FILSAFAT BARAT KONTEMPORER DAN BERBAGAI ALIRANNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat
Dosen Pengampu: Faiq Makhdum Noor, S. Pd. Si., M. Pd.
Disusun oleh Kelompok XII:
Nailisy Syafa’ah (1710510034)
Vivi Cahyani (1710510035)
Nurul Aini Rizqina (1710510036)
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2017
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan jasmani dan
rohani kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan segala kemampuan kami. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat-Nya kelak di hari
kiamat.
Judul dalam makalah ini adalah “Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai
Alirannya”. Filsafat sudah ada sejak sejak zaman Yunani kuno sampai zaman
kontemporer dan ditandai dengan berbagai perkembangan pada tiap zaman. Pada
filsafat zaman kontemporer yang terjadi abad XX ini, filsafat memiliki ciri
tersendiri. Antara lain sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, karena
masyarakat pada saat itu mempunyai anggapan bahwa masalah akan muncul dan
ia sendirilah yang akan menemukan solusinya. Terdapat istilah desentraisasi
manusia yang berarti Semua yang berhubungan dengan dunia menjadi tanggung
jawab manusia.
Selanjutnya, dalam penyusunan makalah “Filsafat Barat Kontempoter dan
Berbagai Alirannya” ini dapat kami susun dengan seoptimal mungkin. Tentunya
juga telah mendapat arahan dan bimbingan dari Bapak dosen Pengampu Mata
Kuliah filsafat pada setiap pertemuan ketika kelompok sebelum-sebelumnya.
Saran dan kritikan dari Bapak Dosen sangat kami butuhkan untuk memperbaiki
banyak kekurangan dalam makalah yang kami susun ini. Sekain dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah kontemporer mempunyai arti saat ini, zaman sekarang, atau zaman
pada saat penutur/pembicaraan pendengar sedang mengalami. Artinya
kontemporer memiliki maksud bahwa zaman di mana suatu masalah akan
muncul dan kemudian akan mendapatkan jawabannya.1
Kehidupan manusia sebelumnya pada zaman modern sangat berpengaruh
pada zaman kontemporer. Hal ini dapat dilihat pada zaman modern yang
menganut paham reinkarnase, yaitu paham yang menjelaskan tentang
kembalinya peradaban budaya Yunani dan Romawi. Filsafat zaman modern
terikat dengan peradaban Yunani dan tidak sesuai dengan masyarakat pada
zaman kontemporer.
Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki
kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud
bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada
dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, maka
muncullah berbagai aliran untuk membuktikan bahwa filsafat yang dilakukan
oleh masyarakat ketika itu mengandung unsur filsafat yang positif.
Dengan berbagai alasan yang mendukung, maka kami menyusun makalah
yang berjudul “Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah munculnya filsafat barat kontemporer?
2. Bagaimana perkembangan filsafat barat kontemporer sampai sekarang?
3. Bagaimana aliran-aliran yang muncul pada filsafat barat kontemporer?
4. Bagaimana kontribusi bagi perkembngan filsafat barat kontemporer?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejerah munculnya filsafat barat kontemporer.
1 Syarifuddin, Konstruksi filsafat barat kontemporer, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2,
Oktober 2011, hal. 231.
3
2. Untuk mengetahui perkembangan filsafat barat kontemporer sampai
sekarang.
3. Untuk mengidentifikasi aliran-aliran yang muncul pada filsafat barat
kontemporer.
4. Untuk memberi kontribusi dalam perkembangan filsafat barat
kontemporer.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Munculnya Filsafat Barat Kontemporer
Bila kita menelusuri jejak filsafat mulai dari abad klasik, pertengahan dan
modern, ternyata ada kelamahan kekurangan di satu sisi serta kelebihan dan
kesempurnaan di lain sisi. Filsafat modern yang konon katanya sudah lebih
sempuna ternyata masih ada sisi kekurangannya hingga muncul pemikiran
baru dalam dalam atas pemikiran tersebut yaitu pemikiran filsafat barat
kontemporer.
Pada zaman kontemporer, yaitu abad XX diwarnai dengan proses
radikalisasi kritis rasionalitas pada segala bidang, Radikalime kritis akal budi
digerakkan dari persoalan ketidaksadaran menuju eksistensi manusia dan
bahasa hingga masyarakat dan ilmu pengetahuan.2
Proses radikalisasi muncul karena adanya bencana kemanusiaan yang
menimpa manusia awal abad XX: dua perang dunia, holocaust, Hirosima.
Dalam konteks ini modernitas tidak hanya dibangun di atas singgasana
prestasi inovatif teknologi, sosial dan ilmu pengetahuan, melainkan juga
ditandai dengan berbagai fenomena dekstruktif.3
Hal diatas dibuktikan dengan adanya tesis sentral bahwa paradigm-
paradigma refleksi kritis awal abad XX yang sangat khusus dan sering
bertentangan satu sama lain, dewasa ini dan di masa depan akan dipadukan
secara produktif dan disempurnakan.4
B. Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer
Filsafat Barat Kontemporer berawal sekitar pada abad XX. Perkembangan
filsafat pada zaman ini tidak terlepas dari perkembangan filsafat zaman
sebelumnya, yaitu filsafat pada zaman modern. Dalam kata lain, sebagai
pematangan lebih lanjut dan meluas dari filsafat zaman modern.
2 Otto Gusti, Sejarah Filsafat Kontemporer dan Postmodern, STFK Ledalero, Semester-V
2016, hal. 8
3 Ibid
4 Syarifuddin, Konstruksi filsafat barat kontemporer, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2,
Oktober 2011, hal. 232.
5
Hal di atas ditandai dengan munculnya berbagi gerakan pemikiran yang
muncul pada abad XIX dan abad XX. modernitas secara umum adalah
perubahan sosial dan budaya yang massif pada abad XVI, yang berkaitan
dengan suatu analisis terhadap perubahan masyarakat yang semakin kapitalis
industrial. Kapitalis industrial adalah sifat masyarakat pada zaman modern
yang mementingkan kepentingan individu dalam hal industri/pembangunan.
Pada abad XIX, manusia masih dianggap menjadi makhluk sebagai pusat
kenyataan. Walaupun perhatian utama tidak lagi berpusat pada rasio, empiris,
dan ide-ide manusia, melainkan lebih kepada unsur-unsur irasional, yaitu
kebebasan berkehendak sesuai tindakan manusia.
Dalam perkembangan selanjutnya, filsafat barat kontemporer melanjutkan
isu-isu utama dalam filsafat modern, namun dalam sudut pandang yang
berbeda sama sekali. Isu tersebut antara lain Metafisika, epistemologi,
antropologi(humanisme) dan lain sebagainya. Selain itu, isu yang berkembang
lebih luas mengenai kapitalisme, alienasi, lingkungan, demokratisasi, hak
asasi manusia, dan lain sebagainya.
Banyak pemikir abad XX yang menganggap bahwa filsafat barat
kontemporer memiliki ciri khas tersendiri, yaitu “desentralisasi” manusia.
Subyek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan, dan yang
menggantikan “antroposentrisme” adalah desentralisasi manusia, bahasa
sebagai subyek kenyataan, makanya kemudian lebih disebut abad logosentris.5
C. Aliran-Aliran yang Muncul pada Filsafat Barat Kontemporer
Aliran-aliran yang muncul dan berpengaruh pada abad XX adalah
Pragmatisme, Fenomenologi, ekstensialisme, Filsafat Analitis (filsafat
bahasa), struktualisme dan postmodernisme. Berikut penjelasan mengenai
masing aliran-aliran di atas beserta para tokoh-tokohnya.
1. Pragmatisme
5 Ibid,hal.234
6
Pragmatisme berasal dari kata “pragma” (bahasa Yunani) yang berarti
tindakan, perbuatan.6 Pragmatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa
yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar
dengan akibat-akibat yang bermanfaat scara praktis. Misalnya, berbagai
pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat pengalaman
pribadi tentng kebenaran mistik. Artinya, segala sesuatu dapat diterima
asalkan bermanfaat bagi kehidupan.7 Aliran ini sangat populer di Amerika
Serikat. Tokoh-tokohnya adalah William James (1842-1910 M) dan John
Dewey (1859-1952 M).
a. William James (1842-1910 M)
Willam James dilahirkan di New York, pada tahun 1842. Setelah
belajar ilmu kedokteran di Universitas Harvrad, Ia kemudian pada
tahun 1855-1861 belajar di Inggris, Prancis, Swiss dan Jerman. Ia
kembali ke Amerika dan memang ahli dalam bidang anatomi, fisiologi,
psikologi, dan filsafat hingga tahun 1907.
Selain menamakan filsafatnya dengan “Pragmatisme”, James juga
menyebutkan dengan istilah Radical Empirisme (Empirisme Radikal).
Empirisme Radikal adalah suatu empirisme baru yang tidak menerima
suatu unsur dan bentuk apapun yang tidak dialami secara langsung
atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang dialami secara langsung.
James menganggap hubungan (relation) seperti “lebih besar daripada”
sebagai salah satu dari unsur-unsur yang dialami secara langsung.
Untuk memperkokoh dan mengembangkan pragmatisme sebagai
dasar filsafat baru, James bekerja ekstra keras untuk mengarang
berbagai buku yang isinya memuat ajaran-ajaran pragmatisme.8
Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya
James mengalami konflik antara pandangan agama. James
6 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai teofilosofi,
(Bandung : Pustaka Setia,2008), hal.319.
7 Muzairi,Filsafat Umum, (Yogyakarta:TERAS, 2015),hal.141
8 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta :
Ar-Ruzzi Media, 2016),hal. 168
7
beranggapan bahwa masalah kebenaran, tentang asal/tujuan dan
hakikat bagi orang Ameika terlalu teoritis. Yang James inginkan
adalah hasil-hasil yang konkret . Dengan demikian untuk mengetahui
kebenaran dari ide-konsep haruslah diselidiki konsekuensi-
konsekuensi praktisnya.9
Ada tiga hal yang telah diuraikan oleh James:
1) Kebenaran Pragmatis
James mengemukakan dalam bukunya, The Meaning of The
Truth (1909) bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari
segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus,
dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan
pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktiknya apa
yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman
berikutnya.
Dalam membuktikan suatu kebenaran, James mengajukan
pertanyaan; “apa yang di lakukan oleh ide padamu dalam
menghadapi kehidupan nyata?” Kebenaran harus merupakan nilai
dari suatu ide. Tak ada suatu motif dalam mengatakan bahwa
sesuatu itu benar atau tidak benar, kecuali untuk memberi petunjuk
bagi tindakan yang praktis.10
Menurut James, kebenaran itu relatif, subjektif dan terus
berkembang. Pendapatnya bertolak belakang dengan filsafat
tradisional yang mengatakan bahwa kebenaran itu bersifat
monistik. Nilai perkembangan dalam pragmatisme itu benar jika
bermanfaat bagi pelakunya dan dapat memperkaya hidup serta
kemungkinan-kemungkinan hidup.
Dua kebenaran pokok dalam filsafat yaitu Tough Minder dan
Tender Minder. Tough Minder dalam mencari kebenaran hanya
9 Muzairi,Filsafat Umum, (Yogyakarta:TERAS, 2015),hal.141
10 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta :
Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.168.
8
lewat pendekatan empiris dan tergantung pada fakta-fakta yang
dapat di tangkap oleh indra. Sikap ini di pegang kuat oleh penganut
filsafat empirisme. Sementara Tender Mender hanya mengakui
kebenaran dan sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat
rasional. Paham semacam ini di pegang teguh oleh filsafat
idealisme.dalam menghadapi dua kebenaran ini James menjadi
penengah antara keduanya dengan mengajukan konsep milliorisme,
ia agak bersifat lunak dalam menerima kebenaran. Ukuran benar
dan salah dalam pragmatismenya james tergantung pada masing-
masing individu yang menjalaninya, hanya ada kebenaran
subjektif.11
2) Pragmatisme dan Etika
Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep
pragmatisme mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Selama
ide itu menghasilkan hasil-hasil yang memuaskan, maka ide
tersebut bersifat benar (true). Suatu ide dianggap benar apabila
dapat memberikan keuntungan kepada manusia dan yang dapat
dipercayai tersebut membawa ke arah kebaikan (good).
Suatu bentuk teori etika dapat dibangun demi teori
pragmatisme ini. Metode pragmatism dalam memberikan batasan
antara yang baik atau jelek, salah atau benar, adalah sama seperti
membatasi apakah sesuatu itu benar atau salah.12
3) Kepercayaan Religius menurut James
Dalam macam-macam kehidupan, manusia mempunyai
hubungan dengan suatu Dzat yang lebih (a more). Manusia
merasakan di sekitarnya ada sesuatu yang simpatik dan
memberinya dukungan. Ia menunjukkan sikap bersandarnya
11 Ibid,hal 170.
12 Ibid
9
kepada Dzat tersebut dalam sembahyang dan doa. Rasa tentang
adanya dzat yang lebih (The more) membawa Ia arah kesenangan,
kebahagiaan, dan ketentraman. Selain itu, hal ini merupakan
pengalaman yang universal. Dalam arti keagamaan, Tuhan adalah
kecondongan ideal atau pendukung yang murah hati dalam
pengalaman manusia.
b. John Dewey (1859-1952)
Ia dilahirkan di Barlington pada tahun 1859. Setelah
menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi Guru Besar di bidang
filsafat dan pendidikan pada Universitas Colombis (1904-1929).
Nampaknya terdapat persamaan pemikiran antara Dewey dengan
James.
Dewey adalah seorang pragmatis, tetapi ia lebih suka menyebut
sistemnya dengan istilah instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat
adalah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas manusia secara lebih
baik, untuk di dunia, dan sekarang. Ia menegaskan bahwa tugas filsafat
yang utama adalah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan
dalam kenyataan hidup.13
Instrumentalis adalah suatu usaha untuk menyusun teori yang logis
dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan,
penyimpulan-penyimpulan dalm bentuknya yang bermacam-macam
dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi
dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang
mengenai konskuensi-konsekuensi di masa depan.
Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai
penciptaannya. Dewey menyikapi hal ini dengan meneliti tiga aspek,
yaitu temporalisme (ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu),
futurisme (menorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari
kematian) dan milionarisme (dunia dapat dibuat lebih baik dengan
tenaga kita. James membenarkan tiga hal ini.
13 Ibid,hal 170-171.
10
1) Konsep Dewey tentang Pengalaman dan Pikiran
Pengalaman (experience) adalah suatu kata kunci dalam filsafat
instrumentalisme. Filsafat Jawa adalah “mengenai” (about) dan
“untuk” (for) pengalaman sehari-hari. Pengalaman adalah
keseluruhan kejadian yang dialami menusia dan mencakup segala
hal saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam
lingkungan sosial dan fisik. Dewey menolak orang yang mencoba
menganggap rendah pengalaman manusia atau menolak untuk
percaya bahwa seseorang telah berbuat sedemikian. Dewey
mengatakan bahwa pengalaman bukan suatu tabir yang menutupi
manusia sehingga tidak melihat alam. Pengalaman adalah satu-
satunya jalan bagi manusia untuk memasuki rahasai-rahasia alam.
Dalam pengalaman seseorang, pikiran selalu muncul untuk
memberikan arti dari situasi yang terganggu oleh pekerjaan di luar
hipotesis atau membimbing kepada perbuatan yang akan
dilakukan. Kegunaan kerja pikiran kata Dewey, tidak lain hanya
merupakan cara untuk jalan melayani kehidupan. Makanya, Ia
dengan keras menuntut untuk menggunakan metode ilmu alam
(scientific method) bagi semua lapangan pikiran, teruatama dalam
penilaian pikiran, persoalan akhlak (etika), estetika, politik dan
lain-lain. Dengan demikian, cara penilaian bias berubah dan bias
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan hidup.14
Menurut Dewey, yang dimaksud dengan scientific method ialah
cara yang dipakai oleh seseorang sehingga bias melampaui segi
pemikiran semata-mata pada segi amalan.
2) Dewey dan Pendidikan Progresif
Dewey memandang bahwa tipe dari pragmatismenya
diasumsikan sebagai sesuatu yang mempunyai jangkauan aplikasi
dalam masyarakat. Pendidikan dipandang sebagai tempat yang
strategis dan sentral dalam upaya kelangsungan hidup di masa
14 Ibid,hal.172-173
11
depan. Pendidikan nasional Amerika, menurut Dewey hanya
mengajarkan muatan-muatan yang sudah using (out of date) dan
hanya mengulang-ulang sesuatu yang sudah lampau, yang
sebenarnya tidak sudah layak lagi untuk diajarkan kepada anak
didik. Pendidikan yang demikian hanya mengebiri intelektualitas
anak didik.
Konsep pendidikan yang adaptif pada anak dan perkembangan
dikemukakan olehnya dengan menawarkan dua metode: Problem
Solving Method (mengajarkan kebebasan pada anak dalam
memecahkan masalah sehingga guru hanya membantu ketika siswa
menghadapi kesulitan) dan Learnig by Doing (memberikan bekal
keterampilan-ketermpilan praktis pada anak agar bisa eksis di
lingkungan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat).15
3) Analisis Kritis atau Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme
a) Kekuatan Pragmatisme
(1) Dapat membumikan filsafat datri corak yang bersifat
Tender Minded yang cenderung berpikir metafisis, idealis,
abstrak, intelektualis dan aktualis berdasarkan kebutuhan di
dunia bukan nanti di akhirat.
(2) Dapat mendorong dan memberi semangat pada seseorang
untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep melalui
berbagai penelitian, pembuktian dan eksperimen sehingga
muncul temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan
dan teknologi.
(3) Tidak mudah percaya kepada “kepercayaan yang mapan”.
Kepercayaan dapat diterima apabila terbukti kebenarannya
lewat pembuktina yang praktis.
b) Kelemahan Pragmatisme
(1) Pragmatisme hanya mengakui kebenaran yang terbukti
secara alamiah dan percaya bahwa dunia dibuat oleh
15 Ibid,hal 173-174.
12
manusia sendiri. Sehingga mengingkari sesuatu yang
transendental dan menuju sikap ateisme.
(2) Masyarakat pragmatisme dihinggapi oleh penyakit
materialisme.
(3) Untuk mencapai tujuan materialisme, masyarakat
melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup
tanpa mengenal batas waktu sehingga bersifat egois
individualis dan menyebabkan penyakit humanisme . 16
2. Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari kata “fenomenon” yang berarti gejala atau
apa yang tampak. Para ahli lebih mengartikan fenomenologi sebagai suatu
metode dalam mengamati, memahami, mengartikan dan memaknakan
sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.17 Fenomena atau
fenomenologi memiliki arti “gejala semua atau lawan bendanya sendiri
(menampakan)”. Menurut para pengikut fenomenologi, satu fenomena
tidak selalu harus dapat di amati dengan indra. Sebab, fenomena dapat
juga di lihat atau di tilik secara ruhani, tanpa melewati indra. Fenomena
tidak perlu suatu peristiwa. Menurut para filsafat pengikut fenomenologi,
fenomena adalah “apa yang menampakkan diri lawan dirinya sendiri”.18
Fenomonologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1983).
Edmund Husserl lahir pada 1859 di Prossnitz dan meninggal pada
1938 di Freiburg, Breisgau. Ia adalah filsuf jerman keturunan Yahudi.
Masa muda di laluinya antara lain dengan belajar astronomi dan
matematika di Leipzig dan Berlin tempat ia memperoleh gelar doctor
dalam bidang matematika.19 Edmund Husserl, seorang filsuf dan
matematikus mengenai intensionalitas atau pengarahan melahirkan aliran
16 Ibid hal 175-176.
17 J. B. Blikololong, PengantarFilsafat, (Jakarta :Gunadarma, 1997),hal.103.
18 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta :
Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.161-164.
19 Ibid
13
fenomenologi berdasarkan pemikiran Brentano. Dalam pengertian sebagai
suatu metode, Kant dan Husserl mengatakan bahwa apa yang dapat
diamati hanyalah fenomena, bukan neumenon atau sumber gejala itu
sendiri. Jadi pengamatan biasa (natuerliche einstellung) akan
menimbulkan bias.20
a. Filsafat Fenomenologi
Husserl memahami fenomenologi sebagi suatu analisis deskriptif
dan instrospeksi mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran
dan pengalaman-pengalaman langsung: religious, moral, estetis,
konseptual dan indrawi.
Menurut Husserl, fenomenologi merupakan metode dan filsafat.
Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang
harus di ambil sehingga sampai pada fenomena yang murni.
Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri instrinsik
fenomena itu sendiri menampakkan diri pada kesadaran.
b. Metode Fenomenologi
Untuk memahami filsafat Husserl, ada beberapa kata kunci yang
perlu diketahui:
1) fenomena adalah realitas esensi atau dalan fenomena terkandung
pula nomena (sesuatu yang berada di balik fenomena).
2) pengamatan adalah aktivitas spiritual atau ruhani.
3) kesadaran adalah sesuatu yang intensional subtansi adalah konkret
yang menggambarkan isi dan struktur kenyataan dan sekaligus bisa
terjangkau.
Dalam memahami fenomena Husserl menekankan satu hal penting:
penundaan keputusan. Keputusan harus di tunda atau di kurung dulu
20 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai
teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia,2008), hal.323.
14
untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita miliki tentang
fenomena harus kita tanggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu
dapat menampakkan dirinya sendiri.21
3. Ekstensialisme
Kata ekstensialismata berasal dari kata eks = keluar dan sistensi /sisto
= berdiri, menempatkan. Secara umum berarti manusia dalam
keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu
keberadaannya ditentukan oleh akunya. Ekstensialisme adalah aliran
filsafat yang memandang segala berpangkal pada ekstensinya, yang berarti
cara manusia berada di dunia. Karena manusia selalu terlihat di
sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya
itu manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan, yang berdasar pada
pengalaman yang konkret.
Tokoh-tokoh pada aliran ekstensialisme adalah sebagai berikut:
a. Jean-Paul Sartre (1905-1980)
Lahir di Paris Prancis, 21 Juni 1905-15 April 1980 M. Ia berasal
dari keluarga cendekiawan. Ayahnya seorang perwira besar angkatan
laut Prancis. Ibunya anak seorang guru besar yang mengajar bahasa
modern di Universitas Sorbone. Ketika masih kecil ayahnya meninggal
sehingga ia diasuh oleh ibunya dan dibesarkan di rumah kakeknya, di
bawah pengaruh kakeknya, Sartre dididik secara mendalam untuk
menekuni dunia ilmu pengetahuan dan bakar-bakar Sartre
dikembangkan secara maksimal.
Menurutnya, eksistensi lebih dulu ada disbanding esensi
(L’existence précède l’essence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat
dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulais dari
komitmen-komirtmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre,
21 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta :
Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.161-164.
15
satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L’homme est
condamnẻ à être libre).
Kilas balik Filsafat Sartre
Saat pendudukan Nazi dan bertahun-tahun siaga perang menyusul
perang dunia kedua, Sartre menegaskan bahwa setiap orang
bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dan mau jadi apa
dia? Tak peduli pada kondisi apapun, perang atau malah akan
menghadapi kematian sekalipun. Ekstensi manusai mendahului
esensinya. Padahal biasanya sesuatu harus ada esensinya lebih dulu
sebelim keberadaannya.
Karena hanya manusia yang bereksistensi, maka manusia
membentuk dirinya dengan kemauan dan tindakannya. Kehidupan
manusia mungkin tidak mengandung arti bahkan tidak masuk akal.
Tetapi, manusia dapat hidup dengan aturan-aturan, keluhuran budi dan
keberanian dan dia dpat membentuk masyarakat sehingga dapat
menangani maalah sendiri dan mengandalkan pilihan dan tindakannya
supaya dapat hidup di dunia.
Sartre berusaha menklukkan jiwa ringkihnya akibat penderitaan
ketika perang dunia kedua dengan memberikan kontribusi dan
menyebarkan ajaran-ajaran Hegel dan Karl Mark sebagai gurunya
memlalui berbagai cara termauk karya pertamanya mengikuti corak
pemikiran fenomenologi Husserl dengan kritis-elaboratif. Dari
membayangkan dunia lain dengan dunia seadanya, ia menolak diri di
dalam kesadarn yang termaktub dalam Being and Nothingness (1943).
b. Martin Heidegger 1889-1976 M
Heidegger lahir di Baden, Jerman. Ayahnya bekerja sebagai Kosfer
di gereja MT. Martius. Ia belajar di Konstanz, kemudian ia masuk
Universitas Feiburg, Jurusan teologi. Namun tidak lama kemudian ia
beralih menekuni bidang filsafat. Faucoult meraih doctor filsafat lewat
16
disertasinya, Die Lebre Vom Urteil Im Psichologismus. Pada tahun
1915 ia mulai mengajar di bangku kuliah, ia sudah menguasai
fenomenologinya Edmund Hussel.
Menurut Heidegger manusia itu terbuka bagi dunia nya dan
sesamanya. Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal
di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan,
pengertian, pemahaman, perkataan dan pembicaraan. Sama halnya
dengan konsep ada dan non-ada, konsep ada-dalam-dunia juga
merupakan konsep fundamental bagi para eksistensialis dalam rangka
menerangkan gejala keberadaan manusia. Konsep ini mengandung
implikasi bahwa, manusia hidup untuk mengungkapkan
keberadaannya dengan meng-ada di dalam dunia.
Untuk menangkap pengertian yang jelas dan keluar dari istilah ada-
dalam yang di gunakan oleh Heidegger memiliki arti yang dinamis,
yakni mengacu pada hadirnya subjek yang selalu berproses. Demikian
pula dunia yang di kemukakan Heidegger itu harus di mengerti sebagai
hal yang dinamis bisa hadir dan menampakkan diri dan bukan dunia
yang tertutup.
Jadi ada-dalam-dunia itu tidak menunjuk pada fakta beradabnya
manusia di dalam dunia seperti berada dalam karung atau baju dalam
lemari melainkan mewujudkan pada realitas dasar bahwa manusia
hidup atau mengungkapkan keberadaannya di dunia sambil
merancang, mengolah atau membangun dunianya itu.
Selain itu, filsafat Heidegger yang paling terkenal atau fenomenal
adalah berkaitan dengan konsep suasana hati atau mood. Di dalam
suasana hatilah kita diatur oleh dunia kita, bukan dalam pendirian
pengetahuan observasional yang berjarak.
c. Karl R. Popper 1902-1994 M
Karl R. Popper lahir di Wina, Australia. Ia dikenal sebagai filsuf
yang sangat berpengaruh di bidang sains dan politik. Sedemikian
pengaruhnya sehingga Sir Petter Medewar, peraih nobel di bidang
17
kedokteran, mengatakan Karl Popper tak ada duanya sebagai filsuf
ilmu terbesar yang pernah ada.
Selain ahli di bidang sains dan politik, juga dikenal sebagai
seorang yang ahli matematika dan astronomi teoritis. Buku yang paling
berpengaruh adalah The Open Society And Its Enemies 1950. Karyanya
tersebut merupakan gagasan filsafat politiknya yang amat berpengaruh
hingga di terjemahkan dalambanyak bahasa, termasuk bahasa
Indonesia. Bukunya berjudul Masyarakat Terbuka dan Musuh-
musuhnya
Buku tersebut bisa dikatakan telah menjatuhkan teori-teori politik
para filsafat raksasa seperti Heraclitus, Plato, Aristoteles, Hegel dan
Karl Marx. Sebab Karl Popper menghadirkan wacana baru di bidang
ini. Berangkat dari nilai normatif bahwa manusia bisa salah, Karl
Popper merumuskan sebuah bentuk masyarakat yang cocok bagi
minimalisasi penderitaan manusia dan maksimalisasi kebebasan
individu dalam sebuah masyarakat yang ia sebut sebagai masyarakat
terbuka.22
4. Filsafat Analitis (Filsafat Bahasa)
Filsafat ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya
Neoheealinisme di Inggris. Terdapat beberapa soal yang dihadapi filsuf
analitis: apakah pertimbangan yang dapat kita buat? Berapa hal yang dapat
kita tarik sebagai kesimpulan dari data rasa atau pengalaman? Apa yang
dimaksudkan dengan arti (meaning) dan pembuktian kebenaran
(verification)? Bagaimana kita menjelaskan dengan melalui analisa?
Apakah implikasi dengan jawaban petanyaan ini?. Para tokoh-tokoh di
bawah ini menyajikan filsafat hyang berbentuk analisa:
a. Bertrand Russell (1872-1970)
Bertrand Arthur William Russell pada tanggal 18 Mei 1872- 2
Februari 1970 M. Ia adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama
22 Ibid,hal.189-191.
18
di Britania Raya. Selain itu, ia juga di kenal sebagai seorang agnostik.
Belakangan, Russell menolak keras penggunaan senjata nuklir dan
persoalan perang Vietnam.
Banyak karya yang di tulis salah satunya adalah “History of
Western Philosohy and its Connection With Political and Social
Circumtances From The Erliest Time To The Present Day” (1946).
Buku tersebut sudah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan
judul “Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio
Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang” oleh penerbit Pustaka
Pelajar Jogjakarta (2000).
Buku ini merupakan buku Russell yang paling sukses dan di
terjemahkan kedalam banyak bahasa. Dalam buku ini Rusell berusaha
mengaitkan persoalan-persoalan sejarah filsafat dengan sejarah sosial,
politik dan kemasyrakatan. Dengan data yang cukup valid, Russell
membahas sosok filsuf yang mempunyai kontribusi besar dalam
peradaban manusia dan mengurai secara rinci ide-ide dasar, pemikiran-
pemikiran, pengaruhnya terhadap masyarakat dan para filsuf
berikutnya. Juga di masukkan bahasan khusus dalam beberapa bab
mengenai sejarah sosial murni (pure social history), yang berguna
untuk melihat relasi antara seorang filsuf, pemikiran dan kondisi sosio-
politik dan budaya yang mengitarinya.23
b. Ludwig Wittgenstein
Ludwig Wittgenstein lahir di Wina, belajar di Austria dan
Cambridge University di Inggris dan mendapat pengaruh dari Bertrand
Russel dan G. Moore. Tahun 1930 menggantikan Moore dan mengajar
filsafat di Cambridge dan memengaruhi ahli-ahli Fakir di Inggris dan
Amerika Serikat dengan menghasilkan dua sistem pemikiran orisinil,
yang pertama yaitu Tractatus (1922) dan Philosophycal Investigations
23 Ibid,hal 188-189.
19
(1953). Buku kedua mini merupakan kritik dan penolakan ide-ide dari
karangan yang pertama.
Tractatusa merupakan uraian tentang kondisi di mana bahasa
mempunyai arti serta dapat memliki kebenaran. Kalimat yang berarti
adalah gambaran tentang keadaan, suatu proposisi adalah tentang
realitas, akan tetapi dalm toap gambaran harus ada hubungan satu sama
lain antara gambaran dan keadaan yang diluksinya. Teori gambaran
(picture theory) dari proposisi adalah pokok dalam tingkatan-tingkatan
fikirannya yang permulaan. Untuk memahami suatu kalimat kita harus
mengetahui “referent” atau keadaan yang kalimat tersebut meminta
perhatian kita. Pernyataan-pernyataan yang dapat diterapkan di dunia
harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang tepat, jika tidak maka
persyaratan-persyaratan itu adalah nonsense. Wittgenstein member cap
“nonsense” kepada pernyataan-pernyataan para ahli metafisika
tradisional dan ahli teologi, begitu juga kata orang-orang mistik.
Pemikiran Wittgenstein banyak pengaruhnya dan telah dikembangkan
oleh kaum logical positivis dan kelompok Wina. Dalam pandangan
mereka filsafat telah menuju keapda penemuan intelektual. Filsafat
adalah metode untuk menjelaskan kebauran linguistic yang telah
menimbulkan problema-problema semu yang bermacam-macam.
Jika filsafat itu pada pokonya adalah penyelidikan bahasa,
bagaimana kita bertindak dalam melakukan penyelidikan tersebut.
Wittgenstein (pada permulaannya), bersama dengan Russel dan Carnap
dan pengikut-pengikut mereka tidak percaya kepada bahasa sehari-hari
untuk dipakai sebagai ekspresi filsafat dan lebih sukar membentuk
suatu bahasa yang ideal seperti logika simbolis, dengan alamat dan
symbol-simbol yang lebih tepat dari pada yang terdapat dalam bahasa
sehari-hari. Suatu bahasa buatan, suatu system logika dengan aturan-
aturan semantic untuk dipakai dalam bidang-bidang tertentu seperti
teori quantum, teori pelajaran dan lain-lain lebih lengkap dari segi
20
ketepatan dan segi kejelasan. Sedangkan bahasa Inggris dan Jerman
adalah kabur, samar dan tidak jelas dalam artinya.24
5. Strukturalisme
Strukturalisme muncul di Prancis pada tahun 1960 dan dikenal pula dalam
linguistik, pskiatri dan sosoiologi. Pada dasranya struktualisme
menegaskan kepada masyarakat kebudayaan memliki srtrktur yang sama
dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki
struktur-struktur tersebut.25 Tokoh-tokoh yang terpenting pada aliran
strukturalisme adalah sebagai berikut:
a. Jacques Derrida (1930-2004 M)
Jacques Derrida lahir di El-Biar, dekat Aljazair, 15 Juli 1930. Pada
tahun 1949 ia pindah ke Prancis dan menetap di sana sampai akhir
hayatnya, 9 Oktober 2004 M. Ia meninggal dunia karena penyakit
kanker. Ia pergi ke Prancis dalam rangka kuliah hingga akhirnya
mengajar di Ecole Normale Superiure di Paris. Fisuf ini pernah
mendapat gelar doctor honoris causa di Universitas Cambridge.
Derrida termasuk seorang filsuf Prancis dan dianggap sebagai
pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan
bahwa semuanya dikonstruksi oleh manusia, termasuk bahasa. Semua
kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam
bahasa yang sama dan bukan di luar bahasa tersebut.
Menurut Kevin Hart, nama Jacques Derrida tak dapat dipisahkan
dari sebuah istilah dekonstruksi (deconstruction), dan sebuah analisis
ringkas mengenai bagaimana istilah tersebut muncul dalam karya-
karyanya barangkali adalah cara terbaik untuk memahami
pemikirannya. “Dekonstruksi” adalah terjemahan dari dua kata bahasa
Jerman yang dipakai Martin Heidegger dalam Being and Time (1932):
Destruktion dan Abbau. Menurut Heidegger, persoalan filsafat paling
krusial yaitu mengenai makna “ada” (being), telah dilupakan oleh
24 Muzairi,Filsafat Umum, (Yogyakarta:TERAS, 2015),hal.145-146.
25 J. B. Blikololong, PengantarFilsafat, (Jakarta :Gunadarma, 1997),hal.105.
21
tradisi pemikiran Barat sehingga perlu dikupas kembali secara
memadai. Sejarah filsafat dipahami sebagai sejarah pelbagai
penyembunyian atas “ada”. Semua situs filsafat yang sudah dikenal –
doktrin Plato mengenai Bentuk, cogito-nya Descartes, pembahasan
Hegel mengenai Ruh, dan sebagainya – memiliki satu cirri umum,
sebaba semuanya memperlihatkan kegagalan untuk memahami “ada”
secara benar.
Tidak jauh dari maksud Derrida, konotasi linguistik dan mekanis
tersebut juga mengandung arti yang besar baginya. Karena diskusus
yang dominan di Prancis saat itu adalah stukturalisme, yang
memperoleh sumber gagasannya dari linguistik, maka dengan memberi
tekanan pada destrukturisasi memungkinkan Derrida terlibat dalam
dialog dengan strukturalisme sekaligus tetap memisahkan diri darinya.
Salah satu pernyataan Derrida yang lebih mengejutkan mengenai
strukturalisme adalah bahwa strukturalisme berwatak metafisik.
Sepintas kilas, tak ada yang lebih ganjil dari pernyataan itu. Levi-
Strauss pun tidak sendirian ketika berpendapat bahwa strukturalisme
menyediakan jalan keluar dari filsafat sebelumnya yang sudah cukup
dikenal dan baginya terasa sempit. Kendatipun demikian, penilaian
Derrida tadi akan member bukti pada kita sejauh mana jangkauan dan
kekuatan gaya analisisnya.
Di sini maupun di mana saja, pelajaran pertama dekonstruksi
adalah bahwa tak ada teks yang dapat ditotalisasikan tanpa melibatkan
signifikansi; senantiasa ada sesuatu yang terabaikan, sebuah aspek atau
dimensi teks yang tereduksi, terlewatkan, terberangus atau terdiamkan.
Maksud Derrida ini adalah supaya kita tetap terbuka dan responsive
terhadap yang lain (otherness) itu. Jadi, cukup jelas bahwa yang
dimaksud sebagai “yang lain” tentu berbeda-beda dalam setiap kasus.
Dalam satu hal lain bisa berupa politik kelas atau persoalan gender
dalam hal lain bisa berupa bahasa figural atau bahkan tipografi.
Bagaimanapun juga, pada prinsipnya Derrida menaruh perhatian pada
22
persoalan yang sama sekali asing dalam tradisi filsafat Barat, suatu
mode dari yang lain yang ia sebut difference.26
b. Michel Faucoult
Michel Faucault memiliki nama lengkap Paul-Michel Faucault. Ia
lahir di Poitiers, 15 oktober 1926 di Paris, dan wafat 25 Juni 1984 M.
Faucault termasuk seorang filsuf berpengaruh Prancis, utamanya pada
zaman pasca perang Dunia II. Faucault di kenal akan penelaahannya
yang kritis terhadap berbagai institusi sosial, terutama psikiatri,
kedokteran, dan system penjara, serta akan karya-karyanya tentang
seksualitas.
1) Arkeologi Faucoult
Karya awal faucoult berkaitan dengan kebudayaan modernitas.
Jika kita memandang modernitas. Dalam Madness and Civilization
(1961) Faucoult mengawali gagasannya tentang “arkeologi
kebisuan penderita kegilaan”di dalama suatu dunia di mana
penderita kegilaan menggantikan penyakit kusta sebagai kematian
“yang telah tiba”.
Dalam Birth of the ClinicI (1963), Faucoult menjalankan suatu
“arkeologi tanpa medis”. Masalaha yang membangkitkan minatnya
disini adalah pergeseran konsepsi ilmu kedokteran, dari yang
berfokus pada kesehatan dan yang masih menyediakan ruang bagi
pasien untuk menjadi dokter bagi dirinuan sendiri pada abad ke-18
menuju konsepsi kedokteran yang berfokus pada normalitas
dimana tubuh pasien menjadi subjek tatapan yang berdaulat dari
sang dokter di dalam tatanan klinik rumah sakit modern.
26 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta :
Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.238-244.
23
Dalam The Order of Things: An Archeology of thr Human
Sciences (1966) terdapat tiga domain perbatasan baru yang
menarik minat Faucoult: kehidupan, kerja, bahasa.
Dalam ketiga studi tersebut, istilah arkeologi kelihatan
menonjol. Dalam The Archeology of Knowledge (1969), Faucoult
berusaha menjelaskan pengandaian metodologis yang melatari
karya-karya awalnya. Pendekatannya adalah dengan menekankan
otonomi diskursus atau formasi-formasi diskursif atau kaidah-
kaidah atau reguralitas yang menopangnya. Pendekatan ini
mengesampingkan persoalan tentang genesis diskursus dan hanya
memusatkan perhatian pada soal kaida-kaidah formasi tersebut.
2) Gneology of Knowledge
Gagasan tentang gneologi muncul sejak pidato inagurasi
Faucoult yang lantas di terbitkan dalam bahasa inggris dengan
judul “Discourse on Language” (1971:1972).
Menurut Faucoult, pembedaan Nietzche antara asal usul
(origin) dan silsilah (descent) adalah pembedan antara presentasi
sejarah sebagai terbentangnya suatu gagasan secara jelas serta
sebagai fenomena yang murni kebetulan.
3) Kilas Balik Filsafat Foucoult
Dalam karyanya Use of Pleasure (1984) dan Care of The Self
(1984), Foucoult menjelaskan ada beberapa gerak kembali ke
arkeologi. Namun, yang di bahas Faucoult di sini adalah kelanjutan
dari arkeologi problematisasi dan bukan mengenai diskursus
lainnya. faucoult tidak menfokuskan diri pada kaidah internal atau
reguralitas formasi diskursif. Namun, kini mengerahkan perhatian
pada hubungan antara manusia dan dunia.27
27 Ibid,hal 177-184.
24
6. Postmodernisme
Francois Lyotard
Dilahirkan di Versailles 10 Agustus 1924, dan meninggal di Paris tahun 21
April 1998. Bukunya yang perttama adalah sebuah introduksi pada
fenomenologi, dan fenomenologi tetap memiliki pengaruh kuat pada
karya-karya Lyotard. Ia menerima dan mengembangkan ide
fenomenologis bahwa Cogito Cartesian. Aku yang reflektif (the reflexive
I) adalah subjek khas yang terwujud dalam sebuah “situasi” yang
temporal. Pengetahuan dan kebenaran bersifat manusiawi, dan diperoleh
dari dunia pengalaman hidup yang tidak pernah dipahami sepenuhnya.
Dalam buku The Postmodern Condition, ia memperlihatkan bagaimana
identifikasi pengetahuan bernama representasi, karakteristik masyarakat
modern, mereduksi ragam dari tindakan yang kita tampilkan dalam bahsa
menjadi denotasi. Bahasa kemudian menjadi serangkaian pernyataan yang
dapat diperlakukan sebagai benda, sebagai komoditas dalam masyarakat
kapitalis. Bagi Lyotard, pengetahuan rasional tidak bisa lagi dijadikan
sebagai dasar bagi kritik, juga tidak memiliki emansipasi sebagaimana
dijanjikan oleh para pemikir abad pertengahan. Pengetahuan adalah narasi
terror Barat, sejauh yang dituju adalah membungkam cerita-cerita lain
dengan menyajikan dirinya sebagai satu-satunya penjelasan yang benar
dan absah.
Pemikiran Lyotard menjelaskan posisi pengetahuan, khususnya
tentang cara ilmu dilegitimasikan melalui, yang disebutnya “narasi besar”
seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi kaum proletar, dan sebagainya.
Narasi-narasi besar itu, menurutnya, kini telah mengalami nasib yang sama
dengan narasi besar sebelumnya seperti religi, negara-kebangsaan, dan
kepercayaan terhadap keunggulan Barat, yang kini menjadi sulit untuk
dipercaya. Dengan kata lain, dalam abad ilmiah ini narasi besar menjadi
tidak mungkin, khususnya narasi tentang peranan dan kesahihan ilmu itu
sendiri. Maka nihilism, anarkisme, dan pluralism “permainan bahasa” pun
merajalela. Ini baginya tidak jadi soal, sebab di sisi lain hal ini
25
menunjukkan kepekaan baru terhadap perbedaan-perbedaan dan
keberanina melawan segala bentuk totaliterisme, yang memang perlu.
Meskipun demikian, di pihak lain, definisi ini tiba-tiba menjadi ambigu
sebab pada bagian lain secara mengherankan “postmodernisme”
diterjemahkan sebagai tahap “pra-modern”:
“… Suatu karya bisa menjadi modern bila pertama-tama ia modern.
Postmodernisme yang dimengerti secara demikian bukanlah modernism
pada tahap akhirnya, melainkan pada taraf kelahirannya, dan keadaan
macam ini adalah sesuatu yang konstan.”
Bagi Lyotard, postmodernisme itu sepertinya intensifikasi dinamisme,
supaya tak henti-hentinya untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan
revolusi kehidupan terus-menerus. Lyotard mengatakan, “Marilah kita
perangi totalitas… marilah kita hidupkan perbedaan”. Kenyataannya,
postmodernisme menjadi wadah pertemuan berbagai perspektif teoritis
yang berbeda-beda: ”Ilmu pengetahuan postmodern bukanlah semata-mata
menjadi alat penguasa; ilmu pengetahuan postmodern memperluas
kepekaan kita terhadap pandangan yang berbeda dan memperkuat
kemampuan kita untuk bertoleransi atas pendirian yang tak mau
dibandingkan”.28
D. Kontribusi terhadap Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer
Filsafat memiliki arti dalam dua arti. Pertama, filsafat mengangkat
agendanya sendiri. Ia bukan ilmu pembantu. Ia dimajukan oleh orang-orang
yang tertarik untuk berpikir, yang ingin mengerti, memahami, menangkap
sesuatu yang tidak terletak di tengah jalan orang banyak. Filsafat hanya
dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki ketertarikan yang tinggi
dalam mencari kebenaran tentang suatu permasalahan.29
Kedua, filsafat bertugas menyertai ilmu-ilmu. Filsafat bukan ratu ilmu-
ilmu, bukan jadi abdinya, bukan penunjuk jalan dan bukan penyedia metode,
akan tetapi filsafat menyertai saja. Menyertai dengan komentar, catatan,
28 Ibid,hal 273-275.
29 Syarifuddin, “Konstruksifilsafat barat kontemporer”, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2,
Oktober 2011, hal. 246.
26
kritikan, dan usulan-usulannya. Ia menawarkan wawasan yang melampaui
batas metode masing-masing ilmu. Dan dengan demikian, membuka
pengetahuan intelektual para ilmuan untuk kemudian menggagas perubahan
metide, sampai pada perubahan paradigma.
Tidak dapat disangka bahwa filsafat kontemporer sangat memainkan
peranan yang luar biasa dalam upaya mewujaudkan kesadaran intelektual
manusia kini serta sangat berpengaruh atas ilmu-ilmu seperti fisika, sosiologi,
imu hokum, ilmu politik, dan teologi. Sebagaimana dikatakan oleh Frans
Magnis Suseno, siapapun yang memiliki keinginan untuk ikut dalam diskursus
manusia pasca tradusional abad XX harus menguasai wacana filsafat. Oleh
karenanya, para filsuf mengembangkan wacana dan paradigm pada zaman
kontemporer sebagai transformasi dalam menjawab tantangan zaman abad ini.
Maka dapat diakatakan bahwa filsafat merupakan medan utama manusia
mendiskursuskan keyakinannya bahwa hanya klaim-klaim yang dapat
dipertangguangjawaabkan terhadap pemikiran kritis berhsk untuk menuntut
pengakuan.
Menjadi jelas bahwa studi filsaft barat kontemprer tidak dapat dipisahkan
dari perkembangan dunia empiris dan interpretasi kebudayaan tertentu, denagn
membentuk saling hubungan antar disiplin ilmu, mempertimbangkan konteks
yang lebih umum dan menyajikannya dalam bentuk yang sistematis,
selanjutnya, kita sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya mengulang atau
menelan mentah-mentah berbagai pendirian, pemikiran, metode, dan teori
yang lahir dalam ranah pemikiran filsafat barat kontmeporer, namun juga
diharapkan dapat dengan arif dan mengkritisi semua pemikiran nag kemudian
pertimbangan dapat dipahami dan dilaksanakan serta ditransformasikan
berdasarkan tingkat kritisnya, bahkan lebih jauh lagi dapat melahirkan teori
baru demi pengembangan wilayah filsafat kontemporer selanjutnya.30
30 Ibid
27
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sejarah filsafat kontemporer dipengaruhi oleh filsafat sebelimnya yaitu
filsafat modern yang masih banyak kekurangan sehingga filsafat
kontemporer menyempurnakan filsafat modern dengan kebebasan tanpa
aturan yang mengikat.
2. Perkembangan filsafat barat kontemporer ditandai dengan pemikir abad
XX yang berpendapat bahwa filsafat barat kontemporer memiliki ciri khas
tersendiri, yaitu “desentralisasi” manusia. Subyek manusia tidak lagi
dianggap sebagai pusat kenyataan, dan yang menggantikan
“antroposentrisme” adalah desentralisasi manusia, bahasa sebagai subyek
kenyataan, makanya kemudian lebih disebut abad logosentris.
3. Aliran-aliran yang muncul pada filsafat barat kontemporer beserta tokoh-
tokohnya antara lain:
a. Pragmatisme:William James dan John Dewey.
b. Fenomenologi:Edmund Husserl,
c. Ekstensialisme:Jean Paul Sartre, Martin Heidegger dan Karl R.
Popper.
d. Filsafat Analitis:Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein
e. Struktualisme:Jacques Derrida, Michel Foucault.
f. Postmodernisme:Francois Lyotard.
4. Kontribusi bagi perkembangan filsafat kontemporer yaitu sebagai
mahasiswa hendaknya tidak hanya mengulang atau menelan mentah-
mentah berbagai pendirian, pemikiran, metode, dan teori yang lahir dalam
ranah pemikiran filsafat barat kontmeporer, namun juga diharapkan dapat
dengan arif dan mengkritisi semua pemikiran nag kemudian pertimbangan
dapat dipahami dan dilaksanakan serta ditransformasikan berdasarkan
28
tingkat kritisnya, bahkan lebih jauh lagi dapat melahirkan teori baru demi
pengembangan wilayah filsafat kontemporer selanjutnya.
B. Saran
Dengan ini kami berharap Bapak Dosen dapat memaklumi penyusunan
makalah ini karena sedang dalam masa pembelajaran dan diperlukan
pengarahan yang berkelanjutan demi perbaikan makalah yang dibuat untuk
selanjutnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Syarifuddin. Konstruksi filsafat barat kontemporer, Jurnal Substansia,Vol 13 No.
2, Oktober 2011

More Related Content

PPTX
Leadership in Islam
PPTX
Filsafat kontemporer
PPT
Communication Skills Ppt
PPTX
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
PDF
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
PDF
Pelatihan Leadership Skills
PPTX
STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx
Leadership in Islam
Filsafat kontemporer
Communication Skills Ppt
PPT Psikologi Sosial Agresi (Mercubuana 2012)
Sejarah, Organisasi & Fungsi Masjid 2023.pdf
Pelatihan Leadership Skills
STRATEGI PENGUATAN MUTU LAYANAN KUA.pptx

What's hot (20)

DOCX
Makalah pembidangan ilmu fiqh
DOC
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
PPTX
Masa kejayaan islam ppt
DOCX
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
DOCX
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
PPTX
Pembidangan ilmu fiqih
PPT
Metode studi islam
DOCX
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
DOCX
Hubungan filsafat dan agama
DOCX
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
PPTX
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
DOCX
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
DOCX
Makalah integrasi ilmu
DOC
Makalah ijaz alquran
DOCX
Makalah ijtihad
PPTX
Kehendak & keadilan tuhan
DOCX
Pengertian metodologi studi islam
DOCX
Makalah revisi Makkiyah dan madaniyah
PPTX
Berbagai Pendekatan dalam Studi Islam
Makalah pembidangan ilmu fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Masa kejayaan islam ppt
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
Makalah fiqih kelompok 6 materi 8
Pembidangan ilmu fiqih
Metode studi islam
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Hubungan filsafat dan agama
Materi soal dan jawaban mata kuliah sejarah peradaban islam
Peradaban islam pada masa Nabi Muhammad SAW
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
Makalah integrasi ilmu
Makalah ijaz alquran
Makalah ijtihad
Kehendak & keadilan tuhan
Pengertian metodologi studi islam
Makalah revisi Makkiyah dan madaniyah
Berbagai Pendekatan dalam Studi Islam
Ad

Similar to Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya (20)

PPTX
Filsafat manusia
DOCX
Makalah filsafat unum iman pasca modern
PPTX
Sejarah filsafat
PPTX
Kelompok 8
DOC
Bab iii pembahasan
PPTX
SosiologiKomunikasi_RazkyAhmad_44222010197.pptx
DOC
Sejarah perkembangan sosiologi
PPTX
Pss tutor (2)
PPTX
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
PDF
DOCX
Sejarah perkembangan sosiologi
DOCX
Filsafat pendidikan
DOC
Fenomenologi
DOCX
Filsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
PPTX
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
PPTX
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
DOCX
Makalah renasissans
PPTX
PPT_KAJIAN_POSTMODERNISME.pptx
PPTX
Filsafat manusia
DOC
Uas filsafat-ilmupostmodernisme-dan-kritik-ilmu-pengetahuan
Filsafat manusia
Makalah filsafat unum iman pasca modern
Sejarah filsafat
Kelompok 8
Bab iii pembahasan
SosiologiKomunikasi_RazkyAhmad_44222010197.pptx
Sejarah perkembangan sosiologi
Pss tutor (2)
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
Sejarah perkembangan sosiologi
Filsafat pendidikan
Fenomenologi
Filsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
Makalah renasissans
PPT_KAJIAN_POSTMODERNISME.pptx
Filsafat manusia
Uas filsafat-ilmupostmodernisme-dan-kritik-ilmu-pengetahuan
Ad

More from Ainina Sa'id (20)

DOC
hakikat dan tujuan pend.islam
DOCX
Upaya Perlawanan Penuaan Dini pada Wanita Karier
PPTX
Pengantin Internasional
DOCX
PERANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
PPTX
PENGANTIN PAES AGENG YOGYAKARTA
PPTX
PENGANTIN SEMARANG
PDF
MAKALAH PENGANTIN BETAWI
PDF
MAKALAH PENGANTIN SOLO
PDF
MAKALAH PENGANTIN PALEMBANG
DOCX
SANGGUL TIMPUS dari SUMATRA UTARA BATAK TOBA
PPTX
LIPOSUCTION oleh Dr Retno Indrastiti,SpKK
PPTX
INJECTABLE DERMAL FILLERS
PPTX
suntikan botox ( botollium toxin )
DOCX
Sanggul Ukel Tekuk ( DIY)
DOCX
Sanggul Ciwidey Jawa Barat
DOCX
Sanggul Konde Pingkan dari Sulawesi Utara
DOCX
Sanggul ukel konde dari Solo Jawa Tengah
PPTX
Pangkas Dasar
PPTX
Pemangkasan Dasar
PPSX
Pancasila sebagai ideologi_bangsa_dan_bernegara
hakikat dan tujuan pend.islam
Upaya Perlawanan Penuaan Dini pada Wanita Karier
Pengantin Internasional
PERANCANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SAINTIFIK
PENGANTIN PAES AGENG YOGYAKARTA
PENGANTIN SEMARANG
MAKALAH PENGANTIN BETAWI
MAKALAH PENGANTIN SOLO
MAKALAH PENGANTIN PALEMBANG
SANGGUL TIMPUS dari SUMATRA UTARA BATAK TOBA
LIPOSUCTION oleh Dr Retno Indrastiti,SpKK
INJECTABLE DERMAL FILLERS
suntikan botox ( botollium toxin )
Sanggul Ukel Tekuk ( DIY)
Sanggul Ciwidey Jawa Barat
Sanggul Konde Pingkan dari Sulawesi Utara
Sanggul ukel konde dari Solo Jawa Tengah
Pangkas Dasar
Pemangkasan Dasar
Pancasila sebagai ideologi_bangsa_dan_bernegara

Recently uploaded (20)

PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
DOCX
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Budaya Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 5 Kurikulum Merdeka
PPTX
Rekayasa-Prompt-untuk-Kreasi-Konten bahan peer teaching.pptx
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 4 Kurikulum Merdeka
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
PDF
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
PDF
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
PDF
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Informatika Kelas X SMA Terbaru 2025
PPTX
POLA PIKIR TETAP DAN POLA PIKIR BERTUMBUH.pptx
PDF
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 10 Ter...
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Kerajinan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 7 MTs
PPTX
Materi Induksi untuk karyawan baru/new hire
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Modul Ajar Deep Learning Seni Budaya Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Rekayasa-Prompt-untuk-Kreasi-Konten bahan peer teaching.pptx
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 4 Kurikulum Merdeka
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Informatika Kelas X SMA Terbaru 2025
POLA PIKIR TETAP DAN POLA PIKIR BERTUMBUH.pptx
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 10 Ter...
Modul Ajar Deep Learning PKWU Kerajinan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 7 MTs
Materi Induksi untuk karyawan baru/new hire

Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya

  • 1. FILSAFAT BARAT KONTEMPORER DAN BERBAGAI ALIRANNYA Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Dosen Pengampu: Faiq Makhdum Noor, S. Pd. Si., M. Pd. Disusun oleh Kelompok XII: Nailisy Syafa’ah (1710510034) Vivi Cahyani (1710510035) Nurul Aini Rizqina (1710510036) JURUSAN TARBIYAH PROGAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017
  • 2. 1 KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesehatan jasmani dan rohani kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan segala kemampuan kami. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaat-Nya kelak di hari kiamat. Judul dalam makalah ini adalah “Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya”. Filsafat sudah ada sejak sejak zaman Yunani kuno sampai zaman kontemporer dan ditandai dengan berbagai perkembangan pada tiap zaman. Pada filsafat zaman kontemporer yang terjadi abad XX ini, filsafat memiliki ciri tersendiri. Antara lain sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, karena masyarakat pada saat itu mempunyai anggapan bahwa masalah akan muncul dan ia sendirilah yang akan menemukan solusinya. Terdapat istilah desentraisasi manusia yang berarti Semua yang berhubungan dengan dunia menjadi tanggung jawab manusia. Selanjutnya, dalam penyusunan makalah “Filsafat Barat Kontempoter dan Berbagai Alirannya” ini dapat kami susun dengan seoptimal mungkin. Tentunya juga telah mendapat arahan dan bimbingan dari Bapak dosen Pengampu Mata Kuliah filsafat pada setiap pertemuan ketika kelompok sebelum-sebelumnya. Saran dan kritikan dari Bapak Dosen sangat kami butuhkan untuk memperbaiki banyak kekurangan dalam makalah yang kami susun ini. Sekain dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Penyusun
  • 3. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kontemporer mempunyai arti saat ini, zaman sekarang, atau zaman pada saat penutur/pembicaraan pendengar sedang mengalami. Artinya kontemporer memiliki maksud bahwa zaman di mana suatu masalah akan muncul dan kemudian akan mendapatkan jawabannya.1 Kehidupan manusia sebelumnya pada zaman modern sangat berpengaruh pada zaman kontemporer. Hal ini dapat dilihat pada zaman modern yang menganut paham reinkarnase, yaitu paham yang menjelaskan tentang kembalinya peradaban budaya Yunani dan Romawi. Filsafat zaman modern terikat dengan peradaban Yunani dan tidak sesuai dengan masyarakat pada zaman kontemporer. Manusia yang ada pada zaman filsafat barat kontemporer memiliki kebebasan berfilsafat dengan seluas-luasnya. Kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan berfilsafat yang melampaui batas, tetapi tetap berada dalam kaidah berfilsafat yang dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, maka muncullah berbagai aliran untuk membuktikan bahwa filsafat yang dilakukan oleh masyarakat ketika itu mengandung unsur filsafat yang positif. Dengan berbagai alasan yang mendukung, maka kami menyusun makalah yang berjudul “Filsafat Barat Kontemporer dan Berbagai Alirannya”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah munculnya filsafat barat kontemporer? 2. Bagaimana perkembangan filsafat barat kontemporer sampai sekarang? 3. Bagaimana aliran-aliran yang muncul pada filsafat barat kontemporer? 4. Bagaimana kontribusi bagi perkembngan filsafat barat kontemporer? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui sejerah munculnya filsafat barat kontemporer. 1 Syarifuddin, Konstruksi filsafat barat kontemporer, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2, Oktober 2011, hal. 231.
  • 4. 3 2. Untuk mengetahui perkembangan filsafat barat kontemporer sampai sekarang. 3. Untuk mengidentifikasi aliran-aliran yang muncul pada filsafat barat kontemporer. 4. Untuk memberi kontribusi dalam perkembangan filsafat barat kontemporer.
  • 5. 4 BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Munculnya Filsafat Barat Kontemporer Bila kita menelusuri jejak filsafat mulai dari abad klasik, pertengahan dan modern, ternyata ada kelamahan kekurangan di satu sisi serta kelebihan dan kesempurnaan di lain sisi. Filsafat modern yang konon katanya sudah lebih sempuna ternyata masih ada sisi kekurangannya hingga muncul pemikiran baru dalam dalam atas pemikiran tersebut yaitu pemikiran filsafat barat kontemporer. Pada zaman kontemporer, yaitu abad XX diwarnai dengan proses radikalisasi kritis rasionalitas pada segala bidang, Radikalime kritis akal budi digerakkan dari persoalan ketidaksadaran menuju eksistensi manusia dan bahasa hingga masyarakat dan ilmu pengetahuan.2 Proses radikalisasi muncul karena adanya bencana kemanusiaan yang menimpa manusia awal abad XX: dua perang dunia, holocaust, Hirosima. Dalam konteks ini modernitas tidak hanya dibangun di atas singgasana prestasi inovatif teknologi, sosial dan ilmu pengetahuan, melainkan juga ditandai dengan berbagai fenomena dekstruktif.3 Hal diatas dibuktikan dengan adanya tesis sentral bahwa paradigm- paradigma refleksi kritis awal abad XX yang sangat khusus dan sering bertentangan satu sama lain, dewasa ini dan di masa depan akan dipadukan secara produktif dan disempurnakan.4 B. Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer Filsafat Barat Kontemporer berawal sekitar pada abad XX. Perkembangan filsafat pada zaman ini tidak terlepas dari perkembangan filsafat zaman sebelumnya, yaitu filsafat pada zaman modern. Dalam kata lain, sebagai pematangan lebih lanjut dan meluas dari filsafat zaman modern. 2 Otto Gusti, Sejarah Filsafat Kontemporer dan Postmodern, STFK Ledalero, Semester-V 2016, hal. 8 3 Ibid 4 Syarifuddin, Konstruksi filsafat barat kontemporer, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2, Oktober 2011, hal. 232.
  • 6. 5 Hal di atas ditandai dengan munculnya berbagi gerakan pemikiran yang muncul pada abad XIX dan abad XX. modernitas secara umum adalah perubahan sosial dan budaya yang massif pada abad XVI, yang berkaitan dengan suatu analisis terhadap perubahan masyarakat yang semakin kapitalis industrial. Kapitalis industrial adalah sifat masyarakat pada zaman modern yang mementingkan kepentingan individu dalam hal industri/pembangunan. Pada abad XIX, manusia masih dianggap menjadi makhluk sebagai pusat kenyataan. Walaupun perhatian utama tidak lagi berpusat pada rasio, empiris, dan ide-ide manusia, melainkan lebih kepada unsur-unsur irasional, yaitu kebebasan berkehendak sesuai tindakan manusia. Dalam perkembangan selanjutnya, filsafat barat kontemporer melanjutkan isu-isu utama dalam filsafat modern, namun dalam sudut pandang yang berbeda sama sekali. Isu tersebut antara lain Metafisika, epistemologi, antropologi(humanisme) dan lain sebagainya. Selain itu, isu yang berkembang lebih luas mengenai kapitalisme, alienasi, lingkungan, demokratisasi, hak asasi manusia, dan lain sebagainya. Banyak pemikir abad XX yang menganggap bahwa filsafat barat kontemporer memiliki ciri khas tersendiri, yaitu “desentralisasi” manusia. Subyek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan, dan yang menggantikan “antroposentrisme” adalah desentralisasi manusia, bahasa sebagai subyek kenyataan, makanya kemudian lebih disebut abad logosentris.5 C. Aliran-Aliran yang Muncul pada Filsafat Barat Kontemporer Aliran-aliran yang muncul dan berpengaruh pada abad XX adalah Pragmatisme, Fenomenologi, ekstensialisme, Filsafat Analitis (filsafat bahasa), struktualisme dan postmodernisme. Berikut penjelasan mengenai masing aliran-aliran di atas beserta para tokoh-tokohnya. 1. Pragmatisme 5 Ibid,hal.234
  • 7. 6 Pragmatisme berasal dari kata “pragma” (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.6 Pragmatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat scara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat pengalaman pribadi tentng kebenaran mistik. Artinya, segala sesuatu dapat diterima asalkan bermanfaat bagi kehidupan.7 Aliran ini sangat populer di Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya adalah William James (1842-1910 M) dan John Dewey (1859-1952 M). a. William James (1842-1910 M) Willam James dilahirkan di New York, pada tahun 1842. Setelah belajar ilmu kedokteran di Universitas Harvrad, Ia kemudian pada tahun 1855-1861 belajar di Inggris, Prancis, Swiss dan Jerman. Ia kembali ke Amerika dan memang ahli dalam bidang anatomi, fisiologi, psikologi, dan filsafat hingga tahun 1907. Selain menamakan filsafatnya dengan “Pragmatisme”, James juga menyebutkan dengan istilah Radical Empirisme (Empirisme Radikal). Empirisme Radikal adalah suatu empirisme baru yang tidak menerima suatu unsur dan bentuk apapun yang tidak dialami secara langsung atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang dialami secara langsung. James menganggap hubungan (relation) seperti “lebih besar daripada” sebagai salah satu dari unsur-unsur yang dialami secara langsung. Untuk memperkokoh dan mengembangkan pragmatisme sebagai dasar filsafat baru, James bekerja ekstra keras untuk mengarang berbagai buku yang isinya memuat ajaran-ajaran pragmatisme.8 Pemikiran filsafatnya lahir karena dalam sepanjang hidupnya James mengalami konflik antara pandangan agama. James 6 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia,2008), hal.319. 7 Muzairi,Filsafat Umum, (Yogyakarta:TERAS, 2015),hal.141 8 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta : Ar-Ruzzi Media, 2016),hal. 168
  • 8. 7 beranggapan bahwa masalah kebenaran, tentang asal/tujuan dan hakikat bagi orang Ameika terlalu teoritis. Yang James inginkan adalah hasil-hasil yang konkret . Dengan demikian untuk mengetahui kebenaran dari ide-konsep haruslah diselidiki konsekuensi- konsekuensi praktisnya.9 Ada tiga hal yang telah diuraikan oleh James: 1) Kebenaran Pragmatis James mengemukakan dalam bukunya, The Meaning of The Truth (1909) bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam praktiknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya. Dalam membuktikan suatu kebenaran, James mengajukan pertanyaan; “apa yang di lakukan oleh ide padamu dalam menghadapi kehidupan nyata?” Kebenaran harus merupakan nilai dari suatu ide. Tak ada suatu motif dalam mengatakan bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar, kecuali untuk memberi petunjuk bagi tindakan yang praktis.10 Menurut James, kebenaran itu relatif, subjektif dan terus berkembang. Pendapatnya bertolak belakang dengan filsafat tradisional yang mengatakan bahwa kebenaran itu bersifat monistik. Nilai perkembangan dalam pragmatisme itu benar jika bermanfaat bagi pelakunya dan dapat memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup. Dua kebenaran pokok dalam filsafat yaitu Tough Minder dan Tender Minder. Tough Minder dalam mencari kebenaran hanya 9 Muzairi,Filsafat Umum, (Yogyakarta:TERAS, 2015),hal.141 10 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta : Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.168.
  • 9. 8 lewat pendekatan empiris dan tergantung pada fakta-fakta yang dapat di tangkap oleh indra. Sikap ini di pegang kuat oleh penganut filsafat empirisme. Sementara Tender Mender hanya mengakui kebenaran dan sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional. Paham semacam ini di pegang teguh oleh filsafat idealisme.dalam menghadapi dua kebenaran ini James menjadi penengah antara keduanya dengan mengajukan konsep milliorisme, ia agak bersifat lunak dalam menerima kebenaran. Ukuran benar dan salah dalam pragmatismenya james tergantung pada masing- masing individu yang menjalaninya, hanya ada kebenaran subjektif.11 2) Pragmatisme dan Etika Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme mengenai kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu menghasilkan hasil-hasil yang memuaskan, maka ide tersebut bersifat benar (true). Suatu ide dianggap benar apabila dapat memberikan keuntungan kepada manusia dan yang dapat dipercayai tersebut membawa ke arah kebaikan (good). Suatu bentuk teori etika dapat dibangun demi teori pragmatisme ini. Metode pragmatism dalam memberikan batasan antara yang baik atau jelek, salah atau benar, adalah sama seperti membatasi apakah sesuatu itu benar atau salah.12 3) Kepercayaan Religius menurut James Dalam macam-macam kehidupan, manusia mempunyai hubungan dengan suatu Dzat yang lebih (a more). Manusia merasakan di sekitarnya ada sesuatu yang simpatik dan memberinya dukungan. Ia menunjukkan sikap bersandarnya 11 Ibid,hal 170. 12 Ibid
  • 10. 9 kepada Dzat tersebut dalam sembahyang dan doa. Rasa tentang adanya dzat yang lebih (The more) membawa Ia arah kesenangan, kebahagiaan, dan ketentraman. Selain itu, hal ini merupakan pengalaman yang universal. Dalam arti keagamaan, Tuhan adalah kecondongan ideal atau pendukung yang murah hati dalam pengalaman manusia. b. John Dewey (1859-1952) Ia dilahirkan di Barlington pada tahun 1859. Setelah menyelesaikan studinya di Baltimore, ia menjadi Guru Besar di bidang filsafat dan pendidikan pada Universitas Colombis (1904-1929). Nampaknya terdapat persamaan pemikiran antara Dewey dengan James. Dewey adalah seorang pragmatis, tetapi ia lebih suka menyebut sistemnya dengan istilah instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan aktivitas manusia secara lebih baik, untuk di dunia, dan sekarang. Ia menegaskan bahwa tugas filsafat yang utama adalah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup.13 Instrumentalis adalah suatu usaha untuk menyusun teori yang logis dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-penyimpulan dalm bentuknya yang bermacam-macam dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konskuensi-konsekuensi di masa depan. Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaannya. Dewey menyikapi hal ini dengan meneliti tiga aspek, yaitu temporalisme (ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu), futurisme (menorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kematian) dan milionarisme (dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita. James membenarkan tiga hal ini. 13 Ibid,hal 170-171.
  • 11. 10 1) Konsep Dewey tentang Pengalaman dan Pikiran Pengalaman (experience) adalah suatu kata kunci dalam filsafat instrumentalisme. Filsafat Jawa adalah “mengenai” (about) dan “untuk” (for) pengalaman sehari-hari. Pengalaman adalah keseluruhan kejadian yang dialami menusia dan mencakup segala hal saling mempengaruhi antara organisme yang hidup dalam lingkungan sosial dan fisik. Dewey menolak orang yang mencoba menganggap rendah pengalaman manusia atau menolak untuk percaya bahwa seseorang telah berbuat sedemikian. Dewey mengatakan bahwa pengalaman bukan suatu tabir yang menutupi manusia sehingga tidak melihat alam. Pengalaman adalah satu- satunya jalan bagi manusia untuk memasuki rahasai-rahasia alam. Dalam pengalaman seseorang, pikiran selalu muncul untuk memberikan arti dari situasi yang terganggu oleh pekerjaan di luar hipotesis atau membimbing kepada perbuatan yang akan dilakukan. Kegunaan kerja pikiran kata Dewey, tidak lain hanya merupakan cara untuk jalan melayani kehidupan. Makanya, Ia dengan keras menuntut untuk menggunakan metode ilmu alam (scientific method) bagi semua lapangan pikiran, teruatama dalam penilaian pikiran, persoalan akhlak (etika), estetika, politik dan lain-lain. Dengan demikian, cara penilaian bias berubah dan bias disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan hidup.14 Menurut Dewey, yang dimaksud dengan scientific method ialah cara yang dipakai oleh seseorang sehingga bias melampaui segi pemikiran semata-mata pada segi amalan. 2) Dewey dan Pendidikan Progresif Dewey memandang bahwa tipe dari pragmatismenya diasumsikan sebagai sesuatu yang mempunyai jangkauan aplikasi dalam masyarakat. Pendidikan dipandang sebagai tempat yang strategis dan sentral dalam upaya kelangsungan hidup di masa 14 Ibid,hal.172-173
  • 12. 11 depan. Pendidikan nasional Amerika, menurut Dewey hanya mengajarkan muatan-muatan yang sudah using (out of date) dan hanya mengulang-ulang sesuatu yang sudah lampau, yang sebenarnya tidak sudah layak lagi untuk diajarkan kepada anak didik. Pendidikan yang demikian hanya mengebiri intelektualitas anak didik. Konsep pendidikan yang adaptif pada anak dan perkembangan dikemukakan olehnya dengan menawarkan dua metode: Problem Solving Method (mengajarkan kebebasan pada anak dalam memecahkan masalah sehingga guru hanya membantu ketika siswa menghadapi kesulitan) dan Learnig by Doing (memberikan bekal keterampilan-ketermpilan praktis pada anak agar bisa eksis di lingkungan masyarakat sesuai dengan kebutuhan masyarakat).15 3) Analisis Kritis atau Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme a) Kekuatan Pragmatisme (1) Dapat membumikan filsafat datri corak yang bersifat Tender Minded yang cenderung berpikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis dan aktualis berdasarkan kebutuhan di dunia bukan nanti di akhirat. (2) Dapat mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep melalui berbagai penelitian, pembuktian dan eksperimen sehingga muncul temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. (3) Tidak mudah percaya kepada “kepercayaan yang mapan”. Kepercayaan dapat diterima apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktina yang praktis. b) Kelemahan Pragmatisme (1) Pragmatisme hanya mengakui kebenaran yang terbukti secara alamiah dan percaya bahwa dunia dibuat oleh 15 Ibid,hal 173-174.
  • 13. 12 manusia sendiri. Sehingga mengingkari sesuatu yang transendental dan menuju sikap ateisme. (2) Masyarakat pragmatisme dihinggapi oleh penyakit materialisme. (3) Untuk mencapai tujuan materialisme, masyarakat melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa mengenal batas waktu sehingga bersifat egois individualis dan menyebabkan penyakit humanisme . 16 2. Fenomenologi Fenomenologi berasal dari kata “fenomenon” yang berarti gejala atau apa yang tampak. Para ahli lebih mengartikan fenomenologi sebagai suatu metode dalam mengamati, memahami, mengartikan dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat.17 Fenomena atau fenomenologi memiliki arti “gejala semua atau lawan bendanya sendiri (menampakan)”. Menurut para pengikut fenomenologi, satu fenomena tidak selalu harus dapat di amati dengan indra. Sebab, fenomena dapat juga di lihat atau di tilik secara ruhani, tanpa melewati indra. Fenomena tidak perlu suatu peristiwa. Menurut para filsafat pengikut fenomenologi, fenomena adalah “apa yang menampakkan diri lawan dirinya sendiri”.18 Fenomonologi dirintis oleh Edmund Husserl (1859-1983). Edmund Husserl lahir pada 1859 di Prossnitz dan meninggal pada 1938 di Freiburg, Breisgau. Ia adalah filsuf jerman keturunan Yahudi. Masa muda di laluinya antara lain dengan belajar astronomi dan matematika di Leipzig dan Berlin tempat ia memperoleh gelar doctor dalam bidang matematika.19 Edmund Husserl, seorang filsuf dan matematikus mengenai intensionalitas atau pengarahan melahirkan aliran 16 Ibid hal 175-176. 17 J. B. Blikololong, PengantarFilsafat, (Jakarta :Gunadarma, 1997),hal.103. 18 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta : Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.161-164. 19 Ibid
  • 14. 13 fenomenologi berdasarkan pemikiran Brentano. Dalam pengertian sebagai suatu metode, Kant dan Husserl mengatakan bahwa apa yang dapat diamati hanyalah fenomena, bukan neumenon atau sumber gejala itu sendiri. Jadi pengamatan biasa (natuerliche einstellung) akan menimbulkan bias.20 a. Filsafat Fenomenologi Husserl memahami fenomenologi sebagi suatu analisis deskriptif dan instrospeksi mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman-pengalaman langsung: religious, moral, estetis, konseptual dan indrawi. Menurut Husserl, fenomenologi merupakan metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan langkah-langkah yang harus di ambil sehingga sampai pada fenomena yang murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri instrinsik fenomena itu sendiri menampakkan diri pada kesadaran. b. Metode Fenomenologi Untuk memahami filsafat Husserl, ada beberapa kata kunci yang perlu diketahui: 1) fenomena adalah realitas esensi atau dalan fenomena terkandung pula nomena (sesuatu yang berada di balik fenomena). 2) pengamatan adalah aktivitas spiritual atau ruhani. 3) kesadaran adalah sesuatu yang intensional subtansi adalah konkret yang menggambarkan isi dan struktur kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau. Dalam memahami fenomena Husserl menekankan satu hal penting: penundaan keputusan. Keputusan harus di tunda atau di kurung dulu 20 Atang Abdul Hakim, Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum dari Mitologi sampai teofilosofi, (Bandung : Pustaka Setia,2008), hal.323.
  • 15. 14 untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang kita miliki tentang fenomena harus kita tanggalkan atau lepaskan dulu, agar fenomena itu dapat menampakkan dirinya sendiri.21 3. Ekstensialisme Kata ekstensialismata berasal dari kata eks = keluar dan sistensi /sisto = berdiri, menempatkan. Secara umum berarti manusia dalam keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh akunya. Ekstensialisme adalah aliran filsafat yang memandang segala berpangkal pada ekstensinya, yang berarti cara manusia berada di dunia. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan-merencanakan, yang berdasar pada pengalaman yang konkret. Tokoh-tokoh pada aliran ekstensialisme adalah sebagai berikut: a. Jean-Paul Sartre (1905-1980) Lahir di Paris Prancis, 21 Juni 1905-15 April 1980 M. Ia berasal dari keluarga cendekiawan. Ayahnya seorang perwira besar angkatan laut Prancis. Ibunya anak seorang guru besar yang mengajar bahasa modern di Universitas Sorbone. Ketika masih kecil ayahnya meninggal sehingga ia diasuh oleh ibunya dan dibesarkan di rumah kakeknya, di bawah pengaruh kakeknya, Sartre dididik secara mendalam untuk menekuni dunia ilmu pengetahuan dan bakar-bakar Sartre dikembangkan secara maksimal. Menurutnya, eksistensi lebih dulu ada disbanding esensi (L’existence précède l’essence). Manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya ia tidak lebih hasil kalkulais dari komitmen-komirtmennya di masa lalu. Karena itu, menurut Sartre, 21 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta : Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.161-164.
  • 16. 15 satu-satunya landasan nilai adalah kebebasan manusia (L’homme est condamnẻ à être libre). Kilas balik Filsafat Sartre Saat pendudukan Nazi dan bertahun-tahun siaga perang menyusul perang dunia kedua, Sartre menegaskan bahwa setiap orang bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dan mau jadi apa dia? Tak peduli pada kondisi apapun, perang atau malah akan menghadapi kematian sekalipun. Ekstensi manusai mendahului esensinya. Padahal biasanya sesuatu harus ada esensinya lebih dulu sebelim keberadaannya. Karena hanya manusia yang bereksistensi, maka manusia membentuk dirinya dengan kemauan dan tindakannya. Kehidupan manusia mungkin tidak mengandung arti bahkan tidak masuk akal. Tetapi, manusia dapat hidup dengan aturan-aturan, keluhuran budi dan keberanian dan dia dpat membentuk masyarakat sehingga dapat menangani maalah sendiri dan mengandalkan pilihan dan tindakannya supaya dapat hidup di dunia. Sartre berusaha menklukkan jiwa ringkihnya akibat penderitaan ketika perang dunia kedua dengan memberikan kontribusi dan menyebarkan ajaran-ajaran Hegel dan Karl Mark sebagai gurunya memlalui berbagai cara termauk karya pertamanya mengikuti corak pemikiran fenomenologi Husserl dengan kritis-elaboratif. Dari membayangkan dunia lain dengan dunia seadanya, ia menolak diri di dalam kesadarn yang termaktub dalam Being and Nothingness (1943). b. Martin Heidegger 1889-1976 M Heidegger lahir di Baden, Jerman. Ayahnya bekerja sebagai Kosfer di gereja MT. Martius. Ia belajar di Konstanz, kemudian ia masuk Universitas Feiburg, Jurusan teologi. Namun tidak lama kemudian ia beralih menekuni bidang filsafat. Faucoult meraih doctor filsafat lewat
  • 17. 16 disertasinya, Die Lebre Vom Urteil Im Psichologismus. Pada tahun 1915 ia mulai mengajar di bangku kuliah, ia sudah menguasai fenomenologinya Edmund Hussel. Menurut Heidegger manusia itu terbuka bagi dunia nya dan sesamanya. Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan, pengertian, pemahaman, perkataan dan pembicaraan. Sama halnya dengan konsep ada dan non-ada, konsep ada-dalam-dunia juga merupakan konsep fundamental bagi para eksistensialis dalam rangka menerangkan gejala keberadaan manusia. Konsep ini mengandung implikasi bahwa, manusia hidup untuk mengungkapkan keberadaannya dengan meng-ada di dalam dunia. Untuk menangkap pengertian yang jelas dan keluar dari istilah ada- dalam yang di gunakan oleh Heidegger memiliki arti yang dinamis, yakni mengacu pada hadirnya subjek yang selalu berproses. Demikian pula dunia yang di kemukakan Heidegger itu harus di mengerti sebagai hal yang dinamis bisa hadir dan menampakkan diri dan bukan dunia yang tertutup. Jadi ada-dalam-dunia itu tidak menunjuk pada fakta beradabnya manusia di dalam dunia seperti berada dalam karung atau baju dalam lemari melainkan mewujudkan pada realitas dasar bahwa manusia hidup atau mengungkapkan keberadaannya di dunia sambil merancang, mengolah atau membangun dunianya itu. Selain itu, filsafat Heidegger yang paling terkenal atau fenomenal adalah berkaitan dengan konsep suasana hati atau mood. Di dalam suasana hatilah kita diatur oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan observasional yang berjarak. c. Karl R. Popper 1902-1994 M Karl R. Popper lahir di Wina, Australia. Ia dikenal sebagai filsuf yang sangat berpengaruh di bidang sains dan politik. Sedemikian pengaruhnya sehingga Sir Petter Medewar, peraih nobel di bidang
  • 18. 17 kedokteran, mengatakan Karl Popper tak ada duanya sebagai filsuf ilmu terbesar yang pernah ada. Selain ahli di bidang sains dan politik, juga dikenal sebagai seorang yang ahli matematika dan astronomi teoritis. Buku yang paling berpengaruh adalah The Open Society And Its Enemies 1950. Karyanya tersebut merupakan gagasan filsafat politiknya yang amat berpengaruh hingga di terjemahkan dalambanyak bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Bukunya berjudul Masyarakat Terbuka dan Musuh- musuhnya Buku tersebut bisa dikatakan telah menjatuhkan teori-teori politik para filsafat raksasa seperti Heraclitus, Plato, Aristoteles, Hegel dan Karl Marx. Sebab Karl Popper menghadirkan wacana baru di bidang ini. Berangkat dari nilai normatif bahwa manusia bisa salah, Karl Popper merumuskan sebuah bentuk masyarakat yang cocok bagi minimalisasi penderitaan manusia dan maksimalisasi kebebasan individu dalam sebuah masyarakat yang ia sebut sebagai masyarakat terbuka.22 4. Filsafat Analitis (Filsafat Bahasa) Filsafat ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya Neoheealinisme di Inggris. Terdapat beberapa soal yang dihadapi filsuf analitis: apakah pertimbangan yang dapat kita buat? Berapa hal yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan dari data rasa atau pengalaman? Apa yang dimaksudkan dengan arti (meaning) dan pembuktian kebenaran (verification)? Bagaimana kita menjelaskan dengan melalui analisa? Apakah implikasi dengan jawaban petanyaan ini?. Para tokoh-tokoh di bawah ini menyajikan filsafat hyang berbentuk analisa: a. Bertrand Russell (1872-1970) Bertrand Arthur William Russell pada tanggal 18 Mei 1872- 2 Februari 1970 M. Ia adalah seorang filsuf dan ahli matematika ternama 22 Ibid,hal.189-191.
  • 19. 18 di Britania Raya. Selain itu, ia juga di kenal sebagai seorang agnostik. Belakangan, Russell menolak keras penggunaan senjata nuklir dan persoalan perang Vietnam. Banyak karya yang di tulis salah satunya adalah “History of Western Philosohy and its Connection With Political and Social Circumtances From The Erliest Time To The Present Day” (1946). Buku tersebut sudah di terjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul “Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio Politik dari Zaman Kuno hingga Sekarang” oleh penerbit Pustaka Pelajar Jogjakarta (2000). Buku ini merupakan buku Russell yang paling sukses dan di terjemahkan kedalam banyak bahasa. Dalam buku ini Rusell berusaha mengaitkan persoalan-persoalan sejarah filsafat dengan sejarah sosial, politik dan kemasyrakatan. Dengan data yang cukup valid, Russell membahas sosok filsuf yang mempunyai kontribusi besar dalam peradaban manusia dan mengurai secara rinci ide-ide dasar, pemikiran- pemikiran, pengaruhnya terhadap masyarakat dan para filsuf berikutnya. Juga di masukkan bahasan khusus dalam beberapa bab mengenai sejarah sosial murni (pure social history), yang berguna untuk melihat relasi antara seorang filsuf, pemikiran dan kondisi sosio- politik dan budaya yang mengitarinya.23 b. Ludwig Wittgenstein Ludwig Wittgenstein lahir di Wina, belajar di Austria dan Cambridge University di Inggris dan mendapat pengaruh dari Bertrand Russel dan G. Moore. Tahun 1930 menggantikan Moore dan mengajar filsafat di Cambridge dan memengaruhi ahli-ahli Fakir di Inggris dan Amerika Serikat dengan menghasilkan dua sistem pemikiran orisinil, yang pertama yaitu Tractatus (1922) dan Philosophycal Investigations 23 Ibid,hal 188-189.
  • 20. 19 (1953). Buku kedua mini merupakan kritik dan penolakan ide-ide dari karangan yang pertama. Tractatusa merupakan uraian tentang kondisi di mana bahasa mempunyai arti serta dapat memliki kebenaran. Kalimat yang berarti adalah gambaran tentang keadaan, suatu proposisi adalah tentang realitas, akan tetapi dalm toap gambaran harus ada hubungan satu sama lain antara gambaran dan keadaan yang diluksinya. Teori gambaran (picture theory) dari proposisi adalah pokok dalam tingkatan-tingkatan fikirannya yang permulaan. Untuk memahami suatu kalimat kita harus mengetahui “referent” atau keadaan yang kalimat tersebut meminta perhatian kita. Pernyataan-pernyataan yang dapat diterapkan di dunia harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang tepat, jika tidak maka persyaratan-persyaratan itu adalah nonsense. Wittgenstein member cap “nonsense” kepada pernyataan-pernyataan para ahli metafisika tradisional dan ahli teologi, begitu juga kata orang-orang mistik. Pemikiran Wittgenstein banyak pengaruhnya dan telah dikembangkan oleh kaum logical positivis dan kelompok Wina. Dalam pandangan mereka filsafat telah menuju keapda penemuan intelektual. Filsafat adalah metode untuk menjelaskan kebauran linguistic yang telah menimbulkan problema-problema semu yang bermacam-macam. Jika filsafat itu pada pokonya adalah penyelidikan bahasa, bagaimana kita bertindak dalam melakukan penyelidikan tersebut. Wittgenstein (pada permulaannya), bersama dengan Russel dan Carnap dan pengikut-pengikut mereka tidak percaya kepada bahasa sehari-hari untuk dipakai sebagai ekspresi filsafat dan lebih sukar membentuk suatu bahasa yang ideal seperti logika simbolis, dengan alamat dan symbol-simbol yang lebih tepat dari pada yang terdapat dalam bahasa sehari-hari. Suatu bahasa buatan, suatu system logika dengan aturan- aturan semantic untuk dipakai dalam bidang-bidang tertentu seperti teori quantum, teori pelajaran dan lain-lain lebih lengkap dari segi
  • 21. 20 ketepatan dan segi kejelasan. Sedangkan bahasa Inggris dan Jerman adalah kabur, samar dan tidak jelas dalam artinya.24 5. Strukturalisme Strukturalisme muncul di Prancis pada tahun 1960 dan dikenal pula dalam linguistik, pskiatri dan sosoiologi. Pada dasranya struktualisme menegaskan kepada masyarakat kebudayaan memliki srtrktur yang sama dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki struktur-struktur tersebut.25 Tokoh-tokoh yang terpenting pada aliran strukturalisme adalah sebagai berikut: a. Jacques Derrida (1930-2004 M) Jacques Derrida lahir di El-Biar, dekat Aljazair, 15 Juli 1930. Pada tahun 1949 ia pindah ke Prancis dan menetap di sana sampai akhir hayatnya, 9 Oktober 2004 M. Ia meninggal dunia karena penyakit kanker. Ia pergi ke Prancis dalam rangka kuliah hingga akhirnya mengajar di Ecole Normale Superiure di Paris. Fisuf ini pernah mendapat gelar doctor honoris causa di Universitas Cambridge. Derrida termasuk seorang filsuf Prancis dan dianggap sebagai pendiri ilmu dekonstruktivisme, sebuah ajaran yang menyatakan bahwa semuanya dikonstruksi oleh manusia, termasuk bahasa. Semua kata-kata dalam sebuah bahasa merujuk kepada kata-kata lain dalam bahasa yang sama dan bukan di luar bahasa tersebut. Menurut Kevin Hart, nama Jacques Derrida tak dapat dipisahkan dari sebuah istilah dekonstruksi (deconstruction), dan sebuah analisis ringkas mengenai bagaimana istilah tersebut muncul dalam karya- karyanya barangkali adalah cara terbaik untuk memahami pemikirannya. “Dekonstruksi” adalah terjemahan dari dua kata bahasa Jerman yang dipakai Martin Heidegger dalam Being and Time (1932): Destruktion dan Abbau. Menurut Heidegger, persoalan filsafat paling krusial yaitu mengenai makna “ada” (being), telah dilupakan oleh 24 Muzairi,Filsafat Umum, (Yogyakarta:TERAS, 2015),hal.145-146. 25 J. B. Blikololong, PengantarFilsafat, (Jakarta :Gunadarma, 1997),hal.105.
  • 22. 21 tradisi pemikiran Barat sehingga perlu dikupas kembali secara memadai. Sejarah filsafat dipahami sebagai sejarah pelbagai penyembunyian atas “ada”. Semua situs filsafat yang sudah dikenal – doktrin Plato mengenai Bentuk, cogito-nya Descartes, pembahasan Hegel mengenai Ruh, dan sebagainya – memiliki satu cirri umum, sebaba semuanya memperlihatkan kegagalan untuk memahami “ada” secara benar. Tidak jauh dari maksud Derrida, konotasi linguistik dan mekanis tersebut juga mengandung arti yang besar baginya. Karena diskusus yang dominan di Prancis saat itu adalah stukturalisme, yang memperoleh sumber gagasannya dari linguistik, maka dengan memberi tekanan pada destrukturisasi memungkinkan Derrida terlibat dalam dialog dengan strukturalisme sekaligus tetap memisahkan diri darinya. Salah satu pernyataan Derrida yang lebih mengejutkan mengenai strukturalisme adalah bahwa strukturalisme berwatak metafisik. Sepintas kilas, tak ada yang lebih ganjil dari pernyataan itu. Levi- Strauss pun tidak sendirian ketika berpendapat bahwa strukturalisme menyediakan jalan keluar dari filsafat sebelumnya yang sudah cukup dikenal dan baginya terasa sempit. Kendatipun demikian, penilaian Derrida tadi akan member bukti pada kita sejauh mana jangkauan dan kekuatan gaya analisisnya. Di sini maupun di mana saja, pelajaran pertama dekonstruksi adalah bahwa tak ada teks yang dapat ditotalisasikan tanpa melibatkan signifikansi; senantiasa ada sesuatu yang terabaikan, sebuah aspek atau dimensi teks yang tereduksi, terlewatkan, terberangus atau terdiamkan. Maksud Derrida ini adalah supaya kita tetap terbuka dan responsive terhadap yang lain (otherness) itu. Jadi, cukup jelas bahwa yang dimaksud sebagai “yang lain” tentu berbeda-beda dalam setiap kasus. Dalam satu hal lain bisa berupa politik kelas atau persoalan gender dalam hal lain bisa berupa bahasa figural atau bahkan tipografi. Bagaimanapun juga, pada prinsipnya Derrida menaruh perhatian pada
  • 23. 22 persoalan yang sama sekali asing dalam tradisi filsafat Barat, suatu mode dari yang lain yang ia sebut difference.26 b. Michel Faucoult Michel Faucault memiliki nama lengkap Paul-Michel Faucault. Ia lahir di Poitiers, 15 oktober 1926 di Paris, dan wafat 25 Juni 1984 M. Faucault termasuk seorang filsuf berpengaruh Prancis, utamanya pada zaman pasca perang Dunia II. Faucault di kenal akan penelaahannya yang kritis terhadap berbagai institusi sosial, terutama psikiatri, kedokteran, dan system penjara, serta akan karya-karyanya tentang seksualitas. 1) Arkeologi Faucoult Karya awal faucoult berkaitan dengan kebudayaan modernitas. Jika kita memandang modernitas. Dalam Madness and Civilization (1961) Faucoult mengawali gagasannya tentang “arkeologi kebisuan penderita kegilaan”di dalama suatu dunia di mana penderita kegilaan menggantikan penyakit kusta sebagai kematian “yang telah tiba”. Dalam Birth of the ClinicI (1963), Faucoult menjalankan suatu “arkeologi tanpa medis”. Masalaha yang membangkitkan minatnya disini adalah pergeseran konsepsi ilmu kedokteran, dari yang berfokus pada kesehatan dan yang masih menyediakan ruang bagi pasien untuk menjadi dokter bagi dirinuan sendiri pada abad ke-18 menuju konsepsi kedokteran yang berfokus pada normalitas dimana tubuh pasien menjadi subjek tatapan yang berdaulat dari sang dokter di dalam tatanan klinik rumah sakit modern. 26 Ali makmum, Pengantar Filsafat dari Masa Klasik hingga Postmodernisme, (Yogyakarta : Ar-Ruzzi Media, 2016), hal.238-244.
  • 24. 23 Dalam The Order of Things: An Archeology of thr Human Sciences (1966) terdapat tiga domain perbatasan baru yang menarik minat Faucoult: kehidupan, kerja, bahasa. Dalam ketiga studi tersebut, istilah arkeologi kelihatan menonjol. Dalam The Archeology of Knowledge (1969), Faucoult berusaha menjelaskan pengandaian metodologis yang melatari karya-karya awalnya. Pendekatannya adalah dengan menekankan otonomi diskursus atau formasi-formasi diskursif atau kaidah- kaidah atau reguralitas yang menopangnya. Pendekatan ini mengesampingkan persoalan tentang genesis diskursus dan hanya memusatkan perhatian pada soal kaida-kaidah formasi tersebut. 2) Gneology of Knowledge Gagasan tentang gneologi muncul sejak pidato inagurasi Faucoult yang lantas di terbitkan dalam bahasa inggris dengan judul “Discourse on Language” (1971:1972). Menurut Faucoult, pembedaan Nietzche antara asal usul (origin) dan silsilah (descent) adalah pembedan antara presentasi sejarah sebagai terbentangnya suatu gagasan secara jelas serta sebagai fenomena yang murni kebetulan. 3) Kilas Balik Filsafat Foucoult Dalam karyanya Use of Pleasure (1984) dan Care of The Self (1984), Foucoult menjelaskan ada beberapa gerak kembali ke arkeologi. Namun, yang di bahas Faucoult di sini adalah kelanjutan dari arkeologi problematisasi dan bukan mengenai diskursus lainnya. faucoult tidak menfokuskan diri pada kaidah internal atau reguralitas formasi diskursif. Namun, kini mengerahkan perhatian pada hubungan antara manusia dan dunia.27 27 Ibid,hal 177-184.
  • 25. 24 6. Postmodernisme Francois Lyotard Dilahirkan di Versailles 10 Agustus 1924, dan meninggal di Paris tahun 21 April 1998. Bukunya yang perttama adalah sebuah introduksi pada fenomenologi, dan fenomenologi tetap memiliki pengaruh kuat pada karya-karya Lyotard. Ia menerima dan mengembangkan ide fenomenologis bahwa Cogito Cartesian. Aku yang reflektif (the reflexive I) adalah subjek khas yang terwujud dalam sebuah “situasi” yang temporal. Pengetahuan dan kebenaran bersifat manusiawi, dan diperoleh dari dunia pengalaman hidup yang tidak pernah dipahami sepenuhnya. Dalam buku The Postmodern Condition, ia memperlihatkan bagaimana identifikasi pengetahuan bernama representasi, karakteristik masyarakat modern, mereduksi ragam dari tindakan yang kita tampilkan dalam bahsa menjadi denotasi. Bahasa kemudian menjadi serangkaian pernyataan yang dapat diperlakukan sebagai benda, sebagai komoditas dalam masyarakat kapitalis. Bagi Lyotard, pengetahuan rasional tidak bisa lagi dijadikan sebagai dasar bagi kritik, juga tidak memiliki emansipasi sebagaimana dijanjikan oleh para pemikir abad pertengahan. Pengetahuan adalah narasi terror Barat, sejauh yang dituju adalah membungkam cerita-cerita lain dengan menyajikan dirinya sebagai satu-satunya penjelasan yang benar dan absah. Pemikiran Lyotard menjelaskan posisi pengetahuan, khususnya tentang cara ilmu dilegitimasikan melalui, yang disebutnya “narasi besar” seperti kebebasan, kemajuan, emansipasi kaum proletar, dan sebagainya. Narasi-narasi besar itu, menurutnya, kini telah mengalami nasib yang sama dengan narasi besar sebelumnya seperti religi, negara-kebangsaan, dan kepercayaan terhadap keunggulan Barat, yang kini menjadi sulit untuk dipercaya. Dengan kata lain, dalam abad ilmiah ini narasi besar menjadi tidak mungkin, khususnya narasi tentang peranan dan kesahihan ilmu itu sendiri. Maka nihilism, anarkisme, dan pluralism “permainan bahasa” pun merajalela. Ini baginya tidak jadi soal, sebab di sisi lain hal ini
  • 26. 25 menunjukkan kepekaan baru terhadap perbedaan-perbedaan dan keberanina melawan segala bentuk totaliterisme, yang memang perlu. Meskipun demikian, di pihak lain, definisi ini tiba-tiba menjadi ambigu sebab pada bagian lain secara mengherankan “postmodernisme” diterjemahkan sebagai tahap “pra-modern”: “… Suatu karya bisa menjadi modern bila pertama-tama ia modern. Postmodernisme yang dimengerti secara demikian bukanlah modernism pada tahap akhirnya, melainkan pada taraf kelahirannya, dan keadaan macam ini adalah sesuatu yang konstan.” Bagi Lyotard, postmodernisme itu sepertinya intensifikasi dinamisme, supaya tak henti-hentinya untuk mencari kebaruan, eksperimentasi dan revolusi kehidupan terus-menerus. Lyotard mengatakan, “Marilah kita perangi totalitas… marilah kita hidupkan perbedaan”. Kenyataannya, postmodernisme menjadi wadah pertemuan berbagai perspektif teoritis yang berbeda-beda: ”Ilmu pengetahuan postmodern bukanlah semata-mata menjadi alat penguasa; ilmu pengetahuan postmodern memperluas kepekaan kita terhadap pandangan yang berbeda dan memperkuat kemampuan kita untuk bertoleransi atas pendirian yang tak mau dibandingkan”.28 D. Kontribusi terhadap Perkembangan Filsafat Barat Kontemporer Filsafat memiliki arti dalam dua arti. Pertama, filsafat mengangkat agendanya sendiri. Ia bukan ilmu pembantu. Ia dimajukan oleh orang-orang yang tertarik untuk berpikir, yang ingin mengerti, memahami, menangkap sesuatu yang tidak terletak di tengah jalan orang banyak. Filsafat hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki ketertarikan yang tinggi dalam mencari kebenaran tentang suatu permasalahan.29 Kedua, filsafat bertugas menyertai ilmu-ilmu. Filsafat bukan ratu ilmu- ilmu, bukan jadi abdinya, bukan penunjuk jalan dan bukan penyedia metode, akan tetapi filsafat menyertai saja. Menyertai dengan komentar, catatan, 28 Ibid,hal 273-275. 29 Syarifuddin, “Konstruksifilsafat barat kontemporer”, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2, Oktober 2011, hal. 246.
  • 27. 26 kritikan, dan usulan-usulannya. Ia menawarkan wawasan yang melampaui batas metode masing-masing ilmu. Dan dengan demikian, membuka pengetahuan intelektual para ilmuan untuk kemudian menggagas perubahan metide, sampai pada perubahan paradigma. Tidak dapat disangka bahwa filsafat kontemporer sangat memainkan peranan yang luar biasa dalam upaya mewujaudkan kesadaran intelektual manusia kini serta sangat berpengaruh atas ilmu-ilmu seperti fisika, sosiologi, imu hokum, ilmu politik, dan teologi. Sebagaimana dikatakan oleh Frans Magnis Suseno, siapapun yang memiliki keinginan untuk ikut dalam diskursus manusia pasca tradusional abad XX harus menguasai wacana filsafat. Oleh karenanya, para filsuf mengembangkan wacana dan paradigm pada zaman kontemporer sebagai transformasi dalam menjawab tantangan zaman abad ini. Maka dapat diakatakan bahwa filsafat merupakan medan utama manusia mendiskursuskan keyakinannya bahwa hanya klaim-klaim yang dapat dipertangguangjawaabkan terhadap pemikiran kritis berhsk untuk menuntut pengakuan. Menjadi jelas bahwa studi filsaft barat kontemprer tidak dapat dipisahkan dari perkembangan dunia empiris dan interpretasi kebudayaan tertentu, denagn membentuk saling hubungan antar disiplin ilmu, mempertimbangkan konteks yang lebih umum dan menyajikannya dalam bentuk yang sistematis, selanjutnya, kita sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya mengulang atau menelan mentah-mentah berbagai pendirian, pemikiran, metode, dan teori yang lahir dalam ranah pemikiran filsafat barat kontmeporer, namun juga diharapkan dapat dengan arif dan mengkritisi semua pemikiran nag kemudian pertimbangan dapat dipahami dan dilaksanakan serta ditransformasikan berdasarkan tingkat kritisnya, bahkan lebih jauh lagi dapat melahirkan teori baru demi pengembangan wilayah filsafat kontemporer selanjutnya.30 30 Ibid
  • 28. 27 BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sejarah filsafat kontemporer dipengaruhi oleh filsafat sebelimnya yaitu filsafat modern yang masih banyak kekurangan sehingga filsafat kontemporer menyempurnakan filsafat modern dengan kebebasan tanpa aturan yang mengikat. 2. Perkembangan filsafat barat kontemporer ditandai dengan pemikir abad XX yang berpendapat bahwa filsafat barat kontemporer memiliki ciri khas tersendiri, yaitu “desentralisasi” manusia. Subyek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan, dan yang menggantikan “antroposentrisme” adalah desentralisasi manusia, bahasa sebagai subyek kenyataan, makanya kemudian lebih disebut abad logosentris. 3. Aliran-aliran yang muncul pada filsafat barat kontemporer beserta tokoh- tokohnya antara lain: a. Pragmatisme:William James dan John Dewey. b. Fenomenologi:Edmund Husserl, c. Ekstensialisme:Jean Paul Sartre, Martin Heidegger dan Karl R. Popper. d. Filsafat Analitis:Bertrand Russell, Ludwig Wittgenstein e. Struktualisme:Jacques Derrida, Michel Foucault. f. Postmodernisme:Francois Lyotard. 4. Kontribusi bagi perkembangan filsafat kontemporer yaitu sebagai mahasiswa hendaknya tidak hanya mengulang atau menelan mentah- mentah berbagai pendirian, pemikiran, metode, dan teori yang lahir dalam ranah pemikiran filsafat barat kontmeporer, namun juga diharapkan dapat dengan arif dan mengkritisi semua pemikiran nag kemudian pertimbangan dapat dipahami dan dilaksanakan serta ditransformasikan berdasarkan
  • 29. 28 tingkat kritisnya, bahkan lebih jauh lagi dapat melahirkan teori baru demi pengembangan wilayah filsafat kontemporer selanjutnya. B. Saran Dengan ini kami berharap Bapak Dosen dapat memaklumi penyusunan makalah ini karena sedang dalam masa pembelajaran dan diperlukan pengarahan yang berkelanjutan demi perbaikan makalah yang dibuat untuk selanjutnya.
  • 30. 29 DAFTAR PUSTAKA Syarifuddin. Konstruksi filsafat barat kontemporer, Jurnal Substansia,Vol 13 No. 2, Oktober 2011