contoh yang baik.




                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
  4                                     Good Practices in Management of Education
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan




                PERENCANAAN
           PENDIDIKAN BERBASIS DATA
            DI KABUPATEN KEBUMEN
                 JAWA TENGAH



LATAR BELAKANG
Penyelenggara pendidikan di Kabupaten Kebumen merasa perlu mempunyai
suatu dokumen perencanaan jangka panjang yang dapat menjadi acuan bagi
pelaksanaan program-program pendidikan. Perencanaan tersebut diharapkan
dapat memudahkan seluruh jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Kebumen dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan
secara terpadu, terarah, dan terukur. Selain itu dibutuhkan pula suatu tolok ukur
sebagai bahan evaluasi kinerja tahunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, Kabupaten Kebumen kemudian
menyusun Rencana Induk Pengembangan Pendidikan (RIPP) yang mempunyai
keterkaitan dengan Renstra Dinas Pendidikan dan sistem perencanaan pemba-
ngunan nasional.
Dalam menyusun RIPP yang menjadi acuan utama adalah isu-isu strategis bidang
pendidikan. Di samping itu penyusunan RIPP juga mengacu pada kebijakan umum
pendidikan tingkat nasional dan standar pelayanan minimum bidang pendidikan
Propinsi Jawa Tengah.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             5
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


SITUASI SEBELUM INISIATIF
• Di masa lalu sebenarnya sudah ada mekanisme pengumpulan data yang
  dilakukan pada akhir Agustus setiap tahun. Instrumen pengumpulan data dibuat
  secara nasional oleh Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Badan Penelitian
  dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Selain itu, ada pula
  pengumpulan data setiap bulan (lapor bulan) yang dimaksudkan untuk pemuta-
  khiran data. Kuesioner pengumpulan data tahunan dan lapor bulan yang telah
  diisi oleh setiap SD diserahkan ke Cabang Dinas Pendidikan, sementara SMP
  dan SMA/SMK menyerahkan kuesioner langsung ke Dinas Pendidikan.
• Data yang masuk seringkali terlambat dan tidak akurat. Sering ditemukan data
  yang diserahkan sama dengan data tahun sebelumnya meskipun sudah ada
  perubahan-perubahan di sekolah.
• Oleh karena tidak akurat dan tidak mutakhir, data yang dikumpulkan tidak
  pernah dimanfaatkan secara benar untuk penyusunan perencanaan tahunan
  ataupun rencana program terten-
  tu. Ketika ada program Bantuan
  Operasional Sekolah, misalnya,
  Dinas Pendidikan tidak menggu-
  nakan data yang dikumpulkan se-
  cara rutin melainkan harus men-
  data ulang jumlah sekolah dan
  siswa dan itupun masih harus
  direvisi berulang-ulang. Jika sistem
  pengelolaan data berjalan secara
  benar, Dinas Pendidikan tidak per-
  lu repot-repot membuang waktu, Lokakarya Penyusunan RIPP di Kabupaten
  dana dan tenaga melakukan pen- Kebumen, semua stakeholder dilibatkan.
  dataan setiap kali dibutuhkan.
• Ketiadaan data dan informasi yang akurat dan mutakhir menyebabkan peren-
  canaan yang dibuat tidak didasarkan pada data. Kalaupun ada, hanya didasarkan
  pada hasil perkiraan yang ketepatannya diragukan. Alhasil, perencanaan hanya
  menjadi sebuah dokumen yang tidak pernah dilihat apalagi dijadikan acuan
  dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Umumnya perencanaan bersifat par-
  sial, temporer, dan tidak berkesinambungan. Seringkali ditemui program tahun
  berjalan tidak berkaitan atau tidak mengacu pada implementasi perencanaan



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
  6                                    Good Practices in Management of Education
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


  tahun-tahun sebelumnya. Tidak jarang pula terjadi tumpang tindih dan salah
  sasaran dalam implementasinya.
• Di masa lalu penyusunan perencanaan pendidikan hanya dilakukan oleh
  Dinas Pendidikan dan tidak melibatkan stakeholder lainnya, sehingga banyak
  program pendidikan kurang/tidak diketahui oleh pihak-pihak yang
  berkepentingan. Akibatnya program yang diajukan seringkali tidak mendapat
  dukungan, baik dari pihak legislatif, maupun masyarakat. Tidak jarang
  ditemukan, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah daerah ditolak
  bahkan diprotes oleh masyarakat. Contohnya, pendirian sebuah SMP Negeri
  ditolak oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat karena di daerah tersebut
  sudah ada sebuah sekolah sederajat yang bermuatan agama. Hal ini bisa terjadi
  karena perencana tidak mempunyai data dan informasi serta tidak memahami
  kondisi nyata tentang kebutuhan masyarakat di daerah itu. Persoalan
  semacam ini tidak akan terjadi jika sebelumnya tersedia data mengenai
  berapa jumlah penduduk usia 12-15 yang tidak sekolah dan rencana pendirian
  sekolah tersebut dibicarakan dan dipublikasikan oleh pihak-pihak yang
  berkepentingan, termasuk masyarakat setempat.

INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Gagasan untuk mengumpulkan data, menganalisis dan membuat pemetaan sekolah
secara benar berasal dari Dinas Pendidikan dan Bappeda. Inisiatif itu muncul
setelah para pejabat terkait termasuk salah seorang anggota DPRD dari komisi
yang membidangi pendidikan mengikuti Lokakarya Pemetaan dan Perencanaan
Pendidikan yang diselenggarakan Program MBE. Hal ini didasarkan pada
kebutuhan nyata untuk mempunyai data yang akurat dan terkini. Ada kesadaran
dan keinginan yang kuat dari penyelenggara pendidikan dan pengambil keputusan
kabupaten untuk menyusun rencana pendidikan jangka panjang yang benar-benar
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan diterima oleh semua pihak yang
berkepentingan dalam pendidikan.
Dalam upaya mewujudkan inisiatif tersebut, Dinas Pendidikan dan Bappeda
kemudian menyusun strategi:
• Pertama, pembentukan tim pemetaan dan perencanaan yang terdiri dari
  berbagai unsur pemerintah daerah dan masyarakat: Dinas Pendidikan, Bappeda,
  Bagian Keuangan Setda, Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Kantor Depar-



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           7
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


    temen Agama, Dewan Pendidikan, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI),
    Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS), dan Lembaga Swadaya
    Masyarakat (LSM) peduli pendidikan.
• Kedua, mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang sudah ada,
    yakni yang dikeluarkan secara nasional oleh Pusat Data dan Informasi
    Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan
    Nasional. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara bersama-sama oleh
    tim melalui sebuah Lokakarya Analisis Hasil Pendataan. Lokakarya ini
    menghasilkan peta pendidikan di setiap wilayah kecamatan dan rekomendasi
    program pendidikan ke depan. Ada yang menarik dalam lokakarya ini, yakni
    pihak-pihak yang berkepentingan dalam pendidikan mempunyai kesempatan
    untuk mengkoreksi data yang diperoleh. Alhasil, salah satu rekomendasi
    lokakarya adalah tim perlu melakukan validasi dan verifikasi data. Lokakarya
    ini memperoleh perhatian dari dan dihadiri oleh para pejabat teras Pemerintah
    Daerah, termasuk Wakil Bupati dan DPRD. Setelah verifikasi dan validasi data
    selesai dilaksanakan, kemudian tim menganalisis kembali data tersebut.
    Berdasarkan data yang sudah valid itu tim menyusun kembali rekomendasi-
    rekomendasi pengembangan pendidikan.
• Untuk memperoleh masukan dari stakeholder pendidikan yang lebih luas,
    strategi ketiga yang diterapkan Kabupaten Kebumen adalah mendiseminasikan
    hasil pengumpulan data, analisis dan rekomendasi melalui lokakarya tingkat
    kabupaten dimana pesertanya terdiri dari berbagai instansi pemerintah dan
    non pemerintah yang mewakili masyarakat luas. Banyak koreksi dan masukan
    yang sangat bermanfaat diperoleh dalam lokakarya tersebut.
Hasil analisis data dan rekomendasi yang telah dilokakaryakan itu benar-benar
dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan jangka panjang (Rencana Induk
Pengembangan Pendidikan). Sebanarnya, UU No. 25/2004 tidak mewajibkan
daerah membuat rencana jangka panjang dalam bidang tertentu seperti
pendidikan. Dinas Pendidikan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) diwajibkan membuat Rencana Strategis SKPD yang berdurasi 5 tahun
dan disesuaikan dengan masa jabatan Bupati dan rencana tahunan, yakni Rencana
Kerja SKPD. Namun tidak ada larangan membuat RIPP kalau memang dibutuhkan
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen memang merasa membutuhkannya.
Perbedaan antara Renstra Pendidikan dan RIPP terletak pada cakupan dan masa
berlakunya. Renstra mencakup program-program yang menjadi tugas, pokok, dan
fungsi Dinas Pendidikan, sementara RIPP mencakup seluruh program-program


                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
  8                                     Good Practices in Management of Education
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


pendidikan termasuk yang berada di luar tupoksi Dinas Pendidikan. Jangka waktu
Renstra Pendidikan adalah lima tahun sementara RIPP setidaknya berlaku sepuluh
tahun. Karena cakupannya lebih luas dan waktu berlakunya RIPP lebih lama
daripada Renstra Pendidikan, maka RIPP kemudian dijadikan acuan dalam
penyusunan Renstra, Renja dan program-program insidental yang datang dari
Pemerintah Pusat maupun Provinsi.
Kabupaten Kebumen mengawali penyusunan RIPP dengan melaksanakan beberapa
pertemuan kecil (focus group discussion) dengan berbagai kalangan masyarakat
untuk memperoleh masukan tentang apa sebenarnya visi masyarakat Kabupaten
Kebumen dan misi apa yang perlu diemban untuk menggapai visi tersebut.
Berdasarkan data yang dapat menggambarkan dengan jelas kondisi pendidikan
saat ini dan visi yang merupakan keadaan yang hendak dicapai serta rekomendasi
yang menggambarkan kebutuhan masyarakat, maka diperoleh gambaran tentang
kesenjangan antara keadaan yang diinginkan dan kondisi saat ini. Dari hasil analisis
kesenjangan tersebut timbullah isu-isu strategis bidang pendidikan di Kabupaten
Kebumen yang dapat dimasukkan ke dalam beberapa kelompok, yakni akses
masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan, mutu pendidikan termasuk
jumlah dan mutu guru, sarana dan prasarana pendidikan, serta masalah penge-
lolaan pendidikan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel.
Melalui analisis kapasitas dan dikaitkan dengan hasil analisis kebijakan pendidikan
Pemerintah Pusat dan Propinsi, ternyata tidak semua isu-isu strategis di atas dapat
dijadikan program-program strategis. Prioritas memang harus ditujukan kepada
program-program strategis yang mempunyai dampak langsung dalam peningkatan
pendidikan karena harus disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya manusia
dan keuangan daerah. Program-program strategis tersebut kemudian dirinci ke
dalam kegiatan-kegiatan dan pembiayaan dari tahun ke tahun, sehingga jelas kapan
suatu tujuan program bisa tercapai dan berapa biaya yang dibutuhkan.
Dalam upaya memperoleh masukan dan dukungan masyarakat luas, sama halnya
dengan lokakarya hasil pendataan dan analisis data maka strategi keempat yang
dilakukan Kabupaten Kebumen adalah mendiseminasikan rancangan RIPP melalui
sebuah lokakarya yang dihadiri berbagai kalangan baik pemerintah maupun
masyarakat. Sama seperti lokakarya-lokakarya sebelumnya, dalam lokakarya
tersebut terlihat bahwa peserta sangat gembira dan antusias karena untuk
pertama kalinya mereka dilibatkan dalam kegiatan seperti ini dan sangat meng-
harapkan hal ini dapat diteruskan di masa-masa mendatang.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                               9
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


HASIL YANG DICAPAI
• Penyelenggara pendidikan di kabupaten memperoleh umpan balik positif
  mengenai akurasi data dari para pelaksana pendidikan di kecamatan dan pihak-
  pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam pendidikan.
• Masyarakat memperoleh informasi yang benar dan jelas mengenai kondisi dan
  masalah pendidikan berdasarkan analisis data yang akurat dan mutakhir.
• Memperoleh masukan yang sangat bermanfaat tentang bagaimana memecah-
  kan masalah-masalah pendidikan dan bagaimana membuat kondisi pendidikan
  di Kabupaten Kebumen menjadi lebih baik.
• Dengan melibatkan masyarakat, maka diperoleh dukungan luas atas perenca-
  naan dan kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah daerah.
• Memudahkan pemerintah daerah dalam menyusun rencana strategis, program-
  program pendidikan tahunan maupun program-program insidental.
• Terciptanya penyelenggaraan pendidikan yang lebih transparan, akuntabel,
  aspiratif dan partisipatif.
• Dengan tersedianya dokumen perencanaan yang sistematis dan jelas, memu-
  dahkan pemerintah daerah dalam melaksanakan program-program pendidikan.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
• Data pendidikan yang bermutu dan terkini dapat diperoleh daerah jika ada
  kebutuhan, kemauan, dan kebersamaan dalam pelaksanaannya.
• Perencanaan berdasarkan data memberikan arahan tentang apa yang sesung-
  guhnya terjadi di lapangan dan apa yang perlu dilakukan untuk membuat kon-
  disi pendidikan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
• Perencanaan berbasis data memungkinkan program-program pendidikan men-
  jadi lebih efisein dan efektif serta mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalam
  implementasinya.
• Dengan keterlibatan banyak pihak yang peduli dengan pendidikan dapat
  menumbuhkan penyelenggaraan pendidikan yang transparan, akuntabel, dan
  mengurangi miskomunikasi antar lembaga di pemerintahan, bahkan justru
  memperoleh dukungan dari berbagai pihak.
• Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan komite sekolah memiliki peran
  yang sangat penting dalam perencanaan pendidikan di daerah.


                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 10                                     Good Practices in Management of Education
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


• Berbagai pihak termasuk masyarakat luas dapat mengawasi jalannya pemba-
  ngunan pendidikan karena mereka telah mengetahui masalah pendidikan dan
  rencana program-program pendidikan ke depan.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Pada dasarnya kemungkinan keberlanjutan model pendataan, pemetaan, dan
perencanaan seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Kebumen tersebut sangat
besar, karena:
• Sudah menjadi kebutuhan para pengelola pendidikan
• Sumber daya, instrumen, dan mekanisme tersedia
• Sudah ada kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya data yang bermutu
   dan terkini sehingga mereka akan selalu menuntut ketersediaan data dan
   perencanaan pendidikan.
• Sudah menjadi tugas rutin
Namun keberlanjutan tersebut masih bergantung pada kemauan politik para
penyelenggara pendidikan yang diwujudkan ke dalam penyediaan dana untuk
pengelolaan data dan penyusunan perencanaan. Dalam hal ini peran Dinas
Pendidikan, Bappeda, Sekretariat Daerah, khususnya Bagian Keuangan, dan DPRD
sebagai pemegang otoritas menjadi sangat strategis.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Model pendataan, pemetaan, dan perencanaan Kabupaten Kebumen tersebut
sangat mungkin untuk diterapkan di daerah-daerah lain karena sudah terbukti
banyak manfaatnya, tidak memerlukan struktur baru, dan relatif tidak memerlukan
dana yang besar. Namun, sebagaimana halnya dengan keberlanjutan di Kabupaten
Kebumen sendiri, kemauan, kesadaran, dan kemauan politik pemegang otoritas
pendidikan di daerah-daerah lain sangat menentukan apakah model ini diterapkan
atau tidak.
Pada kenyataannya bebarapa daerah sudah menerapkan proses pendataan dan
pemetaan secara rutin seperti Kabupaten Pacitan, Kota Madiun, Kota Batu,
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Situbondo. Bahkan
Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Banyumas sudah memulai proses



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          11
Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan


penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pendidikan model Kabupaten
Kebumen.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN
   Alamat : Jl. Pahlawan No. 175, Kebumen 54311
            Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
   Telp.  : (0287) 381 447, 381 289
   Fax    : (0287) 381 289


2. BAPPEDA KABUPATEN KEBUMEN
   Alamat : Jl. Veteran No. 2, Kebumen
            Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
   Telp.  : (0287) 381 570




                        Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 12                                Good Practices in Management of Education
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN
-   Pengantar
-   Formula Funding: Alokasi Anggaran
    ke Sekolah Berbasis Formula
-   Perhitungan Unit Cost di Tingkat
    Sekolah
-   Manajemen Keuangan Terpadu di
    Sekolah-Sekolah Kota Magelang
Pembiayaan Pendidikan




                           PENGANTAR




Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kebijakan di
sektor pendidikan. Isu tentang pembiayaan pendidikan meliputi berbagai aspek,
mulai dari bagaimana memobilisir dana untuk pendidikan, bagaimana mendistri-
busikannya, serta bagaimana mengawasi penggunaannya agar efektif dan efisien.
Dari sisi level kebijakan, pembiayaan pendidikan tidak hanya relevan di level
pemerintah, tetapi juga di level sekolah. Bagi pemerintah, sangat penting untuk
diketahui berapa sebenarnya anggaran yang diperlukan untuk keperluan
pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk sekolah. Idealnya, angka ini tidak
dengan serta-merta diambil dari peraturan perundang-undangan, tetapi diperoleh
dari sebuah perhitungan yang valid. Dalam bahasa populer, kita perlu tahu berapa
besar sebenarnya “kue” yang diperlukan.
Jika sudah diperoleh gambaran tentang berapa besar “kue” yang diperlukan,
persoalan berikutnya adalah bagaimana cara membagi “kue” tersebut. Anggaran
pendidikan harus dialokasikan secara adil dan berorientasi pada keperluan
pembelajaran siswa.
Dalam hal pembiayaan pendidikan, daerah-daerah MBE diarahkan untuk dapat
menerapkan berbagai hal tersebut di atas. Daerah diajak untuk menghitung
berapa biaya yang diperlukan untuk melayani siswa di sekolah. Daerah juga
didorong untuk mengalokasikan anggaran pendidikannya secara transparan dan
adil. Yang tidak boleh dilupakan adalah keberadaan sebuah sistem yang menjamin
penggunaan dana pendidikan secara akuntabel di tingkat sekolah.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           15
Pembiayaan Pendidikan



Ada tiga topik yang dipaparkan di bagian ini, yakni tentang formula funding
mengenai unit cost, dan manajemen keuangan terpadu. Di bagian formula fund-
ing, ditunjukkan bagaimana proses daerah-daerah MBE menerapkan formula
funding yang dipercaya mampu mengalokasikan dana kepada sekolah-sekolah
secara lebih adil dan transparan. Di bagian unit cost, dijelaskan tentang urgensi
penghitungan unit cost, serta bagaimana daerah-daerah melakukannya untuk
kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan kebijakan. Terakhir, dibahas tentang
manajemen keuangan sekolah untuk menjamin akuntabilitas keuangan di tingkat
sekolah.




                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 16                                     Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan




           FORMULA FUNDING:
     ALOKASI ANGGARAN KE SEKOLAH
           BERBASIS FORMULA



LATAR BELAKANG
Alokasi anggaran untuk keperluan operasional sekolah sebaiknya dilakukan
dalam bentuk uang. Dengan demikian sekolah memiliki kewenangan untuk
mengelola dana tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara mengalokasikan anggaran tersebut
agar sesuai dengan prinsip adil-proporsional (equitable). Adil-proporsional arti-
nya sekolah yang secara nyata membutuhkan dana lebih besar akan mendapatkan
dana yang lebih besar pula.
Di samping itu, pengalokasian anggaran juga harus dilakukan secara transparan.
Kriteria dan variabel yang digunakan untuk menentukan alokasi anggaran per
sekolah harus diketahui oleh banyak pihak, utamanya sekolah. Dengan demikian,
sekolah saling tahu mengapa di antara mereka menerima dana dalam jumlah yang
(mungkin) berbeda.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Pada awalnya pengalokasian berbagai dana bantuan ke sekolah-sekolah tidak
menggunakan kriteria tertentu dan untuk mempermudah pembagian cenderung
dibagi rata, tanpa mempertimbangkan jumlah murid, luas bangunan, kondisi sosial
ekonomi orang tua siswa, dan lain-lain.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            17
Pembiayaan Pendidikan


Selanjutnya, dana operasional sekolah selama ini hanya didasarkan pada besaran
jumlah uang yang ada dengan membandingkan jumlah uang tahun sebelumnya
(historical funding system). Misalnya, kalau alokasi dana operasional sekolah saat
itu naik 15% maka pembagian dana ke masing-masing sekolah juga dinaikkan
15% dari tahun sebelumnya.
Sekolah tidak tahu mengapa menerima sejumlah itu, dan berapa yang diterima
sekolah lain. Situasi ini seringkali menimbulkan “kecemburuan”, dipicu oleh
penilaian bahwa sekolah tertentu dianggap tidak pantas menerima uang dalam
jumlah yang lebih besar.
Mekanisme yang tidak transparan juga memicu tumbuhnya situasi yang kurang
sehat, ditandai oleh pendekatan-pendekatan personal dalam upaya memperoleh
alokasi dana yang lebih besar. Pendekatan personal seperti itu merupakan lahan
yang subur bagi tumbuhnya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Penerapan formula funding diawali dengan “keputusan politik” untuk memutuskan
pemakaiannya. Masing-masing daerah memiliki “gaya” tersendiri dalam mengambil
keputusan tersebut.
Salah satu faktor yang menentukan kecepatan daerah untuk mengadopsi ide
formula funding adalah sikap pejabat kunci terhadap ide tersebut. Daerah seperti
Kabupaten Kebumen dan Kota Batu1, misalnya, sangat responsif terhadap ide
formula funding yang disampaikan oleh Program MBE melalui beberapa lokakarya.
Khusus untuk Kabupaten Kebumen, dorongan dari Bapeda sangat besar penga-
ruhnya terhadap penerapan formula funding.
Setelah keputusan politik diambil, tahap berikutnya bersifat lebih teknis, yaitu:
• Dinas pendidikan menginventarisasi dana-dana dan kegiatan/proyek yang
  diperuntukkan bagi sekolah. Beberapa daerah mengambil jalan “aman” dengan
  menggunakan formula funding hanya untuk dana yang memang selama ini
  dialokasikan kepada sekolah (tetapi tidak menggunakan formula). Beberapa
  daerah lain dengan “berani” melakukan realokasi anggaran dengan cara


1
  Saat buku ini disusun Kota Batu memakai formula funding dari APBD-nya, tetapi hanya untuk
insentif guru.


                                Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
    18                                     Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


    mengubah peruntukkan anggaran dari proyek/kegiatan tertentu ke dalam
    anggaran bantuan untuk keperluan operasional sekolah.
•   Penyusunan formula yang terdiri dari variabel dan bobot masing-masing
    variabel. Langkah ini dilakukan dengan melibatkan stakeholder pendidikan.
    Keterlibatan stakeholder pendidikan memang tidak jarang membuat proses
    penyusunan formula cukup memakan waktu, karena memang tidak mudah
    menemukan formula yang memuaskan kepentingan semua pihak. Pada
    umumnya, perdebatan tentang variabel yang akan dipakai dalam formula
    tersebut akan mengerucut pada beberapa variabel saja, yakni variabel yang
    memang didukung oleh ketersediaan data yang lengkap dan akurat2. Ada
    variabel-variabel yang dianggap cukup penting untuk dipertimbangkan, tetapi
    kemudian harus dikeluarkan karena tidak tersedia data yang akurat dan bisa
    diandalkan, misalnya: kemiskinan, sekolah terpencil, dsb.
•   Perdebatan juga biasanya muncul terkait dengan perlakuan untuk sekolah
    swasta, akan disamakan atau dibedakan dengan sekolah negeri. Perdebatan
    biasanya bermuara pada kesepakatan, bahwa sekolah swasta juga memperoleh
    dana melalui formula funding, tetapi tidak sebesar yang diperoleh sekolah
    negeri.
•   Setelah diperoleh formula yang dianggap paling adil, formula tersebut kemu-
    dian disosialisasikan kepada sekolah-sekolah.
•   Pengalokasian dana dengan menggunakan formula dilakukan setelah dilakukan
    proses sosialisasi. Sebagian besar daerah menggunakan SK Kepala Dinas sebagai
    dasar penetapan, beberapa daerah lain (mis: Kota Magelang) menggunakan
    peraturan yang lebih tinggi, yakni Instruksi Walikota.
•   Formula funding dievaluasi variabel dan bobotnya untuk disempurnakan setiap
    tahun. Perlu dicatat, bahwa variabel dan bobot dalam formula hanya merupa-
    kan acuan untuk alokasi, bukan acuan penggunaan dana.




2
  Setiap variabel yang dipakai dalam formula funding memerlukan data kuantitatif untuk setiap
sekolah.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                                       19
Pembiayaan Pendidikan


- Contoh formula:

      Contoh Formula yang Digunakan Oleh Kota Magelang untuk SD/MI




  Contoh di atas menunjukkan beberapa hal sbb:
  - Variabel yang mendapatkan bobot terbesar (40%) adalah jumlah murid.
  - Ada perbedaan antara formula yang dipakai pada tahun 2003 dengan yang
    dipakai pada tahun 2005. Hal itu merupakan hasil evaluasi yang dilakukan
    oleh Dinas Pendidikan. Dua perbedaan yang dimaksud adalah: (1) Pada
    tahun 2003 dana untuk sekolah swasta dijadikan satu dengan dana untuk
    sekolah negeri, sedangkan pada tahun 2005 dana tersebut dipisah, (2)
    Variabel penghargaan prestasi dan sekolah inti tidak lagi digunakan pada
    tahun 2005.
  - Dari formula tahun 2003 (ketika dana untuk sekolah negeri dan swasta
    digabung) terlihat jelas bahwa sekolah swasta akan memperoleh dana yang
    lebih sedikit dibandingkan sekolah negeri, karena ada dua komponen
    alokasi yang sekolah swasta tidak mendapatkannya, yakni jumlah siswa dan
    sekolah inti.




                          Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 20                                  Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang segera terlihat setelah penerapan formula funding adalah pengalokasi-
an dana bantuan untuk sekolah bisa dilakukan secara transparan dan relatif adil,
karena sudah memperhitungkan beban relatif sekolah (dibanding sekolah lain)
untuk melayani siswa serta beberapa aspek lain. Secara lebih spesifik, penggunaan
formula funding memberikan manfaat bagi Pemda/Dinas Pendidikan maupun bagi
sekolah.
Manfaat bagi Pemda dan Dinas Pendidikan:
•   Lebih mudah dan efisien mengalokasikan dana ke sekolah.
•   Mengurangi beban Dinas Pendidikan dalam pengelolaan keuangan.
•   Mendorong terciptanya transparansi dalam pengalokasian dana, sehingga
    meminimalkan peluang terjadinya KKN.
Manfaat bagi sekolah:
• Potensi konflik antar sekolah dan konflik internal menjadi sangat rendah
• Peluang melaksanakan MBS secara lebih baik, karena diberi fleksibilitas dalam
  penggunaan dana
• Membuka peluang partisipasi masyarakat lebih tinggi.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Paparan di atas menunjukkan bahwa formula funding mampu mengalokasikan
dana APBD untuk sekolah secara lebih adil dan transparan. Titik kritis penerapan
model formula funding terletak pada pengambilan keputusan politik untuk
penggunaannya. Oleh karena itu, jika inisiatif untuk mengimplementasikan for-
mula funding berasal dari “luar”, proses advokasi untuk meyakinkan Pemda ten-
tang kebaikan model ini merupakan langkah yang sangat menentukan.
Penerapan formula funding memunculkan suatu risiko adanya beberapa sekolah
yang akan menerima uang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya (mis: ketika
digunakan metode “sama rata”). Hal ini merupakan potensi masalah yang jika
diabaikan akan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan sekolah tertentu. Dalam
kondisi demikian, jalan tengah bisa diambil seperti yang dilakukan oleh Kota
Magelang. Seiring dengan penerapan formula funding, ada jaminan bahwa sekolah
akan menerima dana minimal sama dengan dana yang diperoleh tahun sebelum-
nya.

Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            21
Pembiayaan Pendidikan


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Keberlanjutan metode alokasi dana dengan menggunakan formula sangat
tergantung pada level peraturan yang menjadi dasar penetapannya. Jika penetapan
dilakukan melalui SK Kepala Dinas, keberlanjutannya sangat tergantung kepada
dinamika kebijakan Kepala Dinas dan juga kemungkinan mutasi Kepala Dinas.
Jika penetapan dilakukan dengan peraturan yang lebih tinggi, misalnya SK Bupati/
Walikota, keberlanjutannya akan lebih terjaga.


  Pendanaan Sekolah yang Adil dan Terbuka
  Pendanaan yang mencukupi merupakan hal penting untuk memberdayakan
  sekolah dan menunjang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dana haruslah
  dialokasikan secara adil, proporsional (equitably) dan dikelola secara
  transparan oleh sekolah sendiri.




KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Sebagaimana disinggung di atas, pengadopsian model formula funding sangat
tergantung pada pengambilan keputusan politik di level Dinas/Pemda. Jika
Pemda/Dinas mau menerapkan, secara teknis formula funding tidak sulit untuk
dilaksanakan.


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 22                                    Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


Banyak daerah yang memberi kewenangan kepada Dinas untuk mengalokasikan
dana ke sekolah. Dalam kondisi demikian, pengambilan keputusan sebenarnya
bisa dilakukan secara lebih mudah dan cepat, atau dengan kata lain peluang untuk
mengadopsi model formula funding menjadi lebih besar.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. DINAS PENDIDIKAN KOTA MAGELANG
    Alamat : Jl. Alibasyah Sentot Prawirodirjo No. 6
             Kota Magelang – Jawa Tengah
    Telp.  : (0293) 368 540
    Fax    : (0293) 368 540

2. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KEBUMEN
    Alamat : Jl. Pahlawan No. 175, Kebumen 54311
             Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah
    Telp.  : (0287) 381 447, 381 289
    Fax    : (0287) 381 289

3. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS
    Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 75
             Kabupaten Banyumas – Jawa Tengah
    Telp   : (0281) 635 220

4. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PACITAN
    Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 17
             Kabupaten Pacitan – Jawa Timur
    Telp   : (0357) 881 042




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           23
5. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURWOREJO
  Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo No. 69
           Kabupaten Purworejo – Jawa Tengah
  Telp.  : (0275) 321 112
  Fax    : (0275) 322 274

6. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI
  Alamat : Jl. Panglima Sudirman 1B, Pati
           Kabupaten Pati – Jawa Tengah
  Telp.  : (0295) 381 421
  Fax    : -

7. DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU
  Alamat : Jl. Raya Bukit Berbunga No. 13, Sidomulyo,
           Kota Batu – Jawa Timur
  Telp   : (0341) 704 6500
Pembiayaan Pendidikan




              PERHITUNGAN UNIT COST
                DI TINGKAT SEKOLAH



LATAR BELAKANG
Sumber keuangan sekolah dapat berasal dari berbagai pihak. Sebelum adanya
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah memperoleh dana dari
masyarakat atau biasa disebut iuran komite sekolah. Diberbagai daerah APBD
kabupaten/kota juga memberikan dana ke sekolah dengan nama dana operasional
sekolah, dana alokasi sekolah, dan lain sebagainya. Untuk menjamin bahwa dana
operasional sekolah dari APBD diberikan secara adil dan proporsional biasanya
dilakukan pembagian dengan formula funding. Yang terjadi kemudian walaupun
semakin tinggi jumlah dana yang diberikan ke sekolah kebutuhan sekolah juga
semakin meningkat. Dari peristiwa-peristiwa tersebut diperlukan suatu
perhitungan minimal kebutuhan operasional sekolah (unit cost), sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan jumlah dana ke sekolah perlu
ditambah, baik dari sumber APBD maupun masyarakat, atau dialihkan untuk
keperluan pendidikan selain operasional.
Untuk menentukan kebutuhan yang ideal semestinya sekolah dapat melakukan
perhitungan, tetapi agar perhitungan tersebut menggambarkan kebutuhan yang
sebenarnya dan bukan hanya keinginan, perlu dilibatkan pihak-pihak terkait agar
dapat memberikan pendapat dan mengurangi subyektifitas sekolah. Perhitungan
yang partisipatif sangat perlu dilakukan agar hasil perhitungan dapat diterima
berbagai pihak.
Dengan ada patokan biaya minimal yang dijadikan landasan untuk merumuskan
biaya operasional, dapat digunakan sebagai sarana menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk berpartisipasi dalam peningkatan mutu sekolah.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          25
Pembiayaan Pendidikan


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Selama ini Dinas Pendidikan dalam menentukan anggaran pendidikan tidak
berdasarkan argumentasi yang kuat sehingga anggaran pendidikan dapat
mengalami kelebihan atau kekurangan.
Ada kecenderungan dana APBD untuk pendidikan sudah meningkat dari tahun
ke tahun tetapi kebutuhan sekolah juga semakin bertambah. Disisi lain dengan
adanya dana BOS menimbulkan anggapan sekolah tidak memerlukan lagi dana
dari APBD maupun masyarakat. Sehingga perlu diciptakan suatu acuan yang dapat
digunakan bersama untuk menentukan kebutuhan minimal opersional sekolah.


INISIATIF DAN STRATEGI
1. Tahapan Proses
Perhitungan unit cost yang partisipatif adalah suatu kegiatan untuk menghitung
standar pelayanan minimal pendidikan yang melibatkan Kepala Sekolah, Guru,
Pengawas, Bappeda, Bagian Keuangan Setda, Depag, Dewan Pendidikan, Komite
Sekolah, LSM, DPRD, Dinas P dan K kabupaten/Kota, UPTD. Di Kabupaten Kebu-
men PGRI dilibatkan dalam proses ini.
• Perhitungan pertama dilakukan dalam suatu workshop sehari yang melibatkan
  pihak-pihak tersebut di atas, diawali dengan pembahasan tentang makna dari
  standar pelayanan minimal, dan batasan-batasannya. Perhitungan dilakukan
  dari unsur sekolah yang diambil dari sekolah negeri dan swasta dengan
  kualifikasi besar sampai dengan kecil, sekolah SSN, tipe sekolah pedesaan,
  pantai, perkotaan, dan pegunungan. Dilandasi pemikiran tipe sekolah yang
  berbeda membutuhkan jenis komponen biaya yang berbeda. Komite Sekolah,
  LSM, dan unsur yang lain bergabung dalam kelompok diskusi sekolah.
• Dari hasil perhitungan di lokakarya, nilai angka yang diperoleh dibahas oleh
  suatu tim untuk mendapat kesepakatan awal angka dan komponen yang
  menggambarkan realitas kebutuhan sekolah. Setelah tim mendapat gambaran
  yang lebih jelas, tim memanggil kembali beberapa kepala sekolah yang terlibat
  diperhitungan pertama untuk menghitung ulang.
• Perhitungan kedua melibatkan lebih sedikit kepala sekolah dengan komposisi
  mewakili sekolah kecil dan sekolah besar, bersama-sama dengan tim.
  Perhitungan lebih difokuskan lagi agar komponen yang masuk memang kebu-
  tuhan minimal biaya operasional sekolah.

                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 26                                    Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


2. Strategi
• Untuk menunjang kelancaran dan rupanya ada pihak yang bertanggungjawab
  terhadap hasil perhitungan, maka dibentuklah suatu tim yang bertugas
  melakukan perhitungan unit cost. Tim ini bersifat lintas instansi, karena masa-
  lah unit cost tidak cukup diputuskan di Dinas Pendidikan dan untuk menjamin
  partisipasi dari seluruh stakeholder.
• Dinas Pendidikan cukup berhati-hati menentukan wakil sekolah (kecil, sedang
  dan besar). Dewan Pendidikan membantu memilih peserta dari LSM yang me-
  miliki kepedulian di bidang pendidikan dan menentukan peserta dari komite
  sekolah yang memiliki perhatian cukup dan mewakili komite sekolah kecil,
  sedang, dan besar.
• Dalam pelaksanaan perhitungan ada penekanan perhitungan untuk biaya ope-
  rasional sekolah di luar kebutuhan gaji, bukan biaya investasi dan penggadaan
  barang yang termasuk investasi.
• Walaupun yang dihitung adalah unit cost per siswa minimal, faktor penting
  yang tetap diperhatikan adalah komponen biaya yang masuk ke dalam biaya
  minimal pendidikan tetap memperhitungan kegiatan belajar mengajar yang
  bermutu, dan memperhatikan peningkatan mutu siswa dan guru.




   Pengawas dan Kepala Sekolah             Dinas Pendidikan, BAPPEDA, dan
   menyusun Unit Cost dan Klasifikasi      Depag bersama-sama melakukan
   Sekolah                                 klasifikasi sekolah.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            27
Pembiayaan Pendidikan


HASIL YANG DICAPAI
Diperoleh angka kebutuhan minimum biaya operasional pendidikan tingkat
sekolah per bulan per siswa.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
• Sekolah memiliki pedoman dan mempermudah proses penyusunan RAPBS
  dan RPS
• Masyarakat dapat melakukan kontrol lebih mudah
• Pemerintah daerah lebih mudah menentukan dana alokasi sekolah
• Dengan metode perhitungan yang partisipatif, angka hasil perhitungan lebih
  akuntabel.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Hasil perhitungan unit cost adalah angka yang hidup. Setiap saat hasil perhitungan
mengalami perubahan disesuaikan dengan harga barang di pasar, biaya-biaya yang
meningkat dan juga pengaruh ekonomi yang lainnya.
Dengan adanya pengalaman perhitungan unit cost yang pertama dan komponen
biaya telah ditentukan, perhitungan selanjutnya lebih mudah.


KEMUNGKINAN DISEBARLUASKAN
Adanya dana BOS menimbulkan anggapan sekolah tidak memerlukan lagi dana
dari APBD. Angka unit cost dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan
jumlah dana yang masih harus ditentukan dari APBD.




                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 28                                     Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                    29
Pembiayaan Pendidikan


ALAMAT KONTAK
1. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALINGGA
  Alamat : Jl. Let. Jend. S. Parman
           Kabupaten Purbalingga – Jawa Tengah
  Telp.  : (0281) 891 004
  Fax    : (0281) 891 004

2. DINAS PENDIDIKAN KOTA MAGELANG
  Alamat : Jl. Alibasyah Sentot Prawirodirjo No. 6
           Kota Magelang – Jawa Tengah
  Telp.  : (0293) 368 540
  Fax    : (0293) 368 540

3. DINAS PENDIDIKAN KOTA MADIUN
  Alamat : Jl. Mastrip No 21
           Kota Madiun – Jawa Timur
  Telp.  : (0351) 462 247
  Fax    : (0351) 494 922

4. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURWOREJO
  Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo No. 69
           Kabupaten Purworejo – Jawa Tengah
  Telp.  : (0275) 321 112
  Fax    : (0275) 322 274

5. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KEBUMEN
  Alamat : Jl. Pahlawan No. 175, Kebumen 54311
           Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah
  Telp.  : (0287) 381 447, 381 289
  Fax    : (0287) 381 289


                        Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
30                                 Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan




6. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI
   Alamat : Jl. Panglima Sudirman 1B, Pati
            Kabupaten Pati – Jawa Tengah
   Telp.  : (0295) 381 421
   Fax    : -




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                    31
Pembiayaan Pendidikan




   MANAJEMEN KEUANGAN TERPADU
DI SEKOLAH-SEKOLAH KOTA MAGELANG


LATAR BELAKANG
Pengalokasian dana ke sekolah
oleh Dinas Pendidikan Kota Mage-
lang dengan sistem formula funding
yang menggunakan berbagai varia-
bel disertai dengan pembobotan-
nya, mencerminkan asas keadilan
dan transparan dalam pengelolaan
keuangan. Pengalokasian dana ke
sekolah diberikan dalam bentuk       Dinas Pendidikan Kota Madiun berkun-
direct funding (langsung ke sekolah) jung ke Magelang, membahas prospek
untuk mewujudkan desentralisasi      penerapan manajemen keuangan terpadu.
pendidikan dan mendorong seko-
lah untuk menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara baik, melalui
kewenangan mengelola keuangan secara mandiri dan fleksibel.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Gambaran pengelolaan keuangan sekolah sebelum menerapkan sistem ini:
• Sumber pendanaan dan anggaran belanja sekolah diadministrasikan terpisah
  sesuai dengan sumber dana yang diperoleh sekolah.
• Laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah hanya diberikan kepada
  pemberi dana sekolah.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                     33
Pembiayaan Pendidikan


• Fleksibilitas penggunaan dana rendah dan tidak sesuai dengan skala prioritas
  yang dibuat oleh sekolah, karena masing-masing sumber dana sudah ada
  ketentuan penggunaannya.
• Perencanaan dan penyusunan anggaran sekolah tidak disertai dengan tolok
  ukur keberhasilan (kinerja ) sehingga output (keluaran) dan outcome (hasil)
  sekolah menjadi tidak jelas.
• Tidak ada pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sekolah kepada publik.
• Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah tidak mencerminkan seluruh anggar-
  an pendapatan dan belanja sekolah.


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Proses lahirnya kebijakan manajemen keuangan sekolah terpadu:
• Dinas Pendidikan Kota Magelang mulai tahun 2002 mengalokasikan dana ke
  sekolah dengan sistem formula funding dan diberikan secara “direct funding“.
• Kewajiban sekolah setelah itu, mengelola dana yang diterima, dimulai dari
  merencanakan penggunaan anggaran, menyusun program kegiatan sekolah
  berdasarkan visi dan misi sekolah, menggunakan anggaran untuk melaksanakan
  program kegiatan sekolah, serta mempertanggung jawabkannya.
• Dinas Pendidikan berpikir, agar berbagai dana yang diterima oleh sekolah dapat
  dikelola secara efektif, efisien, tranparan, dan akuntabel, serta menjamin
  kesinambungannya, diperlukan sistem pengelolaan keuangan sekolah sebagai
  landasan operasional.
• Dinas Pendidikan Kota Magelang selanjutnya membentuk Tim untuk menyusun
  kebijakan tentang Manajemen Keuangan Sekolah.
• Langkah awal Tim untuk menghasilkan rancangan sistem manajemen keu-
  angan sekolah, melakukan diskusi dan pertemuan dengan melibatkan unsur
  DPRD, Bapeda, Bagian Keuangan Pemda Kota Magelang, dan Dinas pendidikan.
  Pertemuan juga menyepakati pentingnya ada regulasi yang mengatur tentang
  manajemen keuangan sekolah sebagai payung hukum dalam mengelola
  keuangan sekolah.
• Penyusunan dan pematangan sistem dalam bentuk draft Instruksi Walikota
  tentang manajemen keuangan sekolah.
• Penetapan dan Penerbitan Instruksi Walikota:



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 34                                    Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


  Nomor: 900/34/122 Tahun 2003 tentang “MANAJEMEN KEUANGAN
  SEKOLAH KOTA MAGELANG DENGAN PENDEKATAN KINERJA“.
• Untuk melaksanakan instruksi tersebut, Dinas Pendidikan Kota Magelang
  melakukan beberapa langkah:
  a. Melaksanakan sosialisasi ke semua sekolah dan stakeholders pendidikan.
  b. Melaksanakan pelatihan kepala sekolah dan bendahara sekolah tentang
     manajemen keuangan sekolah
  c. Melaksanakan asistensi (pembimbingan) tentang
     - Penyusunan RAPBS
     - Perubahan APBS
     - Perhitungan APBS
  d. Koreksi penyusunan APBS
  e. Verifikasi pelaksanaan APBS


HASIL YANG DICAPAI
Implikasi ditetapkannya Instruksi Walikota Magelang nomor: 900 tahun 2003
mengikat stakeholders pendidikan untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Perlu
dipahami bahwa yang dimaksud manajemen keuangan sekolah dengan pendekatan
kinerja adalah suatu sistem manajemen keuangan sekolah secara terpadu dalam
upaya penyelenggaraan atau penata usahaan keuangan sekolah yang digunakan
untuk mengukur kinerja sekolah dan kepala sekolah dalam mengelola sumber
daya sekolah serta dana yang dimiliki sekolah guna mencapai visi dan misi sekolah.
Instruksi Walikota Magelang Nomor 900 Tahun 2003, menetapkan beberapa hal
penting yaitu:


1. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)
   Ketentuan yang mendasar tentang RAPBS, meliputi:
   a. Struktur, merupakan satu kesatuan terdiri dari pendapatan sekolah, dan
      belanja sekolah. Pendapatan sekolah meliputi semua penerimaan sekolah
      dalam satu tahun pelajaran. Belanja sekolah meliputi semua pengeluaran
      sekolah dalam satu tahun pelajaran.
   b. Susunan kode sekolah, merupakan kode sekolah dalam penyusunan
      APBS ( format ini ada dalam lampiran ).



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             35
Pembiayaan Pendidikan


  c. Pendapatan sekolah, meliputi: penerimaan dari pemerintah, penerimaan
     dari masyarakat, sisa tahun lalu, dan lain-lain pendapatan yang sah. Format
     susunan pendapatan sekolah beserta kode rekeningnya tercantum dalam
     lampiran.
  d. Belanja sekolah, terdiri dari Belanja Aparatur Daerah dan Belanja
     Pelayanan Publik. Tiap-tiap bagian belanja dibagi menjadi Belanja Administrasi
     Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal. Format
     serta kode rekeningnya ada pada lampiran.
  e. Surplus dan defisit anggaran, kelebihan atau kekurangan realisasi
     anggaran terhadap rencana anggaran


2. Penyusunan Renstra/ RIPS yang berujung RAPBS
   • Rencana strategi (Renstra), berdasarkan Renstra, sekolah bersama
     komite sekolah menyusun strategi dan prioritas program, penyusunan
     strategi dengan tujuan:
     a. Menyusun perencanaan program dan kegiatan lebih efektif dan efisien.
     b. Mengembangkan kesesuaian antara arah dan kebijakan dengan program
        dan kegiatan yang direncanakan.
     c. Mengembangkan kekuatan dan peluang sekolah.
     d. Mengatasi kelemahan dan tantangan sekolah.
     e. Mencari dukungan untuk mencapai keberhasilan.
   • Usulan program, kegiatan dan anggaran
     a. Strategi dan prioritas Renstra, sebagai pedoman dalam penyusunan usul-
        an program, kegiatan, dan anggaran.
     b. Usulan program, kegiatan dan anggaran disusun berdasarkan pendekatan
        anggaran kinerja, dituangkan dalam format lampiran dan dituangkan
        dalam anggaran sekolah.
   • Anggaran sekolah, anggaran sekolah berdasarkan pendekatan anggaran
     kinerja terdiri dari:
     a. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Tugas Pokok dan Fungsi Sekolah
     b. Program sekolah
     c. Kegiatan per program
     d. Ringkasan Anggaran
     e. Rekapitulasi Anggaran Pendapatan



                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 36                                     Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


     f. Anggaran Pendapatan per Kegiatan
     g. Rekapitulasi Anggaran Belanja
     h. Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung
     i. Anggaran Belanja Langsung per Kegiatan
     j. Rekapitulasi Anggaran Belanja Tidak Langsung
•    Penetapan APBS, RAPBS yang tertuang dalam anggaran sekolah disampai-
     kan kepala sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang untuk
     dimintakan persetujuan pejabat yang berwenang. Penyampaian RAPBS disertai
     surat keputusan kepala sekolah dan ketua komite sekolah. Format SK kepala
     sekolah dan ketua komite sekolah ada pada lampiran.
3.   Penyusunan Perubahan APBS
     • Perubahan APBS dilakukan sehubungan dengan:
         - Kebijakan pemerintah pusat, daerah dan atau sekolah yang bersifat
            strategis.
         - Penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan yang ditetapkan.
         - Terjadinya kebutuhan yang mendesak.
     • Hal-hal yang melatar belakangi terjadinya perubahan APBS dibahas bersa-
         ma komite sekolah.
     • Mekanisme dan tata cara perubahan APBS sama dengan mekanisme dan
         tata cara penyusunan APBS.
4.   Penatausahaan Keuangan Sekolah, berisi tentang tugas pejabat peme-
     gang kas serta kewajibannya, tugas kepala sekolah sebagai penanggung jawab
     pengelolaan keuangan sekolah, mekanisme penerimaan dan pengeluaran kas,
     pengelolaan barang dan jasa, serta sistem akuntansi sekolah.
5.   Pelaporan Keuangan Terpadu
     Dana sekolah yang berasal dari berbagai sumber, direncanakan penggunaannya
     dalam satu dokumen yang disebut APBS, dan kemudian digunakan oleh sekolah
     untuk membiayai kegiatan pendidikan. Selanjutnya sekolah mempunyai kewa-
     jiban untuk melaporkan penggunaan keuangan sekaligus melaporkan penca-
     paian target kinerjanya. Beberapa ketentuan yang ada di dalam pelaporan ini
     adalah:
     • Setiap akhir bulan sekolah wajib menyampaikan Laporan Keuangan kepada
         Walikota Magelang c.q. Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang, tembusan
         disampaikan kepada Kepala Badan Pengawasan Kota Magelang dan Kepala
         Bagian Keuangan Pemerintah Kota Magelang.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             37
Pembiayaan Pendidikan


  • Laporan keuangan sekolah menggambarkan tentang pencapaian kinerja
    program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan,
    realisasi penyerapan belanja.
  • Setelah tahun anggaran berakhir, kepala sekolah menyusun laporan per-
    tanggungjawaban keuangan sekolah yang berupa perhitungan APBS.
  • Format-format laporan keuangan tercantum dalam lampiran.


6. Penyusunan Perhitungan APBS
   Beberapa ketentuan penting dalam bab ini adalah:
   • Setelah tahun anggaran berakhir, sekolah dilarang melakukan pengeluaran
     yang akan membebani tahun ajaran berjalan, dan semua buku akuntansi
     ditutup.
   • Semua transaksi yang terjadi setelah berakhirnya tahun pelajaran berkenaan
     dimasukkan sebagai transaksi tahun anggaran berikutnya.
   • Perhitungan APBS disusun menurut urutan susunan APBS setelah peru-
     bahan.
   • Mekanisme penetapan perhitungan APBS sama dengan mekanisme penetap-
     an APBS.


7. Pembinaan dan Pengawasan
   • Pembinaan pengelolaan keuangan sekolah dilakukan oleh Dinas Pendidikan
     Kota Magelang dan Kabag. Keuangan Pemerintah Daerah Kota Magelang
     dalam bentuk pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, supervisi,
     dan evaluasi serta verifikasi di bidang pengelolaan keuangan sekolah.
   • Pengawasan, untuk menjamin pencapaian sasaran, Komite Sekolah melaku-
     kan pengawasan atas pelaksanaan APBS, pengawasan bukan bersifat peme-
     riksaan. Untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pengelolaan dilakukan
     oleh Bawasda dan pengawas lain yang berhak melakukan fungsi pengawas-
     an pengelolaan keuangan sekolah.

8. Ketentuan – ketentuan lain
   Berisi hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan laporan pertanggungjawaban:
   • Belanja sekolah agar mendasarkan pada APBS yang sudah mendapatkan


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 38                                    Good Practices in Management of Education
Pembiayaan Pendidikan


    persetujuan serta mengacu pada standarisasi harga yang ditetapkan
    Walikota Magelang.
  • Petunjuk teknis dan rambu-rambu pembuatan laporan pertanggung jawaban
    keuangan sekolah.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
  • Dengan pelaporan keuangan terpadu memudahkan pihak–pihak terkait
    untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan keuangan sekolah.
  • Dapat dihindari duplikasi penggunaan anggaran sekolah.
  • Sekolah dapat menyusun program lebih komprehensif dan tidak sepotong
    – sepotong.
  • Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perencanaan anggaran, penggu-
    naan anggaran, dan hasil pendidikan.
  • Instruksi Walikota Magelang Nomor 900 tahun 2003, menjamin keberlang-
    sungan sistem pengelolaan keuangan sekolah karena mengikat Pemda,
    Dinas Pendidikan, dan seluruh sekolah di Kota Magelang.
  • Konflik internal di lingkungan sekolah dapat diminimalkan, sehingga
    mendukung terciptanya iklim sekolah yang kondusif, iklim yang sangat
    dibutuhkan agar sekolah mengoptimalkan kinerjanya.
  • Instruksi Walikota Magelang, sangat membantu sekolah dalam penatau-
    sahaan keuangan sekolah.
  • Membuka peluang partisipasi masyarakat yang lebih tinggi, karena tingkat
    kepercayaan masyarakat pada sekolah semakin tinggi.
  • Mendorong sekolah untuk senantiasa menerapkan manajemen sekolah
    yang partisipatif, transparan dan akuntabel.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Kemungkinan keberlanjutan sistem pengelolaan keuangan sekolah di Kota
Magelang ini sangat tinggi karena telah memiliki dasar hukum yang kuat , yaitu:
  • Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
    Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
  • Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          39
Pembiayaan Pendidikan


     Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara
     Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata
     usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan
     dan belanja daerah.
   • Instruksi Walikota Magelang Nomor 900/34/122 Tahun 2003 tentang
     Manajemen Keuangan Sekolah Kota Magelang Dengan Pendekatan Kinerja.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Model pengelolaan keuangan sekolah di Kota Magelang ini memungkinkan untuk
dilaksanakan di daerah lain, karena model ini memiliki dokumen tertulis yang
dengan mudah dapat dipelajari oleh fihak lain. Disamping melalui dokumen tertulis
pihak–pihak yang berminat dapat belajar langsung ke Dinas Pendidikan Kota
Magelang dan sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Magelang.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. SUMARTONO, SE., MM.
    Jabatan : PLT Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang
    Alamat : Jl. Sentot Alibasa Prawirodirjo No. 6
              Kota Magelang – Jawa Tengah
    Telp.   : (0293) 368 540
    Fax     : (0293) 368 540

2. SALEH APRIANTO, SE
    Jabatan : Kasubag. Keuangan Dinas Pendidikan Kota Magelang
    Alamat : Jl. Sentot Alibasa Prawirodirjo No. 6
              Kota Magelang – Jawa Tengah
    Telp.   : (0293) 368 540
    Fax     : (0293) 368 540




                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 40                                     Good Practices in Management of Education
MANAJEMEN BERBASIS
SEKOLAH (MBS)
- Pengantar
- Penyusunan RIPS Dengan Melibatkan
  Stakeholder
- Kreativitas Kepala Sekolah Dasar dan
  Madrasah Dalam Mengelola Sekolah
- Peran Kepala Sekolah Menengah Pertama
  Dalam Memajukan Manajemen dan
  Pembelajaran
- Kreativitas Kepala Sekolah Dalam
  Meningkatkan Kinerja Guru
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




                         PENGANTAR



Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu program yang dikembangkan
di sekolah-sekolah binaan MBE. Banyak sekolah yang telah berhasil melaksanakan
MBS namun ada juga sekolah-sekolah yang belum berhasil. Beberapa ciri yang
muncul pada sekolah-sekolah yang telah berhasil adalah sebagai berikut:
1. Upaya peningkatan peran serta Komite Sekolah, masyarakat, DUDI (Dunia
   Usaha dan Dunia Industri) untuk mendukung kinerja sekolah;
2. Program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan
   proses belajar mengajar (kurikulum), bukan kepentingan administratif saja;
3. RIPS dan RAPBS yang disusun bersama yayasan, komite, masyarakat dipajang-
   kan, dan mudah diakses akan menciptakan prinsip partisipatif, transparansi
   dan akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya sekolah (anggaran, personil
   dan fasilitas);
4. Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan
   kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan;
5. Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarakat;
6. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah;
7. Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang;
8. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah
   (misal: KS, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat,dll);
9. Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         43
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



Secara ringkas perubahan pola manajemen pendidikan lama (konvensional) ke
pola baru (MBS) dapat digambarkan sebagai berikut:


                    Pergeseran pola manajemen




                          Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 44                                  Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




           PENYUSUNAN RIPS DENGAN
            MELIBATKAN STAKEHOLDER




LATAR BELAKANG
Perkembangan sekolah agar menjadi lebih baik tergantung dari beberapa hal.
Salah satu yang terpenting adalah bagaimana merencanakan program-program
sekolah, dan siapa yang terlibat didalam penyusunan tersebut. Program biasanya
disusun dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) yang tetap
mengacu pada visi dan misi sekolah. Perencanaan sebaiknya tidak dibuat terlalu
muluk-muluk, dan tetap berpijak pada kondisi yang sesungguhnya.
Jika menilik stakeholder sekolah, maka bukan kepala sekolah dan guru saja, serta
yayasan (jika swasta) yang harusnya merencanakan RIPS. Orang tua siswa yang
diwakili Komite Sekolah, serta orangtua yang peduli terhadap jalannya pendidikan,
berhak untuk ikut menyumbangkan keahliannya dalam membantu jalannya
perencanaan sekolah ini.
Perencanaan sebaiknya dibuat bersama secara partisipatif antara pihak sekolah
(kepala sekolah dan guru), bersama dengan stakeholder (pihak yang berkepenting-
an lainnya), misalnya: komite sekolah, tokoh masyarakat, dan pihak lain yang
peduli pendidikan di sekitar sekolah. Dengan melibatkan mereka, sekolah telah
menunjukkan sikap keterbukaan dan siap bekerjasama. Hal tersebut akan
meningkatkan rasa memiliki, serta dapat mengundang simpati sehingga masya-
rakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan
sekolah.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            45
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



SITUASI SEBELUM INISIATIF
• Program sekolah (RIPS) disusun sepihak oleh kepala sekolah dan sebagian
    guru, di SD swasta bersama pengurus yayasan
•   RIPS belum diinformasikan secara terbuka kepada semua orangtua
•   Perencanan dan penggunaan dana sekolah pada umumnya dicurigai, dan
    dikomplain/dikeluhkan penggunaannya oleh wali murid
•   Hanya RAPBS yang disebarkan ke orangtua, belum dipajang secara terbuka
    kepada umum
•   Tidak adanya program secara terencana, berkesinambungan, dan berlanjut
    dalam mengadakan kegiatan proses pembelajaran.


INISIATIF & STRATEGI PELAKSANAAN
Maksud dan Tujuan
• Melalui proses perencanaan yang partisipatif, sekolah dan seluruh stakeholder
  dapat memformulasikan kebutuhan dan kegiatannya ke dalam kebijakan mikro
  dalam bentuk program;
• Meningkatkan kerjasama antar warga sekolah yang merupakan faktor
  pendukung dalam keberhasilan pelaksanaan program, sehingga dengan
  terjalinnya kerjasama antar berbagai pihak, manajemen sekolah lebih terbuka
  dan akuntabel serta beban sekolah semakin/lebih ringan


POLA PIKIR PENYUSUNAN
Prinsip dan Pendekatan
• Niat baik sekolah untuk lebih membuka diri terhadap stakeholder
• Duduk bersama antara kepala sekolah, guru, komite, dan masyarakat untuk
  mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan menghitung biayanya (kepedulian
  masyarakat terhadap pendidikan mulai tumbuh)
• Mengajak anggota stakeholder sekolah lainnya untuk dapat berpartisipasi
  menyumbangkan pikiran dalam merencanakan pengembangan sekolah
• Mengajak anggota stakeholder sekolah untuk saling memantau program
  sekolah



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
    46                                 Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Tahap Pelaksanaan
• Mengundang Yayasan, Komite sekolah, Kepala Sekolah, guru dan wakil pagu-
    yuban kelas.
•   Membahas visi dan misi (yang operasional) sekolah secara bersama
•   Merumuskan harapan sekolah yang terkait dengan proses pembelajaran oleh
    guru dan komite, serta pembangunan sarana dan prasarana sekolah oleh
    yayasan.
•   Menganalisa kondisi kini, harapan dan kesenjangan sekolah.
•   Menyusun program untuk jangka pendek 1 tahun, kemudian menengah 3
    tahun, berdasarkan hasil – hasil di atas
•   Proses ini dilakukan secara bertahap dengan melibatkan fasilitator sebagai
    pendamping pada setiap proses. Kepala Sekolah secara aktif berkonsultasi
    dengan fasilitator daerah sebagai pembimbing jika menghadapai masalah


HASIL YANG DICAPAI
• RIPS dan RAPBS yang disusun bersama yayasan, komite, masyarakat dipajang-
  kan, dan mudah diakses
• Kepala Sekolah dan guru, merasa makin mudah untuk mendekati orangtua
  siswa jika merasa ada kebutuhan tambahan/insidentil di luar RAPBS.
• Orangtua siswa merasa lebih percaya kepada pengurus sekolah, dan merasa
  makin dekat dalam hubungan kekeluargaan.
• Peningkatan Peran Serta Masyarakat baik dalam dana, sumbangan material
  (bahan belajar), sumbangan tenaga (penyediaan kendaraan untuk kunjungan
  belajar/study visit) dan pemikiran (narasumber pelajaran ekstrakurikuler dan
  pengembangan pembelajaran)




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         47
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



                                          Manajemen terbuka-menjadi
                                          transparan, akuntabel dan
                                          melibatkan banyak pihak dalam
                                          perencanaan, keuangan dan
                                          pengembangan program sekolah
                                          bersama-sama dengan para guru dan
                                          masyarakat. Rencana sekolah dan
                                          RAPBS dipajangkan agar bisa dilihat
                                          semua pihak




PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
• Bagaimana merubah paradigma bahwa sekolah hanya boleh “dikelola” oleh
  Yayasan dan Kepala Sekolah, menjadi “mengajak” komite dan wakil orangtua
  untuk dapat memikirkan rencana dan kemajuan sekolah secara bersama-sama
• Pola penyampaian rencana penyusunan program dan kebutuhan sekolah
  secara kekeluargaan, menghasilkan target yang melebihi perkiraaan semula
• Dengan keterbukaan dari pihak sekolah, mengurangi kecurigaan pihak masya-
  rakat, dan malah menghasilkan peningkatan PSM
• Rasa memiliki dari stakeholder sekolah semakin tinggi, karena mereka dilibat-
  kan mulai tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan dan monitor-
  ing.


  SDN 1 Magetan, adalah sekolah dasar negeri yang dikelola oleh Dinas
  Pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan, dimana sebagian besar
  pendanaan sekolah didapat dari Pemerintah Pusat (BOS) dan APBD (gaji
  dan operasional). Perencanaan dibuat bersama Kepala Sekolah, Guru,
  Komite, dan wakil Paguyuban Kelas. Suasana partisipatif dan transparan
  terasa benar dalam pelaksanaan perencanaan dan implementasi program.
  Hal yang biasanya ditabukan untuk dibuka, malah menjadikan masyarakat
  bersemangat untuk berperan serta meningkatkan kualitas pendidikan di
  sekolah tersebut.




                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 48                                    Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Sangat tinggi, dengan masyarakat menjadi terbiasa dengan partisipasi dan
transparansi, maka sulit jika dihentikan, karena tuntutan akan selalu muncul makin
tinggi. Penyusunan perencanaan sekolah dengan pola tersebut pada akhirnya
menjadi sebuah sistem.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Sangat tinggi, karena pola ini sangat mudah direplikasikan. Yang menjadi kendala
adalah sikap dan paradigma manusia yang berada di jabatan itu (Kepala Sekolah/
Ketua Yayasan)




   RIPS dan RAPBS dipajangkan                Ketua Yayasan, Kepala Sekolah
   sehingga mudah diakses oleh publik        dan Komite sedang menyusun
                                             RIPS dan RAPBS




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             49
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




 SDI Al Chairiyah Banyuwangi adalah Sekolah Dasar Islam yang
 dikembangkan oleh Yayasan Al Chairiyah, sedangkan SD IT Baitul ‘Izzah
 Nganjuk adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu yang dikembangkan oleh
 Yayasan Pendidikan Islam Baitul ‘Izzah. Sebagai sekolah swasta, sebagian
 besar pendanaan sekolah didapat dari Pemerintah Pusat ( BOS) dan iuran
 dari orangtua murid. Perencanaan dibuat bersama pengurus Yayasan, Kepala
 Sekolah, Guru, Komite, dan wakil Paguyuban Kelas. Seiring dengan keter-
 bukaan pihak sekolah, sering muncul usulan program kegiatan dari orang-
 tua murid yang diikuti dengan kesiapan orangtua untuk mendanai program
 tersebut.
 Misal di SDIT Baitul ’Izzah program study tour sesuai dengan kurikulum
 direncanakan oleh orangtua siswa beserta guru, semua biaya ditanggung
 oleh orangtua.



NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI
  Alamat : Jl. KH. Agus Salim No. 5 Banyuwangi
           Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur
  Telp.  : (0333) 424 680
  Fax    : (0333) 424 080


2. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN
  Alamat : Jl. Karya Dharma 79 Magetan
           Kabupaten Magetan – Jawa Timur
  Telp.  : (0351) 895 037
  Fax    : (0351) 895 037




                          Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
50                                   Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


3. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGANJUK
   Alamat : Jl. Demo Joyo No. 19 Kode Pos 64418
            Kabupaten Nganjuk – Jawa Timur
   Telp.  : (0358) 321 667
   Fax    : (0358) 326 477




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                   51
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




                KREATIVITAS
           KEPALA SEKOLAH DASAR
              DAN MADRASAH
         DALAM MENGELOLA SEKOLAH




LATAR BELAKANG
Kepemimpinan di sekolah merupakan faktor penting dalam melaksanakan pro-
gram sekolah dan memobilisasi seluruh sumberdaya sekolah. Pemimpin di sekolah
adalah kepala sekolah, yang memiliki fungsi sebagai pemimpin dan juga sebagai
manajer. Sebagai pemimpin Kepala sekolah berfungsi memobilisasi dan
memberdayakan sumber daya yang ada, sebagai manajer Kepala Sekolah berfungsi
mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
Dalam praktiknya kepala sekolah dapat menjadi contoh dan panutan, dapat
mendistribusikan tugas di sekolah sesuai dengan kapasitas, ada kesamaan pola
pikir dan pola tindak antara pemimpin dengan warga sekolah dan masyarakat,
mengoptimalkan peran serta pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder),
program sekolah yang terencana, terlaksana, dan terpantau dengan baik,
tranparansi dan akuntabilitas kinerja sekolah. Kondisi tersebut akan membawa
kebersamaan dalam membangun iklim kondusif di sekolah. Berikut adalah salah
satu contoh kreativitas kepala sekolah yang mengelola sekolah dengan
mengorganisasi seluruh sumber daya.

Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                        53
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



SITUASI SEBELUM INISIATIF
Sekolah-sekolah dasar dan madrasah yang dibina oleh MBE, dipaparkan dalam
tulisan ini misalnya MIN Tegal Asri Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, SDN
Tangkil 1 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, SDN Ngepung 1 Kecamatan
Sukapura Kabupaten Probolinggo, SDN 2 Wonokriyo Kecamatan Gombong
Kebumen, dan SDN Temenggungan Kabupaten Banyuwangi, pada awalnya memiliki
kondisi sebagai berikut:
•   Umumnya pola kepemimpinan sekolah masih top-down;
•   Manajemen sekolah masih tertutup;
•   Keuangan tidak transparan;
•   Perencanaan sekolah kurang jelas;
•   Masyarakat hanya diperankan sebagai sumber dana;
•   Kesadaran akan pentingnya pendidikan dari berbagai pihak masih rendah,
    seperti ditunjukkan oleh kondisi berikut: orang tua, komite, dan pihak lain
    kurang peduli akan kondisi sekolah, semangat guru rendah, masyarakat sekitar
    sekolah termasuk wali siswa tidak peduli terhadap sekolah.


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Pengembangan mutu pengelolaan sekolah menuntut peran kepala sekolah yang
efektif dan efisien, utamanya pola kepemimpinan dan kerjasama yang solid dengan
stake holder. Perbaikan kinerja kepala sekolah dasar dan madrasah mula-mula
adalah kepala sekolah sebagai tenaga potensial dalam pengelolaan sekolah mampu
memberikan teladan terutama dalam kedisiplinan, misalnya dengan datang di
sekolah lebih awal. Kepala sekolah mampu memberikan tanggung jawab kepada
guru dan stakeholder sesuai dengan kapasitas dan perannya. Perencanaan pro-
gram sekolah dilakukan bersama-sama dengan komite dan orang tua siswa.
Pelaksanaan program dan evaluasi keberhasilannya juga dilakukan secara bersama-
sama dengan komite dan orang tua siswa. RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Sekolah) juga disusun bersama antara Kepala Sekolah, Guru, Komite
Sekolah, dan orangtua siswa, bahkan RAPBS ini dipajangkan. Perubahan manaje-
men sekolah seperti ini berdampak pada tingginya kepercayaan masyarakat
terhadap sekolah. Jadi prinsip perubahan manajemen sekolah adalah mampu
mengorganisasi sumber daya serta dilandasi perubahan alur berpikir terutama



                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
    54                                  Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


pada pemberian tanggung jawab kepada guru dan stakeholder sebagai mitra dalam
pengembangan sekolah.


Prinsip dan Pendekatan
Usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah membutuhkan peran kepe-
mimpinan kepala sekolah dan kerjasama yang baik antar warga sekolah dan warga
masyarakat yang terkait (stakeholder). Oleh karena itu, pola kepemimpinan yang
efektif dan partisipatif sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan prinsip otonomi
sekolah. Dalam praktiknya, pengelolaan sekolah harus mempertimbangkan berba-
gai potensi, baik potensi warga sekolah dan potensi warga masyarakat yang dapat
dijangkau untuk dijalin kerjasama yang sinergis.
Pola sinergi berbagai potensi dalam pengelolaan pendidikan akan berdampak pada
hal berikut: munculnya kepemimpinan yang partisipatis, demokratis, dan fleksibel;
adanya tranparansi dan akuntabilitas berbagai hal di lingkungan sekolah itu sendiri;
adanya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sekolah; adanya keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan
kinerja sekolah di berbagai sisi; dan memunculkan iklim belajar yang baik.


Tahap Pelaksanaan
Untuk mencapai kemajuan yang diinginkan beberapa sekolah memiliki kreativitas
yang bervariasi. MIN Tegal Asri di Kabupaten Blitar misalnya merupakan sebuah
madrasah yang terletak di desa. Karena dekat kandang sapi masyarakat menyebut
madrasah ini dengan sebutan “MIN Kandang Sapi”. Untuk meningkatkan mana-
jemen sekolah, Kepala Madrasah melakukan terobosan sebagai berikut:
• Berusaha agar setiap hari datang di sekolah berlomba dengan siswa agar tidak
  kedahuluan mereka;
• Menyusun program sekolah yang jelas berdasarkan visi, misi, dan tujuan yang
  akan dicapai;
• Menginventarisasi kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan sekolah lewat
  pertemuan dengan guru dan pihak terkait untuk bisa menyusun RIPS dan pro-
  gram kerja jangka pendek serta RAPBS;
• Membentuk beberapa wakasek dengan tugas dan peran yang berbeda tetapi
  saling mendukung ketercapaian program sekolah;


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                               55
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



• Mengkreatifkan pengumpulan sumber dana dan daya dalam mendukung pro-
   gram sekolah;
• Melibatkan komite, tokoh masyarakat, dan wali murid dalam mencapai visi
   dan misi sekolah
• KKG sekolah untuk mengefektifkan pembelajaran;
• Mengaktifkan guru melalui pelatihan dalam pengembangan profesional.
Hal yang sama juga dilakukan oleh SDN Tangkil 1 Wlingi Kabupaten Blitar. Kepala
Sekolah “mengajak dan memberi contoh” tidak “memerintah”. Kepala sekolah
mengupayakan suasana agar semua warga merasa “Sekolahku adalah Istanaku”
yaitu dengan cara: transparan dalam hal keuangan, program-program dikembang-
kan secara musyawarah dan dipertanggungjawabkan bersama. Melibatkan masya-
rakat dalam pengelolaan proses pendidikan, baik tenaga, keahlian, dana, maupun
pemikiran, sehingga tumbuh rasa “ikut memiliki”.


SDN Ngepung Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo memulai inovasi
dengan menggerakkan masyarakat, antara lain:
• Meningkatkan kesadaran para orang tua murid untuk membayar iuran
  sekolah dan biaya pendidikan anak-anaknya di sekolah secara sukarela
  (sebelum ada BOS)
• Siswa menyisihkan uang sakunya mulai dari Rp 100,- sampai dengan Rp
  500,- yang dinamakan ‘uang loker’
• Mengupayakan dana bantuan SBMP (dulu), donatur, dan orang tua asuh dari
  dermawan dan pengusaha yang ada di Desa Ngepung dan sekitarnya.
• Untuk meningkatkan dukungan masyarakat secara berkelanjutan sekolah
  melakukan Pencanangan gerakan penanaman ‘Pisang MBS’. Masing-
  masing murid wajib memiliki tanaman pisang di rumahnya. Jika buah pisangnya
  sudah tua, para murid wajib mengirimkan buah pisangnya ke sekolah.
• Gerakan ‘Pisang MBS’ rupanya menyentuh kesadaran aparat Desa Ngepung
  untuk membantu pendidikan di wilayahnya. Kepala Desa beserta para perang-
  katnya dan BPD (Badan Perwakilan Desa) bersama-sama telah melahirkan
  Peraturan Desa Nomor 6 tahun 2002. Isinya, setiap orang yang
  berurusan dengan Pemerintah Desa Ngepung, secara ‘sukarela’ membeli mini-
  mal selembar Kupon Pendidikan. Selembar Kupon Pendidikan berharga Rp
  500,-. Jika dana sudah terkumpul, keuangannya diserahkan kepada Komite


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 56                                    Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


   Sekolah. Di tingkat kecamatan ada gerakan bersama, yaitu masing-masing desa
   berkewajiban mengeluarkan dana pendidikan sebesar Rp 1.000.000,- untuk
   diserahkan kepada sekolah. Keuangan itu berasal dari dana perimbangan desa.
• Keterlibatan masyarakat sebagai sumber belajar sudah mulai dirintis
   melalui berbagai macam aktivitas, di antaranya: menghadirkan kiai/ustadz pada
   peringatan hari besar islam, mengundang stakeholders (seperti camat, kapolsek,
   danramil, kepala kantor pos, ketua komite sekolah, pengawas sekolah, kepala
   cabang dinas kecamatan, kepala dinas kabupaten, dan kepala desa) untuk
   menjadi pembina upacara bendera hari senin dan diteruskan sebagai nara sum-
   ber bagi para siswa untuk diwawancarai; mengundang para pengrajin sebagai
   nara sumber belajar di sekolah, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler,
   seperti Petugas PPL memberi penjelasan tentang cara penanaman pisang dan
   prospeknya, PKK desa memberi keterampilan tentang cara membuat minuman
   pokak khas Tengger dan membuat keripik mbothe (talas); Patroli Keamanan
   Sekolah (PKS), menghadirkan instruktur dari pihak kepolisian, bahkan waktu
   itu yang hadir dan ikut melatih murid-murid adalah Kapolsek sendiri tentang
   Kesehatan Sekolah/UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), sekolah telah berupaya
   menghadirkan petugas kesehatan dari Balai Desa dan Petugas Puskesmas.
Di antara berbagai usaha yang dilakukan sekolah, keunggulan proses manajemen
yang dilakukan sekolah adalah menempatkan masyarakat sebagai pengontrol
sekolah yang diawali dengan keterbukaan sekolah (transparansi manajemen)
khususnya di bidang keuangan. Hal-hal tersebut dilakukan sekolah dengan cara:
• Melibatkan pengurus Komite Sekolah dan stakehoders;
• Pemilihan pengurus komite sekolah tidak lagi secara aklamasi, tetapi sudah
  dilakukan pemilihan secara langsung dan bebas, layaknya seperti pemilihan
  persiden dan wakil presiden saat ini;
• Memberikan keleluasaan dan penyerahan wewenang Pengurus Komite Sekolah
  secara utuh, yaitu kontrol keuangan langsung dilakukan oleh anggota komite
  sekolah secara terbuka. Hasilnya dilaporkan secara lisan maupun dipajang
  dipapan pengumuman di luar ruangan;
• Melibatkan masyarakat dalam kegiatan sekolah, seperti kegiatan tutup tahun
  pelajaran, pelatihan, rekreasi, retreat, dan studi banding;
• Melibatkan seluruh pengurus Komite Sekolah dan masyarakat stakeholders
  dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi visi, misi, tujuan sekolah,
  program sekolah, dan RIPS/RAPBS;


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            57
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



• Memajangkan visi, misi, tujuan, program sekolah, dan RIPS/RAPBS beserta
  realisasi pelaksanaannya.


HASIL YANG DICAPAI
Kehadiran program MBS telah membangkitkan semangat baru dan pola pikir yang
kreatif-inovatif, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan pen-
didikan. Hasil yang dicapai oleh tindakan ini amatlah banyak. Pengelolaan seko-
lah dengan memberdayakan potensi warga sekolah dan warga masyarakat (stake-
holder) mendorong arah dan tujuan sekolah menjadi jelas dan bermakna. Berbagai
tanggung jawab pada semua warga sekolah sesuai dengan kemampuan masing-
masing bidang berjalan dengan baik. Program sekolah jangka panjang dituangkan
dalam bentuk RIPS. RIPS dan RAPBS disusun secara partisipatif dan berjenjang.
Program sekolah dilaksanakan sesuai RIPS dan RAPBS, dan keberhasilannya
dievaluasi secara bersama-sama.
Dari sisi kepemimpinan sekolah muncul kesadaran bahwa kinerja KS dalam pe-
ngelolaan sekolah terpantau melalui indikator kinerja yang telah tercantum, misal
transparansi program, transparansi keuangan, dan disiplin. Tupoksi kepala sekolah
adalah penting dan strategis, kerja sama adalah kata kunci menuju ke keberhasilan
pengelolaan sekolah. Pembagian kerja secara merata dan proporsional akan
memunculkan sinergi berbagai potensi sekolah dan potensi masyarakat.


HAL YANG DAPAT DIPELAJARI
Pengelolaan sekolah dengan memberdayakan potensi warga sekolah dan warga
masyarakat (stakeholder) memberikan sebuah refleksi bahwa komitmen bersama
dalam melakukan perubahan adalah hal utama dalam pengelolaan sekolah.
Pengelolaan sekolah akan lebih bermakna apabila kepala sekolah mampu memberi
contoh dan mampu bermitra kerja dengan warga sekolah dan warga masyarakat.
Hal tersebut juga memberikan wawasan baru bagi warga sekolah dan warga
masyarakat. Masyarakat menjadi paham dan ada kemungkinan pelibatan poten-
sinya. Penyadaran masyarakat atas pentingnya peran masyarakat ini adalah hal
terpenting.
Kepala Sekolah “mengajak dan memberi contoh” tidak “memerintah”. Kepala
sekolah mengupayakan suasana agar semua warga merasa “Sekolahku adalah



                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 58                                     Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Istanaku” yaitu dengan cara: Transparan dalam hal keuangan, program-program
dikembangkan secara musyawarah dan dipertanggungjawabkan bersama. Melibat-
kan masyarakat dalam pengelolaan proses pendidikan, baik tenaga, keahlian, dana,
maupun pemikiran, sehingga tumbuh rasa “ikut memiliki”.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Budaya kepemimpinan yang partisipatif dan demokratis serta kerjasama yang solid
antar warga sekolah dan warga masyarakat dapat dikembangkan secara terus
menerus. Keterlibatan semua komponen juga memberikan harapan bahwa apa
yang telah dilakukan akan terus berjalan meskipun terjadi pergantian kepala
sekolah.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Penyebarluasan model kreativitas kepala sekolah bisa dilakukan melalui forum
MKKS atau oleh Dinas Pendidikan, karena pada dasarnya hal itu tidak sulit
dilakukan, asal ada kemauan.




                                                        Kepala sekolah
                                                        mendorong guru untuk
                                                        menciptakan dan
                                                        mengelola suasana
                                                        belajar yang ramah
                                                        dan positif
                                                        di sekolah




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           59
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




  Kepala sekolah melakukan             Kepala sekolah medukung
  supervisi kelas untuk mendorong      inovasi oleh guru. Dalam hal ini
  dan mendukung pelaksanaan            orang tua siswa membantu
  PAKEM. Dia duduk membantu            guru di kelas
  anak belajar.



NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. SYAIFUL RIDWAN MUHDI, S.Pd
  Jabatan : Kepala Sekolah
  Alamat : MIN Tegalasri
            Jl. Mastrip No. 39 Sumber Arum-Tegal Asri, Wlingi
            Kabupaten Blitar – Jawa Timur
  Telp.   : -


2. SRI SUMARTINI
  Jabatan : Kepala Sekolah


                           Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 60                                   Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



   Alamat : SDN Tangkil I
            Jl. Kepundung, Tangkil, Wlingi
            Kabupaten Blitar – Jawa Timur
   Telp.  : -


3. Drs. NANANG
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Ngepung I
             Desa Ngepung, Kec. Sukapura
             Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur
             Jawa Timur
   Telp.   : (0335) 581 082


3. KRESNIWIYATI
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Wonokriyo 2
             Jl.Irian 72 Kec. Gombong,
             Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah
   Telp.   : -


4. Dra. BAROROTIN
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Temenggungan
             Jl. Jogopati No. 49 Banyuwangi,
             Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur
   Telp.   : (0333) 418 337




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                   61
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




  PERAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH
     PERTAMA DALAM MEMAJUKAN
    MANAJEMEN DAN PEMBELAJARAN

LATAR BELAKANG
Kepemimpinan merupakan bagian penting dan mendasar dalam manajemen dan
sekaligus sebagai motor penggerak (mobilisator) dalam pelaksanaan program
MBS, PSM, dan PAKEM di SMP. Berbeda dengan SD yang memiliki jumlah warga
sekolah relatif kecil, SMP memiliki jumlah warga sekolah yang relatif banyak. Oleh
sebab itu diperlukan pengelolaan yang lebih efisien. Sekolah yang memiliki
pemimpin dimana memiliki kepemimpinan yang efisien, efektif dan berdaya guna
akan maju lebih cepat.
Kerjasama merupakan hal yang juga tidak kalah penting dalam manajemen sekolah
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dan program sekolah bisa berjalan
secara efektif sesuai yang diharapkan. Oleh sebab itu sekolah perlu bekerjasama,
baik antar warga sekolah maupun sekolah dengan stakeholder. Konsep kepe-
mimpinan sebaik apapun, tetapi dalam aplikasinya tidak ada kerjasama yang baik
dengan warga sekolah dan stakeholders, maka hasilnya kurang efektif.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Sekolah-sekolah yang dibantu oleh MBE dipaparkan dalam tulisan ini misalnya
SMP Negeri 1 Maospati Magetan, SMP Negeri 1 Banyuwangi, dan SMP Negeri
1 Ambarawa Kabupaten Semarang, pada awalnya memiliki kondisi:
• Kepemimpinannya masih top-down artinya pola intruksinya masih dominan;
• Manajemen sekolah masih tertutup dan laporan pertanggungjawabannya
  kepada komite sekolah masih terbatas;
• Peran Serta Masyarakat (PSM) hanya terfokus pada penggalian dana, dimana
  hal itu merupakan sisa-sisa paradigma lama (yang dulu kita kenal dengan BP3);

Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             63
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


• Orang tua dan komite sekolah kurang peduli (apatis) dengan kondisi sekolah;
• Pembelajaran yang masih monoton, artinya pembelajaran yang dilakukan masih
  konvensional/tradisional sehingga inovasi-inovasi dalam pembelajaran sangat
  kurang (variatif);
• Program MBS, PSM, dan PAKEM tidak/kurang mendapatkan dukungan dari
  berbagai pihak, dikarenakan pemahaman yang kurang dari pihak guru dan
  komite sekolah maupun masyarakat;


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi
Dalam rangka mewujudkan MBS dan PSM kepala sekolah memiliki beberapa kiat
sukses yaitu:
• Keberanian kepala sekolah melakukan perubahan yaitu memunculkan kepe-
  mimpinan yang partisipatif, demokratis dan fleksibel;
• Berpikir logis dalam melakukan perubahan;
• Melaksanakan pola kemitraan dalam melakukan perubahan;
• Pengambilan kebijakan dengan pola partisipatif;
• Memberikan kebebasan berinovasi kepada warga sekolah;
• Adanya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan sekolah;
• Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan khususnya dalam
  pembelajaran;
• Adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring,
  dan evaluasi pendidikan;
• Penerapan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).


Tahap Pelaksanaan
Usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan kualitas manajemen
sekolah bervariasi.




                           Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 64                                   Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


SMP Negeri 1 Banyuwangi melakukan pembenahan manajemen sekolah dengan
proses sebagai berikut:
• Transparansi program sekolah dan pengelolaan keuangan melalui pemajangan
  RAPBS sekolah;
• Pemberdayaan Komite Sekolah, misalnya komite sekolah menangani
  perbaikan lantai di 18 kelas tanpa adanya campur tangan pihak sekolah,
  pengurus komite sekolah menjadi guru pengganti matpel IPA, bimbingan UAN
  ditangani langsung oleh Komite Sekolah, RPABS disusun bersama oleh sekolah,
  komite sekolah dan ketua paguyuban Kelas;
• Pemberdayaan Paguyuban Kelas, misalnya pembenahan fisik kelas dilakukan
  secara langsung oleh paguyuban kelas. Paguyuban kelas membantu siswa saat
  KBM di luar kelas (khususnya memberikan bantuan transportasi pada mata
  pelajaran IPA, IPS, Penjas);
• Menjalin kerja sama dengan Ponpes; terbentuknya Ponpes SMP Negeri 1
  Banyuwangi;
• Menjalin kerja sama dengan dunia industri, percetakan, dan masyarakat;
  pengecatan lapangan basket oleh Teh Botol Sosro dan sekolah mendapat ban-
  tuan bola basket, pengecatan ruang koperasi sekolah oleh Coca Cola, sekolah
  mendapat bantuan kaos untuk ekstrakurikuler drumband, sekolah mendapat
  bantuan kitab suci, sekolah mendapat bantuan finansial saat pelatihan PAKEM;
• Pembiasaan; setiap pagi kecuali hari Jum’at sebelum KBM siswa diwajibkan
  membaca kitab suci, Jum’at sebelum KBM siswa melakukan kegiatan “Obstime”,
  setiap hari 15 menit setelah jam terakhir siswa melakukan kegiatan “demen
  maca” (suka membaca), kelas 7 dan 8 ada tambahan jam perpustakaan 2 jam
  per minggu yang dipandu oleh guru yang kurang layak mengajar, Dua bulan
  sekali pelaksanaan apresiasi seni oleh guru BK.

SMP Negeri 1 Magetan dan SMP Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Semarang me-
mulai inovasi dengan beberapa kegiatan yaitu:
• Melakukan rapat koordinasi dengan guru dan karyawan/wati dalam rangka
  sosialisasi program dan strategi pengembangannya;
• Pendelegasian tugas kepada warga sekolah sesuai dengan tugas pokok dan
  fungsinya yang didasarkan pada kemampuannya masing-masing;




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         65
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




• Optimalisasi fungsi-fungsi manajemen, sehingga pelaksanaan program kerja
  diawali dari perencanaan sampai evaluasi;
• Menggalang kerjasama dengan warga sekolah/stakeholders dalam kegiatan apa-
  pun;
• Mengadakan studi banding antar sekolah binaan MBE maupun non-binaan
  serta sekolah di luar daerah;
• Pemberdayaan alumni karena alumni merupakan aset sekolah dalam mengem-
  bangkan pendidikan.


HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang telah menjalankan MBS mengalami
kemajuan dalam hal pengelolaan maupun proses dan hasil belajar, antara lain:
• Warga sekolah mampu mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan dan
  pembelajaran;
• Munculnya kepemimpinan yang partisipatif, demokratis, dan fleksibel;
• Adanya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan sekolah;
• Adanya peran serta masyarakat dalam pendidikan khususnya dalam pembela-
  jaran;
• Adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan MONEV
  (monitoring dan evaluasi) pendidikan;
• Adanya pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan;
• Adanya peningkatan prestasi siswa;
• Adanya bantuan dari paguyuban memberikan les (pelajaran tambahan) pada
  siswa.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman SMP yang telah menerapkan MBS
adalah:
• Kepala sekolah telah berfungsi sebagai Educator, Motivator, Administrator, Su-
  pervisor, Leadership, Inovator, dan Managerial;



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 66                                    Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




•   Adanya kepercayaan dari warga sekolah/stakeholder;
•   Warga sekolah dapat mengembangkan potensinya;
•   Mampu menjalin kerjasama dengan warga sekolah/stakeholder;
•   Adanya keterbukaan oleh warga sekolah.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Budaya kepemimpinan yang partisipatif dan kerjasama yang solid dapat dikem-
bangkan secara terus menerus.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Dalam upaya pengembangan mutu pendidikan, maka peran kepala sekolah sangat
besar, utamanya pola kepemimpinan dan menjalin kerjasama yang solid dengan
warga sekolah/stakeholders, sehingga apa yang menjadi program pendidikan di
sekolah, stakeholders mempunyai rasa memiliki program dan bertanggung jawab
atas program yang direncanakan. Pengalaman pengelolaan sekolah di SMPN 1
Maospati, SMP 1 Banyuwangi, dan SMP 1 Ambarawa sangat memungkinkan untuk
disebarluaskan dan diterapkan di sekolah-sekolah baik di kecamatan ataupun
kabupaten/kota lain.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. Drs. NURKIYAT AP., MM.
     Jabatan : Kepala Sekolah
     Alamat : SMPN 1 Maospati
               Desa Kraton Kecamatan Maospati
               Kabupaten Magetan - Jawa Timur
     Telp.   : (0351) 869 157




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                      67
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



2. Drs. SUJANTO
  Jabatan : Kepala Sekolah
  Alamat : SMPN I Banyuwangi
            Jl. A. Yani 74 Kec. Banyuwangi,
            Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur
  Telp.   : (033) 421 964


3. ANTONIUS SUPRAPTO, S.Pd.
  Jabatan : Kepala Sekolah
  Alamat : SMPN 1 Ambarawa.
            Jl. Bandungan No. 42, Ambarawa,
            Kabupaten Semarang - Jawa Tengah
  Telp.   : (0298) 591 093




                       Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 68                               Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)




          KREATIVITAS KEPALA SEKOLAH
            DALAM MENINGKATKAN
                 KINERJA GURU

LATAR BELAKANG
Kepala sekolah perlu mengupayakan kerja sama tim yang kompak/kohesif dan
cerdas, membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya serta
menumbuhkan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi, sehingga
terbentuk iklim kolektivitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah.
Dalam meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah perlu memusatkan perhatian
pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan
memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar
mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki
tingkat kepentingan tertinggi.
Peningkatan kinerja sekolah terutama kinerja guru menjadi kunci utama keberha-
silan proses belajar mengajar. Sebagai sebuah lembaga pendidikan sekolah tidak
seharusnya menutup diri terhadap perkembangan–perkembangan yang menyang-
kut kemajuan pembelajaran. Keterbukaan menerima informasi dari berbagai pihak
dapat meningkatkan wawasan dan profesionalisme guru dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya. Agar tercipta iklim yang kondusif untuk pembelajar-
an kepala sekolah tidak hanya berfungsi sebagai manajer tetapi juga berfungsi
sebagai edukator, administrator, leader, inovator, supervisor, dan organisator.
Fungsi-fungsi ini sangat signifikan pengaruhnya pada peningkatan kinerja guru.
Oleh sebab itu pengelolaan guru harus menciptakan suasana kesejawatan serta
tetap memiliki target-target yang jelas dan terukur. Untuk itulah perlu kami sajikan
beberapa upaya pengelolaan sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yang telah
dilakukan di beberapa kabupaten yang menjadi binaan MBE yaitu : SDN Ploso
2, SMPN 1 Leces dan SMPN 2 Gending.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                               69
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



SITUASI SEBELUM INISIATIF
Situasi sekolah-sekolah sebelum berinisiatif untuk menciptakan suasana yang
kondusif bagi tumbuh kembangnya kreativitas pembelajaran di kelas pada
umumnya hampir serupa, yaitu:
• Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru masih belum
  menunjukkan target yang jelas;
• Guru mengajar hanya mengejar target kurikulum dengan mengabaikan proses
  pembelajarannya;
• Produk siswa sebagai bukti hasil belajar sangat terbatas dan tidak dipajangkan;
• Kepala sekolah jarang/tidak melakukan monitoring proses belajar mengajar
  dalam kelas;
• Rapat dewan guru yang membahas proses pembelajaran atau KKG mini jarang
  dilakukan;
• Rapat dengan komite sekolah untuk membahas proses pembelajaran hampir
  tidak pernah dilakukan;
• Guru mengajar dengan ceramah dan ketersediaan sumber belajar terbatas;
• Untuk SMP pertemuan guru mata pelajaran yang serumpun dalam satu sekolah
  jarang dilakukan. Kalaupun dilakukan suasananya tidak menggairahkan dan tidak
  ada produk yang dihasilkan.


INISIATIF & STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi Pelaksanaan
Peningkatan kapasitas dan kinerja guru dipandang cara yang sangat efektif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pelaksanaan Inovasi
• Kegiatan diawali dengan pelaksanaan pelatihan yang diikuti oleh semua unsur
  sekolah khususnya guru terkait dengan pengembangan kapasitas guru dalam
  pembelajaran (pelatihan PAKEM untuk SD dan SMP, CTL untuk SMP saja).
• Sekolah mengadakan rapat bersama yang diikuti semua staf sekolah dan
  dipimpin oleh Kapala Sekolah untuk membahas RTL (Rencana Tindak Lanjut)
  yang telah dan disepakati dalam pelatihan. Hal yang dibahas meliputi target,
  waktu, penanggung jawab, dan pelaksana.


                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 70                                     Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


• Kepala Sekolah memonitor guru mengajar di kelas. Hal ini sangat efektif
  karena akan mempengaruhi motivasi guru mengajar, baik dari sisi kehadirannya
  maupun pembuatan persiapan guru dalam mengajar. Kesiapan RP, pengor-
  ganisasian kelas, penyiapan alat peraga, hasil karya siswa yang diharapkan, dll.
• Sekolah mengadakan KKG Mini yaitu pertemuan semua guru dan kepala
  sekolah untuk membahas permasalahan yang ditemui di dalam kelas dalam
  pembelajaran, disepakati alternatif solusi kemudian dievaluasi pada pertemuan
  berikutnya. Tetapi forum ini juga tidak menutup kemungkinan membicarakan
  masalah di luar pembelajaran sangat tergantung pada persoalan sekolah.
  Pertemuan ini dilaksanakan rata – rata 2 kali dalam satu bulan. Contoh: Di
  SMPN 11 Madiun, guru membuat RP setiap minggu dan dikumpulkan pada
  Kepala Sekolah pada hari Jum’at untuk dikoreksi
• Kepala Sekolah mengkomunikasikan kebijakan yang telah diambil sekolah
  kepada komite dan melibatkan secara aktif komite sekolah untuk bersama
  sama membahas program sekolah. Keterlibatan komite ini sangat meringankan
  beban sekolah dan meningkatnya rasa memiliki komite pada sekolah. Sebagai
  konsekuensi dari program yang bersifat uang dan material orang tua siswa
  akan dengan senang hati memberikan kontribusi. Contoh: SDN Ploso 2 di
  Pacitan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang seni,
  meminjamkan seperangkat alat musik (band) beserta pelatihnya secara gratis.
• Sekolah memanfaatkan dan mengalokasikan dana-dana yang masuk ke sekolah
  misalnya PSBMP, BKM, dan BOS untuk menunjang peningkatan kinerja guru,
  pengiriman guru mengikuti KKG gugus, penyediaan alat peraga, perlengkapan
  perangkat yang lain dalam kelancaran pembelajaran (tempat pajangan dan
  sudut baca kelas).
• Sekolah melaporkan hasil belajar dan prestasi siswa kepada orang tua/wali
  murid. Hal ini dilakukan pada akhir semester setahun sekali dengan tujuan
  untuk mendapatkan kritik, saran, dan masukan guna perbaikan selanjutnya.
  Dapat dilihat di SDN Ploso 1 Kab. Pacitan.
• Sekolah mengambil kebijakan untuk memanfaatkan jumlah guru yang lebih,
  termasuk guru sukwan dengan menggunakan metode pembelajaran, untuk
  kelas 1, 2, 3 guru kelas sedangkan kelas 4,5,6 guru mata pelajaran. Kebijakan
  ini diharapkan akan lebih memacu pencapaian kompetensi pada setiap mata
  pelajaran yang ada.
• Baca senyap, dilaksanakan setiap hari 3 menit sebelum jam pelajaran pertama
  dimulai, dilakukan tidak hanya oleh siswa tetapi juga semua staf sekolah baik


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             71
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



  KS maupun guru. Baca senyap telah dilaksanakan di SDN Ngepung, Kabupaten
  Probolinggo 1 maupun SMP Negeri 6 Kota Madiun.
• Siswa tandang, yaitu pada waktu tertentu beberapa siswa diajak masuk
  kesekolah lain untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh gurunya guna
  mendapatkan pengalaman belajar bersama dengan sekolah lain. Diharapkan
  dengan pengalaman ini siswa di sekolahnya dapat “meminta” kepada gurunya
  untuk melakukan program pembelajaran-pembelajaran aktif (PAKEM) seperti
  yang dipraktikkan oleh gurunya di sekolah lain. Hal ini dapat dilihat di SMP N
  1 Leces Kabupaten Probolinggo.
• Pemanfaatan sudut baca kelas, sekolah terus mendorong staf sekolah dan siswa
  untuk memanfaatkan sudut baca yang telah tersedia di masing-masing kelas.
  Guru memberi penugasan pada siswa yang memungkinkan siswa mendapatkan
  rujukan dari buku yang tersedia di pojok kelas.


HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang dicapai oleh sekolah yang memiliki program peningkatan kinerja guru
adalah:
• Kinerja guru mengalami peningkatan, terlihat dari metode pembelajaran yang
  bervariasi dan banyaknya produk siswa yang dipajangkan
• Kecenderungan positif bahwa guru harus selalu merencanakan pembelajaran
  yang baik sebab ia harus menceritakan apa yang dilakukan pada semua guru
  yang lain
• Sekolah sering mendapatkan kunjungan dari sekolah lain untuk berbagi
  pengalaman, hal ini semakin memacu sekolah untuk selalu meningkatkan mutu
  sekolahnya
• Hasil belajar anak meningkat ditandai semakin baiknya hasil karya siswa dan
  peningkatan nilai akhir semester
• Siswa menjadi lebih aktif dan absensi rendah
• Penyusunan program antar rumpun mata pelajaran menjadi lebih terarah
• Hasil karya siswa dipajangkan, sehingga siswa termotivasi untuk terus
  menghasilkan karya yang lebih baik
• Mobilitas tempat duduk siswa fleksibel, klasikal, kelompok, berpasangan
  disesuaikan dengan topik bahasan agar pencapaian kompetensi lebih efektif.



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 72                                    Good Practices in Management of Education
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Meningkatnya kinerja guru dapat dilakukan dengan memberi motivasi dan
memberikan kesempatan untuk berinovasi. Dukungan sekolah kepada guru
menyebabkan guru merasa percaya diri dalam menjalankan tugasnya. Peningkatan
kinerja guru secara langsung dapat meningkatkan kualitas sekolah.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Secara bertahap kegiatan peningkatan kinerja guru dapat dimasukkan sebagai
program utama di sekolah dan termuat dalam RPS (Rencana Pengembangan
Sekolah) sehingga kemajuannya dapat diukur.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Usaha peningkatan kinerja guru berdasarkan pengalaman dari sekolah-sekolah
yang dituliskan di atas dapat disebarluaskan ke sekolah-sekolah lain.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK:
1. ENDANG LILIK UTAMI, S.Pd, M.Pd
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SMPN 11
             Jl. Raya Kanigoro
             Kota Madiun - Jawa Timur
   Telp.   : (0351) 451 646


2. KHOLIS HASYIM
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SMPN I Leces
               Jl. Bantaran No. 38
               Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur
   Telp.    : (0335) 680 394


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                       73
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)



3. JOKO ISMUTARTO, S.Pd.
  Jabatan : Kepala Sekolah
  Alamat : SDN 2 Ploso
            Jl Turmudi No 4.
            Kabupaten Pacitan – Jawa Timur
  Telp.   : (0357) 885 101


4. GANIF ROJIKIN
  Jabatan : Kepala Sekolah
  Alamat : SMPN 2 Gending
            Jl. Raya Sumber Kerang, Kec. Gending,
            Kab. Probolinggo – Jawa Timur
  Telp.   : -




                        Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 74                                Good Practices in Management of Education
PENGELOLAAN KELAS
UNTUK MENUNJANG
PAKEM
- Pengantar
- Pembelajaran Kelas Rangkap
- Pemberdayaan Perpustakaan Kelas/
  Sudut Baca
- Optimalisasi Peran Tutor Sebaya
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




                            PENGANTAR


Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh
pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini
dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas, sehingga
efektif namun tetap menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus
mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari
yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang
kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan
dan kerjakan (Dryden & Voss, 2000). Ada referensi lain yang mengatakan bahwa
siswa akan belajar 95% kalau siswa mengajarkan kepada temannya. Artinya,
belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.
Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh sekolah
dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan proses belajar dan sumber
daya. Model pengelolaan kelas merupakan keputusan yang tidak hanya diambil
oleh guru tetapi juga dapat merupakan keputusan yang diambil oleh sekolah
maupun dinas pendidikan. Pengelolaan kelas yang akan disajikan dalam tulisan
ini adalah Pengelolaan Kelas Rangkap, Pemberdayaan Tutor Sebaya, dan
Pemanfaatan Sudut Baca/Perpustakaan Kelas dan peningkatan efektivitas MGMP.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             77
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




                        PEMBELAJARAN
                       KELAS RANGKAP



LATAR BELAKANG
Pembelajaran kelas rangkap sering dikaitkan dengan sekolah kecil di daerah
terpencil yang berpenduduk sedikit. Di sekolah seperti ini biasanya hanya ada
satu sampai dengan tiga orang guru untuk melayani seluruh siswa kelas I sampai
kelas VI. Jumlah siswa di setiap sekolah juga sedikit. Guru tersebut harus meng-
gabungkan kelas agar bisa mengajar semua siswa di sekolah, artinya dalam satu
ruangan ditempati oleh siswa dari dua kelas. Pola penggabungan umumnya adalah
kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, dan kelas 5 dengan kelas 6.
Pembelajaran kelas rangkap juga terdapat di banyak sekolah perkotaan, karena
jumlah siswa tidak seimbang dengan jumlah kelas. Kelas harus digabung untuk
mendapatkan jumlah siswa seperti biasa. Jadi alasan dibentuknya kelas rangkap
bukan karena kekurangan guru saja melainkan juga alasan efisiensi. Misalnya jika
di kelas 1 hanya ada 9 siswa dan kelas 2 hanya ada 10 siswa maka tidak perlu
masing-masing kelas diajar oleh seorang guru. Dengan prinsip efisiensi sumber
daya maka cukup diperlukan satu guru yang merangkap mengajar kelas 1 dan
kelas 2.
SDN Gunungsari IV terletak di dusun Baru Desa Gunungsari kecamatan Bumiaji
Kota Batu. Sekolah ini terletak di lembah dan dikelilingi oleh pegunungan. Siswa
yang bersekolah di SDN Gunungsari IV adalah anak-anak dari Dusun Brau yang
tidak memungkinkan untuk bersekolah di sekolah lainnya. Oleh sebab itu tepatlah
jika sekolah ini dikategorikan sebagai sekolah terpencil meskipun masuk wilayah
kota.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           79
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



                                      SITUASI SEBELUM INISIATIF
                                      Sekolah yang memiliki kelas rangkap pada
                                      umumnya hanya memiliki ruang kelas yang
                                      terbatas, biasanya hanya memiliki 3 ruang
                                      kelas dan satu ruang pengelolaan. Proses
                                      pembelajaran di sekolah-sekolah yang
                                      memiliki kelas rangkap sebelum di bina
                                      oleh MBE pada umumnya bukan merupa-
                                      kan pembelajaran kelas rangkap tetapi
                                      guru mengajar “rangkap kelas”, artinya
                                      seorang guru mengajar dua kelas. Hal ini
                                      didasarkan pada pengertian yang keliru
                                      tentang kelas rangkap. Pada umumnya
  Lokasi SDN Gunungsari IV,           kebijakan kelas rangkap didasarkan pada
  salah satu sekolah di Kota Batu     alasan kekurangan guru, sehingga guru
  yang memiliki kelas rangkap         kelas harus mengajar di dua kelas.
                                       Sebagai contoh di SDN Gunungsari 4 di
Kecamatan Bumiaji Kota Bantu. Sekolah ini hanya memiliki 2 gedung yang terdiri
dari 1 gedung (3 ruang) untuk proses belajar mengajar, dan 1 gedung untuk ruang
kepala sekolah dan administrasi. Guru yang mengajar terdiri dari 3 guru kelas,
2 guru olah raga, 1 guru agama dengan 1 kepala sekolah. Rata-rata jumlah siswa
per kelas adalah 9 anak (Tabel 1). Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Dusun
Brau relatif kecil, bahkan kabarnya populasi masyarakat di daerah tersebut lebih
kecil dari populasi sapi perahnya.




                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 80                                     Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




       Tabel 1. Data Jumlah Siswa SDN Gunungsari IV (2005)




INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Sebelum dibina oleh MBE guru kelas rangkap menerapkan pembelajaran
“merangkap kelas”. Artinya dalam satu ruang yang terdiri dari siswa kelas I dan
2 (atau 3 dan 4, atau 5 dan 6) yang keduanya hanya dipisahkan oleh penyekat,
guru menerapkan pembelajaran klasikal secara bergantian pada kedua kelas
tersebut. Pada perkembangan berikutnya setelah MBE memiliki program kelas
rangkap, MBE dan dinas pendidikan bekerjasama untuk:
1. Mengikutsertakan guru-guru dalam pelatihan PAKEM yang diselenggarakan
   di wilayah kabupaten/kecamatan
2. Mengikutsertakan guru-guru dalam KKG mata pelajaran tingkat kecamatan
   maupun gugus
3. Memagangkan tiga guru kelas ini ke sekolah binaan, dan
4. Mengirimkan guru-guru kelas rangkap untuk mengikuti pelatihan pembelajar-
   an kelas rangkap yang diselenggarakan oleh MBE di Pacitan dan di Banyu-
   wangi.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          81
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



HASIL YANG DICAPAI
Setelah guru-guru mengikuti berbagai kegiatan peningkatan mutu di atas, telah
terjadi peningkatan pengelolaan kelas. Pembelajaran telah berubah dari sekedar
guru mengajar merangkap kelas berubah menjadi benar-benar kelas rangkap.
Kemajuan pembelajaran di kelas rangkap dapat diliahat dari tiga indikator, yaitu
situasi kelas, proses pembelajaran, dan hasil kelulusan.
Situasi Kelas
Di setiap ruang kelas terdapat dua papan tulis untuk masing-masing tingkatan
kelas. Antar siswa di kelas tidak ada sekat lagi tetapi kedua tingkatan kelas yang
berada di ruang yang sama dapat saling berinteraksi dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran dilakukan secara tematik baik di kelas 1 dan 2, 3 dan 4,
maupun, kelas 5 dan 6. Sebagai contoh dalam pembelajaran IPS di kelas 3 dan
4 dengan tema transportasi, mula-mula siswa kelas 3 menyebutkan berbagai
macam alat transportasi, pembelajaran kemudian dilangsungkan untuk kelas 4
                               dengan mengidentifikasi ciri-ciri alat trans-
                               portasi.
                                  Siswa di SDN Gunungsari IV juga membuat
                                  karya siswa dan dipajangkan. Karena merupa-
                                  kan kelas rangkap maka pajangan siswa juga
                                  terdiri atas dua kelas. Misalnya dikelas 5 dan
                                  6 pajangan IPA kelas 5 didampingkan dengan
                                  pajangan hasil karya IPA kelas 6 (Lihat Gambar
                                  2).
                                  Di setiap kelas terdapat sudut baca. Di dalam
                                  sudut baca terdapat buku-buku pelajaran mau-
                                  pun buku-buku non-pelajaran. Siswa tampak
                                  memanfaatkan sudut baca di setiap waktu
  Gambar 2. Pajangan di           istirahat (Gambar 3).
  ruang kelas 5 dan 6 SDN
                                  Proses Belajar Mengajar
  Gunungsari 4
                                 Setelah dibina oleh MBE mulai muncul peru-
                                 bahan pada pandangan mengenai apa yang
disebut sebagai kelas rangkap. Pandangan ini mengubah bagaimana proses
pelaksanakan kelas rangkap di sekolah. Perubahan pembelajaran di kelas rangkap



                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 82                                     Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


mulai tampak nyata setelah para
guru kelas rangkap mendapat pela-
tihan tentang bagaimana pembela-
jaran kelas rangkap yang diselengga-
rakan oleh MBE. Perubahan yang
menonjol dari pembelajaran kelas
rangkap adalah penggunaan tema, di
samping perubahan dalam penge-
lolaan yang PAKEM.
Kelulusan Tahun 2006
                                          Gambar 3: Siswa kelas V dan VI yang
Pembelajaran kelas rangkap di SDN
                                          memanfaatkan sudut baca
Gunungsari 4 telah diterapkan sejak
tahun 2005. Hasil nyata dari pembe-
lajaran kelas rangkap tampak dari tiga aspek, yaitu, (1) penerapan PAKEM di kelas;
(2) prosentase kelulusan tahun 2005/2006 yang mencapai 100% jika dibanding-
kan dengan kelulusan tahun 2004/2005 yang hanya mencapai 67%; (3) nilai rata-
rata UAS untuk 5 mata pelajaran tahun 2005/2006 mengalami kenaikan yang
sangat signifikan jika dibandingkan nilai rata-rata UAS tahun 2004/2005 (lihat
tabel 2 di bawah).
             Tabel 2. Perkembangan Nilai di SD Gunungsari IV




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             83
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Hal yang dapat dipetik dari cerita kelas rangkap bahwa, (1) paradigma pem-
bentukan kelas rangkap perlu diubah sebagai upaya memecahkan masalah
kekurangan guru ke paradigma kelas rangkap untuk efisiensi belajar dan sumber
daya, (2) pengelolaan pembelajaran di kelas rangkap dapat berjalan efektif meng-
gunakan tematik di mana siswa di dua tingkatan kelas yang berbeda dapat belajar
bersama-sama, (3) pembelajaran kelas rangkap yang efektif dan efisien terbukti
dapat meningkatkan keberhasilan siswa.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Prinsip pelaksanaan kelas rangkap adalah efisiensi sehingga kelas rangkap dapat
diterapkan di sekolah terpencil maupun di perkotaan yang memiliki jumlah siswa
yang relatif sedikit.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Berdasarkan pengalaman di Kota Batu, sekolah yang menerapkan kelas rangkap
ternyata dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Kelas rangkap memiliki
prospek untuk dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang. Tantangan pelak-
sanaan kelas rangkap terutama adalah mengubah pola pikir dinas pendidikan dae-
rah serta ketersediaan guru-guru sekolah dasar yang profesional. Kelas rangkap
juga bisa ditemukan di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Pacitan.


ALAMAT KONTAK
1. DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU
    Alamat : Jl. Raya Bukit Berbunga No. 13, Sidomulyo,
             Kota Batu – Jawa Timur
    Telp   : (0341) 704 6500




                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 84                                    Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




                       PENINGKATAN
                     EFEKTIVITAS MGMP



LATAR BELAKANG
Laporan terakhir UNDP menun-
jukkan bahwa indeks pembangun-
an pendidikan di Indonesia bera-
da pada peringkat 104 diantara
177 negara yang disurvei. Kondisi
ini disebabkan oleh banyak faktor
dan aspek dengan tingkat kom-
pleksitas permasalahan yang bera-
gam. Salah satu faktor penyebab
adalah pembangunan pendidikan      Sosialisasi PAKEM dilakukan lewat
belum memiliki akselerasi yang     kegiatan MGMPS (Musyawarah Guru Mata
                                   Pelajaran Sekolah) seminggu sekali tiap
tinggi, sehingga kontribusi yang
                                   mata pelajaran. Kegiatan ini dipimpin oleh
dapat diberikan dalam pemba-       koordinator mata pelajaran. Selain
ngunan manusia juga belum opti-    bertujuan untuk sosialisasi PAKEM,
mal. Hal tersebut menyebabkan      kegiatan ini dapat sebagai wadah tukar
tuntutan untuk mulai menciptakan   pendapat, pikiran, dan gagasan antar guru-
                                   guru mata pelajaran serumpun.
program pendidikan yang lebih
mengarah ke peningkatan mutu
pembelajaran telah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak.
Untuk memulai pembangungan pendidikan yang lebih menyeluruh guru akan
menjadi ujung tombak perubahan. Beberapa tahun terakhir pada dasarnya
pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat cepat,
misalnya munculnya kurikulum berbasis kompetensi. Yang menjadi permasalahan


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          85
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


berikutnya adalah apakah perubahan tersebut sampai kepada guru sesuai dengan
maksud dan tujuannya.
Permasalahan guru yang juga mendesak untuk segera mendapat penyelesaian
adalah tingkat profesionalisme dan kapasitas yang rendah. Banyak kendala yang
dihadapi oleh guru apabila ingin melakukan peningkatan kinerja. Buku referensi
yang terbatas, narasumber yang sulit dicari dan mahal, rendahnya tingkat pengua-
saan teknologi informasi dan keterpencilan lokasi sekolah serta tempat tinggal.
Beberapa hal tersebut menyebabkan banyak guru yang apatis dan memilih tidak
melakukan upaya-upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan profesinalitas yang
semakin tinggi.
Untuk mengatisipasi perubahan, menangkap inti-inti dari perubahan dan
meningkatkan profesional dan kapasitas diri, guru memerlukan suatu forum yang
bersifat rutin dan mudah dijangkau sehingga pembelajaran di kelas selalu
mengalami perkembangan. Forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
yang dikelola dengan baik, kegiatan terstruktur dengan jelas sangat diperlukan
guru.
Tulisan mengenai beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja MGMP berikut
terdiri dari 2 topik yaitu tentang pembentukan sub rayon MGMP dengan jumlah
sekolah yang terbatas yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten
Probolinggo dan kegiatan MGMP Matematika yang terstruktur dan dikelola
dengan baik (sebagai suatu contoh kegiatan) yang terjadi di MGMP Matematika
Kota Madiun.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Forum MGMP pada awal pendirian ditetapkan berfungsi sebagai tempat guru
matapelajaran untuk bermusyawarah tentang kebutuhan masing-masing. Pada
perkembangannya aktifitas MGMP sangat terbatas dan cenderung hanya sebagai
forum koordinasi. Sampai dengan inisiatif dalam tulisan ini muncul kegiatan MGMP
hanya terbatas menyusun satuan pelajaran (sat-pel), penyusunan Lembar Kerja
Siswa (LKS), kesepakatan pembuatan soal ujian dan jadwal ujian. Bahkan kadang-
kadang kegiatan di MGMP tidak ada kaitannya langsung dengan matapelajaran
misalnya sebagai forum arisan atau hanya sekedar sebagai forum silaturohmi.
Indikasi yang menunjukkan bahwa dengan aktif mengikuti MGMP kapasitas guru
akan meningkat sangat tipis terlihat. Hal tersebut sebagai akibat kecenderungan


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 86                                    Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


MGMP hanya perlu menunjuk bebeberapa anggota untuk melaksanakan kegiatan
misalnya dalam penyusunan satuan pelajaran dan anggota yang lain sebagai
pengguna hasil. Dengan proses pembuatan seperti itu, pada akhirnya satuan
pelajaran hanya sekedar menjadi sebuah dokumen, bahkan saat mengajar guru
jarang mengacu ke satuan pelajaran yang telah dibuat. Tidak timbul kerja sama,
kemitraan dan diskusi yang intensif untuk menyelesaikan suatu permasalah.
Pada akhirnya forum MGMP pun kurang diminati guru karena dianggap tidak
bermanfaat sehingga diperlukan upaya-upaya pemberdayaan agar MGMP kembali
sebagaimana fungsinya dan sebagai penopang kebutuhan guru untuk meningkatkan
kapasitas diri.


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
1. Prinsip dan pendekatan
   Pola peningkatan kinerja MGMP ini didasarkan pada kebutuhan bahwa guru
   memerlukan forum yang dekat, mudah dijangkau, tidak mahal dan ada jaminan
   bahwa kegiatan dapat dilaksanakan dengan rutin. Forum MGMP seharusnya
   berfungsi sebagai tempat kerjasama, muncul kemitraan antar anggota dan
   upaya-upaya saling membantu yang secara keseluruhan bertujuan untuk
   meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.
   Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa semua guru hendaknya dapat menjadi
   anggota MGMP tanpa terkecuali. Hal ini untuk menghindarkan pola komunikasi
   yang berjenjang yang pada akhirnya menimbulkan distorsi informasi. Dengan
   langsung menghadiri forum MGMP guru dapat memperoleh informasi langsung
   dari sumbernya.
2. Tahap Pelaksanaan
   a. Pembentukan Sub Rayon MGMP
      Efektifitas pelaksanaan MGMP akan lebih mudah ditingkatkan kualitasnya
      bila wilayah maupun peserta lebih kecil/sedikit. Penataan penanggungjawab
      tiap mata pelajaran maupun anggota dalam proses pelaksanaan jauh lebih
      efektif dan efisien.
      Kabupaten Probolinggo melakukan pembentukan Sub Rayon MGMP.
      Sebelumnya MGMP dilaksanakan se Kabupaten, padahal SMPN di Kabupa-
      ten Probolinggo jumlahnya 48 sekolah dengan lokasi antar sekolah yang
      cukup jauh (lebih kurang 100 km yang terjauh SMPN 2 Tongas dengan


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          87
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


     SMPN 1 Kotaanyar). Di samping itu 9 sekolah terletak di daerah
     pegunungan. Dengan pertimbangan jarak, waktu, biaya lebih efisien dan
     lebih efektif dalam proses diskusi, penyampaian informasi, dan melakukan
     koordinasi dalam kelompok kecil maka saat ini di Kabupaten Probolinggo
     terdapat 6 Sub Rayon MGMP. Dalam satu sub rayon dapat berisi 7-10
     sekolah tergantung letak sekolah yang berdekatan.
     Karakteristik kegiatan. Pertemuan awal agendanya merancang mana-
     jemen, materi kegiatan, pola kegiatan, penanggungjawab kegiatan dan biaya
     mandiri. Pola MGMP ditetapkan dengan pola 8 kali pertemuan dengan 7
     mata pelajaran yang diprioritaskan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
     Matematika, IPA, IPS, TI dan Pembiasaan. Masing-masing mata pelajaran ada
     penanggungjawabnya, kepala sekolah (sesuai dengan latar belakang pendi-
     dikannya) dengan seorang guru yang mempunyai kompetensi pada mata
     pelajarannya.
     Tiap kelompok mapel merancang kegiatannya masing-masing, termasuk
     dengan pembiayaannya. Tiap mapel pelaksanaannya tidak harus tiap bulan
     1 kali, bervariasi sesuai dengan kesepakatan anggota.
     Pembiayaan ditanggung sekolah masing-masing sesuai dengan jumlah siswa.
     Distribusi biaya diserahkan pada kelompok mapel untuk mengelolanya
     sesuai dengan kesepakatan.
     Pengembangan kegiatan. Saat ini dari pembentukan Sub Rayon MGMP
     telah berkembang menjadi kerjasama antar sekolah dengan jumlah sekolah
     yang lebih kecil (3 sekolah). Hal ini didasari pada pengalaman bahwa
     pertemuan guru mata pelajaran sejenis atau serumpun dalam satu sekolah
     situasinya kurang menggairahkan dan tidak menarik bagi sebagian guru,
     sehingga program pembuatan perencanaan yang terpadu antar mata pelajar-
     an yang serumpun kurang mencapai target yang diharapkan. Sehingga dirasa
     perlu dilakukan kerjasama antar sekolah untuk menindaklanjuti hasil
     pertemuan MGMP di tingkat Sub Rayon. Pertemuan diisi dengan sharing
     antar guru, membahas kendala-kendala yang dihadapi dan penyusunan pro-
     gram serta simulasi kegiatan pembelajaran, melakukan percobaan-
     percobaan sebelum di berikan kepada siswa di sekolahnya masing-masing.
     Praktik pembelajaran dilakukan dengan cara silang sehingga mempunyai
     pengalaman mengajar di sekolah lain dengan siswa yang berbeda




                           Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
88                                    Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


  b. Kegiatan MGMP Matematika yang terstruktur
     Bagian paling sulit dari kegiatan MGMP adalah menyusun kegiatan yang
     terstruktur, yang melibatkan semua anggota, memenuhi kebutuhan semua
     anggota dan tentunya sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan
     yang terbaru.
     MGMP Matematika Kota Madiun mencoba melakukan pembenahan kegi-
     atan dan membuat kegiatan yang lebih focus. Draf Kurikulum 2004 digu-
     nakan sebagai acuan untuk menyusun program karena pada saat inisiatif
     ini dimulai Draf Kurikulum 2004 baru diperkenalkan.
     Kegiatan MGMP ditentukan terlebih dahulu yaitu sebanyak 6 kali pertemu-
     an dalam satu semester (1 bulan sekali). Dengan perhitungan seperti itu
     berarti MGMP harus menyediakan 6 topik untuk bahan pembahasan selama
     satu semester. Selain bagaimana mengembangkan rencana pembelajaran
     agar pembelajaran di kelas lebih bervariasi, intisari Kurikulum 2004 yang
     digunakan adalah :
      – Pelayanan kurikulum tentang sistem penyampaian kurikulum, pengelola-
         an kurikulum di sekolah
      – KBM yang efektif
      – Bertanya yang efektif
      – Penilaian
     Apabila dari Kurikulum disarikan 3 kegiatan seperti di atas maka MGMP
     mempunyai 3 kali kesempatan khusus untuk membahas pengembangan
     rencana pembelajaran, diskusi hambatan pembelajaran dan mengembangkan
     ide-ide pembelajaran baru untuk topik-topik tertentu. Begitu seterusnya,
     setiap semester MGMP akan menyusun kegiatan baru.
     Salah satu faktor penting agar kegiatan dapat berlangsung baik adalah
     MGMP mempunyai susunan pengurus yang terdiri dari Ketua, Wakil ketua,
     Bendahara dan 2 orang Sekretaris. Masing-masing pengurus memiliki tugas
     dan bekerja sama dengan baik untuk menyelenggarakan MGMP dengan
     rutin dan konsisten. Materi pembahasan disiapkan dengan cermat dan
     diupayakan agar selalu memenuhi kebutuhan peserta. Penyampai materi
     adalah anggota MGMP sendiri sehingga menimbulkan kebersamaan.
     Untuk memberikan waktu yang cukup, setiap sekolah membuat kesepakat-
     an memberikan satu hari kosong jam (setiap hari kamis) agar guru dapat
     menghadiri MGMP.



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         89
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




HASIL YANG DICAPAI
• Dalam kegiatan yang telah ber-
  jalan banyak perubahan diban-
  ding pola lama yaitu kegiatan
  MGMP hanya untuk membuat
  satuan pelajaran menjadi dis-
  kusi pengalaman kesulitan-
  kesulitan mengajar, penemuan
  ide-ide pembelajaran, sumber-
  sumber belajar, pendalaman
                                    Hasil diskusi di MGMPS dipraktikkan ke
  materi, dll. Tiap peserta wajib   siswa oleh seorang guru dan guru yang lain
  praktik mengajar dan diamati      mengamati
  oleh rekan-rekannya, mema-
  jangkan hasil pembelajaran
  (produk siswa) dan refleksi pada akhir kegiatan pembelajaran. Dari
  perubahan-perubahan ini guru lebih terbuka terhadap hal-hal baru di dunia
  pendidikan, lebih bergairah menghadiri MGMP dan menimbulkan kreativitas.
• Karena ada sesi berbagi pengalaman, antar anggota bisa saling belajar dan
  menumbuhkan kebersamaan, kemitraan dan jalinan komunikasi yang baik.
• MGMP Matematika Kota Madiun berhasil merancang LKS yang kemudian
  digunakan bersama. Laba dari pembuatan LKS ini kemudian digunakan untuk
  membiayai semua kegiatan MGMP, termasuk belajar komputer dan internet
  bagi anggota agar lebih siap mengajarkan matematika dengan komputer ke
  siswa dan lebih mengenal teknologi, dan berhasil melakukan studi banding
  dengan biaya dari MGMP.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
• Memupuk rasa kekeluargaan. Walaupun di awal kepengurusan MGMP ikatan
  antar anggota tidak kuat tetapi dengan model kegiatan yang disusun sendiri
  dan untuk keperluan sendiri saat ini menghadiri MGMP sudah menjadi
  kebutuhan guru di Kota Madiun.
• Informasi baru lebih mudah disebarkan. Karena sifat forum MGMP yang sudah
  rutin, dekat dan tidak mahal pada akhirnya MGMP dapat menjadi forum yang


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 90                                    Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


  sesuai untuk menyebarkan informasi dan kebijakan baru, lebih cepat dan
  efesien.
• Mempunyai suatu forum untuk mencermati suatu kebijakan. Dengan banyaknya
  kebijakan baru di dunia pendidikan saat ini, forum MGMP menjadi tempat
  untuk mengodok hal itu dan mencari solusi implementasinya di sekolah


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Beberapa indikator yang baik telah ditunjukkan dalam inovasi ini, yaitu pengurus
MGMP memiliki kerjasama yang baik, membagi tugas dan merancang kegiatan
bersama-sama, anggota MGMP terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Dengan pola
kegiatan semacam ini, apabila terjadi pergantian susunan pengurus hal-hal baik
yang telah ada sudah menjadi kebiasaan dan bisa terus dilanjutkan. Apalagi dengan
tuntutan kualitas pendidikan yang semakin meningkat seperti saat ini, MGMP
menjadi forum yang sangat dibutuhkan untuk menopang tujuan itu.


KEMUNGKINAN DISEBARLUASKAN
Forum MGMP adalah forum formal yang ada di Lingkungan Dinas Pendidikan.
Di Dinas P&K Kota Madiun saja ada forum MGMP untuk 14 Matapelajaran dan
80% MGMP aktif menyelenggarakan pertemuan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
MGMP Matematika Kota Madiun sangat mungkin dikembangkan karena instisusi-
nya sudah selalu ada.
Pembentukan Sub Rayon MGMP yang terjadi di Kabupaten Probolinggo merupa-
kan salah satu alternatif yang dapat dipilih agar setiap guru dapat menghadiri
MGMP tanpa kecuali. Hal ini untuk menepis alasan bahwa guru tidak dapat
menghadiri MGMP karena terbatasnya tempat.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            91
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. Drs. SA. WINARNO
   Jabatan : Koordinator MGMP Matematika dan Kepala Sekolah
   Alamat : SMPN 6
             Jl. HOS Cokroaminoto,
             Kota Madiun – Jawa Timur
   Telp.   : (0351) 464 778

2. Drs. SUPRAYOGI
   Jabatan : Ketua MGMP Matematika dan Guru
   Alamat : SMPN 1
             Jl. Kartini
             Kota Madiun – Jawa Timur
   Telp.   : (0351) 462 859

3. ASMAD HARTONO
   Jabatan : Pengawas Dikmen Dinas Pendidikan
   Alamat : Jl. Panglima Sudirman No. 1,
             Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur
   Telp.   : (0335) 421 882




                        Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 92                                Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




                      OPTIMALISASI
                  PERAN TUTOR SEBAYA


LATAR BELAKANG
Menurut teori belajar sosial, belajar akan lebih efektif jika berinteraksi dengan
orang lain. Orang lain yang berfungsi membantu proses belajar di sekolah tidak
hanya guru tetapi juga siswa lain di kelas serta nara sumber.
Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari siswa yang lain dapat berfungsi
sebagai sumber belajar dan berperan aktif sebagai fasilitator. Siswa yang dapat
menjadi fasilitator ini dalam pendidikan dinamakan tutor sebaya. Penerapan
tutor sebaya dilakukan jika pengelolaan pembelajaran bersifat kelompok.
Pengelolaan pembelajaran melalui manajemen kelompok yang berbantuan dengan
tutor sebaya telah dilaksanakan di SDN Punten 1 Kota Batu, SDN Sonorejo 2
Kabupaten Pati dan SDN Betek 1 Kabupaten Probolinggo.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
• Anak-anak yang kurang mampu umumnya takut berpendapat maupun bertanya
• Siswa yang menonjol kemampuannya umumnya tidak peduli pada temannya
  yang kurang mampu
• Aktivitas kelas didominasi oleh anak-anak yang pandai


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Optimalisasi peran tutor sebaya dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mem-
berdayakan siswa yang pandai dikelasnya untuk peduli dan membantu siswa yang
kurang pandai


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            93
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



PENYUSUNAN INISIATIF

Prinsip yang menjadi dasar inisiatif ini adalah:
• Teori belajar sosial
• Meningkatkan kepedulian siswa yang kemampuannya lebih tinggi untuk
  membantu siswa yang kurang mampu
• Mengefektifkan proses pembelajaran

Tahap pelaksanaan
• Mencari anak yang menonjol ke-
  mampuannya di setiap kelompok;
• Anak yang terpandai di setiap
  kelompok dijadikan sebagai Tutor
  Sebaya;
• Tugas tutor sebaya adalah menjadi
  motor kerja kelompok dan men-
  jadi fasilitator dalam kerja kelom-
  pok.


HASIL YANG DICAPAI
•    Anak mulai aktif (bertanya, berpendapat, bekerja sama);
•    Anak menghargai pendapat temannya;
•    Memperingan guru dalam mengatasi kekurangan anak-anak yang tertinggal;
•    Nilai rata-rata anak menunjukkan peningkatan;
•    Adanya persaingan yang sehat antar kelompok;
•    Anak senang belajar.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
•    Meningkatkan kepedulian anak yang pandai di kelas (berperan sebagai tutor
     sebaya) kepada siswa yang kurang mampu;
•    Mengektifkan pembelajaran karena ada banyak nara sumber di kelas;
•    Membangkitkan rasa sosial.



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
    94                                 Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Proses pembelajaran di mana siswa diorganisasi dalam kelompok agar berjalan
efektif di setiap kelompok dapat diangkat seorang “tutor kecil” untuk membantu
guru membimbing siswa-siswa yang lambat belajar. Model ini dapat dilanjutkan
karena memberikan keuntungan kepada proses dan hasil belajar pada siswa yang
cepat belajar maupun yang lambat belajar.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Berdasarkan manfaat yang dapat diambil dari model pengelolaan kelompok yang
di dalamnya ada tutor sebaya maka model ini dapat disebarluaskan untuk
dikembangkan di kelas lain atau di sekolah yang lain.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. YULIANTO
    Jabatan : Guru
    Alamat : SDN Punten I
              Jl. Raya PuntenNo 24,
              Kota Batu - Jawa Timur
    Telp.   : (0341) 597 550


2. Drs. SUPARMOKO
    Jabatan : Kepala Sekolah
    Alamat : SDN Sonorejo
              Desa Sonorejo, Kec. Jakenan
              Kabupaten Pati - Jawa Tengah
    Telp.   : -




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         95
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




3. SIMIN, S.Pg
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Betek I
             Desa Betek Kec. Krucil
             Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur
   Telp. : -




                        Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 96                                Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM




        PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN
             KELAS/SUDUT BACA


LATAR BELAKANG
Membaca merupakan jantung pengetahuan, oleh karena itu kebiasaan membaca
hendaknya ditumbuhkan sejak dini. Kegemaran akan membaca membawa penga-
ruh yang luar biasa pada perkembangan pengetahuan siswa dalam mengikuti pem-
belajaran di sekolah.
Sekolah sebagai suatu lembaga formal memiliki peran yang strategis untuk me-
numbuhkan kebiasaan membaca tersebut. Salah satu upaya yang dapat dikem-
bangkan adalah pemanfaatan perpustakaan sekolah atau sudut baca di dalam
kelas. Beberapa sekolah binaan MBE telah melakukan pengaturan agar siswa
dapat menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Kondisi perpustakaan yang di sekolah umumnya sangat memprihatinkan, tidak
hanya pada keadaan fisik ruang perpustakaan semata tetapi juga pada koleksi
buku yang tersedia, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Umumnya ruang
perpustakaan ditempatkan di ruang yang sempit, kotor dan tidak ada perawatan
yang memadai atau bahkan sekolah tidak mempunyai perpustakaan sama sekali.
Sebelum adanya inisiatif sekolah tidak memiliki ruang perpustakaan sama sekali.
Buku pelajaran hanya disimpan dalam lemari di kelas. Pemanfaatan buku sangat
jarang dilakukan oleh guru. Biasanya buku yang tersedia hanya buku paket yang
digunakan hanya pada matapelajaran tertentu saja. Kalau pun ada variasi lain dari
jenis buku yang tersedia, maka hal tersebut sangat sedikit baik dari sisi jumlah
maupun jenisnya.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            97
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Maksud dan Tujuan
Dengan melihat kondisi faktual yang ada di sekolah, beberapa kepala sekolah
berinisiatif untuk melakukan perubahan. Berbagai strategi dipikirkan agar maksud
tersebut dapat dilaksanakan dengan tujuan:
• Pengadaan ruang perpustakaan atau sudut baca di dalam kelas
• Penambahan koleksi buku melalui pembelian oleh sekolah maupun mengada-
  kan sumbangan dari komite, pihak swasta maupun orang tua siswa
• Pemanfaatan semaksimal mungkin buku bacaan oleh siswa dan guru
• Peningkatan pengelolaan yang tertib atau pengorganisasian perpustakaan

Pola Pikir dan Pelaksanaan
Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, maka sekolah memikirkan serangkaian
langkah strategis yang dapat digunakan. Adapun langkah-langkah yang diambil
antara lain adalah:
• Kepala Sekolah melakukan
  sosialisasi ide dalam perte-
  muan antara warga sekolah
  dengan wali murid.
• Kepala sekolah meminta
  guru untuk mempersiapkan
  tempat yang dapat diguna-
  kan sebagai sudut baca da-
  lam kelas berupa meja yang
  diletakkan di sudut kelas
  dan menata buku yang ber-
                                 Buku-buku bacaan yang didekatkan ke
  ada dalam lemari di sudut      siswa dalam bentuk sudut baca di kelas
  baca tersebut. Hal ini dila-
  kukan agar buku bacaan se-
  makin didekatkan pada siswa sehingga mereka dapat dengan mudah
  memanfaatkannya.
• Kepala Sekolah mengambil kebijakan membeli buku untuk menambah koleksi
  yang sudah ada dan menghimbau kepada wali murid pada saat sosialisasi untuk
  turut serta menyumbangkan buku ke sekolah.

                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
 98                                    Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM


• Kepala Sekolah bersama guru dan wali murid bersepakat meluncurkan suatu
  program pembiasaan membaca bagi siswa yaitu membaca senyap yang
  dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
• Kepala Sekolah bersama komite dan orang tua siswa menyepakati bagaimana
  meningkatkan perpustakaan sekolah dan sudut baca di kelas.


PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN DAN SUDUT BACA DI
BEBERAPA SEKOLAH




                                                          Murid
                                                          memanfaatkan
                                                          perpustakaan
                                                          dalam waktu
                                                          istirahat.




HASIL YANG DICAPAI
Melalui berbagai inovasi yang dilakukan kepala sekolah bersama stakeholder
dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca maka hasil yang dicapai sebagai
berikut:
1. Minat baca siswa meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permintaan
   siswa pada sekolah untuk menambah koleksi buku bacaan
2. Semakin banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan guru dalam melaksa-
   nakan pembelajaran
3. Adanya rasa sungkan dari siswa kalau waktu istirahat hanya dipakai untuk
   bermain, sedangkan teman lainnya mengambil buku dan serius membaca
4. Banyak ide dan kreatifitas siswa yang diperoleh dari buku yang mereka baca



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         99
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Keberhasilan yang telah dicapai dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca
di beberapa sekolah dapat memberikan inspirasi bahwa:
1. Walau dengan menggunakan biaya yang minim dapat memberikan hasil yang
   optimal
2. Inisiatif kepala sekolah untuk memanfaatkan ruang kelas dan koridor sebagai
   ruang baca
3. Pemberdayaan guru untuk mengelola dan memanfaatkan perpustakaan/sudut
   baca


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Dengan memperhatikan hasil yang
positif dari program pemberdayaan
perpustakaan/sudut baca, maka ke-
mungkinan keberlanjutan program
ini sangat besar. Penyusunan program
yang diinisiasi oleh kepala sekolah
dengan melibatkan guru dan stake-
holder, memungkinkan program pem-
berdayaan ini dimodifikasi ke arah
yang lebih baik.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Berdasarkan kemudahan langkah-langkah yang diambil dan banyaknya manfaat
yang didapatkan untuk meningkatkan kualitas siswa melalui kebiasaan membaca,
maka kemungkinan penyebarluasan pemberdayaan perpustakaan/sudut baca ini
untuk dilakukan di kabupaten/kota lainnya sangat besar.




                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
100                                    Good Practices in Management of Education
Pengelolaan Kelas Untuk Menunjang PAKEM



NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. SRI DATI, S.Pd
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Wonorejo 2
             Dusun Mrana, Desa Wonorejo Kec. Pringapus,
             Kab Semarang – Jawa Tengah
   Telp.   : -

2. MUJIONO
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Sukokerto 1
             Jl. Raya Krasan Desa Sukokerto Kec. Pajartan,
             Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur
   Telp.   : -

3. SUHARTO
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Bremi
             Desa Bremi 1, Kec Krucil
             Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur
   Telp.   : -

4. Drs. NANANG
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Ngepung
             Desa Ngepung, Kec. Sukapura
             Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur
   Telp.   : (0335) 581 082




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                             101
PERAN SERTA MASYARAKAT
DALAM BIDANG PENDIDIKAN
- Pengantar
- Peran Komite Sekolah
  Dalam Peningkatan Mutu Sekolah
- Peran Paguyuban Kelas dalam Pembelajaran
- Membangun Kemitraan dengan
  Dunia Usaha
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan




                           PENGANTAR


Selama ini Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam membantu peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah tampak masih sangat kurang. Padahal peningkatan mutu
pendidikan merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam mencapai cita-cita bangsa yang luhur tersebut,
diperlukan peran dari semua pihak. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya
menjadi beban yang sangat berat bagi sekolah tetapi juga menjadi tanggung jawab
stakeholders. Oleh sebab itu, sekolah berpandangan bahwa masyarakat diharapkan
berperan serta secara aktif untuk membantu sekolah dalam meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Jadi, komite sekolah, orang tua/wali siswa, tokoh agama
dan masyarakat, serta dunia usaha dan industri seyogyanya berpartisipasi untuk
memajukan proses pembelajaran di kelas.
Tulisan ini menyajikan berbagai peran serta masyarakat di sekolah-sekolah
binaan MBE untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pengelolaan sekolah.
Peran serta tersebut diambil dari pengalaman nyata pengelolaan sekolah dari
berbagai lokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         105
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan




               PERAN KOMITE SEKOLAH
               DALAM PENINGKATKAN
                   MUTU SEKOLAH


LATAR BELAKANG
Menurut Surat Keputusan Mendiknas No 044/U/2002, tugas atau peran Komite
Sekolah ada empat macam. Keempat macam tugas Komite Sekolah adalah: 1).
Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan, 2). Memberikan sumbangan pemikiran, dana, dan tenaga dalam
menyelenggarakan pendidikan, 3). Melakukan kontrol terhadap transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, dan 4) Penghubung antara
sekolah dengan masyarakat dan pemerintah. Agar sekolah dapat melaksanakan
tugasnya dengan mutu yang baik, peran serta Komite Sekolah untuk terlibat
secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan, sangat menentukan.
Peningkatan mutu sekolah dapat dilihat setidak-tidaknya melalui tiga indikator
penting, yakni:
•   Peningkatan peran stakeholder dalam pengelolaan pendidikan di sekolah;
•   Peningkatan kualitas proses pembelajaran, dan;
•   Peningkatan hasil belajar siswa.
Peran komite sekolah yang berpartisipasi aktif dalam pengambilan berbagai
kebijakan sekolah akan mendorong terjadinya peningkatan kualitas pengelolaan
pendidikan di sekolah. Pengelolaan pendidikan yang baik di sekolah akan
mendorong terjadinya peningkatan mutu proses pendidikan. Apabila mutu proses
pembelajaran meningkat maka peluang peningkatan mutu hasil belajar siswa
makin besar.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         107
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



SITUASI SEBELUM INISIATIF
Sebelum inisiatif banyak sekolah yang belum atau baru memiliki Komite Sekolah.
Dalam kondisi semacam ini banyak sekolah belum dapat memanfaatkan peran
Komite Sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
Dalam hal ini, mutu pendidikan di sekolah yang dimaksud adalah mutu pengelolaan
pendidikan, mutu proses pembelajaran, dan mutu hasil belajar siswa.
Berkaitan dengan mutu pengelolaan pendidikan di sekolah, banyak sekolah
belum menerapkan Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Salah satunya
adalah Komite Sekolah belum dapat berperan secara optimal. Hal ini terjadi
karena komunikasi antara sekolah dan Komite Sekolah masih jarang dilakukan,
sehingga banyak keputusan dan tindakan di sekolah diambil secara sepihak oleh
sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah dan guru lebih banyak mengambil prakarsa
untuk pengambilan keputusan di sekolah, sedangkan masyarakat masih belum
diikutsertakan dalam pengambilan keputusan-keputusan di sekolah. Dalam situasi
semacam ini, peran masyarakat/walimurid tampak sebagai penerima keputusan.
Selain itu, sebagian masyarakat/walimurid menyerahkan sepenuhnya masalah
pendidikan kepada sekolah sehingga terkesan orangtua kurang peduli terhadap
sekolah.
Di samping itu, perencanaan dan pelaksanaan program dilakukan secara penuh
oleh kepala sekolah dan sebagian guru. Komite Sekolah berperan hanya sebatas
penggalangan iuran, yang merupakan kegiatan peninggalan kebijakan sebelumnya
(yang dulu dikenal sebagai BP3). Peran Komite Sekolah lainnya seperti kontrol
terhadap pelaksanaan program-program sekolah sering kali tidak dilakukan
dengan baik sehingga, terkesan transparansi manajemen dan keuangan sekolah
masih tampak sangat kurang. Oleh sebab itu, sebagian wali murid sering mengeluh
dan mencurigai penggunaan dana sekolah.
Dampak dari kondisi di atas adalah kerjasama antara stakeholders dan warga se-
kolah, khususnya kepala sekolah dan guru-guru, menjadi kurang optimal. Kehadiran
orang tua atau masyarakat di sekolah boleh dibilang hanya dua atau tiga kali
dalam satu tahun, yakni saat pengambilan buku rapor. Keterlibatan yang rendah
ini mengakibatkan sebagian masyarakat di sekitar sekolah sering tidak peduli
terhadap sekolah. Di pihak lain, keadaan ini dipersepsi oleh beberapa guru dengan
menyatakan bahwa sangat mustahil mengajak masyarakat dan orangtua untuk
peduli terhadap pendidikan di sekolah. Bila orangtua/wali murid diundang ke



                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
108                                     Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


sekolah mereka mempunyai kesan bahwa mereka akan dimintai sejumlah dana.
Oleh sebab itu, sebagian orang tua jarang hadir bila diundang ke sekolah.
-   Mutu proses pembelajaran di sekolah
  • Peranan komite sekolah untuk mendukung upaya memajukan pembelajaran
    masih sangat rendah. Komite sekolah masih sulit diajak untuk mengadakan
    perubahan-perubahan pada sekolah dalam hal peningkatan mutu pembe-
    lajaran di kelas, pengadaan sumber belajar yang relevan bagi siswa, atau
    pengadaan sarana dan prasarana belajar di sekolah. Komite masih berpan-
    dangan bahwa semua yang terkait dengan proses perkembangan dan
    pendidikan anak diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah.
  • Sebagian besar komite sekolah masih tidak peduli dengan peningkatan mutu
    pembelajaran di kelas anak-anaknya. Kalau pun ada peran serta masyarakat
    dan orang tua di sekolah, peran tersebut hanya berkisar pada penggalangan
    dana atau pengadaan sarana dan prasarana fisik sekolah yang jauh dari upaya
    peningkatan mutu proses pembelajaran di kelas.
- Mutu hasil belajar siswa di sekolah
   • Walaupun sudah ada sekolah yang hasil belajar siswanya cukup baik sebe-
      lum inisiatif, sebagian besar sekolah cenderung menghasilkan siswa-siswa
      dengan mutu hasil belajar rendah. Selain nilai rata-rata UAS sekolah (SDN
      Baron 1 Kab. Magetan: 7,38 pada tahun ajaran 2004-2005, SDN Punten 1
      Kota Batu: 8,83 pada tahun ajaran 2003-2004, SDN Tangkil 1 Kabupaten
      Blitar: 6.72 pada tahun ajaran 2003-2004, SDN Jajag 7 Kab. Banyuwangi:
      di bawah 7 pada tahun ajaran 2003-2004) dan ranking sekolah di tingkat
      kecamatan cenderung rendah, tidak banyak karya siswa dihasilkan dari pro-
      ses pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, pemajangan karya siswa belum
      pernah dilakukan.
Sebagai contoh: Kreativitas siswa tidak dikembangkan. Hampir tidak ditemukan
karya-karya siswa yang unik dan ditulis dengan gagasan dan kata-katanya sendiri.
Siswa-siswa cenderung takut mengekspresikan diri, misalnya mengemukakan ide,
pendapat, atau gagasannya sendiri. Dengan demikian, kreativitas dan keterampilan
anak tidak berkembang secara optimal.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          109
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan di sekolah akan berlangsung dengan
baik, jika stakeholders dan warga sekolah bekerjasama secara solid dalam
melaksanakan MBS. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara partisipatif oleh
semua unsur sistem sekolah. Hal ini berarti bahwa warga sekolah dan stakehold-
ers harus mampu mengembangkan program sekolah yang jelas, terarah, dan
transparan. Dengan demikian, komite sekolah dan stakeholders akan memberi
dukungan baik moral, spritual maupun material sehingga pada saatnya peningkatan
mutu pendidikan di sekolah akan tercapai.


Tujuan
Tujuan peningkatan peran Komite Sekolah adalah untuk:
1. menciptakan kepemimpinan yang partisipatif, demokratis, dan fleksibel di
   sekolah;
2. meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
   monev (monitoring dan evaluasi) program pendidikan di sekolah;
3. menumbuhkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan sekolah;
4. meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


Prinsip dan Pendekatan
Prinsip yang digunakan untuk meningkatkan mutu sekolah melalui peran serta
Komite Sekolah adalah kerjasama dan pendekatannya adalah partisipatif. Prinsip
kerjasama ini menekankan bahwa pelaksanaan program haruslah didasarkan pada
kerjasama yang kokoh antara stakeholders dan warga sekolah, sehingga semua
pihak mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap program sekolah.
Pendekatan partisipatif menekankan adanya keterlibatan seluruh warga sekolah
dan stakeholders dalam pengembangan program pendidikan di sekolah. Pendekatan
ini menghendaki adanya pemahaman yang sama dari seluruh unsur yang terkait
terhadap program sekolah. Oleh sebab itu, sosialisasi program secara berkelan-
jutan melalui rapat guru maupun komite sekolah harus dilakukan, serta kesem-
patan dan kewenangan diberikan kepada stakeholders atau warga sekolah sesuai
dengan tanggungjawab masing-masing.



                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
110                                    Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan




                                           Seorang anggota TNI Angkatan
                                           Darat, salah satu peserta dari unsur
                                           Komite Sekolah sedang
                                           mengungkapkan pendapatnya
                                           tentang pentingnya PSM


Tahap pelaksanaan
Untuk mencapai tujuan di atas, beberapa langkah dilaksanakan secara bertahap:
1. Rapat perencanaan antara guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan tokoh
   masyarakat di sekolah dalam rangka pembuatan RPS dan RAPBS. Komite
   sekolah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan ini.
2. Pertemuan dengan wali murid untuk sosialisasi RPS dan RAPBS serta pengu-
   atan kerjasama antara wali murid dan warga sekolah agar upaya peningkatan
   mutu pendidikan di sekolah mendapat dukungan dari wali murid.
3. Studi banding/kunjungan warga sekolah dan komite sekolah ke sekolah yang
   baik di luar daerah.
4. Pembentukan paguyuban kelas untuk membantu peningkatan mutu pembe-
   lajaran di kelas.
5. Pameran karya siswa di peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya akhir semes-
   ter, Hardiknas, hari jadi kota/kabupaten dll.
Dalam rangka peningkatan peran komite sekolah ini, pelibatan komite sekolah
secara aktif dalam pembuatan RPS dan RAPBS memiliki dampak yang sangat luas.
Pertama, komite sekolah mengetahui secara pasti arah program sekolah. Kedua,
komite sekolah mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Ketiga, komite sekolah mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk membantu mengatasi masalah, tentu saja yang
proporsional sesuai dengan kewenangannya. Keempat, komite sekolah memiliki
rasa keterikatan yang makin kuat dengan sekolah. Akhirnya warga sekolah
merasa tidak sendiri dalam mengembangkan sekolah baik dari sisi manajemen
maupun proses pembelajarannya. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan
mutu sekolah menjadi lebih mudah dilaksanakan.

Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                            111
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



HASIL YANG DICAPAI
1. Mutu pengelolaan pendidikan di sekolah
Setelah program peningkatan peran serta komite sekolah melalui MBS dilaksana-
kan di sekolah-sekolah binaan MBE, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai
berikut:
• Komunikasi dan kerjasama antara warga sekolah dan komite sekolah menjadi
  sangat baik. Hal ini terlihat dari inisiatif komite untuk memberikan ide dan
  gagasannya kepada kepala sekolah demi kemajuan sekolah. Di lain pihak, kepala
  sekolah selalu mengkomunikasikan permasalahan yang dihadapi sekolah kepada
  komite untuk dicarikan penyelesaiannya secara bersama.
• Gagasan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah baik dari komite,
  kepala sekolah maupun guru, ditindaklanjuti sampai pada tahap penggalangan
  dana dan implementasinya. Sebagai contoh, di SDN Punten 1 Kota Batu
  peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan pengadaan sumber belajar
  siswa (green house), pengadaan bangku, perbaikan gedung sekolah, pengadaan
  mushola, pavingisasi, dll.
• Kepedulian komite sekolah terhadap sekolah meningkat. Sebagai contoh, di
  SDN Punten 1 Kota Batu komite sekolah berusaha untuk mencarikan sumber
  dana dari kalangan dunia usaha (hotel) untuk keperluan kemajuan sekolah.

2. Mutu proses pembelajaran di sekolah
• Kualitas proses pembelajaran di sekolah meningkat dengan meningkatnya
   kepedulian komite sekolah. Banyak orang tua/wali murid berperan sebagai
   nara sumber baik untuk pembelajaran di kelas maupun untuk kegiatan ekstra
   kurikuler. Sebagai contoh, kegiatan ekstra qosidah rebana yang merupakan
   kegiatan khas SDN Baron 1 Kabupaten Magetan mendapatkan pelatihan yang
   periodik dari wali murid.
• Wali murid berpartisipasi untuk membangun radio pendidikan di SDN Baron
   1 Kabupaten Magetan. Radio pendidikan ini digunakan selain untuk media
   pembelajaran anak menjadi presenter atau penyiar radio juga digunakan
   sebagai media informasi pendidikan bagi warga sekolah.
• Wali murid memfasilitasi pengadaan sablon untuk media pembelajaran dalam
   pengembangan life skills anak-anak dan untuk peningkatan pendapatan
   sekolah.


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
112                                    Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


3. Mutu hasil belajar siswa di sekolah
• Peningkatan perilaku anak-anak terjadi di sekolah-sekolah, antara lain: anak-
  anak berani mengekspresikan diri melalui mengemukakan ide, pendapat, atau
  gagasan. Selain itu anak lebih berani tampil di depan umum untuk menunjuk-
  kan kreativitasnya.
• Karya siswa sebagai cerminan kreativitas dan hasil belajarnya terdapat di setiap
  kelas dalam bentuk pajangan karya siswa. Selain itu beberapa sekolah mema-
  jangkan karya siswa di majalah dinding sekolah. Karya siswa ini selain sebagai
  hasil unjuk kerjanya juga berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lainnya.
• Siswa-siwa menunjukkan peningkatan hasil belajar yang cukup berarti, ditinjau
  dari rata-rata nilai UAS tahun 2005-2006:
  - SDN Baron 1, Magetan menjadi 8,31 (sebelumnya: 7,38)
  - SDN Punten 1, Batu menjadi 9,36 (sebelumnya: 8,83)
  - SDN Tangkil 1, Blitar menjadi 7,99 (sebelumnya: 6,72)
  - SDN Jajag 7, Banyuwangi menjadi 7,33 (sebelumnya: < 7)




                                                         Ketua komite sekolah
                                                         adalah penguasa
                                                         setempat, dan terlibat
                                                         secara penuh dalam
                                                         perencana-
                                                         an dan pengawasan
                                                         keuangan sekolah


PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL
Pelajaran yang dapat dipetik dari peningkatan mutu sekolah melalui peningkatan
peran komite sekolah adalah sebagai berikut:
• Pelibatan komite sekolah mulai dari perencanaan program dan anggaran sam-
  pai dengan pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program dapat menumbuh-


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             113
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


  kan kepercayaan dan kerjasama yang baik antara stakeholders dan warga
  sekolah.
• Kerjasama yang partisipatif antara komite sekolah dan warga sekolah
  menciptakan transparansi dan akuntabilitas sekolah.
• Kerjasama yang partisipatif antara komite sekolah dan warga sekolah mampu
  memunculkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu proses
  pembelajaran di sekolah, misalnya sebagai nara sumber dalam pembelajaran
  di kelas maupun di luar kelas.
• Kerjasama yang kokoh antara komite sekolah dan warga sekolah mampu




                                                Komite sekolah mendukung
                                                perawatan dan pengembangan
                                                sekolah dengan dana dan
                                                mendorong masyarakat untuk
                                                membantu langsung dengan
                                                bahan dan tenaga.



  menciptakan kemandirian sekolah dan rasa memiliki serta tanggung jawab
  stakeholders terhadap program pendidikan di sekolah.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
• Sepanjang kerjasama yang partisipatif, komunikatif, dan terbuka tetap dijalin
  antara sekolah dan komite sekolah, keterlibatan komite sekolah untuk ikut
  meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat terus dijaga kelestariannya.
• Apabila masing-masing pihak, sekolah dan komite, dapat menjaga tugas dan
  fungsi masing-masing dan tidak mengambil peran yang melebihi batas
  kewenangannya, maka peningkatan mutu pendidikan di sekolah melalui peran
  serta komite sekolah akan terus berlangsung.


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
114                                    Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
• Peran Komite Sekolah mempunyai andil besar dalam meningkatkan mutu
  pendidikan di sekolah. Penciptaan kerjasama yang partisipatif, komunikatif, dan
  terbuka antara komite sekolah dan warga sekolah dapat dilakukan dengan
  melibatkan komite sekolah mulai dari perencanaan program sekolah, merupa-
  kan kegiatan yang mudah dilakukan. Oleh sebab itu, peningkatan peran komite
  sekolah semacam ini dapat disebarluaskan ke sekolah-sekolah di daerah-
  daerah lain.
• Sekolah-sekolah yang menerapkan MBS sangat mungkin untuk menerima
  peningkatan peran serta komite sekolah semacam ini, karena dalam MBS
  ditekankan pentingnya peningkatan peran serta masyarakat.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. SULASMI, S.Pd
    Jabatan : Kepala Sekolah
    Alamat : SDN Punten 1
              Jl. Raya Punten No. 24 Kota Batu,
              Kota Batu - Jawa Timur
    Telp.   : (0341) 597 550

2. HARJITO, S.Ag.
    Jabatan : Kepala Sekolah
    Alamat : SDN Baron 1
              Jl. Gubeng Suryo Km. 3
              Kabupaten Magetan - Jawa Timur
    Telp.   : (0351) 770 5303

3. SUPRAPTO
    Jabatan : Ketua Komite Sekolah SDN Baron 1




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           115
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


  Alamat : Desa Baron Kecamatan Magetan,
           Kabupaten Magetan – Jawa Timur
  Telp.  : -

4. SRI SUMARTI, S.Pd
  Jabatan : Kepala Sekolah
  Alamat : SDN Tangkil I,
            Jl. Kepundung, Tangkil, Wlingi
            Kabupaten Blitar – Jawa Tengah
  Telp. :




                       Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
116                               Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan




             PERAN PAGUYUBAN KELAS
               DALAM PEMBELAJARAN

LATAR BELAKANG
Peningkatan mutu pendidikan
merupakan salah satu kebijakan
pemerintah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa. Dalam menca-
pai cita-cita bangsa yang luhur
tersebut, diperlukan peran dari se-
mua pihak. Peningkatan mutu pen-
didikan tidak hanya menjadi beban
yang sangat berat bagi sekolah
tetapi juga menjadi tanggung jawab
stakeholders.
Pendidikan siswa menuntut kerja-      Paguyuban kelas tampak antusias
sama yang nyata dari berbagai pi-     bersama guru kelas memajang hasil karya
hak. Pendidikan siswa tidak dapat     anak
hanya bertumpu pada layanan guru
di sekolah. Hal ini karena waktu siswa lebih banyak berada di lingkungan
masyarakat daripada di sekolah. Selain hal itu, guru hanya memiliki waktu yang
relatif singkat untuk mendidik siswa-siswanya, karena guru harus membagi
perhatiannya kepada 30 – 40 siswa yang semua membutuhkan perhatiannya.
Oleh sebab itu, komite sekolah atau masyarakat harus berperan untuk memberi
layanan pendidikan bagi para siswa.
Selama ini Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam membantu peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah tampak masih sangat kurang. Melihat kondisi semacam
ini, sekolah perlu berinisiatif agar peran serta masyarakat dalam upaya mening-
katkan mutu pembelajaran dapat berlangsung lebih baik. Sekolah berpandangan
bahwa masyarakat yang tentu saja digerakkan oleh komite sekolah, diharapkan


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         117
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


berperan serta secara aktif untuk membantu sekolah dalam meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Jadi, orang tua/wali siswa, tokoh agama dan masyarakat,
serta dunia usaha dan industri seyogyanya berpartisipasi untuk memajukan
proses pembelajaran di kelas.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas yang
dilakukan sekolah adalah membentuk paguyuban kelas. Paguyuban kelas ini
merupakan perkumpulan orang tua murid yang bertujuan membantu peningkatan
mutu pembelajaran dan pencapaian program sekolah. Paguyuban kelas atau
paguyuban sekolah merupakan perkumpulan orang tua murid di satu kelas atau
satu sekolah. Paguyuban terebut diharapkan dapat menjadi wadah peran serta
masyarakat dalam peningkatan mutu pembelajaran.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Kondisi sebelum inisiatif menunjukkan bahwa peran orang tua/wali murid hanya
sebatas sebagai penyandang dana, sehingga terkesan mereka tidak berpartisipasi
secara aktif untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Kehadiran orang
tua/wali murid di sekolah jarang sekali. Pertemuan warga sekolah dengan orang
tua/wali murid dilaksanakan bertepatan dengan pembagian buku rapor siswa yang
biasanya disertai dengan penarikan dana oleh sekolah. Dengan demikian, pertemu-
an orang tua/wali murid jarang sekali membahas upaya bersama warga sekolah
dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Selama ini program kegiatan sekolah hanya direncanakan oleh sekolah tanpa
melibatkan stakeholder pendidikan lainnya. Kondisi tersebut mengakibatkan kurang
transparansinya anggaran sekolah sehingga dukungan orang tua atau masyarakat
terhadap program sekolah tetap rendah. Apabila sekolah memiliki program
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, maka sekolah merasa sangat berat
memikul tugas tersebut karena rendahnya dukungan masyarakat.
Orang tua/wali murid masih belum mempunyai rasa memiliki sehingga keterlibat-
an mereka terhadap berbagai kegiatan sekolah masih rendah. Sebagian orang tua/
wali murid masih memiliki pemikiran bahwa semua sarana prasarana sekolah
telah disediakan pemerintah lewat berbagai proyek. Mereka merasa tidak perlu
lagi melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran
di sekolah.
Orang tua/wali siswa belum terwadahi dalam suatu organisasi yang sesuai dengan


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
118                                    Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


tingkat kelas putra-putrinya. Salah satu akibatnya adalah banyak orang tua tidak
mengetahui kondisi putra-putrinya di sekolah. Salah satu sebabnya adalah masih
minimnya pengetahuan warga sekolah dan stakeholder tentang peran serta
masyarakat.
Selain itu, tokoh agama dan masyarakat tidak dilibatkan dalam berbagai program
sekolah. Hal ini disebabkan karena warga sekolah dan masyarakat merasa tidak
memiliki hubungan langsung dengan pembelajaran di sekolah.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebelum inisiatif peran serta masyarakat
dalam pembelajaran dirasa masih sangat kurang. Pertemuan rutin antara komite
dan warga sekolah dilaksanakan hanya 2 – 3 kali dalam satu tahun. Keterlibatan
orang tua siswa/wali murid di sekolah belum tertata dengan baik karena wadah
yang mengorganisasi keterlibatan orang tua di sekolah belum terbentuk.


INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
Salah satu usaha sekolah untuk meningkatkan peran serta masyarakat adalah
menyamakan persepsi bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan
tanggungjawab bersama antara warga sekolah dan stakeholder. Setelah memahami
kondisi ini, sekolah mulai membangun komunikasi dua arah dengan komite
sekolah. Komunikasi ini dimaksudkan agar ide-ide dan aspirasi peningkatan mutu
pendidikan tidak hanya berasal dari sekolah tetapi juga berasal dari masyarakat.
Langkah selanjutnya adalah beberapa sekolah melakukan beberapa perubahan.
Pertama, perubahan besar yang dilakukan oleh sekolah adalah meningkatkan
transparansi anggaran dan program. Transparansi atau keterbukaan ini dapat berupa
tahap penyusunan rencana/program kerja sekolah ataupun keterbukaan dalam
pengelolaan keuangan sekolah. Kedua, sekolah mulai membentuk paguyuban kelas.


STRATEGI
1. Komunikasi
   Kondisi sekolah selama ini yang oleh sebagian masyarakat masih dianggap
   tertutup menjadi salah satu kendala bagi stakeholder untuk ikut serta dalam
   peningkatan mutu pendidikan. Sebagian sekolah telah melakukan upaya agar
   terjadi komunikasi yang terbuka dengan stakeholder pendidikan. Komunikasi
   yang diciptakan tersebut diharapkan akan dapat lebih membuka wawasan


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           119
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


   masyarakat akan kondisi sekolah dan arti pentingnya peran serta masyarakat.
   Usaha untuk membangun komunikasi tersebut antara lain dengan dilaksana-
   kannya sosialisasi arti penting PSM, pertemuan rutin dengan orang tua murid
   maupun dengan tokoh masyarakat dan agama yang tidak hanya dilaksanakan
   pada saat evaluasi siswa tetapi dapat dilaksanakan secara rutin dan terjadwal.
2. Transparansi dan Akuntabilitas
   Transparansi yang dimaksud adalah masyarakat akan dengan mudah mengak-
   ses/mengetahui kondisi keuangan sekolah. Berdasarkan transparansi dan
   akuntabilitas yang telah dilakukan sekolah, maka akan menumbuhkan keper-
   cayaan masyarakat kepada sekolah.
3. Keterlibatan Komite dan Paguyuban dalam menentukan program
   kerja sekolah
   Program kerja yang selama ini dilaksanakan mutlak berasal dari sekolah, tanpa
   mengikut sertakan ide dan aspirasi masyarakat. Menyadari kondisi yang ingin
   dicapai, maka sekolah mulai mengikut sertakan masyarakat (komite dan
   paguyuban) dalam penyusunan program kerja sekolah.


Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan rapat koordinasi sekolah dengan komite, tokoh agama, dan
   masyarakat tentang pentingnya Peran Serta Masyarakat untuk meningkatkan
   mutu pendidikan dan pembelajaran.
b. Pembentukan Paguyuban Kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 SD.
c. Membuat program kerja paguyuban kelas yang disesuaikan dengan program
   kerja komite sekolah.
d. Membuat jadwal piket harian oleh paguyuban kelas dalam rangka membantu
   guru dalam proses pembelajaran di kelas.


HASIL YANG DICAPAI
Upaya yang telah dilakukan sekolah telah menghasilkan berbagai hal: Pertama,
sekolah dan stakeholder telah mampu membentuk paguyuban sekolah dan kelas.
Kedua, aktivitas paguyuban kelas bersama sekolah telah meningkatkan rasa
tanggung jawab bersama dalam memajukan pendidikan dan pembelajaran anak-
anak di sekolah. Ketiga, paguyuban kelas bersama sekolah telah mampu mengi-


                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
120                                     Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


dentifikasi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sekolah, dan bantuan yang
diperlukan sekolah untuk peningkatan pembelajaran di kelas.
Paguyuban kelas telah berhasil berperan aktif dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan dan pembelajaran di sekolah, antara lain:
• Membantu sekolah dan komite sekolah dalam penyusunan program sekolah
  terpadu yang memuat berbagai aspek kebutuhan sekolah, siswa, orang tua/
  wali murid, dan masyarakat.
• Membantu pengadaan kebutuhan kelas, seperti tempat pajangan dalam berba-
  gai bentuk, rak buku untuk sudut baca, pengecatan kelas, tempat sampah, tem-
  pat cuci tangan anak, taplak meja, dll.
• Membantu penataan ruangan kelas dan isinya, gambar sebagai media pembe-
  lajaran, penataan pajangan dan penggantiannya, serta pembenahan portofolio.
• Membantu administrasi kelas sehingga guru dapat berkonsentrasi membelajar-
  kan para siswa.
• Membuat jadwal piket rutin setiap hari untuk membantu guru dalam proses
  pembelajaran.
• Terlibat aktif dalam proses pembelajaran, seperti ikut menetapkan nara
  sumber atau menjadi nara sumber dalam mata pelajaran sesuai profesinya
  (dokter, pengacara, polisi, dll) dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,
  UKS, komputer, seni tari, qosidah rebana, dll.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                          121
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan




                     Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
122                             Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Berdasarkan hasil yang telah dicapai, pelajaran yang dapat dipetik adalah:
a. Komunikasi dua arah antara warga sekolah dan stakeholder sangat mendukung
   suksesnya pelaksanaan program sekolah yang telah ditetapkan bersama.
b. Masyarakat lebih peduli terhadap keadaan sekolah. Kepedulian ini membantu
   sekolah dalam membenahi dirinya dalam berbagai bidang, seperti sarana, me-
   dia, dll.
c. Paguyuban kelas banyak membantu guru dalam proses pembelajaran siswa.
   Dalam pembelajaran di kelas, paguyuban dapat membantu guru dalam menyi-
   apkan perangkat pembelajaran. Saat di rumah paguyuban dapat kembali berpe-
   ran sebagai orang tua yang selalu membantu dan memantau belajar putra -
   putrinya.
d. Piket rutin setiap hari oleh paguyuban kelas sangat membantu orang tua/wali
   siswa dalam mengetahui kondisi putra-putrinya di sekolah.
e. Beberapa anggota paguyuban kelas berperan pula sebagai narasumber.
f. Kondisi kelas lebih tertata dengan baik karena paguyuban kelas saling berlomba
   untuk membenahi kelas masing-masing.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Melihat kondisi yang telah dicapai oleh beberapa sekolah seperti dikemukakan
di atas, kemungkinan keberlajutan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan
sangatlah besar. Kemungkinan keberlanjutan ini didasarkan oleh beberapa
pertimbangan, antara lain:
• Komunikasi dua arah yang terus terjaga antara sekolah dan masyarakat/stake-
  holder.
• Kesadaran masyarakat bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama,
  makin meningkat.
• Masyarakat/stakeholder sudah dilibatkan dalam proses perencanaan kerja
  sekolah.
• Peran paguyuban kelas yang sangat membantu guru dalam proses pembelajar-
  an. Bantuan yang diberikan paguyuban di kelas.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                           123
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



PENYEBARLUASAN
Keberhasilan beberapa sekolah dalam meningkatkan peran serta masyarakat,
khususnya peran paguyuban kelas meningkatkan mutu pembelajaran, sangat
mungkin untuk disebarluaskan. Usaha penyebarluasan dapat dilakukan melalui
beberapa cara, antara lain:
a. Penyebaran informasi ke sekolah lain oleh pihak terkait.
b. Penyampaian informasi ke berbagai pihak melalui forum-forum yang sudah
   ada.
c. Dinas menetapkan sekolah yang telah berhasil tersebut dijadikan sebagai
   sekolah rujukan studi banding.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. HARJITO, S.Ag
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Baron 1,
             Kabupaten Magetan – Jawa Timur
   Telp.   : (0351) 770 5303

2. ELMI YAHYI, S.Pd
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SDN Mlilir 2
             Jl, Jurang Belik, Prampelan Milir Ambarawa
             Kabupaten Semarang - Jawa Tengah
   Telp.   : -




                          Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
124                                  Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan




              MEMBANGUN KEMITRAAN
               DENGAN DUNIA USAHA



LATAR BELAKANG
Sekolah adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Masyarakat membu-
tuhkan sekolah bagi pendidikan generasi mudanya dan sekolah menyediakan jasa
layanan pendidikan yang diinginkan masyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan
layanan pendidikan seringkali sekolah menghadapi berbagai kendala. Masalahnya
adalah tidak semua kendala dapat diatasi oleh sekolah. Jika sekolah mencoba
mengatasi kendala tersebut, maka akan menghabiskan waktu, dana dan energi,
sehingga tugas utama sekolah dalam memberikan layanan pendidikan kepada
peserta didik akan terganggu. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah yang
dihadapi adalah mengadakan kerjasama dengan dunia usaha dan industri.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang terlaksananya program
pendidikan, tidak hanya masalah yang berkaitan dengan fisik sekolah seperti
gedung, ruang kelas, perpustakaan dan alat peraga, tetapi juga pelaksanaan kegiatan
pembelajaran seperti kegiatan ekstra kurikuler, menanamkan kebiasan menabung,
bahkan juga yang berkaitan dengan kepengurusan admininistrasi sekolah seperti
pembayaran uang sekolah.
Sebagai contoh di SMP Negeri 1 Banyuwangi mempunyai kesulitan dalam hal
dana untuk perawatan fasilitas olahraga. Koperasi SMP ini bekerjasama dengan
outlet penjual produk Teh Sosro (TS) mengatasi masalah tersebut antara lain
dengan mengecat lapangan dan papan basket sekolah dengan produk dari Sosro


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                             125
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


                                               (gambar). Sebagai imbalannya
                                               adalah TS akan menyuplai pro-
                                               duk minumannya pada acara-
                                               acara tertentu (kompetisi olah
                                               raga, Masa Orientasi Siswa, Ge-
                                               rak Jalan, dll) secara gratis, serta
                                               telah menyumbang 3 bola basket.
                                               Pada rencana berikutnya telah
                                               disetujui pula untuk membangun
                                               atap peneduh pada sebagian ha-
                                               laman sekolah (berupa awning).
SMPN 1 Banyuwangi bekerjasama dengan
perusahaan swasta                              Contoh lain misalnya di SDN 7
                                               Magelang dicanangkannya gerak-
an menabung kepada siswa. Ketika program ini dilaksanakan, ternyata terkum-
pulnya uang memerlukan keahlian dan kerja ekstra bagi guru. Beberapa kali seko-
lah telah gagal mengelola tabungan siswa. Pertama kali tabungan siswa dikelola
oleh guru kelas, tetapi semakin lama menjadikan beban bagi guru, sehingga akhir-
nya secara perlahan berhenti. Untuk mengatasinya sekolah bekerjasama dengan
sebuah Bank Swasta untuk mengelola Tabungan Siswa.


INISIATIF DAN STRATEGI
Untuk mengatasi masalah-masalah
yang seringkali tidak berkaitan
langsung dengan teknis pembelajaran
dan juga membebani sekolah, maka
sekolah berinisiatif menggalang kerja-
sama dengan instansi lain. Sebagai con-
toh cara yang ditempuh oleh SMP
Negeri 7 Magelang antara lain dengan
berinisiatif melakukan pertemuan dan
menawarkan kerjasama dengan Bank
                                        Siswa SMPN 7 Magelang membayar uang
Pasar, sebuah Bank BUMD milik Peme- sekolah melalui petugas BPR yang datang
rintah Derah.                           ke sekolah




                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
126                                    Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


Langkah-langkah yang ditempuh :
• Setelah melakukan pertemuan dengan Bank Pasar, kepala sekolah berinisiatif
  melakukan pertemuan dengan Stakeholders sekolah;
• Kemudian rapat antara Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan Tim RAPBS (Tim
  yang terdiri dari Bendahara Sekolah, Guru Kurikulum, Guru Kesiswaan, Wakil
  Kepala Sekolah, Seksi kegiatan, Pembina OSIS dan Pembina Extra Kurikuler);
• Rapat menyetujui dan mendukung adanya kerjasama, khususnya dalam hal
  pengelolaan iuran sekolah dengan pihak bank dan menunjuk Bank Pasar
  (Bapas) sebagai mitra sekolah;
• Diadakan perjanjian kerjasama antara sekolah yang diwakili Kepala Sekolah
  dengan pihak Bank yang diwakili oleh Direktur Bank Pasar. Dalam perjanjian
  tersebut antara lain berisi:
  - Pembayaran iuran sekolah dimulai dari tanggal 2 sampai dengan tanggal
     10 setiap hari kerja pada bulan yang bersangkutan;
  - Pelaksanaan pembayaran iuran sekolah diambil oleh petugas Bank Pasar
     pada setiap jam Istirahat;
  - Pembayaran yang dilakukan sesudah tanggal 10 agar langsung disetor ke
     PD BPR Bank Pasar Kota Magelang;
  - Uang Pembayaran iuran sekolah tersebut dimasukkan ke rekening Tabung-
     an SMP Negeri 7 Magelang pada PD BPR Bank Pasar Kota Magelang.
Teknis Pelaksanaan:
• Setiap siswa yang membayar diberikan slip pembayaran;
• Sekolah merekap total siswa yang membayar, selanjutnya melakukan check-
  ing (pencocokan) dengan slip pembayaran yang diterima sekolah;
• Selanjutnya buku tabungan oleh sekolah di bawa ke bank untuk dicetak
  sehingga diketahui saldo maupun jumlah uang yang telah masuk maupun
  keluar;
• Tempat Pembayaran dilakukan dihalaman ruang kelas sehingga lebih dekat
  kepada siswa.

Contoh lain yang telah dilakukan oleh SD Negeri 7 Magelang adalah:
Menggalang kerjasama kemitraan antara sekolah dengan pihak BMT(Baitul Maal
Wattamwil), dengan langkah-langkah antara lain:


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                       127
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


• Pertemuan antara Kepala Seko-
  lah, Guru, Paguyuban Orang Tua
  Murid (POM) dan Komite (seo-
  rang anggotanya manajer BMT)
  untuk membahas berbagai per-
  soalan sekolah, salah satunya
  adalah persoalan tentang pe-
  ngelolaan tabungan siswa.
• Membahas kerjasama dengan
  lembaga keuangan dan disam-
  but oleh seorang anggota komi-
  te yang kebetulan adalah ma-
  najer sebuah BMT (Ibu Mutri-
                                   Siswa SDN 7 Magelang membayar uang sekolah
  fah).
                                   melalui petugas BMT
• Sosialisasi program kerjasama
  oleh BMT dan penawaran kepada orang tua bersama siswa-siswinya didam-
  pingi guru kelas untuk menabung. Ternyata tawaran ini disambut dengan antu-
  sias untuk ikut menabung di sekolah melalui BMT.
• Kerjasama dituangkan dalam perjanjian kesepakatan antara sekolah dan BMT.
  Pihak sekolah yang diwakili Kepala Sekolah dan pihak BMT yang diwakili oleh
  Manager BMT. Sebagai saksi adalah Ketua Komite dan POM.
• Pada waktu pelaksanaan kerjasama, pihak BMT mengirimkan 2 orang petugas-
  nya ke sekolah selama 3x dalam 1 minggu (Senin, Rabu, dan Jum’at) pukul
  09.00 – 10.00 untuk melakukan pelayanan bagi siswa yang menabung.
• Pihak BMT menyediakan buku dan pihak sekolah menyediakan tempat dan
  ruangan bersama POM agar dapat saling membantu


HASIL YANG DICAPAI
Kerjasama yang saling menguntungkan baik bagi pihak sekolah maupun bank
dapat dilihat dari:
- Keuntungan bagi Siswa:
  • Anak belajar hidup sederhana, disiplin, jujur serta mengenal sejak dini dunia
    perbankan. BMT sebagai salah satu sumber belajar.



                             Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
128                                     Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan


    • Kebersamaan antar siswa dapat ditumbuhkan.
    • Ada persaingan yang positif bagi anak dalam hal menabung.
-   Keuntungan bagi Guru:
    • Guru semakin senang, siswa semakin dinamis di kelas dan memudahkan
      guru dalam memberikan contoh pembelajaran.
    • Kedekatan antar guru, anak, dan orang tua semakin baik.
-   Keuntungan bagi Sekolah dan Kepala Sekolah:
    • Semakin banyak sumbangan yang mengalir ke sekolah, dimana pihak BMT
      seringkali memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi maupun
      sumbangan untuk menunjang sarana dan prasarana pembelajaran (papan
      nama, papan petunjuk & papan peringatan); serta sumbangan yang diberikan
      pada kegiatan tertentu di sekolah (Bazar & Pameran, Lomba dan lainnya).
-   Keuntungan bagi Orang Tua Siswa dan Komite serta Paguyuban
    Orang Tua Murid (POM):
    • Orang tua siswa semakin termotivasi untuk menabung
    • Orang tua tidak perlu repot lagi bila ada kebutuhan mendesak bagi putra-
      putrinya di sekolah, karena dana sewaktu-waktu bisa diambil
    • Kepercayaan sekolah kepada komite semakin meningkat (Kebetulan Mana-
      ger BMT adalah anggota komite dan POM). Komite bersama POM diper-
      caya mengelola sepenuhnya dana SPP (Sumbangan Peduli Pendidikan di luar
      BOS) yang besarnya bervariasi dengan maksud bisa subsidi silang.
-    Keuntungan bagi pihak BMT:
    • Program-program BMT bidang pendidikan dapat sejalan dengan sekolah,
      seperti program pemberian beasiswa, program peningkatan mutu pendidik-
      an, program tabungan pendidikan, dll.
    • Nasabah semakin meningkat sehingga asset/modal juga bertambah, selain
      itu pihak BMT bisa promosi langsung produknya yang lain seperti pro-
      gram Tabungan Wisata, Tabungan Qurban, Tabungan Haji (untuk Orang Tua
      Siswa) dan sebagainya.
    • Dana yang terkumpul dapat disalurkan untuk kebutuhan anggota BMT yang
      lain (BMT, menurut managernya adalah jenis/bentuk koperasi, bukan Bank).




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         129
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Dari contoh-contoh kerjasama di atas, maka dapat diambil hikmah, bahwa:
• Pentingnya menjaga kepercayaan dengan lembaga/pihak di luar sekolah akan
  meningkatkan kebersamaan dan kemajuan bagi sekolah.
• Pentingnya membiasakan gemar menabung sejak usia dini bagi siswa akan
  melatih siswa untuk jujur, hati-hati dan disiplin.
• Pentingnya komunikasi yang baik antara sekolah, DUDI (BMT), dan Orang
  Tua Murid.
• Kepercayaan antara kedua belah pihak (Sekolah dan Bank) merupakan satu
  hal yang patut dijaga dan dikembangkan.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
• Sangat mungkin dilanjutkan mengingat masing-masing pihak sudah merasakan
  manfaat dan dampaknya.
• Pihak sekolah dapat memanfaatkan bank/BMT sebagai tempat belajar anak
  secara kontekstual.
• Memudahkan bank/BMT untuk menawarkan produknya ke sekolah, disamping
  dapat meningkatkan jumlah nasabah terutama dari orang Tua siswa.


KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN
Kemitraan yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak termasuk dengan
DUDI sangat mungkin untuk diterapkan disekolah lain, mengingat rasa keper-
cayaan, kebersamaan dan saling memberi manfaat diantara keduanya bisa dimulai
dan dibangun dari sumber daya yang ada disekitar kita (sekolah).




                           Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
130                                   Good Practices in Management of Education
Peran Serta Masyarakat Dalam Pendidikan



  NAMA DAN ALAMAT KONTAK
  1. WURYANING
     Jabatan : Kepala Sekolah
     Alamat : SDN 7 Magelang
               Jl. Pahlawan 21, Kec. Magelang Utara
               Kota Magelang – Jawa Tengah
     Telp.   : (0293) 365 378

  2. Dra. Rr. SUTINI SUTRISNI
     Jabatan : Kepala Sekolah
     Alamat : SMPN 7
                Jl. Sunan Gunung Jati No. 40, Kec. Magelang Selatan
                Kota Magelang – Jawa Tengah
     Telp.    : (0293) 363 473




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                      131
JENDER DALAM
PENDIDIKAN

- Pengantar
- Mendukung Perempuan
  Lewat Sekolah
Jender Dalam Pendidikan




                           PENGANTAR


Wajah pendidikan Indonesia saat ini tidak dipungkiri masih diwarnai permasalah-
an jender. Proses dan hasil pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan
diupayakan dapat dinikmati oleh semua kelompok jender, namun dalam pelaksa-
naannya hambatan jender akan selalu muncul. Bias jender dalam pendidikan
sebagian besar memang masih menimpa kaum perempuan, bagaimana pendidikan
belum mendukung perempuan. Sebagai contoh tingkat buta huruf perempuan
yang masih tinggi, dan partisipasi bersekolah penduduk perempuan yang masih
lebih rendah dibanding laki-laki, kurikulum yang kurang tepat bagi siswa perem-
puan, dan lingkungan sekolah yang sering menimbulkan diskriminasi terhadap
siswa perempuan. Penting diperhatikan bagaimana agar hambatan tersebut tidak
akan selalu merugikan perempuan.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         135
Jender Dalam Pendidikan




             MENDUKUNG PEREMPUAN
                LEWAT SEKOLAH


LATAR BELAKANG
Cerita tentang peningkatan partisipasi dan peran perempuan dalam pendidikan
khususnya di sekolah ini, sebenarnya hanya bagian kecil dan bukan sasaran utama
dari praktik-praktik upaya meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan dan
peningkatan mutu pendidikan dasar yang telah dilaksanakan oleh MBE di beberapa
daerah binaannya. Penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam peningkatan kualitas
pendidikan yang meliputi aspek manajemen maupun pembelajaran baik yang
dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Cabang Dinas (UPTD) maupun sekolah terse-
but secara tidak langsung telah menyentuh perempuan dan mendorong pening-
katan partisipasi perempuan sebagai anggota stakeholders maupun warga sekolah
dalam pendidikan khususnya di sekolah.
Namun bagi perempuan, sentuhan kecil tersebut telah menerbitkan secercah
harapan bagi upaya menjadikan pendidikan lebih mendukung perempuan, karena
latar belakang pendekatan partisipatif yang digunakan.


SITUASI SEBELUM INISIATIF
Sebagian besar anggota stakeholders dan warga sekolah adalah perempuan namun
keterlibatan dan peran mereka dalam pengelolaan sekolah terutama pada saat
pengambilan keputusan masih kecil, sedangkan upaya nyata untuk meningkat-
kannya masih kurang, karena belum adanya kesadaran bahwa pendidikan yang
selama ini mereka terima dan jalankan belum mendukung perempuan.
Ibu-ibu baik wali murid maupun warga masyarakat sekitar menjadi tamu rutin
bagi sekolah setiap harinya, namun mereka hanya sebatas menunggu putra-putri
mereka menjalani proses pembelajaran dan ‘menonton’ perkembangan yang
terjadi di sekolah, tanpa tergerak atau mempunyai kesempatan untuk turut andil
didalamnya.


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         137
Jender Dalam Pendidikan


Begitu juga dengan guru-guru di sekolah yang sebagian besar adalah perempuan,
namun peran dan keterlibatan mereka dalam manajemen sekolah dirasa masih
kurang. Salah satu contohnya pada proses pengambilan keputusan dan penentuan
kebijakan sekolah, mereka seringkali tidak dimintai pertimbangan atau dalam
istilah Jawa urun rembug, dan hanya sebagai pihak pelaksana keputusan tersebut.
Kondisi ini terjadi terkait dengan kurangnya pengetahuan guru perempuan dalam
hal manajemen pengelolaan sekolah dan kualitas serta keprofesionalitas yang
dianggap masih kurang.
Belum adanya kesadaran akan pemahaman jender dan kurangnya keterlibatan
guru perempuan dalam manajemen sekolah tesebut seringkali menghasilkan
kebijakan yang kurang mendukung perempuan. Sebagai contoh, hampir di sebagian
besar sekolah umum masih menerapkan kebijakan pengelolaan sekolah yang
seringkali bias jender, salah satunya dalam kebijakan fasilitas sanitasi/kamar mandi
yang masih digunakan secara bersama-sama (unisex) bagi siswa laki-laki dan
perempuan, sehingga menjadikan kekurangnyamanan bagi siswa.
Kebijakan lain adalah dalam proses penyampaian atau bentuk pembelajaran baik
di dalam maupun di luar kelas, juga masih terdapat ketidakadilan terhadap siswa
perempuan semata-mata karena kurangnya pemahaman. Salah satu bentuknya
dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti yang ada di SMP N 13 Kecamatan Kuto-
arjo, Kabupaten Purworejo. Keberadaan majalah dinding hanya sebagai pelengkap
bentuk kegiatan ekstra di sekolah dan belum terorganisir serta belum dapat
dimanfaatkan sebagai saluran pengembangan potensi siswa dan sumber belajar
bagi siswa dan guru.




                              Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
138                                      Good Practices in Management of Education
Jender Dalam Pendidikan



INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN
a. Peningkatan peran perempuan dalam penyelenggaraan sekolah
   • Maksud dan Tujuan
     Upaya peningkatan peran serta masyarakat di sekolah untuk mendukung
     penyelenggaraan sekolah secara otomatis melibatkan perempuan sebagai
     anggota masyarakat yang pada akhirnya mendorong perempuan untuk
     terlibat aktif dalam pendidikan baik dalam proses pembelajaran, perencana-
     an, pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan MONEV (Monitoring dan
     Evaluasi) program pendidikan sekolah.
   • Proses Perubahan
     Pendekatan partisipatif yang diterapkan beberapa sekolah dalam upaya
     peningkatan PSM tersebut menjadi “entry point” bagi perempuan untuk
     memperoleh akses yang lebih besar dalam bentuk:
     - Partisipasi
        Pembentukan paguyuban kelas yang sebagian besar beranggotakan ibu-
        ibu sebagai wali murid yang selama ini hanya sebagai penonton telah
        mendorong mereka ikut berpartisipasi dalam penyusunan program
        sekolah, membantu proses pembelajaran (menjadi guru intip atau nara
        sumber), dan membantu pengelolaan kelas. Kegiatan ini hampir dilak-
        sanakan di semua sekolah-
        sekolah binaan MBE, dian-
        taranya di SDN Milir 2 Ke-
        camatan Ambarawa Kabu-
        paten Semarang, SDN Bre-
        mi I Kecamatan Krucl
        Kabupaten Probolinggo,
        SDN Magetan 1 Kabupaten
        Magetan, dan SDN 7 Jajag
        Kecamatan Gambiran Ka-
        bupaten Banyuwangi, dan
                                         Ibu-ibu paguyuban SDN Mlilir 2, Keca-
        SD Islam Terpadu Baitul          matan Ambarawa Kabupaten Semarang
        ‘Izzah Kabupaten Nganjuk.        ikut membantu mengajar di kelas.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                         139
Jender Dalam Pendidikan


      - Kontrol
        Para perempuan ikut mengontrol proses pendidikan yang berlangsung
        di sekolah karena mereka mengetahui program sekolah dan memahami
        bagaimana pembelajaran berlangsung di sekolah, mampu mengi-
        dentifikasi hambatan dan kebutuhan pendidikan anak-anak baik laki-laki
        maupun perempuan.
      - Peran
        Upaya peningkatan PSM di lingkungan sekitar sekolah mendorong
        perempuan berperan dalam pendidikan seperti membantu proses
        pembelajaran baik sebagai nara sumber atau menggantikan mengajar
        materi yang sesuai dengan keahlian atau pekerjaan yang mereka miliki.
        Kegiatan seperti itu telah dilaksa-
        nakan di sekolah-sekolah binaan
        MBE, salah satunya SDN Pacor 2
        Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten
        Purworejo, dimana seorang pe-
        rempuan warga sekitar sekolah,
        bernama Ibu Parso memberikan
        materi pelajaran membuat besek
        dalam pelajaran KTK untuk ke-
        las IV. Wanita berusia 60 tahun     Salah satu anggota masyarakat,
        lebih ini adalah seorang perajin    sedang mengajar cara membuat
                                            besek pada siswa kelas IV SDN
        besek yang tinggal dibelakang
                                            Pacor 2 Kecamatan Kutoarjo,
        sekolah.                            Kabupaten Purworejo
      - Manfaat
        Dalam pembentukan Komite Sekolah terdapat distribusi yang adil bagi
        perempuan maupun laki-laki untuk duduk dalam keanggotaan.


b. Peningkatan Kualitas Guru Perempuan
   • Maksud dan Tujuan
     Upaya Dinas Pendidikan dan UPTD/Cabang Dinas dan Sekolah di daerah
     binaan MBE dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menerapkan,
     meningkatkan mutu, dan menyebarluaskan MBS, PSM, dan PAKEM, melalui
     berbagai kegiatan dengan melibatkan guru secara aktif tidak terkecuali guru
     perempuan .


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
140                                    Good Practices in Management of Education
Jender Dalam Pendidikan


  • Proses perubahan
    - Adanya peluang dan kesempatan yang sama bagi guru-guru laki-laki
      maupun perempuan di daerah (Pasuruan, Banyumas, Madiun, Proboling-
      go, dan Semarang) termasuk untuk memperoleh informasi dan mengi-
      kuti berbagai pelatihan dan segala bentuk kegiatan pengembangan dan
      penyebarluasan dalam tiga pilar baik MBS, PSM, maupun PAKEM
      (magang, diseminasi, pembentukan PPMP, tim kendali mutu,dll).
    - Pelaksanaan segala bentuk kegiatan dilaksanakan di daerah yang artinya
      lokasi dekat dan mudah diakses oleh mereka, mengingat berbagai per-
      timbangan budaya dan norma yang berlaku serta keterbatasan mobilitas.
    - Melalui pengoptimalan KKG/MGMP menjadi sebuah wadah yang benar-
      benar digunakan untuk peningkatan profesionalitas guru dan pening-
      katan mutu pembelajaran telah mendorong terciptanya bentuk
      konsultasi, sharing dan diskusi antara guru perempuan dan laki-laki yang
      berlangsung sejajar, seperti yang dilaksanakan dalam MGMP Matematika
      di Kota Madiun, serta KKG di Kabupaten Pasuruan, Semarang, dan
      Probolinggo.
    - Pemberdayaan fasilitator lapis ke 2 di daerah (Pasuruan) sebagai
      instruktur pelatihan dan pemandu KKG untuk menangani daerah
      pengembangan. Fasilitator ini diambilkan dari unsur setempat yaitu guru,
      kepala sekolah, atau pengawas yang memiliki inovasi dan motivasi untuk
      maju. Dalam proses pemilihannya dilakukan dengan proses seleksi yang
      artinya, terdapat peluang yang sama bagi semua unsur baik perempuan
      maupun laki-laki untuk menjadi instruktur dan pemandu KKG yang
      berarti kemajuan bagi mereka.
    - Pendekatan untuk memotivasi guru dalam penerapan PAKEM di sekolah
      seperti adanya waktu khusus untuk sharing dengan kepala sekolah
      merupakan bentuk konseling yang memberikan dorongan tersendiri bagi
      guru perempuan untuk terus meningkatkan profesionalitas mereka.


c. Penyediaan Sanitasi Terpisah untuk Siswa
   • Maksud dan tujuan
     Tujuan awalnya adalah untuk memenuhi fasilitas sanitasi/kamar mandi yang
     masih kurang dan belum memadai bagi siswa yang dalam prosesnya
     memunculkan kebijakan pemakaian terpisah bagi siswa perempuan dan


Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                        141
Jender Dalam Pendidikan


    laki-laki. Praktek ini juga telah dilaksanakan di sekolah-sekolah di berbagai
    daerah binaan MBE, seperti di SDN 7 Jajag, SDN 3 Bojong Purbalingga,
    dan SMPN 1 Ambarawa.
  • Proses perubahan
     - Fasilitas sanitasi/kamar mandi yang masih terbatas jumlahnya (belum
       sebanding dengan jumlah siswa) dan belum memenuhi kondisi sehat
       mendorong sekolah didukung bantuan dari masyarakat berusaha
       memenuhi kebutuhan terse-
       but baik dengan pemba-
       ngunan maupun perbaikan.
     - Dalam proses pengadaan/
       perbaikan tersebut, dengan
       keterlibatan perempuan ba-
       ik guru, paguyuban, maupun
       komite sekolah, menumbuh-
       kan kesadaran bahwa perlu
       pemenuhan kebutuhan akan
       sanitasi/kamar mandi yang
                                            Kamar mandi yang terpisah untuk siswa
       terpisah, karena kebutuhan           laki-laki dan perempuan di SDN 3
       penggunaan yang berbeda              Bojong sedang dibangun.
       dan untuk kenyamanan se-
       mua siswa khususnya siswa
       perempuan.
     - Hasil identifikasi tersebut kemudian mendorong sekolah dengan kese-
       pakatan dari komite sekolah, menetapkan kebijakan penggunaan kamar
       mandi yang berbeda bagi anak perempuan dan laki-laki.
     - Anak-anak diberi tanggungjawab untuk menjaga kebersihan kamar
       mandi masing-masing.

d. Majalah Dinding (Mading) Sebagai Media Pengembangan Potensi
   Siswa
   • Maksud dan tujuan
      Perubahan dalam pengelolaan mading sebagai kegiatan ekstrakurikuler
      dilakukan sekolah dengan tujuan menjadikan mading lebih produktif,
      profesional, dan dapat menjadi wadah pengembangan potensi bagi semua


                            Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
142                                    Good Practices in Management of Education
Jender Dalam Pendidikan


    siswa, dapat mendukung proses pembelajaran yang tidak bias jender, serta
    mendukung program sekolah.
  • Proses perubahan
    - Pada pertengahan proses perjalanan tahun pelajaran 2005/2006, terjadi
       proses pembenahan pada Mading SMP N 13 Purworejo dengan adanya
       pembentukan Pengurus Redaksi dan perumusan Nama, Visi, Misi, dan
       Program Kerja Mading untuk satu tahun, serta evaluasi program kerja.
    - Mempertimbangkan kesetaraan jender dengan menyediakan jumlah/
       kuota pengurus laki-laki dan perempuan yang berimbang serta pem-
       bagian tugas atau kerja sesuai dengan kapasitas yang dimiliki.
    - Penyediaan akses yang sama
       terhadap kesempatan keikut-
       sertaan dalam pembentukan
       pengurus redaksi, dimana da-
       lam tahapan seleksi pengurus
       berlaku untuk semua siswa
       baik laki-laki maupun pe-
       rempuan sesuai dengan kri-
       teria obyektif yang ditetap-
       kan dan kuota perimbangan
       pengurus yang disediakan.
                                       Siswa pengurus mading MAS SMPN 13
    - Pelibatan stakeholders seko- Purworejo, sedang workshop
       lah baik secara langsung mau- penulisan artikel di Perpustakaan Daerah
       pun tidak langsung dalam Kabupaten Purworejo
       pengelolaan Mading.


HASIL YANG DICAPAI
a. Peningkatan peran perempuan dalam penyelenggaraan sekolah
Aktivitas-aktivitas keterlibatan perempuan di sekolah tersebut telah mengha-
silkan:
  • Peningkatan kapasitas perempuan khususnya ibu-ibu sebagai orang tua
    siswa dalam bidang pendidikan
  • Pembentukan model peran yang baik dan memberi motivasi bagi anak



Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                       143
Jender Dalam Pendidikan


    perempuan dan masyarakat pada umumnya tentang bagaimana kaum
    perempuan harus berani memperjuangkan haknya untuk ikut berpartisipasi,
    berperan, dan memperoleh manfaat , serta berhak dan berkewajiban dalam
    mengevaluasi atau menilai hasil-hasil pendidikan,
  • Berdampak positif bagi pandangan atau sikap sosial masyarakat terhadap
    pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.
b. Peningkatan kualitas guru perempuan
  • Kualitas dan akumulasi modal ilmu guru-guru perempuan semakin mening-
    kat sehingga mendukung pelaksanaan tugas sebagai pengajar.
  • Guru-guru perempuan mulai ikut terlibat dalam pengelolaan dan proses
    pengambilan keputusan di sekolah.
  • Memberikan model peran yang penting bahwa bagi siswa baik laki-laki
    maupun perempuan dan masyarakat pada umumnya begitu juga dengan
    guru perempuan, tentang bagaimana guru perempuan dapat berkualitas dan
    berpartisipasi penuh di sekolah dan masyarakat.
c. Penyediaan Sanitasi Terpisah untuk Siswa
  • Dengan adanya sanitasi yang terpisah maka kondisi sehat yang sama untuk
    semua murid telah terpenuhi
  • Siswa menjadi paham akan perlunya kesehatan dan kebersihan diri masing-
    masing, belajar tertib dalam penggunaan maupun perawatan, serta
    memahami perbedaan individu dan saling menghargai antar siswa perem-
    puan maupun laki-laki dan mengurangi terjadinya tindak perlakuan tidak
    adil terhadap anak perempuan.
d. Majalah Dinding (Mading) Sebagai Media Pengembangan Potensi
   Siswa
  • Kegiatan pengelolaan MAS mampu mendorong siswa laki-laki maupun
    perempuan untuk ikut aktif berpartisipasi mengembangkan dan menya-
    lurkan potensi yang dimiliki.
  • Hasil karya dalam mading ini dimanfaatkan sebagai rujukan/sumber belajar
    yang proporsional dan tidak bias jender dalam proses pembelajaran di
    kelas, seperti mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memanfaatkan puisi
    dan berita dari madding MAS ini.
  • Kerja redaksi mading yang terorganisir dan jalinan kerjasama dalam sebuah
    tim sesuai dengan tugas dan kewajiban tanpa pembedaan laki-laki dan


                           Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
144                                   Good Practices in Management of Education
Jender Dalam Pendidikan


    perempuan telah memberikan pengaruh positif terhadap siswa dan suasana
    belajar di sekolah dan di kelas
  • Sekolah menjadikan mading MAS sebagai media komunikasi dengan siswa
    dan orang tua dalam penyampaian program-program sekolah, penayangan
    akuntabilitas sekolah, dan berbagai informasi sekolah.
  • Semua elemen sekolah dapat berpartisipasi dalam Mading MAS baik secara
    langsung maupun tidak, dapat mengakses dan mengkonsumsi, serta
    memberikan umpan balik yang akan mendorong kemajuan mading pada
    khususnya dan sekolah pada umumnya.
  • Beragamnya Rubrik atau kolom yang tersedia di dalam MAS mampu
    mewadahi semua aspirasi seluruh stakeholders sekolah. Ada 20 rubrik/
    kolom dalam MAS yang salah satunya adalah rubrik Putri Sejati yang khusus
    membahas tentang perempuan.


PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL
Mengupayakan pendidikan mendukung perempuan khususnya di sekolah memang
tidak mudah, namun melalui berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan
baik oleh UPTD/Cabang Dinas maupun sekolah dalam tujuannya peningkatan
mutu pendidikan secara tidak langsung telah membawa perubahan ke arah
peningkatan dalam penyelenggaraan pendidikan yang lebih memperhatikan
jender yang terbukti membawa perubahan dan kemajuan yang lebih besar dalam
bidang pendidikan, khususnya di sekolah. Keuntungan lain adalah ketika
perubahan ini tidak hanya dirasakan di dalam sekolah namun juga oleh anggota
stakeholders pendidikan khususnya perempuan, dan ini merupakan peningkatan
besar dalam pembangunan pendidikan.


KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN
Keberlanjutan dari praktik-praktik tersebut memungkinkan untuk terus berlanjut
karena saluran yang digunakan berbentuk program dan kegiatan yang memang
ada dan diselenggarakan baik oleh sekolah maupun di UPTD/Cabang Dinas.




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                        145
Jender Dalam Pendidikan



KEMUNGKINAN PENGIMBASAN
Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan dan membawa perubahan ke arah
pendidikan yang memperhatikan jender telah membawa perubahan kearah
peningkatan dan kemajuan pendidikan ini sangat memungkinkan untuk
dilaksanakan oleh daerah dan program lain.


NAMA DAN ALAMAT KONTAK
1. Drs. SA. WINARNO
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SMPN 6, Jl. HOS. Cokroaminoto,
             Kota Madiun - Jawa Timur
   Telp.   : (0351) 464 778


2. SRIYATI, S.Pd
   Jabatan : UPTD Dinas Pendidikan Kec. Gadingrejo
   Alamat : Jl. Hasanuddin No. 48 Kec. Gadingrejo,
             Kota Pasuruan – Jawa Timur
   Telp.   : (0343) 421 671


3. Drs. SOEKARMO
   Jabatan : UPTD Dinas Pendidikan Kec. Ambarawa
   Alamat : Jl. Pemuda 10 Kec. Ambarawa,
             Kabupaten Semarang – Jawa Tengah
   Telp.   : (0298) 592 139




                          Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
146                                  Good Practices in Management of Education
Jender Dalam Pendidikan


4. Drs. TEGUH SOEDARMOKO, MM.
   Jabatan : UPTD Dinas Pendidikan Kec. Pringapus
   Alamat : Jl. Syeh Basyaruddin I Kec. Pringapus,
             Kabupaten Semarang – Jawa Tengah
   Telp.   : (024) 639 0408


5. Drs. SUNARYO
   Jabatan : Kepala UPK Kebasen
   Alamat : Jl. Pompa Air Gambarsari Kebasen,
             Kabupaten Banyumas - Jawa Tengah
   Telp.   : (0281) 761 9812


6. WAHYU HENIWATI, S.Pd
   Jabatan : Pengawas TK/SD UPTD Dinas Pendidikan Kec. Kutoarjo
   Alamat : Jl. Wirotaman No. 3 Kutoarjo,
             Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah
   Telp.   : (0275) 641 037


7. USUWATUN
   Jabatan : Kepala Sekolah
   Alamat : SD Islam Terpadu Baitul Izzah
             Jl. Gatot Subroto IA,
             Kabupaten Nganjuk - Jawa Timur
   Telp.   : (0358) 323 869




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                   147
Jender Dalam Pendidikan


8. Drs. AGUS WIWOHO
  Jabatan : Guru & Pemimpin Redaksi MAS
  Alamat : SMP 13
            Jl. Tentara Pelajar No. 2 Kec. Kutoarjo,
            Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah
  Telp.   : (0275) 641 156


9. DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KABUPATEN PROBOLING-
   GO
  Alamat : Jl. Panglima Sudirman No. 1,
           Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur
  Telp.  : (0335) 421 882


10. UPTD DINAS PENDIDIKAN KEC. GAMBIRAN, KABUPATEN
    BANYUWANGI
  Alamat : Jl. Singosari No. 40
           Wringin Agung, Gambiran, Banyuwangi
  Telp   : (0333) 396 253




                         Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
148                                 Good Practices in Management of Education
Tim Penyusun


        Direktur Program      :      Stuart Weston
        Penasehat             :      Robert Cannon

        Editor                :      Bagus Priambodo
                                     Dewi Listyowati
                                     Edy Priyono
                                     Prima Setiawan

        Tim Penyusun          :      A.R. Asari
                                     Bagus Priambodo
                                     Edy Priyono
                                     Hadi Suwono
                                     Hari Riyadi
                                     Masdjudi
                                     Moh. Najid
                                     Oktin Catur Palupi
                                     Prima Setiawan
                                     Supriyono Koes
                                     Toto Purwanto
                                     Umar Samadhy
                                     Wahyu Daryono
                                     Wiwik Winarsih

        Kontributor           :      Ahmad M. Prasetyo
                                     Akhid Akhnan
                                     Anton Timur
                                     Antonius Suprapto, Kab. Semarang
                                     Anwar Sutranggono
                                     Asmad Hartono, Kab. Probolinggo
                                     Eddy Budiono
                                     Elmi Yahyi, Kab. Semarang
                                     Endang Liliek Utami, Madiun
                                     Ganif Rojikin, Kab. Probolinggo
                                     Hari Wisodo
                                     Kholis Hasyim, Kab. Probolinggo
                                     Nurkiyat A.P, Kab. Magetan
                                     Siran, Kab. Magetan
                                     Suhardi
                                     Suprayogi, Madiun
                                     Suryati, Kab. Magetan
                                     Suyitno, Kab. Probolinggo




Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan
Good Practices in Management of Education
                                                                        149

Contoh Manajemen Sekolah

  • 3.
    PEMETAAN DAN PERENCANAAN PENDIDIKAN - Pengantar - Perencanaan Pendidikan Berbasis Data di Kebumen, Jawa Tengah
  • 5.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan PENGANTAR Salah satu faktor yang menentukan pembangunan bidang pendidikan akan menca- pai sasarannya adalah perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik tentunya mensyaratkan tersedianya dukungan data yang benar-benar mencerminkan keadaan yang sebenarnya (akurat) dan mutakhir. Syarat lain yang tidak kalah pentingnya adalah proses penyusunan yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan daerah, melibatkan seluruh stakeholder pendidikan, dan akuntabel. Perencanaan yang baik dapat dilihat dari dua sisi, yakni : • Substansi isi perencanaan dan proses penyusunannya. Dari sisi substansinya, setidak-tidaknya ada 5 (lima) hal yang perlu mendapat perhatian; - Perencanaan seharusnya sesederhana mungkin namun jelas kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya sehingga mudah dipahami dan diimplementasikan. - Perencanaan harus terukur sehingga mudah untuk dilihat sampai sejauh mana pelaksanaan sesuai dengan perencanaan dan seberapa hasil yang telah dicapai. Pengukuran hanya bisa dilakukan jika cukup tersedia data yang akurat dan mutakhir dari waktu ke waktu. - Isi perencanaan tidak terlalu muluk-muluk dan seyogyanya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat dan sesuai dengan kapasitas daerah untuk melaksanakannya. - Perencanaan harus benar-benar dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Penggunaan data dan informasi yang akurat mutlak diperlukan untuk menjadikan perencanaan dapat diandalkan. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 3
  • 6.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan - Perencanaan harus jelas jangka waktunya (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan atau lebih dari itu). Hal ini diperlukan untuk mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dengan tepat. • Dari sisi proses penyusunannya, perencanaan harus dibuat secara transparan, akuntabel, partisipatif dan aspiratif. Untuk itu, berbagai pihak yang berkepen- tingan dengan pendidikan harus dilibatkan sejak awal proses penyusunan perencanaan. Selain itu, sebelum disahkan menjadi dokumen resmi, perenca- naan perlu dipublikasikan terlebih dahulu ke masyarakat luas melalui media masa lokal dan lokakarya-lokakarya untuk memperoleh masukan-masukan. Jika proses penyusunan seperti dilaksanakan, akan diperoleh kepedulian dan dukungan masyarakat dalam implementasi program dan kegiatan pendidikan. Dengan perencanaan pendidikan seperti ini, pelaksanaan program dan kegiatan pendidikan di daerah akan menjadi lebih efesien dan efektif serta dapat diteri- ma masyarakat secara luas. Kabupaten Kebumen merupakan contoh yang baik. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 4 Good Practices in Management of Education
  • 7.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan PERENCANAAN PENDIDIKAN BERBASIS DATA DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH LATAR BELAKANG Penyelenggara pendidikan di Kabupaten Kebumen merasa perlu mempunyai suatu dokumen perencanaan jangka panjang yang dapat menjadi acuan bagi pelaksanaan program-program pendidikan. Perencanaan tersebut diharapkan dapat memudahkan seluruh jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terpadu, terarah, dan terukur. Selain itu dibutuhkan pula suatu tolok ukur sebagai bahan evaluasi kinerja tahunan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, Kabupaten Kebumen kemudian menyusun Rencana Induk Pengembangan Pendidikan (RIPP) yang mempunyai keterkaitan dengan Renstra Dinas Pendidikan dan sistem perencanaan pemba- ngunan nasional. Dalam menyusun RIPP yang menjadi acuan utama adalah isu-isu strategis bidang pendidikan. Di samping itu penyusunan RIPP juga mengacu pada kebijakan umum pendidikan tingkat nasional dan standar pelayanan minimum bidang pendidikan Propinsi Jawa Tengah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 5
  • 8.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan SITUASI SEBELUM INISIATIF • Di masa lalu sebenarnya sudah ada mekanisme pengumpulan data yang dilakukan pada akhir Agustus setiap tahun. Instrumen pengumpulan data dibuat secara nasional oleh Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional. Selain itu, ada pula pengumpulan data setiap bulan (lapor bulan) yang dimaksudkan untuk pemuta- khiran data. Kuesioner pengumpulan data tahunan dan lapor bulan yang telah diisi oleh setiap SD diserahkan ke Cabang Dinas Pendidikan, sementara SMP dan SMA/SMK menyerahkan kuesioner langsung ke Dinas Pendidikan. • Data yang masuk seringkali terlambat dan tidak akurat. Sering ditemukan data yang diserahkan sama dengan data tahun sebelumnya meskipun sudah ada perubahan-perubahan di sekolah. • Oleh karena tidak akurat dan tidak mutakhir, data yang dikumpulkan tidak pernah dimanfaatkan secara benar untuk penyusunan perencanaan tahunan ataupun rencana program terten- tu. Ketika ada program Bantuan Operasional Sekolah, misalnya, Dinas Pendidikan tidak menggu- nakan data yang dikumpulkan se- cara rutin melainkan harus men- data ulang jumlah sekolah dan siswa dan itupun masih harus direvisi berulang-ulang. Jika sistem pengelolaan data berjalan secara benar, Dinas Pendidikan tidak per- lu repot-repot membuang waktu, Lokakarya Penyusunan RIPP di Kabupaten dana dan tenaga melakukan pen- Kebumen, semua stakeholder dilibatkan. dataan setiap kali dibutuhkan. • Ketiadaan data dan informasi yang akurat dan mutakhir menyebabkan peren- canaan yang dibuat tidak didasarkan pada data. Kalaupun ada, hanya didasarkan pada hasil perkiraan yang ketepatannya diragukan. Alhasil, perencanaan hanya menjadi sebuah dokumen yang tidak pernah dilihat apalagi dijadikan acuan dalam pelaksanaan program dan kegiatan. Umumnya perencanaan bersifat par- sial, temporer, dan tidak berkesinambungan. Seringkali ditemui program tahun berjalan tidak berkaitan atau tidak mengacu pada implementasi perencanaan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 6 Good Practices in Management of Education
  • 9.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan tahun-tahun sebelumnya. Tidak jarang pula terjadi tumpang tindih dan salah sasaran dalam implementasinya. • Di masa lalu penyusunan perencanaan pendidikan hanya dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan tidak melibatkan stakeholder lainnya, sehingga banyak program pendidikan kurang/tidak diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Akibatnya program yang diajukan seringkali tidak mendapat dukungan, baik dari pihak legislatif, maupun masyarakat. Tidak jarang ditemukan, kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah daerah ditolak bahkan diprotes oleh masyarakat. Contohnya, pendirian sebuah SMP Negeri ditolak oleh pemuka-pemuka masyarakat setempat karena di daerah tersebut sudah ada sebuah sekolah sederajat yang bermuatan agama. Hal ini bisa terjadi karena perencana tidak mempunyai data dan informasi serta tidak memahami kondisi nyata tentang kebutuhan masyarakat di daerah itu. Persoalan semacam ini tidak akan terjadi jika sebelumnya tersedia data mengenai berapa jumlah penduduk usia 12-15 yang tidak sekolah dan rencana pendirian sekolah tersebut dibicarakan dan dipublikasikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat setempat. INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Gagasan untuk mengumpulkan data, menganalisis dan membuat pemetaan sekolah secara benar berasal dari Dinas Pendidikan dan Bappeda. Inisiatif itu muncul setelah para pejabat terkait termasuk salah seorang anggota DPRD dari komisi yang membidangi pendidikan mengikuti Lokakarya Pemetaan dan Perencanaan Pendidikan yang diselenggarakan Program MBE. Hal ini didasarkan pada kebutuhan nyata untuk mempunyai data yang akurat dan terkini. Ada kesadaran dan keinginan yang kuat dari penyelenggara pendidikan dan pengambil keputusan kabupaten untuk menyusun rencana pendidikan jangka panjang yang benar-benar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan diterima oleh semua pihak yang berkepentingan dalam pendidikan. Dalam upaya mewujudkan inisiatif tersebut, Dinas Pendidikan dan Bappeda kemudian menyusun strategi: • Pertama, pembentukan tim pemetaan dan perencanaan yang terdiri dari berbagai unsur pemerintah daerah dan masyarakat: Dinas Pendidikan, Bappeda, Bagian Keuangan Setda, Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Kantor Depar- Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 7
  • 10.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan temen Agama, Dewan Pendidikan, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) peduli pendidikan. • Kedua, mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang sudah ada, yakni yang dikeluarkan secara nasional oleh Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara bersama-sama oleh tim melalui sebuah Lokakarya Analisis Hasil Pendataan. Lokakarya ini menghasilkan peta pendidikan di setiap wilayah kecamatan dan rekomendasi program pendidikan ke depan. Ada yang menarik dalam lokakarya ini, yakni pihak-pihak yang berkepentingan dalam pendidikan mempunyai kesempatan untuk mengkoreksi data yang diperoleh. Alhasil, salah satu rekomendasi lokakarya adalah tim perlu melakukan validasi dan verifikasi data. Lokakarya ini memperoleh perhatian dari dan dihadiri oleh para pejabat teras Pemerintah Daerah, termasuk Wakil Bupati dan DPRD. Setelah verifikasi dan validasi data selesai dilaksanakan, kemudian tim menganalisis kembali data tersebut. Berdasarkan data yang sudah valid itu tim menyusun kembali rekomendasi- rekomendasi pengembangan pendidikan. • Untuk memperoleh masukan dari stakeholder pendidikan yang lebih luas, strategi ketiga yang diterapkan Kabupaten Kebumen adalah mendiseminasikan hasil pengumpulan data, analisis dan rekomendasi melalui lokakarya tingkat kabupaten dimana pesertanya terdiri dari berbagai instansi pemerintah dan non pemerintah yang mewakili masyarakat luas. Banyak koreksi dan masukan yang sangat bermanfaat diperoleh dalam lokakarya tersebut. Hasil analisis data dan rekomendasi yang telah dilokakaryakan itu benar-benar dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan jangka panjang (Rencana Induk Pengembangan Pendidikan). Sebanarnya, UU No. 25/2004 tidak mewajibkan daerah membuat rencana jangka panjang dalam bidang tertentu seperti pendidikan. Dinas Pendidikan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan membuat Rencana Strategis SKPD yang berdurasi 5 tahun dan disesuaikan dengan masa jabatan Bupati dan rencana tahunan, yakni Rencana Kerja SKPD. Namun tidak ada larangan membuat RIPP kalau memang dibutuhkan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen memang merasa membutuhkannya. Perbedaan antara Renstra Pendidikan dan RIPP terletak pada cakupan dan masa berlakunya. Renstra mencakup program-program yang menjadi tugas, pokok, dan fungsi Dinas Pendidikan, sementara RIPP mencakup seluruh program-program Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 8 Good Practices in Management of Education
  • 11.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan pendidikan termasuk yang berada di luar tupoksi Dinas Pendidikan. Jangka waktu Renstra Pendidikan adalah lima tahun sementara RIPP setidaknya berlaku sepuluh tahun. Karena cakupannya lebih luas dan waktu berlakunya RIPP lebih lama daripada Renstra Pendidikan, maka RIPP kemudian dijadikan acuan dalam penyusunan Renstra, Renja dan program-program insidental yang datang dari Pemerintah Pusat maupun Provinsi. Kabupaten Kebumen mengawali penyusunan RIPP dengan melaksanakan beberapa pertemuan kecil (focus group discussion) dengan berbagai kalangan masyarakat untuk memperoleh masukan tentang apa sebenarnya visi masyarakat Kabupaten Kebumen dan misi apa yang perlu diemban untuk menggapai visi tersebut. Berdasarkan data yang dapat menggambarkan dengan jelas kondisi pendidikan saat ini dan visi yang merupakan keadaan yang hendak dicapai serta rekomendasi yang menggambarkan kebutuhan masyarakat, maka diperoleh gambaran tentang kesenjangan antara keadaan yang diinginkan dan kondisi saat ini. Dari hasil analisis kesenjangan tersebut timbullah isu-isu strategis bidang pendidikan di Kabupaten Kebumen yang dapat dimasukkan ke dalam beberapa kelompok, yakni akses masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan, mutu pendidikan termasuk jumlah dan mutu guru, sarana dan prasarana pendidikan, serta masalah penge- lolaan pendidikan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Melalui analisis kapasitas dan dikaitkan dengan hasil analisis kebijakan pendidikan Pemerintah Pusat dan Propinsi, ternyata tidak semua isu-isu strategis di atas dapat dijadikan program-program strategis. Prioritas memang harus ditujukan kepada program-program strategis yang mempunyai dampak langsung dalam peningkatan pendidikan karena harus disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya manusia dan keuangan daerah. Program-program strategis tersebut kemudian dirinci ke dalam kegiatan-kegiatan dan pembiayaan dari tahun ke tahun, sehingga jelas kapan suatu tujuan program bisa tercapai dan berapa biaya yang dibutuhkan. Dalam upaya memperoleh masukan dan dukungan masyarakat luas, sama halnya dengan lokakarya hasil pendataan dan analisis data maka strategi keempat yang dilakukan Kabupaten Kebumen adalah mendiseminasikan rancangan RIPP melalui sebuah lokakarya yang dihadiri berbagai kalangan baik pemerintah maupun masyarakat. Sama seperti lokakarya-lokakarya sebelumnya, dalam lokakarya tersebut terlihat bahwa peserta sangat gembira dan antusias karena untuk pertama kalinya mereka dilibatkan dalam kegiatan seperti ini dan sangat meng- harapkan hal ini dapat diteruskan di masa-masa mendatang. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 9
  • 12.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan HASIL YANG DICAPAI • Penyelenggara pendidikan di kabupaten memperoleh umpan balik positif mengenai akurasi data dari para pelaksana pendidikan di kecamatan dan pihak- pihak lain yang mempunyai kepentingan dalam pendidikan. • Masyarakat memperoleh informasi yang benar dan jelas mengenai kondisi dan masalah pendidikan berdasarkan analisis data yang akurat dan mutakhir. • Memperoleh masukan yang sangat bermanfaat tentang bagaimana memecah- kan masalah-masalah pendidikan dan bagaimana membuat kondisi pendidikan di Kabupaten Kebumen menjadi lebih baik. • Dengan melibatkan masyarakat, maka diperoleh dukungan luas atas perenca- naan dan kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah daerah. • Memudahkan pemerintah daerah dalam menyusun rencana strategis, program- program pendidikan tahunan maupun program-program insidental. • Terciptanya penyelenggaraan pendidikan yang lebih transparan, akuntabel, aspiratif dan partisipatif. • Dengan tersedianya dokumen perencanaan yang sistematis dan jelas, memu- dahkan pemerintah daerah dalam melaksanakan program-program pendidikan. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL • Data pendidikan yang bermutu dan terkini dapat diperoleh daerah jika ada kebutuhan, kemauan, dan kebersamaan dalam pelaksanaannya. • Perencanaan berdasarkan data memberikan arahan tentang apa yang sesung- guhnya terjadi di lapangan dan apa yang perlu dilakukan untuk membuat kon- disi pendidikan menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. • Perencanaan berbasis data memungkinkan program-program pendidikan men- jadi lebih efisein dan efektif serta mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalam implementasinya. • Dengan keterlibatan banyak pihak yang peduli dengan pendidikan dapat menumbuhkan penyelenggaraan pendidikan yang transparan, akuntabel, dan mengurangi miskomunikasi antar lembaga di pemerintahan, bahkan justru memperoleh dukungan dari berbagai pihak. • Lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan komite sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam perencanaan pendidikan di daerah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 10 Good Practices in Management of Education
  • 13.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan • Berbagai pihak termasuk masyarakat luas dapat mengawasi jalannya pemba- ngunan pendidikan karena mereka telah mengetahui masalah pendidikan dan rencana program-program pendidikan ke depan. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Pada dasarnya kemungkinan keberlanjutan model pendataan, pemetaan, dan perencanaan seperti yang dilakukan oleh Kabupaten Kebumen tersebut sangat besar, karena: • Sudah menjadi kebutuhan para pengelola pendidikan • Sumber daya, instrumen, dan mekanisme tersedia • Sudah ada kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya data yang bermutu dan terkini sehingga mereka akan selalu menuntut ketersediaan data dan perencanaan pendidikan. • Sudah menjadi tugas rutin Namun keberlanjutan tersebut masih bergantung pada kemauan politik para penyelenggara pendidikan yang diwujudkan ke dalam penyediaan dana untuk pengelolaan data dan penyusunan perencanaan. Dalam hal ini peran Dinas Pendidikan, Bappeda, Sekretariat Daerah, khususnya Bagian Keuangan, dan DPRD sebagai pemegang otoritas menjadi sangat strategis. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Model pendataan, pemetaan, dan perencanaan Kabupaten Kebumen tersebut sangat mungkin untuk diterapkan di daerah-daerah lain karena sudah terbukti banyak manfaatnya, tidak memerlukan struktur baru, dan relatif tidak memerlukan dana yang besar. Namun, sebagaimana halnya dengan keberlanjutan di Kabupaten Kebumen sendiri, kemauan, kesadaran, dan kemauan politik pemegang otoritas pendidikan di daerah-daerah lain sangat menentukan apakah model ini diterapkan atau tidak. Pada kenyataannya bebarapa daerah sudah menerapkan proses pendataan dan pemetaan secara rutin seperti Kabupaten Pacitan, Kota Madiun, Kota Batu, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Nganjuk, dan Kabupaten Situbondo. Bahkan Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Banyumas sudah memulai proses Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 11
  • 14.
    Pemetaan dan PerencanaanPendidikan penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pendidikan model Kabupaten Kebumen. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN Alamat : Jl. Pahlawan No. 175, Kebumen 54311 Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Telp. : (0287) 381 447, 381 289 Fax : (0287) 381 289 2. BAPPEDA KABUPATEN KEBUMEN Alamat : Jl. Veteran No. 2, Kebumen Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Telp. : (0287) 381 570 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 12 Good Practices in Management of Education
  • 15.
    PEMBIAYAAN PENDIDIKAN - Pengantar - Formula Funding: Alokasi Anggaran ke Sekolah Berbasis Formula - Perhitungan Unit Cost di Tingkat Sekolah - Manajemen Keuangan Terpadu di Sekolah-Sekolah Kota Magelang
  • 17.
    Pembiayaan Pendidikan PENGANTAR Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kebijakan di sektor pendidikan. Isu tentang pembiayaan pendidikan meliputi berbagai aspek, mulai dari bagaimana memobilisir dana untuk pendidikan, bagaimana mendistri- busikannya, serta bagaimana mengawasi penggunaannya agar efektif dan efisien. Dari sisi level kebijakan, pembiayaan pendidikan tidak hanya relevan di level pemerintah, tetapi juga di level sekolah. Bagi pemerintah, sangat penting untuk diketahui berapa sebenarnya anggaran yang diperlukan untuk keperluan pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk sekolah. Idealnya, angka ini tidak dengan serta-merta diambil dari peraturan perundang-undangan, tetapi diperoleh dari sebuah perhitungan yang valid. Dalam bahasa populer, kita perlu tahu berapa besar sebenarnya “kue” yang diperlukan. Jika sudah diperoleh gambaran tentang berapa besar “kue” yang diperlukan, persoalan berikutnya adalah bagaimana cara membagi “kue” tersebut. Anggaran pendidikan harus dialokasikan secara adil dan berorientasi pada keperluan pembelajaran siswa. Dalam hal pembiayaan pendidikan, daerah-daerah MBE diarahkan untuk dapat menerapkan berbagai hal tersebut di atas. Daerah diajak untuk menghitung berapa biaya yang diperlukan untuk melayani siswa di sekolah. Daerah juga didorong untuk mengalokasikan anggaran pendidikannya secara transparan dan adil. Yang tidak boleh dilupakan adalah keberadaan sebuah sistem yang menjamin penggunaan dana pendidikan secara akuntabel di tingkat sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 15
  • 18.
    Pembiayaan Pendidikan Ada tigatopik yang dipaparkan di bagian ini, yakni tentang formula funding mengenai unit cost, dan manajemen keuangan terpadu. Di bagian formula fund- ing, ditunjukkan bagaimana proses daerah-daerah MBE menerapkan formula funding yang dipercaya mampu mengalokasikan dana kepada sekolah-sekolah secara lebih adil dan transparan. Di bagian unit cost, dijelaskan tentang urgensi penghitungan unit cost, serta bagaimana daerah-daerah melakukannya untuk kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan kebijakan. Terakhir, dibahas tentang manajemen keuangan sekolah untuk menjamin akuntabilitas keuangan di tingkat sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 16 Good Practices in Management of Education
  • 19.
    Pembiayaan Pendidikan FORMULA FUNDING: ALOKASI ANGGARAN KE SEKOLAH BERBASIS FORMULA LATAR BELAKANG Alokasi anggaran untuk keperluan operasional sekolah sebaiknya dilakukan dalam bentuk uang. Dengan demikian sekolah memiliki kewenangan untuk mengelola dana tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana cara mengalokasikan anggaran tersebut agar sesuai dengan prinsip adil-proporsional (equitable). Adil-proporsional arti- nya sekolah yang secara nyata membutuhkan dana lebih besar akan mendapatkan dana yang lebih besar pula. Di samping itu, pengalokasian anggaran juga harus dilakukan secara transparan. Kriteria dan variabel yang digunakan untuk menentukan alokasi anggaran per sekolah harus diketahui oleh banyak pihak, utamanya sekolah. Dengan demikian, sekolah saling tahu mengapa di antara mereka menerima dana dalam jumlah yang (mungkin) berbeda. SITUASI SEBELUM INISIATIF Pada awalnya pengalokasian berbagai dana bantuan ke sekolah-sekolah tidak menggunakan kriteria tertentu dan untuk mempermudah pembagian cenderung dibagi rata, tanpa mempertimbangkan jumlah murid, luas bangunan, kondisi sosial ekonomi orang tua siswa, dan lain-lain. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 17
  • 20.
    Pembiayaan Pendidikan Selanjutnya, danaoperasional sekolah selama ini hanya didasarkan pada besaran jumlah uang yang ada dengan membandingkan jumlah uang tahun sebelumnya (historical funding system). Misalnya, kalau alokasi dana operasional sekolah saat itu naik 15% maka pembagian dana ke masing-masing sekolah juga dinaikkan 15% dari tahun sebelumnya. Sekolah tidak tahu mengapa menerima sejumlah itu, dan berapa yang diterima sekolah lain. Situasi ini seringkali menimbulkan “kecemburuan”, dipicu oleh penilaian bahwa sekolah tertentu dianggap tidak pantas menerima uang dalam jumlah yang lebih besar. Mekanisme yang tidak transparan juga memicu tumbuhnya situasi yang kurang sehat, ditandai oleh pendekatan-pendekatan personal dalam upaya memperoleh alokasi dana yang lebih besar. Pendekatan personal seperti itu merupakan lahan yang subur bagi tumbuhnya KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Penerapan formula funding diawali dengan “keputusan politik” untuk memutuskan pemakaiannya. Masing-masing daerah memiliki “gaya” tersendiri dalam mengambil keputusan tersebut. Salah satu faktor yang menentukan kecepatan daerah untuk mengadopsi ide formula funding adalah sikap pejabat kunci terhadap ide tersebut. Daerah seperti Kabupaten Kebumen dan Kota Batu1, misalnya, sangat responsif terhadap ide formula funding yang disampaikan oleh Program MBE melalui beberapa lokakarya. Khusus untuk Kabupaten Kebumen, dorongan dari Bapeda sangat besar penga- ruhnya terhadap penerapan formula funding. Setelah keputusan politik diambil, tahap berikutnya bersifat lebih teknis, yaitu: • Dinas pendidikan menginventarisasi dana-dana dan kegiatan/proyek yang diperuntukkan bagi sekolah. Beberapa daerah mengambil jalan “aman” dengan menggunakan formula funding hanya untuk dana yang memang selama ini dialokasikan kepada sekolah (tetapi tidak menggunakan formula). Beberapa daerah lain dengan “berani” melakukan realokasi anggaran dengan cara 1 Saat buku ini disusun Kota Batu memakai formula funding dari APBD-nya, tetapi hanya untuk insentif guru. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 18 Good Practices in Management of Education
  • 21.
    Pembiayaan Pendidikan mengubah peruntukkan anggaran dari proyek/kegiatan tertentu ke dalam anggaran bantuan untuk keperluan operasional sekolah. • Penyusunan formula yang terdiri dari variabel dan bobot masing-masing variabel. Langkah ini dilakukan dengan melibatkan stakeholder pendidikan. Keterlibatan stakeholder pendidikan memang tidak jarang membuat proses penyusunan formula cukup memakan waktu, karena memang tidak mudah menemukan formula yang memuaskan kepentingan semua pihak. Pada umumnya, perdebatan tentang variabel yang akan dipakai dalam formula tersebut akan mengerucut pada beberapa variabel saja, yakni variabel yang memang didukung oleh ketersediaan data yang lengkap dan akurat2. Ada variabel-variabel yang dianggap cukup penting untuk dipertimbangkan, tetapi kemudian harus dikeluarkan karena tidak tersedia data yang akurat dan bisa diandalkan, misalnya: kemiskinan, sekolah terpencil, dsb. • Perdebatan juga biasanya muncul terkait dengan perlakuan untuk sekolah swasta, akan disamakan atau dibedakan dengan sekolah negeri. Perdebatan biasanya bermuara pada kesepakatan, bahwa sekolah swasta juga memperoleh dana melalui formula funding, tetapi tidak sebesar yang diperoleh sekolah negeri. • Setelah diperoleh formula yang dianggap paling adil, formula tersebut kemu- dian disosialisasikan kepada sekolah-sekolah. • Pengalokasian dana dengan menggunakan formula dilakukan setelah dilakukan proses sosialisasi. Sebagian besar daerah menggunakan SK Kepala Dinas sebagai dasar penetapan, beberapa daerah lain (mis: Kota Magelang) menggunakan peraturan yang lebih tinggi, yakni Instruksi Walikota. • Formula funding dievaluasi variabel dan bobotnya untuk disempurnakan setiap tahun. Perlu dicatat, bahwa variabel dan bobot dalam formula hanya merupa- kan acuan untuk alokasi, bukan acuan penggunaan dana. 2 Setiap variabel yang dipakai dalam formula funding memerlukan data kuantitatif untuk setiap sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 19
  • 22.
    Pembiayaan Pendidikan - Contohformula: Contoh Formula yang Digunakan Oleh Kota Magelang untuk SD/MI Contoh di atas menunjukkan beberapa hal sbb: - Variabel yang mendapatkan bobot terbesar (40%) adalah jumlah murid. - Ada perbedaan antara formula yang dipakai pada tahun 2003 dengan yang dipakai pada tahun 2005. Hal itu merupakan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan. Dua perbedaan yang dimaksud adalah: (1) Pada tahun 2003 dana untuk sekolah swasta dijadikan satu dengan dana untuk sekolah negeri, sedangkan pada tahun 2005 dana tersebut dipisah, (2) Variabel penghargaan prestasi dan sekolah inti tidak lagi digunakan pada tahun 2005. - Dari formula tahun 2003 (ketika dana untuk sekolah negeri dan swasta digabung) terlihat jelas bahwa sekolah swasta akan memperoleh dana yang lebih sedikit dibandingkan sekolah negeri, karena ada dua komponen alokasi yang sekolah swasta tidak mendapatkannya, yakni jumlah siswa dan sekolah inti. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 20 Good Practices in Management of Education
  • 23.
    Pembiayaan Pendidikan HASIL YANGDICAPAI Hasil yang segera terlihat setelah penerapan formula funding adalah pengalokasi- an dana bantuan untuk sekolah bisa dilakukan secara transparan dan relatif adil, karena sudah memperhitungkan beban relatif sekolah (dibanding sekolah lain) untuk melayani siswa serta beberapa aspek lain. Secara lebih spesifik, penggunaan formula funding memberikan manfaat bagi Pemda/Dinas Pendidikan maupun bagi sekolah. Manfaat bagi Pemda dan Dinas Pendidikan: • Lebih mudah dan efisien mengalokasikan dana ke sekolah. • Mengurangi beban Dinas Pendidikan dalam pengelolaan keuangan. • Mendorong terciptanya transparansi dalam pengalokasian dana, sehingga meminimalkan peluang terjadinya KKN. Manfaat bagi sekolah: • Potensi konflik antar sekolah dan konflik internal menjadi sangat rendah • Peluang melaksanakan MBS secara lebih baik, karena diberi fleksibilitas dalam penggunaan dana • Membuka peluang partisipasi masyarakat lebih tinggi. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Paparan di atas menunjukkan bahwa formula funding mampu mengalokasikan dana APBD untuk sekolah secara lebih adil dan transparan. Titik kritis penerapan model formula funding terletak pada pengambilan keputusan politik untuk penggunaannya. Oleh karena itu, jika inisiatif untuk mengimplementasikan for- mula funding berasal dari “luar”, proses advokasi untuk meyakinkan Pemda ten- tang kebaikan model ini merupakan langkah yang sangat menentukan. Penerapan formula funding memunculkan suatu risiko adanya beberapa sekolah yang akan menerima uang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya (mis: ketika digunakan metode “sama rata”). Hal ini merupakan potensi masalah yang jika diabaikan akan menimbulkan ketidakpuasan di kalangan sekolah tertentu. Dalam kondisi demikian, jalan tengah bisa diambil seperti yang dilakukan oleh Kota Magelang. Seiring dengan penerapan formula funding, ada jaminan bahwa sekolah akan menerima dana minimal sama dengan dana yang diperoleh tahun sebelum- nya. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 21
  • 24.
    Pembiayaan Pendidikan KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Keberlanjutanmetode alokasi dana dengan menggunakan formula sangat tergantung pada level peraturan yang menjadi dasar penetapannya. Jika penetapan dilakukan melalui SK Kepala Dinas, keberlanjutannya sangat tergantung kepada dinamika kebijakan Kepala Dinas dan juga kemungkinan mutasi Kepala Dinas. Jika penetapan dilakukan dengan peraturan yang lebih tinggi, misalnya SK Bupati/ Walikota, keberlanjutannya akan lebih terjaga. Pendanaan Sekolah yang Adil dan Terbuka Pendanaan yang mencukupi merupakan hal penting untuk memberdayakan sekolah dan menunjang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dana haruslah dialokasikan secara adil, proporsional (equitably) dan dikelola secara transparan oleh sekolah sendiri. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Sebagaimana disinggung di atas, pengadopsian model formula funding sangat tergantung pada pengambilan keputusan politik di level Dinas/Pemda. Jika Pemda/Dinas mau menerapkan, secara teknis formula funding tidak sulit untuk dilaksanakan. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 22 Good Practices in Management of Education
  • 25.
    Pembiayaan Pendidikan Banyak daerahyang memberi kewenangan kepada Dinas untuk mengalokasikan dana ke sekolah. Dalam kondisi demikian, pengambilan keputusan sebenarnya bisa dilakukan secara lebih mudah dan cepat, atau dengan kata lain peluang untuk mengadopsi model formula funding menjadi lebih besar. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. DINAS PENDIDIKAN KOTA MAGELANG Alamat : Jl. Alibasyah Sentot Prawirodirjo No. 6 Kota Magelang – Jawa Tengah Telp. : (0293) 368 540 Fax : (0293) 368 540 2. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KEBUMEN Alamat : Jl. Pahlawan No. 175, Kebumen 54311 Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah Telp. : (0287) 381 447, 381 289 Fax : (0287) 381 289 3. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 75 Kabupaten Banyumas – Jawa Tengah Telp : (0281) 635 220 4. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PACITAN Alamat : Jl. Dewi Sartika No. 17 Kabupaten Pacitan – Jawa Timur Telp : (0357) 881 042 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 23
  • 26.
    5. DINAS PENDIDIKANKABUPATEN PURWOREJO Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo No. 69 Kabupaten Purworejo – Jawa Tengah Telp. : (0275) 321 112 Fax : (0275) 322 274 6. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PATI Alamat : Jl. Panglima Sudirman 1B, Pati Kabupaten Pati – Jawa Tengah Telp. : (0295) 381 421 Fax : - 7. DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU Alamat : Jl. Raya Bukit Berbunga No. 13, Sidomulyo, Kota Batu – Jawa Timur Telp : (0341) 704 6500
  • 27.
    Pembiayaan Pendidikan PERHITUNGAN UNIT COST DI TINGKAT SEKOLAH LATAR BELAKANG Sumber keuangan sekolah dapat berasal dari berbagai pihak. Sebelum adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah memperoleh dana dari masyarakat atau biasa disebut iuran komite sekolah. Diberbagai daerah APBD kabupaten/kota juga memberikan dana ke sekolah dengan nama dana operasional sekolah, dana alokasi sekolah, dan lain sebagainya. Untuk menjamin bahwa dana operasional sekolah dari APBD diberikan secara adil dan proporsional biasanya dilakukan pembagian dengan formula funding. Yang terjadi kemudian walaupun semakin tinggi jumlah dana yang diberikan ke sekolah kebutuhan sekolah juga semakin meningkat. Dari peristiwa-peristiwa tersebut diperlukan suatu perhitungan minimal kebutuhan operasional sekolah (unit cost), sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan jumlah dana ke sekolah perlu ditambah, baik dari sumber APBD maupun masyarakat, atau dialihkan untuk keperluan pendidikan selain operasional. Untuk menentukan kebutuhan yang ideal semestinya sekolah dapat melakukan perhitungan, tetapi agar perhitungan tersebut menggambarkan kebutuhan yang sebenarnya dan bukan hanya keinginan, perlu dilibatkan pihak-pihak terkait agar dapat memberikan pendapat dan mengurangi subyektifitas sekolah. Perhitungan yang partisipatif sangat perlu dilakukan agar hasil perhitungan dapat diterima berbagai pihak. Dengan ada patokan biaya minimal yang dijadikan landasan untuk merumuskan biaya operasional, dapat digunakan sebagai sarana menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam peningkatan mutu sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 25
  • 28.
    Pembiayaan Pendidikan SITUASI SEBELUMINISIATIF Selama ini Dinas Pendidikan dalam menentukan anggaran pendidikan tidak berdasarkan argumentasi yang kuat sehingga anggaran pendidikan dapat mengalami kelebihan atau kekurangan. Ada kecenderungan dana APBD untuk pendidikan sudah meningkat dari tahun ke tahun tetapi kebutuhan sekolah juga semakin bertambah. Disisi lain dengan adanya dana BOS menimbulkan anggapan sekolah tidak memerlukan lagi dana dari APBD maupun masyarakat. Sehingga perlu diciptakan suatu acuan yang dapat digunakan bersama untuk menentukan kebutuhan minimal opersional sekolah. INISIATIF DAN STRATEGI 1. Tahapan Proses Perhitungan unit cost yang partisipatif adalah suatu kegiatan untuk menghitung standar pelayanan minimal pendidikan yang melibatkan Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, Bappeda, Bagian Keuangan Setda, Depag, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah, LSM, DPRD, Dinas P dan K kabupaten/Kota, UPTD. Di Kabupaten Kebu- men PGRI dilibatkan dalam proses ini. • Perhitungan pertama dilakukan dalam suatu workshop sehari yang melibatkan pihak-pihak tersebut di atas, diawali dengan pembahasan tentang makna dari standar pelayanan minimal, dan batasan-batasannya. Perhitungan dilakukan dari unsur sekolah yang diambil dari sekolah negeri dan swasta dengan kualifikasi besar sampai dengan kecil, sekolah SSN, tipe sekolah pedesaan, pantai, perkotaan, dan pegunungan. Dilandasi pemikiran tipe sekolah yang berbeda membutuhkan jenis komponen biaya yang berbeda. Komite Sekolah, LSM, dan unsur yang lain bergabung dalam kelompok diskusi sekolah. • Dari hasil perhitungan di lokakarya, nilai angka yang diperoleh dibahas oleh suatu tim untuk mendapat kesepakatan awal angka dan komponen yang menggambarkan realitas kebutuhan sekolah. Setelah tim mendapat gambaran yang lebih jelas, tim memanggil kembali beberapa kepala sekolah yang terlibat diperhitungan pertama untuk menghitung ulang. • Perhitungan kedua melibatkan lebih sedikit kepala sekolah dengan komposisi mewakili sekolah kecil dan sekolah besar, bersama-sama dengan tim. Perhitungan lebih difokuskan lagi agar komponen yang masuk memang kebu- tuhan minimal biaya operasional sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 26 Good Practices in Management of Education
  • 29.
    Pembiayaan Pendidikan 2. Strategi •Untuk menunjang kelancaran dan rupanya ada pihak yang bertanggungjawab terhadap hasil perhitungan, maka dibentuklah suatu tim yang bertugas melakukan perhitungan unit cost. Tim ini bersifat lintas instansi, karena masa- lah unit cost tidak cukup diputuskan di Dinas Pendidikan dan untuk menjamin partisipasi dari seluruh stakeholder. • Dinas Pendidikan cukup berhati-hati menentukan wakil sekolah (kecil, sedang dan besar). Dewan Pendidikan membantu memilih peserta dari LSM yang me- miliki kepedulian di bidang pendidikan dan menentukan peserta dari komite sekolah yang memiliki perhatian cukup dan mewakili komite sekolah kecil, sedang, dan besar. • Dalam pelaksanaan perhitungan ada penekanan perhitungan untuk biaya ope- rasional sekolah di luar kebutuhan gaji, bukan biaya investasi dan penggadaan barang yang termasuk investasi. • Walaupun yang dihitung adalah unit cost per siswa minimal, faktor penting yang tetap diperhatikan adalah komponen biaya yang masuk ke dalam biaya minimal pendidikan tetap memperhitungan kegiatan belajar mengajar yang bermutu, dan memperhatikan peningkatan mutu siswa dan guru. Pengawas dan Kepala Sekolah Dinas Pendidikan, BAPPEDA, dan menyusun Unit Cost dan Klasifikasi Depag bersama-sama melakukan Sekolah klasifikasi sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 27
  • 30.
    Pembiayaan Pendidikan HASIL YANGDICAPAI Diperoleh angka kebutuhan minimum biaya operasional pendidikan tingkat sekolah per bulan per siswa. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL • Sekolah memiliki pedoman dan mempermudah proses penyusunan RAPBS dan RPS • Masyarakat dapat melakukan kontrol lebih mudah • Pemerintah daerah lebih mudah menentukan dana alokasi sekolah • Dengan metode perhitungan yang partisipatif, angka hasil perhitungan lebih akuntabel. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Hasil perhitungan unit cost adalah angka yang hidup. Setiap saat hasil perhitungan mengalami perubahan disesuaikan dengan harga barang di pasar, biaya-biaya yang meningkat dan juga pengaruh ekonomi yang lainnya. Dengan adanya pengalaman perhitungan unit cost yang pertama dan komponen biaya telah ditentukan, perhitungan selanjutnya lebih mudah. KEMUNGKINAN DISEBARLUASKAN Adanya dana BOS menimbulkan anggapan sekolah tidak memerlukan lagi dana dari APBD. Angka unit cost dapat digunakan sebagai acuan untuk menetapkan jumlah dana yang masih harus ditentukan dari APBD. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 28 Good Practices in Management of Education
  • 31.
    Pembiayaan Pendidikan Contoh yangBaik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 29
  • 32.
    Pembiayaan Pendidikan ALAMAT KONTAK 1.DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURBALINGGA Alamat : Jl. Let. Jend. S. Parman Kabupaten Purbalingga – Jawa Tengah Telp. : (0281) 891 004 Fax : (0281) 891 004 2. DINAS PENDIDIKAN KOTA MAGELANG Alamat : Jl. Alibasyah Sentot Prawirodirjo No. 6 Kota Magelang – Jawa Tengah Telp. : (0293) 368 540 Fax : (0293) 368 540 3. DINAS PENDIDIKAN KOTA MADIUN Alamat : Jl. Mastrip No 21 Kota Madiun – Jawa Timur Telp. : (0351) 462 247 Fax : (0351) 494 922 4. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PURWOREJO Alamat : Jl. Mayjen Sutoyo No. 69 Kabupaten Purworejo – Jawa Tengah Telp. : (0275) 321 112 Fax : (0275) 322 274 5. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN KEBUMEN Alamat : Jl. Pahlawan No. 175, Kebumen 54311 Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah Telp. : (0287) 381 447, 381 289 Fax : (0287) 381 289 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 30 Good Practices in Management of Education
  • 33.
    Pembiayaan Pendidikan 6. DINASPENDIDIKAN KABUPATEN PATI Alamat : Jl. Panglima Sudirman 1B, Pati Kabupaten Pati – Jawa Tengah Telp. : (0295) 381 421 Fax : - Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 31
  • 35.
    Pembiayaan Pendidikan MANAJEMEN KEUANGAN TERPADU DI SEKOLAH-SEKOLAH KOTA MAGELANG LATAR BELAKANG Pengalokasian dana ke sekolah oleh Dinas Pendidikan Kota Mage- lang dengan sistem formula funding yang menggunakan berbagai varia- bel disertai dengan pembobotan- nya, mencerminkan asas keadilan dan transparan dalam pengelolaan keuangan. Pengalokasian dana ke sekolah diberikan dalam bentuk Dinas Pendidikan Kota Madiun berkun- direct funding (langsung ke sekolah) jung ke Magelang, membahas prospek untuk mewujudkan desentralisasi penerapan manajemen keuangan terpadu. pendidikan dan mendorong seko- lah untuk menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) secara baik, melalui kewenangan mengelola keuangan secara mandiri dan fleksibel. SITUASI SEBELUM INISIATIF Gambaran pengelolaan keuangan sekolah sebelum menerapkan sistem ini: • Sumber pendanaan dan anggaran belanja sekolah diadministrasikan terpisah sesuai dengan sumber dana yang diperoleh sekolah. • Laporan pertanggungjawaban keuangan sekolah hanya diberikan kepada pemberi dana sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 33
  • 36.
    Pembiayaan Pendidikan • Fleksibilitaspenggunaan dana rendah dan tidak sesuai dengan skala prioritas yang dibuat oleh sekolah, karena masing-masing sumber dana sudah ada ketentuan penggunaannya. • Perencanaan dan penyusunan anggaran sekolah tidak disertai dengan tolok ukur keberhasilan (kinerja ) sehingga output (keluaran) dan outcome (hasil) sekolah menjadi tidak jelas. • Tidak ada pertanggungjawaban pengelolaan keuangan sekolah kepada publik. • Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah tidak mencerminkan seluruh anggar- an pendapatan dan belanja sekolah. INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Proses lahirnya kebijakan manajemen keuangan sekolah terpadu: • Dinas Pendidikan Kota Magelang mulai tahun 2002 mengalokasikan dana ke sekolah dengan sistem formula funding dan diberikan secara “direct funding“. • Kewajiban sekolah setelah itu, mengelola dana yang diterima, dimulai dari merencanakan penggunaan anggaran, menyusun program kegiatan sekolah berdasarkan visi dan misi sekolah, menggunakan anggaran untuk melaksanakan program kegiatan sekolah, serta mempertanggung jawabkannya. • Dinas Pendidikan berpikir, agar berbagai dana yang diterima oleh sekolah dapat dikelola secara efektif, efisien, tranparan, dan akuntabel, serta menjamin kesinambungannya, diperlukan sistem pengelolaan keuangan sekolah sebagai landasan operasional. • Dinas Pendidikan Kota Magelang selanjutnya membentuk Tim untuk menyusun kebijakan tentang Manajemen Keuangan Sekolah. • Langkah awal Tim untuk menghasilkan rancangan sistem manajemen keu- angan sekolah, melakukan diskusi dan pertemuan dengan melibatkan unsur DPRD, Bapeda, Bagian Keuangan Pemda Kota Magelang, dan Dinas pendidikan. Pertemuan juga menyepakati pentingnya ada regulasi yang mengatur tentang manajemen keuangan sekolah sebagai payung hukum dalam mengelola keuangan sekolah. • Penyusunan dan pematangan sistem dalam bentuk draft Instruksi Walikota tentang manajemen keuangan sekolah. • Penetapan dan Penerbitan Instruksi Walikota: Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 34 Good Practices in Management of Education
  • 37.
    Pembiayaan Pendidikan Nomor: 900/34/122 Tahun 2003 tentang “MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH KOTA MAGELANG DENGAN PENDEKATAN KINERJA“. • Untuk melaksanakan instruksi tersebut, Dinas Pendidikan Kota Magelang melakukan beberapa langkah: a. Melaksanakan sosialisasi ke semua sekolah dan stakeholders pendidikan. b. Melaksanakan pelatihan kepala sekolah dan bendahara sekolah tentang manajemen keuangan sekolah c. Melaksanakan asistensi (pembimbingan) tentang - Penyusunan RAPBS - Perubahan APBS - Perhitungan APBS d. Koreksi penyusunan APBS e. Verifikasi pelaksanaan APBS HASIL YANG DICAPAI Implikasi ditetapkannya Instruksi Walikota Magelang nomor: 900 tahun 2003 mengikat stakeholders pendidikan untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Perlu dipahami bahwa yang dimaksud manajemen keuangan sekolah dengan pendekatan kinerja adalah suatu sistem manajemen keuangan sekolah secara terpadu dalam upaya penyelenggaraan atau penata usahaan keuangan sekolah yang digunakan untuk mengukur kinerja sekolah dan kepala sekolah dalam mengelola sumber daya sekolah serta dana yang dimiliki sekolah guna mencapai visi dan misi sekolah. Instruksi Walikota Magelang Nomor 900 Tahun 2003, menetapkan beberapa hal penting yaitu: 1. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) Ketentuan yang mendasar tentang RAPBS, meliputi: a. Struktur, merupakan satu kesatuan terdiri dari pendapatan sekolah, dan belanja sekolah. Pendapatan sekolah meliputi semua penerimaan sekolah dalam satu tahun pelajaran. Belanja sekolah meliputi semua pengeluaran sekolah dalam satu tahun pelajaran. b. Susunan kode sekolah, merupakan kode sekolah dalam penyusunan APBS ( format ini ada dalam lampiran ). Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 35
  • 38.
    Pembiayaan Pendidikan c. Pendapatan sekolah, meliputi: penerimaan dari pemerintah, penerimaan dari masyarakat, sisa tahun lalu, dan lain-lain pendapatan yang sah. Format susunan pendapatan sekolah beserta kode rekeningnya tercantum dalam lampiran. d. Belanja sekolah, terdiri dari Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik. Tiap-tiap bagian belanja dibagi menjadi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal. Format serta kode rekeningnya ada pada lampiran. e. Surplus dan defisit anggaran, kelebihan atau kekurangan realisasi anggaran terhadap rencana anggaran 2. Penyusunan Renstra/ RIPS yang berujung RAPBS • Rencana strategi (Renstra), berdasarkan Renstra, sekolah bersama komite sekolah menyusun strategi dan prioritas program, penyusunan strategi dengan tujuan: a. Menyusun perencanaan program dan kegiatan lebih efektif dan efisien. b. Mengembangkan kesesuaian antara arah dan kebijakan dengan program dan kegiatan yang direncanakan. c. Mengembangkan kekuatan dan peluang sekolah. d. Mengatasi kelemahan dan tantangan sekolah. e. Mencari dukungan untuk mencapai keberhasilan. • Usulan program, kegiatan dan anggaran a. Strategi dan prioritas Renstra, sebagai pedoman dalam penyusunan usul- an program, kegiatan, dan anggaran. b. Usulan program, kegiatan dan anggaran disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja, dituangkan dalam format lampiran dan dituangkan dalam anggaran sekolah. • Anggaran sekolah, anggaran sekolah berdasarkan pendekatan anggaran kinerja terdiri dari: a. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Tugas Pokok dan Fungsi Sekolah b. Program sekolah c. Kegiatan per program d. Ringkasan Anggaran e. Rekapitulasi Anggaran Pendapatan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 36 Good Practices in Management of Education
  • 39.
    Pembiayaan Pendidikan f. Anggaran Pendapatan per Kegiatan g. Rekapitulasi Anggaran Belanja h. Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung i. Anggaran Belanja Langsung per Kegiatan j. Rekapitulasi Anggaran Belanja Tidak Langsung • Penetapan APBS, RAPBS yang tertuang dalam anggaran sekolah disampai- kan kepala sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang untuk dimintakan persetujuan pejabat yang berwenang. Penyampaian RAPBS disertai surat keputusan kepala sekolah dan ketua komite sekolah. Format SK kepala sekolah dan ketua komite sekolah ada pada lampiran. 3. Penyusunan Perubahan APBS • Perubahan APBS dilakukan sehubungan dengan: - Kebijakan pemerintah pusat, daerah dan atau sekolah yang bersifat strategis. - Penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan yang ditetapkan. - Terjadinya kebutuhan yang mendesak. • Hal-hal yang melatar belakangi terjadinya perubahan APBS dibahas bersa- ma komite sekolah. • Mekanisme dan tata cara perubahan APBS sama dengan mekanisme dan tata cara penyusunan APBS. 4. Penatausahaan Keuangan Sekolah, berisi tentang tugas pejabat peme- gang kas serta kewajibannya, tugas kepala sekolah sebagai penanggung jawab pengelolaan keuangan sekolah, mekanisme penerimaan dan pengeluaran kas, pengelolaan barang dan jasa, serta sistem akuntansi sekolah. 5. Pelaporan Keuangan Terpadu Dana sekolah yang berasal dari berbagai sumber, direncanakan penggunaannya dalam satu dokumen yang disebut APBS, dan kemudian digunakan oleh sekolah untuk membiayai kegiatan pendidikan. Selanjutnya sekolah mempunyai kewa- jiban untuk melaporkan penggunaan keuangan sekaligus melaporkan penca- paian target kinerjanya. Beberapa ketentuan yang ada di dalam pelaporan ini adalah: • Setiap akhir bulan sekolah wajib menyampaikan Laporan Keuangan kepada Walikota Magelang c.q. Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang, tembusan disampaikan kepada Kepala Badan Pengawasan Kota Magelang dan Kepala Bagian Keuangan Pemerintah Kota Magelang. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 37
  • 40.
    Pembiayaan Pendidikan • Laporan keuangan sekolah menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja. • Setelah tahun anggaran berakhir, kepala sekolah menyusun laporan per- tanggungjawaban keuangan sekolah yang berupa perhitungan APBS. • Format-format laporan keuangan tercantum dalam lampiran. 6. Penyusunan Perhitungan APBS Beberapa ketentuan penting dalam bab ini adalah: • Setelah tahun anggaran berakhir, sekolah dilarang melakukan pengeluaran yang akan membebani tahun ajaran berjalan, dan semua buku akuntansi ditutup. • Semua transaksi yang terjadi setelah berakhirnya tahun pelajaran berkenaan dimasukkan sebagai transaksi tahun anggaran berikutnya. • Perhitungan APBS disusun menurut urutan susunan APBS setelah peru- bahan. • Mekanisme penetapan perhitungan APBS sama dengan mekanisme penetap- an APBS. 7. Pembinaan dan Pengawasan • Pembinaan pengelolaan keuangan sekolah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota Magelang dan Kabag. Keuangan Pemerintah Daerah Kota Magelang dalam bentuk pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, supervisi, dan evaluasi serta verifikasi di bidang pengelolaan keuangan sekolah. • Pengawasan, untuk menjamin pencapaian sasaran, Komite Sekolah melaku- kan pengawasan atas pelaksanaan APBS, pengawasan bukan bersifat peme- riksaan. Untuk menjamin efisiensi dan efektivitas pengelolaan dilakukan oleh Bawasda dan pengawas lain yang berhak melakukan fungsi pengawas- an pengelolaan keuangan sekolah. 8. Ketentuan – ketentuan lain Berisi hal-hal yang berkaitan dengan pembuatan laporan pertanggungjawaban: • Belanja sekolah agar mendasarkan pada APBS yang sudah mendapatkan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 38 Good Practices in Management of Education
  • 41.
    Pembiayaan Pendidikan persetujuan serta mengacu pada standarisasi harga yang ditetapkan Walikota Magelang. • Petunjuk teknis dan rambu-rambu pembuatan laporan pertanggung jawaban keuangan sekolah. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL • Dengan pelaporan keuangan terpadu memudahkan pihak–pihak terkait untuk melakukan pengawasan terhadap penggunaan keuangan sekolah. • Dapat dihindari duplikasi penggunaan anggaran sekolah. • Sekolah dapat menyusun program lebih komprehensif dan tidak sepotong – sepotong. • Sekolah lebih bertanggung jawab terhadap perencanaan anggaran, penggu- naan anggaran, dan hasil pendidikan. • Instruksi Walikota Magelang Nomor 900 tahun 2003, menjamin keberlang- sungan sistem pengelolaan keuangan sekolah karena mengikat Pemda, Dinas Pendidikan, dan seluruh sekolah di Kota Magelang. • Konflik internal di lingkungan sekolah dapat diminimalkan, sehingga mendukung terciptanya iklim sekolah yang kondusif, iklim yang sangat dibutuhkan agar sekolah mengoptimalkan kinerjanya. • Instruksi Walikota Magelang, sangat membantu sekolah dalam penatau- sahaan keuangan sekolah. • Membuka peluang partisipasi masyarakat yang lebih tinggi, karena tingkat kepercayaan masyarakat pada sekolah semakin tinggi. • Mendorong sekolah untuk senantiasa menerapkan manajemen sekolah yang partisipatif, transparan dan akuntabel. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Kemungkinan keberlanjutan sistem pengelolaan keuangan sekolah di Kota Magelang ini sangat tinggi karena telah memiliki dasar hukum yang kuat , yaitu: • Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah. • Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 39
  • 42.
    Pembiayaan Pendidikan Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah. • Instruksi Walikota Magelang Nomor 900/34/122 Tahun 2003 tentang Manajemen Keuangan Sekolah Kota Magelang Dengan Pendekatan Kinerja. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Model pengelolaan keuangan sekolah di Kota Magelang ini memungkinkan untuk dilaksanakan di daerah lain, karena model ini memiliki dokumen tertulis yang dengan mudah dapat dipelajari oleh fihak lain. Disamping melalui dokumen tertulis pihak–pihak yang berminat dapat belajar langsung ke Dinas Pendidikan Kota Magelang dan sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Magelang. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. SUMARTONO, SE., MM. Jabatan : PLT Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang Alamat : Jl. Sentot Alibasa Prawirodirjo No. 6 Kota Magelang – Jawa Tengah Telp. : (0293) 368 540 Fax : (0293) 368 540 2. SALEH APRIANTO, SE Jabatan : Kasubag. Keuangan Dinas Pendidikan Kota Magelang Alamat : Jl. Sentot Alibasa Prawirodirjo No. 6 Kota Magelang – Jawa Tengah Telp. : (0293) 368 540 Fax : (0293) 368 540 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 40 Good Practices in Management of Education
  • 43.
    MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) -Pengantar - Penyusunan RIPS Dengan Melibatkan Stakeholder - Kreativitas Kepala Sekolah Dasar dan Madrasah Dalam Mengelola Sekolah - Peran Kepala Sekolah Menengah Pertama Dalam Memajukan Manajemen dan Pembelajaran - Kreativitas Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru
  • 45.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) PENGANTAR Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu program yang dikembangkan di sekolah-sekolah binaan MBE. Banyak sekolah yang telah berhasil melaksanakan MBS namun ada juga sekolah-sekolah yang belum berhasil. Beberapa ciri yang muncul pada sekolah-sekolah yang telah berhasil adalah sebagai berikut: 1. Upaya peningkatan peran serta Komite Sekolah, masyarakat, DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) untuk mendukung kinerja sekolah; 2. Program sekolah disusun dan dilaksanakan dengan mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar (kurikulum), bukan kepentingan administratif saja; 3. RIPS dan RAPBS yang disusun bersama yayasan, komite, masyarakat dipajang- kan, dan mudah diakses akan menciptakan prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya sekolah (anggaran, personil dan fasilitas); 4. Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi lingkungan sekolah walau berbeda dari pola umum atau kebiasaan; 5. Menjamin terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawab kepada masyarakat; 6. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah; 7. Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang; 8. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaan program sekolah (misal: KS, guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat,dll); 9. Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 43
  • 46.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Secara ringkas perubahan pola manajemen pendidikan lama (konvensional) ke pola baru (MBS) dapat digambarkan sebagai berikut: Pergeseran pola manajemen Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 44 Good Practices in Management of Education
  • 47.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) PENYUSUNAN RIPS DENGAN MELIBATKAN STAKEHOLDER LATAR BELAKANG Perkembangan sekolah agar menjadi lebih baik tergantung dari beberapa hal. Salah satu yang terpenting adalah bagaimana merencanakan program-program sekolah, dan siapa yang terlibat didalam penyusunan tersebut. Program biasanya disusun dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan Sekolah (RIPS) yang tetap mengacu pada visi dan misi sekolah. Perencanaan sebaiknya tidak dibuat terlalu muluk-muluk, dan tetap berpijak pada kondisi yang sesungguhnya. Jika menilik stakeholder sekolah, maka bukan kepala sekolah dan guru saja, serta yayasan (jika swasta) yang harusnya merencanakan RIPS. Orang tua siswa yang diwakili Komite Sekolah, serta orangtua yang peduli terhadap jalannya pendidikan, berhak untuk ikut menyumbangkan keahliannya dalam membantu jalannya perencanaan sekolah ini. Perencanaan sebaiknya dibuat bersama secara partisipatif antara pihak sekolah (kepala sekolah dan guru), bersama dengan stakeholder (pihak yang berkepenting- an lainnya), misalnya: komite sekolah, tokoh masyarakat, dan pihak lain yang peduli pendidikan di sekitar sekolah. Dengan melibatkan mereka, sekolah telah menunjukkan sikap keterbukaan dan siap bekerjasama. Hal tersebut akan meningkatkan rasa memiliki, serta dapat mengundang simpati sehingga masya- rakat akan merasa senang memberikan dukungan atau bantuan yang diperlukan sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 45
  • 48.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) SITUASI SEBELUM INISIATIF • Program sekolah (RIPS) disusun sepihak oleh kepala sekolah dan sebagian guru, di SD swasta bersama pengurus yayasan • RIPS belum diinformasikan secara terbuka kepada semua orangtua • Perencanan dan penggunaan dana sekolah pada umumnya dicurigai, dan dikomplain/dikeluhkan penggunaannya oleh wali murid • Hanya RAPBS yang disebarkan ke orangtua, belum dipajang secara terbuka kepada umum • Tidak adanya program secara terencana, berkesinambungan, dan berlanjut dalam mengadakan kegiatan proses pembelajaran. INISIATIF & STRATEGI PELAKSANAAN Maksud dan Tujuan • Melalui proses perencanaan yang partisipatif, sekolah dan seluruh stakeholder dapat memformulasikan kebutuhan dan kegiatannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program; • Meningkatkan kerjasama antar warga sekolah yang merupakan faktor pendukung dalam keberhasilan pelaksanaan program, sehingga dengan terjalinnya kerjasama antar berbagai pihak, manajemen sekolah lebih terbuka dan akuntabel serta beban sekolah semakin/lebih ringan POLA PIKIR PENYUSUNAN Prinsip dan Pendekatan • Niat baik sekolah untuk lebih membuka diri terhadap stakeholder • Duduk bersama antara kepala sekolah, guru, komite, dan masyarakat untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah dan menghitung biayanya (kepedulian masyarakat terhadap pendidikan mulai tumbuh) • Mengajak anggota stakeholder sekolah lainnya untuk dapat berpartisipasi menyumbangkan pikiran dalam merencanakan pengembangan sekolah • Mengajak anggota stakeholder sekolah untuk saling memantau program sekolah Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 46 Good Practices in Management of Education
  • 49.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Tahap Pelaksanaan • Mengundang Yayasan, Komite sekolah, Kepala Sekolah, guru dan wakil pagu- yuban kelas. • Membahas visi dan misi (yang operasional) sekolah secara bersama • Merumuskan harapan sekolah yang terkait dengan proses pembelajaran oleh guru dan komite, serta pembangunan sarana dan prasarana sekolah oleh yayasan. • Menganalisa kondisi kini, harapan dan kesenjangan sekolah. • Menyusun program untuk jangka pendek 1 tahun, kemudian menengah 3 tahun, berdasarkan hasil – hasil di atas • Proses ini dilakukan secara bertahap dengan melibatkan fasilitator sebagai pendamping pada setiap proses. Kepala Sekolah secara aktif berkonsultasi dengan fasilitator daerah sebagai pembimbing jika menghadapai masalah HASIL YANG DICAPAI • RIPS dan RAPBS yang disusun bersama yayasan, komite, masyarakat dipajang- kan, dan mudah diakses • Kepala Sekolah dan guru, merasa makin mudah untuk mendekati orangtua siswa jika merasa ada kebutuhan tambahan/insidentil di luar RAPBS. • Orangtua siswa merasa lebih percaya kepada pengurus sekolah, dan merasa makin dekat dalam hubungan kekeluargaan. • Peningkatan Peran Serta Masyarakat baik dalam dana, sumbangan material (bahan belajar), sumbangan tenaga (penyediaan kendaraan untuk kunjungan belajar/study visit) dan pemikiran (narasumber pelajaran ekstrakurikuler dan pengembangan pembelajaran) Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 47
  • 50.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel dan melibatkan banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program sekolah bersama-sama dengan para guru dan masyarakat. Rencana sekolah dan RAPBS dipajangkan agar bisa dilihat semua pihak PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL • Bagaimana merubah paradigma bahwa sekolah hanya boleh “dikelola” oleh Yayasan dan Kepala Sekolah, menjadi “mengajak” komite dan wakil orangtua untuk dapat memikirkan rencana dan kemajuan sekolah secara bersama-sama • Pola penyampaian rencana penyusunan program dan kebutuhan sekolah secara kekeluargaan, menghasilkan target yang melebihi perkiraaan semula • Dengan keterbukaan dari pihak sekolah, mengurangi kecurigaan pihak masya- rakat, dan malah menghasilkan peningkatan PSM • Rasa memiliki dari stakeholder sekolah semakin tinggi, karena mereka dilibat- kan mulai tahap perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan dan monitor- ing. SDN 1 Magetan, adalah sekolah dasar negeri yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan, dimana sebagian besar pendanaan sekolah didapat dari Pemerintah Pusat (BOS) dan APBD (gaji dan operasional). Perencanaan dibuat bersama Kepala Sekolah, Guru, Komite, dan wakil Paguyuban Kelas. Suasana partisipatif dan transparan terasa benar dalam pelaksanaan perencanaan dan implementasi program. Hal yang biasanya ditabukan untuk dibuka, malah menjadikan masyarakat bersemangat untuk berperan serta meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 48 Good Practices in Management of Education
  • 51.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Sangat tinggi, dengan masyarakat menjadi terbiasa dengan partisipasi dan transparansi, maka sulit jika dihentikan, karena tuntutan akan selalu muncul makin tinggi. Penyusunan perencanaan sekolah dengan pola tersebut pada akhirnya menjadi sebuah sistem. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Sangat tinggi, karena pola ini sangat mudah direplikasikan. Yang menjadi kendala adalah sikap dan paradigma manusia yang berada di jabatan itu (Kepala Sekolah/ Ketua Yayasan) RIPS dan RAPBS dipajangkan Ketua Yayasan, Kepala Sekolah sehingga mudah diakses oleh publik dan Komite sedang menyusun RIPS dan RAPBS Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 49
  • 52.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) SDI Al Chairiyah Banyuwangi adalah Sekolah Dasar Islam yang dikembangkan oleh Yayasan Al Chairiyah, sedangkan SD IT Baitul ‘Izzah Nganjuk adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu yang dikembangkan oleh Yayasan Pendidikan Islam Baitul ‘Izzah. Sebagai sekolah swasta, sebagian besar pendanaan sekolah didapat dari Pemerintah Pusat ( BOS) dan iuran dari orangtua murid. Perencanaan dibuat bersama pengurus Yayasan, Kepala Sekolah, Guru, Komite, dan wakil Paguyuban Kelas. Seiring dengan keter- bukaan pihak sekolah, sering muncul usulan program kegiatan dari orang- tua murid yang diikuti dengan kesiapan orangtua untuk mendanai program tersebut. Misal di SDIT Baitul ’Izzah program study tour sesuai dengan kurikulum direncanakan oleh orangtua siswa beserta guru, semua biaya ditanggung oleh orangtua. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI Alamat : Jl. KH. Agus Salim No. 5 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi – Jawa Timur Telp. : (0333) 424 680 Fax : (0333) 424 080 2. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAGETAN Alamat : Jl. Karya Dharma 79 Magetan Kabupaten Magetan – Jawa Timur Telp. : (0351) 895 037 Fax : (0351) 895 037 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 50 Good Practices in Management of Education
  • 53.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) 3. DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN NGANJUK Alamat : Jl. Demo Joyo No. 19 Kode Pos 64418 Kabupaten Nganjuk – Jawa Timur Telp. : (0358) 321 667 Fax : (0358) 326 477 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 51
  • 55.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) KREATIVITAS KEPALA SEKOLAH DASAR DAN MADRASAH DALAM MENGELOLA SEKOLAH LATAR BELAKANG Kepemimpinan di sekolah merupakan faktor penting dalam melaksanakan pro- gram sekolah dan memobilisasi seluruh sumberdaya sekolah. Pemimpin di sekolah adalah kepala sekolah, yang memiliki fungsi sebagai pemimpin dan juga sebagai manajer. Sebagai pemimpin Kepala sekolah berfungsi memobilisasi dan memberdayakan sumber daya yang ada, sebagai manajer Kepala Sekolah berfungsi mengkoordinasikan dan menyerasikan sumberdaya untuk mencapai tujuan. Dalam praktiknya kepala sekolah dapat menjadi contoh dan panutan, dapat mendistribusikan tugas di sekolah sesuai dengan kapasitas, ada kesamaan pola pikir dan pola tindak antara pemimpin dengan warga sekolah dan masyarakat, mengoptimalkan peran serta pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholder), program sekolah yang terencana, terlaksana, dan terpantau dengan baik, tranparansi dan akuntabilitas kinerja sekolah. Kondisi tersebut akan membawa kebersamaan dalam membangun iklim kondusif di sekolah. Berikut adalah salah satu contoh kreativitas kepala sekolah yang mengelola sekolah dengan mengorganisasi seluruh sumber daya. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 53
  • 56.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) SITUASI SEBELUM INISIATIF Sekolah-sekolah dasar dan madrasah yang dibina oleh MBE, dipaparkan dalam tulisan ini misalnya MIN Tegal Asri Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, SDN Tangkil 1 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, SDN Ngepung 1 Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo, SDN 2 Wonokriyo Kecamatan Gombong Kebumen, dan SDN Temenggungan Kabupaten Banyuwangi, pada awalnya memiliki kondisi sebagai berikut: • Umumnya pola kepemimpinan sekolah masih top-down; • Manajemen sekolah masih tertutup; • Keuangan tidak transparan; • Perencanaan sekolah kurang jelas; • Masyarakat hanya diperankan sebagai sumber dana; • Kesadaran akan pentingnya pendidikan dari berbagai pihak masih rendah, seperti ditunjukkan oleh kondisi berikut: orang tua, komite, dan pihak lain kurang peduli akan kondisi sekolah, semangat guru rendah, masyarakat sekitar sekolah termasuk wali siswa tidak peduli terhadap sekolah. INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Pengembangan mutu pengelolaan sekolah menuntut peran kepala sekolah yang efektif dan efisien, utamanya pola kepemimpinan dan kerjasama yang solid dengan stake holder. Perbaikan kinerja kepala sekolah dasar dan madrasah mula-mula adalah kepala sekolah sebagai tenaga potensial dalam pengelolaan sekolah mampu memberikan teladan terutama dalam kedisiplinan, misalnya dengan datang di sekolah lebih awal. Kepala sekolah mampu memberikan tanggung jawab kepada guru dan stakeholder sesuai dengan kapasitas dan perannya. Perencanaan pro- gram sekolah dilakukan bersama-sama dengan komite dan orang tua siswa. Pelaksanaan program dan evaluasi keberhasilannya juga dilakukan secara bersama- sama dengan komite dan orang tua siswa. RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) juga disusun bersama antara Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, dan orangtua siswa, bahkan RAPBS ini dipajangkan. Perubahan manaje- men sekolah seperti ini berdampak pada tingginya kepercayaan masyarakat terhadap sekolah. Jadi prinsip perubahan manajemen sekolah adalah mampu mengorganisasi sumber daya serta dilandasi perubahan alur berpikir terutama Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 54 Good Practices in Management of Education
  • 57.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) pada pemberian tanggung jawab kepada guru dan stakeholder sebagai mitra dalam pengembangan sekolah. Prinsip dan Pendekatan Usaha peningkatan mutu pendidikan di sekolah membutuhkan peran kepe- mimpinan kepala sekolah dan kerjasama yang baik antar warga sekolah dan warga masyarakat yang terkait (stakeholder). Oleh karena itu, pola kepemimpinan yang efektif dan partisipatif sangat diperlukan. Hal ini sejalan dengan prinsip otonomi sekolah. Dalam praktiknya, pengelolaan sekolah harus mempertimbangkan berba- gai potensi, baik potensi warga sekolah dan potensi warga masyarakat yang dapat dijangkau untuk dijalin kerjasama yang sinergis. Pola sinergi berbagai potensi dalam pengelolaan pendidikan akan berdampak pada hal berikut: munculnya kepemimpinan yang partisipatis, demokratis, dan fleksibel; adanya tranparansi dan akuntabilitas berbagai hal di lingkungan sekolah itu sendiri; adanya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sekolah; adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengontrolan kinerja sekolah di berbagai sisi; dan memunculkan iklim belajar yang baik. Tahap Pelaksanaan Untuk mencapai kemajuan yang diinginkan beberapa sekolah memiliki kreativitas yang bervariasi. MIN Tegal Asri di Kabupaten Blitar misalnya merupakan sebuah madrasah yang terletak di desa. Karena dekat kandang sapi masyarakat menyebut madrasah ini dengan sebutan “MIN Kandang Sapi”. Untuk meningkatkan mana- jemen sekolah, Kepala Madrasah melakukan terobosan sebagai berikut: • Berusaha agar setiap hari datang di sekolah berlomba dengan siswa agar tidak kedahuluan mereka; • Menyusun program sekolah yang jelas berdasarkan visi, misi, dan tujuan yang akan dicapai; • Menginventarisasi kebutuhan pembelajaran dan kebutuhan sekolah lewat pertemuan dengan guru dan pihak terkait untuk bisa menyusun RIPS dan pro- gram kerja jangka pendek serta RAPBS; • Membentuk beberapa wakasek dengan tugas dan peran yang berbeda tetapi saling mendukung ketercapaian program sekolah; Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 55
  • 58.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) • Mengkreatifkan pengumpulan sumber dana dan daya dalam mendukung pro- gram sekolah; • Melibatkan komite, tokoh masyarakat, dan wali murid dalam mencapai visi dan misi sekolah • KKG sekolah untuk mengefektifkan pembelajaran; • Mengaktifkan guru melalui pelatihan dalam pengembangan profesional. Hal yang sama juga dilakukan oleh SDN Tangkil 1 Wlingi Kabupaten Blitar. Kepala Sekolah “mengajak dan memberi contoh” tidak “memerintah”. Kepala sekolah mengupayakan suasana agar semua warga merasa “Sekolahku adalah Istanaku” yaitu dengan cara: transparan dalam hal keuangan, program-program dikembang- kan secara musyawarah dan dipertanggungjawabkan bersama. Melibatkan masya- rakat dalam pengelolaan proses pendidikan, baik tenaga, keahlian, dana, maupun pemikiran, sehingga tumbuh rasa “ikut memiliki”. SDN Ngepung Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo memulai inovasi dengan menggerakkan masyarakat, antara lain: • Meningkatkan kesadaran para orang tua murid untuk membayar iuran sekolah dan biaya pendidikan anak-anaknya di sekolah secara sukarela (sebelum ada BOS) • Siswa menyisihkan uang sakunya mulai dari Rp 100,- sampai dengan Rp 500,- yang dinamakan ‘uang loker’ • Mengupayakan dana bantuan SBMP (dulu), donatur, dan orang tua asuh dari dermawan dan pengusaha yang ada di Desa Ngepung dan sekitarnya. • Untuk meningkatkan dukungan masyarakat secara berkelanjutan sekolah melakukan Pencanangan gerakan penanaman ‘Pisang MBS’. Masing- masing murid wajib memiliki tanaman pisang di rumahnya. Jika buah pisangnya sudah tua, para murid wajib mengirimkan buah pisangnya ke sekolah. • Gerakan ‘Pisang MBS’ rupanya menyentuh kesadaran aparat Desa Ngepung untuk membantu pendidikan di wilayahnya. Kepala Desa beserta para perang- katnya dan BPD (Badan Perwakilan Desa) bersama-sama telah melahirkan Peraturan Desa Nomor 6 tahun 2002. Isinya, setiap orang yang berurusan dengan Pemerintah Desa Ngepung, secara ‘sukarela’ membeli mini- mal selembar Kupon Pendidikan. Selembar Kupon Pendidikan berharga Rp 500,-. Jika dana sudah terkumpul, keuangannya diserahkan kepada Komite Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 56 Good Practices in Management of Education
  • 59.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Sekolah. Di tingkat kecamatan ada gerakan bersama, yaitu masing-masing desa berkewajiban mengeluarkan dana pendidikan sebesar Rp 1.000.000,- untuk diserahkan kepada sekolah. Keuangan itu berasal dari dana perimbangan desa. • Keterlibatan masyarakat sebagai sumber belajar sudah mulai dirintis melalui berbagai macam aktivitas, di antaranya: menghadirkan kiai/ustadz pada peringatan hari besar islam, mengundang stakeholders (seperti camat, kapolsek, danramil, kepala kantor pos, ketua komite sekolah, pengawas sekolah, kepala cabang dinas kecamatan, kepala dinas kabupaten, dan kepala desa) untuk menjadi pembina upacara bendera hari senin dan diteruskan sebagai nara sum- ber bagi para siswa untuk diwawancarai; mengundang para pengrajin sebagai nara sumber belajar di sekolah, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti Petugas PPL memberi penjelasan tentang cara penanaman pisang dan prospeknya, PKK desa memberi keterampilan tentang cara membuat minuman pokak khas Tengger dan membuat keripik mbothe (talas); Patroli Keamanan Sekolah (PKS), menghadirkan instruktur dari pihak kepolisian, bahkan waktu itu yang hadir dan ikut melatih murid-murid adalah Kapolsek sendiri tentang Kesehatan Sekolah/UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), sekolah telah berupaya menghadirkan petugas kesehatan dari Balai Desa dan Petugas Puskesmas. Di antara berbagai usaha yang dilakukan sekolah, keunggulan proses manajemen yang dilakukan sekolah adalah menempatkan masyarakat sebagai pengontrol sekolah yang diawali dengan keterbukaan sekolah (transparansi manajemen) khususnya di bidang keuangan. Hal-hal tersebut dilakukan sekolah dengan cara: • Melibatkan pengurus Komite Sekolah dan stakehoders; • Pemilihan pengurus komite sekolah tidak lagi secara aklamasi, tetapi sudah dilakukan pemilihan secara langsung dan bebas, layaknya seperti pemilihan persiden dan wakil presiden saat ini; • Memberikan keleluasaan dan penyerahan wewenang Pengurus Komite Sekolah secara utuh, yaitu kontrol keuangan langsung dilakukan oleh anggota komite sekolah secara terbuka. Hasilnya dilaporkan secara lisan maupun dipajang dipapan pengumuman di luar ruangan; • Melibatkan masyarakat dalam kegiatan sekolah, seperti kegiatan tutup tahun pelajaran, pelatihan, rekreasi, retreat, dan studi banding; • Melibatkan seluruh pengurus Komite Sekolah dan masyarakat stakeholders dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi visi, misi, tujuan sekolah, program sekolah, dan RIPS/RAPBS; Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 57
  • 60.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) • Memajangkan visi, misi, tujuan, program sekolah, dan RIPS/RAPBS beserta realisasi pelaksanaannya. HASIL YANG DICAPAI Kehadiran program MBS telah membangkitkan semangat baru dan pola pikir yang kreatif-inovatif, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan pen- didikan. Hasil yang dicapai oleh tindakan ini amatlah banyak. Pengelolaan seko- lah dengan memberdayakan potensi warga sekolah dan warga masyarakat (stake- holder) mendorong arah dan tujuan sekolah menjadi jelas dan bermakna. Berbagai tanggung jawab pada semua warga sekolah sesuai dengan kemampuan masing- masing bidang berjalan dengan baik. Program sekolah jangka panjang dituangkan dalam bentuk RIPS. RIPS dan RAPBS disusun secara partisipatif dan berjenjang. Program sekolah dilaksanakan sesuai RIPS dan RAPBS, dan keberhasilannya dievaluasi secara bersama-sama. Dari sisi kepemimpinan sekolah muncul kesadaran bahwa kinerja KS dalam pe- ngelolaan sekolah terpantau melalui indikator kinerja yang telah tercantum, misal transparansi program, transparansi keuangan, dan disiplin. Tupoksi kepala sekolah adalah penting dan strategis, kerja sama adalah kata kunci menuju ke keberhasilan pengelolaan sekolah. Pembagian kerja secara merata dan proporsional akan memunculkan sinergi berbagai potensi sekolah dan potensi masyarakat. HAL YANG DAPAT DIPELAJARI Pengelolaan sekolah dengan memberdayakan potensi warga sekolah dan warga masyarakat (stakeholder) memberikan sebuah refleksi bahwa komitmen bersama dalam melakukan perubahan adalah hal utama dalam pengelolaan sekolah. Pengelolaan sekolah akan lebih bermakna apabila kepala sekolah mampu memberi contoh dan mampu bermitra kerja dengan warga sekolah dan warga masyarakat. Hal tersebut juga memberikan wawasan baru bagi warga sekolah dan warga masyarakat. Masyarakat menjadi paham dan ada kemungkinan pelibatan poten- sinya. Penyadaran masyarakat atas pentingnya peran masyarakat ini adalah hal terpenting. Kepala Sekolah “mengajak dan memberi contoh” tidak “memerintah”. Kepala sekolah mengupayakan suasana agar semua warga merasa “Sekolahku adalah Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 58 Good Practices in Management of Education
  • 61.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Istanaku” yaitu dengan cara: Transparan dalam hal keuangan, program-program dikembangkan secara musyawarah dan dipertanggungjawabkan bersama. Melibat- kan masyarakat dalam pengelolaan proses pendidikan, baik tenaga, keahlian, dana, maupun pemikiran, sehingga tumbuh rasa “ikut memiliki”. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Budaya kepemimpinan yang partisipatif dan demokratis serta kerjasama yang solid antar warga sekolah dan warga masyarakat dapat dikembangkan secara terus menerus. Keterlibatan semua komponen juga memberikan harapan bahwa apa yang telah dilakukan akan terus berjalan meskipun terjadi pergantian kepala sekolah. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Penyebarluasan model kreativitas kepala sekolah bisa dilakukan melalui forum MKKS atau oleh Dinas Pendidikan, karena pada dasarnya hal itu tidak sulit dilakukan, asal ada kemauan. Kepala sekolah mendorong guru untuk menciptakan dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 59
  • 62.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Kepala sekolah melakukan Kepala sekolah medukung supervisi kelas untuk mendorong inovasi oleh guru. Dalam hal ini dan mendukung pelaksanaan orang tua siswa membantu PAKEM. Dia duduk membantu guru di kelas anak belajar. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. SYAIFUL RIDWAN MUHDI, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : MIN Tegalasri Jl. Mastrip No. 39 Sumber Arum-Tegal Asri, Wlingi Kabupaten Blitar – Jawa Timur Telp. : - 2. SRI SUMARTINI Jabatan : Kepala Sekolah Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 60 Good Practices in Management of Education
  • 63.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) Alamat : SDN Tangkil I Jl. Kepundung, Tangkil, Wlingi Kabupaten Blitar – Jawa Timur Telp. : - 3. Drs. NANANG Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Ngepung I Desa Ngepung, Kec. Sukapura Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur Jawa Timur Telp. : (0335) 581 082 3. KRESNIWIYATI Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Wonokriyo 2 Jl.Irian 72 Kec. Gombong, Kabupaten Kebumen – Jawa Tengah Telp. : - 4. Dra. BAROROTIN Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Temenggungan Jl. Jogopati No. 49 Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur Telp. : (0333) 418 337 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 61
  • 65.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) PERAN KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MEMAJUKAN MANAJEMEN DAN PEMBELAJARAN LATAR BELAKANG Kepemimpinan merupakan bagian penting dan mendasar dalam manajemen dan sekaligus sebagai motor penggerak (mobilisator) dalam pelaksanaan program MBS, PSM, dan PAKEM di SMP. Berbeda dengan SD yang memiliki jumlah warga sekolah relatif kecil, SMP memiliki jumlah warga sekolah yang relatif banyak. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan yang lebih efisien. Sekolah yang memiliki pemimpin dimana memiliki kepemimpinan yang efisien, efektif dan berdaya guna akan maju lebih cepat. Kerjasama merupakan hal yang juga tidak kalah penting dalam manajemen sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan dan program sekolah bisa berjalan secara efektif sesuai yang diharapkan. Oleh sebab itu sekolah perlu bekerjasama, baik antar warga sekolah maupun sekolah dengan stakeholder. Konsep kepe- mimpinan sebaik apapun, tetapi dalam aplikasinya tidak ada kerjasama yang baik dengan warga sekolah dan stakeholders, maka hasilnya kurang efektif. SITUASI SEBELUM INISIATIF Sekolah-sekolah yang dibantu oleh MBE dipaparkan dalam tulisan ini misalnya SMP Negeri 1 Maospati Magetan, SMP Negeri 1 Banyuwangi, dan SMP Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Semarang, pada awalnya memiliki kondisi: • Kepemimpinannya masih top-down artinya pola intruksinya masih dominan; • Manajemen sekolah masih tertutup dan laporan pertanggungjawabannya kepada komite sekolah masih terbatas; • Peran Serta Masyarakat (PSM) hanya terfokus pada penggalian dana, dimana hal itu merupakan sisa-sisa paradigma lama (yang dulu kita kenal dengan BP3); Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 63
  • 66.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) • Orang tua dan komite sekolah kurang peduli (apatis) dengan kondisi sekolah; • Pembelajaran yang masih monoton, artinya pembelajaran yang dilakukan masih konvensional/tradisional sehingga inovasi-inovasi dalam pembelajaran sangat kurang (variatif); • Program MBS, PSM, dan PAKEM tidak/kurang mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, dikarenakan pemahaman yang kurang dari pihak guru dan komite sekolah maupun masyarakat; INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Strategi Dalam rangka mewujudkan MBS dan PSM kepala sekolah memiliki beberapa kiat sukses yaitu: • Keberanian kepala sekolah melakukan perubahan yaitu memunculkan kepe- mimpinan yang partisipatif, demokratis dan fleksibel; • Berpikir logis dalam melakukan perubahan; • Melaksanakan pola kemitraan dalam melakukan perubahan; • Pengambilan kebijakan dengan pola partisipatif; • Memberikan kebebasan berinovasi kepada warga sekolah; • Adanya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan sekolah; • Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pendidikan khususnya dalam pembelajaran; • Adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi pendidikan; • Penerapan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM). Tahap Pelaksanaan Usaha yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan kualitas manajemen sekolah bervariasi. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 64 Good Practices in Management of Education
  • 67.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) SMP Negeri 1 Banyuwangi melakukan pembenahan manajemen sekolah dengan proses sebagai berikut: • Transparansi program sekolah dan pengelolaan keuangan melalui pemajangan RAPBS sekolah; • Pemberdayaan Komite Sekolah, misalnya komite sekolah menangani perbaikan lantai di 18 kelas tanpa adanya campur tangan pihak sekolah, pengurus komite sekolah menjadi guru pengganti matpel IPA, bimbingan UAN ditangani langsung oleh Komite Sekolah, RPABS disusun bersama oleh sekolah, komite sekolah dan ketua paguyuban Kelas; • Pemberdayaan Paguyuban Kelas, misalnya pembenahan fisik kelas dilakukan secara langsung oleh paguyuban kelas. Paguyuban kelas membantu siswa saat KBM di luar kelas (khususnya memberikan bantuan transportasi pada mata pelajaran IPA, IPS, Penjas); • Menjalin kerja sama dengan Ponpes; terbentuknya Ponpes SMP Negeri 1 Banyuwangi; • Menjalin kerja sama dengan dunia industri, percetakan, dan masyarakat; pengecatan lapangan basket oleh Teh Botol Sosro dan sekolah mendapat ban- tuan bola basket, pengecatan ruang koperasi sekolah oleh Coca Cola, sekolah mendapat bantuan kaos untuk ekstrakurikuler drumband, sekolah mendapat bantuan kitab suci, sekolah mendapat bantuan finansial saat pelatihan PAKEM; • Pembiasaan; setiap pagi kecuali hari Jum’at sebelum KBM siswa diwajibkan membaca kitab suci, Jum’at sebelum KBM siswa melakukan kegiatan “Obstime”, setiap hari 15 menit setelah jam terakhir siswa melakukan kegiatan “demen maca” (suka membaca), kelas 7 dan 8 ada tambahan jam perpustakaan 2 jam per minggu yang dipandu oleh guru yang kurang layak mengajar, Dua bulan sekali pelaksanaan apresiasi seni oleh guru BK. SMP Negeri 1 Magetan dan SMP Negeri 1 Ambarawa Kabupaten Semarang me- mulai inovasi dengan beberapa kegiatan yaitu: • Melakukan rapat koordinasi dengan guru dan karyawan/wati dalam rangka sosialisasi program dan strategi pengembangannya; • Pendelegasian tugas kepada warga sekolah sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya yang didasarkan pada kemampuannya masing-masing; Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 65
  • 68.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) • Optimalisasi fungsi-fungsi manajemen, sehingga pelaksanaan program kerja diawali dari perencanaan sampai evaluasi; • Menggalang kerjasama dengan warga sekolah/stakeholders dalam kegiatan apa- pun; • Mengadakan studi banding antar sekolah binaan MBE maupun non-binaan serta sekolah di luar daerah; • Pemberdayaan alumni karena alumni merupakan aset sekolah dalam mengem- bangkan pendidikan. HASIL YANG DICAPAI Hasil yang dicapai oleh sekolah-sekolah yang telah menjalankan MBS mengalami kemajuan dalam hal pengelolaan maupun proses dan hasil belajar, antara lain: • Warga sekolah mampu mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan dan pembelajaran; • Munculnya kepemimpinan yang partisipatif, demokratis, dan fleksibel; • Adanya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan sekolah; • Adanya peran serta masyarakat dalam pendidikan khususnya dalam pembela- jaran; • Adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan MONEV (monitoring dan evaluasi) pendidikan; • Adanya pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; • Adanya peningkatan prestasi siswa; • Adanya bantuan dari paguyuban memberikan les (pelajaran tambahan) pada siswa. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Pelajaran yang dapat diambil dari pengalaman SMP yang telah menerapkan MBS adalah: • Kepala sekolah telah berfungsi sebagai Educator, Motivator, Administrator, Su- pervisor, Leadership, Inovator, dan Managerial; Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 66 Good Practices in Management of Education
  • 69.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) • Adanya kepercayaan dari warga sekolah/stakeholder; • Warga sekolah dapat mengembangkan potensinya; • Mampu menjalin kerjasama dengan warga sekolah/stakeholder; • Adanya keterbukaan oleh warga sekolah. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Budaya kepemimpinan yang partisipatif dan kerjasama yang solid dapat dikem- bangkan secara terus menerus. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Dalam upaya pengembangan mutu pendidikan, maka peran kepala sekolah sangat besar, utamanya pola kepemimpinan dan menjalin kerjasama yang solid dengan warga sekolah/stakeholders, sehingga apa yang menjadi program pendidikan di sekolah, stakeholders mempunyai rasa memiliki program dan bertanggung jawab atas program yang direncanakan. Pengalaman pengelolaan sekolah di SMPN 1 Maospati, SMP 1 Banyuwangi, dan SMP 1 Ambarawa sangat memungkinkan untuk disebarluaskan dan diterapkan di sekolah-sekolah baik di kecamatan ataupun kabupaten/kota lain. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. Drs. NURKIYAT AP., MM. Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN 1 Maospati Desa Kraton Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan - Jawa Timur Telp. : (0351) 869 157 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 67
  • 70.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) 2. Drs. SUJANTO Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN I Banyuwangi Jl. A. Yani 74 Kec. Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur Telp. : (033) 421 964 3. ANTONIUS SUPRAPTO, S.Pd. Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN 1 Ambarawa. Jl. Bandungan No. 42, Ambarawa, Kabupaten Semarang - Jawa Tengah Telp. : (0298) 591 093 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 68 Good Practices in Management of Education
  • 71.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) KREATIVITAS KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU LATAR BELAKANG Kepala sekolah perlu mengupayakan kerja sama tim yang kompak/kohesif dan cerdas, membuat saling terkait dan terikat antar fungsi dan antar warganya serta menumbuhkan solidaritas/kerjasama/kolaborasi dan bukan kompetisi, sehingga terbentuk iklim kolektivitas yang dapat menjamin kepastian hasil/output sekolah. Dalam meningkatkan mutu sekolah, kepala sekolah perlu memusatkan perhatian pada pengelolaan proses belajar mengajar sebagai kegiatan utamanya, dan memandang kegiatan-kegiatan lain sebagai penunjang/pendukung proses belajar mengajar. Karena itu, pengelolaan proses belajar mengajar dianggap memiliki tingkat kepentingan tertinggi. Peningkatan kinerja sekolah terutama kinerja guru menjadi kunci utama keberha- silan proses belajar mengajar. Sebagai sebuah lembaga pendidikan sekolah tidak seharusnya menutup diri terhadap perkembangan–perkembangan yang menyang- kut kemajuan pembelajaran. Keterbukaan menerima informasi dari berbagai pihak dapat meningkatkan wawasan dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Agar tercipta iklim yang kondusif untuk pembelajar- an kepala sekolah tidak hanya berfungsi sebagai manajer tetapi juga berfungsi sebagai edukator, administrator, leader, inovator, supervisor, dan organisator. Fungsi-fungsi ini sangat signifikan pengaruhnya pada peningkatan kinerja guru. Oleh sebab itu pengelolaan guru harus menciptakan suasana kesejawatan serta tetap memiliki target-target yang jelas dan terukur. Untuk itulah perlu kami sajikan beberapa upaya pengelolaan sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yang telah dilakukan di beberapa kabupaten yang menjadi binaan MBE yaitu : SDN Ploso 2, SMPN 1 Leces dan SMPN 2 Gending. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 69
  • 72.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) SITUASI SEBELUM INISIATIF Situasi sekolah-sekolah sebelum berinisiatif untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembangnya kreativitas pembelajaran di kelas pada umumnya hampir serupa, yaitu: • Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru-guru masih belum menunjukkan target yang jelas; • Guru mengajar hanya mengejar target kurikulum dengan mengabaikan proses pembelajarannya; • Produk siswa sebagai bukti hasil belajar sangat terbatas dan tidak dipajangkan; • Kepala sekolah jarang/tidak melakukan monitoring proses belajar mengajar dalam kelas; • Rapat dewan guru yang membahas proses pembelajaran atau KKG mini jarang dilakukan; • Rapat dengan komite sekolah untuk membahas proses pembelajaran hampir tidak pernah dilakukan; • Guru mengajar dengan ceramah dan ketersediaan sumber belajar terbatas; • Untuk SMP pertemuan guru mata pelajaran yang serumpun dalam satu sekolah jarang dilakukan. Kalaupun dilakukan suasananya tidak menggairahkan dan tidak ada produk yang dihasilkan. INISIATIF & STRATEGI PELAKSANAAN Strategi Pelaksanaan Peningkatan kapasitas dan kinerja guru dipandang cara yang sangat efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan Inovasi • Kegiatan diawali dengan pelaksanaan pelatihan yang diikuti oleh semua unsur sekolah khususnya guru terkait dengan pengembangan kapasitas guru dalam pembelajaran (pelatihan PAKEM untuk SD dan SMP, CTL untuk SMP saja). • Sekolah mengadakan rapat bersama yang diikuti semua staf sekolah dan dipimpin oleh Kapala Sekolah untuk membahas RTL (Rencana Tindak Lanjut) yang telah dan disepakati dalam pelatihan. Hal yang dibahas meliputi target, waktu, penanggung jawab, dan pelaksana. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 70 Good Practices in Management of Education
  • 73.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) • Kepala Sekolah memonitor guru mengajar di kelas. Hal ini sangat efektif karena akan mempengaruhi motivasi guru mengajar, baik dari sisi kehadirannya maupun pembuatan persiapan guru dalam mengajar. Kesiapan RP, pengor- ganisasian kelas, penyiapan alat peraga, hasil karya siswa yang diharapkan, dll. • Sekolah mengadakan KKG Mini yaitu pertemuan semua guru dan kepala sekolah untuk membahas permasalahan yang ditemui di dalam kelas dalam pembelajaran, disepakati alternatif solusi kemudian dievaluasi pada pertemuan berikutnya. Tetapi forum ini juga tidak menutup kemungkinan membicarakan masalah di luar pembelajaran sangat tergantung pada persoalan sekolah. Pertemuan ini dilaksanakan rata – rata 2 kali dalam satu bulan. Contoh: Di SMPN 11 Madiun, guru membuat RP setiap minggu dan dikumpulkan pada Kepala Sekolah pada hari Jum’at untuk dikoreksi • Kepala Sekolah mengkomunikasikan kebijakan yang telah diambil sekolah kepada komite dan melibatkan secara aktif komite sekolah untuk bersama sama membahas program sekolah. Keterlibatan komite ini sangat meringankan beban sekolah dan meningkatnya rasa memiliki komite pada sekolah. Sebagai konsekuensi dari program yang bersifat uang dan material orang tua siswa akan dengan senang hati memberikan kontribusi. Contoh: SDN Ploso 2 di Pacitan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bidang seni, meminjamkan seperangkat alat musik (band) beserta pelatihnya secara gratis. • Sekolah memanfaatkan dan mengalokasikan dana-dana yang masuk ke sekolah misalnya PSBMP, BKM, dan BOS untuk menunjang peningkatan kinerja guru, pengiriman guru mengikuti KKG gugus, penyediaan alat peraga, perlengkapan perangkat yang lain dalam kelancaran pembelajaran (tempat pajangan dan sudut baca kelas). • Sekolah melaporkan hasil belajar dan prestasi siswa kepada orang tua/wali murid. Hal ini dilakukan pada akhir semester setahun sekali dengan tujuan untuk mendapatkan kritik, saran, dan masukan guna perbaikan selanjutnya. Dapat dilihat di SDN Ploso 1 Kab. Pacitan. • Sekolah mengambil kebijakan untuk memanfaatkan jumlah guru yang lebih, termasuk guru sukwan dengan menggunakan metode pembelajaran, untuk kelas 1, 2, 3 guru kelas sedangkan kelas 4,5,6 guru mata pelajaran. Kebijakan ini diharapkan akan lebih memacu pencapaian kompetensi pada setiap mata pelajaran yang ada. • Baca senyap, dilaksanakan setiap hari 3 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai, dilakukan tidak hanya oleh siswa tetapi juga semua staf sekolah baik Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 71
  • 74.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) KS maupun guru. Baca senyap telah dilaksanakan di SDN Ngepung, Kabupaten Probolinggo 1 maupun SMP Negeri 6 Kota Madiun. • Siswa tandang, yaitu pada waktu tertentu beberapa siswa diajak masuk kesekolah lain untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan oleh gurunya guna mendapatkan pengalaman belajar bersama dengan sekolah lain. Diharapkan dengan pengalaman ini siswa di sekolahnya dapat “meminta” kepada gurunya untuk melakukan program pembelajaran-pembelajaran aktif (PAKEM) seperti yang dipraktikkan oleh gurunya di sekolah lain. Hal ini dapat dilihat di SMP N 1 Leces Kabupaten Probolinggo. • Pemanfaatan sudut baca kelas, sekolah terus mendorong staf sekolah dan siswa untuk memanfaatkan sudut baca yang telah tersedia di masing-masing kelas. Guru memberi penugasan pada siswa yang memungkinkan siswa mendapatkan rujukan dari buku yang tersedia di pojok kelas. HASIL YANG DICAPAI Hasil yang dicapai oleh sekolah yang memiliki program peningkatan kinerja guru adalah: • Kinerja guru mengalami peningkatan, terlihat dari metode pembelajaran yang bervariasi dan banyaknya produk siswa yang dipajangkan • Kecenderungan positif bahwa guru harus selalu merencanakan pembelajaran yang baik sebab ia harus menceritakan apa yang dilakukan pada semua guru yang lain • Sekolah sering mendapatkan kunjungan dari sekolah lain untuk berbagi pengalaman, hal ini semakin memacu sekolah untuk selalu meningkatkan mutu sekolahnya • Hasil belajar anak meningkat ditandai semakin baiknya hasil karya siswa dan peningkatan nilai akhir semester • Siswa menjadi lebih aktif dan absensi rendah • Penyusunan program antar rumpun mata pelajaran menjadi lebih terarah • Hasil karya siswa dipajangkan, sehingga siswa termotivasi untuk terus menghasilkan karya yang lebih baik • Mobilitas tempat duduk siswa fleksibel, klasikal, kelompok, berpasangan disesuaikan dengan topik bahasan agar pencapaian kompetensi lebih efektif. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 72 Good Practices in Management of Education
  • 75.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Meningkatnya kinerja guru dapat dilakukan dengan memberi motivasi dan memberikan kesempatan untuk berinovasi. Dukungan sekolah kepada guru menyebabkan guru merasa percaya diri dalam menjalankan tugasnya. Peningkatan kinerja guru secara langsung dapat meningkatkan kualitas sekolah. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Secara bertahap kegiatan peningkatan kinerja guru dapat dimasukkan sebagai program utama di sekolah dan termuat dalam RPS (Rencana Pengembangan Sekolah) sehingga kemajuannya dapat diukur. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Usaha peningkatan kinerja guru berdasarkan pengalaman dari sekolah-sekolah yang dituliskan di atas dapat disebarluaskan ke sekolah-sekolah lain. NAMA DAN ALAMAT KONTAK: 1. ENDANG LILIK UTAMI, S.Pd, M.Pd Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN 11 Jl. Raya Kanigoro Kota Madiun - Jawa Timur Telp. : (0351) 451 646 2. KHOLIS HASYIM Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN I Leces Jl. Bantaran No. 38 Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur Telp. : (0335) 680 394 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 73
  • 76.
    Manajemen Berbasis Sekolah(MBS) 3. JOKO ISMUTARTO, S.Pd. Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN 2 Ploso Jl Turmudi No 4. Kabupaten Pacitan – Jawa Timur Telp. : (0357) 885 101 4. GANIF ROJIKIN Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN 2 Gending Jl. Raya Sumber Kerang, Kec. Gending, Kab. Probolinggo – Jawa Timur Telp. : - Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 74 Good Practices in Management of Education
  • 77.
    PENGELOLAAN KELAS UNTUK MENUNJANG PAKEM -Pengantar - Pembelajaran Kelas Rangkap - Pemberdayaan Perpustakaan Kelas/ Sudut Baca - Optimalisasi Peran Tutor Sebaya
  • 79.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PENGANTAR Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas, sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan (Dryden & Voss, 2000). Ada referensi lain yang mengatakan bahwa siswa akan belajar 95% kalau siswa mengajarkan kepada temannya. Artinya, belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut. Pengelolaan kelas merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh sekolah dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan proses belajar dan sumber daya. Model pengelolaan kelas merupakan keputusan yang tidak hanya diambil oleh guru tetapi juga dapat merupakan keputusan yang diambil oleh sekolah maupun dinas pendidikan. Pengelolaan kelas yang akan disajikan dalam tulisan ini adalah Pengelolaan Kelas Rangkap, Pemberdayaan Tutor Sebaya, dan Pemanfaatan Sudut Baca/Perpustakaan Kelas dan peningkatan efektivitas MGMP. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 77
  • 81.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP LATAR BELAKANG Pembelajaran kelas rangkap sering dikaitkan dengan sekolah kecil di daerah terpencil yang berpenduduk sedikit. Di sekolah seperti ini biasanya hanya ada satu sampai dengan tiga orang guru untuk melayani seluruh siswa kelas I sampai kelas VI. Jumlah siswa di setiap sekolah juga sedikit. Guru tersebut harus meng- gabungkan kelas agar bisa mengajar semua siswa di sekolah, artinya dalam satu ruangan ditempati oleh siswa dari dua kelas. Pola penggabungan umumnya adalah kelas 1 dengan kelas 2, kelas 3 dengan kelas 4, dan kelas 5 dengan kelas 6. Pembelajaran kelas rangkap juga terdapat di banyak sekolah perkotaan, karena jumlah siswa tidak seimbang dengan jumlah kelas. Kelas harus digabung untuk mendapatkan jumlah siswa seperti biasa. Jadi alasan dibentuknya kelas rangkap bukan karena kekurangan guru saja melainkan juga alasan efisiensi. Misalnya jika di kelas 1 hanya ada 9 siswa dan kelas 2 hanya ada 10 siswa maka tidak perlu masing-masing kelas diajar oleh seorang guru. Dengan prinsip efisiensi sumber daya maka cukup diperlukan satu guru yang merangkap mengajar kelas 1 dan kelas 2. SDN Gunungsari IV terletak di dusun Baru Desa Gunungsari kecamatan Bumiaji Kota Batu. Sekolah ini terletak di lembah dan dikelilingi oleh pegunungan. Siswa yang bersekolah di SDN Gunungsari IV adalah anak-anak dari Dusun Brau yang tidak memungkinkan untuk bersekolah di sekolah lainnya. Oleh sebab itu tepatlah jika sekolah ini dikategorikan sebagai sekolah terpencil meskipun masuk wilayah kota. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 79
  • 82.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM SITUASI SEBELUM INISIATIF Sekolah yang memiliki kelas rangkap pada umumnya hanya memiliki ruang kelas yang terbatas, biasanya hanya memiliki 3 ruang kelas dan satu ruang pengelolaan. Proses pembelajaran di sekolah-sekolah yang memiliki kelas rangkap sebelum di bina oleh MBE pada umumnya bukan merupa- kan pembelajaran kelas rangkap tetapi guru mengajar “rangkap kelas”, artinya seorang guru mengajar dua kelas. Hal ini didasarkan pada pengertian yang keliru tentang kelas rangkap. Pada umumnya Lokasi SDN Gunungsari IV, kebijakan kelas rangkap didasarkan pada salah satu sekolah di Kota Batu alasan kekurangan guru, sehingga guru yang memiliki kelas rangkap kelas harus mengajar di dua kelas. Sebagai contoh di SDN Gunungsari 4 di Kecamatan Bumiaji Kota Bantu. Sekolah ini hanya memiliki 2 gedung yang terdiri dari 1 gedung (3 ruang) untuk proses belajar mengajar, dan 1 gedung untuk ruang kepala sekolah dan administrasi. Guru yang mengajar terdiri dari 3 guru kelas, 2 guru olah raga, 1 guru agama dengan 1 kepala sekolah. Rata-rata jumlah siswa per kelas adalah 9 anak (Tabel 1). Hal ini dikarenakan jumlah penduduk di Dusun Brau relatif kecil, bahkan kabarnya populasi masyarakat di daerah tersebut lebih kecil dari populasi sapi perahnya. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 80 Good Practices in Management of Education
  • 83.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM Tabel 1. Data Jumlah Siswa SDN Gunungsari IV (2005) INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Sebelum dibina oleh MBE guru kelas rangkap menerapkan pembelajaran “merangkap kelas”. Artinya dalam satu ruang yang terdiri dari siswa kelas I dan 2 (atau 3 dan 4, atau 5 dan 6) yang keduanya hanya dipisahkan oleh penyekat, guru menerapkan pembelajaran klasikal secara bergantian pada kedua kelas tersebut. Pada perkembangan berikutnya setelah MBE memiliki program kelas rangkap, MBE dan dinas pendidikan bekerjasama untuk: 1. Mengikutsertakan guru-guru dalam pelatihan PAKEM yang diselenggarakan di wilayah kabupaten/kecamatan 2. Mengikutsertakan guru-guru dalam KKG mata pelajaran tingkat kecamatan maupun gugus 3. Memagangkan tiga guru kelas ini ke sekolah binaan, dan 4. Mengirimkan guru-guru kelas rangkap untuk mengikuti pelatihan pembelajar- an kelas rangkap yang diselenggarakan oleh MBE di Pacitan dan di Banyu- wangi. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 81
  • 84.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM HASIL YANG DICAPAI Setelah guru-guru mengikuti berbagai kegiatan peningkatan mutu di atas, telah terjadi peningkatan pengelolaan kelas. Pembelajaran telah berubah dari sekedar guru mengajar merangkap kelas berubah menjadi benar-benar kelas rangkap. Kemajuan pembelajaran di kelas rangkap dapat diliahat dari tiga indikator, yaitu situasi kelas, proses pembelajaran, dan hasil kelulusan. Situasi Kelas Di setiap ruang kelas terdapat dua papan tulis untuk masing-masing tingkatan kelas. Antar siswa di kelas tidak ada sekat lagi tetapi kedua tingkatan kelas yang berada di ruang yang sama dapat saling berinteraksi dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dilakukan secara tematik baik di kelas 1 dan 2, 3 dan 4, maupun, kelas 5 dan 6. Sebagai contoh dalam pembelajaran IPS di kelas 3 dan 4 dengan tema transportasi, mula-mula siswa kelas 3 menyebutkan berbagai macam alat transportasi, pembelajaran kemudian dilangsungkan untuk kelas 4 dengan mengidentifikasi ciri-ciri alat trans- portasi. Siswa di SDN Gunungsari IV juga membuat karya siswa dan dipajangkan. Karena merupa- kan kelas rangkap maka pajangan siswa juga terdiri atas dua kelas. Misalnya dikelas 5 dan 6 pajangan IPA kelas 5 didampingkan dengan pajangan hasil karya IPA kelas 6 (Lihat Gambar 2). Di setiap kelas terdapat sudut baca. Di dalam sudut baca terdapat buku-buku pelajaran mau- pun buku-buku non-pelajaran. Siswa tampak memanfaatkan sudut baca di setiap waktu Gambar 2. Pajangan di istirahat (Gambar 3). ruang kelas 5 dan 6 SDN Proses Belajar Mengajar Gunungsari 4 Setelah dibina oleh MBE mulai muncul peru- bahan pada pandangan mengenai apa yang disebut sebagai kelas rangkap. Pandangan ini mengubah bagaimana proses pelaksanakan kelas rangkap di sekolah. Perubahan pembelajaran di kelas rangkap Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 82 Good Practices in Management of Education
  • 85.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM mulai tampak nyata setelah para guru kelas rangkap mendapat pela- tihan tentang bagaimana pembela- jaran kelas rangkap yang diselengga- rakan oleh MBE. Perubahan yang menonjol dari pembelajaran kelas rangkap adalah penggunaan tema, di samping perubahan dalam penge- lolaan yang PAKEM. Kelulusan Tahun 2006 Gambar 3: Siswa kelas V dan VI yang Pembelajaran kelas rangkap di SDN memanfaatkan sudut baca Gunungsari 4 telah diterapkan sejak tahun 2005. Hasil nyata dari pembe- lajaran kelas rangkap tampak dari tiga aspek, yaitu, (1) penerapan PAKEM di kelas; (2) prosentase kelulusan tahun 2005/2006 yang mencapai 100% jika dibanding- kan dengan kelulusan tahun 2004/2005 yang hanya mencapai 67%; (3) nilai rata- rata UAS untuk 5 mata pelajaran tahun 2005/2006 mengalami kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan nilai rata-rata UAS tahun 2004/2005 (lihat tabel 2 di bawah). Tabel 2. Perkembangan Nilai di SD Gunungsari IV Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 83
  • 86.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Hal yang dapat dipetik dari cerita kelas rangkap bahwa, (1) paradigma pem- bentukan kelas rangkap perlu diubah sebagai upaya memecahkan masalah kekurangan guru ke paradigma kelas rangkap untuk efisiensi belajar dan sumber daya, (2) pengelolaan pembelajaran di kelas rangkap dapat berjalan efektif meng- gunakan tematik di mana siswa di dua tingkatan kelas yang berbeda dapat belajar bersama-sama, (3) pembelajaran kelas rangkap yang efektif dan efisien terbukti dapat meningkatkan keberhasilan siswa. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Prinsip pelaksanaan kelas rangkap adalah efisiensi sehingga kelas rangkap dapat diterapkan di sekolah terpencil maupun di perkotaan yang memiliki jumlah siswa yang relatif sedikit. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Berdasarkan pengalaman di Kota Batu, sekolah yang menerapkan kelas rangkap ternyata dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Kelas rangkap memiliki prospek untuk dilanjutkan pada tahun-tahun yang akan datang. Tantangan pelak- sanaan kelas rangkap terutama adalah mengubah pola pikir dinas pendidikan dae- rah serta ketersediaan guru-guru sekolah dasar yang profesional. Kelas rangkap juga bisa ditemukan di Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Pacitan. ALAMAT KONTAK 1. DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU Alamat : Jl. Raya Bukit Berbunga No. 13, Sidomulyo, Kota Batu – Jawa Timur Telp : (0341) 704 6500 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 84 Good Practices in Management of Education
  • 87.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PENINGKATAN EFEKTIVITAS MGMP LATAR BELAKANG Laporan terakhir UNDP menun- jukkan bahwa indeks pembangun- an pendidikan di Indonesia bera- da pada peringkat 104 diantara 177 negara yang disurvei. Kondisi ini disebabkan oleh banyak faktor dan aspek dengan tingkat kom- pleksitas permasalahan yang bera- gam. Salah satu faktor penyebab adalah pembangunan pendidikan Sosialisasi PAKEM dilakukan lewat belum memiliki akselerasi yang kegiatan MGMPS (Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sekolah) seminggu sekali tiap tinggi, sehingga kontribusi yang mata pelajaran. Kegiatan ini dipimpin oleh dapat diberikan dalam pemba- koordinator mata pelajaran. Selain ngunan manusia juga belum opti- bertujuan untuk sosialisasi PAKEM, mal. Hal tersebut menyebabkan kegiatan ini dapat sebagai wadah tukar tuntutan untuk mulai menciptakan pendapat, pikiran, dan gagasan antar guru- guru mata pelajaran serumpun. program pendidikan yang lebih mengarah ke peningkatan mutu pembelajaran telah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Untuk memulai pembangungan pendidikan yang lebih menyeluruh guru akan menjadi ujung tombak perubahan. Beberapa tahun terakhir pada dasarnya pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, misalnya munculnya kurikulum berbasis kompetensi. Yang menjadi permasalahan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 85
  • 88.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM berikutnya adalah apakah perubahan tersebut sampai kepada guru sesuai dengan maksud dan tujuannya. Permasalahan guru yang juga mendesak untuk segera mendapat penyelesaian adalah tingkat profesionalisme dan kapasitas yang rendah. Banyak kendala yang dihadapi oleh guru apabila ingin melakukan peningkatan kinerja. Buku referensi yang terbatas, narasumber yang sulit dicari dan mahal, rendahnya tingkat pengua- saan teknologi informasi dan keterpencilan lokasi sekolah serta tempat tinggal. Beberapa hal tersebut menyebabkan banyak guru yang apatis dan memilih tidak melakukan upaya-upaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan profesinalitas yang semakin tinggi. Untuk mengatisipasi perubahan, menangkap inti-inti dari perubahan dan meningkatkan profesional dan kapasitas diri, guru memerlukan suatu forum yang bersifat rutin dan mudah dijangkau sehingga pembelajaran di kelas selalu mengalami perkembangan. Forum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang dikelola dengan baik, kegiatan terstruktur dengan jelas sangat diperlukan guru. Tulisan mengenai beberapa upaya untuk meningkatkan kinerja MGMP berikut terdiri dari 2 topik yaitu tentang pembentukan sub rayon MGMP dengan jumlah sekolah yang terbatas yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Probolinggo dan kegiatan MGMP Matematika yang terstruktur dan dikelola dengan baik (sebagai suatu contoh kegiatan) yang terjadi di MGMP Matematika Kota Madiun. SITUASI SEBELUM INISIATIF Forum MGMP pada awal pendirian ditetapkan berfungsi sebagai tempat guru matapelajaran untuk bermusyawarah tentang kebutuhan masing-masing. Pada perkembangannya aktifitas MGMP sangat terbatas dan cenderung hanya sebagai forum koordinasi. Sampai dengan inisiatif dalam tulisan ini muncul kegiatan MGMP hanya terbatas menyusun satuan pelajaran (sat-pel), penyusunan Lembar Kerja Siswa (LKS), kesepakatan pembuatan soal ujian dan jadwal ujian. Bahkan kadang- kadang kegiatan di MGMP tidak ada kaitannya langsung dengan matapelajaran misalnya sebagai forum arisan atau hanya sekedar sebagai forum silaturohmi. Indikasi yang menunjukkan bahwa dengan aktif mengikuti MGMP kapasitas guru akan meningkat sangat tipis terlihat. Hal tersebut sebagai akibat kecenderungan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 86 Good Practices in Management of Education
  • 89.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM MGMP hanya perlu menunjuk bebeberapa anggota untuk melaksanakan kegiatan misalnya dalam penyusunan satuan pelajaran dan anggota yang lain sebagai pengguna hasil. Dengan proses pembuatan seperti itu, pada akhirnya satuan pelajaran hanya sekedar menjadi sebuah dokumen, bahkan saat mengajar guru jarang mengacu ke satuan pelajaran yang telah dibuat. Tidak timbul kerja sama, kemitraan dan diskusi yang intensif untuk menyelesaikan suatu permasalah. Pada akhirnya forum MGMP pun kurang diminati guru karena dianggap tidak bermanfaat sehingga diperlukan upaya-upaya pemberdayaan agar MGMP kembali sebagaimana fungsinya dan sebagai penopang kebutuhan guru untuk meningkatkan kapasitas diri. INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN 1. Prinsip dan pendekatan Pola peningkatan kinerja MGMP ini didasarkan pada kebutuhan bahwa guru memerlukan forum yang dekat, mudah dijangkau, tidak mahal dan ada jaminan bahwa kegiatan dapat dilaksanakan dengan rutin. Forum MGMP seharusnya berfungsi sebagai tempat kerjasama, muncul kemitraan antar anggota dan upaya-upaya saling membantu yang secara keseluruhan bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa semua guru hendaknya dapat menjadi anggota MGMP tanpa terkecuali. Hal ini untuk menghindarkan pola komunikasi yang berjenjang yang pada akhirnya menimbulkan distorsi informasi. Dengan langsung menghadiri forum MGMP guru dapat memperoleh informasi langsung dari sumbernya. 2. Tahap Pelaksanaan a. Pembentukan Sub Rayon MGMP Efektifitas pelaksanaan MGMP akan lebih mudah ditingkatkan kualitasnya bila wilayah maupun peserta lebih kecil/sedikit. Penataan penanggungjawab tiap mata pelajaran maupun anggota dalam proses pelaksanaan jauh lebih efektif dan efisien. Kabupaten Probolinggo melakukan pembentukan Sub Rayon MGMP. Sebelumnya MGMP dilaksanakan se Kabupaten, padahal SMPN di Kabupa- ten Probolinggo jumlahnya 48 sekolah dengan lokasi antar sekolah yang cukup jauh (lebih kurang 100 km yang terjauh SMPN 2 Tongas dengan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 87
  • 90.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM SMPN 1 Kotaanyar). Di samping itu 9 sekolah terletak di daerah pegunungan. Dengan pertimbangan jarak, waktu, biaya lebih efisien dan lebih efektif dalam proses diskusi, penyampaian informasi, dan melakukan koordinasi dalam kelompok kecil maka saat ini di Kabupaten Probolinggo terdapat 6 Sub Rayon MGMP. Dalam satu sub rayon dapat berisi 7-10 sekolah tergantung letak sekolah yang berdekatan. Karakteristik kegiatan. Pertemuan awal agendanya merancang mana- jemen, materi kegiatan, pola kegiatan, penanggungjawab kegiatan dan biaya mandiri. Pola MGMP ditetapkan dengan pola 8 kali pertemuan dengan 7 mata pelajaran yang diprioritaskan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, TI dan Pembiasaan. Masing-masing mata pelajaran ada penanggungjawabnya, kepala sekolah (sesuai dengan latar belakang pendi- dikannya) dengan seorang guru yang mempunyai kompetensi pada mata pelajarannya. Tiap kelompok mapel merancang kegiatannya masing-masing, termasuk dengan pembiayaannya. Tiap mapel pelaksanaannya tidak harus tiap bulan 1 kali, bervariasi sesuai dengan kesepakatan anggota. Pembiayaan ditanggung sekolah masing-masing sesuai dengan jumlah siswa. Distribusi biaya diserahkan pada kelompok mapel untuk mengelolanya sesuai dengan kesepakatan. Pengembangan kegiatan. Saat ini dari pembentukan Sub Rayon MGMP telah berkembang menjadi kerjasama antar sekolah dengan jumlah sekolah yang lebih kecil (3 sekolah). Hal ini didasari pada pengalaman bahwa pertemuan guru mata pelajaran sejenis atau serumpun dalam satu sekolah situasinya kurang menggairahkan dan tidak menarik bagi sebagian guru, sehingga program pembuatan perencanaan yang terpadu antar mata pelajar- an yang serumpun kurang mencapai target yang diharapkan. Sehingga dirasa perlu dilakukan kerjasama antar sekolah untuk menindaklanjuti hasil pertemuan MGMP di tingkat Sub Rayon. Pertemuan diisi dengan sharing antar guru, membahas kendala-kendala yang dihadapi dan penyusunan pro- gram serta simulasi kegiatan pembelajaran, melakukan percobaan- percobaan sebelum di berikan kepada siswa di sekolahnya masing-masing. Praktik pembelajaran dilakukan dengan cara silang sehingga mempunyai pengalaman mengajar di sekolah lain dengan siswa yang berbeda Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 88 Good Practices in Management of Education
  • 91.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM b. Kegiatan MGMP Matematika yang terstruktur Bagian paling sulit dari kegiatan MGMP adalah menyusun kegiatan yang terstruktur, yang melibatkan semua anggota, memenuhi kebutuhan semua anggota dan tentunya sesuai dengan tuntutan perkembangan pendidikan yang terbaru. MGMP Matematika Kota Madiun mencoba melakukan pembenahan kegi- atan dan membuat kegiatan yang lebih focus. Draf Kurikulum 2004 digu- nakan sebagai acuan untuk menyusun program karena pada saat inisiatif ini dimulai Draf Kurikulum 2004 baru diperkenalkan. Kegiatan MGMP ditentukan terlebih dahulu yaitu sebanyak 6 kali pertemu- an dalam satu semester (1 bulan sekali). Dengan perhitungan seperti itu berarti MGMP harus menyediakan 6 topik untuk bahan pembahasan selama satu semester. Selain bagaimana mengembangkan rencana pembelajaran agar pembelajaran di kelas lebih bervariasi, intisari Kurikulum 2004 yang digunakan adalah : – Pelayanan kurikulum tentang sistem penyampaian kurikulum, pengelola- an kurikulum di sekolah – KBM yang efektif – Bertanya yang efektif – Penilaian Apabila dari Kurikulum disarikan 3 kegiatan seperti di atas maka MGMP mempunyai 3 kali kesempatan khusus untuk membahas pengembangan rencana pembelajaran, diskusi hambatan pembelajaran dan mengembangkan ide-ide pembelajaran baru untuk topik-topik tertentu. Begitu seterusnya, setiap semester MGMP akan menyusun kegiatan baru. Salah satu faktor penting agar kegiatan dapat berlangsung baik adalah MGMP mempunyai susunan pengurus yang terdiri dari Ketua, Wakil ketua, Bendahara dan 2 orang Sekretaris. Masing-masing pengurus memiliki tugas dan bekerja sama dengan baik untuk menyelenggarakan MGMP dengan rutin dan konsisten. Materi pembahasan disiapkan dengan cermat dan diupayakan agar selalu memenuhi kebutuhan peserta. Penyampai materi adalah anggota MGMP sendiri sehingga menimbulkan kebersamaan. Untuk memberikan waktu yang cukup, setiap sekolah membuat kesepakat- an memberikan satu hari kosong jam (setiap hari kamis) agar guru dapat menghadiri MGMP. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 89
  • 92.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM HASIL YANG DICAPAI • Dalam kegiatan yang telah ber- jalan banyak perubahan diban- ding pola lama yaitu kegiatan MGMP hanya untuk membuat satuan pelajaran menjadi dis- kusi pengalaman kesulitan- kesulitan mengajar, penemuan ide-ide pembelajaran, sumber- sumber belajar, pendalaman Hasil diskusi di MGMPS dipraktikkan ke materi, dll. Tiap peserta wajib siswa oleh seorang guru dan guru yang lain praktik mengajar dan diamati mengamati oleh rekan-rekannya, mema- jangkan hasil pembelajaran (produk siswa) dan refleksi pada akhir kegiatan pembelajaran. Dari perubahan-perubahan ini guru lebih terbuka terhadap hal-hal baru di dunia pendidikan, lebih bergairah menghadiri MGMP dan menimbulkan kreativitas. • Karena ada sesi berbagi pengalaman, antar anggota bisa saling belajar dan menumbuhkan kebersamaan, kemitraan dan jalinan komunikasi yang baik. • MGMP Matematika Kota Madiun berhasil merancang LKS yang kemudian digunakan bersama. Laba dari pembuatan LKS ini kemudian digunakan untuk membiayai semua kegiatan MGMP, termasuk belajar komputer dan internet bagi anggota agar lebih siap mengajarkan matematika dengan komputer ke siswa dan lebih mengenal teknologi, dan berhasil melakukan studi banding dengan biaya dari MGMP. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL • Memupuk rasa kekeluargaan. Walaupun di awal kepengurusan MGMP ikatan antar anggota tidak kuat tetapi dengan model kegiatan yang disusun sendiri dan untuk keperluan sendiri saat ini menghadiri MGMP sudah menjadi kebutuhan guru di Kota Madiun. • Informasi baru lebih mudah disebarkan. Karena sifat forum MGMP yang sudah rutin, dekat dan tidak mahal pada akhirnya MGMP dapat menjadi forum yang Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 90 Good Practices in Management of Education
  • 93.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM sesuai untuk menyebarkan informasi dan kebijakan baru, lebih cepat dan efesien. • Mempunyai suatu forum untuk mencermati suatu kebijakan. Dengan banyaknya kebijakan baru di dunia pendidikan saat ini, forum MGMP menjadi tempat untuk mengodok hal itu dan mencari solusi implementasinya di sekolah KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Beberapa indikator yang baik telah ditunjukkan dalam inovasi ini, yaitu pengurus MGMP memiliki kerjasama yang baik, membagi tugas dan merancang kegiatan bersama-sama, anggota MGMP terlibat aktif dalam setiap kegiatan. Dengan pola kegiatan semacam ini, apabila terjadi pergantian susunan pengurus hal-hal baik yang telah ada sudah menjadi kebiasaan dan bisa terus dilanjutkan. Apalagi dengan tuntutan kualitas pendidikan yang semakin meningkat seperti saat ini, MGMP menjadi forum yang sangat dibutuhkan untuk menopang tujuan itu. KEMUNGKINAN DISEBARLUASKAN Forum MGMP adalah forum formal yang ada di Lingkungan Dinas Pendidikan. Di Dinas P&K Kota Madiun saja ada forum MGMP untuk 14 Matapelajaran dan 80% MGMP aktif menyelenggarakan pertemuan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan MGMP Matematika Kota Madiun sangat mungkin dikembangkan karena instisusi- nya sudah selalu ada. Pembentukan Sub Rayon MGMP yang terjadi di Kabupaten Probolinggo merupa- kan salah satu alternatif yang dapat dipilih agar setiap guru dapat menghadiri MGMP tanpa kecuali. Hal ini untuk menepis alasan bahwa guru tidak dapat menghadiri MGMP karena terbatasnya tempat. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 91
  • 94.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. Drs. SA. WINARNO Jabatan : Koordinator MGMP Matematika dan Kepala Sekolah Alamat : SMPN 6 Jl. HOS Cokroaminoto, Kota Madiun – Jawa Timur Telp. : (0351) 464 778 2. Drs. SUPRAYOGI Jabatan : Ketua MGMP Matematika dan Guru Alamat : SMPN 1 Jl. Kartini Kota Madiun – Jawa Timur Telp. : (0351) 462 859 3. ASMAD HARTONO Jabatan : Pengawas Dikmen Dinas Pendidikan Alamat : Jl. Panglima Sudirman No. 1, Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur Telp. : (0335) 421 882 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 92 Good Practices in Management of Education
  • 95.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM OPTIMALISASI PERAN TUTOR SEBAYA LATAR BELAKANG Menurut teori belajar sosial, belajar akan lebih efektif jika berinteraksi dengan orang lain. Orang lain yang berfungsi membantu proses belajar di sekolah tidak hanya guru tetapi juga siswa lain di kelas serta nara sumber. Siswa yang memiliki kemampuan lebih tinggi dari siswa yang lain dapat berfungsi sebagai sumber belajar dan berperan aktif sebagai fasilitator. Siswa yang dapat menjadi fasilitator ini dalam pendidikan dinamakan tutor sebaya. Penerapan tutor sebaya dilakukan jika pengelolaan pembelajaran bersifat kelompok. Pengelolaan pembelajaran melalui manajemen kelompok yang berbantuan dengan tutor sebaya telah dilaksanakan di SDN Punten 1 Kota Batu, SDN Sonorejo 2 Kabupaten Pati dan SDN Betek 1 Kabupaten Probolinggo. SITUASI SEBELUM INISIATIF • Anak-anak yang kurang mampu umumnya takut berpendapat maupun bertanya • Siswa yang menonjol kemampuannya umumnya tidak peduli pada temannya yang kurang mampu • Aktivitas kelas didominasi oleh anak-anak yang pandai INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Optimalisasi peran tutor sebaya dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mem- berdayakan siswa yang pandai dikelasnya untuk peduli dan membantu siswa yang kurang pandai Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 93
  • 96.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PENYUSUNAN INISIATIF Prinsip yang menjadi dasar inisiatif ini adalah: • Teori belajar sosial • Meningkatkan kepedulian siswa yang kemampuannya lebih tinggi untuk membantu siswa yang kurang mampu • Mengefektifkan proses pembelajaran Tahap pelaksanaan • Mencari anak yang menonjol ke- mampuannya di setiap kelompok; • Anak yang terpandai di setiap kelompok dijadikan sebagai Tutor Sebaya; • Tugas tutor sebaya adalah menjadi motor kerja kelompok dan men- jadi fasilitator dalam kerja kelom- pok. HASIL YANG DICAPAI • Anak mulai aktif (bertanya, berpendapat, bekerja sama); • Anak menghargai pendapat temannya; • Memperingan guru dalam mengatasi kekurangan anak-anak yang tertinggal; • Nilai rata-rata anak menunjukkan peningkatan; • Adanya persaingan yang sehat antar kelompok; • Anak senang belajar. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL • Meningkatkan kepedulian anak yang pandai di kelas (berperan sebagai tutor sebaya) kepada siswa yang kurang mampu; • Mengektifkan pembelajaran karena ada banyak nara sumber di kelas; • Membangkitkan rasa sosial. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 94 Good Practices in Management of Education
  • 97.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Proses pembelajaran di mana siswa diorganisasi dalam kelompok agar berjalan efektif di setiap kelompok dapat diangkat seorang “tutor kecil” untuk membantu guru membimbing siswa-siswa yang lambat belajar. Model ini dapat dilanjutkan karena memberikan keuntungan kepada proses dan hasil belajar pada siswa yang cepat belajar maupun yang lambat belajar. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Berdasarkan manfaat yang dapat diambil dari model pengelolaan kelompok yang di dalamnya ada tutor sebaya maka model ini dapat disebarluaskan untuk dikembangkan di kelas lain atau di sekolah yang lain. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. YULIANTO Jabatan : Guru Alamat : SDN Punten I Jl. Raya PuntenNo 24, Kota Batu - Jawa Timur Telp. : (0341) 597 550 2. Drs. SUPARMOKO Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Sonorejo Desa Sonorejo, Kec. Jakenan Kabupaten Pati - Jawa Tengah Telp. : - Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 95
  • 98.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM 3. SIMIN, S.Pg Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Betek I Desa Betek Kec. Krucil Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur Telp. : - Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 96 Good Practices in Management of Education
  • 99.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN KELAS/SUDUT BACA LATAR BELAKANG Membaca merupakan jantung pengetahuan, oleh karena itu kebiasaan membaca hendaknya ditumbuhkan sejak dini. Kegemaran akan membaca membawa penga- ruh yang luar biasa pada perkembangan pengetahuan siswa dalam mengikuti pem- belajaran di sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal memiliki peran yang strategis untuk me- numbuhkan kebiasaan membaca tersebut. Salah satu upaya yang dapat dikem- bangkan adalah pemanfaatan perpustakaan sekolah atau sudut baca di dalam kelas. Beberapa sekolah binaan MBE telah melakukan pengaturan agar siswa dapat menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar. SITUASI SEBELUM INISIATIF Kondisi perpustakaan yang di sekolah umumnya sangat memprihatinkan, tidak hanya pada keadaan fisik ruang perpustakaan semata tetapi juga pada koleksi buku yang tersedia, pengelolaan, dan pemanfaatannya. Umumnya ruang perpustakaan ditempatkan di ruang yang sempit, kotor dan tidak ada perawatan yang memadai atau bahkan sekolah tidak mempunyai perpustakaan sama sekali. Sebelum adanya inisiatif sekolah tidak memiliki ruang perpustakaan sama sekali. Buku pelajaran hanya disimpan dalam lemari di kelas. Pemanfaatan buku sangat jarang dilakukan oleh guru. Biasanya buku yang tersedia hanya buku paket yang digunakan hanya pada matapelajaran tertentu saja. Kalau pun ada variasi lain dari jenis buku yang tersedia, maka hal tersebut sangat sedikit baik dari sisi jumlah maupun jenisnya. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 97
  • 100.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Maksud dan Tujuan Dengan melihat kondisi faktual yang ada di sekolah, beberapa kepala sekolah berinisiatif untuk melakukan perubahan. Berbagai strategi dipikirkan agar maksud tersebut dapat dilaksanakan dengan tujuan: • Pengadaan ruang perpustakaan atau sudut baca di dalam kelas • Penambahan koleksi buku melalui pembelian oleh sekolah maupun mengada- kan sumbangan dari komite, pihak swasta maupun orang tua siswa • Pemanfaatan semaksimal mungkin buku bacaan oleh siswa dan guru • Peningkatan pengelolaan yang tertib atau pengorganisasian perpustakaan Pola Pikir dan Pelaksanaan Berdasarkan maksud dan tujuan di atas, maka sekolah memikirkan serangkaian langkah strategis yang dapat digunakan. Adapun langkah-langkah yang diambil antara lain adalah: • Kepala Sekolah melakukan sosialisasi ide dalam perte- muan antara warga sekolah dengan wali murid. • Kepala sekolah meminta guru untuk mempersiapkan tempat yang dapat diguna- kan sebagai sudut baca da- lam kelas berupa meja yang diletakkan di sudut kelas dan menata buku yang ber- Buku-buku bacaan yang didekatkan ke ada dalam lemari di sudut siswa dalam bentuk sudut baca di kelas baca tersebut. Hal ini dila- kukan agar buku bacaan se- makin didekatkan pada siswa sehingga mereka dapat dengan mudah memanfaatkannya. • Kepala Sekolah mengambil kebijakan membeli buku untuk menambah koleksi yang sudah ada dan menghimbau kepada wali murid pada saat sosialisasi untuk turut serta menyumbangkan buku ke sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 98 Good Practices in Management of Education
  • 101.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM • Kepala Sekolah bersama guru dan wali murid bersepakat meluncurkan suatu program pembiasaan membaca bagi siswa yaitu membaca senyap yang dilakukan setiap hari, 15 menit sebelum pelajaran dimulai. • Kepala Sekolah bersama komite dan orang tua siswa menyepakati bagaimana meningkatkan perpustakaan sekolah dan sudut baca di kelas. PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN DAN SUDUT BACA DI BEBERAPA SEKOLAH Murid memanfaatkan perpustakaan dalam waktu istirahat. HASIL YANG DICAPAI Melalui berbagai inovasi yang dilakukan kepala sekolah bersama stakeholder dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca maka hasil yang dicapai sebagai berikut: 1. Minat baca siswa meningkat, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya permintaan siswa pada sekolah untuk menambah koleksi buku bacaan 2. Semakin banyaknya sumber belajar yang dapat digunakan guru dalam melaksa- nakan pembelajaran 3. Adanya rasa sungkan dari siswa kalau waktu istirahat hanya dipakai untuk bermain, sedangkan teman lainnya mengambil buku dan serius membaca 4. Banyak ide dan kreatifitas siswa yang diperoleh dari buku yang mereka baca Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 99
  • 102.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Keberhasilan yang telah dicapai dalam pemberdayaan perpustakaan/sudut baca di beberapa sekolah dapat memberikan inspirasi bahwa: 1. Walau dengan menggunakan biaya yang minim dapat memberikan hasil yang optimal 2. Inisiatif kepala sekolah untuk memanfaatkan ruang kelas dan koridor sebagai ruang baca 3. Pemberdayaan guru untuk mengelola dan memanfaatkan perpustakaan/sudut baca KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Dengan memperhatikan hasil yang positif dari program pemberdayaan perpustakaan/sudut baca, maka ke- mungkinan keberlanjutan program ini sangat besar. Penyusunan program yang diinisiasi oleh kepala sekolah dengan melibatkan guru dan stake- holder, memungkinkan program pem- berdayaan ini dimodifikasi ke arah yang lebih baik. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Berdasarkan kemudahan langkah-langkah yang diambil dan banyaknya manfaat yang didapatkan untuk meningkatkan kualitas siswa melalui kebiasaan membaca, maka kemungkinan penyebarluasan pemberdayaan perpustakaan/sudut baca ini untuk dilakukan di kabupaten/kota lainnya sangat besar. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 100 Good Practices in Management of Education
  • 103.
    Pengelolaan Kelas UntukMenunjang PAKEM NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. SRI DATI, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Wonorejo 2 Dusun Mrana, Desa Wonorejo Kec. Pringapus, Kab Semarang – Jawa Tengah Telp. : - 2. MUJIONO Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Sukokerto 1 Jl. Raya Krasan Desa Sukokerto Kec. Pajartan, Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur Telp. : - 3. SUHARTO Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Bremi Desa Bremi 1, Kec Krucil Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur Telp. : - 4. Drs. NANANG Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Ngepung Desa Ngepung, Kec. Sukapura Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur Telp. : (0335) 581 082 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 101
  • 105.
    PERAN SERTA MASYARAKAT DALAMBIDANG PENDIDIKAN - Pengantar - Peran Komite Sekolah Dalam Peningkatan Mutu Sekolah - Peran Paguyuban Kelas dalam Pembelajaran - Membangun Kemitraan dengan Dunia Usaha
  • 107.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan PENGANTAR Selama ini Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam membantu peningkatan mutu pembelajaran di sekolah tampak masih sangat kurang. Padahal peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mencapai cita-cita bangsa yang luhur tersebut, diperlukan peran dari semua pihak. Peningkatan mutu pendidikan tidak hanya menjadi beban yang sangat berat bagi sekolah tetapi juga menjadi tanggung jawab stakeholders. Oleh sebab itu, sekolah berpandangan bahwa masyarakat diharapkan berperan serta secara aktif untuk membantu sekolah dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Jadi, komite sekolah, orang tua/wali siswa, tokoh agama dan masyarakat, serta dunia usaha dan industri seyogyanya berpartisipasi untuk memajukan proses pembelajaran di kelas. Tulisan ini menyajikan berbagai peran serta masyarakat di sekolah-sekolah binaan MBE untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan pengelolaan sekolah. Peran serta tersebut diambil dari pengalaman nyata pengelolaan sekolah dari berbagai lokasi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 105
  • 109.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATKAN MUTU SEKOLAH LATAR BELAKANG Menurut Surat Keputusan Mendiknas No 044/U/2002, tugas atau peran Komite Sekolah ada empat macam. Keempat macam tugas Komite Sekolah adalah: 1). Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, 2). Memberikan sumbangan pemikiran, dana, dan tenaga dalam menyelenggarakan pendidikan, 3). Melakukan kontrol terhadap transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan, dan 4) Penghubung antara sekolah dengan masyarakat dan pemerintah. Agar sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan mutu yang baik, peran serta Komite Sekolah untuk terlibat secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan, sangat menentukan. Peningkatan mutu sekolah dapat dilihat setidak-tidaknya melalui tiga indikator penting, yakni: • Peningkatan peran stakeholder dalam pengelolaan pendidikan di sekolah; • Peningkatan kualitas proses pembelajaran, dan; • Peningkatan hasil belajar siswa. Peran komite sekolah yang berpartisipasi aktif dalam pengambilan berbagai kebijakan sekolah akan mendorong terjadinya peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan di sekolah. Pengelolaan pendidikan yang baik di sekolah akan mendorong terjadinya peningkatan mutu proses pendidikan. Apabila mutu proses pembelajaran meningkat maka peluang peningkatan mutu hasil belajar siswa makin besar. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 107
  • 110.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan SITUASI SEBELUM INISIATIF Sebelum inisiatif banyak sekolah yang belum atau baru memiliki Komite Sekolah. Dalam kondisi semacam ini banyak sekolah belum dapat memanfaatkan peran Komite Sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dalam hal ini, mutu pendidikan di sekolah yang dimaksud adalah mutu pengelolaan pendidikan, mutu proses pembelajaran, dan mutu hasil belajar siswa. Berkaitan dengan mutu pengelolaan pendidikan di sekolah, banyak sekolah belum menerapkan Program Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Salah satunya adalah Komite Sekolah belum dapat berperan secara optimal. Hal ini terjadi karena komunikasi antara sekolah dan Komite Sekolah masih jarang dilakukan, sehingga banyak keputusan dan tindakan di sekolah diambil secara sepihak oleh sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah dan guru lebih banyak mengambil prakarsa untuk pengambilan keputusan di sekolah, sedangkan masyarakat masih belum diikutsertakan dalam pengambilan keputusan-keputusan di sekolah. Dalam situasi semacam ini, peran masyarakat/walimurid tampak sebagai penerima keputusan. Selain itu, sebagian masyarakat/walimurid menyerahkan sepenuhnya masalah pendidikan kepada sekolah sehingga terkesan orangtua kurang peduli terhadap sekolah. Di samping itu, perencanaan dan pelaksanaan program dilakukan secara penuh oleh kepala sekolah dan sebagian guru. Komite Sekolah berperan hanya sebatas penggalangan iuran, yang merupakan kegiatan peninggalan kebijakan sebelumnya (yang dulu dikenal sebagai BP3). Peran Komite Sekolah lainnya seperti kontrol terhadap pelaksanaan program-program sekolah sering kali tidak dilakukan dengan baik sehingga, terkesan transparansi manajemen dan keuangan sekolah masih tampak sangat kurang. Oleh sebab itu, sebagian wali murid sering mengeluh dan mencurigai penggunaan dana sekolah. Dampak dari kondisi di atas adalah kerjasama antara stakeholders dan warga se- kolah, khususnya kepala sekolah dan guru-guru, menjadi kurang optimal. Kehadiran orang tua atau masyarakat di sekolah boleh dibilang hanya dua atau tiga kali dalam satu tahun, yakni saat pengambilan buku rapor. Keterlibatan yang rendah ini mengakibatkan sebagian masyarakat di sekitar sekolah sering tidak peduli terhadap sekolah. Di pihak lain, keadaan ini dipersepsi oleh beberapa guru dengan menyatakan bahwa sangat mustahil mengajak masyarakat dan orangtua untuk peduli terhadap pendidikan di sekolah. Bila orangtua/wali murid diundang ke Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 108 Good Practices in Management of Education
  • 111.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan sekolah mereka mempunyai kesan bahwa mereka akan dimintai sejumlah dana. Oleh sebab itu, sebagian orang tua jarang hadir bila diundang ke sekolah. - Mutu proses pembelajaran di sekolah • Peranan komite sekolah untuk mendukung upaya memajukan pembelajaran masih sangat rendah. Komite sekolah masih sulit diajak untuk mengadakan perubahan-perubahan pada sekolah dalam hal peningkatan mutu pembe- lajaran di kelas, pengadaan sumber belajar yang relevan bagi siswa, atau pengadaan sarana dan prasarana belajar di sekolah. Komite masih berpan- dangan bahwa semua yang terkait dengan proses perkembangan dan pendidikan anak diserahkan sepenuhnya pada pihak sekolah. • Sebagian besar komite sekolah masih tidak peduli dengan peningkatan mutu pembelajaran di kelas anak-anaknya. Kalau pun ada peran serta masyarakat dan orang tua di sekolah, peran tersebut hanya berkisar pada penggalangan dana atau pengadaan sarana dan prasarana fisik sekolah yang jauh dari upaya peningkatan mutu proses pembelajaran di kelas. - Mutu hasil belajar siswa di sekolah • Walaupun sudah ada sekolah yang hasil belajar siswanya cukup baik sebe- lum inisiatif, sebagian besar sekolah cenderung menghasilkan siswa-siswa dengan mutu hasil belajar rendah. Selain nilai rata-rata UAS sekolah (SDN Baron 1 Kab. Magetan: 7,38 pada tahun ajaran 2004-2005, SDN Punten 1 Kota Batu: 8,83 pada tahun ajaran 2003-2004, SDN Tangkil 1 Kabupaten Blitar: 6.72 pada tahun ajaran 2003-2004, SDN Jajag 7 Kab. Banyuwangi: di bawah 7 pada tahun ajaran 2003-2004) dan ranking sekolah di tingkat kecamatan cenderung rendah, tidak banyak karya siswa dihasilkan dari pro- ses pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, pemajangan karya siswa belum pernah dilakukan. Sebagai contoh: Kreativitas siswa tidak dikembangkan. Hampir tidak ditemukan karya-karya siswa yang unik dan ditulis dengan gagasan dan kata-katanya sendiri. Siswa-siswa cenderung takut mengekspresikan diri, misalnya mengemukakan ide, pendapat, atau gagasannya sendiri. Dengan demikian, kreativitas dan keterampilan anak tidak berkembang secara optimal. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 109
  • 112.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan di sekolah akan berlangsung dengan baik, jika stakeholders dan warga sekolah bekerjasama secara solid dalam melaksanakan MBS. Kerjasama tersebut harus dilakukan secara partisipatif oleh semua unsur sistem sekolah. Hal ini berarti bahwa warga sekolah dan stakehold- ers harus mampu mengembangkan program sekolah yang jelas, terarah, dan transparan. Dengan demikian, komite sekolah dan stakeholders akan memberi dukungan baik moral, spritual maupun material sehingga pada saatnya peningkatan mutu pendidikan di sekolah akan tercapai. Tujuan Tujuan peningkatan peran Komite Sekolah adalah untuk: 1. menciptakan kepemimpinan yang partisipatif, demokratis, dan fleksibel di sekolah; 2. meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan monev (monitoring dan evaluasi) program pendidikan di sekolah; 3. menumbuhkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan sekolah; 4. meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Prinsip dan Pendekatan Prinsip yang digunakan untuk meningkatkan mutu sekolah melalui peran serta Komite Sekolah adalah kerjasama dan pendekatannya adalah partisipatif. Prinsip kerjasama ini menekankan bahwa pelaksanaan program haruslah didasarkan pada kerjasama yang kokoh antara stakeholders dan warga sekolah, sehingga semua pihak mempunyai rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap program sekolah. Pendekatan partisipatif menekankan adanya keterlibatan seluruh warga sekolah dan stakeholders dalam pengembangan program pendidikan di sekolah. Pendekatan ini menghendaki adanya pemahaman yang sama dari seluruh unsur yang terkait terhadap program sekolah. Oleh sebab itu, sosialisasi program secara berkelan- jutan melalui rapat guru maupun komite sekolah harus dilakukan, serta kesem- patan dan kewenangan diberikan kepada stakeholders atau warga sekolah sesuai dengan tanggungjawab masing-masing. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 110 Good Practices in Management of Education
  • 113.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan Seorang anggota TNI Angkatan Darat, salah satu peserta dari unsur Komite Sekolah sedang mengungkapkan pendapatnya tentang pentingnya PSM Tahap pelaksanaan Untuk mencapai tujuan di atas, beberapa langkah dilaksanakan secara bertahap: 1. Rapat perencanaan antara guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan tokoh masyarakat di sekolah dalam rangka pembuatan RPS dan RAPBS. Komite sekolah dilibatkan secara aktif dalam kegiatan ini. 2. Pertemuan dengan wali murid untuk sosialisasi RPS dan RAPBS serta pengu- atan kerjasama antara wali murid dan warga sekolah agar upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah mendapat dukungan dari wali murid. 3. Studi banding/kunjungan warga sekolah dan komite sekolah ke sekolah yang baik di luar daerah. 4. Pembentukan paguyuban kelas untuk membantu peningkatan mutu pembe- lajaran di kelas. 5. Pameran karya siswa di peristiwa-peristiwa tertentu, misalnya akhir semes- ter, Hardiknas, hari jadi kota/kabupaten dll. Dalam rangka peningkatan peran komite sekolah ini, pelibatan komite sekolah secara aktif dalam pembuatan RPS dan RAPBS memiliki dampak yang sangat luas. Pertama, komite sekolah mengetahui secara pasti arah program sekolah. Kedua, komite sekolah mengetahui permasalahan yang dihadapi sekolah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Ketiga, komite sekolah mengetahui apa yang harus dilakukan untuk membantu mengatasi masalah, tentu saja yang proporsional sesuai dengan kewenangannya. Keempat, komite sekolah memiliki rasa keterikatan yang makin kuat dengan sekolah. Akhirnya warga sekolah merasa tidak sendiri dalam mengembangkan sekolah baik dari sisi manajemen maupun proses pembelajarannya. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan mutu sekolah menjadi lebih mudah dilaksanakan. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 111
  • 114.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan HASIL YANG DICAPAI 1. Mutu pengelolaan pendidikan di sekolah Setelah program peningkatan peran serta komite sekolah melalui MBS dilaksana- kan di sekolah-sekolah binaan MBE, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut: • Komunikasi dan kerjasama antara warga sekolah dan komite sekolah menjadi sangat baik. Hal ini terlihat dari inisiatif komite untuk memberikan ide dan gagasannya kepada kepala sekolah demi kemajuan sekolah. Di lain pihak, kepala sekolah selalu mengkomunikasikan permasalahan yang dihadapi sekolah kepada komite untuk dicarikan penyelesaiannya secara bersama. • Gagasan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah baik dari komite, kepala sekolah maupun guru, ditindaklanjuti sampai pada tahap penggalangan dana dan implementasinya. Sebagai contoh, di SDN Punten 1 Kota Batu peningkatan mutu pendidikan dilakukan dengan pengadaan sumber belajar siswa (green house), pengadaan bangku, perbaikan gedung sekolah, pengadaan mushola, pavingisasi, dll. • Kepedulian komite sekolah terhadap sekolah meningkat. Sebagai contoh, di SDN Punten 1 Kota Batu komite sekolah berusaha untuk mencarikan sumber dana dari kalangan dunia usaha (hotel) untuk keperluan kemajuan sekolah. 2. Mutu proses pembelajaran di sekolah • Kualitas proses pembelajaran di sekolah meningkat dengan meningkatnya kepedulian komite sekolah. Banyak orang tua/wali murid berperan sebagai nara sumber baik untuk pembelajaran di kelas maupun untuk kegiatan ekstra kurikuler. Sebagai contoh, kegiatan ekstra qosidah rebana yang merupakan kegiatan khas SDN Baron 1 Kabupaten Magetan mendapatkan pelatihan yang periodik dari wali murid. • Wali murid berpartisipasi untuk membangun radio pendidikan di SDN Baron 1 Kabupaten Magetan. Radio pendidikan ini digunakan selain untuk media pembelajaran anak menjadi presenter atau penyiar radio juga digunakan sebagai media informasi pendidikan bagi warga sekolah. • Wali murid memfasilitasi pengadaan sablon untuk media pembelajaran dalam pengembangan life skills anak-anak dan untuk peningkatan pendapatan sekolah. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 112 Good Practices in Management of Education
  • 115.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan 3. Mutu hasil belajar siswa di sekolah • Peningkatan perilaku anak-anak terjadi di sekolah-sekolah, antara lain: anak- anak berani mengekspresikan diri melalui mengemukakan ide, pendapat, atau gagasan. Selain itu anak lebih berani tampil di depan umum untuk menunjuk- kan kreativitasnya. • Karya siswa sebagai cerminan kreativitas dan hasil belajarnya terdapat di setiap kelas dalam bentuk pajangan karya siswa. Selain itu beberapa sekolah mema- jangkan karya siswa di majalah dinding sekolah. Karya siswa ini selain sebagai hasil unjuk kerjanya juga berfungsi sebagai sumber belajar bagi siswa lainnya. • Siswa-siwa menunjukkan peningkatan hasil belajar yang cukup berarti, ditinjau dari rata-rata nilai UAS tahun 2005-2006: - SDN Baron 1, Magetan menjadi 8,31 (sebelumnya: 7,38) - SDN Punten 1, Batu menjadi 9,36 (sebelumnya: 8,83) - SDN Tangkil 1, Blitar menjadi 7,99 (sebelumnya: 6,72) - SDN Jajag 7, Banyuwangi menjadi 7,33 (sebelumnya: < 7) Ketua komite sekolah adalah penguasa setempat, dan terlibat secara penuh dalam perencana- an dan pengawasan keuangan sekolah PELAJARAN YANG BISA DIAMBIL Pelajaran yang dapat dipetik dari peningkatan mutu sekolah melalui peningkatan peran komite sekolah adalah sebagai berikut: • Pelibatan komite sekolah mulai dari perencanaan program dan anggaran sam- pai dengan pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program dapat menumbuh- Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 113
  • 116.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan kan kepercayaan dan kerjasama yang baik antara stakeholders dan warga sekolah. • Kerjasama yang partisipatif antara komite sekolah dan warga sekolah menciptakan transparansi dan akuntabilitas sekolah. • Kerjasama yang partisipatif antara komite sekolah dan warga sekolah mampu memunculkan peran serta masyarakat dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran di sekolah, misalnya sebagai nara sumber dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. • Kerjasama yang kokoh antara komite sekolah dan warga sekolah mampu Komite sekolah mendukung perawatan dan pengembangan sekolah dengan dana dan mendorong masyarakat untuk membantu langsung dengan bahan dan tenaga. menciptakan kemandirian sekolah dan rasa memiliki serta tanggung jawab stakeholders terhadap program pendidikan di sekolah. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN • Sepanjang kerjasama yang partisipatif, komunikatif, dan terbuka tetap dijalin antara sekolah dan komite sekolah, keterlibatan komite sekolah untuk ikut meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dapat terus dijaga kelestariannya. • Apabila masing-masing pihak, sekolah dan komite, dapat menjaga tugas dan fungsi masing-masing dan tidak mengambil peran yang melebihi batas kewenangannya, maka peningkatan mutu pendidikan di sekolah melalui peran serta komite sekolah akan terus berlangsung. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 114 Good Practices in Management of Education
  • 117.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN • Peran Komite Sekolah mempunyai andil besar dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Penciptaan kerjasama yang partisipatif, komunikatif, dan terbuka antara komite sekolah dan warga sekolah dapat dilakukan dengan melibatkan komite sekolah mulai dari perencanaan program sekolah, merupa- kan kegiatan yang mudah dilakukan. Oleh sebab itu, peningkatan peran komite sekolah semacam ini dapat disebarluaskan ke sekolah-sekolah di daerah- daerah lain. • Sekolah-sekolah yang menerapkan MBS sangat mungkin untuk menerima peningkatan peran serta komite sekolah semacam ini, karena dalam MBS ditekankan pentingnya peningkatan peran serta masyarakat. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. SULASMI, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Punten 1 Jl. Raya Punten No. 24 Kota Batu, Kota Batu - Jawa Timur Telp. : (0341) 597 550 2. HARJITO, S.Ag. Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Baron 1 Jl. Gubeng Suryo Km. 3 Kabupaten Magetan - Jawa Timur Telp. : (0351) 770 5303 3. SUPRAPTO Jabatan : Ketua Komite Sekolah SDN Baron 1 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 115
  • 118.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan Alamat : Desa Baron Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan – Jawa Timur Telp. : - 4. SRI SUMARTI, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Tangkil I, Jl. Kepundung, Tangkil, Wlingi Kabupaten Blitar – Jawa Tengah Telp. : Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 116 Good Practices in Management of Education
  • 119.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan PERAN PAGUYUBAN KELAS DALAM PEMBELAJARAN LATAR BELAKANG Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam menca- pai cita-cita bangsa yang luhur tersebut, diperlukan peran dari se- mua pihak. Peningkatan mutu pen- didikan tidak hanya menjadi beban yang sangat berat bagi sekolah tetapi juga menjadi tanggung jawab stakeholders. Pendidikan siswa menuntut kerja- Paguyuban kelas tampak antusias sama yang nyata dari berbagai pi- bersama guru kelas memajang hasil karya hak. Pendidikan siswa tidak dapat anak hanya bertumpu pada layanan guru di sekolah. Hal ini karena waktu siswa lebih banyak berada di lingkungan masyarakat daripada di sekolah. Selain hal itu, guru hanya memiliki waktu yang relatif singkat untuk mendidik siswa-siswanya, karena guru harus membagi perhatiannya kepada 30 – 40 siswa yang semua membutuhkan perhatiannya. Oleh sebab itu, komite sekolah atau masyarakat harus berperan untuk memberi layanan pendidikan bagi para siswa. Selama ini Peran Serta Masyarakat (PSM) dalam membantu peningkatan mutu pembelajaran di sekolah tampak masih sangat kurang. Melihat kondisi semacam ini, sekolah perlu berinisiatif agar peran serta masyarakat dalam upaya mening- katkan mutu pembelajaran dapat berlangsung lebih baik. Sekolah berpandangan bahwa masyarakat yang tentu saja digerakkan oleh komite sekolah, diharapkan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 117
  • 120.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan berperan serta secara aktif untuk membantu sekolah dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Jadi, orang tua/wali siswa, tokoh agama dan masyarakat, serta dunia usaha dan industri seyogyanya berpartisipasi untuk memajukan proses pembelajaran di kelas. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelas yang dilakukan sekolah adalah membentuk paguyuban kelas. Paguyuban kelas ini merupakan perkumpulan orang tua murid yang bertujuan membantu peningkatan mutu pembelajaran dan pencapaian program sekolah. Paguyuban kelas atau paguyuban sekolah merupakan perkumpulan orang tua murid di satu kelas atau satu sekolah. Paguyuban terebut diharapkan dapat menjadi wadah peran serta masyarakat dalam peningkatan mutu pembelajaran. SITUASI SEBELUM INISIATIF Kondisi sebelum inisiatif menunjukkan bahwa peran orang tua/wali murid hanya sebatas sebagai penyandang dana, sehingga terkesan mereka tidak berpartisipasi secara aktif untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Kehadiran orang tua/wali murid di sekolah jarang sekali. Pertemuan warga sekolah dengan orang tua/wali murid dilaksanakan bertepatan dengan pembagian buku rapor siswa yang biasanya disertai dengan penarikan dana oleh sekolah. Dengan demikian, pertemu- an orang tua/wali murid jarang sekali membahas upaya bersama warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Selama ini program kegiatan sekolah hanya direncanakan oleh sekolah tanpa melibatkan stakeholder pendidikan lainnya. Kondisi tersebut mengakibatkan kurang transparansinya anggaran sekolah sehingga dukungan orang tua atau masyarakat terhadap program sekolah tetap rendah. Apabila sekolah memiliki program peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, maka sekolah merasa sangat berat memikul tugas tersebut karena rendahnya dukungan masyarakat. Orang tua/wali murid masih belum mempunyai rasa memiliki sehingga keterlibat- an mereka terhadap berbagai kegiatan sekolah masih rendah. Sebagian orang tua/ wali murid masih memiliki pemikiran bahwa semua sarana prasarana sekolah telah disediakan pemerintah lewat berbagai proyek. Mereka merasa tidak perlu lagi melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Orang tua/wali siswa belum terwadahi dalam suatu organisasi yang sesuai dengan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 118 Good Practices in Management of Education
  • 121.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan tingkat kelas putra-putrinya. Salah satu akibatnya adalah banyak orang tua tidak mengetahui kondisi putra-putrinya di sekolah. Salah satu sebabnya adalah masih minimnya pengetahuan warga sekolah dan stakeholder tentang peran serta masyarakat. Selain itu, tokoh agama dan masyarakat tidak dilibatkan dalam berbagai program sekolah. Hal ini disebabkan karena warga sekolah dan masyarakat merasa tidak memiliki hubungan langsung dengan pembelajaran di sekolah. Secara umum dapat dikatakan bahwa sebelum inisiatif peran serta masyarakat dalam pembelajaran dirasa masih sangat kurang. Pertemuan rutin antara komite dan warga sekolah dilaksanakan hanya 2 – 3 kali dalam satu tahun. Keterlibatan orang tua siswa/wali murid di sekolah belum tertata dengan baik karena wadah yang mengorganisasi keterlibatan orang tua di sekolah belum terbentuk. INISIATIF DAN STRATEGI PELAKSANAAN Salah satu usaha sekolah untuk meningkatkan peran serta masyarakat adalah menyamakan persepsi bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara warga sekolah dan stakeholder. Setelah memahami kondisi ini, sekolah mulai membangun komunikasi dua arah dengan komite sekolah. Komunikasi ini dimaksudkan agar ide-ide dan aspirasi peningkatan mutu pendidikan tidak hanya berasal dari sekolah tetapi juga berasal dari masyarakat. Langkah selanjutnya adalah beberapa sekolah melakukan beberapa perubahan. Pertama, perubahan besar yang dilakukan oleh sekolah adalah meningkatkan transparansi anggaran dan program. Transparansi atau keterbukaan ini dapat berupa tahap penyusunan rencana/program kerja sekolah ataupun keterbukaan dalam pengelolaan keuangan sekolah. Kedua, sekolah mulai membentuk paguyuban kelas. STRATEGI 1. Komunikasi Kondisi sekolah selama ini yang oleh sebagian masyarakat masih dianggap tertutup menjadi salah satu kendala bagi stakeholder untuk ikut serta dalam peningkatan mutu pendidikan. Sebagian sekolah telah melakukan upaya agar terjadi komunikasi yang terbuka dengan stakeholder pendidikan. Komunikasi yang diciptakan tersebut diharapkan akan dapat lebih membuka wawasan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 119
  • 122.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan masyarakat akan kondisi sekolah dan arti pentingnya peran serta masyarakat. Usaha untuk membangun komunikasi tersebut antara lain dengan dilaksana- kannya sosialisasi arti penting PSM, pertemuan rutin dengan orang tua murid maupun dengan tokoh masyarakat dan agama yang tidak hanya dilaksanakan pada saat evaluasi siswa tetapi dapat dilaksanakan secara rutin dan terjadwal. 2. Transparansi dan Akuntabilitas Transparansi yang dimaksud adalah masyarakat akan dengan mudah mengak- ses/mengetahui kondisi keuangan sekolah. Berdasarkan transparansi dan akuntabilitas yang telah dilakukan sekolah, maka akan menumbuhkan keper- cayaan masyarakat kepada sekolah. 3. Keterlibatan Komite dan Paguyuban dalam menentukan program kerja sekolah Program kerja yang selama ini dilaksanakan mutlak berasal dari sekolah, tanpa mengikut sertakan ide dan aspirasi masyarakat. Menyadari kondisi yang ingin dicapai, maka sekolah mulai mengikut sertakan masyarakat (komite dan paguyuban) dalam penyusunan program kerja sekolah. Tahap Pelaksanaan a. Melaksanakan rapat koordinasi sekolah dengan komite, tokoh agama, dan masyarakat tentang pentingnya Peran Serta Masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran. b. Pembentukan Paguyuban Kelas dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. c. Membuat program kerja paguyuban kelas yang disesuaikan dengan program kerja komite sekolah. d. Membuat jadwal piket harian oleh paguyuban kelas dalam rangka membantu guru dalam proses pembelajaran di kelas. HASIL YANG DICAPAI Upaya yang telah dilakukan sekolah telah menghasilkan berbagai hal: Pertama, sekolah dan stakeholder telah mampu membentuk paguyuban sekolah dan kelas. Kedua, aktivitas paguyuban kelas bersama sekolah telah meningkatkan rasa tanggung jawab bersama dalam memajukan pendidikan dan pembelajaran anak- anak di sekolah. Ketiga, paguyuban kelas bersama sekolah telah mampu mengi- Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 120 Good Practices in Management of Education
  • 123.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan dentifikasi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sekolah, dan bantuan yang diperlukan sekolah untuk peningkatan pembelajaran di kelas. Paguyuban kelas telah berhasil berperan aktif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran di sekolah, antara lain: • Membantu sekolah dan komite sekolah dalam penyusunan program sekolah terpadu yang memuat berbagai aspek kebutuhan sekolah, siswa, orang tua/ wali murid, dan masyarakat. • Membantu pengadaan kebutuhan kelas, seperti tempat pajangan dalam berba- gai bentuk, rak buku untuk sudut baca, pengecatan kelas, tempat sampah, tem- pat cuci tangan anak, taplak meja, dll. • Membantu penataan ruangan kelas dan isinya, gambar sebagai media pembe- lajaran, penataan pajangan dan penggantiannya, serta pembenahan portofolio. • Membantu administrasi kelas sehingga guru dapat berkonsentrasi membelajar- kan para siswa. • Membuat jadwal piket rutin setiap hari untuk membantu guru dalam proses pembelajaran. • Terlibat aktif dalam proses pembelajaran, seperti ikut menetapkan nara sumber atau menjadi nara sumber dalam mata pelajaran sesuai profesinya (dokter, pengacara, polisi, dll) dan kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, UKS, komputer, seni tari, qosidah rebana, dll. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 121
  • 124.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 122 Good Practices in Management of Education
  • 125.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Berdasarkan hasil yang telah dicapai, pelajaran yang dapat dipetik adalah: a. Komunikasi dua arah antara warga sekolah dan stakeholder sangat mendukung suksesnya pelaksanaan program sekolah yang telah ditetapkan bersama. b. Masyarakat lebih peduli terhadap keadaan sekolah. Kepedulian ini membantu sekolah dalam membenahi dirinya dalam berbagai bidang, seperti sarana, me- dia, dll. c. Paguyuban kelas banyak membantu guru dalam proses pembelajaran siswa. Dalam pembelajaran di kelas, paguyuban dapat membantu guru dalam menyi- apkan perangkat pembelajaran. Saat di rumah paguyuban dapat kembali berpe- ran sebagai orang tua yang selalu membantu dan memantau belajar putra - putrinya. d. Piket rutin setiap hari oleh paguyuban kelas sangat membantu orang tua/wali siswa dalam mengetahui kondisi putra-putrinya di sekolah. e. Beberapa anggota paguyuban kelas berperan pula sebagai narasumber. f. Kondisi kelas lebih tertata dengan baik karena paguyuban kelas saling berlomba untuk membenahi kelas masing-masing. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Melihat kondisi yang telah dicapai oleh beberapa sekolah seperti dikemukakan di atas, kemungkinan keberlajutan beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan sangatlah besar. Kemungkinan keberlanjutan ini didasarkan oleh beberapa pertimbangan, antara lain: • Komunikasi dua arah yang terus terjaga antara sekolah dan masyarakat/stake- holder. • Kesadaran masyarakat bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersama, makin meningkat. • Masyarakat/stakeholder sudah dilibatkan dalam proses perencanaan kerja sekolah. • Peran paguyuban kelas yang sangat membantu guru dalam proses pembelajar- an. Bantuan yang diberikan paguyuban di kelas. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 123
  • 126.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan PENYEBARLUASAN Keberhasilan beberapa sekolah dalam meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya peran paguyuban kelas meningkatkan mutu pembelajaran, sangat mungkin untuk disebarluaskan. Usaha penyebarluasan dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain: a. Penyebaran informasi ke sekolah lain oleh pihak terkait. b. Penyampaian informasi ke berbagai pihak melalui forum-forum yang sudah ada. c. Dinas menetapkan sekolah yang telah berhasil tersebut dijadikan sebagai sekolah rujukan studi banding. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. HARJITO, S.Ag Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Baron 1, Kabupaten Magetan – Jawa Timur Telp. : (0351) 770 5303 2. ELMI YAHYI, S.Pd Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN Mlilir 2 Jl, Jurang Belik, Prampelan Milir Ambarawa Kabupaten Semarang - Jawa Tengah Telp. : - Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 124 Good Practices in Management of Education
  • 127.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan MEMBANGUN KEMITRAAN DENGAN DUNIA USAHA LATAR BELAKANG Sekolah adalah bagian tak terpisahkan dari masyarakat. Masyarakat membu- tuhkan sekolah bagi pendidikan generasi mudanya dan sekolah menyediakan jasa layanan pendidikan yang diinginkan masyarakat. Dalam rangka mengoptimalkan layanan pendidikan seringkali sekolah menghadapi berbagai kendala. Masalahnya adalah tidak semua kendala dapat diatasi oleh sekolah. Jika sekolah mencoba mengatasi kendala tersebut, maka akan menghabiskan waktu, dana dan energi, sehingga tugas utama sekolah dalam memberikan layanan pendidikan kepada peserta didik akan terganggu. Salah satu usaha untuk mengatasi masalah yang dihadapi adalah mengadakan kerjasama dengan dunia usaha dan industri. SITUASI SEBELUM INISIATIF Banyak hal yang perlu diperhatikan untuk menunjang terlaksananya program pendidikan, tidak hanya masalah yang berkaitan dengan fisik sekolah seperti gedung, ruang kelas, perpustakaan dan alat peraga, tetapi juga pelaksanaan kegiatan pembelajaran seperti kegiatan ekstra kurikuler, menanamkan kebiasan menabung, bahkan juga yang berkaitan dengan kepengurusan admininistrasi sekolah seperti pembayaran uang sekolah. Sebagai contoh di SMP Negeri 1 Banyuwangi mempunyai kesulitan dalam hal dana untuk perawatan fasilitas olahraga. Koperasi SMP ini bekerjasama dengan outlet penjual produk Teh Sosro (TS) mengatasi masalah tersebut antara lain dengan mengecat lapangan dan papan basket sekolah dengan produk dari Sosro Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 125
  • 128.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan (gambar). Sebagai imbalannya adalah TS akan menyuplai pro- duk minumannya pada acara- acara tertentu (kompetisi olah raga, Masa Orientasi Siswa, Ge- rak Jalan, dll) secara gratis, serta telah menyumbang 3 bola basket. Pada rencana berikutnya telah disetujui pula untuk membangun atap peneduh pada sebagian ha- laman sekolah (berupa awning). SMPN 1 Banyuwangi bekerjasama dengan perusahaan swasta Contoh lain misalnya di SDN 7 Magelang dicanangkannya gerak- an menabung kepada siswa. Ketika program ini dilaksanakan, ternyata terkum- pulnya uang memerlukan keahlian dan kerja ekstra bagi guru. Beberapa kali seko- lah telah gagal mengelola tabungan siswa. Pertama kali tabungan siswa dikelola oleh guru kelas, tetapi semakin lama menjadikan beban bagi guru, sehingga akhir- nya secara perlahan berhenti. Untuk mengatasinya sekolah bekerjasama dengan sebuah Bank Swasta untuk mengelola Tabungan Siswa. INISIATIF DAN STRATEGI Untuk mengatasi masalah-masalah yang seringkali tidak berkaitan langsung dengan teknis pembelajaran dan juga membebani sekolah, maka sekolah berinisiatif menggalang kerja- sama dengan instansi lain. Sebagai con- toh cara yang ditempuh oleh SMP Negeri 7 Magelang antara lain dengan berinisiatif melakukan pertemuan dan menawarkan kerjasama dengan Bank Siswa SMPN 7 Magelang membayar uang Pasar, sebuah Bank BUMD milik Peme- sekolah melalui petugas BPR yang datang rintah Derah. ke sekolah Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 126 Good Practices in Management of Education
  • 129.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan Langkah-langkah yang ditempuh : • Setelah melakukan pertemuan dengan Bank Pasar, kepala sekolah berinisiatif melakukan pertemuan dengan Stakeholders sekolah; • Kemudian rapat antara Kepala Sekolah, Komite Sekolah dan Tim RAPBS (Tim yang terdiri dari Bendahara Sekolah, Guru Kurikulum, Guru Kesiswaan, Wakil Kepala Sekolah, Seksi kegiatan, Pembina OSIS dan Pembina Extra Kurikuler); • Rapat menyetujui dan mendukung adanya kerjasama, khususnya dalam hal pengelolaan iuran sekolah dengan pihak bank dan menunjuk Bank Pasar (Bapas) sebagai mitra sekolah; • Diadakan perjanjian kerjasama antara sekolah yang diwakili Kepala Sekolah dengan pihak Bank yang diwakili oleh Direktur Bank Pasar. Dalam perjanjian tersebut antara lain berisi: - Pembayaran iuran sekolah dimulai dari tanggal 2 sampai dengan tanggal 10 setiap hari kerja pada bulan yang bersangkutan; - Pelaksanaan pembayaran iuran sekolah diambil oleh petugas Bank Pasar pada setiap jam Istirahat; - Pembayaran yang dilakukan sesudah tanggal 10 agar langsung disetor ke PD BPR Bank Pasar Kota Magelang; - Uang Pembayaran iuran sekolah tersebut dimasukkan ke rekening Tabung- an SMP Negeri 7 Magelang pada PD BPR Bank Pasar Kota Magelang. Teknis Pelaksanaan: • Setiap siswa yang membayar diberikan slip pembayaran; • Sekolah merekap total siswa yang membayar, selanjutnya melakukan check- ing (pencocokan) dengan slip pembayaran yang diterima sekolah; • Selanjutnya buku tabungan oleh sekolah di bawa ke bank untuk dicetak sehingga diketahui saldo maupun jumlah uang yang telah masuk maupun keluar; • Tempat Pembayaran dilakukan dihalaman ruang kelas sehingga lebih dekat kepada siswa. Contoh lain yang telah dilakukan oleh SD Negeri 7 Magelang adalah: Menggalang kerjasama kemitraan antara sekolah dengan pihak BMT(Baitul Maal Wattamwil), dengan langkah-langkah antara lain: Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 127
  • 130.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan • Pertemuan antara Kepala Seko- lah, Guru, Paguyuban Orang Tua Murid (POM) dan Komite (seo- rang anggotanya manajer BMT) untuk membahas berbagai per- soalan sekolah, salah satunya adalah persoalan tentang pe- ngelolaan tabungan siswa. • Membahas kerjasama dengan lembaga keuangan dan disam- but oleh seorang anggota komi- te yang kebetulan adalah ma- najer sebuah BMT (Ibu Mutri- Siswa SDN 7 Magelang membayar uang sekolah fah). melalui petugas BMT • Sosialisasi program kerjasama oleh BMT dan penawaran kepada orang tua bersama siswa-siswinya didam- pingi guru kelas untuk menabung. Ternyata tawaran ini disambut dengan antu- sias untuk ikut menabung di sekolah melalui BMT. • Kerjasama dituangkan dalam perjanjian kesepakatan antara sekolah dan BMT. Pihak sekolah yang diwakili Kepala Sekolah dan pihak BMT yang diwakili oleh Manager BMT. Sebagai saksi adalah Ketua Komite dan POM. • Pada waktu pelaksanaan kerjasama, pihak BMT mengirimkan 2 orang petugas- nya ke sekolah selama 3x dalam 1 minggu (Senin, Rabu, dan Jum’at) pukul 09.00 – 10.00 untuk melakukan pelayanan bagi siswa yang menabung. • Pihak BMT menyediakan buku dan pihak sekolah menyediakan tempat dan ruangan bersama POM agar dapat saling membantu HASIL YANG DICAPAI Kerjasama yang saling menguntungkan baik bagi pihak sekolah maupun bank dapat dilihat dari: - Keuntungan bagi Siswa: • Anak belajar hidup sederhana, disiplin, jujur serta mengenal sejak dini dunia perbankan. BMT sebagai salah satu sumber belajar. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 128 Good Practices in Management of Education
  • 131.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan • Kebersamaan antar siswa dapat ditumbuhkan. • Ada persaingan yang positif bagi anak dalam hal menabung. - Keuntungan bagi Guru: • Guru semakin senang, siswa semakin dinamis di kelas dan memudahkan guru dalam memberikan contoh pembelajaran. • Kedekatan antar guru, anak, dan orang tua semakin baik. - Keuntungan bagi Sekolah dan Kepala Sekolah: • Semakin banyak sumbangan yang mengalir ke sekolah, dimana pihak BMT seringkali memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi maupun sumbangan untuk menunjang sarana dan prasarana pembelajaran (papan nama, papan petunjuk & papan peringatan); serta sumbangan yang diberikan pada kegiatan tertentu di sekolah (Bazar & Pameran, Lomba dan lainnya). - Keuntungan bagi Orang Tua Siswa dan Komite serta Paguyuban Orang Tua Murid (POM): • Orang tua siswa semakin termotivasi untuk menabung • Orang tua tidak perlu repot lagi bila ada kebutuhan mendesak bagi putra- putrinya di sekolah, karena dana sewaktu-waktu bisa diambil • Kepercayaan sekolah kepada komite semakin meningkat (Kebetulan Mana- ger BMT adalah anggota komite dan POM). Komite bersama POM diper- caya mengelola sepenuhnya dana SPP (Sumbangan Peduli Pendidikan di luar BOS) yang besarnya bervariasi dengan maksud bisa subsidi silang. - Keuntungan bagi pihak BMT: • Program-program BMT bidang pendidikan dapat sejalan dengan sekolah, seperti program pemberian beasiswa, program peningkatan mutu pendidik- an, program tabungan pendidikan, dll. • Nasabah semakin meningkat sehingga asset/modal juga bertambah, selain itu pihak BMT bisa promosi langsung produknya yang lain seperti pro- gram Tabungan Wisata, Tabungan Qurban, Tabungan Haji (untuk Orang Tua Siswa) dan sebagainya. • Dana yang terkumpul dapat disalurkan untuk kebutuhan anggota BMT yang lain (BMT, menurut managernya adalah jenis/bentuk koperasi, bukan Bank). Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 129
  • 132.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Dari contoh-contoh kerjasama di atas, maka dapat diambil hikmah, bahwa: • Pentingnya menjaga kepercayaan dengan lembaga/pihak di luar sekolah akan meningkatkan kebersamaan dan kemajuan bagi sekolah. • Pentingnya membiasakan gemar menabung sejak usia dini bagi siswa akan melatih siswa untuk jujur, hati-hati dan disiplin. • Pentingnya komunikasi yang baik antara sekolah, DUDI (BMT), dan Orang Tua Murid. • Kepercayaan antara kedua belah pihak (Sekolah dan Bank) merupakan satu hal yang patut dijaga dan dikembangkan. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN • Sangat mungkin dilanjutkan mengingat masing-masing pihak sudah merasakan manfaat dan dampaknya. • Pihak sekolah dapat memanfaatkan bank/BMT sebagai tempat belajar anak secara kontekstual. • Memudahkan bank/BMT untuk menawarkan produknya ke sekolah, disamping dapat meningkatkan jumlah nasabah terutama dari orang Tua siswa. KEMUNGKINAN PENYEBARLUASAN Kemitraan yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak termasuk dengan DUDI sangat mungkin untuk diterapkan disekolah lain, mengingat rasa keper- cayaan, kebersamaan dan saling memberi manfaat diantara keduanya bisa dimulai dan dibangun dari sumber daya yang ada disekitar kita (sekolah). Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 130 Good Practices in Management of Education
  • 133.
    Peran Serta MasyarakatDalam Pendidikan NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. WURYANING Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SDN 7 Magelang Jl. Pahlawan 21, Kec. Magelang Utara Kota Magelang – Jawa Tengah Telp. : (0293) 365 378 2. Dra. Rr. SUTINI SUTRISNI Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN 7 Jl. Sunan Gunung Jati No. 40, Kec. Magelang Selatan Kota Magelang – Jawa Tengah Telp. : (0293) 363 473 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 131
  • 135.
    JENDER DALAM PENDIDIKAN - Pengantar -Mendukung Perempuan Lewat Sekolah
  • 137.
    Jender Dalam Pendidikan PENGANTAR Wajah pendidikan Indonesia saat ini tidak dipungkiri masih diwarnai permasalah- an jender. Proses dan hasil pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan diupayakan dapat dinikmati oleh semua kelompok jender, namun dalam pelaksa- naannya hambatan jender akan selalu muncul. Bias jender dalam pendidikan sebagian besar memang masih menimpa kaum perempuan, bagaimana pendidikan belum mendukung perempuan. Sebagai contoh tingkat buta huruf perempuan yang masih tinggi, dan partisipasi bersekolah penduduk perempuan yang masih lebih rendah dibanding laki-laki, kurikulum yang kurang tepat bagi siswa perem- puan, dan lingkungan sekolah yang sering menimbulkan diskriminasi terhadap siswa perempuan. Penting diperhatikan bagaimana agar hambatan tersebut tidak akan selalu merugikan perempuan. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 135
  • 139.
    Jender Dalam Pendidikan MENDUKUNG PEREMPUAN LEWAT SEKOLAH LATAR BELAKANG Cerita tentang peningkatan partisipasi dan peran perempuan dalam pendidikan khususnya di sekolah ini, sebenarnya hanya bagian kecil dan bukan sasaran utama dari praktik-praktik upaya meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan dan peningkatan mutu pendidikan dasar yang telah dilaksanakan oleh MBE di beberapa daerah binaannya. Penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam peningkatan kualitas pendidikan yang meliputi aspek manajemen maupun pembelajaran baik yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Cabang Dinas (UPTD) maupun sekolah terse- but secara tidak langsung telah menyentuh perempuan dan mendorong pening- katan partisipasi perempuan sebagai anggota stakeholders maupun warga sekolah dalam pendidikan khususnya di sekolah. Namun bagi perempuan, sentuhan kecil tersebut telah menerbitkan secercah harapan bagi upaya menjadikan pendidikan lebih mendukung perempuan, karena latar belakang pendekatan partisipatif yang digunakan. SITUASI SEBELUM INISIATIF Sebagian besar anggota stakeholders dan warga sekolah adalah perempuan namun keterlibatan dan peran mereka dalam pengelolaan sekolah terutama pada saat pengambilan keputusan masih kecil, sedangkan upaya nyata untuk meningkat- kannya masih kurang, karena belum adanya kesadaran bahwa pendidikan yang selama ini mereka terima dan jalankan belum mendukung perempuan. Ibu-ibu baik wali murid maupun warga masyarakat sekitar menjadi tamu rutin bagi sekolah setiap harinya, namun mereka hanya sebatas menunggu putra-putri mereka menjalani proses pembelajaran dan ‘menonton’ perkembangan yang terjadi di sekolah, tanpa tergerak atau mempunyai kesempatan untuk turut andil didalamnya. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 137
  • 140.
    Jender Dalam Pendidikan Begitujuga dengan guru-guru di sekolah yang sebagian besar adalah perempuan, namun peran dan keterlibatan mereka dalam manajemen sekolah dirasa masih kurang. Salah satu contohnya pada proses pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan sekolah, mereka seringkali tidak dimintai pertimbangan atau dalam istilah Jawa urun rembug, dan hanya sebagai pihak pelaksana keputusan tersebut. Kondisi ini terjadi terkait dengan kurangnya pengetahuan guru perempuan dalam hal manajemen pengelolaan sekolah dan kualitas serta keprofesionalitas yang dianggap masih kurang. Belum adanya kesadaran akan pemahaman jender dan kurangnya keterlibatan guru perempuan dalam manajemen sekolah tesebut seringkali menghasilkan kebijakan yang kurang mendukung perempuan. Sebagai contoh, hampir di sebagian besar sekolah umum masih menerapkan kebijakan pengelolaan sekolah yang seringkali bias jender, salah satunya dalam kebijakan fasilitas sanitasi/kamar mandi yang masih digunakan secara bersama-sama (unisex) bagi siswa laki-laki dan perempuan, sehingga menjadikan kekurangnyamanan bagi siswa. Kebijakan lain adalah dalam proses penyampaian atau bentuk pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, juga masih terdapat ketidakadilan terhadap siswa perempuan semata-mata karena kurangnya pemahaman. Salah satu bentuknya dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti yang ada di SMP N 13 Kecamatan Kuto- arjo, Kabupaten Purworejo. Keberadaan majalah dinding hanya sebagai pelengkap bentuk kegiatan ekstra di sekolah dan belum terorganisir serta belum dapat dimanfaatkan sebagai saluran pengembangan potensi siswa dan sumber belajar bagi siswa dan guru. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 138 Good Practices in Management of Education
  • 141.
    Jender Dalam Pendidikan INISIATIFDAN STRATEGI PELAKSANAAN a. Peningkatan peran perempuan dalam penyelenggaraan sekolah • Maksud dan Tujuan Upaya peningkatan peran serta masyarakat di sekolah untuk mendukung penyelenggaraan sekolah secara otomatis melibatkan perempuan sebagai anggota masyarakat yang pada akhirnya mendorong perempuan untuk terlibat aktif dalam pendidikan baik dalam proses pembelajaran, perencana- an, pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan MONEV (Monitoring dan Evaluasi) program pendidikan sekolah. • Proses Perubahan Pendekatan partisipatif yang diterapkan beberapa sekolah dalam upaya peningkatan PSM tersebut menjadi “entry point” bagi perempuan untuk memperoleh akses yang lebih besar dalam bentuk: - Partisipasi Pembentukan paguyuban kelas yang sebagian besar beranggotakan ibu- ibu sebagai wali murid yang selama ini hanya sebagai penonton telah mendorong mereka ikut berpartisipasi dalam penyusunan program sekolah, membantu proses pembelajaran (menjadi guru intip atau nara sumber), dan membantu pengelolaan kelas. Kegiatan ini hampir dilak- sanakan di semua sekolah- sekolah binaan MBE, dian- taranya di SDN Milir 2 Ke- camatan Ambarawa Kabu- paten Semarang, SDN Bre- mi I Kecamatan Krucl Kabupaten Probolinggo, SDN Magetan 1 Kabupaten Magetan, dan SDN 7 Jajag Kecamatan Gambiran Ka- bupaten Banyuwangi, dan Ibu-ibu paguyuban SDN Mlilir 2, Keca- SD Islam Terpadu Baitul matan Ambarawa Kabupaten Semarang ‘Izzah Kabupaten Nganjuk. ikut membantu mengajar di kelas. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 139
  • 142.
    Jender Dalam Pendidikan - Kontrol Para perempuan ikut mengontrol proses pendidikan yang berlangsung di sekolah karena mereka mengetahui program sekolah dan memahami bagaimana pembelajaran berlangsung di sekolah, mampu mengi- dentifikasi hambatan dan kebutuhan pendidikan anak-anak baik laki-laki maupun perempuan. - Peran Upaya peningkatan PSM di lingkungan sekitar sekolah mendorong perempuan berperan dalam pendidikan seperti membantu proses pembelajaran baik sebagai nara sumber atau menggantikan mengajar materi yang sesuai dengan keahlian atau pekerjaan yang mereka miliki. Kegiatan seperti itu telah dilaksa- nakan di sekolah-sekolah binaan MBE, salah satunya SDN Pacor 2 Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, dimana seorang pe- rempuan warga sekitar sekolah, bernama Ibu Parso memberikan materi pelajaran membuat besek dalam pelajaran KTK untuk ke- las IV. Wanita berusia 60 tahun Salah satu anggota masyarakat, lebih ini adalah seorang perajin sedang mengajar cara membuat besek pada siswa kelas IV SDN besek yang tinggal dibelakang Pacor 2 Kecamatan Kutoarjo, sekolah. Kabupaten Purworejo - Manfaat Dalam pembentukan Komite Sekolah terdapat distribusi yang adil bagi perempuan maupun laki-laki untuk duduk dalam keanggotaan. b. Peningkatan Kualitas Guru Perempuan • Maksud dan Tujuan Upaya Dinas Pendidikan dan UPTD/Cabang Dinas dan Sekolah di daerah binaan MBE dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menerapkan, meningkatkan mutu, dan menyebarluaskan MBS, PSM, dan PAKEM, melalui berbagai kegiatan dengan melibatkan guru secara aktif tidak terkecuali guru perempuan . Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 140 Good Practices in Management of Education
  • 143.
    Jender Dalam Pendidikan • Proses perubahan - Adanya peluang dan kesempatan yang sama bagi guru-guru laki-laki maupun perempuan di daerah (Pasuruan, Banyumas, Madiun, Proboling- go, dan Semarang) termasuk untuk memperoleh informasi dan mengi- kuti berbagai pelatihan dan segala bentuk kegiatan pengembangan dan penyebarluasan dalam tiga pilar baik MBS, PSM, maupun PAKEM (magang, diseminasi, pembentukan PPMP, tim kendali mutu,dll). - Pelaksanaan segala bentuk kegiatan dilaksanakan di daerah yang artinya lokasi dekat dan mudah diakses oleh mereka, mengingat berbagai per- timbangan budaya dan norma yang berlaku serta keterbatasan mobilitas. - Melalui pengoptimalan KKG/MGMP menjadi sebuah wadah yang benar- benar digunakan untuk peningkatan profesionalitas guru dan pening- katan mutu pembelajaran telah mendorong terciptanya bentuk konsultasi, sharing dan diskusi antara guru perempuan dan laki-laki yang berlangsung sejajar, seperti yang dilaksanakan dalam MGMP Matematika di Kota Madiun, serta KKG di Kabupaten Pasuruan, Semarang, dan Probolinggo. - Pemberdayaan fasilitator lapis ke 2 di daerah (Pasuruan) sebagai instruktur pelatihan dan pemandu KKG untuk menangani daerah pengembangan. Fasilitator ini diambilkan dari unsur setempat yaitu guru, kepala sekolah, atau pengawas yang memiliki inovasi dan motivasi untuk maju. Dalam proses pemilihannya dilakukan dengan proses seleksi yang artinya, terdapat peluang yang sama bagi semua unsur baik perempuan maupun laki-laki untuk menjadi instruktur dan pemandu KKG yang berarti kemajuan bagi mereka. - Pendekatan untuk memotivasi guru dalam penerapan PAKEM di sekolah seperti adanya waktu khusus untuk sharing dengan kepala sekolah merupakan bentuk konseling yang memberikan dorongan tersendiri bagi guru perempuan untuk terus meningkatkan profesionalitas mereka. c. Penyediaan Sanitasi Terpisah untuk Siswa • Maksud dan tujuan Tujuan awalnya adalah untuk memenuhi fasilitas sanitasi/kamar mandi yang masih kurang dan belum memadai bagi siswa yang dalam prosesnya memunculkan kebijakan pemakaian terpisah bagi siswa perempuan dan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 141
  • 144.
    Jender Dalam Pendidikan laki-laki. Praktek ini juga telah dilaksanakan di sekolah-sekolah di berbagai daerah binaan MBE, seperti di SDN 7 Jajag, SDN 3 Bojong Purbalingga, dan SMPN 1 Ambarawa. • Proses perubahan - Fasilitas sanitasi/kamar mandi yang masih terbatas jumlahnya (belum sebanding dengan jumlah siswa) dan belum memenuhi kondisi sehat mendorong sekolah didukung bantuan dari masyarakat berusaha memenuhi kebutuhan terse- but baik dengan pemba- ngunan maupun perbaikan. - Dalam proses pengadaan/ perbaikan tersebut, dengan keterlibatan perempuan ba- ik guru, paguyuban, maupun komite sekolah, menumbuh- kan kesadaran bahwa perlu pemenuhan kebutuhan akan sanitasi/kamar mandi yang Kamar mandi yang terpisah untuk siswa terpisah, karena kebutuhan laki-laki dan perempuan di SDN 3 penggunaan yang berbeda Bojong sedang dibangun. dan untuk kenyamanan se- mua siswa khususnya siswa perempuan. - Hasil identifikasi tersebut kemudian mendorong sekolah dengan kese- pakatan dari komite sekolah, menetapkan kebijakan penggunaan kamar mandi yang berbeda bagi anak perempuan dan laki-laki. - Anak-anak diberi tanggungjawab untuk menjaga kebersihan kamar mandi masing-masing. d. Majalah Dinding (Mading) Sebagai Media Pengembangan Potensi Siswa • Maksud dan tujuan Perubahan dalam pengelolaan mading sebagai kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sekolah dengan tujuan menjadikan mading lebih produktif, profesional, dan dapat menjadi wadah pengembangan potensi bagi semua Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 142 Good Practices in Management of Education
  • 145.
    Jender Dalam Pendidikan siswa, dapat mendukung proses pembelajaran yang tidak bias jender, serta mendukung program sekolah. • Proses perubahan - Pada pertengahan proses perjalanan tahun pelajaran 2005/2006, terjadi proses pembenahan pada Mading SMP N 13 Purworejo dengan adanya pembentukan Pengurus Redaksi dan perumusan Nama, Visi, Misi, dan Program Kerja Mading untuk satu tahun, serta evaluasi program kerja. - Mempertimbangkan kesetaraan jender dengan menyediakan jumlah/ kuota pengurus laki-laki dan perempuan yang berimbang serta pem- bagian tugas atau kerja sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. - Penyediaan akses yang sama terhadap kesempatan keikut- sertaan dalam pembentukan pengurus redaksi, dimana da- lam tahapan seleksi pengurus berlaku untuk semua siswa baik laki-laki maupun pe- rempuan sesuai dengan kri- teria obyektif yang ditetap- kan dan kuota perimbangan pengurus yang disediakan. Siswa pengurus mading MAS SMPN 13 - Pelibatan stakeholders seko- Purworejo, sedang workshop lah baik secara langsung mau- penulisan artikel di Perpustakaan Daerah pun tidak langsung dalam Kabupaten Purworejo pengelolaan Mading. HASIL YANG DICAPAI a. Peningkatan peran perempuan dalam penyelenggaraan sekolah Aktivitas-aktivitas keterlibatan perempuan di sekolah tersebut telah mengha- silkan: • Peningkatan kapasitas perempuan khususnya ibu-ibu sebagai orang tua siswa dalam bidang pendidikan • Pembentukan model peran yang baik dan memberi motivasi bagi anak Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 143
  • 146.
    Jender Dalam Pendidikan perempuan dan masyarakat pada umumnya tentang bagaimana kaum perempuan harus berani memperjuangkan haknya untuk ikut berpartisipasi, berperan, dan memperoleh manfaat , serta berhak dan berkewajiban dalam mengevaluasi atau menilai hasil-hasil pendidikan, • Berdampak positif bagi pandangan atau sikap sosial masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. b. Peningkatan kualitas guru perempuan • Kualitas dan akumulasi modal ilmu guru-guru perempuan semakin mening- kat sehingga mendukung pelaksanaan tugas sebagai pengajar. • Guru-guru perempuan mulai ikut terlibat dalam pengelolaan dan proses pengambilan keputusan di sekolah. • Memberikan model peran yang penting bahwa bagi siswa baik laki-laki maupun perempuan dan masyarakat pada umumnya begitu juga dengan guru perempuan, tentang bagaimana guru perempuan dapat berkualitas dan berpartisipasi penuh di sekolah dan masyarakat. c. Penyediaan Sanitasi Terpisah untuk Siswa • Dengan adanya sanitasi yang terpisah maka kondisi sehat yang sama untuk semua murid telah terpenuhi • Siswa menjadi paham akan perlunya kesehatan dan kebersihan diri masing- masing, belajar tertib dalam penggunaan maupun perawatan, serta memahami perbedaan individu dan saling menghargai antar siswa perem- puan maupun laki-laki dan mengurangi terjadinya tindak perlakuan tidak adil terhadap anak perempuan. d. Majalah Dinding (Mading) Sebagai Media Pengembangan Potensi Siswa • Kegiatan pengelolaan MAS mampu mendorong siswa laki-laki maupun perempuan untuk ikut aktif berpartisipasi mengembangkan dan menya- lurkan potensi yang dimiliki. • Hasil karya dalam mading ini dimanfaatkan sebagai rujukan/sumber belajar yang proporsional dan tidak bias jender dalam proses pembelajaran di kelas, seperti mata pelajaran Bahasa Indonesia yang memanfaatkan puisi dan berita dari madding MAS ini. • Kerja redaksi mading yang terorganisir dan jalinan kerjasama dalam sebuah tim sesuai dengan tugas dan kewajiban tanpa pembedaan laki-laki dan Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 144 Good Practices in Management of Education
  • 147.
    Jender Dalam Pendidikan perempuan telah memberikan pengaruh positif terhadap siswa dan suasana belajar di sekolah dan di kelas • Sekolah menjadikan mading MAS sebagai media komunikasi dengan siswa dan orang tua dalam penyampaian program-program sekolah, penayangan akuntabilitas sekolah, dan berbagai informasi sekolah. • Semua elemen sekolah dapat berpartisipasi dalam Mading MAS baik secara langsung maupun tidak, dapat mengakses dan mengkonsumsi, serta memberikan umpan balik yang akan mendorong kemajuan mading pada khususnya dan sekolah pada umumnya. • Beragamnya Rubrik atau kolom yang tersedia di dalam MAS mampu mewadahi semua aspirasi seluruh stakeholders sekolah. Ada 20 rubrik/ kolom dalam MAS yang salah satunya adalah rubrik Putri Sejati yang khusus membahas tentang perempuan. PELAJARAN YANG DAPAT DIAMBIL Mengupayakan pendidikan mendukung perempuan khususnya di sekolah memang tidak mudah, namun melalui berbagai program dan kegiatan yang diselenggarakan baik oleh UPTD/Cabang Dinas maupun sekolah dalam tujuannya peningkatan mutu pendidikan secara tidak langsung telah membawa perubahan ke arah peningkatan dalam penyelenggaraan pendidikan yang lebih memperhatikan jender yang terbukti membawa perubahan dan kemajuan yang lebih besar dalam bidang pendidikan, khususnya di sekolah. Keuntungan lain adalah ketika perubahan ini tidak hanya dirasakan di dalam sekolah namun juga oleh anggota stakeholders pendidikan khususnya perempuan, dan ini merupakan peningkatan besar dalam pembangunan pendidikan. KEMUNGKINAN KEBERLANJUTAN Keberlanjutan dari praktik-praktik tersebut memungkinkan untuk terus berlanjut karena saluran yang digunakan berbentuk program dan kegiatan yang memang ada dan diselenggarakan baik oleh sekolah maupun di UPTD/Cabang Dinas. Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 145
  • 148.
    Jender Dalam Pendidikan KEMUNGKINANPENGIMBASAN Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan dan membawa perubahan ke arah pendidikan yang memperhatikan jender telah membawa perubahan kearah peningkatan dan kemajuan pendidikan ini sangat memungkinkan untuk dilaksanakan oleh daerah dan program lain. NAMA DAN ALAMAT KONTAK 1. Drs. SA. WINARNO Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SMPN 6, Jl. HOS. Cokroaminoto, Kota Madiun - Jawa Timur Telp. : (0351) 464 778 2. SRIYATI, S.Pd Jabatan : UPTD Dinas Pendidikan Kec. Gadingrejo Alamat : Jl. Hasanuddin No. 48 Kec. Gadingrejo, Kota Pasuruan – Jawa Timur Telp. : (0343) 421 671 3. Drs. SOEKARMO Jabatan : UPTD Dinas Pendidikan Kec. Ambarawa Alamat : Jl. Pemuda 10 Kec. Ambarawa, Kabupaten Semarang – Jawa Tengah Telp. : (0298) 592 139 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 146 Good Practices in Management of Education
  • 149.
    Jender Dalam Pendidikan 4.Drs. TEGUH SOEDARMOKO, MM. Jabatan : UPTD Dinas Pendidikan Kec. Pringapus Alamat : Jl. Syeh Basyaruddin I Kec. Pringapus, Kabupaten Semarang – Jawa Tengah Telp. : (024) 639 0408 5. Drs. SUNARYO Jabatan : Kepala UPK Kebasen Alamat : Jl. Pompa Air Gambarsari Kebasen, Kabupaten Banyumas - Jawa Tengah Telp. : (0281) 761 9812 6. WAHYU HENIWATI, S.Pd Jabatan : Pengawas TK/SD UPTD Dinas Pendidikan Kec. Kutoarjo Alamat : Jl. Wirotaman No. 3 Kutoarjo, Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah Telp. : (0275) 641 037 7. USUWATUN Jabatan : Kepala Sekolah Alamat : SD Islam Terpadu Baitul Izzah Jl. Gatot Subroto IA, Kabupaten Nganjuk - Jawa Timur Telp. : (0358) 323 869 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 147
  • 150.
    Jender Dalam Pendidikan 8.Drs. AGUS WIWOHO Jabatan : Guru & Pemimpin Redaksi MAS Alamat : SMP 13 Jl. Tentara Pelajar No. 2 Kec. Kutoarjo, Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah Telp. : (0275) 641 156 9. DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KABUPATEN PROBOLING- GO Alamat : Jl. Panglima Sudirman No. 1, Kabupaten Probolinggo - Jawa Timur Telp. : (0335) 421 882 10. UPTD DINAS PENDIDIKAN KEC. GAMBIRAN, KABUPATEN BANYUWANGI Alamat : Jl. Singosari No. 40 Wringin Agung, Gambiran, Banyuwangi Telp : (0333) 396 253 Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan 148 Good Practices in Management of Education
  • 151.
    Tim Penyusun Direktur Program : Stuart Weston Penasehat : Robert Cannon Editor : Bagus Priambodo Dewi Listyowati Edy Priyono Prima Setiawan Tim Penyusun : A.R. Asari Bagus Priambodo Edy Priyono Hadi Suwono Hari Riyadi Masdjudi Moh. Najid Oktin Catur Palupi Prima Setiawan Supriyono Koes Toto Purwanto Umar Samadhy Wahyu Daryono Wiwik Winarsih Kontributor : Ahmad M. Prasetyo Akhid Akhnan Anton Timur Antonius Suprapto, Kab. Semarang Anwar Sutranggono Asmad Hartono, Kab. Probolinggo Eddy Budiono Elmi Yahyi, Kab. Semarang Endang Liliek Utami, Madiun Ganif Rojikin, Kab. Probolinggo Hari Wisodo Kholis Hasyim, Kab. Probolinggo Nurkiyat A.P, Kab. Magetan Siran, Kab. Magetan Suhardi Suprayogi, Madiun Suryati, Kab. Magetan Suyitno, Kab. Probolinggo Contoh yang Baik Dalam Bidang Manajemen Pendidikan Good Practices in Management of Education 149