6
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah
Lokasi pertambangan PT. Adaro Indonesia secara administratif termasuk
dalam dua provinsi, tiga kabupaten dan tiga belas kecamatan. Di Provinsi Kalimantan
Selatan, yaitu Kabupaten Tabalong meliputi: Kecamatan Muara Harus, Murung
Pundak, Upau, Tanta, Kelua dan Tanjung. Sedangkan Kabupaten Balangan meliputi:
Kecamatan Paringin, Juai, Awayan, Lampihung dan Batu Mandi. Di Provinsi
Kalimantan Tengah meliputi Kabupaten Barito Selatan, dengan Kecamatan Kelanis,
Murung Ilung dan Pasar Panas.
Daerah Pertambangan batubara PT. Adaro Indonesia termasuk dalam wilayah
kuasa pertambangan Eksploitasi DU. 182/Kal-Sel dengan luas 35.549 Ha. Areal
kuasa pertambangan PT. Adaro Indonesia meliputi empat lokasi potensi batubara
yaitu, Paringin, Tutupan, Wara dan Warukin. Operasi penambangan batubara
Tambang Paringin mulai beroperasi bulan September 1991, sedangkan Tambang
Tutupan mulai beroperasi bulan Desember 1996. Sedangkan Tambang Wara pernah
dilakukan penambangan tetapi karena tidak dianggap ekonomis, maka penambangan
di Tambang Wara dihentikan, sedangkan di Tambang Warukin walaupun memiliki
sumberdaya yang banyak, tetapi batubaranya adalah batubara muda dan terletak di
daerah perkampungan penduduk.
Lokasi penambangan di daerah Tutupan terletak 215 km dari Kota
Banjarmasin dan 15 km dari Kota Tanjung. Kondisi jalan antara Banjarmasin dengan
Tanjung telah diaspal. Jalan raya ini merupakan bagian dari ruas jalan trans
kalimantan yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Balikpapan, salah satu
kotamadya di Provinsi Kalimantan Timur. Untuk mengangkut batubara dari ROM
7
Tutupan ke tempat pengapalan dibangun jalan pengangkutan oleh PT. Adaro
Indonesia dengan kondisi jalan beraspal dengan lebar 16 m sepanjang 74 km ke arah
barat, sehingga masalah pengangkutan hasil tambang tidak mengalami kesulitan (peta
kesampaian daerah PT. Adaro Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1).
115o
0`0``BT 115o
30`0``BT 116o
0`0``BT 116o
30`0``BT
Balikpapan
U
1o
30`0``LS
2o
0`0``LS
2o
30`0``LS
3o
0`0``LS
Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Adaro Indonesia
8
2.2 Perijinan
PT. Adaro Indonesia merupakan unit usaha pertambangan perseroan yang
telah memperoleh surat No. B-81/Pres/10/1982, perihal persetujuan atas perjanjian
kerjasama di bidang pertambangan batubara antara PN. Tambang Batubara dan
Enadimsa, Spanyol, di Kalimantan Selatan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Pokok Pertambangan yang
dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia.
PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PT. BA) yang bekerja
sama dengan PT. Adaro Indonesia telah memperoleh kuasa tambang eksploitasi
berdasarkan kepada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No.
67.K/2014/DDJF/1995 untuk area Tambang Paringin seluas 860,80 Ha di Kabupaten
Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk area diluar tambang Paringin berdasarkan kepada Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 635.K/20.01/DJP/98 tanggal 18
November 1998, tentang wilayah Pertambangan Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B) PT. Adaro Indonesia.
Berdasarkan hal tesebut, maka luas area PKP2B PT. Adaro Indonesia
mencapai 35.800,80 Ha.
2.3 Keadaan Topografi dan Geologi
2.3.1 Topografi
Keadaan topografi di daerah Tambang Tutupan adalah mendatar dengan
ketinggian 30 meter diatas muka air laut, sedangkan daerah perbukitannya setinggi
200 meter dan dialiri banyak sungai-sungai kecil. Pada daerah yang lebih rendah
dipenuhi oleh sawah masyarakat, perkebunan karet dan padang rumput. Dan pada
daerah perbukitannya dipenuhi dengan pepohonan.
9
2.3.2 Geologi
Bukit Tutupan dengan panjang sekitar 20 km tersebar dari timur laut ke barat
daya. Bukit ini dibentuk oleh adanya pergerakan dua struktur sesar yang berdekatan
satu dengan lainnya. Salah satu struktur sesar itu adalah struktur Sesar Dahai tersebar
sepanjang bagian barat kaki bukit Tutupan, yang awalnya ada di Desa Buliak di
selatan dan terus berlanjut sampai timur laut diluar areal kontrak PT. Adaro
Indonesia. Sesar ini diinterprentasikan seperti terletak pada batas antara Formasi
Dahor di sebelah barat dan Formasi Warukin di timur. Formasi Warukin terdorong
diatas Formasi Dahor, adapun sesar lain adalah Tanah Abang-Tutupan Timur
mendorong sesar yang keluar sepanjang timur kaki bukit. Sesar tersebut meluas
sepanjang selatan Dahai sampai ke lapangan minyak timur laut Tepian Timur.
Kejadian sesar-sesar ini telah dibuktikan lewat data seismik dan pengeboran pada
sumur minyak. Tanah Abang-Tutupan Timur merupakan salah satu struktur antiklin
yang saat ini masih ada dan terletak di bagian barat kaki bukit Tutupan.
2.3.2.1 Geologi regional
Secara garis besar lokasi kontrak kerja PT. Adaro Indonesia terletak pada
Formasi Warukin yang banyak mengandung endapan batubara yang diselingi oleh
batulumpur dan batupasir (lihat Gambar 2.2). Tambang batubara PT. Adaro Indonesia
terdapat pada tiga tambang yang terpisah yaitu Tambang Tutupan, Wara dan
Paringin. Tambang Tutupan mengandung tiga lapisan batubara utama (major seam)
yaitu T100, T200, T300 serta beberapa lapisan minor yaitu pada T100 adalah A, B,
C, D, pada T200 adalah E, F dan pada T300 adalah G, H. Batubara pada Tambang
Tutupan memiliki ketebalan sampai 50 meter dengan kemiringan berkisar antara 30°
sampai 50°. Pada Tambang Paringin ada satu lapisan utama P500 dan terdapat juga
lapisan minor. Pada Tambang Paringin ketebalan batubara mencapai 38 meter,
dengan kemiringan berkisar antara 10° sampai 25°. Tambang Wara memiliki tiga
10
lapisan batubara utama yaitu W100, W200, dan W300 dengan kemiringan lapisan 10°
sampai 35° dan ketebalan batubara adalah 12 sampai 14 meter.
Gambar 2.2 Peta Geologi Regional PT. Adaro Indonesia
Tambang
Wara
Tambang
Tutupan
Tambang
Paringin
11
2.3.2.2 Stratigrafi
Wilayah kuasa pertambangan PT. Adaro Indonesia secara regional termasuk
dalam Cekungan Kutai. Cekungan Kutai ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu
Cekungan Barito yang terdapat di sebelah barat Pegunungan Meratus dan Cekungan
Pasir yang terdapat di sebelah timur Pegunungan Meratus. Secara khusus wilayah
kerja penambangan PT. Adaro Indonesia terletak pada Cekungan Barito yang terletak
di tepi bagian timur Sub-cekungan Barito. Sub-cekungan Barito merupakan bagian
selatan Cekungan Kutai yang berupa satu cekungan luas dan meliputi Kalimantan
bagian selatan dan timur, selama Zaman Tersier (sekitar 70 sampai 2 juta tahun lalu).
Cekungan Barito terdiri dari empat formasi yang berumur Eosen sampai Pliosen (Peta
geologi regional PT. Adaro Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.2). Adapun urut-
urutan stratigrafi formasi Cekungan Barito berdasarkan waktu terbentuknya yaitu,
1. Formasi Tanjung
Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen,
yang diendapkan pada lingkungan paralis hingga neritik yang ketebalannya
900-1.100 meter, terdiri dari (atas ke bawah) batulumpur, batulanau,
batupasir, sisipan batubara yang kurang berarti dan konglomerat sebagai
komponen utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier.
2. Formasi Berai
Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagon hingga neritik tengah
dengan ketebalan antara 107-1.300 meter. Berumur Oligosen bawah sampai
Miosen awal, hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak
dibawahnya. Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di bagian
bawah, batugamping dan napal di bagian atas.
12
3. Formasi Warukin
Formasi ini diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga deltaik,
dengan ketebalan 1.000-2.400 meter, dan merupakan formasi paling
produktif, berumur Mioesen tengah sampai Pliosen bawah. Pada formasi ini
ada tiga lapisan paling dominan, yaitu :
a. Batulempung dengan ketebalan ± 100 meter
b. Batulumpur dan batupasir dengan ketebalan 600-900 meter, dengan
bagian atas terdapat deposit batubara sepanjang 10 meter.
c. Lapisan batubara dengan tebal lapisan batubara 20-50 meter, yang
pada bagian bawah lapisannya terdiri dari perlapisan pasir dan
batupasir yang tidak kompak dan lapisan bagian atasnya yang berupa
batulempung dengan ketebalan 150-850 meter. Formasi Warukin ini
hubungannya selaras dengan Formasi Berai yang ada dibawahnya.
4. Formasi Dahor
Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga supralitoral,
yang berumur Miosen sampai Pliosen dengan ketebalan 450-840 meter.
Formasi ini letaknya tidak selaras dengan ketiga formasi dibawahnya dan tidak
selaras dengan endapan alluvial yang ada diatasnya. Formasi ini adalah
perselingan batuan konglomerat dan batupasir yang tidak kompak, pada
formasi ini juga ditemukan batu lempung lunak, lignit dan limonit.
Formasi yang mengandung endapan batubara pada PT. Adaro Indonesia
adalah Formasi Warukin. Adapun stratigrafi Cekungan Barito tersusun atas
perselingan batupasir, batubara dan batulempung (Stratigrafi Cekungan Barito dapat
dilihat pada Gambar 2.3).
13
STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO
(ADARO RESOURCES REPORT, 1999)
UMUR STRATIGRAFI KOLOM
STRATIGRAFI
LITOLOGI FASIES
TEBAL
(m)
KUARTER
PLIOSEN
ATAS
ALLUVIUM
FORMASI DAHOR
ANGGOTA
ATAS
BATUBARA
Deposit sungai dan rawa
Batuan klastik, konglomerat, batupasir,
batulanau dan batulempung.
Seam batubara berketebalan 30 -40 m,
interbedded dari batulempung calcareous
dan pasir halus.
LOWER
DELTA
PLAIN
UPPER
DELTA
PLAIN
lebih dari
840
850
MIOSEN
TENGAH
BAWAH
FORMASI
WARUKIN
TENGAH
BAWAH
ANGGOTA
PASIR
ATAS
ANGGOTA
PASIR
BAWAH
ANG GOTA
LEMPUNG
ANGGOTA
MARL
ATAS
Lapisan tebal dari sangat halus hingga
kasar, batulanau, batulempung dan
beberapa seam batubara, konglomerat
sebagai dasar.
Interkalasi dan pasir halus, batulanau,
batulempung dan beberapa seam
batubara tipis.
Serpih, kadang-kadang calcareous,
pasir halus dan marl.
Marl, lempung, lanau dan interbedded
dari lapisan batugamping tipis, berisi
pita-pita batubara.
PLAIN
DELTA
FRONT
PRODELTA
450
225
OLIGOSEN
EOSEN
FORMASI
BERAI
FORMASI
TANJUNG
ANGGOTA
BATUGAMPING
ANGGOTA
MARL
BAWAH
ATAS
BAWAH
Batugamping kristalin, interbedded
lapisan tipis marl.
Marl, batugamping, serpih, lanau dan
beberapa interbedded seam batubara.
Interkalasi dari serpih dan pasir dengan
beberapa seam batubara tipis.
Serpih, pasir dan konglomerat
PRODELTA
PRODELTA
MARINE
DELTA FRONT
600
250
900
PRATERSIER BASEMENT PRATERSIER
Serpih, kuarsit dan batuan beku
Gambar 2.3 Stratigrafi Cekungan Barito
LOWER
DELTA 500
PLAIN
LOWER
DELTA 600
14
2.4 Iklim dan Curah Hujan
Daerah Kalimantan Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis. Di wilayah
Tambang Tutupan yaitu Pondok Hijau curah hujan bulanan maksimum mencapai
350,6 mm pada bulan Desember 2009 dan curah hujan bulanan minimum mencapai
30 mm pada bulan Juni 2009. Suhu rata-rata tiap tahun sekitar 27,790
C. Sedangkan di
daerah Gunung Jawil curah hujan bulanan maksimum mencapai 392,4 mm pada
bulan Desember 2009 dan curah hujan bulanan minimum mencapai 64 mm pada
bulan Juni 2009. Suhu rata-rata setiap tahun sekitar 27,700
C.
2.5 Sumberdaya, Cadangan dan Kualitas Batubara
Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh konsultan PT. Adaro Indonesia telah
berhasil menemukan cadangan batubara dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari
satu milyar ton) yang terdapat di tiga daerah, yaitu Tutupan, Paringin, dan Wara.
Jumlah sumber daya di tiga tempat tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sumberdaya dan cadangan batubara Paringin, Tutupan, dan Wara
(Indonesian Coal Book 2008/2009,dalam juta ton)
Wilayah Tutupan Paringin Wara Total
Cadangan 1.260,77 185,64 517,7 1.964,11
Sumberdaya 2.224 774 1.520 4.518
Kualitas merupakan hal terpenting dalam batubara, karena dari kualitas
mempengaruhi harga penjualan dari batubara yang akan dijual kepada pembeli
dengan mengacu pada standar kualitas. Kualitas rata-rata dari masing-masing daerah
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
15
Tabel 2.2 Kualitas batubara PT. Adaro Indonesia
(Indonesian Coal Book 2008/2009)
Parameter Unit Tutupan Paringin Wara
Nilai kalori (adb) kkal/kg 5.515 5.743 4.715
Sulphur (adb) % 0,1 0,17 0,15
Abu (adb) % 1,65 1,85 2
Total Moisture (ar) % 26 25.06 38
2.6 Kegiatan Penambangan
Operasi penambangan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia disesuaikan
dengan perencanaan tambang yang dibuat dari Technical Service Department.
Adapun urutan kegiatan penambangan di PT. Adaro Indonesia (lihat Gambar 2.4)
meliputi:
Gambar 2.4 Bagan Alir Kegiatan Penambangan Batubara PT. Adaro Indonesia
(Technical Service Department PT. Adaro, 2009)
16
a. Pembukaan lokasi tambang dan pembersihan lantai (land clearing)
Pembukaan lokasi penambangan merupakan kegiatan awal untuk
mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan. Kegiatan
pembukaan lokasi penambangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan dari vegetasi
(land clearing), pengupasan tanah penutup dan pembuatan jalan masuk ke medan
kerja.
b. Pengupasan lapisan penutup, yaitu top soil dan overburden
Setelah kegiatan penggusuran selesai dikerjakan, selanjutnya yang dilakukan
adalah pengupasan lapisan penutup yang terdiri dari tanah dan batuan. Penanganan
tanah penutup berupa top soil dan sub soil berbeda dengan penanganan batuan
penutup yang terdiri dari batupasir dan batulempung.
Top soil ini kaya dengan unsur hara (humus) dan tebalnya sekitar 10-30 cm
dipindahkan ke tempat tertentu yang nantinya akan digunakan kembali untuk
reklamasi pada daerah bekas tambang. Top Soil ini dipisahkan tempat
penumpukannya dari sub soil. Pada area tertentu yang lapisan top soil nya tipis,
penanganannya dilakukan sekaligus dengan sub soil, yaitu ditimbun dan ditempatkan
bersamaan, ini dapat juga disebabkan karena medan kerjanya sulit, misalnya untuk
daerah yang curam dan terjal sehingga untuk memudahkan pekerjaan digusur
bersamaan tanpa membedakan top soil atau sub soil.
Batuan penutup (pasir dan lempung) ditangani dengan tiga metode yaitu,
1. Direct digging
Batuan penutup yang lunak digali langsung dengan alat gali mekanis
Hydraulic Excavator.
2. Ripping dan dozing
Untuk batuan penutup yang agak keras, dilakukan terlebih dahulu
penggaruan (ripping) dengan mengunakan Giant Ripper Variable Type
17
Bulldozer. Material yang telah digaru, kemudian digusur pada suatu tempat
sehingga memudahkan alat muat dalam melakukan pemuatan terhadap alat
angkut.
3. Drilling dan Blasting
Pelaksanaan operasional pemboran dan peledakan dilakukan
berdasarkan rencana target produksi yang ditetapkan. Adapun urutan
kegiatan pemboran dan peledakan adalah:
a. Menyiapkan lokasi pemboran dan peledakan.
b. Menentukan desain pemboran.
c. Melakukan pemboran berdasarkan desain.
d. Pengangkutan bahan peledak dan peledakan.
c. Penggalian dan pengangkutan batubara dari Pit ke ROM-stockpile
Setelah kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup, kemudian dilakukan
penggalian batubara dengan alat gali Hydraulic Excavator diangkut dengan alat
angkut truck dengan kapasitas 40-60 ton ke tempat penimbunan sementara (ROM-
stockpile). Hal ini dilakukan untuk memudahkan pekerjaan di lapangan. Cara tersebut
sangat efektif dan efisien jika ditinjau dari segi biaya, waktu dan peluang untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga tidak banyak alat yang masuk ke daerah kerja
yang relatif sempit pada lantai kerja (sampai ke floor).
d. Pengangkutan batubara dari ROM-stockpile ke crushing plant
Batubara dari ROM-stockpile dimuat oleh wheel loader ke alat angkut double
truck trailer, kemudian diangkut melalui jalan tambang ke Crushing Plant dan
dermaga batubara di Kelanis (Kalimantan Tengah) dengan jarak 74 km dari tambang.
e. Pengangkutan dan pengapalan
Batubara yang telah direduksi ukurannya hingga -50 mm kemudian diangkut
dengan belt conveyor ke tongkang melalui proses pemuatan dengan Jetty Loading,
18
kemudian tongkang ditarik oleh empat buah kapal motor sampai ke Taboneo dan
IBT. Di Taboneo terdapat empat buah floating crane yaitu, Donna Anna Kap. 4000
mt/day, Donna Clara Kap. 10.000 mt/day, Floor Kap. 10.000 mt/day, dan sisa Kap.
10.000 mt/day. Dan terdapat empat jenis kapal berdasarkan kapasitas, yaitu
- Handymax, kapasitas 20 - 40 KMT
- Panamax, kapasitas 40 - 70 KMT
- Cape Size, kapasitas 70 - 120 KMT
- Super Cape Size, kapasitas 120 - 300 KMT
Adanya crane di Taboneo disebabkan karena tidak tersedia pelabuhan untuk kapal
pembeli.
Gambar 2.5 Pengapalan Batubara di Taboneo

Jbptitbpp gdl-tonniturni-21899-3-2010ta-2

  • 1.
    6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi pertambangan PT. Adaro Indonesia secara administratif termasuk dalam dua provinsi, tiga kabupaten dan tiga belas kecamatan. Di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu Kabupaten Tabalong meliputi: Kecamatan Muara Harus, Murung Pundak, Upau, Tanta, Kelua dan Tanjung. Sedangkan Kabupaten Balangan meliputi: Kecamatan Paringin, Juai, Awayan, Lampihung dan Batu Mandi. Di Provinsi Kalimantan Tengah meliputi Kabupaten Barito Selatan, dengan Kecamatan Kelanis, Murung Ilung dan Pasar Panas. Daerah Pertambangan batubara PT. Adaro Indonesia termasuk dalam wilayah kuasa pertambangan Eksploitasi DU. 182/Kal-Sel dengan luas 35.549 Ha. Areal kuasa pertambangan PT. Adaro Indonesia meliputi empat lokasi potensi batubara yaitu, Paringin, Tutupan, Wara dan Warukin. Operasi penambangan batubara Tambang Paringin mulai beroperasi bulan September 1991, sedangkan Tambang Tutupan mulai beroperasi bulan Desember 1996. Sedangkan Tambang Wara pernah dilakukan penambangan tetapi karena tidak dianggap ekonomis, maka penambangan di Tambang Wara dihentikan, sedangkan di Tambang Warukin walaupun memiliki sumberdaya yang banyak, tetapi batubaranya adalah batubara muda dan terletak di daerah perkampungan penduduk. Lokasi penambangan di daerah Tutupan terletak 215 km dari Kota Banjarmasin dan 15 km dari Kota Tanjung. Kondisi jalan antara Banjarmasin dengan Tanjung telah diaspal. Jalan raya ini merupakan bagian dari ruas jalan trans kalimantan yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Balikpapan, salah satu kotamadya di Provinsi Kalimantan Timur. Untuk mengangkut batubara dari ROM
  • 2.
    7 Tutupan ke tempatpengapalan dibangun jalan pengangkutan oleh PT. Adaro Indonesia dengan kondisi jalan beraspal dengan lebar 16 m sepanjang 74 km ke arah barat, sehingga masalah pengangkutan hasil tambang tidak mengalami kesulitan (peta kesampaian daerah PT. Adaro Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1). 115o 0`0``BT 115o 30`0``BT 116o 0`0``BT 116o 30`0``BT Balikpapan U 1o 30`0``LS 2o 0`0``LS 2o 30`0``LS 3o 0`0``LS Gambar 2.1 Peta Kesampaian Daerah PT. Adaro Indonesia
  • 3.
    8 2.2 Perijinan PT. AdaroIndonesia merupakan unit usaha pertambangan perseroan yang telah memperoleh surat No. B-81/Pres/10/1982, perihal persetujuan atas perjanjian kerjasama di bidang pertambangan batubara antara PN. Tambang Batubara dan Enadimsa, Spanyol, di Kalimantan Selatan dalam rangka Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Pokok Pertambangan yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia. PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PT. BA) yang bekerja sama dengan PT. Adaro Indonesia telah memperoleh kuasa tambang eksploitasi berdasarkan kepada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 67.K/2014/DDJF/1995 untuk area Tambang Paringin seluas 860,80 Ha di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk area diluar tambang Paringin berdasarkan kepada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 635.K/20.01/DJP/98 tanggal 18 November 1998, tentang wilayah Pertambangan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) PT. Adaro Indonesia. Berdasarkan hal tesebut, maka luas area PKP2B PT. Adaro Indonesia mencapai 35.800,80 Ha. 2.3 Keadaan Topografi dan Geologi 2.3.1 Topografi Keadaan topografi di daerah Tambang Tutupan adalah mendatar dengan ketinggian 30 meter diatas muka air laut, sedangkan daerah perbukitannya setinggi 200 meter dan dialiri banyak sungai-sungai kecil. Pada daerah yang lebih rendah dipenuhi oleh sawah masyarakat, perkebunan karet dan padang rumput. Dan pada daerah perbukitannya dipenuhi dengan pepohonan.
  • 4.
    9 2.3.2 Geologi Bukit Tutupandengan panjang sekitar 20 km tersebar dari timur laut ke barat daya. Bukit ini dibentuk oleh adanya pergerakan dua struktur sesar yang berdekatan satu dengan lainnya. Salah satu struktur sesar itu adalah struktur Sesar Dahai tersebar sepanjang bagian barat kaki bukit Tutupan, yang awalnya ada di Desa Buliak di selatan dan terus berlanjut sampai timur laut diluar areal kontrak PT. Adaro Indonesia. Sesar ini diinterprentasikan seperti terletak pada batas antara Formasi Dahor di sebelah barat dan Formasi Warukin di timur. Formasi Warukin terdorong diatas Formasi Dahor, adapun sesar lain adalah Tanah Abang-Tutupan Timur mendorong sesar yang keluar sepanjang timur kaki bukit. Sesar tersebut meluas sepanjang selatan Dahai sampai ke lapangan minyak timur laut Tepian Timur. Kejadian sesar-sesar ini telah dibuktikan lewat data seismik dan pengeboran pada sumur minyak. Tanah Abang-Tutupan Timur merupakan salah satu struktur antiklin yang saat ini masih ada dan terletak di bagian barat kaki bukit Tutupan. 2.3.2.1 Geologi regional Secara garis besar lokasi kontrak kerja PT. Adaro Indonesia terletak pada Formasi Warukin yang banyak mengandung endapan batubara yang diselingi oleh batulumpur dan batupasir (lihat Gambar 2.2). Tambang batubara PT. Adaro Indonesia terdapat pada tiga tambang yang terpisah yaitu Tambang Tutupan, Wara dan Paringin. Tambang Tutupan mengandung tiga lapisan batubara utama (major seam) yaitu T100, T200, T300 serta beberapa lapisan minor yaitu pada T100 adalah A, B, C, D, pada T200 adalah E, F dan pada T300 adalah G, H. Batubara pada Tambang Tutupan memiliki ketebalan sampai 50 meter dengan kemiringan berkisar antara 30° sampai 50°. Pada Tambang Paringin ada satu lapisan utama P500 dan terdapat juga lapisan minor. Pada Tambang Paringin ketebalan batubara mencapai 38 meter, dengan kemiringan berkisar antara 10° sampai 25°. Tambang Wara memiliki tiga
  • 5.
    10 lapisan batubara utamayaitu W100, W200, dan W300 dengan kemiringan lapisan 10° sampai 35° dan ketebalan batubara adalah 12 sampai 14 meter. Gambar 2.2 Peta Geologi Regional PT. Adaro Indonesia Tambang Wara Tambang Tutupan Tambang Paringin
  • 6.
    11 2.3.2.2 Stratigrafi Wilayah kuasapertambangan PT. Adaro Indonesia secara regional termasuk dalam Cekungan Kutai. Cekungan Kutai ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu Cekungan Barito yang terdapat di sebelah barat Pegunungan Meratus dan Cekungan Pasir yang terdapat di sebelah timur Pegunungan Meratus. Secara khusus wilayah kerja penambangan PT. Adaro Indonesia terletak pada Cekungan Barito yang terletak di tepi bagian timur Sub-cekungan Barito. Sub-cekungan Barito merupakan bagian selatan Cekungan Kutai yang berupa satu cekungan luas dan meliputi Kalimantan bagian selatan dan timur, selama Zaman Tersier (sekitar 70 sampai 2 juta tahun lalu). Cekungan Barito terdiri dari empat formasi yang berumur Eosen sampai Pliosen (Peta geologi regional PT. Adaro Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.2). Adapun urut- urutan stratigrafi formasi Cekungan Barito berdasarkan waktu terbentuknya yaitu, 1. Formasi Tanjung Formasi paling tua yang ada di daerah penambangan, berumur Eosen, yang diendapkan pada lingkungan paralis hingga neritik yang ketebalannya 900-1.100 meter, terdiri dari (atas ke bawah) batulumpur, batulanau, batupasir, sisipan batubara yang kurang berarti dan konglomerat sebagai komponen utama. Hubungannya tidak selaras dengan batu pra-tersier. 2. Formasi Berai Formasi ini diendapkan pada lingkungan lagon hingga neritik tengah dengan ketebalan antara 107-1.300 meter. Berumur Oligosen bawah sampai Miosen awal, hubungannya selaras dengan Formasi Tanjung yang terletak dibawahnya. Formasi ini terdiri dari pengendapan laut dangkal di bagian bawah, batugamping dan napal di bagian atas.
  • 7.
    12 3. Formasi Warukin Formasiini diendapkan pada lingkungan neritik dalam hingga deltaik, dengan ketebalan 1.000-2.400 meter, dan merupakan formasi paling produktif, berumur Mioesen tengah sampai Pliosen bawah. Pada formasi ini ada tiga lapisan paling dominan, yaitu : a. Batulempung dengan ketebalan ± 100 meter b. Batulumpur dan batupasir dengan ketebalan 600-900 meter, dengan bagian atas terdapat deposit batubara sepanjang 10 meter. c. Lapisan batubara dengan tebal lapisan batubara 20-50 meter, yang pada bagian bawah lapisannya terdiri dari perlapisan pasir dan batupasir yang tidak kompak dan lapisan bagian atasnya yang berupa batulempung dengan ketebalan 150-850 meter. Formasi Warukin ini hubungannya selaras dengan Formasi Berai yang ada dibawahnya. 4. Formasi Dahor Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral hingga supralitoral, yang berumur Miosen sampai Pliosen dengan ketebalan 450-840 meter. Formasi ini letaknya tidak selaras dengan ketiga formasi dibawahnya dan tidak selaras dengan endapan alluvial yang ada diatasnya. Formasi ini adalah perselingan batuan konglomerat dan batupasir yang tidak kompak, pada formasi ini juga ditemukan batu lempung lunak, lignit dan limonit. Formasi yang mengandung endapan batubara pada PT. Adaro Indonesia adalah Formasi Warukin. Adapun stratigrafi Cekungan Barito tersusun atas perselingan batupasir, batubara dan batulempung (Stratigrafi Cekungan Barito dapat dilihat pada Gambar 2.3).
  • 8.
    13 STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO (ADARORESOURCES REPORT, 1999) UMUR STRATIGRAFI KOLOM STRATIGRAFI LITOLOGI FASIES TEBAL (m) KUARTER PLIOSEN ATAS ALLUVIUM FORMASI DAHOR ANGGOTA ATAS BATUBARA Deposit sungai dan rawa Batuan klastik, konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung. Seam batubara berketebalan 30 -40 m, interbedded dari batulempung calcareous dan pasir halus. LOWER DELTA PLAIN UPPER DELTA PLAIN lebih dari 840 850 MIOSEN TENGAH BAWAH FORMASI WARUKIN TENGAH BAWAH ANGGOTA PASIR ATAS ANGGOTA PASIR BAWAH ANG GOTA LEMPUNG ANGGOTA MARL ATAS Lapisan tebal dari sangat halus hingga kasar, batulanau, batulempung dan beberapa seam batubara, konglomerat sebagai dasar. Interkalasi dan pasir halus, batulanau, batulempung dan beberapa seam batubara tipis. Serpih, kadang-kadang calcareous, pasir halus dan marl. Marl, lempung, lanau dan interbedded dari lapisan batugamping tipis, berisi pita-pita batubara. PLAIN DELTA FRONT PRODELTA 450 225 OLIGOSEN EOSEN FORMASI BERAI FORMASI TANJUNG ANGGOTA BATUGAMPING ANGGOTA MARL BAWAH ATAS BAWAH Batugamping kristalin, interbedded lapisan tipis marl. Marl, batugamping, serpih, lanau dan beberapa interbedded seam batubara. Interkalasi dari serpih dan pasir dengan beberapa seam batubara tipis. Serpih, pasir dan konglomerat PRODELTA PRODELTA MARINE DELTA FRONT 600 250 900 PRATERSIER BASEMENT PRATERSIER Serpih, kuarsit dan batuan beku Gambar 2.3 Stratigrafi Cekungan Barito LOWER DELTA 500 PLAIN LOWER DELTA 600
  • 9.
    14 2.4 Iklim danCurah Hujan Daerah Kalimantan Selatan termasuk daerah yang beriklim tropis. Di wilayah Tambang Tutupan yaitu Pondok Hijau curah hujan bulanan maksimum mencapai 350,6 mm pada bulan Desember 2009 dan curah hujan bulanan minimum mencapai 30 mm pada bulan Juni 2009. Suhu rata-rata tiap tahun sekitar 27,790 C. Sedangkan di daerah Gunung Jawil curah hujan bulanan maksimum mencapai 392,4 mm pada bulan Desember 2009 dan curah hujan bulanan minimum mencapai 64 mm pada bulan Juni 2009. Suhu rata-rata setiap tahun sekitar 27,700 C. 2.5 Sumberdaya, Cadangan dan Kualitas Batubara Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh konsultan PT. Adaro Indonesia telah berhasil menemukan cadangan batubara dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari satu milyar ton) yang terdapat di tiga daerah, yaitu Tutupan, Paringin, dan Wara. Jumlah sumber daya di tiga tempat tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Sumberdaya dan cadangan batubara Paringin, Tutupan, dan Wara (Indonesian Coal Book 2008/2009,dalam juta ton) Wilayah Tutupan Paringin Wara Total Cadangan 1.260,77 185,64 517,7 1.964,11 Sumberdaya 2.224 774 1.520 4.518 Kualitas merupakan hal terpenting dalam batubara, karena dari kualitas mempengaruhi harga penjualan dari batubara yang akan dijual kepada pembeli dengan mengacu pada standar kualitas. Kualitas rata-rata dari masing-masing daerah tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.
  • 10.
    15 Tabel 2.2 Kualitasbatubara PT. Adaro Indonesia (Indonesian Coal Book 2008/2009) Parameter Unit Tutupan Paringin Wara Nilai kalori (adb) kkal/kg 5.515 5.743 4.715 Sulphur (adb) % 0,1 0,17 0,15 Abu (adb) % 1,65 1,85 2 Total Moisture (ar) % 26 25.06 38 2.6 Kegiatan Penambangan Operasi penambangan yang dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia disesuaikan dengan perencanaan tambang yang dibuat dari Technical Service Department. Adapun urutan kegiatan penambangan di PT. Adaro Indonesia (lihat Gambar 2.4) meliputi: Gambar 2.4 Bagan Alir Kegiatan Penambangan Batubara PT. Adaro Indonesia (Technical Service Department PT. Adaro, 2009)
  • 11.
    16 a. Pembukaan lokasitambang dan pembersihan lantai (land clearing) Pembukaan lokasi penambangan merupakan kegiatan awal untuk mempersiapkan medan kerja yang baik untuk kegiatan penambangan. Kegiatan pembukaan lokasi penambangan meliputi pekerjaan pembersihan lahan dari vegetasi (land clearing), pengupasan tanah penutup dan pembuatan jalan masuk ke medan kerja. b. Pengupasan lapisan penutup, yaitu top soil dan overburden Setelah kegiatan penggusuran selesai dikerjakan, selanjutnya yang dilakukan adalah pengupasan lapisan penutup yang terdiri dari tanah dan batuan. Penanganan tanah penutup berupa top soil dan sub soil berbeda dengan penanganan batuan penutup yang terdiri dari batupasir dan batulempung. Top soil ini kaya dengan unsur hara (humus) dan tebalnya sekitar 10-30 cm dipindahkan ke tempat tertentu yang nantinya akan digunakan kembali untuk reklamasi pada daerah bekas tambang. Top Soil ini dipisahkan tempat penumpukannya dari sub soil. Pada area tertentu yang lapisan top soil nya tipis, penanganannya dilakukan sekaligus dengan sub soil, yaitu ditimbun dan ditempatkan bersamaan, ini dapat juga disebabkan karena medan kerjanya sulit, misalnya untuk daerah yang curam dan terjal sehingga untuk memudahkan pekerjaan digusur bersamaan tanpa membedakan top soil atau sub soil. Batuan penutup (pasir dan lempung) ditangani dengan tiga metode yaitu, 1. Direct digging Batuan penutup yang lunak digali langsung dengan alat gali mekanis Hydraulic Excavator. 2. Ripping dan dozing Untuk batuan penutup yang agak keras, dilakukan terlebih dahulu penggaruan (ripping) dengan mengunakan Giant Ripper Variable Type
  • 12.
    17 Bulldozer. Material yangtelah digaru, kemudian digusur pada suatu tempat sehingga memudahkan alat muat dalam melakukan pemuatan terhadap alat angkut. 3. Drilling dan Blasting Pelaksanaan operasional pemboran dan peledakan dilakukan berdasarkan rencana target produksi yang ditetapkan. Adapun urutan kegiatan pemboran dan peledakan adalah: a. Menyiapkan lokasi pemboran dan peledakan. b. Menentukan desain pemboran. c. Melakukan pemboran berdasarkan desain. d. Pengangkutan bahan peledak dan peledakan. c. Penggalian dan pengangkutan batubara dari Pit ke ROM-stockpile Setelah kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup, kemudian dilakukan penggalian batubara dengan alat gali Hydraulic Excavator diangkut dengan alat angkut truck dengan kapasitas 40-60 ton ke tempat penimbunan sementara (ROM- stockpile). Hal ini dilakukan untuk memudahkan pekerjaan di lapangan. Cara tersebut sangat efektif dan efisien jika ditinjau dari segi biaya, waktu dan peluang untuk terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga tidak banyak alat yang masuk ke daerah kerja yang relatif sempit pada lantai kerja (sampai ke floor). d. Pengangkutan batubara dari ROM-stockpile ke crushing plant Batubara dari ROM-stockpile dimuat oleh wheel loader ke alat angkut double truck trailer, kemudian diangkut melalui jalan tambang ke Crushing Plant dan dermaga batubara di Kelanis (Kalimantan Tengah) dengan jarak 74 km dari tambang. e. Pengangkutan dan pengapalan Batubara yang telah direduksi ukurannya hingga -50 mm kemudian diangkut dengan belt conveyor ke tongkang melalui proses pemuatan dengan Jetty Loading,
  • 13.
    18 kemudian tongkang ditarikoleh empat buah kapal motor sampai ke Taboneo dan IBT. Di Taboneo terdapat empat buah floating crane yaitu, Donna Anna Kap. 4000 mt/day, Donna Clara Kap. 10.000 mt/day, Floor Kap. 10.000 mt/day, dan sisa Kap. 10.000 mt/day. Dan terdapat empat jenis kapal berdasarkan kapasitas, yaitu - Handymax, kapasitas 20 - 40 KMT - Panamax, kapasitas 40 - 70 KMT - Cape Size, kapasitas 70 - 120 KMT - Super Cape Size, kapasitas 120 - 300 KMT Adanya crane di Taboneo disebabkan karena tidak tersedia pelabuhan untuk kapal pembeli. Gambar 2.5 Pengapalan Batubara di Taboneo