Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




          PENGARUH PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN
 INSTRUKSIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR
MATAKULIAH MICROTEACHING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN
            DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK



                                                   Siti Bariroh *)

Abstrak, Proses dan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berupa bakat,
minat, motivasi belajar, tujuan pembelajaran dan sebagainya.Yang tak kalah penting adalah
bagaimana Guru mendesain proses belajar mengajar agar meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model Pengembangan Instruksional dan yang
tidak menggunakannya? Dan apakah ada perbedaan motivasi belajar antara yang menerapkan
model Pengembangan Instruksional dan yang tidak menerapkan? Serta apakah ada pengaruh
antara Model pembelajaran instruksional dengan motivasi belajar dan hasil belajar matakuliah
microteaching mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik.
     Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dan tes hasil belajar. Analisa data
yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk menguji hipotesa 1,
hipotesa 2 dan hipotesa 3. Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan hasil belajar
dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan motivasi belajar antara yang
menerapkan MPI dan yang Non MPI, serta terdapat pula pengaruh antara penggunaan model
pembelajaran Instruksional terhadap motivasi belajar dan hasil belajar.
     Hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan sebagai alternatif model pengembangan
pembelajaran, sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan
meningkatkan hasil belajarnya.

Keyword : Model Pengembangam Instruksional ( MPI), Motivasi Belajar dan Hasil Belajar



PENDAHULUAN                                                     strategi   penyampaian     atau    proses
                                                                pembelajaran.
     Hasil belajar seseorang, tidak terlepas                         Dalam aktivitas pengajaran terkan-
dari pengaruh berbagai faktor, diantaranya                      dung aktivitas (1) Merancang pembela-
adalah faktor eksternal, yang menyangkut                        jaran, (2) Menyajikan pembelajaran, (3)
pengembangan program pembelajaran dan                           Mengevaluasi pembelajaran. Ketiganya
                                                                akan terkait dalam satu proses dan saling
*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik



                                                           1
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




mempengaruhi terhadap hasil belajar.                      motivasi di dalam dirinya. Oleh karena itu,
Upaya meningkatkan efisiensi dan                          motivasi tidak bisa dipisahkan dari
efektivitas     pembelajaran,    diperlukan               aktivitas belajar. Motivasi berpangkal dari
adanya perancangan dan pengembangan                       kata motiv yang artinya adalah daya
materi pembelajaran, yang merupakan                       penggerak yang ada di dalam diri
fungsi yang sangat penting dalam                          seseorang untuk melakukan aktivitas
teknologi pembelajaran.                                   tertentu demi tercapainya suatu tujuan.
     Seels Richey (dalam Amir, 2000)                           Pada intinya, motivasi merupakan
mengatakan bahwa kawasan teknologi                        kondisi psikologis seseorang untuk
pembelajaran         meliputi:      Desain,               melakukan sesuatu. Dalam kegiatan
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan                    belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
dan evaluasi. pengembangan desain materi                  keseluruhan penggerak didalam diri siswa
pembelajaran microteaching ini adalah                     yang menimbulkan kegiatan belajar.
upaya untuk memenuhi salah satu fungsi                    Sehingga diharapkan tujuan pembelajaran
ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah                 dapat tercapai. Untuk menimbulkan
Pengelolaan. Dick dan Carey (1990)                        motivasi belajar, guru berperan besar untuk
mengungkapkan bahwa Desain materi                         mengupayakan agar suasana belajar
pembelajaran sebaiknya menarik, isinya                    menyenangkan bagi siswa, dengan
sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran,                 menerapkan metode yang bervariasi. Salah
urutannya tepat, ada petunjuk penggunaan                  satunya adalah dengan jalan membuat
bahan ajar, ada soal latihan, jawaban                     model pembelajaran           yang mampu
latihan, test, petunjuk bagi siswa menuju                 menimbulkan motivasi belajar siswa.
kegiatan berikutnya.                                           Keinginan untuk membantu mahasiwa
     Penggunaan model pengembangan                        dalam memahami materi matakuliah
Instruksional (MPI) didasarkan atas                       Microteaching, dan untuk memudahkan
pemikiran bahwa model ini menggunakan                     penyampaian        bahan      ajar   kepada
pendekatan sistem, dengan langkah                         mahasiswa secara lengkap dan sistematis,
langkah yang lengkap, sehingga dapat                      serta ingin mengetahui pengaruh desain
digunakan untuk merancang pembelajaran                    materi pembelajaran berdasarkan Model
baik untuk pembelajaran klasikal maupun                   Pengembangan         Instruksional    (MPI)
individual.                                               terhadap motivasi belajar dan hasil belajar
     Faktor lain yang juga dapat                          mahasiswa, mendorong peneliti ingin
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor                  meneliti masalah tersebut. Ada beberapa
internal dari dalam siswa/mahasiswa itu                   alasan utama peneliti memilih masalah ini :
sendiri. Salah satu dari faktor internal itu              1) Peneliti terlibat langsung membina
adalah motivasi. Seorang siswa akan                           matakuliah Microteaching, di Fakultas
belajar dengan baik dan tekun jika ada                        Keguruan dan Ilmu Pendidikan



                                                     2
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




   Universitas      Gresik.      Sehingga                atau disebut dengan "real teaching"
   memungkinkan untuk terlibat langsung                  (AAllen and Ryan, 1969). Jumlah
   dalam interaksi dengan mahasiswa.                     pesertanya berkisar antara 5 sampai 10
2) Sejauh ini, masalah desain materi                     orang, ruang kelasnya terbatas, waktu
   pembelajaran,        khususnya        di              pelaksanaannya berkisar antara 10 sampai
   Universitas Gresik belum banyak                       15 menit, terfokus pada ketrampilan
   diteliti, sementara peneliti meyakini                 mengajar tertentu, dan pokok bahasannya
   bahwa        perbaikannya      kualitas               disederhanakan.
   Pembelajaran dapat diawali dari                            Tujuan       diselenggarakan      nya
   pengembangan desain pembelajaran.                     pembelajaran micro menurut T Gilarso,
3) Literatur yang berkaitan dengan                       dibagi dua yaitu untuk melatih kemampuan
   penelitian ini, cukup mendukung                       dan ketrampilan keguruan (tujuan umum),
   peneliti dalam mengkaji landasan                      dan untuk melatih calon guru supaya
   landasan teori.                                       trampil      dalam      membuat       desin
4) Hasil penelitian akan memberikan                      pembelajaran,      mendapatkan      profesi
   manfaat nyata bagi peneliti sendiri,atau              Keguruan dan menumbuhkan rasa percaya
   pihak lain yang seprofesi dalam usaha                 diri (tujuan khusus).
   meningkatkan Kualitas pembelajaran                         Dwigh Allen, mengatakan, tujuan
   dalam arti yang luas.                                 microteaching bagi calon Guru adalah :
                                                         1) Memberi pengalaman mengajar yang
KERANGKA TEORITIS                                            nyata dan latihan sejumlah ketrampilan
                                                             dasar mengajar.
     Microteaching diartikan sebagai cara                2) Calon Guru dapat mengembangkan
latihan ketrampilan mengajar dalam                           ketrampilan mengajarnya sebelum
lingkup kecil/ terbatas. MC Laughlin &                       mereka terjun ke lapangan.
Moulton mengemukakan "Microteaching                      3) Memberikan kemungkinan bagi calon
has been performent part of teaching                         guru untuk mendapatkan bermacam-
process, so that the traince can master                      macam ketrampilan dasar mengajar.
each component one by one in a simplifed                      Fungsi microteaching adalah sebagai
teaching situation".                                     sarana latihan dalam mempraktekkan
     Mc. Knight (1979) mengemukakan                      ketrampilan mengajar, dan juga sebagai
"Microteaching has been described as                     salah satu syarat bagi mahasiswa yang
scaled down teaching encounter desingned                 akan mengikuti praktek mengajar di
to developernya new skill and refine old                  lapangan ( PPL ). Sasaran akhir yang akan
one". Dari pengertian di atas, dapat                     dicapai dalam microteaching adalah
dipahami bahwa microteaching adalah                      terbinanya      calon     guru    memiliki
sebuah model pengajaran yang dikecilkan                  pengetahuan tentang proses pembelajaran,



                                                    3
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




serta memiliki sikap dan perilaku baik                   coba, umpan balik, dan hasilnya. Hal ini
sebagai seorang guru.                                    diperjelas dengan pendapat Suparman
                                                         (1997:31). Suatu proses yang sistematik
Langkah Langkah Prosedur                                 dalam      mengidentifikasikan     masalah,
Pembelajaran Micro                                       mengembangkan bahan dan strategi
     Ada lima langkah yang dapat                         instruksional,      serta      mengevaluasi
ditempuh dalam pembelajaran micro yaitu:                 efektivitas    dan    efisiensinya     dalam
1) Pengenalan     (pemahaman       konsep                mencapai tujuan Instruksional.
    pembelajaran micro)                                       Rohani ( 2004:69) mendefinisikan
2) Penyajian model dan diskusi                           pengertian desain pengajaran sebagai
3) Perencanaan/persiapan mengajar                        suatu pemikiran atau persiapan untuk
4) Praktek mengajar                                      melaksanakan tugas mengajar / aktivitas
5) Diskusi feed back / umpan balik.                      pengajaran dengan menerapkan prinsip
                                                         prinsip pengajaran melalui langkah
MODEL PENGEMBANGAN                                       langkah       pengajaran,      perencanaan,
INSTRUKSIONAL                                            pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka
                                                         pencapaian tujuan pengajaran yang telah
     Beberapa definisi mengenai desain                   ditentukan.
pembelajaran adalah antara lain Reigeluth                     Pengertian     Desain     Pembelajaran
(1983:7) dalam Boy Soedarmadji, 2002)                    Model Pembelajaran Instruksional (MPI)
menyatakan bahwa desain pembelajaran                     adalah : Suatu bentuk model pembelajaran
lebih memperhatikan pada pemahaman,                      yang menunjukkan urutan kegiatan yang
pengubahan, dan penerapan metode                         ditempuh orang dalam mendesain sistem
metode pembelajaran. Hal ini menga-                      Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah,
rahkan kita, bahwa sebagai seorang                       yaitu menentukan kebutuhan Instruksional
profesional, maka kita mempunyai tugas                   umum, dan merumuskan tujuan umum,
untuk memilih dan menentukan metode                      melakukan analisis Instruksional, meng-
apa yang dapat dipergunakan, dan                         identifikasi perilaku dan karakteristik awal
mempermudah penyampaian bahan ajar,                      mahasiswa, merumuskan TIK, menulis tes
agar dapat diterima dengan mudah oleh                    acuan patokan, menyusun strategi instruk-
siswa.                                                   sional, mengembangkan bahan instruksio-
     Lebih lanjut, Shaner dalam Suparman                 nal, mendesain dan melaksanakan sistem
(1997:29) menyatakan bahwa desain                        Instruksional.
instruksional adalah perencanaan secara
akal sehat untuk mengidentifikasi masalah                MOTIVASI BELAJAR
tersebut, dengan menggunakan suatu                           Menurut Davies (1970), Motivasi
rencana terhadap perencanaan, evaluasi, uji              adalah kekuatan yang tersembunyi di



                                                    4
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




dalam diri kita untuk berkelakuan dan                    4) Tidak suka membuang waktu, aktif dan
bertindak dengan cara yang khas.                            lebih suka kerja sama dengan yang
Sedangkan menurut MC. Donald dalam                          lebih cakap.
buku Syaiful Bahri (1991), motivasi adalah
suatu perubahan energi dalam diri                             Dari definisi-definisi yang dikemu-
seseorang       yang     ditandai   dengan               kakan oleh berbagai ahli, penulis
munculnya feeling dan didahului dengan                   menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi
tanggapan terhadap          adanya tujuan.               dalam belajar adalah daya penggerak
Menurut Handoko (1995), motivasi adalah                  dalam melakukan suatu tindakan untuk
suatu tenaga yang terdapat dalam diri                    mencapai hasil belajaryang lebih tinggi
manusia yang menimbulkan, mengarahkan                    dari hasil yang pernah dicapai sebelumnya.
dan mengorganisasikan tingkah lakunya.                        Pengaruh      model     pengembangan
     Ad Rooijakkers (1991) dalam Basuki                  instruksional, terhadap motivasi belajar
(2002:33) menyatakan bahwa "Dalam                        dan hasil belajar adalah bahwa untuk
belajar memang dibutuhkan motivasi                       menimbulkan motivasi balajar bagi murid,
tertentu. Untuk itu ada berbagai macam                   maka harus ada rasa tertarik dan rasa ingin
motivasi. Tetapi motivasi berprestasi                    tahu, merasa membutuhkan dan sesuai
merupakan motivasi terpenting. Kalau                     dengan         keinginannya        sehingga
seorang murid ingin lulus dalam ujian, ia                 menyebabkan termotivasi untuk belajar.
akan berusaha dapat mengerti apa yang                    Membuat model suatu pengajaran yang
diajarkan oleh pengajar. Bila murid tidak                disesuaikan dengan minat murid serta
mempunyai motivasi belajar, maka                         sesuai dengan kondisi setempat, dan
pengajar hendaknya berusaha sedemikian                   menarik perhatian serta keaktifan murid
rupa, agar bisa menimbulkan motivasi                     terlibat    dalam     proses    pengajaran,
yang dibutuhkan".                                        diharapkan mampu menimbulkan motivasi
     Ciri-ciri orang yang mempunyai                      belajar, dan selanjutnya bisa meningkatkan
motivasi berprestasi , diuraikan oleh                    hasil belajarnya. MPI disusun sedemikian
Hekckahusen (dalam Haditomo, 199:26-                     rupa, dan melalui beberapa langkah yang
30), bahwa ciri ciri orang yang bermotivasi              bisa dilakukan bersama antara guru dan
tinggi adalah :                                          siswa, membuat siswa aktif dan
1) Berorientasi pada keberhasilan, dan                   termotivasi untuk belajar, sehingga dapat
     lebih percaya diri dalam menghadapi                 mempengaruhi hasil belajar siswa.
    tugasnya.
2) Bersikap mengarah pada tujuan dan                     HASIL BELAJAR
    berorientasi pada masa datang.                           Dalam membicarakan pengertian hasil
3) Menyukai tugas tugas yang tingkat                     atau prestasi belajar, tidak terlepas dari
    kesulitannya sedang.                                 pengertian belajar, karena hasil belajar



                                                    5
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




merupakan hasil perubahan yang dialami                    dan Ujian Akhir (A). ditetapkan dengan
dalam           peristiwa        belajar.                 rumus:
Menurut WJS Purwadarminta, dalam
                                                                    N=
Kamus Bahasa Indonesia menyatakan
bahwa belajar adalah berusaha, berlatih
dan sebagainya, untuk mendapatkan
kepandaian.                                               METODE PENELITIAN
    Hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh seorang pembelajar dari proses                  Rancangan Penelitian
belajar yang ditempuh di suatu sekolah                         Penelitian ini merupakan jenis
atau lembaga pendidikan, yang diperoleh                   penelitian     kuantitatif,    yaitu     untuk
melalui evaluasi belajar.                                 membuktikan hipotesis yang telah dibuat
                                                          penulis. Penelitian ini, menggunakan 3
Hasil Belajar Matakuliah Microteaching                    variabel, yaitu desain model pembelajaran
                                                          MPI, sebagai variabel bebas. Sedangkan
     Tujuan     umum        mata      kuliah              Motivasi belajar dan Hasil belajar sebagai
Microteaching adalah mempersiapkan                        varaiabel terikat.
mahasiswa calon guru untuk menghadapi                          Rancangan ini dimaksudkan untuk
tugas mengajar sepenuhnya di depan kelas                  mengetahui perbedaan hasil belajar antara
dengan        memiliki         pengetahuan,               yang menggunakan model pembelajaran
ketrampilan, kecakapan, dan sikap sebagai                 Intruksional dan yang tidak menggunkan,
guru yang profesional.                                    dan juga untuk mengetahui apakah model
     Sedangkan tujuan khususnya adalah:                   pengajaran      yang     telah     diterapkan,
1) Menganalisa tingkah laku mengajar                      mempengaruhi motivasi belajar dan hasil
    kawan kawan nya dan dirinya sendiri.                  belajar mahasiswa.
2) Dapat     melaksanakan       ketrampilan                    Kegiatan penelitian terdiri dari, (1)
    khusus dalam mengajar.                                memberikan angket motivasi belajar, (2)
3) Dapat mempraktekkan berbagai teknik                    pengelompokan subyek, (3) perlakuan dan
    mengajar dengan benar dan tepat.                      pemberian test dan ujian praktek. Ada 2
4) Dapat mewujudkan situasi belajar                       kelompok belajar yang menjadi fokus
    mengajar yang efektif, produktif dan                  kajian dalam penelitian ini, yaitu yang
    efisien.                                              diajar    dengan      menerapkan        model
5) Dapat bersifat profesional keguruan.                   pembelajaran dan yang tidak menggunakan
     Skor ( nilai) hasil belajar mahasiswa                model.
pada matakuliah Microteaching ini,                        Populasi dan Sampel
ditentukan                           dengan                    Sebagai populasi dalam penelitian ini
Ujian Tengah Semester (M), Tugas (T),                     adalah mahasiswa semester VII, FKIP




                                                     6
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Universitas Gresik, angkatan 2006, tahun                   HASIL PENELITIAN
akademik 2009/2010 kelas A,B dengan
jumlah 155 mahasiswa. Adapun Sampel                        Uji Normalitas
dalam penelitian ini adalah sebanyak 70                         Uji normalitas sebaran skor, dilakukan
mahasiswa, diambil secara random                           terhadap     hasil    belajar   matakuliah
sampling dengan cara undian.                               microteaching      dengan     menggunakan
                                                           model pengembangan Instruksional, dan
Teknik Pengumpulan Data                                    tanpa menggunakan model pengembangan
     Data mengenai gaya belajar didapat                    Instruksional,     dengan     Kolmogorov-
dari hasil angket motivasi belajar, dan hasil              Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas
belajar didapat dari hasil test ujian tertulis             sebaran skor variabel adalah normal, atau
maupun ujian praktek microteaching.                        memenuhi persyaratan normalitas.
                                                                Hasil belajar dengan MPI, N = 0,773.
Teknik Analisa Data                                        P = 0,589. Signifikan 5% = 0,025
     Uji prasyarat analisis, sebelum                       (normal). Hasil belajar dengan non MPI, N
dilakukan analisa data, terlebih dulu                      = 0,921, P = 0, 384. Signifikan 5% = 0,025
dilakukan uji prasyarat analisis yang                      (normal).
meliputi : a) uji normalitas data sampel,
dan b) uji homogenitas sampel. Uji                         Uji Homogenitas
Hipotesis, dilakukan analisa data yang                         Residu skor variabel terikat untuk tiap
diperoleh dari hasil penelitian, dengan                    skor variabel bebas sudah homogen. Hasil
menggunakan metode statistik, yaitu                        belajar dengan MPI, Nilai = 0,653. P =
metode pengolahan data kuantitatif untuk                   0,422, Signifikan 5% = 0,05. (homogen).
mengetahui perbedaan hasil tes. Analisis
yang digunakan adalah metode statistik                     Pengujian Hipotesa
Analisis Varians (ANAVA) dua jalur,                        1. Terdapat perbedaan hasil belajar
dengan rumus sebagai berikut :                                menggunakan MPI dan yang Non MPI.
1. Menghitung jumlah kuadrat total, antar                     Diperoleh F hitung = 7,629,
    A, antar B, interaksi AxB dan dalam                       probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil
    kelompok.                                                 dari a = 0,05.
2. Menghitung derajat kebebasan total,                     2. Terdapat perbedaan motivasi belajar,
    antara A,B dan interaksi AB dan dalam                     yang diajarkan dengan menggunakan
    kelompok                                                  model pengembangan Instruksional
3. Menghitung rata rata kuadrat antar A,                       dan yang non MPI, matakuliah
    B, dan AB dan dalam kelompok.                             Microteaching. Diperoleh F hitung =
4. Menghitung rasio F (A, B, dan AB).                         5,980 , sedang probabilitas sebesar
                                                              0,004 lebih kecil a = 0,05.



                                                      7
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




3. Terdapat pengaruh penerapan model                         MPI, memiliki rentangan antara119
   pembelajaran instruksional terhadap                       sampain 144, dengan nilai rata rata
   motivasi belajar dan hasil belajar                        sebesar 129, 69, nilai tengah sebesar
   matakuliah Microteaching. Diperoleh F                     130,00, dan nilai modus sebesar 127.
   hitung = 3,311, dengan nilai probabi-                     Sedangkan simpangan baku sebesar
   litas sebesar 0,043 lebih kecil dari α =                  4,951. Hasil perhitungan F hitung =
   0,05.                                                     5,980, P = 0,004, α = 0,05. Dengan
                                                             demikian       dapat   dikatakan    ada
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN                                  perbedaan motivasi belajar, antara yang
                                                             diajarkan dengan menggunakan MPI
1. Pembahasan tentang perbedaan hasil                         dan yang tidak menggunakan MPI,
   belajar yang diajarkan dengan MPI dan                     dengan taraf signifikan 5%.
   Non MPI matakuliah Microteaching                       3. Hasil penelitian tentang terdapat
   pada mahasiswa FKIP Universitas                           pengaruh pengunaan MPI terhadap
   Gresik. Hasil perhitungan yang                            motivasi belajar mahasiswa dan hasil
   diperoleh (F hitung = 7,629, P = 0,001, α                 belajar      mahasiswa       matakuliah
   = 0,05) maka dapat dikatakan bahwa                        Microteaching. Hasil perhitungan F
   ada perbedaan hasil belajar yang                          hitung = 3,311 dengan P = 0,043, dan α=
   diajarkan dengan MPI dan Non MPI,                         0,05. Dengan demikian dapat dikatakan
   matakuliah       Microteaching      FKIP                  ada pengaruh penggunaan Model
   Unigres, diterima dengan taraf                            Pengembangan Instruksional terhadap
   signifikansi 5%. Hasil analisis statistik                 motivasi belajar dan hasil belajar
   juga menunjukkan bahwa mahasiswa                          matakuliah Microteaching mahasiswa
   yang diajar dengan MPI, nilai rata rata                   FKIP Universitas Gresik.
   75,26 lebih baik dari pada yang diajar
   dengan Non MPI. Dengan demikian                        KESIMPULAN
   dapat dikatakan bahwa pembelajaran                     1. Ada perbedaan Hasil Belajar, yang
   matakuliah Microteaching dengan MPI                       diajarkan dengan Model Pengem-
   dapat meningkatkan hasil belajar                          bangan Instruksional (MPI) dan yang
   mahasiswa.                                                non MPI matakuliah Microteaching
2. Hasil penelitian tentang penggunaan                       pada mahasiswa FKIP Universitas
   Model Pengembangan Instruksional                          Gresik.
   (MPI)     dan       yang    non     MPI,               2. Terdapat perbedaan Motivasi Belajar,
    membedakan          motivasi     belajar                 antara    yang    diajarkan  dengan
   mahasiswa FKIP Unigres. Nilai                             menggunakan Model Pengembangan
   motivasi        belajar       matakuliah                  Instruksional dengan yang non MPI
   Microteaching tanpa menggunakan



                                                     8
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




   matakuliah    Microteaching     pada                  DAFTAR PUSTAKA
   mahasiswa FKIP Universitas Gresik.
3. Ada     pengaruh   antara     Model                   Anto Dajan, 1986. Pengantar metode
   Pengembangan Instruksional ( MPI)                         statistik II, Jakarta, LP3ES.
   terhadap motivasi belajar dan hasil                   Arief S. Sudiman, Dkk, 1997, Media
   belajar matakuliah Microteaching                           Pendidikan DIKBUD dan CV
   mahasiswa FKIP Universitas Gresik.                         Rajawali, Jakarta.
                                                         Atwi       Suparman,    1997.  Program
SARAN                                                            Pengembangan Ketrampilan Dasar
    Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat                        Teknik Instruksional (PEKERTI)
penulis ajukan saran saran sebagai berikut:                      untuk Dosen Muda, Dirjen DIKTI
1. Model Pengembangan Instruksional                              Jakarta.
   (MPI) direkomendasikan sebagai alter-                 Degeng, INS, 1989, Ilmu Pengajaan;
   natif model pengembangan bahan                             Taksonomi   Variabel, Jakarta,
   bahan pembelajaran.                                        P2LPTK.
2. Proses pembelajaran hendaknya lebih
                                                         Degeng,     INS,     1997,      Strategi
   mengupayakan cara cara yang terbaik                        Pembelajaran: Mengorganisasi Isi
   untuk menimbulkan motivasi siswa                           Pembelajaran    dengan      Model
   dalam belajar. Mengingat bahwa                             Elaborasi.   Desertasi    Bahasan
   motivasi merupakan faktor penting                          Tentang Temuan Penelitian, Malang,
   untuk keberhasilan belajar siswa.                          IKIP Malang.
3. Para Guru dan semua yang terlibat                     Deporter, B, dan Hernacki, M, 2002,
   dalam pembelajaran, hendaknya lebih                        Quantum Learning (Terjemahan),
   Trampil dalam mendesain pembela-                           Bandung: Kaifa.
   jaran, supaya pembelajaran jadi                       Diadakan, Syaiful Bahri, 1991, Prestasi
   menarik, tidak membosankan, dan bisa                       Belajar dan Kompetensi Guru,
   menumbuhkan motivasi berprestasi                           Surabaya, Penerbit usaha Nasional.
   siswa, sehingga akan menghasilkan
                                                         Nasution,1992, Berbagai Pendekatan
   prestasi siswa yang maksimal.
                                                              dalam Proses Belajar dan Mengajar,
4. Sebagai tindak lanjut, kiranya perlu                       Jakarta, Bina Aksara.
   diadakan kajian atau penelitian lebih
                                                         Riyanto,Y,1996, Metodologi Penelitian
   lanjut, dan dengan sasaran yang lebih
                                                              Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar,
   luas, agar model ini benar benar bisa
                                                              Bandung, SIC.
   dilakukan oleh siapapun dan di
   wilayah manapun.                                      WRohani , Ahmad 2004, Pengelolaan
                                                            Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta.




                                                    9
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Undang Undang no 20 tahun 2003,                        Yusufhadi Miarso, dkk, 1984, Teknologi
    tentang Sistem Pendidikan Nasional,                     Komunikasi Pendidikan, Jakarta,
    Internet.                                               Pustekom DIKBUD dan CV
                                                            Rajawali.




                                                 10
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




          PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
            DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU
                       DI SDN BANJARSARI GRESIK

                                               Etiyasningsih*)

Abstrak, Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, dituntut untuk menjalankan
kepemimpinan yang mampu menciptakan semangat kerja guru yang tinggi, agar kinerja guru
menjadi lebih baik. Salah satu kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan kinerja yang
harus dimiliki guru adalah motivasi. Motivasi tersebut bukan hanya untuk pengembangan diri,
tapi juga partisipasi guru dalam organisasi. Palmer berpendapat bahwa motivasi instrinsik
maupun ekstrinsik sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan penampilan guru.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah dan
motivasi kerja terhadap kinerja guru.
        Jenis penelitian ini adalah regresi, dengan populasi seluruh guru di SDN Banjarsari
Gresik. Sampel diambil dengan teknik total sampling dan diperoleh responden sebanyak 25
orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis
menggunakan uji regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Kepala
Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru.
        Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja gurua
dan kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik tergolong cukup baik mendekati baik. Uji regresi
linear berganda menunjukkan thitung > ttabel untuk kedua variabel yaitu 4,810 > 2,021 dan 3,064
> 2,021 serta Fhitung > Ftabel (25,468 > 19,000) berarti terdapat pengaruh signifikan secara
parsial maupun simultan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap
kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik.
        Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepala sekolah lebih meningkatkan efektifitas
kepemimpinannya berkaitan dengan tingginya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah
dengan kinerja guru. selain itu kepala sekolah sebagai motivator hendaknya lebih
memperhatikan kebutuhan motivasi guru agar guru dapat meningkatkan kinerjanya. Dan bagi
para guru hendaknya dapat lebih memotivasi diri untuk meningkatkan kinerjanya.

Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Guru, Kinerja Guru



    Di lingkungan dunia pendidikan                           ditetapkan. Lembaga pendidikan formal
banyak ditemui usaha kerjasama sejumlah                      adalah salah satu bentuk kerjasama di
orang untuk mencapai tujuan yang sudah                       lingkungan pendidikan yang bersifat

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik


                                                       11
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




sengaja, berencana, dan sistematis. Sekolah              motivasi, dan mengarahkan orang-orang di
adalah lembaga pendidikan formal sebagai                 dalam organisasi/lembaga pendidikan
wadah untuk mencapai tujuan pembangun-                   tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
an nasional. Keberhasilan tujuan pendidik-               dirumuskan          sebelumnya.       Untuk
an di sekolah tergantung pada sumber daya                mewujudkan        tugas    tersebut   setiap
manusia yang ada di sekolah tersebut, yaitu              pemimpin pendidikan harus mampu
kepala sekolah, guru, siswa, tenaga                      bekerja sama dengan orang-orang yang
admistrasi dan tenaga kependidikan yang                  dipimpinnya (working within) untuk
lainnya. Disamping itu harus ditunjang                   memberikan motivasi agar melakukan
dengan sarana dan prasarana yang                         pekerjaan secara ikhlas. Mantja (2010 : 49)
memadai. Meskipun pada umumnya                           menyatakan bahwa kepala sekolah dituntut
pengembangan sekolah diutamakan pada                     untuk menjalankan kepemimpinan yang
penambahan fasilitas fisik (yang segara                  mampu menciptakan semangat kerja guru
nampak hasilnya dari luar dan mudah                      yang tinggi. Semangat kerja guru yang
dinilai), namun pengembangan personal                    tinggi itu tentunya dimaksudkan untuk
tetap perlu mendapatkan prioritas.                       menunjang terwujudnya tujuan organisasi
Pimpinan sekolah yang dalam hal ini                      sekolah.
adalah Kepala Sekolah, seyogyanya                             Guru merupakan salah satu komponen
memberikan perhatian tentang pengem-                     yang      sangat      menentukan       untuk
bangan personalnya untuk memajukan                       terselenggaranya       proses    pendidikan.
sekolah yang dipimpinnya agar mampu                      Keberadaan guru merupakan pelaku utama
bersaing dengan satuan pendidikan yang                   sebagai fasilitator penyelenggaraan proses
lain.                                                    belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran
      Setiap sekolah mempunyai kekhusus-                 dan profesionalismenya sangat berpenga-
an yang merupakan akibat dari kepemim-                   ruh     dalam      mewujudkan       program
pinan kepala sekolah yang sifatnya unik                  pendidikan nasional. Guru harus memiliki
karena kepala sekolah harus memahami                     kualitas yang cukup memadai, karena guru
karasteristik sekolah yang dipimpinnya                   merupakan salah satu komponen mikro
sehingga dapat memanfaatkannya untuk                     sistem pendidikan yang sangat strategis
melaksanakan tugas ke kepala sekolahan-                  dan banyak mengambil peran dalam proses
nya dengan baik. Kepala sekolah merupa-                  pendidikan persekolahan (Suyanto dan
kan salah satu pemimpin pendidikan yang                  Hisyam, 2000:27).
akan membawa sekolah yang dipimpinnya                         Salah satu kunci keberhasilan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.                   upaya meningkatkan kualitas yang harus
Hadari Nawawi (1994: 82) mengemukakan                    dimiliki guru adalah motivasi dari guru itu
: Kepemimpinan pendidikan adalah proses                  sendiri. Walaupun tidak mudah mengubah
menggerakan, mempengaruhi, memberikan                    dan menimbulkan motivasi personal guru,



                                                   12
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




namun bagi Kepala Sekolah hal tersebut                   diidentifikasikan melalui tiga cara yaitu (1)
merupakan tugas penting yang harus                       keperluan memperoleh sertifikat, (2)
ditangani. Motivasi tersebut bukan hanya                 pengembangan profesional, teknikal dan
untuk pengembangan diri, tapi juga                       pengembangan umum, dan (3) melalui
partisipasi guru dalam organisasi. Palmer                pendidikan lanjutan.
berpendapat bahwa motivasi instrinsik                         Syah (1999:229) menyatakan bahwa
maupun ekstrinsik sangat diperlukan untuk                “Guru yang berkualitas adalah guru yang
mendorong peningkatan penampilan guru.                   berkompetensi, yang berkemampuan untuk
Palmer mengatakan : The impetus may                      melaksanakan       kewajibannya        secara
come from rule enforcement (making                       bertanggungjawab dan layak”. Tanggung
participation in-inservice program a                     jawab guru dalam mendidik siswanya
requirement of the job) or from rewards                  menyangkut       berbagai     aspek     yaitu
that are valued by participation but do not              menyangkut tujuan, pelaksanaan, penilaian
stem from improved performance (such as                  dan     termasuk     umpan      balik    dari
bonuses, increment, certificates, etc).                  penyelenggaraan        tugas        tersebut.
Orang-orang yang menginginkan atau                       Sedangkan Ani M Hasan (2003:5)
bermotivasi tinggi untuk memperoleh                      menjelaskan bahwa guru profesional harus
pengembangan adalah orang-orang yang                     memenuhi beberapa kriteria, antara lain (1)
belum      mencapai     kepuasan     dalam               mempunyai komitmen terhadap siswa dan
memenuhi kebutuhan dasarnya, atau belum                  proses belajarnya, (2) menguasai secara
merasa puas bagi kebutuhan untuk tingkat                 mendalam bahan/mata pelajaran yang
diatasnya. Namun selanjutnya Palmer                      diajarkan serta cara mengajarnya kepada
mengatakan The impetus for improvement                   siswa, (3) bertanggung memantau hasil
may come from a disire to do a better job                belajar siswa melalui berbagai cara
of teaching (counselling,administering,                  evaluasi, (4) mampu berfikir sistematis
etc). Intrinsically motivated teachers                   tentang apa yang dilakukan dan belajar
derive satisfaction directly from the                    dari     lingkungan    profesinya.      Guru
performance of their duties. Motivasi                    profesional tidak hanya dituntut untuk
instrinsik maupun ekstrinsik belum tentu                 menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode
bererti bagi seseorang, bagaimanapun                     pembelajaran, memotivasi peserta didik,
kualitas orang tersebut. Yang penting                    memiliki ketrampilan yang tinggi dan
dipertimbangkan dalam pengembangan                       wawasan yang luas terhadap dunia
tetap diserahkan pada individu masing-                   pendidikan, tetapi juga harus memiliki
masing, apa yang menurutnya diperlukan                   pemahaman yang mendalam tentang
saat ada kesempatan.                                     hakikat manusia, dan masyarakat. Hakikat-
     Finch berpendapat bahwa motivasi                    hakikat ini yang akan melandasi pola pikir
personal untuk mengembangkan diri dapat



                                                   13
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




dan budaya kerja guru serta loyalitas                     Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja
terhadap profesi pendidikan.                              Guru di SDN Banjarsari Gresik”.
     Permasalahan guru di Indonesia                            Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
langsung atau tidak langsung berkaitan                    diambil suatu rumusan masalah untuk
dengan profesionalisme guru yang belum                    penelitian ini, yaitu : (1) apakah
memadai, sehingga perlu diselesaikan                      kepemimpinan          Kepala        Sekolah
secara komprehensif menyangkut semua                      mempunyai pengaruh parsial terhadap
aspek      yaitu kesejahteraan, kualifikasi,              kinerja guru? (2) apakah motivasi kerja
pembinaan, perlindungan profesi dan                       mempunyai pengaruh parsial terhadap
administrasinya. Faktor-faktor lain yang                  kinerja guru? (3) apakah kepemimpinan
menyebabkan rendahnya profesionalisme                     Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara
guru antara lain disebabkan oleh : (1)                    bersama-sama      mempunyai       pengaruh
masih banyak guru yang tidak menekuni                     terhadap kinerja guru ?
profesinya secara utuh, (2) belum adanya                       Merujuk     kepada      asumsi-asumsi
standar profesional guru, (3) kemungkinan                 penelitian tersebut, maka hipotesis untuk
disebabkan        oleh    adanya  lembaga                 penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
pendidikan yang mencetak guru asal jadi                   kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh
atau         setengah        jadi     tanpa               secara parsial terhadap kinerja guru, (2)
mempertimbangkan outputnya setelah                        motivasi kerja guru berpengaruh secara
dilapangan, (4) kurangnya motivasi guru                   parsial terhadap kinerja guru, (3) Kepe-
dalam meningkatkan kualitas diri.                         mimpinan kepala sekolah dan motivasi
     Berdasarkan kondisi tersebut, maka                   kerja guru berpengaruh secara berama-
sedikitnya       terdapat    dua  katagori                sama terhadap kinerja guru.
kompetensi yang harus dimiliki guru,
yakni (1) kompetensi profesional yaitu                    METODE
kemampuan merancang, melaksanakan dan                          Dalam penelitian ini populasinya
menilai tugas sebagai guru, yang meliputi                 adalah guru di lingkungan SDN Banjarsari
penguasaan ilmu pengetahuan dan                           Gresik, sedangkan jumlah populasinya
teknologi pendidikan, (2) kompetensi                      sebanyak 25 orang dan merupakan jumlah
personal yang meliputi etika, moral,                      sampel.
pengabdian, kemampuan sosial dan                               Variabel yang diteliti adalah (1)
spiritual.                                                variabel bebas adalah : kepemimpinan
     Berdasarkan latar belakang permasala-                kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja
han yang telah diuraikan tersebut maka                    (X2) , (2) variabel terikat adalah Kinerja
penulis tertarik untuk melakukan penelitian               guru (Y). Sedangkan metode pengumpulan
yang berjudul “Pengaruh Efektivitas                       data dengan menggunakan metode angket.
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan                           Untuk instrumen kepemimpinan kepala



                                                    14
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




sekolah, instrumen motivasi kerja dan                     Pengujian Hipotesis
instrumen     kinerja  guru.    Dalam                     1) Pengujian secara simultan/ serempak
mengumpulkan data ini digunakan skala                         (uji F)
Likert untuk mengukur sikap, pendapat                     Pengujian integritas dilakukan dengan
dan persepsi seseorang atau kelompok                      menggunakan uji F dimana tingkat
orang dengan bobot skor mulai dari 1                      kepercayaan α = 0,05 dengan nilai kritis :
sampai dengan 5.                                          F (α ; k ; n - k -1) sedangkan kriteria :Fhit
                                                          > Ftab , maka Ho ditolak
Kisi-kisi Angket Penelitian Efektivitas                   Rumus uji F : F = R2 ( N – k - 1)
Kepemimpinan Kepala Sekolah                                                      k(1 – R2)
 No              Dimensi            Item                  2) Pengujian secara Parsial (Uji t)
  1   Kepemimpinan berorientasi         1-15                   Dalam pengujian hipotesis ini level
      pada     tugas    (initiating                       signifikansi yang digunakan sebesar (5%)
      structure)                                                                                                         Coefficientsa

                                                                                               Unstandardized         Standardized
  2   Kepemimpinan berorientasi        16-30                                                     Coefficients         Coefficients                                      Correlations
                                                           Model                               B         Std. Error       Beta           t        Sig.    Zero-order       Partial     Part
      pada consideration                                   1       (Constant)
                                                                   Kepemimpinan
                                                                                                1,950          ,367                       5,317      ,000

                                                                                                   ,373       ,078             ,608      4,810      ,000         ,755          ,716       ,563
                                                                   Kepala Sekolah
Instrumen Angket penelitian Motivasi                               Motivasi Kerja Guru             ,289       ,094             ,388      3,064      ,006         ,617          ,547       ,359
                                                             a. Dependent Variable: Kinerja Guru
Guru
 No             Dimensi               Item                dengan derajat kebe-basan sebesar n – 1.
 1.   Motivasi eksternal              1-18                Sedangkan kriteria : Jika t hit > t tab , maka
 2.   Motivasi internal               19-30               Ho ditolak Uji koefisien korelasi parsial
                                                          dapat dihitung dengan rumus :
Instrumen Angket penelitian Kinerja Guru                  t hitung = √ r² (n-3)
 No           Dimensi                 Item                             (1 - r²)
 1.   Kompetensi     kepribadian      1-6
      guru                                                HASIL DAN ANALISA DATA
 2.   Kompetensi     profesional      7-24
                                                                  Berdasarkan rumusan masalah dan
      guru
                                                          tujuan dari penelitian, maka dari hasil
  3   Kompetensi sosial guru          25-30
                                                          pengumpulan data yaitu : Efektivitas
                                                          Kepemimpinan kepala sekolah (X1),
                                                          Motivasi (X2) dan Kinerja guru (Y) dapat
TEKNIK ANALISIS DATA
                                                          dilihat pada tabel di bawah ini :

Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini :
Regresi Ganda : Y = a + b1 X1 + b2 X2




                                                    15
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




No (X1) (X2) (Y)            No (X1) (X2)        (Y)           mengalami       penurunan.  Jadi   dapat
 1 127       115   114      14 86 81            119           disimpulkan bahwa hubungan yang searah
 2 96        126   103      15 91 73            120           .antara variabel bebas X1 dan X2 dengan
 3 80         94   109      16 78 75            108           variabel terikat Y.
 4 81         73   110      17 70 72            120
 5 88         64   105      18 96 76            121           b. Pengujian Hipotesis
 6 88         78   119      19 106 86           133           1) Pengujian secara parsial
 7 70         80   102      20 105 84           134
                                                              Ho : Kepemimpinan kepala sekolah tidak
 8 107        82   125      21 94 88            129
                                                                    berpengaruh secara parsial terhadap
 9 71         75   107      22 96 94            137
                                                                    Kinerja Guru di SDN Banjarsari
 10 76        89   114      23 92 90            142
 11 75        66   109      24 107 101          143           Ha : Kepemimpinan       kepala    sekolah
 12 95        81   116      25 95 97            142                 berpengaruh secara parsial terhadap
 13 91        77   118                                              Kinerja guru di SDN Banjarsari
                                                                   Dengan menggunakan SPSS versi 11.0
Analisis Hipotesis                                            hasil uji t dapat menunjukkan bahwa
     Hasil analisis mengenai koefisien                        variabel kepemimpinan kepala sekolah
model        regresi
                                                                    ANOVAb
adalah seperti yang
                                                    Sum of
tercantum     dalam     Model                     Squares            df       Mean Square         F     Sig.
tabel berikut ini.      1        Regression            1,717              2           ,858       25,468    ,000a
                                 Residual               ,742            22            ,034
     Berdasarkan                 Total                 2,458            24
tabel      tersebut,      a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah
                          b. Dependent Variable: Kinerja Guru
maka model regresi
yang diperoleh adalah sebagai berikut :                      memiliki nilai thitung = 4,810 sedangkan
        Y = 1,950 + 0,373 + 289 X2                           ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah =
     Dari persamaan tersebut dapat dilihat                   2,021. Dikarenakan thitung > ttabel (4,810 >
bahwa nilai koefisien regresi untuk                          2,021), maka Ha diterima, artinya
kepemimpinan kepala sekolah lebih besar                      kepemimpinan kepala sekolah secara
daripada koefisien regresi untuk motivasi.                   statistik berpengaruh terhadap kinerja guru.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa                              Sedangkan untuk mengetahui apakah
jika    kepemimpinan       dan        motivasi               variabel bebas motivasi (X2) berpengaruh
mengalami suatu peningkatan atau                             secara parsial terhadap variabel terikat
semakin baik, maka kinerja guru juga                         yaitu kinerja dosen (Y) yaitu :
akan mengalami peningkatan, sebaliknya                       Ho: Motivasi tidak berpengaruh secara
jika kepemimpinan kepala sekolah dan                                 parsial terhadap Kinerja guru di SDN
motivasi     kerja    mengalami            suatu                     Banjarsari
penurunan, maka kinerja guru juga akan



                                                        16
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Ha : Motivasi berpengaruh secara parsial                  guru, kepemimpinan kepala sekolah, dan
     terhadap Kinerja Guru di SDN                         motivasi kerja guru di SDN Banjarsari
     Banjarsari                                           Gresik tergolong cukup baik. (2) terdapat
Dengan   menggunakan     SPSS      versi    11.0          pengaruh signifikan kepemimpinan kepala
Sedangkan variabel motivasi memiliki                      sekolah terhadap kinerja guru di SDN
nilai thitung = 3,064, sedangkan ttabel pada              Banjarsari Gresik (3) terdapat pengaruh
taraf signifikansi 5% adalah = 2,021.                     signifikan motivasi kerja guru terhadap
Dikarenakan thitung > ttabel (3,064 > 2,021),             kinerja guru di di SDN Banjarsari Gresik
maka Ha diterima. Artinya kinerja guru                    (4) terdapat pengaruh signifikan secara
secara statistik berpengaruh terhadap                     bersama-sama      kepemimpinan      kepala
kinerja guru.                                             sekolah dan motivasi kerja guru terhadap
                                                          kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik.
2) Pengujian secara serempak                                   Berdasarkan kesimpulan di atas maka
Ho : Kepemimpinan dan Motivasi tidak                      saran yang diajukan sebagai berikut : (1)
     berpengaruh secara bersama-sama                      hendaknya kepala lebih meningkatkan
     terhadap Kinerja guru di SDN                         efektifitas kepemimpinannya berkaitan
     Banjarsari.                                          dengan tingginya pengaruh kepemimpinan
Ha : Kepemimpinan      dan   Motivasi                     kepala sekolah dengan kinerja guru; (2)
     berpengaruh secara bersama-sama                      kepala     sekolah     sebagai  motivator
     terhadap Kinerja guru di SDN                         hendaknya lebih memperhatikan kebutuh-
     Banjarsari.                                          an motivasi guru agar guru dapat
                                                          meningkatkan kinerjanya; (3) bagi para
      Hasil pengujian nilai F dapat dilihat
                                                          guru hendaknya dapat memotivasi diri
pada gambar berikut.
                                                          untuk lebih meningkatkan kinerjanya; (4)
      Dari hasil pengolahan data diperoleh
                                                          bagi para pengambil kebijakan dan
Fhitung = 25,468, sedangkan Ftabel pada taraf
                                                          pemerintah agar memperhatikan program-
signifikansi 5% dengan df 2 (n=2) adalah
                                                          program pendidikan yang sesuai dan patut
sebesar 19,00. Dikarenakan Fhitung > Ftabel
                                                          terhadap pengembangan minat motivasi
(25,468 > 19,000), artinya kepemimpinan
                                                          berprestasi dan kinerja guru.
kepala sekolah dan motivasi kerja secara
bersama-sama        berpengaruh     terhadap
                                                          DAFTAR PUSTAKA
kinerja guru.

                                                          Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur
                                                               Penelitian, Jakarta : Bina Aksara
KESIMPULAN DAN SARAN
    Berdasarkan hasil penelitian dan                      Fattah, Nanang. (2000). Landasan
                                                                Manajemen Pendidikan, Bandung :
pembahasan pada bab sebelumnya dapat
                                                                PT Remaja Rosdakarya
disimpulkan sebagai berikut : (1) kinerja



                                                    17
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Gibson. (1985). Organisasi (Terjemahan).                 Samana.    (1994).    Profesionalisme
     Edisi Ke- Lima, Jakarta : Erlangga                      Keguruan, Yogyakarta : Kanisius
Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (1977)                Syah,      Muhibbin. (1999). Psikologi
     Management       of     Organization                        Pendidikan Dengan Pendekatan
     Behavior New York : Englewood                               Baru, Bandung : PT Remaja
     Cliffs                                                      Rosdakarya
Hilmar, Taufik (2002). Kinerja Guru                      Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000).
     Madrasah Tsanawiyah Negeri di                            Refleksi dan Reformasi Pendidikan
     Kabupaten Sukabumi, Bandung :                            di    Indonesia    Milenium   III,
     Tidak diterbitkan                                        Yogyakarta : Adi Cipta
Marwansyah dan Mukaram. (1999).                          Siagian, Sondang P. (1997). Organisasi
    Manajemen Sumber Daya Manusia,                             Kepemimpinan       dan    Perilaku
    Bandung      :    Pusat Penerbit                           Administrasi Jakarta : PT Gunung
    Administrasi Niaga                                         Agung.
Riduwan (2007). Metode & Teknik                          Sutarto.      (2001).      Dasar-Dasar
     Menyusun Tesis, Bandung : CV                              Kepemimpinan         Administrasi,
     Alfabeta.                                                 Yogyakarta : Gajah Mada University
                                                               Press
Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E.
     Manajemen Sumber Daya Manusia,                      Wahyjosumidjo. (1987). Kepemimpinan
     Menghadapi Abad Ke- 21. Edisi Ke-                       dan Motivasi, Jakarta : Ghalia
     Enam, Jakarta : Erlangga                                Indonesia
Supriadi, Dedi. (2002). Guru di Indonesia,               Wijaya, Cece dan Rusyan. (1992).
     Jakarta : Departemen Pendidikan                          Kemampuan Dasar Guru Dalam
     Nasional Republik Indonesia                              Proses Belajar Mengajar, Bandung :
                                                              PT Remaja Rosdakarya
________ (1998). Mengangkat Citra dan
     Martabat Guru, Yogyakarta :                         Yuki,     Gary. (1996). Leadership in
     Adicipta Karya Nusa                                         Organization (Terjemahan). Edisi
                                                                 Ketiga Jakarta : PT Bhuana Ilmu
Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli. (2001).
                                                                 Populer
     Reformasi     Pendidikan     Dalam
     Konteks Otonomi Darah, Jakarta :
     Adicipta Karya Nusa




                                                   18
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




      PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
    DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU LULUSAN
    DI SEKOLAH DASAR NEGERI BANJARSARI KABUPATEN GRESIK

                                               Sri Sundari *)

Abstrak, Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, sangat menentukan kemajuan
sekolah. Kepala sekolah yang profesional umumnya selalu menunjukkan kompetensi kerja
yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas profesional sehari-hari di sekolah. Kemajuan
sekolah juga tidak lepas dari kinerja guru. Guru yang kreatif akan melahirkan berbagai ide
kreatif dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang variatif, inovatif, dan
menyenangkan sesuai dengan kebutuhan belajar serta menciptakan situasi pembelajaran yang
tidak menakutkan peserta didik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perilaku
kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru terhadap peningkatan mutu pendidikan.
        Jenis penelitian ini adalah regresi, dengan populasi seluruh guru di SDN Banjarsari
Gresik. Sampel diambil dengan teknik total sampling dan diperoleh responden sebanyak 25
orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis
menggunakan uji regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah dan kinerja guru terhadap peningkatan mutu pendidikan.
        Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru dan mutu
pendidikan di SDN Banjarsari Gresik tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian
diharapkan kepala sekolah lebih meningkatkan efektifitas kepemimpinannya berkaitan dengan
tingginya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu pendidikan, dan para guru
hendaknya dapat lebih meningkatkan kinerjanya agar mutu pendidikan lebih baik lagi di masa
mendatang. Bagi para pengambil kebijakan dan pemerintah agar memperhatikan program-
program pendidikan yang sesuai dan patut terhadap pengembangan prestasi kepala sekolah
dan guru untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru, Mutu Pendidikan

Pendahuluan                                                  aspek kehidupan sekolah seperti disiplin
    Kepala sekolah merupakan salah satu                      sekolah, iklim budaya sekolah dan
komponen pendidikan yang paling                              menurunya perilaku nakal peserta didik”.
berperan dalam meningkatkan kualitas                              Melalui kepemimpinan kepala sekolah
pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi                     yang produktif, situasi pembelajaran dapat
(1998:346) bahwa “Erat hubungan antara                       dilakukan secara efisien, efektif, menarik,
mutu Kepala Sekolah dengan berbagai                          dan menyenangkan. Hal ini disebabkan
*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik


                                                       19
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




karena kepala sekolah yang kreatif akan                  dan mengembangkan ilmu pengetahuan
melahirkan berbagai ide-ide kreatif dalam                dan       teknologi.     Melatih    berarti
menggunakan metode dan strategi                          mengembangkan ketrampilan-ketrampilan
pembelajaran yang variatif, inovatif, dan                pada siswa. Sedangkan dalam proses
menyenangkan sesuai dengan kebutuhan                     pembelajaran, guru merupakan pemegang
belajar    serta   menciptakan      situasi              peran utama, karena secara teknis dapat
pembelajaran yang tidak menakutkan                       menerjemahkan proses perbaikan dalam
peserta didik.                                           sistem pendidikan didalam satu kegiatan
     Kualitas kepala sekolah sebagai                     dikelasnya. Dengan demikian, setiap
manajer sangat dipengaruhi oleh kinerja                  peningkatan mutu pendidikan yang
(capability) manajerial yang dimiliki                    diarahkan pada perubahan-perubahan
dalam upaya menciptakan iklim sekolah                    kualitatif harus menempatkan guru pada
yang      kondusif    sehingga     mampu                 titik sentral karena peranannya sangat
mewujudkan dan mengaktualisasikan                        strategis dan mempunyai tanggung jawab
dalam      bentuk    peningkatan      mutu               yang besar dalam upaya mewujudkan
pendidikan. Kepala sekolah mempunyai                     tujuan pendidikan nasional.
kinerja yang baik adalah kepala sekolah                       Proses pendidikan tidak akan terjadi
yang mempunyai kapasitas intelektual,                    dengan sendirinya melainkan harus
emosional, dan spiritual yang baik serta                 direncanakan, diprogram, dan difasilitasi
berwawasan luas dan futuristik.                          dengan dukungan dan partisipasi aktif guru
     Dalam proses pendidikan, guru                       tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
merupakan salah satu komponen yang                       Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
penting. Menurut Undang-undang No.14                     adalah mengantar dan membawa peserta
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal                 didik ke arah pencapaian tujuan
10 bahwa pengertian kompetensi adalah                    pendidikan. Oleh karena itu, pencapaian
seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan                tujuan pendidikan sangat bergantung pada
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan              pelaksanaan tugas dan kinerja kepala
dikuasai oleh guru dan dosen dalam                       sekolah di samping kemampuan peserta
melaksanakan tugas keprofesionalan. Bila                 didik itu sendiri serta dukungan komponen
menyamakan fungsi dan peran dosen                        sistem pendidikan lainnya. Posisi strategis
dengan guru di sekolah, maka sejalan                     kepala sekolah merupakan salah satu faktor
dengan pendapat yang dikemukakan oleh                    penentu kualitas proses dan hasil
Usman.M.U (2002:7) bahwa “tugas guru                     pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan
sebagai profesi meliputi mendidik,                       akan ditentukan oleh sejauh mana kesiapan
mengajar, dan melatih. Mendidik berarti                  kepala sekolah dalam mengarahkan guru
meneruskan dan mengembangkan nilai-                      dan peserta didiknya melalui kegiatan
nilai hidup. mengajar berarti meneruskan                 pembelajaran.       Ketika    pembelajaran



                                                   20
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




berlangsung,       guru      tidak   sekedar              perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan
menyampaikan pelajaran akan tetapi juga                   kinerja gurumempunyai pengaruh secara
menciptakan suasana belajar yang dialami                  bersama-sama terhadap peningkatan mutu
setiap siswa. Berdasarkan hal tersebut                    pendidikan Sekolah Dasar Negeri di
diatas penulis merasa tertarik untuk lebih                Kabupaten Gresik?
lanjut meneliti tentang : Pengaruh Perilaku
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan                           Metode Penelitian
Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu                            Metode penelitian ini menggunakan
Lulusan Di Sekolah Dasar Negeri                           metode      survei    dengan     pendekatan
Banjarsari Kabupaten Gresik.                              kuantitatif melalui korelasi dan analisis
     Berdasarkan hal tersebut di atas, maka               regresi. Analisis ini akan digunakan dalam
diambil suatu rumusan masalah untuk                       menguji      besarnya     pengaruh    yang
penelitian ini, yaitu : (1) pengaruh perilaku             ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar
kepemimpinan kepala sekolah terhadap                      variabel Perilaku kepemimpinan kepala
peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri                     sekolah (X1) Kinerja Guru (X2) terhadap
Banjarsari di Kabupaten Gresik (2) adakah                 mutu pendidikan. Objek penelitiannya
pengaruh       kinerja      guru    terhadap              adalah guru di Sekolah Dasar Banjarsari
peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri                     Kabupaten Gresik yang berjumlah 25 guru.
Banjarsari di Kabupaten Gresik (3) adakah                 Teknik     pengumpulan       data   dengan
pengaruh perilaku kepemimpinan kepala                     menggunakan studi dokumentasi dan
sekolah dan kinerja guru terhadap                         angket. Teknik pengambilan sampel yang
peningkatan mutu pendidikan Sekolah                       digunakan adalah random sampling, teknik
Dasar Negeri di Kabupaten Gresik?                         ini merupakan cara pengambilan sampel
     Berdasarkan teori diatas dapat disusun               tanpa memilih-milih individu yang akan
suatu hipotesis yaitu: (1) perilaku                       dijadikan anggota sampel. Variabel-
kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh                   variabel penelitian yang digunakan adalah
terhadap peningkatan mutu Sekolah Dasar                   (1) Variabel Terikat : Mutu pendidikan
Negeri Banjarsari di Kabupaten Gresik; (2)                atau mutu sekolah (Y); (2) Variabel bebas:
kinerja guru berpengaruh terhadap                         Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah
peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri                     (X1) dan Kinerja Guru (X2).
Banjarsari di Kabupaten Gresik; (3)

Kisi-Kisi Penelitian
                   Tabel Kisi-kisi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)
  Variabel         Dimensi             Indikator                            Sub indikator
 Fungsi        Conceptual        a. Progam sekolah                1) Kemampuan untuk merumuskan
 Kepala        skills            b. Visi sekolah                     program sekolah




                                                    21
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




  Variabel       Dimensi                  Indikator                              Sub indikator
Sekolah                            c. Ptogam                        2)   Marumuskan visi sekolah
yang meru-                            pengembangan                  3)   Kemampuan menganalisis visi ke
pakan                                 kutikurum                          misi sekolah
cermin dari                        d. Progam supervise              4)   Menyusun progam pengembangan
perilaku                                                                 kurikulum
kepemim-                                                            5)   Merumuskan progam supervise
pinan                                                                    kelas
(x)
              Human skills         a. Berkomunikasi      1) Kemampuan berkomunikasi secara
                                   b. Memahami prilaku      jelas dengan guru
                                       bawahan           2) Kemampuan memahami perilaku
                                   c. Kerja sama            guru
                                   d. Perilaku           3) Kemampuan menciptakan kerja
                                   e. Masyarakat belajar    sama guru dengan guru
                                                         4) Dapat diterima dikalangan guru
                                                            dam masyarakat
                                                         5) Pengen bangan masyarakat belajar
              Technical            a. Metode mengajar    1) Pengetahuan dan penguasaan
              Skills               b. Pengambilan            metode mengajar
                                       keputusan         2) Proses pengambilan
                                   c. Menggerahkan           Keputusan
                                       bawahan           3) Menggerahkan para guru untuk
                                   d. Memberdayakan          bekerja giat
                                       sarana prasarana  4) Memanfaatkan meemberdayakan
                                   e. Mengatasi Konflik      sarana sekolah
                                   f. Prosedur           5) Penguasaan teknik menangani
                                       Kesejahteraan         konflik
                                       bawahan           6) Pengurusan prosedur kenaikan
                                                             pangkat guru
              Educator             Mengikuti             Meningkatkan kemampuan dengan
                                   perkembangan Iptek    perkembangan ilmu pengetahuan
              Adminis-             a. Mengelolah          1) Memiliki kelengkapan data
              Trator                   administrasi KMB       proses belajar mengajar
                                       dan BK             2) Data kesiswaan, kegiatan
                                   b. Mengelolah              ekstrakulikuler
                                       administrasi       3) Data tentang uang masuk dan
                                       kesiswaan              uang keluar
                                   c. Mengelolah          4) Data lengkap tentang sarana dan
                                       administrasi           prasarana




                                                      22
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




 Variabel      Dimensi                  Indikator                              Sub indikator
                                     keuangan                      5)   Data surat masuk keluar, serta
                                 d. Mengelolah                          laporan tentang pertanggung
                                     administrasi sarana                jawaban keuangan
                                     dan prasarana
                                 e. Mengelolah
                                     administrasi
                                     persuratan /
                                     pelaporan
            Super visor          Supervisi pendidikan              Melaksanakan supervise dikelas

            Leader                a.  Kepribadian yang             1) Berjiwa besar dan, dan menjadi
                                     kuat                             teladan bagi guru
                                  b. Figur pemimpin                2) Fungsi kepal sekolah sebagai figur
                                                                      pemimpin
                                  c. Penyebaran dan                3) Fungsi sebagai penyebar dan
                                     perantara informasi              perantara informasi
            Inovator              a. Menemukan gagasan             1) Mencari dan menemukan gagasan
                                  b. Melaksanakan                     baru secara
                                     pembaharuan                   2) Melaksanakan pembaharuan di
                                                                      bidang pembelajaran, dan
                                                                      pembinaan guru
            Motivator             a. Lingkungan kerja              1) Mengatur ruang agar lebih
                                     (fisik)                          kondusif
                                  b. Susunan Kerja (non            2) Menciptakan hubungan kerja yang
                                     fisik)                           harmonis


                    Tabel Kisi-kisi Variabel Kinerja Guru (X2)
Variabel       Dimensi                        Indikator-Indikator
Kinerja     1. Pedagonik           1. Dapat mehami dengan baik cirri-ciri peserta didik.
Guru (X2)                          2. Dapat memahami potensi-potesi anak didik.
                                   3. Dapat mehami teori belajar.
                                   4. Dapat menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran.
                                   5. Dapat menguasai cara menerapkan ICT dalam PBM.
                                   6. Dapat menguasai bahasa Indonesia yang baik sebagai medium
                                      of instruction yang efektif.
                                   7. Dapat menguasai pendekatan pedagogic dalam permasalahan
                                      pembelajaran.
                                   8. Dapat merancang PBM yang komprehensif
                                   9. Dapat menilai kemajuan belajar peserta didik secar total.



                                                    23
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Variabel      Dimensi                                   Indikator-Indikator
                               10. Dapat membimbing anak bila menghadapi            persoalan
                                   pembelajaran.
                               11. Dapat menguasai prinsip dn proses PBM.

           2. Keperibadian 1. Dapat memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam
                              melakukan tugasnya sebagai guru preofesional.
                           2. Dapat memiliki rasa kasih sayang kepada peserta didik tanpa
                              membeda bedakan

           3. Profesional      1. Mampu menguasai subtansi atau materi atau isi teaching
                                  subjects tau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian.
                               2. Mampu penguasai bagaiman mengolah learning resources
                                  yang diperlukan dalam proses belajar mengajar .
                               3. Mampu menguasai bagaimana mengolah learning resource
                                  dari lingkungan hidup sehingga dapat dipergunakan untuk
                                  mndukung proses pembelajaran.
                               4. Mampu menguasai bagaimana menetapkan teknologi
                                  informasi dalam upaya meningkatkan evektivitas belajar anak
                               5. Mampu menguasai bagaimana menyusun rencana pelajarann
                                  yang mengemas isi, media tekhnologi dan values dalam stiap
                                  proses pembelajaran.

           4. Sosial           1. Mampu memahami berbagai factor yang berkonstribusi
                                  dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung PBM
                               2. Dapat mengerti berbagai factor sosila-kultural dan ekonomi
                                  yang berkopnstribusi terhadap proses pendidikan peserta
                                  didik.
                               3. Mampu memahami pentingnya hubungan antara sekolah
                                  dengan orang tua dan tokoh masarakat ynag berkonstribusi
                                  terhadap proses pendidikan anak sekolah.
                               4. Dapat mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan
                                  dijunjung tingi oleh masyarakat
                               5. Mampu memahami pendekatan –pendekatan yang diterapkan
                                  disekolah
                               6. Dapat menguasai dan memahami perubahan-perubahan akibat
                                  dampak globalisasi




                                                24
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




                                Tabel Kisi-kisi variabel Mutu Pendidikan (Y)
        1                        2                                   3
 Mutu              1. Kebermaknaan proses           1.  Dapat merencanakan PBM
 Pendidikan           belajar mengajar              2.  Dapat melaksanakan PBM (prestasi)
 (Y)                                                3.  Dapat mengevaluasi PBM
                   2. Manajemen sekolah             4.  Dapat membuat Renstra dan rencana
                                                        pengembangan strategis
                                                    5. Mengorganisasikan pelaksanaan progam keuangan
                                                        dan sarana prasarana
                   3. Efektivitas budaya            6. Mampu mengkondisikan sekolah mendukunguntuk
                      sekolah, (iklim                   PBM
                      organisasi sekolah            7. Mampu memberi penghargaan bagi siswa
                      yang kondusif)                    yangberprestasi
                                                    8. Siswa mampu mentaati tata tertib aturan sekolah
                   4. Kepemimpinan kepala           9. Bisa dihubungi dengan mudah
                      sekolah yang kuat             10. Bersikap responsif kepada guru, staf, dan TU
                                                    11. Mampu merasionalkan kegiatan antara guru
                                                        dansiswa
                   5. Out put sekolah (hasil        12. Mampu membuat standar kelulusan
                      prestasi)                         yangdirencanakansekolah
                                                    13. Dapat berprestasi secara akademik yang
                                                        telahdicapai tahunterakhir
                                                    14. Dapat berprestasi secara nonakademis tahun
                                                        terakhir
                                                    15. Dapat melaksanakan kelulusan siswa tahun terakhir
                   7. The Administrator             16. Mampu mendesain ruangan (sarana dan prasarana)
                      Production Function           17. Mampu mengatur buku (perpustakaan)
                      yaitu fungsi manajerial       18. Dapat melakukan kualifikasi pendidik yang
                      (administrasi)                    memungkinkan tercapainya pelaksanaan
                                                        pendidikan secara efektif.
                   8. The Psychologist's            19. Mampu berbuat disiplin
                      Production Function           20. Mampu berkreatif
                      (PPF) yaitu fungsi            21. Dapat memberikan inovatif
                      sikap produktif               22. Memiliki jiwa kejuangan
                   9. The Economic                  23. Dapat memberikan lulusan yang memiliki
                      Production Function               kompetensi tinggi
                      yaitu fungsi ekonomi
                      (ekonomis)
Catatan :   Konsep operasional kinerja guru dikembangkan dari (pasal 8, UUGD 14/2005 dan Permen Diknas No.13 tahun
            2007 tentang Standar Kinerja Kepala Sekolah




                                                         25
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Teknik Analisis Data                                            H diterima apabila –t                         ≤ t            ≤ t
                                                                 0                                    tabel         hitung         tabel
      Metode analisis data yang digunakan                       sedangkan H ditolak apabila t                           <-t
                                                                                       0                        tabel          hitung
adalah      Regresi    Linier   Berganda.
                                                                atau t           >t
Digunakan untuk menguji pengaruh antara                                  tabel        hitung.

variabel        independen       (Perilaku
kepemimpinan Kepala Sekolah dan                                 Hasil dan Analisis Data
Motivasi Guru) dengan variabel dependen                         Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan
(Mutu Pendidikan). Perhitungan akan                             dari   penelitian,    maka dari   hasil
dilakukan dengan bantuan program SPSS                           pengumpulan data yaitu : Perilaku
for Windows.                                                    Kepemimpinan (X1), Motivasi Guru (X2)
      Model hubungan variabel akan                              dan Mutu Pendidikan (Y) dapat dilihat
dianalisis sesuai dengan persamaan regresi:                     pada tabel di bawah ini :
MP = α + β PKKS + β KG + Σ
           1           2             i
                                                                No       X1           X2        Y     No X1 X2                Y
1) Uji F
                                                                  1      118       91           109   14      107      85     102
     Uji F adalah alat untuk menguji
                                                                  2       89       99            97   15      111      87     101
variabel independen secara bersama
                                                                  3      100      103           102   16       97      84      88
terhadap variabel dependennya untuk
                                                                  4       97       80           101   17       85      82      98
meneliti apakah model dari penelitian
                                                                  5      106       76            96   18      118      81      99
tersebut sudah sesuai atau tidak.
                                                                  6      109       84           106   19      126      95     109
Kriteria pengujian dengan menggunakan                             7       85       88            90   20      128      89     109
uji F adalah sebagai berikut :                                    8      131       94           112   21      114      94     103
Jika nilai F     >F      berarti Ho ditolak,                      9       82       79            96   22      111     101     110
           hitung   tabel
H1 diterima Jika nilai F             <F          berarti         10       93       93           102   23      112     100     114
                            hitung       tabel
                                                                 11       90       73            92   24      131     112     114
Ho diterima dan H1 ditolak.
                                                                 12      113       88            99   25      112     105     112
                                                                 13      109       78           101
2) Uji t
     Uji t dimaksudkan untuk mengetahui
                                                                Analisis Regresi Linier Berganda
apakah      secara   individu   variabel
                                                                       Analisis regresi dalam penelitian
independen mempunyai pengaruh secara
                                                                ini digunakan untuk menguji pengaruh
signifikan terhadap variabel dependen,
                                                                kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja
dengan asumsi variabel independen
                                                                guru     terhadap    mutu       pendidikan.
lainnya konstan (Djarwanto PS, 1996).
                                                                Penyelesaian model regresi linier berganda
Dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan n-
                                                                dilakukan dengan bantuan Program SPSS
1 dengan kriteria :
                                                                for Windows Release 11.0 Adapun
                                                                hasilnya adalah sebagai berikut:




                                                           26
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




a. Uji t                                                                                                               sig. = 0,006, sedangkan ttabel pada taraf
Hasil Perhitungan Koefisien Regresi                                                                                    signifikansi 5% adalah = 2,021.
                                                                                                                       Dikarenakan thitung > ttabel (3,218 > 2,021)
    Pengujian hipotesis dalam penelitian                                                                               dengan Sig. 0,004 < 0,05, maka H1
ini menggunakan uji t (pengaruh secara                                                                                 diterima. Artinya kinerja guru secara
                                                                          Coefficients a                                                                              statistik       berpe-
                                  Unstandardized          Standardized                                                                                                ngaruh       terhadap
                                    Coefficients          Coefficients                                            Correlations            Collinearity Statistics
Model                             B          Std. Error       Beta          t              Sig.      Zero-order     Partial      Part    Tolerance         VIF        mutu pendidikan.
1       (Constant)                 1,945           ,363                      5,356            ,000
        Kepemimpinan
                                    ,352          ,077             ,581     4,557             ,000         ,750           ,697      ,530       ,832           1,202
                                                                                                                                                                           Dari         hasil
        Kepala Sekolah
        Kinerja Guru                ,312          ,097             ,411     3,218             ,004         ,649           ,566      ,374       ,832           1,202   analisis regresi di
  a. Dependent Variable: Mutu Pendidikan
                                                                                                                                                                      atas, maka dapat
individual). Pengujian ini dimaksudkan
                                                                                                                       disusun persamaan sebagai berikut: Mutu
untuk mengetahui signifikansi dari
                                                                                                                       Pendidikan = 1,945 + 0,352 KKS + 0,312
pengaruh variabel independen terhadap
                                                                                                                       KG
variabel dependen secara individual. Hasil
                                                                                                                                Persamaan menunjukkan bahwa mutu
pengujian diperoleh dari test signifikansi
                                                                                                                       pendidikan                                 dipengaruhi           oleh
dengan program SPSS for Windows
                                                                                                                       kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja
Release 11.0. Hasil pengujian t dapat
                                                                                                                       guru. Nilai konstanta sebesar 1,945
dilihat pada tabel berikut:
                                                                                                                       menyatakan jika keadaan kontan atau
                                                                                                                       variabel-variabel                                        peningkatan
                         Tabel 4.5 Hasil Uji t
                                                                                                                       kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja
    Variabel                        t hitung ttabel Sig Keterangan
                                                                                                                       guru tetap, maka skor mutu pendidikan
Kepemimpinan                        4,557 2,021 0,000 H0 ditolak
Kepala Sekolah                                                                                                         sebesar 1,945 satuan.
Motivasi kerja                      3,218 2,021 0,004 H0 ditolak                                                                Deskripsi                       selengkapnya         tentang
                                                                                                                       pengaruh kedua variabel terhadap mutu
      Hasil uji t dapat menunjukkan bahwa                                                                              pendidikan seperti uraian di bawah ini.
variabel kepemimpinan kepala sekolah                                                                                   a) Nilai koefisien kepemimpinan kepala
memiliki nilai thitung = 4,557 dengan nilai                                                                                    sekolah sebesar 0,352 menyatakan jika
sig. = 0,000, sedangkan ttabel pada taraf                                                                                      terjadi peningkatan kepemimpinan
signifikansi 5% adalah = 2,021.                                                                                                kepala sekolah sebesar satu satuan
Dikarenakan thitung > ttabel (4,557 > 2,021)                                                                                   maka               mutu                pendidikan        akan
dengan Sig. 0,000 < 0,05, maka H1                                                                                              mengalami peningkatan sebesar 0,352
diterima, artinya kepemimpinan kepala                                                                                          satuan.
sekolah secara statistik berpengaruh                                                                                   b) Nilai koefisien kinerja guru sebesar
terhadap mutu pendidikan.                                                                                                      0,312              menyatakan                  jika    terjadi
     Sedangkan variabel kinerja guru                                                                                           peningkatan motivasi kerja sebesar satu
memiliki nilai thitung = 3,218 dengan nilai                                                                                    satuan maka kinerja guru akan



                                                                                                          27
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




   mengalami peningkatan sebesar 0,289                                 Hasil pengujian hipotesis kedua
   satuan.                                                        dengan uji t memperoleh nilai thitung =
b. Uji F                                                          3,218 diterima pada taraf signifikansi 5%
   Uji F digunakan untuk mengetahui                               (Sig.<0,05).      Artinya    kinerja    guru
   signifikansi dari model regresi yang                           berpengaruh positif dan signifikan
   digunakan. Cara yang digunakan                                 terhadap mutu pendidikan. Semakin tinggi
                                                ANOV A  b                                      kinerja   guru,
                                 S um of                                                       maka       mutu
      Model                     S quares         df       Mean Square       F        S ig.
      1        Regres sion          1,654             2          ,827     25,930        ,000 a      pendidikan
               Res idual             ,702            22          ,032
               T otal               2,356            24
                                                                                               akan semakin
        a. P redic tors : (Constant), K inerja Guru, Kepemim pinan K epala S ekolah                 meningkat.
        b. Dependent Variable: Mutu Pendidikan
                                                                                                    Sebaliknya
     adalah         dengan          membandingkan
                                                                  semakin rendah kinerja guru, maka mutu
     Fhitung dengan Ftabel pada taraf
                                                                  pendidikan juga akan semakin berkurang.
     signifikansi (a) = 5%. Hasil pengujian
     nilai F dapat dilihat pada gambar
     berikut.
                                                                  KESIMPULAN DAN SARAN
      Dari hasil pengolahan data diperoleh
Fhitung = 25,930, sedangkan Ftabel pada taraf
                                                                  Kesimpulan
signifikansi 5% dengan df 2 (n=2) adalah
                                                                       Berdasarkan hasil penelitian dan
sebesar 19,00. Dikarenakan Fhitung > Ftabel
                                                                  pembahasan pada bab sebelumnya dapat
(25,930 > 19,000), hal ini menunjukkan
                                                                  disimpulkan sebagai berikut : (1) Terdapat
bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan
                                                                  pengaruh signifikan kepemimpinan kepala
kinerja       guru         secara       bersama-sama
                                                                  sekolah terhadap mutu pendidikan di SDN
berpengaruh terhadap mutu pendidikan.
                                                                  Banjarsari Gresik. (2) terdapat pengaruh
      Hasil pengujian hipotesis pertama
                                                                  signifikan kinerja guru terhadap mutu
dengan uji t memperoleh nilai thitung =
                                                                  pendidikan di SDN Banjarsari Gresik. (3)
4,557 pada taraf signifikansi 5% (Sig. <
                                                                  terdapat pengaruh signifikan secara
0,05). Artinya kepemimpinan kepala
                                                                  bersama-sama        kepemimpinan      kepala
sekolah berpengaruh positif dan signifikan
                                                                  sekolah dan kinerja guru terhadap mutu
terhadap mutu pendidikan. Semakin baik
                                                                  pendidikan di SDN Banjarsari Gresik.
kepemimpinan kepala sekolah yang
dijalankan, maka mutu pendidikan akan
                                                                  Saran
meningkat. Sebaliknya semakin kurang
                                                                       Berdasarkan kesimpulan di atas maka
baik kepemimpinan kepala sekolah yang
                                                                  saran yang dapat diajukan sebagai berikut :
dijalankan, maka mutu pendidikan juga
                                                                  (1) hendaknya kepala lebih meningkatkan
akan semakin berkurang.
                                                                  efektifitas kepemimpinannya berkaitan



                                                       28
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




dengan tingginya pengaruh kepemimpinan                     Bandung : Pusat Penerbit Administrasi
kepala sekolah dengan mutu pendidikan.                     Niaga
(2) kepala sekolah sebagai motivator                    Riduwan (2007). Metode & Teknik
hendaknya       lebih     memperhatikan                    Menyusun Tesis, Bandung : CV
kebutuhan motivasi guru agar kinerja guru                  Alfabeta.
dapat meningkat pada akhirnya akan                      Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E.
meningkatkan mutu pendidikan. (3) bagi                     Manajemen Sumber Daya Manusia,
para guru hendaknya dapat lebih                            Menghadapi Abad Ke- 21. Edisi Ke-
meningkatkan kinerjanya agar mutu                          Enam, Jakarta : Erlangga
pendidikan lebih baik lagi di masa                      Supriadi, Dedi. (2002). Guru di Indonesia,
mendatang. (4) bagi para pengambil                         Jakarta : Departemen Pendidikan
kebijakan     dan     pemerintah     agar                  Nasional Republik Indonesia
memperhatikan           program-program                 ________ (1998). Mengangkat Citra dan
pendidikan yang sesuai dan patut terhadap                  Martabat Guru, Yogyakarta : Adicipta
pengembangan prestasi kepala sekolah dan                   Karya       Nusa
guru untuk lebih meningkatkan mutu                      Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli. (2001).
pendidikan.                                                Reformasi Pendidikan Dalam Konteks
                                                           Otonomi Darah, Jakarta : Adicipta
                                                           Karya Nusa
DAFTAR PUSTAKA                                          Samana.       (1994).     Profesionalisme
Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur                      Keguruan, Yogyakarta : Kanisius
   Penelitian, Jakarta : Bina Aksara                    Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi
Fattah, Nanang. (2000). Landasan                           Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,
   Manajemen Pendidikan, Bandung : PT                      Bandung : PT Remaja Rosdakarya
   Remaja Rosdakarya                                    Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000).
Gibson. (1985). Organisasi (Terjemahan).                   Refleksi dan Reformasi Pendidikan di
   Edisi Ke- Lima, Jakarta : Erlangga                      Indonesia Milenium III, Yogyakarta :
Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (1977)                  Adi Cipta
   Management of Organization Behavior                  Siagian, Sondang P. (1997). Organisasi
   New York : Englewood Cliffs                             Kepemimpinan         dan       Perilaku
Hilmar, Taufik (2002). Kinerja Guru                        Administrasi Jakarta : PT Gunung
   Madrasah Tsanawiyah Negeri di                           Agung
   Kabupaten Sukabumi, Bandung : Tidak                  Sutarto.       (2001).       Dasar-Dasar
   diterbitkan                                             Kepemimpinan              Administrasi,
Marwansyah dan Mukaram. (1999).                            Yogyakarta : Gajah Mada University
   Manajemen Sumber Daya Manusia,                          Press




                                                  29
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Wahyjosumidjo. (1987). Kepemimpinan                        Belajar Mengajar, Bandung : PT
  dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Indonesia                 Remaja Rosdakarya
Wijaya, Cece dan Rusyan. (1992).                         Yuki, Gary. (1996). Leadership in
  Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses                        Organization (Terjemahan). Edisi Ke-
                                                           Tiga Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer.




                                                   30
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




           PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI
            TERHADAP KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS GRESIK

                                                 Adrijanti *)

Abstract, A leader is required showing a leadership capability of creating a conducive
climate in the neighborhood. The lecturers are also required to have a positive work attitude,
so it can display both the perception and satisfaction towards the job as well as high
employee motivation.
        General research objectives were: (1) to determine the influence partially between
leadership and the motivations behavior on the performance faculty at the University of
Gresik, (2) to find out what is more dominant between leadership behavior and motivation on
the performance faculty at the University of Gresik, (4) to determine the effect of
simultaneously between leadership behavior and motivation on the performance faculty at
the University Gresik.
        Testing the validity of the instrument used as a measuring device while the reliability
data showed a stability instrument observations. Analysis of the data used to determine the
effect of leadership behavior and motivation of faculty performance using regression analysis
while to find out how much influence it used the coefficient of determination.
        From the results of this study can be seen that the behavior does not affect the partial
Leadership on the performance of lecturers but the motivation partially affects the
performance of lecturers. While the leadership behavior and motivation has no effect
simultaneously on the performance of lecturers. And variable Motivation is the most
dominant variable affecting the performance of lecturers at the University of Gresik.
Thus it can be said that the high motivation will affect the performance of lecturers at the
University of Gresik.

Keywords: Leadership, Behavior, Motivation and Lecturer Performance

     Kemampuan      seseorang     sangat                     tidak mungkin kemampuan yang potensial
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas                         itu dapat dirasakan manfaatnya. Motivasi
dengan baik, namun kemampuan tersebut                        akan menyebabkan terjadinya suatu
akan dapat terealisasi apabila dilandasi                     perubahan energi yang ada pada diri
dengan adanya motivasi yang kuat dari                        manusia, sehingga akan bergayut dengan
dirinya, karena bagaimanapun tingginya                       persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan
kemampuan seseorang tetapi apabila tidak                     juga emosi, untuk kemudian bertindak atau
dilengkapi dengan motivasi yang tinggi                       melakukan sesuatu. Semua ini didorong
*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik

                                                       31
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




karena adanya tujuan, kebutuhan atau                     optimal, diperlukan pula suatu kerja sama
keinginan. Sardiman (2007:73)                            yang sinergis antara Dekan dan dosen.
     Menurut Nawawi (2005:33), di                        Oleh karena itu seorang Dekan dituntut
lingkungan semua organisasi diperlukan                   menampilkan suatu kepemimpinan yang
manajemen sebagai rangkaian kegiatan                     mampu menciptakan iklim yang kondusif
atau proses pengendalian agar pencapaian                 di lingkungannya yaitu di suatu Fakultas,
tujuannya berlangsung efektif dan efisien.               sedangkan para dosen dituntut memiliki
Dalam menjalankan organisasi atau                        sikap positif terhadap pekerjaan yng
perusahaan merupakan pekerjaan team                      dijalaninya, sehingga dapat menampilkan
bukan individual oleh karena itu faktor                  persepsi dan kepuasan yang baik terhadap
kepemimpinan menjadi kunci suksesnya                     pekerjaannya maupun motivasi kerja yang
suatu kelompok kerja, harapan yang ada                   tinggi, yang pada akhirnya akan
adalah bahwa dengan berbagai macam                       mencerminkan seorang dosen yang mampu
personalitas yang dimiliki oleh seorang                  bekerja secara profesional sesuai dengan
pemimpin harus dapat menciptakan                         Tridharma Perguruan Tinggi yakni
dorongan bagi pengikutnya atau orang lain                profesional dalam pengajaran, profesional
yang ada di sekitarnya. Sukiyat (2009:12)                dalam penelitian dan profesional dalam
menyatakan dalam kegiatannya bahwa                       pengabdian masyarakat. Oleh karena itu
pemimpin memiliki kekuasaan untuk                        diduga ada hubungan antara perilaku
mengerahkan          dan       mempengaruhi              kepemimpinan dengan kinerja dosen.
bawahannya sehubungan dengan tugas-                           Motivasi yang diberikan dapat berupa
tugas yang harus dilaksanakan agar tujuan                insentif baik yang bersifat formal maupun
organisasi     dapat      tercapai  dengan               non      formal,    sehingga      kemauan,
sempurna. Banyak hal yang dituntut                       kemampuan dan semangat kerja dosen
kepada      seorang      pemimpin    dalam               akan meningkat dengan sendirinya.
melaksanakan tugasnya, namun pada                        Dorongan dan semangat ini agar para
hakekatnya perlu memperoleh gambaran                     dosen memahami serta sadar akan tugas
jelas tentang diri seorang pemimpin.                     dan kewajiban yang harus ia lakukan.
     Pimpinan fakultas atau yang biasa                   Menurut Hamzah (2007:1) motivasi juga
disebut dengan Dekan merupakan salah                     dapat dikatakan sebagai perbedaan antara
satu komponen yang berpengaruh dalam                     dapat      melaksanakan       dan     mau
meningkatkan mutu pendidikan di                          melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada
Fakultas. Dalam suatu fakultas, hubungan                 mau melaksanakan tugas untuk mencapai
antara seorang Dekan dan dosen                           tujuan.
merupakan hubungan antara atasan atau                         Menurut teori dari Porter dan Lawler
pemimpin dengan bawahan. Untuk itu                       mengatakan bahwa mendorong minat
guna tercapainya mutu pendidikan yang                    pegawai dan mencapai kinerja yang lebih



                                                   32
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




tinggi bukanlah soal yang lugas dan                       terhadap kinerja dosen di Universitas
dipengaruhi sejumlah variabel. Yang dapat                 Gresik?(4)manakah yang mempunyai
dikerjakan oleh para manajer adalah sadar                 pengaruh paling dominan antara perilaku
tentang semua keragaman tersebut dan                      kepemimpinan dan motivasi terhadap
memperhitungkannya waktu merancang                        kinerja dosen di Universitas Gresik?
sistem-sistem kerja dan mempertim-                             Berdasarkan teori diatas dapat disusun
bangkan pemberian imbalan Hamzah                          suatu hipotesis yaitu: (1) perilaku
(2007:49). Tujuan pemberian insentif pada                 kepemimpinan       mempunyai      pengaruh
dasarnya      adalah     berfungsi    dalam               secara parsial terhadap kinerja dosen di
memotivasi dosen agar terus menerus                       Universitas     Gresik,     (2)    motivasi
berusaha memperbaiki dan meningkatkan                     mempunyai pengaruh secara parsial
kemampuannya dalam melaksanakan                           terhadap kinerja dosen di Universitas
tugas-tugas yang menjadi kewajiban serta                  Gresik. (3) perilaku kepemimpinan dan
tanggung jawabnya. Oleh sebab itu diduga                  motivasi mempunyai pengaruh secara
adanya hubungan antara motivasi dan                       serempak      terhadap kinerja dosen di
kinerja dosen.                                            Universitas     Gresik,     (5)    motivasi
     Sehubungan dengan latar belakang                     mempunyai pengaruh yang dominan
permasalahan di atas, maka dalam hal ini                  terhadap kinerja dosen di Universitas
penulis berusaha untuk mengamati tingkat                  Gresik
pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja
dosen dan pemberian insentif memotivasi                   METODE
dosen untuk dapat meningkatkan kinerja                         Populasi dalam penelitian ini adalah
dosen di Universitas Gresik, maka yang                    dosen tetap Yayasan di Universitas Gresik
dituangkan dalam judul penelitian :                       yang diambil dari seluruh fakultas kecuali
"Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan                       Program Pascasarjana. Sedangkan jumlah
Motivasi terhadap Kinerja Dosen di                        populasinya adalah 49 orang.Teknik
Universitas Gresik”.                                      pengambilan sampel yang dipakai dalam
     Berdasarkan hal tersebut di atas, maka               penelitian ini adalah dengan menggunakan
diambil suatu rumusan masalah untuk                       teknik proportionate random sampling.
penelitian ini, yaitu : (1) adakah pengaruh               dengan menggunakan rumus dari Taro
secara      parsial      antara     perilaku              Yamane       atau    Slovin.  Berdasarkan
kepemimpinan terhadap kinerja dosen di                    perhitungan jumlah sampel menurut rumus
Universitas Gresik, (2) adakah pengaruh                   di atas maka jumlah sampel yang diambil
secara parsial antara motivasi terhadap                   sejumlah 33 orang, dapat dilihat pada tabel
kinerja dosen di Universitas Gresik, (3)                  di bawah ini :
adakah pengaruh secara serempak antara
perilaku kepemimpinan dan motivasi



                                                    33
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




                              Jumlah                          No              Dimensi            Item
No      Fakultas
                         Populasi Sampel                       4     Perilaku kesadaran           14
 1   F. Ekonomi              9            6                    5     Perilaku persuasif           15
 2   F. Hukum                7            5                    6     Perilaku konseptualisasi     16
 3   F. KIP                  8            5                    7     Perilaku     kemampuan,      17
 4   F. Keperawatan         11            7                          meramalkan
 5   F. Sastra Inggris       4            3                    8     Perilaku      kemampuan      18
 6   F. Teknik              10            7                          melayani
      Jumlah                49           33                    9     Perilaku komitmen pada       19
                                                                     pertumbuhan manusia
     Variabel yang diteliti adalah (1)                        10     Perilaku     membangun       20
Variabel      bebas     adalah     perilaku                          (memberdayakan)
kepemimpinan (X1) dan motivasi (X2 ), (2)
Variabel terikat adalah kinerja dosen (Y).                  Instrumen motivasi dengan           alternatif
Sedangkan metode pengumpulan data                           jawaban sebagai berikut :
dengan menggunakan metode angket.                           5 = Sangat setuju
Untuk instrumen perilaku kepemimpinan,                      4 = setuju
                                                            3 = ragu-ragu
instrumen motivasi dan instrumen kinerja
                                                            2 = tidak setuju
dosen. Dalam mengumpulkan data ini                          1 = sangat tidak setuju
digunakan skala Likert untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang                      Instrumen Angket penelitian Motivasi
atau kelompok orang dengan bobot skor                       Dosen
mulai dari 1 sampai dengan 5.                                 No       Dimensi        Item
      Instrumen perilaku kepemimpinan                         1. Motivator               1-10
dengan alternatif jawaban sebagai berikut :                   2. Hygiene                11-28
5 = Sangat Tinggi/ Sangat penting                           Instrumen kinerja dosen dengan alternatif
4 = Tinggi / Penting                                        jawaban sebagai berikut :
3 = Cukup Tinggi/Cukup Penting                              5 = Sangat setuju
2 = Rendah/ Kurang Penting                                  4 = Setuju
1 = Rendah sekali/ Tidak Penting                            3 = Tidak Tahu
Kisi-kisi Angket Penelitian Perilaku                        2 = Tidak setuju
                                                            1 = Sangat Tidak Setuju
Kepemimpinan
                                                            Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Dosen
 No             Dimensi            Item
                                                              No        Dimensi             Item
  1 Perilaku mendengarkan           1-5
                                                               1 Kemampuan                   1-2
  2 Perilaku empati                6-11
                                                               2 Inisiatif                   3-5
  3 Perilaku menyembuhkan 12-13
                                                               3 Ketepatan waktu              6




                                                      34
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




 No     Dimensi                   Item                     pengumpulan data yaitu : Perilaku
 4 Kualitas hasil kerja            7-8                     Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan
 5 Komunikasi                     9-11                     Kinerja Dosen (Y) dapat dilihat pada tabel
                                                           di bawah ini :
TEKNIK ANALISIS DATA
    Teknik analisis data yang digunakan                        No     (X1) (X2) (Y)                 No (X1) (X2) (Y)
dalam penelitian ini :                                          1      62        103      40        18       61       96       43
Regresi Ganda : Y = a + b1 X1 + b2 X2                           2      60        111      32        19       39       84       49
                                                                3      87        111      54        20       61       74       32
Pengujian Hipotesis                                             4      64         93      44        21       59       76       42
1) Pengujian secara Simultan/ serempak                          5      55        104      38        22       51       96       38
    (uji F)                                                     6      57        102      42        23       74       96       39
Pengujian integritas dilakukan dengan                           7      60         96      48        24       59      119       52
menggunakan uji F dimana tingkat                                8      68         96      40        25       81      114       52
                                                                9      68        119      52        26       73       91       36
kepercayaan α = 0,05 dengan nilai kritis :
                                                               10      94        131      38        27       83      106       38
F (α ; k ; n - k -1) sedangkan kriteria : Fhit
                                                               11      52         82      39        28       81      129       54
> Ftab , maka Ho ditolak.
                                                               12      73        111      50        29       56      107       41
Rumus uji F : F =                                              13      52         99      43        30       71       95       46
2) Pengujian secara Parsial (Uji t)                            14      64        114      47        31       72       95       51
                                                               15      75         84      33        32       61       96       43
        Dalam pengujian hipotesis ini level
                                                               16      76        109      38        33       33       75       43
signifikansi yang digunakan sebesar (5%)
                                                               17       72       95       51
dengan derajat kebebasan sebesar n – 1.
sedangkan kriteria : Jika t hit > t tab , maka
Ho ditolak Uji koefisien korelasi parsial
                                                           Analisis Hipotesis
dapat dihitung dengan rumus :
                                                                Hasil analisis mengenai koefisien
t hitung =                                                 model regresi adalah seperti yang
                                                           tercantum dalam tabel berikut ini.
     Untuk mengetahui seberapa besar
                                                                Koefisien Regresi Linier Berganda
pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat   maka     digunakan    koefisien                                          Coefficients(a)
                                                                                       Unstandardized    Standardized
determinasi (R²) dengan bantuan program                    Model                        Coefficients     Coefficients      T
SPSS versi 14.0.                                                                                Std.
                                                                                         B      Error       Beta
                                                           1        (Constant)         27.362   7.841                     3.489
HASIL DAN ANALISA DATA                                              Kepemimpinan        -.053    .101             -.107   -.527
                                                                    Motivasi             .193    .092              .429   2.102

     Berdasarkan rumusan masalah dan                       a Dependent Variable: kinerja

tujuan dari penelitian, maka dari hasil



                                                     35
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




    Berdasarkan Tabel tersebut, maka                      ditolak.
model regresi yang diperoleh adalah                       Artinya : Perilaku Kepemimpinan secara
sebagai berikut :                                                   parsial     tidak     mempunyai
                                                                    pengaruh       yang    signifikan
    Y = 27,362          X         ,193 X2                           terhadap kinerja.
                                                               Sedangkan untuk mengetahui seberapa
      Dari persamaan tersebut dapat dilihat               besar        perilaku        kepemimpinan
bahwa nilai koefisien regresi untuk                       mempengaruhi kinerja dosen. Maka dapat
motivasi lebih besar daripada koefisien                   dicari koefisien determinasi (R² = R
regresi untuk kepemimpinan. Dengan                        Square).
demikian dapat diketahui bahwa jika
                                                                                Model Summary
kepemimpinan dan Motivasi mengalami
suatu peningkatan atau semakin baik, maka                                     R   Adjusted R
kinerja juga akan mengalami peningkatan,                  Model      R      Square Square               Change Statistics
                                                                                                 R
sebaliknya jika kepemimpinan dan                                                               Square   F             Sig. F
                                                                                               Change Change df1 df2 Change
motivasi mengalami suatu penurunan,
                                                          1       .132(a)    .018     -.014      .018     .554    1 31      .462
maka kinerja juga akan mengalami
                                                          a Predictors: (Constant), kepemimpinan
penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa
hubungan yang searah .antara variabel
bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat Y                 R² yx1 = 0,018
b. Pengujian Hipotesis                                    Artinya proporsi variabilitas kinerja dosen
      Pengujian hipotesis ini dilakukan                   1,8% dapat dijelaskan oleh perilaku
dengan cara pengujian secara parsial                      kepemimpinan. Sedangkan 98,2% lainnya
maupun pengujian secara serempak                          dijelaskan oleh variabel lainnya dalam
1) Pengujian secara parsial                               penelitian ini.
Ho Perilaku        Kepemimpinan        tidak
                                                              Untuk mengetahui apakah variabel
       berpengaruh secara parsial terhadap
                                                          bebas motivasi (X2) berpengaruh secara
       Kinerja Dosen di Universitas Gresik.
                                                          parsial terhadap variabel terikat yaitu
Ha Perilaku Kepemimpinan berpengaruh
                                                          kinerja dosen (Y) yaitu :
       secara parsial terhadap Kinerja
                                                          Ho : Motivasi tidak berpengaruh secara
       Dosen di Universitas Gresik.
                                                                parsial terhadap Kinerja Dosen di
Dengan menggunakan SPSS versi 14.0
                                                                Universitas Gresik.
didapat t hitung sebesar -0,527 sedangkan t
                                                          Ha : Motivasi berpengaruh secara parsial
tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan
                                                                terhadap     Kinerja   Dosen    di
(dk) = n – 1 = 32 maka ttabel = 2,042
                                                                Universitas Gresik.
Dapat dilihat bahwa t hitung < ttabel (0,527
                                                          Dengan menggunakan SPSS versi 14.0
< 2,042 ), maka Ho diterima dan Ha



                                                    36
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




didapat t hitung sebesar 2,102 sedangkan t                                                               ANOVA(b)

tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan                                                         Sum of               Mean
                                                                             Model                  Squares     df      Square        F       Sig.
(dk) = n – 1 = 32 maka t tabel = 2,042                                       1       Regression      189.458     2      94.729      2.517 .098(a)
Dapat dilihat bahwa t hitung > t tabel                                               Residual       1129.087 30         37.636
                                                                                     Total          1318.545 32
(2,102>2,042), maka Ho ditolak dan Ha
                                                                             a Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi
diterima.                                                                    b Dependent Variable: kinerja
Artinya : Motivasi        secara      parsial
           mempunyai pengaruh yang                                           Dengan menggunakan SPSS versi 14.0
           signifikan terhadap kinerja.                                      didapat F hitung sebesar 2,517 sedangkan F
      Sedangkan untuk mengetahui seberapa                                    tabel dengan α = 0,05 dan (dk) pembilang =

besar motivasi mempengaruhi kinerja                                          k= 2 dan dk penyebut = n-k-1=30 maka F
dosen. Maka dapat dicari koefisien                                           tabel = 3,32 Dapat dilihat bahwa F hitung <

determinasi (R² = R Square).                                                 F tabel (2,517 < 3,32 ), maka Ho diterima
                                                                             dan Ha ditolak.
                         Model Summary
                                                                             Artinya Perilaku Kepemimpinan dan
                   R   Adjusted
                  Squa    R                                                            motivasi secara serempak tidak
Model     R        re  Square              Change Statistics
                                    R
                                                                                       mempunyai       pengaruh    yang
                                  Square   F                   Sig. F                  signifikan terhadap kinerja
                                  Change Change     df1   df2 Change
1       .368(a)   .136     .108     .136    4.870      1 31     .035         Sedangkan untuk mengetahui seberapa
a Predictors: (Constant), motivasi                                           besar perilaku kepemimpinan dan motivasi
                                                                             bersama-sama mempengaruhi kinerja
R² yx2 = 0,136                                                               dosen. Maka dapat dicari koefisien
Artinya : Proporsi variabilitas kinerja                                      determinasi (R² = R Square).
          dosen 13,6% dapat dijelaskan                                                              Model Summary
          oleh motivasi. Sedangkan 86,4%                                                          R    Adjusted
          dapat dijelaskan oleh variabel                                     Model      R       Square R Square                 Change Statistics
                                                                                                                        R
          lainnya dalam penelitian ini.                                                                               Square   F             Sig. F
                                                                                                                      Change Change df1 df2 Change
2) Pengujian secara serempak                                                 1        .379(a)     .144         .087      .144     2.517    2 30      .098
Ho : Perilaku      Kepemimpinan         dan                                  a Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi
     Motivasi tidak berpengaruh secara
     serempak terhadap Kinerja Dosen di                                      R² yx2 = 0,144
     Universitas Gresik.                                                     Artinya Proporsi variabilitas kinerja dosen
Ha : Perilaku      Kepemimpinan         dan                                          14,4% dapat dijelaskan oleh
     Motivasi      berpengaruh       secara                                          perilaku    kepemimpinan        dan
     serempak terhadap Kinerja Dosen di                                              motivasi. Sedangkan 85,6% dapat
     Universitas Gresik.                                                             dijelaskan oleh variabel lainnya
                                                                                     dalam penelitian ini.



                                                                        37
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




    Dengan melihat nilai dari koefisien                   pemenuhan pada kebutuhan ekonominya,
determinasi,     maka      yang     paling                berupa insentif baik yang bersifat formal
berpengaruh         antara        perilaku                maupun non formal, disamping itu juga
kepemimpinan dan motivasi terhadap                        diperlukan pula adanya          pelatihan-
kinerja dosen di Universitas Gresik adalah                pelatihan dalam rangka peningkatan
motivasi.                                                 kompetensinya, guna menunjang dalam
                                                          proses pembelajaran sehingga kemauan,
KESIMPULAN DAN SARAN                                      kemampuan dan semangat kerja dosen
                                                          akan meningkat dengan sendirinya.
     Berdasarkan hasil penelitian yang                    Dorongan dan semangat ini akan membuat
telah dipaparkan tersebut, maka dapat                     dosen memahami serta sadar akan tugas
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :                    dan kewajiban yang harus ia lakukan.
(1) berdasarkan uji hipotesis secara parsial              Tujuan pemberian insentif pada dasarnya
tidak terdapat pengaruh yang signifikan                   adalah berfungsi dalam memotivasi dosen
dari Perilaku Kepemimpinan terhadap                       agar terus menerus berusaha memperbaiki
kinerja Dosen di Universitas Gresik, (2)                  dan meningkatkan kemampuannya dalam
Berdasarkan uji hipotesis secara parsial                  melaksanakan tugas-tugas yang menjadi
terdapat pengaruh yang signifikan dari                    kewajiban serta tanggung jawabnya demi
Motivasi terhadap kinerja dosen di                        mencapai tujuan pembelajaran untuk
Universitas Gresik, (3) berdasarkan uji                   menghasilkan mutu lulusan sesuai dengan
hipotesis    secara    simultan    Perilaku               apa yang diharapkan.
kepemimpinan dan motivasi secara
serempak tidak mempunyai pengaruh yang                    DAFTAR PUSTAKA
signifikan terhadap kinerja dosen di
Universitas Gresik, (4) berdasarkan nilai                 Hamzah. (2007). Teori Motivasi dan
dari koefisien determinasi (R Square) nilai                   Pengukurannya . Jakarta : Radjawali
variabel perilaku kepemimpinan lebih kecil
daripada variabel Motivasi. Maka dapat                    Nawawi, H. (1998). Manajemen Sumber
disimpulkan bahwa variabel motivasi                           Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah
merupakan variabel yang berpengaruh                           Mada Univ Press.
paling dominan terhadap kinerja dosen di                  Riduwan.(2009). Metode dan Teknik
Universitas Gresik.                                           Menyusun    Proposal Penelitian.
        Sesuai dengan hasil penelitian                        Bandung Alfabeta
maka      disarankan      dalam      rangka
                                                          Riduwan (2007). Skala         Pengukuran
meningkatkan kinerja Dosen di Universitas
                                                              variabel-variabel          penelitian.
Gresik diperlukan        pula peningkatan
                                                              Bandung: Alfabeta.
motivasinya melalui pemberian atau



                                                    38
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Sardiman. (2003), Interaksi dan Motivasi                Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
     Belajar    Mengajar.    Jakarta   :                     Pendidikan. Alfabeta : Bandung
     Radjawali.                                         Sukiyat. (2009). Kepemimpinan dalam
Sugiyono.     (2010).   Statistik  untuk                     Kependidikan. Surabaya : LP2I
     Penelitian. Alfabeta : Bandung




                                                  39
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




     PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL (MPI) DAN
   GAYA BELAJAR MAHASISWA, TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH
      MICROTEACHING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN
               ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK

                                                Siti Bariroh*)

        Abstrak, Upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, diperlukan
adanya perancangan dan pengembangan materi pembelajaran, yang merupakan fungsi yang
sangat penting dalam teknologi pembelajaran. Seels Richey (dalam Amir, 2000) mengatakan
bahwa kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolan dan evaluasi. Pengembangan desain materi pembelajaran microteaching ini adalah
upaya untuk memenuhi salah satu fungsi ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah
pengelolaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan
"Apakah ada perbedaan hasil belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model
Pengembangan Instruksional (MPI) dan yang non MPI?". Apakah Model Pengembangan
Instruksional dengan Gaya Belajar yang dimiliki mahasiswa, membedakan hasil belajar
mereka? Dan apakah ada interaksi antara gaya mengajar dan MPI terhadap hasil belajar
matakuliah Microteaching, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Gresik.
        Data dikumpulkan dengan menggunakan metode angket gaya belajar, dan test hasil
belajar. Analisa data yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk
menguji hipotesa 1, hipotesa 2 dan hipotesa 3. Dari hasil penelitian diketahui adanya
perbedaan hasil belajar dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan gaya belajar
menyebabkan perbedaan hasil belajar, serta terdapat pula interaksi antara gaya belajar dengan
MPI.
        Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai alternatif model pengembangan
 pembelajaran, dengan lebih memperhatikan perbedaan individu (gaya belajar) untuk
mengakomodasi kebutuhan belajar mereka, sehingga tercapai hasil belajar yang baik.

Keyword : Model Pengembangam Instruksional (MPI), Gaya Belajar, dan Hasil Belajar



PENDAHULUAN                                                  adalah faktor eksternal, yang menyangkut
                                                             pengembangan program pembelajaran dan
Hasil belajar seseorang, tidak terlepas dari                 strategi   penyampaian      atau  proses
pengaruh berbagai faktor, di antaranya                       pembelajaran.

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik


                                                       40
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




     Dalam aktivitas pengajaran terkan-                       Faktor lain yang juga dapat
dung aktivitas (1) Merancang pembela-                    mempengaruhi hasil belajar adalah faktor
jaran, (2) Menyajikan pembelajaran, (3)                  internal dari dalam siswa / mahasiswa itu
Mengevaluasi pembelajaran. Ketiganya                     sendiri. Salah satu dari faktor internal itu
akan terkait dalam satu proses dan saling                adalah      karakteristik   siswa      yang
mempengaruhi terhadap hasil belajar.                     berhubungan      dengan     cara    mereka
Upaya meningkatkan efisiensi dan                         menerima dan mengolah informasi, dan
efektivitas     pembelajaran,   diperlukan               merespons informasi serta berinteraksi
adanya perancangan dan pengembangan                      dalam proses pembelajaran.
materi pembelajaran, yang merupakan                           Setiap orang mempunyai potensi yang
fungsi yang sangat penting dalam                         sama untuk unggul dalam pembelajaran,
teknologi pembelajaran.                                  yang diperlukan adalah menemukan gaya
     Seels Richey (dalam Amir, 2000)                     belajar yang sesuai dan tepat bagi sesorang
mengatakan bahwa kawasan teknologi                       untuk        memaksimalkan         efisiensi
pembelajaran meliputi desain, pengem-                    pembelajarannya. Deporter dan Hernacki
bangan, pemanfaatan, pengelolan dan                      (2000), Syahid (2002), mengungkapkan
evaluasi. Pengembangan desain materi                     bahwa , gaya belajar adalah kunci untuk
pembelajaran microteaching ini adalah                    mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,
upaya untuk memenuhi salah satu fungsi                   di sekolah dan dalam situasi antar pribadi.
ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah                Gaya belajar akan dapat memberi
pengelolaan. Dick dan Carey (1990)                       kemudahan kepada seseorang untuk
mengungkapkan bahwa desain materi                        menyerap dan mengelola informasi.
pembelajaran sebaiknya menarik, isinya                        Keinginan untuk membantu mahasiwa
sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran,                dalam memahami materi matakuliah
urutannya tepat, ada petunjuk penggunaan                 Microteaching, dan untuk memudahkan
bahan ajar, ada soal latihan, jawaban                    penyampaian       bahan     ajar     kepada
latihan, test, petunjuk bagi siswa menuju                mahasiswa secara lengkap dan sistematis,
kegiatan berikutnya.                                     serta ingin mengetahui pengaruh desain
     Penggunaan model pengembangan                       materi pembelajaran berdasarkan Model
Instruksional (MPI) didasarkan atas                      Pengembangan Instruksional dan gaya
pemikiran bahwa model ini menggunakan                    belajar terhadap hasil belajar mahasiswa,
pendekatan sistem, dengan langkah                        mendorong peneliti ingin meneliti masalah
langkah yang lengkap, sehingga dapat                     tersebut. Ada beberapa alasan utama
digunakan untuk merancang pembelajaran                   peneliti memilih masalah ini :
baik untuk pembelajaran klasikal maupun                  1) Peneliti terlibat langsung membina
individual.                                                  matakuliah Microteaching, di Fakultas
                                                             Keguruan dan Ilmu Pendidikan



                                                   41
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




   Universitas      Gresik.      Sehingga                atau disebut dengan "real teaching"
   memungkinkan untuk terlibat langsung                  (AAllen     and     Ryan,1969).     Jumlah
   dalam interaksi dengan mahasiswa .                    pesertanya berkisar antara 5 sampai 10
2) Sejauh ini, masalah desain materi                     orang, ruang kelasnya terbatas, waktu
   pembelajaran,        khususnya        di              pelaksanaannya berkisar antara 10 sampai
   Universitas Gresik belum banyak                       15 menit, terfokus pada ketrampilan
   diteliti, sementara peneliti meyakini                 mengajar tertentu, dan pokok bahasannya
   bahwa        perbaikannya      kualitas               disederhanakan.
   Pembelajaran dapat diawali dari                            Tujuan diselenggarakannya pembela-
   pengembangan desain pembelajaran.                     jaran micro menurut T. Gilarso, dibagi dua
3) Literatur yang berkaitan dengan                       yaitu untuk melatih kemampuan dan
   penelitian ini, cukup mendukung                       ketrampilan keguruan (tujuan umum), dan
   peneliti dalam mengkaji landasan-                     untuk melatih calon guru supaya trampil
   landasan teori.                                       dalam membuat desin pembelajaran,
4) Hasil penelitian akan memberikan                      mendapatkan profesi keguruan dan
   manfaat nyata bagi peneliti sendiri,atau              menumbuhkan rasa percaya diri (tujuan
   pihak lain yang seprofesi dalam usaha                 khusus).
   meningkatkan Kualitas pembelajaran                         Dwigh Allen, mengatakan, tujuan
   dalam arti yang luas.                                 Microteaching bagi calon guru adalah :
                                                         1) Memberi pengalaman mengajar yang
KERANGKA TEORITIS                                            nyata dan latihan sejumlah ketrampilan
Microteaching diartikan sebagai cara                         dasar mengajar.
latihan ketrampilan mengajar dalam                       2) Calon guru dapat mengembangkan
lingkup kecil/ terbatas. MC Laughlin &                       ketrampilan mengajarnya sebelum
Moulton mengemukakan " Microteaching                         mereka terjun ke lapangan.
has been performent part of teaching                     3) Memberikan kemungkinan bagi calon
process, so that the traince can master                      guru untuk mendapatkan bermacam-
each component one By one in a simplifed                     macam ketrampilan dasar mengajar.
teaching situation".                                     Fungsi microteaching adalah sebagai
     MC .Knight (1979) mengemukakan                      sarana latihan dalam mempraktekkan
"Microteaching has been described AS                     ketrampilan mengajar, dan juga sebagai
scaled down teaching encounter desingned                 salah satu syarat bagi mahasiswa yang
to developernya new skill and refine old                 akan mengikuti Praktek Mengajar di
one".                                                    lapangan (PPL). Sasaran akhir yang akan
     Dari pengertian di atas, dapat                      dicapai dalam microteaching adalah
dipahami bahwa microteaching adalah                      terbinanya     calon      guru    memiliki
sebuah model pengajaran yang dikecilkan                  pengetahuan tentang proses pembelajaran,



                                                   42
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




serta memiliki sikap dan perilaku baik                   hasilnya. Hal ini diperjelas dengan
sebagai seorang guru.                                    pendapat Suparman (1997:31), suatu
                                                         proses      yang      sistematik      dalam
Langkah-Langkah Prosedur Pembela-                        mengidentifikasikan masalah, mengem-
jaran Micro                                              bangkan bahan dan strategi Instruksional,
Ada lima langkah yang dapat ditempuh                     serta mengevaluasi efektivitas dan
dalam pembelajaran micro yaitu:                          efisiensinya dalam mencapai tujuan
1) Pengenalan (pemahaman) konsep                         Instruksional.
    pembelajaran micro                                        Rohani (2004:69) mendefinisikan
2) Penyajian model dan diskusi                           pengertian desain pengajaran sebagai suatu
3) Perencanaan/persiapan mengajar                        pemikiran      atau     persiapan     untuk
4) Praktek mengajar                                      melaksanakan tugas mengajar / aktivitas
5) Diskusi feed back / umpan balik.                      pengajaran dengan menerapkan prinsip
                                                         prinsip pengajaran melalui langkah
MODEL PENGEMBANGAN                                       langkah       pengajaran,      perencanaan,
INSTRUKSIONAL                                            pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka
     Beberapa definisi mengenai desain                   pencapaian tujuan pengajaran yang telah
pembelajaran antara lain Reigeluth (1983:7               ditentukan.
dalam      Boy      Soedarmadji,     2002)                    Pengertian     Desain    Pembelajaran
menyatakan bahwa desain pembelajaran                     Model Pembelajaran Instruksional (MPI)
lebih memperhatikan pada pemahaman ,                     adalah suatu bentuk model pembelajaran
pengubahan, dan penerapan metode-                        yang menunjukkan urutan kegiatan yang
metode       pembelajaran.     Hal      ini              ditempuh orang dalam mendesain sistem
mengarahkan kita, bahwa sebagai seorang                  Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah,
profesional, maka kita mempunyai tugas                   yaitu menentukan kebutuhan Instruksional
untuk memilih dan menentukan metode                      umum, dan merumuskan tujuan umum,
apa yang dapat dipergunakan, dan                         melakukan        analisis     instruksional,
mempermudah penyampaian bahan ajar,                      mengidentifikasi perilaku dan karakteristik
agar dapat diterima dengan mudah oleh                    awal mahasiswa, merumuskan TIK,
siswa.                                                   menulis tes acuan patokan, menyusun
     Lebih     lanjut,   Shaner     (dalam               strategi Instruksional, mengembangkan
Suparman, 1997:29) menytakan bahwa                       bahan instruksional, mendesain dan
desain Instruksional adalah perencanaan                  melaksanakan sistem Instruksional.
secara akal sehat untuk mengidentifikasi
masalah tersebut , dengan menggunakan                    GAYA BELAJAR
suatu rencana terhadap perencanaan,                          Thomas L Madden (2002) mengemu-
evaluasi, uji coba, umpan balik, dan                     kakan bahwa salah satu cara untuk



                                                   43
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




membuka potensi luar biasa yang telah                    memperhatikan perilaku ketika menghadiri
terkunci dalam otak adalah dengan                        seminar     atau    lokakarya.      Apakah
menemukan cara memasukkan informasi                      tampaknya seseorang menyerap lebih
ke dalam otak. Masuknya informasi ini                    banyak informasi dari membaca makalah
dicapai melalui gaya belajar.                            atau mendengarkan penyajinya?
     Mengutip Deporter dan Hernacki                             Berdasarkan     uraian     di   atas
(2000), Syahid (2002) mengungkapkan                      dapatkah ditarik suatu pemahaman bahwa
bahwa gaya belajar adalah kunci untuk                    gaya belajar adalah suatu kecenderungan
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,                   yang dimiliki oleh seseorang dalam hal
disajikan dan dalam situasi antar pribadi.               bagaimana ia belajar dengan mudah,
Gaya belajar akan dapat memberi                          menyenangkan      dan     efisien    dalam
kemudahan kepada seseorang untuk                         menyerap, mengatur dan mengolah
menyerap dan mengelola informasi.                        informasi, serta berinteraksi dengan
Seseorang akan lebih mudah belajar dan                   lingkungan.
berkomunikasi dengan gayanya sendiri.
Degeng (2000) dalam Syahid (2002)                        Macam macam Gaya Belajar
mengemukakan bahwa gaya belajar,                              Para ahli mempunyai pandangan
rentangan perhatian, ingatan, tahap                      berbeda dalam mengklasifikasikan gaya
perkembangan, dan kecerdasan pelajar,                    belajar. Keefe (1987) membagi gaya
sangat bervariasi                                        belajar menjadi cognitive styles, affective
     Para ahli di bidang gaya belajar                    styles, dan psysiological styles. Sedangkan
sepakat membagi secara umum ke dalam                     DePorter dan Hernacki (2002), dan
dua katagori utama tentang bagaimana                     Madden (2002) membagi gaya belajar ke
seseorang belajar. Pertama, bagaimana                    dalam tiga macam gaya belajar, yaitu :
seseorang menyerap informasi dengan                      1. Gaya belajar visual, merupakan
mudah, dan kedua adalah cara seseorang                       kecenderungan seseorang akan lebih
dalam mengatur dan mengolah informasi.                       mudah belajar atau menyerap informasi
Cara pertama disebut modalitas dan yang                      apabila     materi     pembelajarannya
kedua disebut dominasi otak. Gaya belajar                    dikemas dalam uraian tertulis (naratif)
seseorang     adalah    bagaimana     cara                   maupun dalam bentuk matriks (gambar
seseorang menyerap, kemudian mengatur                        dan skema).
dan mengolah informasi. Bagaimana cara                   2. Gaya belajar auditorial, merupakan
menemukan modalitas yang disukai?                            kecenderungan individu akan lebih
Deporte dan Hernacki (2002) menjelaskan                      mudah dalam belajar atau menyerap
satu cara sederhana adalah dengan                            informasi apabila materi pembelajaran
mendengarkan petunjuk-petunjuk dalam                         dikemas dalam bentuk uraian secara
pembicaraan.      Cara      lain   adalah                    lesan.



                                                   44
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




3. Gaya belajar kinestetik, merupakan                    c) Dapat mempraktekkan berbagai tehnik
   kecenderungan individu akan lebih                        mengajar dengan benar dan tepat.
   mudah dalam belajar bila materi pem-                  d) Dapat mewujudkan situasi belajar
   belajaran dikemas dengan memprak-                        mengajar yang efektif, produktif dan
   tekkan sesuatu secara langsung.                          efisien.
                                                         e) Dapat bersifat profesional Keguruan.
HASIL BELAJAR
                                                         Skor (nilai) hasil belajar mahasiswa pada
    Dalam membicarakan pengertian hasil                  matakuliah microteaching ini, ditentukan
atau prestasi belajar, tidak terlepas dari               dengan Ujian Tengah Semester( M),
pengertian belajar, karena hasil belajar                 Tugas( T), dan Ujian Akhir (A) ditetapkan
merupakan hasil perubahan yang dialami                   dengan rumus:
dalam peristiwa belajar. Menurut WJS
                                                                   N=
Purwadarminta, dalam Kamus Bahasa
Indonesia menyatakan, bahwa belajar
adalah berusaha, berlatih dan sebagainya,
untuk mendapatkan kepndaian.                             METODE PENELITIAN
       Hasil Belajar adalah kemampuan
yang diperoleh seorang pembelajar dari                   Rancangan Penelitian
proses belajar yang ditempuh di suatu                            Penelitian ini merupakan jenis
sekolah atau lembaga pendidikan, yang                    penelitian     kuantitatif,   yaitu      untuk
diperoleh melalui evaluasi belajar.                      membuktikan                         hipotesis.
                                                         penelitian ini, menggunakan 3 variabel,
Hasil Belajar Matakuliah Microteaching                   yaitu desain model pembelajaran MPI, dan
        Tujuan    umum     mata    kuliah                 gaya belajar sebagai variabel bebas, dan
microteaching adalah mempersiapkan                       hasil belajar sebagai varaiabel terikat.
mahasiswa calon guru untuk menghadapi                            Rancangan ini dimaksudkan untuk
tugas mengajar sepenuhnya di depan kelas                 mengetahui perbedaan hasil belajar antara
dengan memiliki pengetahuan, ketram-                     yg menggunakan MPI dan Non MPI dan
pilan, kecakapan, dan sikap sebagai Guru                 juga untuk mengetahui perbedaan hasil
yang profesional.                                        belajar dari perbedaan gaya belajar, serta
        Sedangkan tujuan khusus nya                      untuk mengetahui interaksi antara gaya
adalah:                                                  belajar dengan MPI dan non MPI.
a) Menganalisa tingkah laku mengajar                             Kegiatan penelitian terdiri dari test
    kawan kawan nya dan dirinya sendiri.                 macam gaya belajar, pengelompokan
b) Dapat     melaksanakan     ketrampilan                subyek, perlakuan dan pemberian test dan
    khusus dalam mengajar.                               ujian praktek. Ada 3 kelompok belajar




                                                   45
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




yang menjadi fokus kajian dalam                           1. Menghitung jumlah kuadrat total, antar
penelitian ini, yaitu kelompok visual (V),                   A,antar B,interaksi A xB dan dalam
kelompok auditorial (A) dan kelompok                         kelompok.
kinestetik (K).                                           2. Menghitung derajat kebebasan total,
                                                             antara A,B dan interaksi AB dan dalam
Populasi dan Sampel                                          kelompok
        Sebagai populasi dalam penelitian                 3. Menghitung rata rata kuadrat antar A,
ini adalah mahasiswa semester VII, FKIP                      B, dan AB. Dan dalam kelompok
Universitas Gresik, angkatan 2006, tahun                  4. Menghitung rasio F ( A,B,dan AB).
akademik 2009/2010 kelas A,B,C, dengan
jumlah 155 mahasiswa. Adapun Sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 70                   HASIL PENELITIAN
mahasiswa, diambil secara random
sampling dengan cara undian.                              Uji Normalitas
                                                                  Uji normalitas sebaran skor, dilaku-
Teknik Pengumpulan Data                                   kan terhadap hasil belajar matakuliah
        Data mengenai gaya belajar didapat                microteaching     dengan     menggunakan
dari test berupa angket untuk dijawab (test               model pengembangan Instruksional, dan
gaya belajar), dan hasil belajar didapat dari             tanpa menggunakan model pengembangan
hasil test ujian tertulis maupun ujian                    Instruksional,    dengna      Kolmogorov-
praktek microteaching.                                    Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas
                                                          sebaran skor variabel adalah normal, atau
Teknik Analisa Data                                       memenuhi persyaratan normalitas. Hasil
       Uji prasyarat analisis, sebelum                    belajar dengan MPI, N = 0,773. P = 0,589.
dilakukan analisa data, terlebih dulu                     signifikan 5% = 0,025 (normal). Hasil
dilakukan uji prasyarat analisis yang                     belajar dengan non MPI, N= 0,921, P = 0,
meliputi : a) uji normalitas data sampel,                 384. Signifikan 5% = 0,025 (normal).
dan b) uji homogenitas sampel. Uji
Hipotesis, dilakukan analisa data yang                    Uji Homogenitas
diperoleh dari hasil penelitian, dengan                          Residu skor variabel terikat untuk
menggunakan metode statistik, yaitu                       tiap skor variabel bebas sudah homogen.
metode pengolahan data kuantitatif untuk                  Hasil belajar dengan MPI, Nilai = 0,653. P
mengetahui perbedaan hasil tes. Analisis                  = 0,422, Signifikan 5% = 0,05 (homogen).
yang digunakan adalah metode statistik                    Hasil belajar dengan gaya belajar. Nili =
Analisis Varians (ANAVA) dua jalur,                       0,913. P = 0,406, Signifikan 5 % = 0,05
dengan rumus sebagai berikut:                             (homogen).




                                                    46
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Pengujian Hipotesa                                           75,26 lebh baik dari pada yang diajar
1. Terdapat perbedaan hasil belajar                          dengan Non MPI. Dengan demikian
   menggunakan MPI dan yang Non MPI.                         dapat dikatakan bahwa pembelajaran
   Diperoleh F hitung = 7,629,                               matakuliah Microteaching dengan MPI
   probabikitas sebesar 0,001 lebih kecil                    dapat meningkatkan hasil belajar
   dari a=0,05.                                              mahasiswa.
2. Terdapat perbedaan hasil belajar dari                  2. Hasil penelitian tentang Model
   gaya belajar visual, Auditorial dan                       Pengembangan Instruksional (MPI),
   kinestetik dengan model pengem-                           dengan gaya belajar Visual, Auditori
   bangan     Instruksional     matakuliah                   dan     Kinestetik,    yang      dimiliki
   Microteaching. Diperoleh F hitung =                       mahasiswa membedakan hasil belajar
   17, 658, sedang probabilitas sebesar                      mahasiswa FKIP Unigres. Hasil
   0,007 lebih kecil dari 0,05.                              perhitungan menunjukkan hasil belajar
3. Terdapat interaksi antara gaya belajar                    Visual, rata rata sebesar 78,54. Hasil
   mahasiswa          dengan         model                   belajar dengan gaya Auditorial rata rata
   Pengembangam Instruksional (MPI),                         sebesar 71,85, sedangkan hasil belajar
   terhadap hasil belajar matakuliah                         dengan gaya belajar Kinestetik rata-
   Microteaching. Diperoleh F hitung =                       rata sebesar 75,44. Hasil perhitungan F
   3,311, dengan nilai probabilitas sebesar                  hitung = 17,658, P = 0,007, a = 0,05,
   0,043 lebih kecil dari a= 0,05.                           Dengan demikian dapat dikatakan gaya
                                                             belajar yang dimiliki mahasiswa
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN                                  dengan         pembelajaran         MPI,
                                                             membedakan hasil belajarnya, (tipe
1. Pembahasan tentang perbedaan hasil
                                                             visual memiliki rata rata tertinggi dari
   belajar yang diajarkan dengan MPI dan
                                                             tipe lainnya) diterima dengan taraf
   Non MPI matakuliah Microteaching
                                                             signifikansi 5%.
   pada mahasiswa FKIP Universitas
                                                          3. Hasil penelitian tentang interaksi antara
   Gresik. Hasil perhitungan yang
                                                             gaya belajar mahasiswa dengan model
   diperoleh (F hitung=7,629, P=0,001,
                                                             pengembangan Instruksional (MPI)
   a=0,05) maka dapat dikatakan bahwa
                                                             terhadap hasil belajar matakuliah
   ada perbedaan hasil belajar yang
                                                             Microteaching. Hasil perhitungan
   diajarkan dengan MPI dan Non MPI,
                                                             Fhitung = 3,311 dengan P = 0,043, dan
   matakuliah     Microteaching       FKIP
                                                             a = 0,05. Dengan demikian dapat
   Unigres, diterima dengan taraf
                                                             dikatakan ada interaksi antara gaya
   signifikansi 5%. Hasil analisis statistik
                                                             belajar mahasiswa dengan Model
   juga menunjukkan bahwa mahasiswa
                                                             Pengembangan Instruksional terhadap
   yang diajar dengan MPI, nilai rata rata




                                                    47
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




   hasil belajar matakuliah Microteaching                   membuat model pengajaran yang
   mahasiswa FKIP Universitas Gresik.                       cocok diharapkan prestasi belajar
                                                            mahasiswa bisa lebih baik.
                                                         3. Menindak lanjuti penelitian ini, kiranya
KESIMPULAN                                                  perlu diadakan kajian atau penelitian
1. Ada perbedaan hasil belajar, yang                        lebih lanjut, dan dengan sasaran yang
   diajarkan dengan Model Pengem-                           lebih luas, agar model ini benar-benar
   bangan Instruksional (MPI) dan yang                      bisa dilakukan di wilayah manapun.
   non MPI matakuliah Microteaching
   pada mahasiswa FKIP Universitas                       DAFTAR PUSTAKA
   Gresik.                                               Anto Dajan, 1986, Pengantar Metode
2. Terdapat perbedaan hasil belajar dari                     Statistik II, Jakarta, LP3ES.
                                                         Arief S. Sudiman,Dkk, 1997, Media
   gaya belajar Visual, Auditorium dan
                                                             Pendidikan DIKBUD             dan CV
   Kinestetik dengan Model Pengem-                           Rajawali, Jakarta.
   bangan     Instrukdional   matakuliah                 Atwi     Suparman,         1997.    Program
   Microteaching pada mahasiwa FKIP                          Pengembangan Krtrampilan Dasar
                                                             Tehnik Instruksional (PEKERTI) untuk
   Universitas Gresik.
                                                             Dosen Muda, Dirjen DIKTI Jakarta.
3. Ada interaksi antara gaya belajar                     Degeng, INS, 1989, Ilmu Pengajaan;
   mahasiswa         dengan       Model                      Taksonomi          Variabel,     Jakarta,
   Prngembangan Instrukdional ( MPI)                         P2LPTK.
                                                         Degeng,        INS,        1997,     Strategi
   terhadap hasil belajar matakuliah
                                                             Pembelajaran: Mengorganisasi Isi
   Microteaching      mahasiswa    FKIP                      Pembelajaran           dengan     Model
   Universitas Gresik.                                       Elaborasi. Desertasi Bahasan Tentang
                                                             Temuan Penelitian, Malang, IKIP
                                                             Malang.
SARAN
                                                         Deporter, B, dan Hernacki, M, 2002,
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat                         Quantum Learning ( Terjemahan)
penulis ajukan saran saran sebagai berikut:                  Bandung Kaifa.
1. Model Pengembangan Instruksional                      Nasution,1992, Berbagai Pendekatan
                                                             dalam Proses Belajar dan Mengajar,
   (MPI)      direkomendasikan     sebagai
                                                             Jakarta, Bina Aksara.
   alternatif model pengembangan bahan                   Riyanto,Y,1996, Metodologi Penelitian
   bahan pembelajaran.                                       Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar,
2. Proses pembelajaran hendaknya lebih                       Bandung, SIC.
                                                         Rohani, Ahmad 2004,              Pengelolaan
   memperhatikan perbedaan individu,
                                                             Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta.
   karena      masing-masing      individu               Undang Undang no 20 tahun 2003,
   memiliki gaya belajar sendiri sendiri.                    tentang Sistem Pendidikan Nasional,
   Dengan         lebih    memperhatikan                     Internet.
   perbedaan individu dan dengan



                                                   48
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




ANALISIS PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)
 OLEH GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SD NU REJODADI
                  CAMPUREJO PANCENG GRESIK

                                               Eka Srirahayu Ar.*)

     Abstrak, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2)
ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan
prinsip diversikasi (perbedaan) sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik. Guru dituntut untuk lebih kreatif memahami serta mengejawantahkan kurikulum yang
ada karena kurikulum tersebut dikembangkan salah satunya adalah dengan prinsip perbedaan
peserta didik (guru & siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh guru.
     Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dilaksanakan di SD NU rejodadi
Campurejo Panceng Gresik. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan wawancara.
Informan penelitian adalah para guru dan kepala sekolah. Data yang terkumpul kemudian
dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) oleh guru SD NU rejodadi Campurejo Panceng Gresik.
     Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan guru tentang pengertian KTSP, tujuan, ciri-
ciri dan perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumya sebagian besar cukup. Sebagian besar
guru dapat menerapkan dengan tepat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai
ejawantah dari KTSP. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesiapan dan kreafifitas para
guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran.
     Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi sekolah dan pihak terkait mewujudkan
upaya memberi kesempatan untuk mendalami KTSP dan jika perlu diberi fasilitas untuk
kepentingan tersebut. Hendaknya guru menggunakan metode yang lebih kreatif agar proses
pembelajaran lebih menarik dan menciptakan kreatifitas dan kesenangan belajar siswa, dan
pembelajaran tidak hanya menggunakan materi dari buku teks bacaan dan LKS saja,
melainkan dari sumber dan media yang lain. Selain itu guru hendaknya selalu menyiapkan
hal-hal yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci : Penerapan KTSP, Belajar Mengajar.


    Kegiatan belajar-mengajar (KBM) di                          selalu bermula dan bermuara pada
sekolah yang diselenggarakan oleh guru                          komponen-komponen pembelajaran yang

*) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik



                                                          49
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




tersurat dalam kurikulum. Pernyataan ini                  KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan                  Pendidikan).       Seakan-akan      terkesan
pembelajaran yang diselenggarakan guru                    pergantian menteri pendidikan sejalan
merupakan bagian utama dari pendidikan                    dengan pergantian kurikulum pendidikan
formal (sekolah) yang syarat mutlaknya                    yang ada.
adalah     adanya     kurikulum      sebagai                   Realitas di atas tentunya berimbas
pedoman. Dengan demikian guru dalam                       pada penerapan kurikulum oleh guru.
merancang program pembelajaran dan                        Adanya KBK (Kurikulum Berbasis
melaksanakan proses pembelajaran akan                     Kompetensi) banyak “kasus” yang muncul
selalu berpedoman pada kurikulum.                         bahwa        guru       kesulitan      dalam
     Dalam penerapannya, ada tiga variabel                menerapkannya. Belum paham betul akan
utama yang saling berkaitan dalam strategi                KBK guru sudah “disuguhi” lagi dengan
pelaksanaan pendidikan di sekolah.                        kurikulum KTSP. Tentunya kita bisa
Menurut Sudjana (1987:1) ketiga variabel                  membayangkan apa jadinya pelaksanaan
tersebut adalah kurikulum, guru dan proses                kurikulum tersebut di lapangan?
kegiatan belajar-mengajar (KBM). Guru                          Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menempati posisi utama (sentral), sebab                   (KTSP)       dikembangkan        berdasarkan
peranannya sangat menentukan. Ia harus                    Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
dapat menterjemahkan dan menjabarkan                      tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
nilai-nilai yang ada dalam kurikulum,                     36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum
kemudian mentrasformasikan nilai-nilai                    pada semua jenjang dan jenis pendidikan
tersebut kepada siswa melalui proses                      dikembangkan dengan prinsip diversikasi
kegiatan belajar-mengajar (KBM). Guru                     (perbedaan)      sesuai    dengan     satuan
tidak membuat atau menyusun kurikulum                     pendidikan, potensi daerah, dan peserta
tetapi guru menggunakan kurikulum,                        didik.
menjabarkan,     serta    melaksanakannya                      Berdasarkan undang-undang tersebut
melalui proses kegiatan belajar mengajar                  guru dituntut untuk lebih kreatif
(KBM).                                                    memahami        serta    mengejawantahkan
     Pada    perkembangan       selanjutnya,              kurikulum yang ada karena kurikulum
sejalan dengan perubahan paradigma                        tersebut dikembangkan salah satunya
pendidikan      dari     sentralisasi     ke              adalah dengan prinsip perbedaan peserta
desentralisasi mendorong perubahan aspek                  didik (guru & siswa). Padahal kalau kita
pendidikan,     salah    satunya      adalah              merujuk pada paparan awal yang
kurikulum (Depdiknas, 2006; 1). Di tahun                  diutarakan bahwa kurikulum merupakan
2004 kita mengenal adanya KBK                             bagian yang tak terpisahkan dari
(Kurikulum Berbasis Kompetensi), tidak                    pembelajaran. Tidak dapat kita bayangkan,
begitu lama yakni di tahun 2006 muncul                    bentuk pelaksanaan suatu pembelajaran di



                                                    50
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




sekolah     tanpa     adanya     penerapan               (KTSP)       adalah     kurikulum      yang
kurikulum.                                               dikembangkan sesuai dengan satuan
     Kurikulum yang ditentukan oleh pihak                pendidikan, potensi sekolah, daerah,
atasan, misalnya Depdikbud masih berupa                  karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya
barang cetakan “mati” hanya guru yang                    masyarakat setempat, dan karakteristik
memberi “hidup” kepada pedoman                           peserta didik.
kurikulum yang diterbitkan itu. Karena itu,                   Ahiri (2007:6) mengatakan bahwa
guru merupakan tokoh utama untuk                         KTSP adalah kurikulum operasional yang
mewujudkan kurikulum itu agar terjadi                    disusun dan dilaksanakan oleh setiap
perubahan kelakuan siswa menurut apa                     satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan
yang diharapkan.                                         pendidikan, tingkat satuan pendidikan,
     Pada akhirnya, kreativitas guru yang                struktur dan muatan KTSP, kalender
dituntut dalam penerapan KTSP tersebut.                  pendidikan dan silabus.
Guru hendaknya dapat menciptakan                              Kunandar (2007:103) mengemukakan
pembelajaran yang menyenangkan dan                       bahwa       KTSP      adalah      kurikulum
mengasikkan bagi siswa. Hal yang                         operasional      yang      disusun      dan
demikian tentunya dapat dijadikan                        dilaksanakan oleh masing-masing satuan
stimulus (rangsangan) bagi terciptanya                   pendidikan.      Lebih     lanjut     beliau
aktivitas dan kreativitas siswa. Hasil                   menambahkan, KTSP adalah kurikulum
akhirnya diharapkan mampu menjadikan                     yang       merefleksikan       pengetahuan,
siswa mengerti dan memahami akan materi                  keterampilan dan sikap sehingga dapat
yang telah disampaikan oleh guru.                        meningkatkan potensi siswa secara utuh.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti                      Dari beberapa pendapat di atas dapat
dalam penelitian ini tertarik membuat judul              disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat
“Analisis Penerapan Kurikulum Tingkat                    Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
Satuan Pendidikan (KTSP) Oleh Guru                       kurikulum operasional yang disusun dan
Dalam Proses Belajar-Mengajar di SD NU                   dilaksanakan sesuai dengan satuan
Rejodadi Campurejo Panceng Gresik”.                      pendidikan potensi sekolah, daerah,
                                                         karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya
TINJAUAN PUSTAKA                                         masyarakat setempat, dan karakteristik
                                                         peserta     didik.    KTSP       merupakan
    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan                  pengembangan KBK yang bercirikan, (1)
adalah kurikulum operasional yang disusun                orientasi pencapaian hasil dan dampak; (2)
oleh dan dilaksanakan di masing-masing                   berbasis     standar    kompetensi      dan
satuan pendidikan (Depdikbud, 2006:01).                  kompetensi dasar yang tertuang pada
Sedangkan menurut Mulyasa (2006:08)                      standar isi; (3) bertolak dari standar
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan                      kompetensi lulusan; (4) memperhatikan



                                                   51
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




pengembangan kurikulum berdiversifikasi;                   Meningkatkan mutu pendidikan melelui
(5) mengembangkan kompetensi secara                        kemandirian dan inisiatif sekolah dalam
utuh dan menyeluruh; (6) menerapkan                        mengembangkan kurikulum, mengelola
prinsip ketuntasan belajar.                                dan memberdayakan sumberdaya yang
     Mengenai tujuan KTSP Mulyasa                          tersedia.
(2006:22) mengatakan bahwa secara                               Hal     penting    dalam      kegiatan
umum tujuan ditetapkannya KTSP adalah                      penyusunan KTSP meliputi, (1) Analisis
untuk mendirikan dan memberdayakan                         potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada
satuan pendidikan melalui pemberian                        di sekolah : siswa, guru dan tenaga
wewenangan (otonomi) kepada lembaga                        kependidikan, sarana prasarana, biaya dan
pendidikan dan mendorong sekolah untuk                     program-program yang ada di sekolah; (2)
melakukan pengambilan keputusan secara                     Analisis peluang dan tantangan yang ada di
partisipatif    dalam       mengembangkan                  masyarakat dan lingkungan sekitar :
kurikulum.     Secara      khusus   tujuan                 komite sekolah, dewan pendidikan, dinas
ditetapkan KTSP adalah untuk, (1)                          pendidikan, asosiasi propesi, dunia industri
Meningkatkan kepedulian warga sekolah                      dan dunia kerja, sumberdaya alam dan
dan masyarakat dalam pengembangan                          sosial budaya; (3) Mengidentifikasi
kurikulum melalui pengambilan keputusan                    Standar Isi dan Standar Kompetensi
bersama; (2) Meningkatkan kompetensi                       Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan
yang sehat antar satuan pendidikan tentang                 KTSP.
kualitas pendidikan yang dicapai; (3)

           Tabel Perbedaan Kurikulum 1994, KBK 2004, dengan KTSP 2006
No    Jenis Kurikulum                                           Penjelasan
                            1. Seluruhnya berada di tangan pusat dan daerah hanya kebagian
                               pengembangan kurikulum lokal dengan porsi 80% pusat dan 20% daerah.
                            2. Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi.
                            3. Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah sering kali tidak sesuai
1.     Kurikulum 1994          kebutuhan dan kemampuan siswa serta kebutuhan masyarakat sekitar
                               sekolah.
                            4. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas
                            5. Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian
                               siswa.
                            1. Seluruhnya berada di tangan pusat dan daerah hanya mengembangkan
                               kompetensi sebagai standar dan kalender pendidikan.
       Kurikulum KBK        2. Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi
2.
            2004            3. Sekolah diberi kekuasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata
                               pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan
                               kemampuan siswa, serta kebutuhan masyarakat sekitar.




                                                     52
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




No    Jenis Kurikulum                                           Penjelasan
                            4. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antara
                               sekolah, masyarakat dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi siswa.
                            5. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar,
                               evaluasi pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator.
                            1. Guru membuat rencana pembelajaran pusat hanya mengembangkan potensi
                               sebagai standar, sedangkan elaborasi kompetensi diserahkan daerah/sekolah
                               dalam bentuk silabus.
                            2. Pengembangan kurikulum dan perangkat pembelajaran dibuat oleh masing-
                               masing satuan pendidikan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah.
                            3. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian
                               kompetensi dasar dengan mempertimbangkan : potensi siswa, relevasi
                               dengan karakteristik daerah, tingkat pengembangan fisik, intelektual,
3.     Kurikulum KTSP          emosional sosial dan spiritual siswa sesuai tuntutan lingkungan dan alokasi
                               waktu.
                            4. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
                               yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa
                               dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka
                               pencapaian kompetensi dasar.
                            5. Evaluasi dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun
                               lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa
                               tugas, proyek dan atau produk penggunaan portofolio dan penilaian diri.


METODE                                                          Sedangkan jenis penelitian yang
                                                           digunakan adalah penelitian Deskriptif.
Pendekatan dan Jenis Penelitian                            Penelitian diskriptif adalah penelitian yang
     Pada penelitian ini pendekatan yang                   dilakukan      dengan       tujuan     untuk
dipergunakan adalah pendekatan kualitatif.                 mendeskripsikan fenomena yang diselidiki
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan                    dengan       cara       melukiskan       dan
yang tidak menggunakan analisis angka-                     mengklasifikasikan fakta atau karakteristik
angka statistik dalam pengolahan datanya                   fenomena tersebut secara faktual dan
(Hadjar, 1996:30). Artinya, hasil yang                     cermat (Hadjar, 1996:274). Berdasarkan
diberikan berupa deskripsi naratif tidak                   pendapat tersebut maka dalam penelitian
berupa hasil angka-angka statistik. Dalam                  ini nantinya akan mendeskripsikan
kaitannya dengan penelitian ini maka                       penerapan KTSP oleh guru dalam proses
penelitian ini nantinya akan memaparkan                    belajar mengajar di SD NU Rejodadi
dan menarasikan data hasil penerapan                       secara faktual dan cermat.
KTSP oleh Guru dalam proses belajar-
mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo
Panceng Gresik.




                                                     53
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Fokus Penelitian                                            kelompok,      untuk     mendapatkan
Fokus dalam penelitian ini adalah                           informasi tertentu, seperti preferensi,
penerapan KTSP dengan indikator :                           keyakinan, minat, dan perilaku. Pada
1. Pengetahuan guru tentang KTSP                            penelitian ini peneliti memberikan
   meliputi, (1) Pengertian; (2) Tujuan;                    angket kepada guru SD NU Rejodadi
                                                            Campurejo Panceng Gresik          untuk
   (3) Ciri-ciri; dan (4) perbedaan KTSP
                                                            mendapatkan      informasi      tentang
   dengan kurikulum sebelumnya.
                                                            pengetahuan KTSP.
2. Aplikasi Rencana Pelaksanaan Pembe-
                                                         2. Observasi      (pengamatan)        yaitu
   lajaran (RPP) meliputi, (1) Menerapkan
                                                            mengamati sebagian kecil perilaku
   Penulisan Identitas Mata Pelajaran; (2)
                                                            yang berhubungan dengan penelitian.
   Penulisan Kompetensi Dasar (KD) dan
                                                            Dalam kaitannya dengan penelitian ini,
   SK      (standar     Kompetensi);    (3)
                                                            peneliti mengamati penerapan KTSP
   Penulisan       Indikator    Pencapaian
                                                            oleh guru dalam proses belajar
   Kompetensi; (4) Merumuskan Tujuan
                                                            mengajar di SD NU Rejodadi
   Pembelajaran; (5) Merumuskan Materi
                                                            Campurejo Panceng Gresik.
   Pokok Pembelajaran; (6) Metode
                                                         3. Interview     (wawancara)        adalah
   Pembelajaran;        (7)    Pelaksanaan                  menggali informasi secara lisan dengan
   kegiatan pembelajaran; (8) Penentuan                     cara      mengajukan       pertanyaan-
   Media / Alat dan Sumber Belajar; (9)                     pertanyaan kepada guru dan kepala
   Menentukan Prosedur Penilaian.                           sekolah SD NU dalam kaitannya
3. Kendala penerapan meliputi, (1)                          dengan penerapan KTSP dalam proses
   kesiapan guru; (2) kreativitas guru.                     belajar-mengajar di SD NU Rejodadi
                                                            Campurejo Panceng Gresik.
Informan Penelitian
Yang menjadi informan dalam penelitian                   Teknik Analisis Data
ini adalah guru-guru dan kepala sekolah di                       Data dalam penelitian ini dianalisis
SDNU Rejodadi Campurejo Panceng                          secara deskriptif kualitatif. Artinya, dalam
Gresik.                                                  penelitian ini akan dipaparkan hasil data
                                                         yang ada (Bukan wujud angka statistik)
Teknik Pengumpulan data                                  tapi berupa : penerapan KTSP oleh guru
        Teknik yang digunakan dalam                      dalam proses belajar-mengajar di SD NU
                                                         Rejodadi Campurejo Panceng Gresik.
penelitian ini diantaranya: 1). Angket, 2).
Observasi (pengamatan), dan 3). Interview
                                                         HASIL PENELITIAN
(wawancara).
1. Angket merupakan suatu daftar
                                                         Pengetahuan guru tentang KTSP
   pertanyaan atau pernyataan tentang
   topik tertentu yang diberikan kepada                     Pengetahuan guru tentang KTSP
   subyek, baik secara individual atau                   merupakan hal penting dalam kaitannya



                                                   54
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




dengan penerapan kurikulum tersebut.                       Tabel    Pengetahuan Guru tentang
Hasil penelitian ini menunjukkan secara                    Perbedaan KTSP dengan Kurikulum
umum guru-guru tidak dapat menyebutkan                     Sebelumnya
dengan lengkap baik pengertian, tujuan,                       Pengetahuan tentang
                                                                                         Jumlah   %
ciri-ciri, dan perbedaan KTSP dengan                           Perbedaan KTSP
kurikulum sebelumnya.                                        Kurang                         4      28,6
                                                             Cukup                          9      64,3
                                                             Baik                           1       7,1
Tabel    Pengetahuan        Guru        tentang
                                                             Sangat Baik                    0       0,0
Pengertian KTSP
                                                                     Jumlah                14     100
  Pengetahuan tentang
                           Jumlah         %
   Pengertian KTSP
 Kurang                       2           14,2                  Keempat tabel di atas menunjukkan
 Cukup                        8           57,1             dari responden yang ada sebagian besar
 Baik                         4           28,6             berpengetahuan cukup tentang Kurikulum
 Sangat Baik                  0            0,0             Tingkat Satuan Pendididikan (KTSP). Hal
         Jumlah               14         100               ini menunjukkan perlunya upaya memberi
                                                           kesempatan untuk mendalami KTSP. Jika
Tabel Pengetahuan Guru tentang Tujuan                      perlu diberi fasilitas untuk kepentingan
KTSP                                                       tersebut.
  Pengetahuan tentang
                           Jumlah         %
     Tujuan KTSP                                           Aplikasi    Rencana              Pelaksanaan
 Kurang                       3           21,4             Pembelajaran (RPP)
 Cukup                        9           64,3
 Baik                         3           14,2
                                                                   Penerapan Kurikulum Tingkat
 Sangat Baik                  0            0,0
                                                           Satuan Pendidikan (KTSP) oleh Guru
         Jumlah               14         100
                                                           dalam        proses      belajar-mengajar
                                                           diaplikasikan dalam wujud Silabus dan
Tabel Pengetahuan Guru tentang Ciri-ciri
                                                           selanjutnya diejawantahkan dalam bentuk
KTSP
                                                           Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
  Pengetahuan tentang
                           Jumlah         %                oleh sebab itu RPP merupakan “garda
    Ciri-Ciri KTSP
                                                           terdepan” pelaksanaan KTSP dalam proses
 Kurang                       4           28,6
 Cukup                        7           50,0             belajar-mengajar. Berdasarkan pemahaman
 Baik                         2           14,3             tersebut maka secara garis besar hasil
 Sangat Baik                  1            7,1             penelitian    ini   akan    dideskripsikan
         Jumlah               14         100               (dipaparkan dan diuraikan) penerapan RPP
                                                           tersebut.




                                                     55
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




Tabel Penerapan RPP sebagai ejawantah                         Guru SD NU dapat memilih kata kerja
dari KTSP                                                yang     operasional     dalam     penulisan
    Penerapan RPP        Jumlah         %                Indikator Pencapaian Kompetensi. Contoh
 Tidak Tepat               1             7,1             dari indikator pencapaian kompetensi yang
 Kurang Tepat              2            14,3             ditulis oleh guru: memahami dan
 Tepat                     10           71,5             menghitung penjumlahan angka desimal,
 Sangat Tepat              1             7,1
                                                         memahami dan menyebutkan ciri-ciri
         Jumlah            14          100
                                                         mahluk hidup.
                                                         4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tabel di atas menunjukkan hasil kerja guru
                                                              Guru SD NU Rejodadi dapat
dalam membuat dan menerapkan RPP
                                                         menuliskannya dengan benar. Hal ini
sebagai ejawantah dari KTSP. Terlihat
                                                         didasarkan pada penulisan mereka yang
sebagian besar sudah tepat dalam
                                                         merumuskan        pencapaian     kompetensi
penerapan Rencana Pelaksanaan Pem-
                                                         dengan      menggunakan        kata    kerja
belajaran. Pembahasan secara detail
                                                         operasional (yang dapat diamati dan
tentang penerapan tersebut sebagaimana
                                                         diukur). Misalnya, siswa dapat membaca
uraian di bawah ini.
                                                         dengan baik, siswa mampu menulis bentuk
                                                         karangan dengan baik. Siswa mampu
1. Menerapkan Penulisan Identitas Mata
                                                         menyusun angka bilangan dari bilangan
    Pelajaran
                                                         terkecil ke bilangan terbesar dengan baik.
     Penulisan identitas mata pelajaran
                                                         5. Merumuskan            Materi       Pokok
mencakup:      a).     Penulisan    satuan
                                                             Pembelajaran
pendidikan, kelas, b) kelas/tingkat, c)
                                                              Para Guru SD NU Rejodadi sudah
semester, d) nama mata pelajaran, jumlah
                                                         dapat merinci materi pokok pembelajaran
pertemuan ke....Guru SD NU Rejodadi
                                                         yang berisikan fakta, konsep, prinsip,
dapat menerapkannya dengan baik dan
                                                         prosedur yang dipilih yang relevan. Rujuan
benar karena berdasarkan buku panduan
                                                         materi pokok pembelajaran yang ada,
dan silabus yang sudah ada.
                                                         mereka rujuk dari buku materi yang
2. Penulisan Kompetensi Dasar (KD) dan
                                                         mereka pergunakan.
    SK (standar Kompetensi).
                                                         6. Metode Pembelajaran
     Kedua penulisan tersebut juga dapat
                                                              Dalam        menggunaan         metode
dijabarkan dengan baik oleh guru
                                                         pembelajaran di kelas, Guru di SD NU
berdasarkan buku panduan dan silabus
                                                         Rejodadi      kebanyakan       menggunakan
yang sudah ada.
                                                         metode ceramah dan tanya jawab. Guru
3. Penulisan       Indikator    Pencapaian
                                                         kurang menggembangkan metode-metode
    Kompetensi.
                                                         yang lain. Hal ini mengakibatkan
                                                         pembelajaran      di    kelas    “monoton”



                                                   56
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




(menjemuhkan)       hanya       menggunakan                      halaman.....” dilanjutkan dengan
kedua metode tesebut.                                            pemberian materi dengan metode
      Semestinya guru bisa menggunakan                           ceramah.
metode-metode yang lain. Hal ini dirasa                   b. Kegiatan Inti
perlu karena sejatinya pembelajaran yang                          Pada kegiatan ini Guru SD NU
berlandaskan pada KTSP diharapkan guru                       Rejodadi         belum        mampu
mampu menciptakan pembelajaran yang                          mengembangkan pembelajaran secara
menyenangkan dan mengasikkan sehingga                        optimal. Artinya, pada kegiatan ini
pembelajaran di kelas lebih menarik.                         guru diharapkan mampu menyuguhkan
Contoh metode lain yang mungkin bisa                         pemberian     materi    dan   struktur
dipergunakan,       metode        sosiodrama                 pembelajaran, dan pengaktivan kerja
(bermain peran), metode karyawisata,                         siswa, akan tetapi pada aplikasinya
metode demonstrasi (eksperimen) dan lain-                    guru hanya memberikan materi dengan
lain.                                                        model metode ceramah dan tanya
7. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran.                        jawab, dan tugas-tugas yang diberikan
a. Kegiatan awal                                             pada siswa hanya berdasarkan pada
    1) sebagian      guru      sudah    dapat                soal buku teks saja tanpa adanya
        membangkitkan motivasi siswa                         kekreativan dan pengembangan dari
        dalam pembelajaran, akan tetapi                      guru.
        sebagian lagi guru masih belum                    c. Kegiatan Akhir
        bisa memberikan motivasi dan                             Pada kegiatan ini, Guru SD NU
        membangkitkan perhatian siswa                        Rejodadi belum dapat merangkum
        agar terlibat aktif dalam proses                     materi pembelajaran yang sudah
        pembelajaran. Contoh : guru                          diberikan, akan tetapi dari segi
        membuka         pelajaran     dengan                 penilaian dan tindak lanjut bentuk
        langsung menyebutkan materi                          pembelajaran remedial, penugasan
        sekarang,        tanpa        adanya                 sudah dilakukan oleh guru dengan cara
        “pancingan” kemarin kita sudah                       memberikan tugas kelompok atau
        membahas materi tentang apa? /                       individu.
        masih     ingat     tentang materi                8. Penentuan Media / Alat dan Sumber
        kemarin....                                          Belajar
    2) Sebagian guru belum mampu                              Dalam bentuk media pembelajaran
        menyampaikan materi awal yang                     guru belum dapat mengoptimalkan
        dikaitkan dengan relevansinya                     penerapan media kreatif yang menunjang
        dengan kehidupan sehari-hari.                     pembelajaran di kelas. Media yang ada
        Contoh : guru langsung membuka                    papan tulis,      guru mestinya berani
        pelajaran dengan berkata “buka                    menggunakan media penunjang bisa



                                                    57
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




menggunakan media gambar, televisi,                     waktu guna mempersiapkan segala hal
ataupun media kretif buatan guru sendiri.               yang besok akan dilakukan pada proses
     Dalam segi sumber belajar, guru pun                pembelajaran di kelas.
terfokus hanya pada buku teks ataupun
LKS (Lembar Kerja Siswa) saja, semes-                   KESIMPULAN DAN SARAN
tinya guru dapat menggunakan referensi
lain, atau pun nara sumber yang menarik                 Kesimpulan
yang relevan dengan SK (Standart Kompe-                 1. Pengetahuan guru tentang pengertia
tensi dan Kompetensi Dasar) yang ada.                      KTSP, tujuan, ciri-ciri dan perbedaan
9. Menentukan Prosedur Penilaian                           KTSP dengan kurikulum sebelumya
     Dalam menentuan prosedur penilaian,                   sebagiab besar cukup.
kesemuanya guru yang ada dapat menerap-                 2. Sebagian besar guru dapat menerapkan
kannya dengan baik, yaitu dengan cara                      dengan tepat Rencana Pelaksanaan
menyusun instrumen penilaian sesuai                        Pembelajaran (RPP) sebagai ejawantah
dengan indikator pencapaian kompetensi                     dari KTSP meliputi, penerapan penu-
dasar.                                                     lisan identitas mata pelajaran, penulis-
                                                           an kompetensi dasar (KD) dan SK
Kendala-kendala dalam penerapan                            (standar kompetensi), penulisan indika-
KTSP di SD NU Rejodadi Campurejo                           tor pencapaian kompetensi, perumusan
Panceng Gresik                                             tujuan pembelajaran, perumusan materi
     Kendala-kendala penerapan KTSP                        pokok pembelajaran, penggunaan me-
dalam proses belajar-mengajar di SD NU                     tode pembelajaran, pelaksanaan kegiat-
di antaranya :                                             an pembelajaran, penentuan media /
1. Kreativitas Guru                                        alat dan sumber belajar, dan penentuan
     Guru kurang mampu mengembangkan                       prosedur penilaian.
kreativitasnya dalam memilih menggu-                    3. Kendala      yang    dihadapi    adalah
nakan jenis-jenis metode yang menarik,                     kurangnya kesiapan dan kreafifitas
belum mampu menyuguhkan media                              para guru.
pembelajaran yang menarik bagi siswa
(media yang dipergunakan adalah buatan                  Saran
guru sendiri).                                          1. Bagi sekolah dan pihak terkait dapat
2. Kesiapan Guru                                           mewujudkan        upaya      memberi
     Semestinya guru mampu mempersiap-                     kesempatan untuk mendalami KTSP
kan materi, media, ataupun hal-hal lain                    dan jika perlu diberi fasilitas untuk
yang diperlukan pada proses pembelajaran                   kepentingan tersebut.
yang akan dilaksanakan besok harinya.                   2. Hendaknya guru menggunakan metode
Kebanyakan guru tidak dapat meluangkan                     yang lebih kreatif agar proses



                                                  58
Jendela Pendidikan, JURNAL ILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN




   pembelajaran lebih menarik dan                        Hasan, Chalijah. 1994. Dimensi-Dimensi
   menciptakan kreatifitas dan kese-                           Psikologi Pendidikan. Surabaya ; Al-
   nangan belajar siswa.                                       Ikhlas
3. Bagi guru hendaknya pembelajaran                      Hadjar, lbnu.      1996.     Dasar-Dasar
   tidak hanya menggunakan materi dari                         Metodogi Penelitian Kwantitatif
   buku teks bacaan dan LKS saja,                              Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja
   melainkan                                                   Grafindo Persada
4. Guru hendaknya selalu menyiapkan                      Hasibuan. J.J dan Moedjiono. 1985. Proses
   hal-hal yang akan dilakukan dalam                           Belajar-Mengajar. Bandung: PT
   proses pembelajaran.                                        Remaja Rosdakarya
                                                         Indrakusuma,     Ainier   Daien. 1973.
DAFTAR PUSTAKA                                                 Pengantar      Ilmu     Pendidikan.
                                                               Surabaya: Usaha Nasional
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur                      Purwanto, M. Ngalim. 1987. Psikohgi
      Penelitian     Suatu     Pendekatan                      Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
      Praktek. Jakarta: Rineka Cipta                           Rosdakarya
Depdiknas       Dirjen      Manpendasmen                 Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi
      Direktorat Pembinaan Taman Kanak-                        Belajar-Mengajar. Jakarta: CV.
      Kanak dan Sekolah Dasar. 2006.                           Rajawali
      Pedoman Penyusunan Kwikuium                        Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor
      Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah                        yang      Mempengaruhinya.Jakarta:
      Dasar. Depdiknas                                         Rineka Cipta
Djamarah, Syaifu Bahri.l991. Prestasi                    Sudjana, Nana.      1987.    Dasar-Dasar
      Belajar dan Kompetenst Guru.                             Proses Belajar-Mengajar. Bandung:
      Surabaya: Usaha Nasional                                 Sinar Baru Algensindo Offset
Pure ban, Arief. 1982. Pengantar                         Syarief, Hamid. 1996. Pengembangan
      Penelitiun    Dalam      Pendidikan.                     Kurikulum. Surabaya: PT. Bina llmu
      Surabaya: Usaha Nasional                           Suryo Subroto. 2002. Proses Belajar-
Hadi,    Sutrisno,    1987.    Metodology                      Mengajar di Sekolah. Jakarta: Bina
      Research 1. Yogyakarta: Fakultas                         Ilmu.
      Psikologi UGM




                                                   59

Jurnal lengkap

  • 1.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATAKULIAH MICROTEACHING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK Siti Bariroh *) Abstrak, Proses dan hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Berupa bakat, minat, motivasi belajar, tujuan pembelajaran dan sebagainya.Yang tak kalah penting adalah bagaimana Guru mendesain proses belajar mengajar agar meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model Pengembangan Instruksional dan yang tidak menggunakannya? Dan apakah ada perbedaan motivasi belajar antara yang menerapkan model Pengembangan Instruksional dan yang tidak menerapkan? Serta apakah ada pengaruh antara Model pembelajaran instruksional dengan motivasi belajar dan hasil belajar matakuliah microteaching mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dan tes hasil belajar. Analisa data yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk menguji hipotesa 1, hipotesa 2 dan hipotesa 3. Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan hasil belajar dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan motivasi belajar antara yang menerapkan MPI dan yang Non MPI, serta terdapat pula pengaruh antara penggunaan model pembelajaran Instruksional terhadap motivasi belajar dan hasil belajar. Hasil penelitian ini, dapat direkomendasikan sebagai alternatif model pengembangan pembelajaran, sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan meningkatkan hasil belajarnya. Keyword : Model Pengembangam Instruksional ( MPI), Motivasi Belajar dan Hasil Belajar PENDAHULUAN strategi penyampaian atau proses pembelajaran. Hasil belajar seseorang, tidak terlepas Dalam aktivitas pengajaran terkan- dari pengaruh berbagai faktor, diantaranya dung aktivitas (1) Merancang pembela- adalah faktor eksternal, yang menyangkut jaran, (2) Menyajikan pembelajaran, (3) pengembangan program pembelajaran dan Mengevaluasi pembelajaran. Ketiganya akan terkait dalam satu proses dan saling *) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik 1
  • 2.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN mempengaruhi terhadap hasil belajar. motivasi di dalam dirinya. Oleh karena itu, Upaya meningkatkan efisiensi dan motivasi tidak bisa dipisahkan dari efektivitas pembelajaran, diperlukan aktivitas belajar. Motivasi berpangkal dari adanya perancangan dan pengembangan kata motiv yang artinya adalah daya materi pembelajaran, yang merupakan penggerak yang ada di dalam diri fungsi yang sangat penting dalam seseorang untuk melakukan aktivitas teknologi pembelajaran. tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Seels Richey (dalam Amir, 2000) Pada intinya, motivasi merupakan mengatakan bahwa kawasan teknologi kondisi psikologis seseorang untuk pembelajaran meliputi: Desain, melakukan sesuatu. Dalam kegiatan pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai dan evaluasi. pengembangan desain materi keseluruhan penggerak didalam diri siswa pembelajaran microteaching ini adalah yang menimbulkan kegiatan belajar. upaya untuk memenuhi salah satu fungsi Sehingga diharapkan tujuan pembelajaran ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah dapat tercapai. Untuk menimbulkan Pengelolaan. Dick dan Carey (1990) motivasi belajar, guru berperan besar untuk mengungkapkan bahwa Desain materi mengupayakan agar suasana belajar pembelajaran sebaiknya menarik, isinya menyenangkan bagi siswa, dengan sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran, menerapkan metode yang bervariasi. Salah urutannya tepat, ada petunjuk penggunaan satunya adalah dengan jalan membuat bahan ajar, ada soal latihan, jawaban model pembelajaran yang mampu latihan, test, petunjuk bagi siswa menuju menimbulkan motivasi belajar siswa. kegiatan berikutnya. Keinginan untuk membantu mahasiwa Penggunaan model pengembangan dalam memahami materi matakuliah Instruksional (MPI) didasarkan atas Microteaching, dan untuk memudahkan pemikiran bahwa model ini menggunakan penyampaian bahan ajar kepada pendekatan sistem, dengan langkah mahasiswa secara lengkap dan sistematis, langkah yang lengkap, sehingga dapat serta ingin mengetahui pengaruh desain digunakan untuk merancang pembelajaran materi pembelajaran berdasarkan Model baik untuk pembelajaran klasikal maupun Pengembangan Instruksional (MPI) individual. terhadap motivasi belajar dan hasil belajar Faktor lain yang juga dapat mahasiswa, mendorong peneliti ingin mempengaruhi hasil belajar adalah faktor meneliti masalah tersebut. Ada beberapa internal dari dalam siswa/mahasiswa itu alasan utama peneliti memilih masalah ini : sendiri. Salah satu dari faktor internal itu 1) Peneliti terlibat langsung membina adalah motivasi. Seorang siswa akan matakuliah Microteaching, di Fakultas belajar dengan baik dan tekun jika ada Keguruan dan Ilmu Pendidikan 2
  • 3.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Universitas Gresik. Sehingga atau disebut dengan "real teaching" memungkinkan untuk terlibat langsung (AAllen and Ryan, 1969). Jumlah dalam interaksi dengan mahasiswa. pesertanya berkisar antara 5 sampai 10 2) Sejauh ini, masalah desain materi orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pembelajaran, khususnya di pelaksanaannya berkisar antara 10 sampai Universitas Gresik belum banyak 15 menit, terfokus pada ketrampilan diteliti, sementara peneliti meyakini mengajar tertentu, dan pokok bahasannya bahwa perbaikannya kualitas disederhanakan. Pembelajaran dapat diawali dari Tujuan diselenggarakan nya pengembangan desain pembelajaran. pembelajaran micro menurut T Gilarso, 3) Literatur yang berkaitan dengan dibagi dua yaitu untuk melatih kemampuan penelitian ini, cukup mendukung dan ketrampilan keguruan (tujuan umum), peneliti dalam mengkaji landasan dan untuk melatih calon guru supaya landasan teori. trampil dalam membuat desin 4) Hasil penelitian akan memberikan pembelajaran, mendapatkan profesi manfaat nyata bagi peneliti sendiri,atau Keguruan dan menumbuhkan rasa percaya pihak lain yang seprofesi dalam usaha diri (tujuan khusus). meningkatkan Kualitas pembelajaran Dwigh Allen, mengatakan, tujuan dalam arti yang luas. microteaching bagi calon Guru adalah : 1) Memberi pengalaman mengajar yang KERANGKA TEORITIS nyata dan latihan sejumlah ketrampilan dasar mengajar. Microteaching diartikan sebagai cara 2) Calon Guru dapat mengembangkan latihan ketrampilan mengajar dalam ketrampilan mengajarnya sebelum lingkup kecil/ terbatas. MC Laughlin & mereka terjun ke lapangan. Moulton mengemukakan "Microteaching 3) Memberikan kemungkinan bagi calon has been performent part of teaching guru untuk mendapatkan bermacam- process, so that the traince can master macam ketrampilan dasar mengajar. each component one by one in a simplifed Fungsi microteaching adalah sebagai teaching situation". sarana latihan dalam mempraktekkan Mc. Knight (1979) mengemukakan ketrampilan mengajar, dan juga sebagai "Microteaching has been described as salah satu syarat bagi mahasiswa yang scaled down teaching encounter desingned akan mengikuti praktek mengajar di to developernya new skill and refine old lapangan ( PPL ). Sasaran akhir yang akan one". Dari pengertian di atas, dapat dicapai dalam microteaching adalah dipahami bahwa microteaching adalah terbinanya calon guru memiliki sebuah model pengajaran yang dikecilkan pengetahuan tentang proses pembelajaran, 3
  • 4.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN serta memiliki sikap dan perilaku baik coba, umpan balik, dan hasilnya. Hal ini sebagai seorang guru. diperjelas dengan pendapat Suparman (1997:31). Suatu proses yang sistematik Langkah Langkah Prosedur dalam mengidentifikasikan masalah, Pembelajaran Micro mengembangkan bahan dan strategi Ada lima langkah yang dapat instruksional, serta mengevaluasi ditempuh dalam pembelajaran micro yaitu: efektivitas dan efisiensinya dalam 1) Pengenalan (pemahaman konsep mencapai tujuan Instruksional. pembelajaran micro) Rohani ( 2004:69) mendefinisikan 2) Penyajian model dan diskusi pengertian desain pengajaran sebagai 3) Perencanaan/persiapan mengajar suatu pemikiran atau persiapan untuk 4) Praktek mengajar melaksanakan tugas mengajar / aktivitas 5) Diskusi feed back / umpan balik. pengajaran dengan menerapkan prinsip prinsip pengajaran melalui langkah MODEL PENGEMBANGAN langkah pengajaran, perencanaan, INSTRUKSIONAL pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah Beberapa definisi mengenai desain ditentukan. pembelajaran adalah antara lain Reigeluth Pengertian Desain Pembelajaran (1983:7) dalam Boy Soedarmadji, 2002) Model Pembelajaran Instruksional (MPI) menyatakan bahwa desain pembelajaran adalah : Suatu bentuk model pembelajaran lebih memperhatikan pada pemahaman, yang menunjukkan urutan kegiatan yang pengubahan, dan penerapan metode ditempuh orang dalam mendesain sistem metode pembelajaran. Hal ini menga- Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah, rahkan kita, bahwa sebagai seorang yaitu menentukan kebutuhan Instruksional profesional, maka kita mempunyai tugas umum, dan merumuskan tujuan umum, untuk memilih dan menentukan metode melakukan analisis Instruksional, meng- apa yang dapat dipergunakan, dan identifikasi perilaku dan karakteristik awal mempermudah penyampaian bahan ajar, mahasiswa, merumuskan TIK, menulis tes agar dapat diterima dengan mudah oleh acuan patokan, menyusun strategi instruk- siswa. sional, mengembangkan bahan instruksio- Lebih lanjut, Shaner dalam Suparman nal, mendesain dan melaksanakan sistem (1997:29) menyatakan bahwa desain Instruksional. instruksional adalah perencanaan secara akal sehat untuk mengidentifikasi masalah MOTIVASI BELAJAR tersebut, dengan menggunakan suatu Menurut Davies (1970), Motivasi rencana terhadap perencanaan, evaluasi, uji adalah kekuatan yang tersembunyi di 4
  • 5.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN dalam diri kita untuk berkelakuan dan 4) Tidak suka membuang waktu, aktif dan bertindak dengan cara yang khas. lebih suka kerja sama dengan yang Sedangkan menurut MC. Donald dalam lebih cakap. buku Syaiful Bahri (1991), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri Dari definisi-definisi yang dikemu- seseorang yang ditandai dengan kakan oleh berbagai ahli, penulis munculnya feeling dan didahului dengan menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi tanggapan terhadap adanya tujuan. dalam belajar adalah daya penggerak Menurut Handoko (1995), motivasi adalah dalam melakukan suatu tindakan untuk suatu tenaga yang terdapat dalam diri mencapai hasil belajaryang lebih tinggi manusia yang menimbulkan, mengarahkan dari hasil yang pernah dicapai sebelumnya. dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Pengaruh model pengembangan Ad Rooijakkers (1991) dalam Basuki instruksional, terhadap motivasi belajar (2002:33) menyatakan bahwa "Dalam dan hasil belajar adalah bahwa untuk belajar memang dibutuhkan motivasi menimbulkan motivasi balajar bagi murid, tertentu. Untuk itu ada berbagai macam maka harus ada rasa tertarik dan rasa ingin motivasi. Tetapi motivasi berprestasi tahu, merasa membutuhkan dan sesuai merupakan motivasi terpenting. Kalau dengan keinginannya sehingga seorang murid ingin lulus dalam ujian, ia menyebabkan termotivasi untuk belajar. akan berusaha dapat mengerti apa yang Membuat model suatu pengajaran yang diajarkan oleh pengajar. Bila murid tidak disesuaikan dengan minat murid serta mempunyai motivasi belajar, maka sesuai dengan kondisi setempat, dan pengajar hendaknya berusaha sedemikian menarik perhatian serta keaktifan murid rupa, agar bisa menimbulkan motivasi terlibat dalam proses pengajaran, yang dibutuhkan". diharapkan mampu menimbulkan motivasi Ciri-ciri orang yang mempunyai belajar, dan selanjutnya bisa meningkatkan motivasi berprestasi , diuraikan oleh hasil belajarnya. MPI disusun sedemikian Hekckahusen (dalam Haditomo, 199:26- rupa, dan melalui beberapa langkah yang 30), bahwa ciri ciri orang yang bermotivasi bisa dilakukan bersama antara guru dan tinggi adalah : siswa, membuat siswa aktif dan 1) Berorientasi pada keberhasilan, dan termotivasi untuk belajar, sehingga dapat lebih percaya diri dalam menghadapi mempengaruhi hasil belajar siswa. tugasnya. 2) Bersikap mengarah pada tujuan dan HASIL BELAJAR berorientasi pada masa datang. Dalam membicarakan pengertian hasil 3) Menyukai tugas tugas yang tingkat atau prestasi belajar, tidak terlepas dari kesulitannya sedang. pengertian belajar, karena hasil belajar 5
  • 6.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN merupakan hasil perubahan yang dialami dan Ujian Akhir (A). ditetapkan dengan dalam peristiwa belajar. rumus: Menurut WJS Purwadarminta, dalam N= Kamus Bahasa Indonesia menyatakan bahwa belajar adalah berusaha, berlatih dan sebagainya, untuk mendapatkan kepandaian. METODE PENELITIAN Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seorang pembelajar dari proses Rancangan Penelitian belajar yang ditempuh di suatu sekolah Penelitian ini merupakan jenis atau lembaga pendidikan, yang diperoleh penelitian kuantitatif, yaitu untuk melalui evaluasi belajar. membuktikan hipotesis yang telah dibuat penulis. Penelitian ini, menggunakan 3 Hasil Belajar Matakuliah Microteaching variabel, yaitu desain model pembelajaran MPI, sebagai variabel bebas. Sedangkan Tujuan umum mata kuliah Motivasi belajar dan Hasil belajar sebagai Microteaching adalah mempersiapkan varaiabel terikat. mahasiswa calon guru untuk menghadapi Rancangan ini dimaksudkan untuk tugas mengajar sepenuhnya di depan kelas mengetahui perbedaan hasil belajar antara dengan memiliki pengetahuan, yang menggunakan model pembelajaran ketrampilan, kecakapan, dan sikap sebagai Intruksional dan yang tidak menggunkan, guru yang profesional. dan juga untuk mengetahui apakah model Sedangkan tujuan khususnya adalah: pengajaran yang telah diterapkan, 1) Menganalisa tingkah laku mengajar mempengaruhi motivasi belajar dan hasil kawan kawan nya dan dirinya sendiri. belajar mahasiswa. 2) Dapat melaksanakan ketrampilan Kegiatan penelitian terdiri dari, (1) khusus dalam mengajar. memberikan angket motivasi belajar, (2) 3) Dapat mempraktekkan berbagai teknik pengelompokan subyek, (3) perlakuan dan mengajar dengan benar dan tepat. pemberian test dan ujian praktek. Ada 2 4) Dapat mewujudkan situasi belajar kelompok belajar yang menjadi fokus mengajar yang efektif, produktif dan kajian dalam penelitian ini, yaitu yang efisien. diajar dengan menerapkan model 5) Dapat bersifat profesional keguruan. pembelajaran dan yang tidak menggunakan Skor ( nilai) hasil belajar mahasiswa model. pada matakuliah Microteaching ini, Populasi dan Sampel ditentukan dengan Sebagai populasi dalam penelitian ini Ujian Tengah Semester (M), Tugas (T), adalah mahasiswa semester VII, FKIP 6
  • 7.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Universitas Gresik, angkatan 2006, tahun HASIL PENELITIAN akademik 2009/2010 kelas A,B dengan jumlah 155 mahasiswa. Adapun Sampel Uji Normalitas dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 Uji normalitas sebaran skor, dilakukan mahasiswa, diambil secara random terhadap hasil belajar matakuliah sampling dengan cara undian. microteaching dengan menggunakan model pengembangan Instruksional, dan Teknik Pengumpulan Data tanpa menggunakan model pengembangan Data mengenai gaya belajar didapat Instruksional, dengan Kolmogorov- dari hasil angket motivasi belajar, dan hasil Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas belajar didapat dari hasil test ujian tertulis sebaran skor variabel adalah normal, atau maupun ujian praktek microteaching. memenuhi persyaratan normalitas. Hasil belajar dengan MPI, N = 0,773. Teknik Analisa Data P = 0,589. Signifikan 5% = 0,025 Uji prasyarat analisis, sebelum (normal). Hasil belajar dengan non MPI, N dilakukan analisa data, terlebih dulu = 0,921, P = 0, 384. Signifikan 5% = 0,025 dilakukan uji prasyarat analisis yang (normal). meliputi : a) uji normalitas data sampel, dan b) uji homogenitas sampel. Uji Uji Homogenitas Hipotesis, dilakukan analisa data yang Residu skor variabel terikat untuk tiap diperoleh dari hasil penelitian, dengan skor variabel bebas sudah homogen. Hasil menggunakan metode statistik, yaitu belajar dengan MPI, Nilai = 0,653. P = metode pengolahan data kuantitatif untuk 0,422, Signifikan 5% = 0,05. (homogen). mengetahui perbedaan hasil tes. Analisis yang digunakan adalah metode statistik Pengujian Hipotesa Analisis Varians (ANAVA) dua jalur, 1. Terdapat perbedaan hasil belajar dengan rumus sebagai berikut : menggunakan MPI dan yang Non MPI. 1. Menghitung jumlah kuadrat total, antar Diperoleh F hitung = 7,629, A, antar B, interaksi AxB dan dalam probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil kelompok. dari a = 0,05. 2. Menghitung derajat kebebasan total, 2. Terdapat perbedaan motivasi belajar, antara A,B dan interaksi AB dan dalam yang diajarkan dengan menggunakan kelompok model pengembangan Instruksional 3. Menghitung rata rata kuadrat antar A, dan yang non MPI, matakuliah B, dan AB dan dalam kelompok. Microteaching. Diperoleh F hitung = 4. Menghitung rasio F (A, B, dan AB). 5,980 , sedang probabilitas sebesar 0,004 lebih kecil a = 0,05. 7
  • 8.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 3. Terdapat pengaruh penerapan model MPI, memiliki rentangan antara119 pembelajaran instruksional terhadap sampain 144, dengan nilai rata rata motivasi belajar dan hasil belajar sebesar 129, 69, nilai tengah sebesar matakuliah Microteaching. Diperoleh F 130,00, dan nilai modus sebesar 127. hitung = 3,311, dengan nilai probabi- Sedangkan simpangan baku sebesar litas sebesar 0,043 lebih kecil dari α = 4,951. Hasil perhitungan F hitung = 0,05. 5,980, P = 0,004, α = 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan ada PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN perbedaan motivasi belajar, antara yang diajarkan dengan menggunakan MPI 1. Pembahasan tentang perbedaan hasil dan yang tidak menggunakan MPI, belajar yang diajarkan dengan MPI dan dengan taraf signifikan 5%. Non MPI matakuliah Microteaching 3. Hasil penelitian tentang terdapat pada mahasiswa FKIP Universitas pengaruh pengunaan MPI terhadap Gresik. Hasil perhitungan yang motivasi belajar mahasiswa dan hasil diperoleh (F hitung = 7,629, P = 0,001, α belajar mahasiswa matakuliah = 0,05) maka dapat dikatakan bahwa Microteaching. Hasil perhitungan F ada perbedaan hasil belajar yang hitung = 3,311 dengan P = 0,043, dan α= diajarkan dengan MPI dan Non MPI, 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan matakuliah Microteaching FKIP ada pengaruh penggunaan Model Unigres, diterima dengan taraf Pengembangan Instruksional terhadap signifikansi 5%. Hasil analisis statistik motivasi belajar dan hasil belajar juga menunjukkan bahwa mahasiswa matakuliah Microteaching mahasiswa yang diajar dengan MPI, nilai rata rata FKIP Universitas Gresik. 75,26 lebih baik dari pada yang diajar dengan Non MPI. Dengan demikian KESIMPULAN dapat dikatakan bahwa pembelajaran 1. Ada perbedaan Hasil Belajar, yang matakuliah Microteaching dengan MPI diajarkan dengan Model Pengem- dapat meningkatkan hasil belajar bangan Instruksional (MPI) dan yang mahasiswa. non MPI matakuliah Microteaching 2. Hasil penelitian tentang penggunaan pada mahasiswa FKIP Universitas Model Pengembangan Instruksional Gresik. (MPI) dan yang non MPI, 2. Terdapat perbedaan Motivasi Belajar, membedakan motivasi belajar antara yang diajarkan dengan mahasiswa FKIP Unigres. Nilai menggunakan Model Pengembangan motivasi belajar matakuliah Instruksional dengan yang non MPI Microteaching tanpa menggunakan 8
  • 9.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN matakuliah Microteaching pada DAFTAR PUSTAKA mahasiswa FKIP Universitas Gresik. 3. Ada pengaruh antara Model Anto Dajan, 1986. Pengantar metode Pengembangan Instruksional ( MPI) statistik II, Jakarta, LP3ES. terhadap motivasi belajar dan hasil Arief S. Sudiman, Dkk, 1997, Media belajar matakuliah Microteaching Pendidikan DIKBUD dan CV mahasiswa FKIP Universitas Gresik. Rajawali, Jakarta. Atwi Suparman, 1997. Program SARAN Pengembangan Ketrampilan Dasar Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat Teknik Instruksional (PEKERTI) penulis ajukan saran saran sebagai berikut: untuk Dosen Muda, Dirjen DIKTI 1. Model Pengembangan Instruksional Jakarta. (MPI) direkomendasikan sebagai alter- Degeng, INS, 1989, Ilmu Pengajaan; natif model pengembangan bahan Taksonomi Variabel, Jakarta, bahan pembelajaran. P2LPTK. 2. Proses pembelajaran hendaknya lebih Degeng, INS, 1997, Strategi mengupayakan cara cara yang terbaik Pembelajaran: Mengorganisasi Isi untuk menimbulkan motivasi siswa Pembelajaran dengan Model dalam belajar. Mengingat bahwa Elaborasi. Desertasi Bahasan motivasi merupakan faktor penting Tentang Temuan Penelitian, Malang, untuk keberhasilan belajar siswa. IKIP Malang. 3. Para Guru dan semua yang terlibat Deporter, B, dan Hernacki, M, 2002, dalam pembelajaran, hendaknya lebih Quantum Learning (Terjemahan), Trampil dalam mendesain pembela- Bandung: Kaifa. jaran, supaya pembelajaran jadi Diadakan, Syaiful Bahri, 1991, Prestasi menarik, tidak membosankan, dan bisa Belajar dan Kompetensi Guru, menumbuhkan motivasi berprestasi Surabaya, Penerbit usaha Nasional. siswa, sehingga akan menghasilkan Nasution,1992, Berbagai Pendekatan prestasi siswa yang maksimal. dalam Proses Belajar dan Mengajar, 4. Sebagai tindak lanjut, kiranya perlu Jakarta, Bina Aksara. diadakan kajian atau penelitian lebih Riyanto,Y,1996, Metodologi Penelitian lanjut, dan dengan sasaran yang lebih Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, luas, agar model ini benar benar bisa Bandung, SIC. dilakukan oleh siapapun dan di wilayah manapun. WRohani , Ahmad 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta. 9
  • 10.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Undang Undang no 20 tahun 2003, Yusufhadi Miarso, dkk, 1984, Teknologi tentang Sistem Pendidikan Nasional, Komunikasi Pendidikan, Jakarta, Internet. Pustekom DIKBUD dan CV Rajawali. 10
  • 11.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SDN BANJARSARI GRESIK Etiyasningsih*) Abstrak, Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, dituntut untuk menjalankan kepemimpinan yang mampu menciptakan semangat kerja guru yang tinggi, agar kinerja guru menjadi lebih baik. Salah satu kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan kinerja yang harus dimiliki guru adalah motivasi. Motivasi tersebut bukan hanya untuk pengembangan diri, tapi juga partisipasi guru dalam organisasi. Palmer berpendapat bahwa motivasi instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan penampilan guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Jenis penelitian ini adalah regresi, dengan populasi seluruh guru di SDN Banjarsari Gresik. Sampel diambil dengan teknik total sampling dan diperoleh responden sebanyak 25 orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis menggunakan uji regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja gurua dan kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik tergolong cukup baik mendekati baik. Uji regresi linear berganda menunjukkan thitung > ttabel untuk kedua variabel yaitu 4,810 > 2,021 dan 3,064 > 2,021 serta Fhitung > Ftabel (25,468 > 19,000) berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial maupun simultan kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepala sekolah lebih meningkatkan efektifitas kepemimpinannya berkaitan dengan tingginya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru. selain itu kepala sekolah sebagai motivator hendaknya lebih memperhatikan kebutuhan motivasi guru agar guru dapat meningkatkan kinerjanya. Dan bagi para guru hendaknya dapat lebih memotivasi diri untuk meningkatkan kinerjanya. Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Guru, Kinerja Guru Di lingkungan dunia pendidikan ditetapkan. Lembaga pendidikan formal banyak ditemui usaha kerjasama sejumlah adalah salah satu bentuk kerjasama di orang untuk mencapai tujuan yang sudah lingkungan pendidikan yang bersifat *) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik 11
  • 12.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN sengaja, berencana, dan sistematis. Sekolah motivasi, dan mengarahkan orang-orang di adalah lembaga pendidikan formal sebagai dalam organisasi/lembaga pendidikan wadah untuk mencapai tujuan pembangun- tertentu untuk mencapai tujuan yang telah an nasional. Keberhasilan tujuan pendidik- dirumuskan sebelumnya. Untuk an di sekolah tergantung pada sumber daya mewujudkan tugas tersebut setiap manusia yang ada di sekolah tersebut, yaitu pemimpin pendidikan harus mampu kepala sekolah, guru, siswa, tenaga bekerja sama dengan orang-orang yang admistrasi dan tenaga kependidikan yang dipimpinnya (working within) untuk lainnya. Disamping itu harus ditunjang memberikan motivasi agar melakukan dengan sarana dan prasarana yang pekerjaan secara ikhlas. Mantja (2010 : 49) memadai. Meskipun pada umumnya menyatakan bahwa kepala sekolah dituntut pengembangan sekolah diutamakan pada untuk menjalankan kepemimpinan yang penambahan fasilitas fisik (yang segara mampu menciptakan semangat kerja guru nampak hasilnya dari luar dan mudah yang tinggi. Semangat kerja guru yang dinilai), namun pengembangan personal tinggi itu tentunya dimaksudkan untuk tetap perlu mendapatkan prioritas. menunjang terwujudnya tujuan organisasi Pimpinan sekolah yang dalam hal ini sekolah. adalah Kepala Sekolah, seyogyanya Guru merupakan salah satu komponen memberikan perhatian tentang pengem- yang sangat menentukan untuk bangan personalnya untuk memajukan terselenggaranya proses pendidikan. sekolah yang dipimpinnya agar mampu Keberadaan guru merupakan pelaku utama bersaing dengan satuan pendidikan yang sebagai fasilitator penyelenggaraan proses lain. belajar siswa. Oleh karena itu kehadiran Setiap sekolah mempunyai kekhusus- dan profesionalismenya sangat berpenga- an yang merupakan akibat dari kepemim- ruh dalam mewujudkan program pinan kepala sekolah yang sifatnya unik pendidikan nasional. Guru harus memiliki karena kepala sekolah harus memahami kualitas yang cukup memadai, karena guru karasteristik sekolah yang dipimpinnya merupakan salah satu komponen mikro sehingga dapat memanfaatkannya untuk sistem pendidikan yang sangat strategis melaksanakan tugas ke kepala sekolahan- dan banyak mengambil peran dalam proses nya dengan baik. Kepala sekolah merupa- pendidikan persekolahan (Suyanto dan kan salah satu pemimpin pendidikan yang Hisyam, 2000:27). akan membawa sekolah yang dipimpinnya Salah satu kunci keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. upaya meningkatkan kualitas yang harus Hadari Nawawi (1994: 82) mengemukakan dimiliki guru adalah motivasi dari guru itu : Kepemimpinan pendidikan adalah proses sendiri. Walaupun tidak mudah mengubah menggerakan, mempengaruhi, memberikan dan menimbulkan motivasi personal guru, 12
  • 13.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN namun bagi Kepala Sekolah hal tersebut diidentifikasikan melalui tiga cara yaitu (1) merupakan tugas penting yang harus keperluan memperoleh sertifikat, (2) ditangani. Motivasi tersebut bukan hanya pengembangan profesional, teknikal dan untuk pengembangan diri, tapi juga pengembangan umum, dan (3) melalui partisipasi guru dalam organisasi. Palmer pendidikan lanjutan. berpendapat bahwa motivasi instrinsik Syah (1999:229) menyatakan bahwa maupun ekstrinsik sangat diperlukan untuk “Guru yang berkualitas adalah guru yang mendorong peningkatan penampilan guru. berkompetensi, yang berkemampuan untuk Palmer mengatakan : The impetus may melaksanakan kewajibannya secara come from rule enforcement (making bertanggungjawab dan layak”. Tanggung participation in-inservice program a jawab guru dalam mendidik siswanya requirement of the job) or from rewards menyangkut berbagai aspek yaitu that are valued by participation but do not menyangkut tujuan, pelaksanaan, penilaian stem from improved performance (such as dan termasuk umpan balik dari bonuses, increment, certificates, etc). penyelenggaraan tugas tersebut. Orang-orang yang menginginkan atau Sedangkan Ani M Hasan (2003:5) bermotivasi tinggi untuk memperoleh menjelaskan bahwa guru profesional harus pengembangan adalah orang-orang yang memenuhi beberapa kriteria, antara lain (1) belum mencapai kepuasan dalam mempunyai komitmen terhadap siswa dan memenuhi kebutuhan dasarnya, atau belum proses belajarnya, (2) menguasai secara merasa puas bagi kebutuhan untuk tingkat mendalam bahan/mata pelajaran yang diatasnya. Namun selanjutnya Palmer diajarkan serta cara mengajarnya kepada mengatakan The impetus for improvement siswa, (3) bertanggung memantau hasil may come from a disire to do a better job belajar siswa melalui berbagai cara of teaching (counselling,administering, evaluasi, (4) mampu berfikir sistematis etc). Intrinsically motivated teachers tentang apa yang dilakukan dan belajar derive satisfaction directly from the dari lingkungan profesinya. Guru performance of their duties. Motivasi profesional tidak hanya dituntut untuk instrinsik maupun ekstrinsik belum tentu menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode bererti bagi seseorang, bagaimanapun pembelajaran, memotivasi peserta didik, kualitas orang tersebut. Yang penting memiliki ketrampilan yang tinggi dan dipertimbangkan dalam pengembangan wawasan yang luas terhadap dunia tetap diserahkan pada individu masing- pendidikan, tetapi juga harus memiliki masing, apa yang menurutnya diperlukan pemahaman yang mendalam tentang saat ada kesempatan. hakikat manusia, dan masyarakat. Hakikat- Finch berpendapat bahwa motivasi hakikat ini yang akan melandasi pola pikir personal untuk mengembangkan diri dapat 13
  • 14.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN dan budaya kerja guru serta loyalitas Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja terhadap profesi pendidikan. Guru di SDN Banjarsari Gresik”. Permasalahan guru di Indonesia Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langsung atau tidak langsung berkaitan diambil suatu rumusan masalah untuk dengan profesionalisme guru yang belum penelitian ini, yaitu : (1) apakah memadai, sehingga perlu diselesaikan kepemimpinan Kepala Sekolah secara komprehensif menyangkut semua mempunyai pengaruh parsial terhadap aspek yaitu kesejahteraan, kualifikasi, kinerja guru? (2) apakah motivasi kerja pembinaan, perlindungan profesi dan mempunyai pengaruh parsial terhadap administrasinya. Faktor-faktor lain yang kinerja guru? (3) apakah kepemimpinan menyebabkan rendahnya profesionalisme Kepala Sekolah dan motivasi kerja secara guru antara lain disebabkan oleh : (1) bersama-sama mempunyai pengaruh masih banyak guru yang tidak menekuni terhadap kinerja guru ? profesinya secara utuh, (2) belum adanya Merujuk kepada asumsi-asumsi standar profesional guru, (3) kemungkinan penelitian tersebut, maka hipotesis untuk disebabkan oleh adanya lembaga penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) pendidikan yang mencetak guru asal jadi kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh atau setengah jadi tanpa secara parsial terhadap kinerja guru, (2) mempertimbangkan outputnya setelah motivasi kerja guru berpengaruh secara dilapangan, (4) kurangnya motivasi guru parsial terhadap kinerja guru, (3) Kepe- dalam meningkatkan kualitas diri. mimpinan kepala sekolah dan motivasi Berdasarkan kondisi tersebut, maka kerja guru berpengaruh secara berama- sedikitnya terdapat dua katagori sama terhadap kinerja guru. kompetensi yang harus dimiliki guru, yakni (1) kompetensi profesional yaitu METODE kemampuan merancang, melaksanakan dan Dalam penelitian ini populasinya menilai tugas sebagai guru, yang meliputi adalah guru di lingkungan SDN Banjarsari penguasaan ilmu pengetahuan dan Gresik, sedangkan jumlah populasinya teknologi pendidikan, (2) kompetensi sebanyak 25 orang dan merupakan jumlah personal yang meliputi etika, moral, sampel. pengabdian, kemampuan sosial dan Variabel yang diteliti adalah (1) spiritual. variabel bebas adalah : kepemimpinan Berdasarkan latar belakang permasala- kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja han yang telah diuraikan tersebut maka (X2) , (2) variabel terikat adalah Kinerja penulis tertarik untuk melakukan penelitian guru (Y). Sedangkan metode pengumpulan yang berjudul “Pengaruh Efektivitas data dengan menggunakan metode angket. Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Untuk instrumen kepemimpinan kepala 14
  • 15.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN sekolah, instrumen motivasi kerja dan Pengujian Hipotesis instrumen kinerja guru. Dalam 1) Pengujian secara simultan/ serempak mengumpulkan data ini digunakan skala (uji F) Likert untuk mengukur sikap, pendapat Pengujian integritas dilakukan dengan dan persepsi seseorang atau kelompok menggunakan uji F dimana tingkat orang dengan bobot skor mulai dari 1 kepercayaan α = 0,05 dengan nilai kritis : sampai dengan 5. F (α ; k ; n - k -1) sedangkan kriteria :Fhit > Ftab , maka Ho ditolak Kisi-kisi Angket Penelitian Efektivitas Rumus uji F : F = R2 ( N – k - 1) Kepemimpinan Kepala Sekolah k(1 – R2) No Dimensi Item 2) Pengujian secara Parsial (Uji t) 1 Kepemimpinan berorientasi 1-15 Dalam pengujian hipotesis ini level pada tugas (initiating signifikansi yang digunakan sebesar (5%) structure) Coefficientsa Unstandardized Standardized 2 Kepemimpinan berorientasi 16-30 Coefficients Coefficients Correlations Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part pada consideration 1 (Constant) Kepemimpinan 1,950 ,367 5,317 ,000 ,373 ,078 ,608 4,810 ,000 ,755 ,716 ,563 Kepala Sekolah Instrumen Angket penelitian Motivasi Motivasi Kerja Guru ,289 ,094 ,388 3,064 ,006 ,617 ,547 ,359 a. Dependent Variable: Kinerja Guru Guru No Dimensi Item dengan derajat kebe-basan sebesar n – 1. 1. Motivasi eksternal 1-18 Sedangkan kriteria : Jika t hit > t tab , maka 2. Motivasi internal 19-30 Ho ditolak Uji koefisien korelasi parsial dapat dihitung dengan rumus : Instrumen Angket penelitian Kinerja Guru t hitung = √ r² (n-3) No Dimensi Item (1 - r²) 1. Kompetensi kepribadian 1-6 guru HASIL DAN ANALISA DATA 2. Kompetensi profesional 7-24 Berdasarkan rumusan masalah dan guru tujuan dari penelitian, maka dari hasil 3 Kompetensi sosial guru 25-30 pengumpulan data yaitu : Efektivitas Kepemimpinan kepala sekolah (X1), Motivasi (X2) dan Kinerja guru (Y) dapat TEKNIK ANALISIS DATA dilihat pada tabel di bawah ini : Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini : Regresi Ganda : Y = a + b1 X1 + b2 X2 15
  • 16.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN No (X1) (X2) (Y) No (X1) (X2) (Y) mengalami penurunan. Jadi dapat 1 127 115 114 14 86 81 119 disimpulkan bahwa hubungan yang searah 2 96 126 103 15 91 73 120 .antara variabel bebas X1 dan X2 dengan 3 80 94 109 16 78 75 108 variabel terikat Y. 4 81 73 110 17 70 72 120 5 88 64 105 18 96 76 121 b. Pengujian Hipotesis 6 88 78 119 19 106 86 133 1) Pengujian secara parsial 7 70 80 102 20 105 84 134 Ho : Kepemimpinan kepala sekolah tidak 8 107 82 125 21 94 88 129 berpengaruh secara parsial terhadap 9 71 75 107 22 96 94 137 Kinerja Guru di SDN Banjarsari 10 76 89 114 23 92 90 142 11 75 66 109 24 107 101 143 Ha : Kepemimpinan kepala sekolah 12 95 81 116 25 95 97 142 berpengaruh secara parsial terhadap 13 91 77 118 Kinerja guru di SDN Banjarsari Dengan menggunakan SPSS versi 11.0 Analisis Hipotesis hasil uji t dapat menunjukkan bahwa Hasil analisis mengenai koefisien variabel kepemimpinan kepala sekolah model regresi ANOVAb adalah seperti yang Sum of tercantum dalam Model Squares df Mean Square F Sig. tabel berikut ini. 1 Regression 1,717 2 ,858 25,468 ,000a Residual ,742 22 ,034 Berdasarkan Total 2,458 24 tabel tersebut, a. Predictors: (Constant), Motivasi Kerja Guru, Kepemimpinan Kepala Sekolah b. Dependent Variable: Kinerja Guru maka model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut : memiliki nilai thitung = 4,810 sedangkan Y = 1,950 + 0,373 + 289 X2 ttabel pada taraf signifikansi 5% adalah = Dari persamaan tersebut dapat dilihat 2,021. Dikarenakan thitung > ttabel (4,810 > bahwa nilai koefisien regresi untuk 2,021), maka Ha diterima, artinya kepemimpinan kepala sekolah lebih besar kepemimpinan kepala sekolah secara daripada koefisien regresi untuk motivasi. statistik berpengaruh terhadap kinerja guru. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Sedangkan untuk mengetahui apakah jika kepemimpinan dan motivasi variabel bebas motivasi (X2) berpengaruh mengalami suatu peningkatan atau secara parsial terhadap variabel terikat semakin baik, maka kinerja guru juga yaitu kinerja dosen (Y) yaitu : akan mengalami peningkatan, sebaliknya Ho: Motivasi tidak berpengaruh secara jika kepemimpinan kepala sekolah dan parsial terhadap Kinerja guru di SDN motivasi kerja mengalami suatu Banjarsari penurunan, maka kinerja guru juga akan 16
  • 17.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Ha : Motivasi berpengaruh secara parsial guru, kepemimpinan kepala sekolah, dan terhadap Kinerja Guru di SDN motivasi kerja guru di SDN Banjarsari Banjarsari Gresik tergolong cukup baik. (2) terdapat Dengan menggunakan SPSS versi 11.0 pengaruh signifikan kepemimpinan kepala Sedangkan variabel motivasi memiliki sekolah terhadap kinerja guru di SDN nilai thitung = 3,064, sedangkan ttabel pada Banjarsari Gresik (3) terdapat pengaruh taraf signifikansi 5% adalah = 2,021. signifikan motivasi kerja guru terhadap Dikarenakan thitung > ttabel (3,064 > 2,021), kinerja guru di di SDN Banjarsari Gresik maka Ha diterima. Artinya kinerja guru (4) terdapat pengaruh signifikan secara secara statistik berpengaruh terhadap bersama-sama kepemimpinan kepala kinerja guru. sekolah dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di SDN Banjarsari Gresik. 2) Pengujian secara serempak Berdasarkan kesimpulan di atas maka Ho : Kepemimpinan dan Motivasi tidak saran yang diajukan sebagai berikut : (1) berpengaruh secara bersama-sama hendaknya kepala lebih meningkatkan terhadap Kinerja guru di SDN efektifitas kepemimpinannya berkaitan Banjarsari. dengan tingginya pengaruh kepemimpinan Ha : Kepemimpinan dan Motivasi kepala sekolah dengan kinerja guru; (2) berpengaruh secara bersama-sama kepala sekolah sebagai motivator terhadap Kinerja guru di SDN hendaknya lebih memperhatikan kebutuh- Banjarsari. an motivasi guru agar guru dapat meningkatkan kinerjanya; (3) bagi para Hasil pengujian nilai F dapat dilihat guru hendaknya dapat memotivasi diri pada gambar berikut. untuk lebih meningkatkan kinerjanya; (4) Dari hasil pengolahan data diperoleh bagi para pengambil kebijakan dan Fhitung = 25,468, sedangkan Ftabel pada taraf pemerintah agar memperhatikan program- signifikansi 5% dengan df 2 (n=2) adalah program pendidikan yang sesuai dan patut sebesar 19,00. Dikarenakan Fhitung > Ftabel terhadap pengembangan minat motivasi (25,468 > 19,000), artinya kepemimpinan berprestasi dan kinerja guru. kepala sekolah dan motivasi kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap DAFTAR PUSTAKA kinerja guru. Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan Fattah, Nanang. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : pembahasan pada bab sebelumnya dapat PT Remaja Rosdakarya disimpulkan sebagai berikut : (1) kinerja 17
  • 18.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Gibson. (1985). Organisasi (Terjemahan). Samana. (1994). Profesionalisme Edisi Ke- Lima, Jakarta : Erlangga Keguruan, Yogyakarta : Kanisius Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (1977) Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Management of Organization Pendidikan Dengan Pendekatan Behavior New York : Englewood Baru, Bandung : PT Remaja Cliffs Rosdakarya Hilmar, Taufik (2002). Kinerja Guru Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Madrasah Tsanawiyah Negeri di Refleksi dan Reformasi Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Bandung : di Indonesia Milenium III, Tidak diterbitkan Yogyakarta : Adi Cipta Marwansyah dan Mukaram. (1999). Siagian, Sondang P. (1997). Organisasi Manajemen Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan dan Perilaku Bandung : Pusat Penerbit Administrasi Jakarta : PT Gunung Administrasi Niaga Agung. Riduwan (2007). Metode & Teknik Sutarto. (2001). Dasar-Dasar Menyusun Tesis, Bandung : CV Kepemimpinan Administrasi, Alfabeta. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. Manajemen Sumber Daya Manusia, Wahyjosumidjo. (1987). Kepemimpinan Menghadapi Abad Ke- 21. Edisi Ke- dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Enam, Jakarta : Erlangga Indonesia Supriadi, Dedi. (2002). Guru di Indonesia, Wijaya, Cece dan Rusyan. (1992). Jakarta : Departemen Pendidikan Kemampuan Dasar Guru Dalam Nasional Republik Indonesia Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Remaja Rosdakarya ________ (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru, Yogyakarta : Yuki, Gary. (1996). Leadership in Adicipta Karya Nusa Organization (Terjemahan). Edisi Ketiga Jakarta : PT Bhuana Ilmu Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli. (2001). Populer Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Darah, Jakarta : Adicipta Karya Nusa 18
  • 19.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU TERHADAP PENINGKATAN MUTU LULUSAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI BANJARSARI KABUPATEN GRESIK Sri Sundari *) Abstrak, Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah, sangat menentukan kemajuan sekolah. Kepala sekolah yang profesional umumnya selalu menunjukkan kompetensi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas profesional sehari-hari di sekolah. Kemajuan sekolah juga tidak lepas dari kinerja guru. Guru yang kreatif akan melahirkan berbagai ide kreatif dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang variatif, inovatif, dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan belajar serta menciptakan situasi pembelajaran yang tidak menakutkan peserta didik. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru terhadap peningkatan mutu pendidikan. Jenis penelitian ini adalah regresi, dengan populasi seluruh guru di SDN Banjarsari Gresik. Sampel diambil dengan teknik total sampling dan diperoleh responden sebanyak 25 orang. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan dokumentasi. Uji hipotesis menggunakan uji regresi linear berganda untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru terhadap peningkatan mutu pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru dan mutu pendidikan di SDN Banjarsari Gresik tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepala sekolah lebih meningkatkan efektifitas kepemimpinannya berkaitan dengan tingginya pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dengan mutu pendidikan, dan para guru hendaknya dapat lebih meningkatkan kinerjanya agar mutu pendidikan lebih baik lagi di masa mendatang. Bagi para pengambil kebijakan dan pemerintah agar memperhatikan program- program pendidikan yang sesuai dan patut terhadap pengembangan prestasi kepala sekolah dan guru untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan. Kata kunci : Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kinerja Guru, Mutu Pendidikan Pendahuluan aspek kehidupan sekolah seperti disiplin Kepala sekolah merupakan salah satu sekolah, iklim budaya sekolah dan komponen pendidikan yang paling menurunya perilaku nakal peserta didik”. berperan dalam meningkatkan kualitas Melalui kepemimpinan kepala sekolah pendidikan, seperti diungkapkan Supriadi yang produktif, situasi pembelajaran dapat (1998:346) bahwa “Erat hubungan antara dilakukan secara efisien, efektif, menarik, mutu Kepala Sekolah dengan berbagai dan menyenangkan. Hal ini disebabkan *) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik 19
  • 20.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN karena kepala sekolah yang kreatif akan dan mengembangkan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai ide-ide kreatif dalam dan teknologi. Melatih berarti menggunakan metode dan strategi mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pembelajaran yang variatif, inovatif, dan pada siswa. Sedangkan dalam proses menyenangkan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, guru merupakan pemegang belajar serta menciptakan situasi peran utama, karena secara teknis dapat pembelajaran yang tidak menakutkan menerjemahkan proses perbaikan dalam peserta didik. sistem pendidikan didalam satu kegiatan Kualitas kepala sekolah sebagai dikelasnya. Dengan demikian, setiap manajer sangat dipengaruhi oleh kinerja peningkatan mutu pendidikan yang (capability) manajerial yang dimiliki diarahkan pada perubahan-perubahan dalam upaya menciptakan iklim sekolah kualitatif harus menempatkan guru pada yang kondusif sehingga mampu titik sentral karena peranannya sangat mewujudkan dan mengaktualisasikan strategis dan mempunyai tanggung jawab dalam bentuk peningkatan mutu yang besar dalam upaya mewujudkan pendidikan. Kepala sekolah mempunyai tujuan pendidikan nasional. kinerja yang baik adalah kepala sekolah Proses pendidikan tidak akan terjadi yang mempunyai kapasitas intelektual, dengan sendirinya melainkan harus emosional, dan spiritual yang baik serta direncanakan, diprogram, dan difasilitasi berwawasan luas dan futuristik. dengan dukungan dan partisipasi aktif guru Dalam proses pendidikan, guru tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. merupakan salah satu komponen yang Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah penting. Menurut Undang-undang No.14 adalah mengantar dan membawa peserta Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal didik ke arah pencapaian tujuan 10 bahwa pengertian kompetensi adalah pendidikan. Oleh karena itu, pencapaian seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan tujuan pendidikan sangat bergantung pada perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan pelaksanaan tugas dan kinerja kepala dikuasai oleh guru dan dosen dalam sekolah di samping kemampuan peserta melaksanakan tugas keprofesionalan. Bila didik itu sendiri serta dukungan komponen menyamakan fungsi dan peran dosen sistem pendidikan lainnya. Posisi strategis dengan guru di sekolah, maka sejalan kepala sekolah merupakan salah satu faktor dengan pendapat yang dikemukakan oleh penentu kualitas proses dan hasil Usman.M.U (2002:7) bahwa “tugas guru pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan sebagai profesi meliputi mendidik, akan ditentukan oleh sejauh mana kesiapan mengajar, dan melatih. Mendidik berarti kepala sekolah dalam mengarahkan guru meneruskan dan mengembangkan nilai- dan peserta didiknya melalui kegiatan nilai hidup. mengajar berarti meneruskan pembelajaran. Ketika pembelajaran 20
  • 21.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN berlangsung, guru tidak sekedar perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan menyampaikan pelajaran akan tetapi juga kinerja gurumempunyai pengaruh secara menciptakan suasana belajar yang dialami bersama-sama terhadap peningkatan mutu setiap siswa. Berdasarkan hal tersebut pendidikan Sekolah Dasar Negeri di diatas penulis merasa tertarik untuk lebih Kabupaten Gresik? lanjut meneliti tentang : Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Metode Penelitian Kinerja Guru Terhadap Peningkatan Mutu Metode penelitian ini menggunakan Lulusan Di Sekolah Dasar Negeri metode survei dengan pendekatan Banjarsari Kabupaten Gresik. kuantitatif melalui korelasi dan analisis Berdasarkan hal tersebut di atas, maka regresi. Analisis ini akan digunakan dalam diambil suatu rumusan masalah untuk menguji besarnya pengaruh yang penelitian ini, yaitu : (1) pengaruh perilaku ditunjukkan oleh koefisien korelasi antar kepemimpinan kepala sekolah terhadap variabel Perilaku kepemimpinan kepala peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri sekolah (X1) Kinerja Guru (X2) terhadap Banjarsari di Kabupaten Gresik (2) adakah mutu pendidikan. Objek penelitiannya pengaruh kinerja guru terhadap adalah guru di Sekolah Dasar Banjarsari peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri Kabupaten Gresik yang berjumlah 25 guru. Banjarsari di Kabupaten Gresik (3) adakah Teknik pengumpulan data dengan pengaruh perilaku kepemimpinan kepala menggunakan studi dokumentasi dan sekolah dan kinerja guru terhadap angket. Teknik pengambilan sampel yang peningkatan mutu pendidikan Sekolah digunakan adalah random sampling, teknik Dasar Negeri di Kabupaten Gresik? ini merupakan cara pengambilan sampel Berdasarkan teori diatas dapat disusun tanpa memilih-milih individu yang akan suatu hipotesis yaitu: (1) perilaku dijadikan anggota sampel. Variabel- kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh variabel penelitian yang digunakan adalah terhadap peningkatan mutu Sekolah Dasar (1) Variabel Terikat : Mutu pendidikan Negeri Banjarsari di Kabupaten Gresik; (2) atau mutu sekolah (Y); (2) Variabel bebas: kinerja guru berpengaruh terhadap Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah peningkatan mutu Sekolah Dasar Negeri (X1) dan Kinerja Guru (X2). Banjarsari di Kabupaten Gresik; (3) Kisi-Kisi Penelitian Tabel Kisi-kisi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) Variabel Dimensi Indikator Sub indikator Fungsi Conceptual a. Progam sekolah 1) Kemampuan untuk merumuskan Kepala skills b. Visi sekolah program sekolah 21
  • 22.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Variabel Dimensi Indikator Sub indikator Sekolah c. Ptogam 2) Marumuskan visi sekolah yang meru- pengembangan 3) Kemampuan menganalisis visi ke pakan kutikurum misi sekolah cermin dari d. Progam supervise 4) Menyusun progam pengembangan perilaku kurikulum kepemim- 5) Merumuskan progam supervise pinan kelas (x) Human skills a. Berkomunikasi 1) Kemampuan berkomunikasi secara b. Memahami prilaku jelas dengan guru bawahan 2) Kemampuan memahami perilaku c. Kerja sama guru d. Perilaku 3) Kemampuan menciptakan kerja e. Masyarakat belajar sama guru dengan guru 4) Dapat diterima dikalangan guru dam masyarakat 5) Pengen bangan masyarakat belajar Technical a. Metode mengajar 1) Pengetahuan dan penguasaan Skills b. Pengambilan metode mengajar keputusan 2) Proses pengambilan c. Menggerahkan Keputusan bawahan 3) Menggerahkan para guru untuk d. Memberdayakan bekerja giat sarana prasarana 4) Memanfaatkan meemberdayakan e. Mengatasi Konflik sarana sekolah f. Prosedur 5) Penguasaan teknik menangani Kesejahteraan konflik bawahan 6) Pengurusan prosedur kenaikan pangkat guru Educator Mengikuti Meningkatkan kemampuan dengan perkembangan Iptek perkembangan ilmu pengetahuan Adminis- a. Mengelolah 1) Memiliki kelengkapan data Trator administrasi KMB proses belajar mengajar dan BK 2) Data kesiswaan, kegiatan b. Mengelolah ekstrakulikuler administrasi 3) Data tentang uang masuk dan kesiswaan uang keluar c. Mengelolah 4) Data lengkap tentang sarana dan administrasi prasarana 22
  • 23.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Variabel Dimensi Indikator Sub indikator keuangan 5) Data surat masuk keluar, serta d. Mengelolah laporan tentang pertanggung administrasi sarana jawaban keuangan dan prasarana e. Mengelolah administrasi persuratan / pelaporan Super visor Supervisi pendidikan Melaksanakan supervise dikelas Leader a. Kepribadian yang 1) Berjiwa besar dan, dan menjadi kuat teladan bagi guru b. Figur pemimpin 2) Fungsi kepal sekolah sebagai figur pemimpin c. Penyebaran dan 3) Fungsi sebagai penyebar dan perantara informasi perantara informasi Inovator a. Menemukan gagasan 1) Mencari dan menemukan gagasan b. Melaksanakan baru secara pembaharuan 2) Melaksanakan pembaharuan di bidang pembelajaran, dan pembinaan guru Motivator a. Lingkungan kerja 1) Mengatur ruang agar lebih (fisik) kondusif b. Susunan Kerja (non 2) Menciptakan hubungan kerja yang fisik) harmonis Tabel Kisi-kisi Variabel Kinerja Guru (X2) Variabel Dimensi Indikator-Indikator Kinerja 1. Pedagonik 1. Dapat mehami dengan baik cirri-ciri peserta didik. Guru (X2) 2. Dapat memahami potensi-potesi anak didik. 3. Dapat mehami teori belajar. 4. Dapat menguasai berbagai model dan strategi pembelajaran. 5. Dapat menguasai cara menerapkan ICT dalam PBM. 6. Dapat menguasai bahasa Indonesia yang baik sebagai medium of instruction yang efektif. 7. Dapat menguasai pendekatan pedagogic dalam permasalahan pembelajaran. 8. Dapat merancang PBM yang komprehensif 9. Dapat menilai kemajuan belajar peserta didik secar total. 23
  • 24.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Variabel Dimensi Indikator-Indikator 10. Dapat membimbing anak bila menghadapi persoalan pembelajaran. 11. Dapat menguasai prinsip dn proses PBM. 2. Keperibadian 1. Dapat memiliki komitmen dan kemauan tinggi dalam melakukan tugasnya sebagai guru preofesional. 2. Dapat memiliki rasa kasih sayang kepada peserta didik tanpa membeda bedakan 3. Profesional 1. Mampu menguasai subtansi atau materi atau isi teaching subjects tau mata pelajaran yang menjadi bidang keahlian. 2. Mampu penguasai bagaiman mengolah learning resources yang diperlukan dalam proses belajar mengajar . 3. Mampu menguasai bagaimana mengolah learning resource dari lingkungan hidup sehingga dapat dipergunakan untuk mndukung proses pembelajaran. 4. Mampu menguasai bagaimana menetapkan teknologi informasi dalam upaya meningkatkan evektivitas belajar anak 5. Mampu menguasai bagaimana menyusun rencana pelajarann yang mengemas isi, media tekhnologi dan values dalam stiap proses pembelajaran. 4. Sosial 1. Mampu memahami berbagai factor yang berkonstribusi dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung PBM 2. Dapat mengerti berbagai factor sosila-kultural dan ekonomi yang berkopnstribusi terhadap proses pendidikan peserta didik. 3. Mampu memahami pentingnya hubungan antara sekolah dengan orang tua dan tokoh masarakat ynag berkonstribusi terhadap proses pendidikan anak sekolah. 4. Dapat mengerti nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dan dijunjung tingi oleh masyarakat 5. Mampu memahami pendekatan –pendekatan yang diterapkan disekolah 6. Dapat menguasai dan memahami perubahan-perubahan akibat dampak globalisasi 24
  • 25.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tabel Kisi-kisi variabel Mutu Pendidikan (Y) 1 2 3 Mutu 1. Kebermaknaan proses 1. Dapat merencanakan PBM Pendidikan belajar mengajar 2. Dapat melaksanakan PBM (prestasi) (Y) 3. Dapat mengevaluasi PBM 2. Manajemen sekolah 4. Dapat membuat Renstra dan rencana pengembangan strategis 5. Mengorganisasikan pelaksanaan progam keuangan dan sarana prasarana 3. Efektivitas budaya 6. Mampu mengkondisikan sekolah mendukunguntuk sekolah, (iklim PBM organisasi sekolah 7. Mampu memberi penghargaan bagi siswa yang kondusif) yangberprestasi 8. Siswa mampu mentaati tata tertib aturan sekolah 4. Kepemimpinan kepala 9. Bisa dihubungi dengan mudah sekolah yang kuat 10. Bersikap responsif kepada guru, staf, dan TU 11. Mampu merasionalkan kegiatan antara guru dansiswa 5. Out put sekolah (hasil 12. Mampu membuat standar kelulusan prestasi) yangdirencanakansekolah 13. Dapat berprestasi secara akademik yang telahdicapai tahunterakhir 14. Dapat berprestasi secara nonakademis tahun terakhir 15. Dapat melaksanakan kelulusan siswa tahun terakhir 7. The Administrator 16. Mampu mendesain ruangan (sarana dan prasarana) Production Function 17. Mampu mengatur buku (perpustakaan) yaitu fungsi manajerial 18. Dapat melakukan kualifikasi pendidik yang (administrasi) memungkinkan tercapainya pelaksanaan pendidikan secara efektif. 8. The Psychologist's 19. Mampu berbuat disiplin Production Function 20. Mampu berkreatif (PPF) yaitu fungsi 21. Dapat memberikan inovatif sikap produktif 22. Memiliki jiwa kejuangan 9. The Economic 23. Dapat memberikan lulusan yang memiliki Production Function kompetensi tinggi yaitu fungsi ekonomi (ekonomis) Catatan : Konsep operasional kinerja guru dikembangkan dari (pasal 8, UUGD 14/2005 dan Permen Diknas No.13 tahun 2007 tentang Standar Kinerja Kepala Sekolah 25
  • 26.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Teknik Analisis Data H diterima apabila –t ≤ t ≤ t 0 tabel hitung tabel Metode analisis data yang digunakan sedangkan H ditolak apabila t <-t 0 tabel hitung adalah Regresi Linier Berganda. atau t >t Digunakan untuk menguji pengaruh antara tabel hitung. variabel independen (Perilaku kepemimpinan Kepala Sekolah dan Hasil dan Analisis Data Motivasi Guru) dengan variabel dependen Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan (Mutu Pendidikan). Perhitungan akan dari penelitian, maka dari hasil dilakukan dengan bantuan program SPSS pengumpulan data yaitu : Perilaku for Windows. Kepemimpinan (X1), Motivasi Guru (X2) Model hubungan variabel akan dan Mutu Pendidikan (Y) dapat dilihat dianalisis sesuai dengan persamaan regresi: pada tabel di bawah ini : MP = α + β PKKS + β KG + Σ 1 2 i No X1 X2 Y No X1 X2 Y 1) Uji F 1 118 91 109 14 107 85 102 Uji F adalah alat untuk menguji 2 89 99 97 15 111 87 101 variabel independen secara bersama 3 100 103 102 16 97 84 88 terhadap variabel dependennya untuk 4 97 80 101 17 85 82 98 meneliti apakah model dari penelitian 5 106 76 96 18 118 81 99 tersebut sudah sesuai atau tidak. 6 109 84 106 19 126 95 109 Kriteria pengujian dengan menggunakan 7 85 88 90 20 128 89 109 uji F adalah sebagai berikut : 8 131 94 112 21 114 94 103 Jika nilai F >F berarti Ho ditolak, 9 82 79 96 22 111 101 110 hitung tabel H1 diterima Jika nilai F <F berarti 10 93 93 102 23 112 100 114 hitung tabel 11 90 73 92 24 131 112 114 Ho diterima dan H1 ditolak. 12 113 88 99 25 112 105 112 13 109 78 101 2) Uji t Uji t dimaksudkan untuk mengetahui Analisis Regresi Linier Berganda apakah secara individu variabel Analisis regresi dalam penelitian independen mempunyai pengaruh secara ini digunakan untuk menguji pengaruh signifikan terhadap variabel dependen, kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja dengan asumsi variabel independen guru terhadap mutu pendidikan. lainnya konstan (Djarwanto PS, 1996). Penyelesaian model regresi linier berganda Dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan n- dilakukan dengan bantuan Program SPSS 1 dengan kriteria : for Windows Release 11.0 Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 26
  • 27.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN a. Uji t sig. = 0,006, sedangkan ttabel pada taraf Hasil Perhitungan Koefisien Regresi signifikansi 5% adalah = 2,021. Dikarenakan thitung > ttabel (3,218 > 2,021) Pengujian hipotesis dalam penelitian dengan Sig. 0,004 < 0,05, maka H1 ini menggunakan uji t (pengaruh secara diterima. Artinya kinerja guru secara Coefficients a statistik berpe- Unstandardized Standardized ngaruh terhadap Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF mutu pendidikan. 1 (Constant) 1,945 ,363 5,356 ,000 Kepemimpinan ,352 ,077 ,581 4,557 ,000 ,750 ,697 ,530 ,832 1,202 Dari hasil Kepala Sekolah Kinerja Guru ,312 ,097 ,411 3,218 ,004 ,649 ,566 ,374 ,832 1,202 analisis regresi di a. Dependent Variable: Mutu Pendidikan atas, maka dapat individual). Pengujian ini dimaksudkan disusun persamaan sebagai berikut: Mutu untuk mengetahui signifikansi dari Pendidikan = 1,945 + 0,352 KKS + 0,312 pengaruh variabel independen terhadap KG variabel dependen secara individual. Hasil Persamaan menunjukkan bahwa mutu pengujian diperoleh dari test signifikansi pendidikan dipengaruhi oleh dengan program SPSS for Windows kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja Release 11.0. Hasil pengujian t dapat guru. Nilai konstanta sebesar 1,945 dilihat pada tabel berikut: menyatakan jika keadaan kontan atau variabel-variabel peningkatan Tabel 4.5 Hasil Uji t kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja Variabel t hitung ttabel Sig Keterangan guru tetap, maka skor mutu pendidikan Kepemimpinan 4,557 2,021 0,000 H0 ditolak Kepala Sekolah sebesar 1,945 satuan. Motivasi kerja 3,218 2,021 0,004 H0 ditolak Deskripsi selengkapnya tentang pengaruh kedua variabel terhadap mutu Hasil uji t dapat menunjukkan bahwa pendidikan seperti uraian di bawah ini. variabel kepemimpinan kepala sekolah a) Nilai koefisien kepemimpinan kepala memiliki nilai thitung = 4,557 dengan nilai sekolah sebesar 0,352 menyatakan jika sig. = 0,000, sedangkan ttabel pada taraf terjadi peningkatan kepemimpinan signifikansi 5% adalah = 2,021. kepala sekolah sebesar satu satuan Dikarenakan thitung > ttabel (4,557 > 2,021) maka mutu pendidikan akan dengan Sig. 0,000 < 0,05, maka H1 mengalami peningkatan sebesar 0,352 diterima, artinya kepemimpinan kepala satuan. sekolah secara statistik berpengaruh b) Nilai koefisien kinerja guru sebesar terhadap mutu pendidikan. 0,312 menyatakan jika terjadi Sedangkan variabel kinerja guru peningkatan motivasi kerja sebesar satu memiliki nilai thitung = 3,218 dengan nilai satuan maka kinerja guru akan 27
  • 28.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN mengalami peningkatan sebesar 0,289 Hasil pengujian hipotesis kedua satuan. dengan uji t memperoleh nilai thitung = b. Uji F 3,218 diterima pada taraf signifikansi 5% Uji F digunakan untuk mengetahui (Sig.<0,05). Artinya kinerja guru signifikansi dari model regresi yang berpengaruh positif dan signifikan digunakan. Cara yang digunakan terhadap mutu pendidikan. Semakin tinggi ANOV A b kinerja guru, S um of maka mutu Model S quares df Mean Square F S ig. 1 Regres sion 1,654 2 ,827 25,930 ,000 a pendidikan Res idual ,702 22 ,032 T otal 2,356 24 akan semakin a. P redic tors : (Constant), K inerja Guru, Kepemim pinan K epala S ekolah meningkat. b. Dependent Variable: Mutu Pendidikan Sebaliknya adalah dengan membandingkan semakin rendah kinerja guru, maka mutu Fhitung dengan Ftabel pada taraf pendidikan juga akan semakin berkurang. signifikansi (a) = 5%. Hasil pengujian nilai F dapat dilihat pada gambar berikut. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengolahan data diperoleh Fhitung = 25,930, sedangkan Ftabel pada taraf Kesimpulan signifikansi 5% dengan df 2 (n=2) adalah Berdasarkan hasil penelitian dan sebesar 19,00. Dikarenakan Fhitung > Ftabel pembahasan pada bab sebelumnya dapat (25,930 > 19,000), hal ini menunjukkan disimpulkan sebagai berikut : (1) Terdapat bahwa kepemimpinan kepala sekolah dan pengaruh signifikan kepemimpinan kepala kinerja guru secara bersama-sama sekolah terhadap mutu pendidikan di SDN berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Banjarsari Gresik. (2) terdapat pengaruh Hasil pengujian hipotesis pertama signifikan kinerja guru terhadap mutu dengan uji t memperoleh nilai thitung = pendidikan di SDN Banjarsari Gresik. (3) 4,557 pada taraf signifikansi 5% (Sig. < terdapat pengaruh signifikan secara 0,05). Artinya kepemimpinan kepala bersama-sama kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan sekolah dan kinerja guru terhadap mutu terhadap mutu pendidikan. Semakin baik pendidikan di SDN Banjarsari Gresik. kepemimpinan kepala sekolah yang dijalankan, maka mutu pendidikan akan Saran meningkat. Sebaliknya semakin kurang Berdasarkan kesimpulan di atas maka baik kepemimpinan kepala sekolah yang saran yang dapat diajukan sebagai berikut : dijalankan, maka mutu pendidikan juga (1) hendaknya kepala lebih meningkatkan akan semakin berkurang. efektifitas kepemimpinannya berkaitan 28
  • 29.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN dengan tingginya pengaruh kepemimpinan Bandung : Pusat Penerbit Administrasi kepala sekolah dengan mutu pendidikan. Niaga (2) kepala sekolah sebagai motivator Riduwan (2007). Metode & Teknik hendaknya lebih memperhatikan Menyusun Tesis, Bandung : CV kebutuhan motivasi guru agar kinerja guru Alfabeta. dapat meningkat pada akhirnya akan Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. meningkatkan mutu pendidikan. (3) bagi Manajemen Sumber Daya Manusia, para guru hendaknya dapat lebih Menghadapi Abad Ke- 21. Edisi Ke- meningkatkan kinerjanya agar mutu Enam, Jakarta : Erlangga pendidikan lebih baik lagi di masa Supriadi, Dedi. (2002). Guru di Indonesia, mendatang. (4) bagi para pengambil Jakarta : Departemen Pendidikan kebijakan dan pemerintah agar Nasional Republik Indonesia memperhatikan program-program ________ (1998). Mengangkat Citra dan pendidikan yang sesuai dan patut terhadap Martabat Guru, Yogyakarta : Adicipta pengembangan prestasi kepala sekolah dan Karya Nusa guru untuk lebih meningkatkan mutu Supriadi, Dedi dan Jalal, Fasli. (2001). pendidikan. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Darah, Jakarta : Adicipta Karya Nusa DAFTAR PUSTAKA Samana. (1994). Profesionalisme Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Keguruan, Yogyakarta : Kanisius Penelitian, Jakarta : Bina Aksara Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Fattah, Nanang. (2000). Landasan Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Manajemen Pendidikan, Bandung : PT Bandung : PT Remaja Rosdakarya Remaja Rosdakarya Suyanto dan Hisyam, Djihad. (2000). Gibson. (1985). Organisasi (Terjemahan). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Edisi Ke- Lima, Jakarta : Erlangga Indonesia Milenium III, Yogyakarta : Herrsey, Paul dan Blanchard, K. H. (1977) Adi Cipta Management of Organization Behavior Siagian, Sondang P. (1997). Organisasi New York : Englewood Cliffs Kepemimpinan dan Perilaku Hilmar, Taufik (2002). Kinerja Guru Administrasi Jakarta : PT Gunung Madrasah Tsanawiyah Negeri di Agung Kabupaten Sukabumi, Bandung : Tidak Sutarto. (2001). Dasar-Dasar diterbitkan Kepemimpinan Administrasi, Marwansyah dan Mukaram. (1999). Yogyakarta : Gajah Mada University Manajemen Sumber Daya Manusia, Press 29
  • 30.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Wahyjosumidjo. (1987). Kepemimpinan Belajar Mengajar, Bandung : PT dan Motivasi, Jakarta : Ghalia Indonesia Remaja Rosdakarya Wijaya, Cece dan Rusyan. (1992). Yuki, Gary. (1996). Leadership in Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Organization (Terjemahan). Edisi Ke- Tiga Jakarta : PT Bhuana Ilmu Populer. 30
  • 31.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PERILAKU KEPEMIMPINAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS GRESIK Adrijanti *) Abstract, A leader is required showing a leadership capability of creating a conducive climate in the neighborhood. The lecturers are also required to have a positive work attitude, so it can display both the perception and satisfaction towards the job as well as high employee motivation. General research objectives were: (1) to determine the influence partially between leadership and the motivations behavior on the performance faculty at the University of Gresik, (2) to find out what is more dominant between leadership behavior and motivation on the performance faculty at the University of Gresik, (4) to determine the effect of simultaneously between leadership behavior and motivation on the performance faculty at the University Gresik. Testing the validity of the instrument used as a measuring device while the reliability data showed a stability instrument observations. Analysis of the data used to determine the effect of leadership behavior and motivation of faculty performance using regression analysis while to find out how much influence it used the coefficient of determination. From the results of this study can be seen that the behavior does not affect the partial Leadership on the performance of lecturers but the motivation partially affects the performance of lecturers. While the leadership behavior and motivation has no effect simultaneously on the performance of lecturers. And variable Motivation is the most dominant variable affecting the performance of lecturers at the University of Gresik. Thus it can be said that the high motivation will affect the performance of lecturers at the University of Gresik. Keywords: Leadership, Behavior, Motivation and Lecturer Performance Kemampuan seseorang sangat tidak mungkin kemampuan yang potensial dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas itu dapat dirasakan manfaatnya. Motivasi dengan baik, namun kemampuan tersebut akan menyebabkan terjadinya suatu akan dapat terealisasi apabila dilandasi perubahan energi yang ada pada diri dengan adanya motivasi yang kuat dari manusia, sehingga akan bergayut dengan dirinya, karena bagaimanapun tingginya persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan kemampuan seseorang tetapi apabila tidak juga emosi, untuk kemudian bertindak atau dilengkapi dengan motivasi yang tinggi melakukan sesuatu. Semua ini didorong *) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik 31
  • 32.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN karena adanya tujuan, kebutuhan atau optimal, diperlukan pula suatu kerja sama keinginan. Sardiman (2007:73) yang sinergis antara Dekan dan dosen. Menurut Nawawi (2005:33), di Oleh karena itu seorang Dekan dituntut lingkungan semua organisasi diperlukan menampilkan suatu kepemimpinan yang manajemen sebagai rangkaian kegiatan mampu menciptakan iklim yang kondusif atau proses pengendalian agar pencapaian di lingkungannya yaitu di suatu Fakultas, tujuannya berlangsung efektif dan efisien. sedangkan para dosen dituntut memiliki Dalam menjalankan organisasi atau sikap positif terhadap pekerjaan yng perusahaan merupakan pekerjaan team dijalaninya, sehingga dapat menampilkan bukan individual oleh karena itu faktor persepsi dan kepuasan yang baik terhadap kepemimpinan menjadi kunci suksesnya pekerjaannya maupun motivasi kerja yang suatu kelompok kerja, harapan yang ada tinggi, yang pada akhirnya akan adalah bahwa dengan berbagai macam mencerminkan seorang dosen yang mampu personalitas yang dimiliki oleh seorang bekerja secara profesional sesuai dengan pemimpin harus dapat menciptakan Tridharma Perguruan Tinggi yakni dorongan bagi pengikutnya atau orang lain profesional dalam pengajaran, profesional yang ada di sekitarnya. Sukiyat (2009:12) dalam penelitian dan profesional dalam menyatakan dalam kegiatannya bahwa pengabdian masyarakat. Oleh karena itu pemimpin memiliki kekuasaan untuk diduga ada hubungan antara perilaku mengerahkan dan mempengaruhi kepemimpinan dengan kinerja dosen. bawahannya sehubungan dengan tugas- Motivasi yang diberikan dapat berupa tugas yang harus dilaksanakan agar tujuan insentif baik yang bersifat formal maupun organisasi dapat tercapai dengan non formal, sehingga kemauan, sempurna. Banyak hal yang dituntut kemampuan dan semangat kerja dosen kepada seorang pemimpin dalam akan meningkat dengan sendirinya. melaksanakan tugasnya, namun pada Dorongan dan semangat ini agar para hakekatnya perlu memperoleh gambaran dosen memahami serta sadar akan tugas jelas tentang diri seorang pemimpin. dan kewajiban yang harus ia lakukan. Pimpinan fakultas atau yang biasa Menurut Hamzah (2007:1) motivasi juga disebut dengan Dekan merupakan salah dapat dikatakan sebagai perbedaan antara satu komponen yang berpengaruh dalam dapat melaksanakan dan mau meningkatkan mutu pendidikan di melaksanakan. Motivasi lebih dekat pada Fakultas. Dalam suatu fakultas, hubungan mau melaksanakan tugas untuk mencapai antara seorang Dekan dan dosen tujuan. merupakan hubungan antara atasan atau Menurut teori dari Porter dan Lawler pemimpin dengan bawahan. Untuk itu mengatakan bahwa mendorong minat guna tercapainya mutu pendidikan yang pegawai dan mencapai kinerja yang lebih 32
  • 33.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN tinggi bukanlah soal yang lugas dan terhadap kinerja dosen di Universitas dipengaruhi sejumlah variabel. Yang dapat Gresik?(4)manakah yang mempunyai dikerjakan oleh para manajer adalah sadar pengaruh paling dominan antara perilaku tentang semua keragaman tersebut dan kepemimpinan dan motivasi terhadap memperhitungkannya waktu merancang kinerja dosen di Universitas Gresik? sistem-sistem kerja dan mempertim- Berdasarkan teori diatas dapat disusun bangkan pemberian imbalan Hamzah suatu hipotesis yaitu: (1) perilaku (2007:49). Tujuan pemberian insentif pada kepemimpinan mempunyai pengaruh dasarnya adalah berfungsi dalam secara parsial terhadap kinerja dosen di memotivasi dosen agar terus menerus Universitas Gresik, (2) motivasi berusaha memperbaiki dan meningkatkan mempunyai pengaruh secara parsial kemampuannya dalam melaksanakan terhadap kinerja dosen di Universitas tugas-tugas yang menjadi kewajiban serta Gresik. (3) perilaku kepemimpinan dan tanggung jawabnya. Oleh sebab itu diduga motivasi mempunyai pengaruh secara adanya hubungan antara motivasi dan serempak terhadap kinerja dosen di kinerja dosen. Universitas Gresik, (5) motivasi Sehubungan dengan latar belakang mempunyai pengaruh yang dominan permasalahan di atas, maka dalam hal ini terhadap kinerja dosen di Universitas penulis berusaha untuk mengamati tingkat Gresik pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja dosen dan pemberian insentif memotivasi METODE dosen untuk dapat meningkatkan kinerja Populasi dalam penelitian ini adalah dosen di Universitas Gresik, maka yang dosen tetap Yayasan di Universitas Gresik dituangkan dalam judul penelitian : yang diambil dari seluruh fakultas kecuali "Pengaruh Perilaku Kepemimpinan dan Program Pascasarjana. Sedangkan jumlah Motivasi terhadap Kinerja Dosen di populasinya adalah 49 orang.Teknik Universitas Gresik”. pengambilan sampel yang dipakai dalam Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian ini adalah dengan menggunakan diambil suatu rumusan masalah untuk teknik proportionate random sampling. penelitian ini, yaitu : (1) adakah pengaruh dengan menggunakan rumus dari Taro secara parsial antara perilaku Yamane atau Slovin. Berdasarkan kepemimpinan terhadap kinerja dosen di perhitungan jumlah sampel menurut rumus Universitas Gresik, (2) adakah pengaruh di atas maka jumlah sampel yang diambil secara parsial antara motivasi terhadap sejumlah 33 orang, dapat dilihat pada tabel kinerja dosen di Universitas Gresik, (3) di bawah ini : adakah pengaruh secara serempak antara perilaku kepemimpinan dan motivasi 33
  • 34.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jumlah No Dimensi Item No Fakultas Populasi Sampel 4 Perilaku kesadaran 14 1 F. Ekonomi 9 6 5 Perilaku persuasif 15 2 F. Hukum 7 5 6 Perilaku konseptualisasi 16 3 F. KIP 8 5 7 Perilaku kemampuan, 17 4 F. Keperawatan 11 7 meramalkan 5 F. Sastra Inggris 4 3 8 Perilaku kemampuan 18 6 F. Teknik 10 7 melayani Jumlah 49 33 9 Perilaku komitmen pada 19 pertumbuhan manusia Variabel yang diteliti adalah (1) 10 Perilaku membangun 20 Variabel bebas adalah perilaku (memberdayakan) kepemimpinan (X1) dan motivasi (X2 ), (2) Variabel terikat adalah kinerja dosen (Y). Instrumen motivasi dengan alternatif Sedangkan metode pengumpulan data jawaban sebagai berikut : dengan menggunakan metode angket. 5 = Sangat setuju Untuk instrumen perilaku kepemimpinan, 4 = setuju 3 = ragu-ragu instrumen motivasi dan instrumen kinerja 2 = tidak setuju dosen. Dalam mengumpulkan data ini 1 = sangat tidak setuju digunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang Instrumen Angket penelitian Motivasi atau kelompok orang dengan bobot skor Dosen mulai dari 1 sampai dengan 5. No Dimensi Item Instrumen perilaku kepemimpinan 1. Motivator 1-10 dengan alternatif jawaban sebagai berikut : 2. Hygiene 11-28 5 = Sangat Tinggi/ Sangat penting Instrumen kinerja dosen dengan alternatif 4 = Tinggi / Penting jawaban sebagai berikut : 3 = Cukup Tinggi/Cukup Penting 5 = Sangat setuju 2 = Rendah/ Kurang Penting 4 = Setuju 1 = Rendah sekali/ Tidak Penting 3 = Tidak Tahu Kisi-kisi Angket Penelitian Perilaku 2 = Tidak setuju 1 = Sangat Tidak Setuju Kepemimpinan Kisi-kisi Angket Penelitian Kinerja Dosen No Dimensi Item No Dimensi Item 1 Perilaku mendengarkan 1-5 1 Kemampuan 1-2 2 Perilaku empati 6-11 2 Inisiatif 3-5 3 Perilaku menyembuhkan 12-13 3 Ketepatan waktu 6 34
  • 35.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN No Dimensi Item pengumpulan data yaitu : Perilaku 4 Kualitas hasil kerja 7-8 Kepemimpinan (X1), Motivasi (X2) dan 5 Komunikasi 9-11 Kinerja Dosen (Y) dapat dilihat pada tabel di bawah ini : TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data yang digunakan No (X1) (X2) (Y) No (X1) (X2) (Y) dalam penelitian ini : 1 62 103 40 18 61 96 43 Regresi Ganda : Y = a + b1 X1 + b2 X2 2 60 111 32 19 39 84 49 3 87 111 54 20 61 74 32 Pengujian Hipotesis 4 64 93 44 21 59 76 42 1) Pengujian secara Simultan/ serempak 5 55 104 38 22 51 96 38 (uji F) 6 57 102 42 23 74 96 39 Pengujian integritas dilakukan dengan 7 60 96 48 24 59 119 52 menggunakan uji F dimana tingkat 8 68 96 40 25 81 114 52 9 68 119 52 26 73 91 36 kepercayaan α = 0,05 dengan nilai kritis : 10 94 131 38 27 83 106 38 F (α ; k ; n - k -1) sedangkan kriteria : Fhit 11 52 82 39 28 81 129 54 > Ftab , maka Ho ditolak. 12 73 111 50 29 56 107 41 Rumus uji F : F = 13 52 99 43 30 71 95 46 2) Pengujian secara Parsial (Uji t) 14 64 114 47 31 72 95 51 15 75 84 33 32 61 96 43 Dalam pengujian hipotesis ini level 16 76 109 38 33 33 75 43 signifikansi yang digunakan sebesar (5%) 17 72 95 51 dengan derajat kebebasan sebesar n – 1. sedangkan kriteria : Jika t hit > t tab , maka Ho ditolak Uji koefisien korelasi parsial Analisis Hipotesis dapat dihitung dengan rumus : Hasil analisis mengenai koefisien t hitung = model regresi adalah seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini. Untuk mengetahui seberapa besar Koefisien Regresi Linier Berganda pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan koefisien Coefficients(a) Unstandardized Standardized determinasi (R²) dengan bantuan program Model Coefficients Coefficients T SPSS versi 14.0. Std. B Error Beta 1 (Constant) 27.362 7.841 3.489 HASIL DAN ANALISA DATA Kepemimpinan -.053 .101 -.107 -.527 Motivasi .193 .092 .429 2.102 Berdasarkan rumusan masalah dan a Dependent Variable: kinerja tujuan dari penelitian, maka dari hasil 35
  • 36.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Berdasarkan Tabel tersebut, maka ditolak. model regresi yang diperoleh adalah Artinya : Perilaku Kepemimpinan secara sebagai berikut : parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan Y = 27,362 X ,193 X2 terhadap kinerja. Sedangkan untuk mengetahui seberapa Dari persamaan tersebut dapat dilihat besar perilaku kepemimpinan bahwa nilai koefisien regresi untuk mempengaruhi kinerja dosen. Maka dapat motivasi lebih besar daripada koefisien dicari koefisien determinasi (R² = R regresi untuk kepemimpinan. Dengan Square). demikian dapat diketahui bahwa jika Model Summary kepemimpinan dan Motivasi mengalami suatu peningkatan atau semakin baik, maka R Adjusted R kinerja juga akan mengalami peningkatan, Model R Square Square Change Statistics R sebaliknya jika kepemimpinan dan Square F Sig. F Change Change df1 df2 Change motivasi mengalami suatu penurunan, 1 .132(a) .018 -.014 .018 .554 1 31 .462 maka kinerja juga akan mengalami a Predictors: (Constant), kepemimpinan penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan yang searah .antara variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat Y R² yx1 = 0,018 b. Pengujian Hipotesis Artinya proporsi variabilitas kinerja dosen Pengujian hipotesis ini dilakukan 1,8% dapat dijelaskan oleh perilaku dengan cara pengujian secara parsial kepemimpinan. Sedangkan 98,2% lainnya maupun pengujian secara serempak dijelaskan oleh variabel lainnya dalam 1) Pengujian secara parsial penelitian ini. Ho Perilaku Kepemimpinan tidak Untuk mengetahui apakah variabel berpengaruh secara parsial terhadap bebas motivasi (X2) berpengaruh secara Kinerja Dosen di Universitas Gresik. parsial terhadap variabel terikat yaitu Ha Perilaku Kepemimpinan berpengaruh kinerja dosen (Y) yaitu : secara parsial terhadap Kinerja Ho : Motivasi tidak berpengaruh secara Dosen di Universitas Gresik. parsial terhadap Kinerja Dosen di Dengan menggunakan SPSS versi 14.0 Universitas Gresik. didapat t hitung sebesar -0,527 sedangkan t Ha : Motivasi berpengaruh secara parsial tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan terhadap Kinerja Dosen di (dk) = n – 1 = 32 maka ttabel = 2,042 Universitas Gresik. Dapat dilihat bahwa t hitung < ttabel (0,527 Dengan menggunakan SPSS versi 14.0 < 2,042 ), maka Ho diterima dan Ha 36
  • 37.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN didapat t hitung sebesar 2,102 sedangkan t ANOVA(b) tabel dengan α = 0,05 dan derajat kebebasan Sum of Mean Model Squares df Square F Sig. (dk) = n – 1 = 32 maka t tabel = 2,042 1 Regression 189.458 2 94.729 2.517 .098(a) Dapat dilihat bahwa t hitung > t tabel Residual 1129.087 30 37.636 Total 1318.545 32 (2,102>2,042), maka Ho ditolak dan Ha a Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi diterima. b Dependent Variable: kinerja Artinya : Motivasi secara parsial mempunyai pengaruh yang Dengan menggunakan SPSS versi 14.0 signifikan terhadap kinerja. didapat F hitung sebesar 2,517 sedangkan F Sedangkan untuk mengetahui seberapa tabel dengan α = 0,05 dan (dk) pembilang = besar motivasi mempengaruhi kinerja k= 2 dan dk penyebut = n-k-1=30 maka F dosen. Maka dapat dicari koefisien tabel = 3,32 Dapat dilihat bahwa F hitung < determinasi (R² = R Square). F tabel (2,517 < 3,32 ), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Model Summary Artinya Perilaku Kepemimpinan dan R Adjusted Squa R motivasi secara serempak tidak Model R re Square Change Statistics R mempunyai pengaruh yang Square F Sig. F signifikan terhadap kinerja Change Change df1 df2 Change 1 .368(a) .136 .108 .136 4.870 1 31 .035 Sedangkan untuk mengetahui seberapa a Predictors: (Constant), motivasi besar perilaku kepemimpinan dan motivasi bersama-sama mempengaruhi kinerja R² yx2 = 0,136 dosen. Maka dapat dicari koefisien Artinya : Proporsi variabilitas kinerja determinasi (R² = R Square). dosen 13,6% dapat dijelaskan Model Summary oleh motivasi. Sedangkan 86,4% R Adjusted dapat dijelaskan oleh variabel Model R Square R Square Change Statistics R lainnya dalam penelitian ini. Square F Sig. F Change Change df1 df2 Change 2) Pengujian secara serempak 1 .379(a) .144 .087 .144 2.517 2 30 .098 Ho : Perilaku Kepemimpinan dan a Predictors: (Constant), kepemimpinan, motivasi Motivasi tidak berpengaruh secara serempak terhadap Kinerja Dosen di R² yx2 = 0,144 Universitas Gresik. Artinya Proporsi variabilitas kinerja dosen Ha : Perilaku Kepemimpinan dan 14,4% dapat dijelaskan oleh Motivasi berpengaruh secara perilaku kepemimpinan dan serempak terhadap Kinerja Dosen di motivasi. Sedangkan 85,6% dapat Universitas Gresik. dijelaskan oleh variabel lainnya dalam penelitian ini. 37
  • 38.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Dengan melihat nilai dari koefisien pemenuhan pada kebutuhan ekonominya, determinasi, maka yang paling berupa insentif baik yang bersifat formal berpengaruh antara perilaku maupun non formal, disamping itu juga kepemimpinan dan motivasi terhadap diperlukan pula adanya pelatihan- kinerja dosen di Universitas Gresik adalah pelatihan dalam rangka peningkatan motivasi. kompetensinya, guna menunjang dalam proses pembelajaran sehingga kemauan, KESIMPULAN DAN SARAN kemampuan dan semangat kerja dosen akan meningkat dengan sendirinya. Berdasarkan hasil penelitian yang Dorongan dan semangat ini akan membuat telah dipaparkan tersebut, maka dapat dosen memahami serta sadar akan tugas diperoleh kesimpulan sebagai berikut : dan kewajiban yang harus ia lakukan. (1) berdasarkan uji hipotesis secara parsial Tujuan pemberian insentif pada dasarnya tidak terdapat pengaruh yang signifikan adalah berfungsi dalam memotivasi dosen dari Perilaku Kepemimpinan terhadap agar terus menerus berusaha memperbaiki kinerja Dosen di Universitas Gresik, (2) dan meningkatkan kemampuannya dalam Berdasarkan uji hipotesis secara parsial melaksanakan tugas-tugas yang menjadi terdapat pengaruh yang signifikan dari kewajiban serta tanggung jawabnya demi Motivasi terhadap kinerja dosen di mencapai tujuan pembelajaran untuk Universitas Gresik, (3) berdasarkan uji menghasilkan mutu lulusan sesuai dengan hipotesis secara simultan Perilaku apa yang diharapkan. kepemimpinan dan motivasi secara serempak tidak mempunyai pengaruh yang DAFTAR PUSTAKA signifikan terhadap kinerja dosen di Universitas Gresik, (4) berdasarkan nilai Hamzah. (2007). Teori Motivasi dan dari koefisien determinasi (R Square) nilai Pengukurannya . Jakarta : Radjawali variabel perilaku kepemimpinan lebih kecil daripada variabel Motivasi. Maka dapat Nawawi, H. (1998). Manajemen Sumber disimpulkan bahwa variabel motivasi Daya Manusia. Yogyakarta : Gajah merupakan variabel yang berpengaruh Mada Univ Press. paling dominan terhadap kinerja dosen di Riduwan.(2009). Metode dan Teknik Universitas Gresik. Menyusun Proposal Penelitian. Sesuai dengan hasil penelitian Bandung Alfabeta maka disarankan dalam rangka Riduwan (2007). Skala Pengukuran meningkatkan kinerja Dosen di Universitas variabel-variabel penelitian. Gresik diperlukan pula peningkatan Bandung: Alfabeta. motivasinya melalui pemberian atau 38
  • 39.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Sardiman. (2003), Interaksi dan Motivasi Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Belajar Mengajar. Jakarta : Pendidikan. Alfabeta : Bandung Radjawali. Sukiyat. (2009). Kepemimpinan dalam Sugiyono. (2010). Statistik untuk Kependidikan. Surabaya : LP2I Penelitian. Alfabeta : Bandung 39
  • 40.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENERAPAN MODEL PENGEMBANGAN INSTRUKSIONAL (MPI) DAN GAYA BELAJAR MAHASISWA, TERHADAP HASIL BELAJAR MATAKULIAH MICROTEACHING PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS GRESIK Siti Bariroh*) Abstrak, Upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, diperlukan adanya perancangan dan pengembangan materi pembelajaran, yang merupakan fungsi yang sangat penting dalam teknologi pembelajaran. Seels Richey (dalam Amir, 2000) mengatakan bahwa kawasan teknologi pembelajaran meliputi desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolan dan evaluasi. Pengembangan desain materi pembelajaran microteaching ini adalah upaya untuk memenuhi salah satu fungsi ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah pengelolaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan "Apakah ada perbedaan hasil belajar, yang diajarkan dengan menggunakan Model Pengembangan Instruksional (MPI) dan yang non MPI?". Apakah Model Pengembangan Instruksional dengan Gaya Belajar yang dimiliki mahasiswa, membedakan hasil belajar mereka? Dan apakah ada interaksi antara gaya mengajar dan MPI terhadap hasil belajar matakuliah Microteaching, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode angket gaya belajar, dan test hasil belajar. Analisa data yang digunakan adalah analisis varian (ANAVA) dua jalur, yaitu untuk menguji hipotesa 1, hipotesa 2 dan hipotesa 3. Dari hasil penelitian diketahui adanya perbedaan hasil belajar dengan menggunakan MPI dan non MPI, dan perbedaan gaya belajar menyebabkan perbedaan hasil belajar, serta terdapat pula interaksi antara gaya belajar dengan MPI. Hasil penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai alternatif model pengembangan pembelajaran, dengan lebih memperhatikan perbedaan individu (gaya belajar) untuk mengakomodasi kebutuhan belajar mereka, sehingga tercapai hasil belajar yang baik. Keyword : Model Pengembangam Instruksional (MPI), Gaya Belajar, dan Hasil Belajar PENDAHULUAN adalah faktor eksternal, yang menyangkut pengembangan program pembelajaran dan Hasil belajar seseorang, tidak terlepas dari strategi penyampaian atau proses pengaruh berbagai faktor, di antaranya pembelajaran. *) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik 40
  • 41.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Dalam aktivitas pengajaran terkan- Faktor lain yang juga dapat dung aktivitas (1) Merancang pembela- mempengaruhi hasil belajar adalah faktor jaran, (2) Menyajikan pembelajaran, (3) internal dari dalam siswa / mahasiswa itu Mengevaluasi pembelajaran. Ketiganya sendiri. Salah satu dari faktor internal itu akan terkait dalam satu proses dan saling adalah karakteristik siswa yang mempengaruhi terhadap hasil belajar. berhubungan dengan cara mereka Upaya meningkatkan efisiensi dan menerima dan mengolah informasi, dan efektivitas pembelajaran, diperlukan merespons informasi serta berinteraksi adanya perancangan dan pengembangan dalam proses pembelajaran. materi pembelajaran, yang merupakan Setiap orang mempunyai potensi yang fungsi yang sangat penting dalam sama untuk unggul dalam pembelajaran, teknologi pembelajaran. yang diperlukan adalah menemukan gaya Seels Richey (dalam Amir, 2000) belajar yang sesuai dan tepat bagi sesorang mengatakan bahwa kawasan teknologi untuk memaksimalkan efisiensi pembelajaran meliputi desain, pengem- pembelajarannya. Deporter dan Hernacki bangan, pemanfaatan, pengelolan dan (2000), Syahid (2002), mengungkapkan evaluasi. Pengembangan desain materi bahwa , gaya belajar adalah kunci untuk pembelajaran microteaching ini adalah mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, upaya untuk memenuhi salah satu fungsi di sekolah dan dalam situasi antar pribadi. ranah teknologi pembelajaran, yaitu ranah Gaya belajar akan dapat memberi pengelolaan. Dick dan Carey (1990) kemudahan kepada seseorang untuk mengungkapkan bahwa desain materi menyerap dan mengelola informasi. pembelajaran sebaiknya menarik, isinya Keinginan untuk membantu mahasiwa sesuai dengan tujuan khusus pembelajaran, dalam memahami materi matakuliah urutannya tepat, ada petunjuk penggunaan Microteaching, dan untuk memudahkan bahan ajar, ada soal latihan, jawaban penyampaian bahan ajar kepada latihan, test, petunjuk bagi siswa menuju mahasiswa secara lengkap dan sistematis, kegiatan berikutnya. serta ingin mengetahui pengaruh desain Penggunaan model pengembangan materi pembelajaran berdasarkan Model Instruksional (MPI) didasarkan atas Pengembangan Instruksional dan gaya pemikiran bahwa model ini menggunakan belajar terhadap hasil belajar mahasiswa, pendekatan sistem, dengan langkah mendorong peneliti ingin meneliti masalah langkah yang lengkap, sehingga dapat tersebut. Ada beberapa alasan utama digunakan untuk merancang pembelajaran peneliti memilih masalah ini : baik untuk pembelajaran klasikal maupun 1) Peneliti terlibat langsung membina individual. matakuliah Microteaching, di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 41
  • 42.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Universitas Gresik. Sehingga atau disebut dengan "real teaching" memungkinkan untuk terlibat langsung (AAllen and Ryan,1969). Jumlah dalam interaksi dengan mahasiswa . pesertanya berkisar antara 5 sampai 10 2) Sejauh ini, masalah desain materi orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pembelajaran, khususnya di pelaksanaannya berkisar antara 10 sampai Universitas Gresik belum banyak 15 menit, terfokus pada ketrampilan diteliti, sementara peneliti meyakini mengajar tertentu, dan pokok bahasannya bahwa perbaikannya kualitas disederhanakan. Pembelajaran dapat diawali dari Tujuan diselenggarakannya pembela- pengembangan desain pembelajaran. jaran micro menurut T. Gilarso, dibagi dua 3) Literatur yang berkaitan dengan yaitu untuk melatih kemampuan dan penelitian ini, cukup mendukung ketrampilan keguruan (tujuan umum), dan peneliti dalam mengkaji landasan- untuk melatih calon guru supaya trampil landasan teori. dalam membuat desin pembelajaran, 4) Hasil penelitian akan memberikan mendapatkan profesi keguruan dan manfaat nyata bagi peneliti sendiri,atau menumbuhkan rasa percaya diri (tujuan pihak lain yang seprofesi dalam usaha khusus). meningkatkan Kualitas pembelajaran Dwigh Allen, mengatakan, tujuan dalam arti yang luas. Microteaching bagi calon guru adalah : 1) Memberi pengalaman mengajar yang KERANGKA TEORITIS nyata dan latihan sejumlah ketrampilan Microteaching diartikan sebagai cara dasar mengajar. latihan ketrampilan mengajar dalam 2) Calon guru dapat mengembangkan lingkup kecil/ terbatas. MC Laughlin & ketrampilan mengajarnya sebelum Moulton mengemukakan " Microteaching mereka terjun ke lapangan. has been performent part of teaching 3) Memberikan kemungkinan bagi calon process, so that the traince can master guru untuk mendapatkan bermacam- each component one By one in a simplifed macam ketrampilan dasar mengajar. teaching situation". Fungsi microteaching adalah sebagai MC .Knight (1979) mengemukakan sarana latihan dalam mempraktekkan "Microteaching has been described AS ketrampilan mengajar, dan juga sebagai scaled down teaching encounter desingned salah satu syarat bagi mahasiswa yang to developernya new skill and refine old akan mengikuti Praktek Mengajar di one". lapangan (PPL). Sasaran akhir yang akan Dari pengertian di atas, dapat dicapai dalam microteaching adalah dipahami bahwa microteaching adalah terbinanya calon guru memiliki sebuah model pengajaran yang dikecilkan pengetahuan tentang proses pembelajaran, 42
  • 43.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN serta memiliki sikap dan perilaku baik hasilnya. Hal ini diperjelas dengan sebagai seorang guru. pendapat Suparman (1997:31), suatu proses yang sistematik dalam Langkah-Langkah Prosedur Pembela- mengidentifikasikan masalah, mengem- jaran Micro bangkan bahan dan strategi Instruksional, Ada lima langkah yang dapat ditempuh serta mengevaluasi efektivitas dan dalam pembelajaran micro yaitu: efisiensinya dalam mencapai tujuan 1) Pengenalan (pemahaman) konsep Instruksional. pembelajaran micro Rohani (2004:69) mendefinisikan 2) Penyajian model dan diskusi pengertian desain pengajaran sebagai suatu 3) Perencanaan/persiapan mengajar pemikiran atau persiapan untuk 4) Praktek mengajar melaksanakan tugas mengajar / aktivitas 5) Diskusi feed back / umpan balik. pengajaran dengan menerapkan prinsip prinsip pengajaran melalui langkah MODEL PENGEMBANGAN langkah pengajaran, perencanaan, INSTRUKSIONAL pelaksanaan dan penilaian, dalam rangka Beberapa definisi mengenai desain pencapaian tujuan pengajaran yang telah pembelajaran antara lain Reigeluth (1983:7 ditentukan. dalam Boy Soedarmadji, 2002) Pengertian Desain Pembelajaran menyatakan bahwa desain pembelajaran Model Pembelajaran Instruksional (MPI) lebih memperhatikan pada pemahaman , adalah suatu bentuk model pembelajaran pengubahan, dan penerapan metode- yang menunjukkan urutan kegiatan yang metode pembelajaran. Hal ini ditempuh orang dalam mendesain sistem mengarahkan kita, bahwa sebagai seorang Instruksional, yang terdiri dari 8 langkah, profesional, maka kita mempunyai tugas yaitu menentukan kebutuhan Instruksional untuk memilih dan menentukan metode umum, dan merumuskan tujuan umum, apa yang dapat dipergunakan, dan melakukan analisis instruksional, mempermudah penyampaian bahan ajar, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik agar dapat diterima dengan mudah oleh awal mahasiswa, merumuskan TIK, siswa. menulis tes acuan patokan, menyusun Lebih lanjut, Shaner (dalam strategi Instruksional, mengembangkan Suparman, 1997:29) menytakan bahwa bahan instruksional, mendesain dan desain Instruksional adalah perencanaan melaksanakan sistem Instruksional. secara akal sehat untuk mengidentifikasi masalah tersebut , dengan menggunakan GAYA BELAJAR suatu rencana terhadap perencanaan, Thomas L Madden (2002) mengemu- evaluasi, uji coba, umpan balik, dan kakan bahwa salah satu cara untuk 43
  • 44.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN membuka potensi luar biasa yang telah memperhatikan perilaku ketika menghadiri terkunci dalam otak adalah dengan seminar atau lokakarya. Apakah menemukan cara memasukkan informasi tampaknya seseorang menyerap lebih ke dalam otak. Masuknya informasi ini banyak informasi dari membaca makalah dicapai melalui gaya belajar. atau mendengarkan penyajinya? Mengutip Deporter dan Hernacki Berdasarkan uraian di atas (2000), Syahid (2002) mengungkapkan dapatkah ditarik suatu pemahaman bahwa bahwa gaya belajar adalah kunci untuk gaya belajar adalah suatu kecenderungan mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, yang dimiliki oleh seseorang dalam hal disajikan dan dalam situasi antar pribadi. bagaimana ia belajar dengan mudah, Gaya belajar akan dapat memberi menyenangkan dan efisien dalam kemudahan kepada seseorang untuk menyerap, mengatur dan mengolah menyerap dan mengelola informasi. informasi, serta berinteraksi dengan Seseorang akan lebih mudah belajar dan lingkungan. berkomunikasi dengan gayanya sendiri. Degeng (2000) dalam Syahid (2002) Macam macam Gaya Belajar mengemukakan bahwa gaya belajar, Para ahli mempunyai pandangan rentangan perhatian, ingatan, tahap berbeda dalam mengklasifikasikan gaya perkembangan, dan kecerdasan pelajar, belajar. Keefe (1987) membagi gaya sangat bervariasi belajar menjadi cognitive styles, affective Para ahli di bidang gaya belajar styles, dan psysiological styles. Sedangkan sepakat membagi secara umum ke dalam DePorter dan Hernacki (2002), dan dua katagori utama tentang bagaimana Madden (2002) membagi gaya belajar ke seseorang belajar. Pertama, bagaimana dalam tiga macam gaya belajar, yaitu : seseorang menyerap informasi dengan 1. Gaya belajar visual, merupakan mudah, dan kedua adalah cara seseorang kecenderungan seseorang akan lebih dalam mengatur dan mengolah informasi. mudah belajar atau menyerap informasi Cara pertama disebut modalitas dan yang apabila materi pembelajarannya kedua disebut dominasi otak. Gaya belajar dikemas dalam uraian tertulis (naratif) seseorang adalah bagaimana cara maupun dalam bentuk matriks (gambar seseorang menyerap, kemudian mengatur dan skema). dan mengolah informasi. Bagaimana cara 2. Gaya belajar auditorial, merupakan menemukan modalitas yang disukai? kecenderungan individu akan lebih Deporte dan Hernacki (2002) menjelaskan mudah dalam belajar atau menyerap satu cara sederhana adalah dengan informasi apabila materi pembelajaran mendengarkan petunjuk-petunjuk dalam dikemas dalam bentuk uraian secara pembicaraan. Cara lain adalah lesan. 44
  • 45.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 3. Gaya belajar kinestetik, merupakan c) Dapat mempraktekkan berbagai tehnik kecenderungan individu akan lebih mengajar dengan benar dan tepat. mudah dalam belajar bila materi pem- d) Dapat mewujudkan situasi belajar belajaran dikemas dengan memprak- mengajar yang efektif, produktif dan tekkan sesuatu secara langsung. efisien. e) Dapat bersifat profesional Keguruan. HASIL BELAJAR Skor (nilai) hasil belajar mahasiswa pada Dalam membicarakan pengertian hasil matakuliah microteaching ini, ditentukan atau prestasi belajar, tidak terlepas dari dengan Ujian Tengah Semester( M), pengertian belajar, karena hasil belajar Tugas( T), dan Ujian Akhir (A) ditetapkan merupakan hasil perubahan yang dialami dengan rumus: dalam peristiwa belajar. Menurut WJS N= Purwadarminta, dalam Kamus Bahasa Indonesia menyatakan, bahwa belajar adalah berusaha, berlatih dan sebagainya, untuk mendapatkan kepndaian. METODE PENELITIAN Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh seorang pembelajar dari Rancangan Penelitian proses belajar yang ditempuh di suatu Penelitian ini merupakan jenis sekolah atau lembaga pendidikan, yang penelitian kuantitatif, yaitu untuk diperoleh melalui evaluasi belajar. membuktikan hipotesis. penelitian ini, menggunakan 3 variabel, Hasil Belajar Matakuliah Microteaching yaitu desain model pembelajaran MPI, dan Tujuan umum mata kuliah gaya belajar sebagai variabel bebas, dan microteaching adalah mempersiapkan hasil belajar sebagai varaiabel terikat. mahasiswa calon guru untuk menghadapi Rancangan ini dimaksudkan untuk tugas mengajar sepenuhnya di depan kelas mengetahui perbedaan hasil belajar antara dengan memiliki pengetahuan, ketram- yg menggunakan MPI dan Non MPI dan pilan, kecakapan, dan sikap sebagai Guru juga untuk mengetahui perbedaan hasil yang profesional. belajar dari perbedaan gaya belajar, serta Sedangkan tujuan khusus nya untuk mengetahui interaksi antara gaya adalah: belajar dengan MPI dan non MPI. a) Menganalisa tingkah laku mengajar Kegiatan penelitian terdiri dari test kawan kawan nya dan dirinya sendiri. macam gaya belajar, pengelompokan b) Dapat melaksanakan ketrampilan subyek, perlakuan dan pemberian test dan khusus dalam mengajar. ujian praktek. Ada 3 kelompok belajar 45
  • 46.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN yang menjadi fokus kajian dalam 1. Menghitung jumlah kuadrat total, antar penelitian ini, yaitu kelompok visual (V), A,antar B,interaksi A xB dan dalam kelompok auditorial (A) dan kelompok kelompok. kinestetik (K). 2. Menghitung derajat kebebasan total, antara A,B dan interaksi AB dan dalam Populasi dan Sampel kelompok Sebagai populasi dalam penelitian 3. Menghitung rata rata kuadrat antar A, ini adalah mahasiswa semester VII, FKIP B, dan AB. Dan dalam kelompok Universitas Gresik, angkatan 2006, tahun 4. Menghitung rasio F ( A,B,dan AB). akademik 2009/2010 kelas A,B,C, dengan jumlah 155 mahasiswa. Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 HASIL PENELITIAN mahasiswa, diambil secara random sampling dengan cara undian. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran skor, dilaku- Teknik Pengumpulan Data kan terhadap hasil belajar matakuliah Data mengenai gaya belajar didapat microteaching dengan menggunakan dari test berupa angket untuk dijawab (test model pengembangan Instruksional, dan gaya belajar), dan hasil belajar didapat dari tanpa menggunakan model pengembangan hasil test ujian tertulis maupun ujian Instruksional, dengna Kolmogorov- praktek microteaching. Smirnov. Hasil perhitungan uji normalitas sebaran skor variabel adalah normal, atau Teknik Analisa Data memenuhi persyaratan normalitas. Hasil Uji prasyarat analisis, sebelum belajar dengan MPI, N = 0,773. P = 0,589. dilakukan analisa data, terlebih dulu signifikan 5% = 0,025 (normal). Hasil dilakukan uji prasyarat analisis yang belajar dengan non MPI, N= 0,921, P = 0, meliputi : a) uji normalitas data sampel, 384. Signifikan 5% = 0,025 (normal). dan b) uji homogenitas sampel. Uji Hipotesis, dilakukan analisa data yang Uji Homogenitas diperoleh dari hasil penelitian, dengan Residu skor variabel terikat untuk menggunakan metode statistik, yaitu tiap skor variabel bebas sudah homogen. metode pengolahan data kuantitatif untuk Hasil belajar dengan MPI, Nilai = 0,653. P mengetahui perbedaan hasil tes. Analisis = 0,422, Signifikan 5% = 0,05 (homogen). yang digunakan adalah metode statistik Hasil belajar dengan gaya belajar. Nili = Analisis Varians (ANAVA) dua jalur, 0,913. P = 0,406, Signifikan 5 % = 0,05 dengan rumus sebagai berikut: (homogen). 46
  • 47.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Pengujian Hipotesa 75,26 lebh baik dari pada yang diajar 1. Terdapat perbedaan hasil belajar dengan Non MPI. Dengan demikian menggunakan MPI dan yang Non MPI. dapat dikatakan bahwa pembelajaran Diperoleh F hitung = 7,629, matakuliah Microteaching dengan MPI probabikitas sebesar 0,001 lebih kecil dapat meningkatkan hasil belajar dari a=0,05. mahasiswa. 2. Terdapat perbedaan hasil belajar dari 2. Hasil penelitian tentang Model gaya belajar visual, Auditorial dan Pengembangan Instruksional (MPI), kinestetik dengan model pengem- dengan gaya belajar Visual, Auditori bangan Instruksional matakuliah dan Kinestetik, yang dimiliki Microteaching. Diperoleh F hitung = mahasiswa membedakan hasil belajar 17, 658, sedang probabilitas sebesar mahasiswa FKIP Unigres. Hasil 0,007 lebih kecil dari 0,05. perhitungan menunjukkan hasil belajar 3. Terdapat interaksi antara gaya belajar Visual, rata rata sebesar 78,54. Hasil mahasiswa dengan model belajar dengan gaya Auditorial rata rata Pengembangam Instruksional (MPI), sebesar 71,85, sedangkan hasil belajar terhadap hasil belajar matakuliah dengan gaya belajar Kinestetik rata- Microteaching. Diperoleh F hitung = rata sebesar 75,44. Hasil perhitungan F 3,311, dengan nilai probabilitas sebesar hitung = 17,658, P = 0,007, a = 0,05, 0,043 lebih kecil dari a= 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan gaya belajar yang dimiliki mahasiswa PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN dengan pembelajaran MPI, membedakan hasil belajarnya, (tipe 1. Pembahasan tentang perbedaan hasil visual memiliki rata rata tertinggi dari belajar yang diajarkan dengan MPI dan tipe lainnya) diterima dengan taraf Non MPI matakuliah Microteaching signifikansi 5%. pada mahasiswa FKIP Universitas 3. Hasil penelitian tentang interaksi antara Gresik. Hasil perhitungan yang gaya belajar mahasiswa dengan model diperoleh (F hitung=7,629, P=0,001, pengembangan Instruksional (MPI) a=0,05) maka dapat dikatakan bahwa terhadap hasil belajar matakuliah ada perbedaan hasil belajar yang Microteaching. Hasil perhitungan diajarkan dengan MPI dan Non MPI, Fhitung = 3,311 dengan P = 0,043, dan matakuliah Microteaching FKIP a = 0,05. Dengan demikian dapat Unigres, diterima dengan taraf dikatakan ada interaksi antara gaya signifikansi 5%. Hasil analisis statistik belajar mahasiswa dengan Model juga menunjukkan bahwa mahasiswa Pengembangan Instruksional terhadap yang diajar dengan MPI, nilai rata rata 47
  • 48.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN hasil belajar matakuliah Microteaching membuat model pengajaran yang mahasiswa FKIP Universitas Gresik. cocok diharapkan prestasi belajar mahasiswa bisa lebih baik. 3. Menindak lanjuti penelitian ini, kiranya KESIMPULAN perlu diadakan kajian atau penelitian 1. Ada perbedaan hasil belajar, yang lebih lanjut, dan dengan sasaran yang diajarkan dengan Model Pengem- lebih luas, agar model ini benar-benar bangan Instruksional (MPI) dan yang bisa dilakukan di wilayah manapun. non MPI matakuliah Microteaching pada mahasiswa FKIP Universitas DAFTAR PUSTAKA Gresik. Anto Dajan, 1986, Pengantar Metode 2. Terdapat perbedaan hasil belajar dari Statistik II, Jakarta, LP3ES. Arief S. Sudiman,Dkk, 1997, Media gaya belajar Visual, Auditorium dan Pendidikan DIKBUD dan CV Kinestetik dengan Model Pengem- Rajawali, Jakarta. bangan Instrukdional matakuliah Atwi Suparman, 1997. Program Microteaching pada mahasiwa FKIP Pengembangan Krtrampilan Dasar Tehnik Instruksional (PEKERTI) untuk Universitas Gresik. Dosen Muda, Dirjen DIKTI Jakarta. 3. Ada interaksi antara gaya belajar Degeng, INS, 1989, Ilmu Pengajaan; mahasiswa dengan Model Taksonomi Variabel, Jakarta, Prngembangan Instrukdional ( MPI) P2LPTK. Degeng, INS, 1997, Strategi terhadap hasil belajar matakuliah Pembelajaran: Mengorganisasi Isi Microteaching mahasiswa FKIP Pembelajaran dengan Model Universitas Gresik. Elaborasi. Desertasi Bahasan Tentang Temuan Penelitian, Malang, IKIP Malang. SARAN Deporter, B, dan Hernacki, M, 2002, Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat Quantum Learning ( Terjemahan) penulis ajukan saran saran sebagai berikut: Bandung Kaifa. 1. Model Pengembangan Instruksional Nasution,1992, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (MPI) direkomendasikan sebagai Jakarta, Bina Aksara. alternatif model pengembangan bahan Riyanto,Y,1996, Metodologi Penelitian bahan pembelajaran. Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, 2. Proses pembelajaran hendaknya lebih Bandung, SIC. Rohani, Ahmad 2004, Pengelolaan memperhatikan perbedaan individu, Pengajaran, Jakarta, Rineka Cipta. karena masing-masing individu Undang Undang no 20 tahun 2003, memiliki gaya belajar sendiri sendiri. tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dengan lebih memperhatikan Internet. perbedaan individu dan dengan 48
  • 49.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ANALISIS PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) OLEH GURU DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR DI SD NU REJODADI CAMPUREJO PANCENG GRESIK Eka Srirahayu Ar.*) Abstrak, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversikasi (perbedaan) sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Guru dituntut untuk lebih kreatif memahami serta mengejawantahkan kurikulum yang ada karena kurikulum tersebut dikembangkan salah satunya adalah dengan prinsip perbedaan peserta didik (guru & siswa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh guru. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dilaksanakan di SD NU rejodadi Campurejo Panceng Gresik. Data dikumpulkan dengan kuesioner, observasi dan wawancara. Informan penelitian adalah para guru dan kepala sekolah. Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk mengetahui penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh guru SD NU rejodadi Campurejo Panceng Gresik. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan guru tentang pengertian KTSP, tujuan, ciri- ciri dan perbedaan KTSP dengan kurikulum sebelumya sebagian besar cukup. Sebagian besar guru dapat menerapkan dengan tepat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai ejawantah dari KTSP. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesiapan dan kreafifitas para guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi sekolah dan pihak terkait mewujudkan upaya memberi kesempatan untuk mendalami KTSP dan jika perlu diberi fasilitas untuk kepentingan tersebut. Hendaknya guru menggunakan metode yang lebih kreatif agar proses pembelajaran lebih menarik dan menciptakan kreatifitas dan kesenangan belajar siswa, dan pembelajaran tidak hanya menggunakan materi dari buku teks bacaan dan LKS saja, melainkan dari sumber dan media yang lain. Selain itu guru hendaknya selalu menyiapkan hal-hal yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Kata Kunci : Penerapan KTSP, Belajar Mengajar. Kegiatan belajar-mengajar (KBM) di selalu bermula dan bermuara pada sekolah yang diselenggarakan oleh guru komponen-komponen pembelajaran yang *) Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Gresik 49
  • 50.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN tersurat dalam kurikulum. Pernyataan ini KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan Pendidikan). Seakan-akan terkesan pembelajaran yang diselenggarakan guru pergantian menteri pendidikan sejalan merupakan bagian utama dari pendidikan dengan pergantian kurikulum pendidikan formal (sekolah) yang syarat mutlaknya yang ada. adalah adanya kurikulum sebagai Realitas di atas tentunya berimbas pedoman. Dengan demikian guru dalam pada penerapan kurikulum oleh guru. merancang program pembelajaran dan Adanya KBK (Kurikulum Berbasis melaksanakan proses pembelajaran akan Kompetensi) banyak “kasus” yang muncul selalu berpedoman pada kurikulum. bahwa guru kesulitan dalam Dalam penerapannya, ada tiga variabel menerapkannya. Belum paham betul akan utama yang saling berkaitan dalam strategi KBK guru sudah “disuguhi” lagi dengan pelaksanaan pendidikan di sekolah. kurikulum KTSP. Tentunya kita bisa Menurut Sudjana (1987:1) ketiga variabel membayangkan apa jadinya pelaksanaan tersebut adalah kurikulum, guru dan proses kurikulum tersebut di lapangan? kegiatan belajar-mengajar (KBM). Guru Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menempati posisi utama (sentral), sebab (KTSP) dikembangkan berdasarkan peranannya sangat menentukan. Ia harus Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dapat menterjemahkan dan menjabarkan tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal nilai-nilai yang ada dalam kurikulum, 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum kemudian mentrasformasikan nilai-nilai pada semua jenjang dan jenis pendidikan tersebut kepada siswa melalui proses dikembangkan dengan prinsip diversikasi kegiatan belajar-mengajar (KBM). Guru (perbedaan) sesuai dengan satuan tidak membuat atau menyusun kurikulum pendidikan, potensi daerah, dan peserta tetapi guru menggunakan kurikulum, didik. menjabarkan, serta melaksanakannya Berdasarkan undang-undang tersebut melalui proses kegiatan belajar mengajar guru dituntut untuk lebih kreatif (KBM). memahami serta mengejawantahkan Pada perkembangan selanjutnya, kurikulum yang ada karena kurikulum sejalan dengan perubahan paradigma tersebut dikembangkan salah satunya pendidikan dari sentralisasi ke adalah dengan prinsip perbedaan peserta desentralisasi mendorong perubahan aspek didik (guru & siswa). Padahal kalau kita pendidikan, salah satunya adalah merujuk pada paparan awal yang kurikulum (Depdiknas, 2006; 1). Di tahun diutarakan bahwa kurikulum merupakan 2004 kita mengenal adanya KBK bagian yang tak terpisahkan dari (Kurikulum Berbasis Kompetensi), tidak pembelajaran. Tidak dapat kita bayangkan, begitu lama yakni di tahun 2006 muncul bentuk pelaksanaan suatu pembelajaran di 50
  • 51.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN sekolah tanpa adanya penerapan (KTSP) adalah kurikulum yang kurikulum. dikembangkan sesuai dengan satuan Kurikulum yang ditentukan oleh pihak pendidikan, potensi sekolah, daerah, atasan, misalnya Depdikbud masih berupa karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya barang cetakan “mati” hanya guru yang masyarakat setempat, dan karakteristik memberi “hidup” kepada pedoman peserta didik. kurikulum yang diterbitkan itu. Karena itu, Ahiri (2007:6) mengatakan bahwa guru merupakan tokoh utama untuk KTSP adalah kurikulum operasional yang mewujudkan kurikulum itu agar terjadi disusun dan dilaksanakan oleh setiap perubahan kelakuan siswa menurut apa satuan pendidikan yang terdiri dari tujuan yang diharapkan. pendidikan, tingkat satuan pendidikan, Pada akhirnya, kreativitas guru yang struktur dan muatan KTSP, kalender dituntut dalam penerapan KTSP tersebut. pendidikan dan silabus. Guru hendaknya dapat menciptakan Kunandar (2007:103) mengemukakan pembelajaran yang menyenangkan dan bahwa KTSP adalah kurikulum mengasikkan bagi siswa. Hal yang operasional yang disusun dan demikian tentunya dapat dijadikan dilaksanakan oleh masing-masing satuan stimulus (rangsangan) bagi terciptanya pendidikan. Lebih lanjut beliau aktivitas dan kreativitas siswa. Hasil menambahkan, KTSP adalah kurikulum akhirnya diharapkan mampu menjadikan yang merefleksikan pengetahuan, siswa mengerti dan memahami akan materi keterampilan dan sikap sehingga dapat yang telah disampaikan oleh guru. meningkatkan potensi siswa secara utuh. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti Dari beberapa pendapat di atas dapat dalam penelitian ini tertarik membuat judul disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat “Analisis Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah Satuan Pendidikan (KTSP) Oleh Guru kurikulum operasional yang disusun dan Dalam Proses Belajar-Mengajar di SD NU dilaksanakan sesuai dengan satuan Rejodadi Campurejo Panceng Gresik”. pendidikan potensi sekolah, daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya TINJAUAN PUSTAKA masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. KTSP merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pengembangan KBK yang bercirikan, (1) adalah kurikulum operasional yang disusun orientasi pencapaian hasil dan dampak; (2) oleh dan dilaksanakan di masing-masing berbasis standar kompetensi dan satuan pendidikan (Depdikbud, 2006:01). kompetensi dasar yang tertuang pada Sedangkan menurut Mulyasa (2006:08) standar isi; (3) bertolak dari standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kompetensi lulusan; (4) memperhatikan 51
  • 52.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN pengembangan kurikulum berdiversifikasi; Meningkatkan mutu pendidikan melelui (5) mengembangkan kompetensi secara kemandirian dan inisiatif sekolah dalam utuh dan menyeluruh; (6) menerapkan mengembangkan kurikulum, mengelola prinsip ketuntasan belajar. dan memberdayakan sumberdaya yang Mengenai tujuan KTSP Mulyasa tersedia. (2006:22) mengatakan bahwa secara Hal penting dalam kegiatan umum tujuan ditetapkannya KTSP adalah penyusunan KTSP meliputi, (1) Analisis untuk mendirikan dan memberdayakan potensi dan kekuatan/kelemahan yang ada satuan pendidikan melalui pemberian di sekolah : siswa, guru dan tenaga wewenangan (otonomi) kepada lembaga kependidikan, sarana prasarana, biaya dan pendidikan dan mendorong sekolah untuk program-program yang ada di sekolah; (2) melakukan pengambilan keputusan secara Analisis peluang dan tantangan yang ada di partisipatif dalam mengembangkan masyarakat dan lingkungan sekitar : kurikulum. Secara khusus tujuan komite sekolah, dewan pendidikan, dinas ditetapkan KTSP adalah untuk, (1) pendidikan, asosiasi propesi, dunia industri Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan dunia kerja, sumberdaya alam dan dan masyarakat dalam pengembangan sosial budaya; (3) Mengidentifikasi kurikulum melalui pengambilan keputusan Standar Isi dan Standar Kompetensi bersama; (2) Meningkatkan kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan yang sehat antar satuan pendidikan tentang KTSP. kualitas pendidikan yang dicapai; (3) Tabel Perbedaan Kurikulum 1994, KBK 2004, dengan KTSP 2006 No Jenis Kurikulum Penjelasan 1. Seluruhnya berada di tangan pusat dan daerah hanya kebagian pengembangan kurikulum lokal dengan porsi 80% pusat dan 20% daerah. 2. Pengembangan kurikulum dilakukan secara sentralisasi. 3. Materi yang dikembangkan dan diajarkan di sekolah sering kali tidak sesuai 1. Kurikulum 1994 kebutuhan dan kemampuan siswa serta kebutuhan masyarakat sekitar sekolah. 4. Pembelajaran cenderung hanya dilakukan di dalam kelas 5. Evaluasi nasional yang tidak dapat menyentuh aspek-aspek kepribadian siswa. 1. Seluruhnya berada di tangan pusat dan daerah hanya mengembangkan kompetensi sebagai standar dan kalender pendidikan. Kurikulum KBK 2. Pengembangan kurikulum dilakukan secara desentralisasi 2. 2004 3. Sekolah diberi kekuasaan untuk menyusun dan mengembangkan silabus mata pelajaran sehingga dapat mengakomodasi potensi sekolah, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta kebutuhan masyarakat sekitar. 52
  • 53.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN No Jenis Kurikulum Penjelasan 4. Pembelajaran yang dilakukan mendorong terjadinya kerjasama antara sekolah, masyarakat dan dunia kerja dalam membentuk kompetensi siswa. 5. Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar, evaluasi pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasarkan indikator. 1. Guru membuat rencana pembelajaran pusat hanya mengembangkan potensi sebagai standar, sedangkan elaborasi kompetensi diserahkan daerah/sekolah dalam bentuk silabus. 2. Pengembangan kurikulum dan perangkat pembelajaran dibuat oleh masing- masing satuan pendidikan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah. 3. Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan : potensi siswa, relevasi dengan karakteristik daerah, tingkat pengembangan fisik, intelektual, 3. Kurikulum KTSP emosional sosial dan spiritual siswa sesuai tuntutan lingkungan dan alokasi waktu. 4. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antara siswa, siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. 5. Evaluasi dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan atau produk penggunaan portofolio dan penilaian diri. METODE Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Deskriptif. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian diskriptif adalah penelitian yang Pada penelitian ini pendekatan yang dilakukan dengan tujuan untuk dipergunakan adalah pendekatan kualitatif. mendeskripsikan fenomena yang diselidiki Pendekatan kualitatif adalah pendekatan dengan cara melukiskan dan yang tidak menggunakan analisis angka- mengklasifikasikan fakta atau karakteristik angka statistik dalam pengolahan datanya fenomena tersebut secara faktual dan (Hadjar, 1996:30). Artinya, hasil yang cermat (Hadjar, 1996:274). Berdasarkan diberikan berupa deskripsi naratif tidak pendapat tersebut maka dalam penelitian berupa hasil angka-angka statistik. Dalam ini nantinya akan mendeskripsikan kaitannya dengan penelitian ini maka penerapan KTSP oleh guru dalam proses penelitian ini nantinya akan memaparkan belajar mengajar di SD NU Rejodadi dan menarasikan data hasil penerapan secara faktual dan cermat. KTSP oleh Guru dalam proses belajar- mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik. 53
  • 54.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Fokus Penelitian kelompok, untuk mendapatkan Fokus dalam penelitian ini adalah informasi tertentu, seperti preferensi, penerapan KTSP dengan indikator : keyakinan, minat, dan perilaku. Pada 1. Pengetahuan guru tentang KTSP penelitian ini peneliti memberikan meliputi, (1) Pengertian; (2) Tujuan; angket kepada guru SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik untuk (3) Ciri-ciri; dan (4) perbedaan KTSP mendapatkan informasi tentang dengan kurikulum sebelumnya. pengetahuan KTSP. 2. Aplikasi Rencana Pelaksanaan Pembe- 2. Observasi (pengamatan) yaitu lajaran (RPP) meliputi, (1) Menerapkan mengamati sebagian kecil perilaku Penulisan Identitas Mata Pelajaran; (2) yang berhubungan dengan penelitian. Penulisan Kompetensi Dasar (KD) dan Dalam kaitannya dengan penelitian ini, SK (standar Kompetensi); (3) peneliti mengamati penerapan KTSP Penulisan Indikator Pencapaian oleh guru dalam proses belajar Kompetensi; (4) Merumuskan Tujuan mengajar di SD NU Rejodadi Pembelajaran; (5) Merumuskan Materi Campurejo Panceng Gresik. Pokok Pembelajaran; (6) Metode 3. Interview (wawancara) adalah Pembelajaran; (7) Pelaksanaan menggali informasi secara lisan dengan kegiatan pembelajaran; (8) Penentuan cara mengajukan pertanyaan- Media / Alat dan Sumber Belajar; (9) pertanyaan kepada guru dan kepala Menentukan Prosedur Penilaian. sekolah SD NU dalam kaitannya 3. Kendala penerapan meliputi, (1) dengan penerapan KTSP dalam proses kesiapan guru; (2) kreativitas guru. belajar-mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik. Informan Penelitian Yang menjadi informan dalam penelitian Teknik Analisis Data ini adalah guru-guru dan kepala sekolah di Data dalam penelitian ini dianalisis SDNU Rejodadi Campurejo Panceng secara deskriptif kualitatif. Artinya, dalam Gresik. penelitian ini akan dipaparkan hasil data yang ada (Bukan wujud angka statistik) Teknik Pengumpulan data tapi berupa : penerapan KTSP oleh guru Teknik yang digunakan dalam dalam proses belajar-mengajar di SD NU Rejodadi Campurejo Panceng Gresik. penelitian ini diantaranya: 1). Angket, 2). Observasi (pengamatan), dan 3). Interview HASIL PENELITIAN (wawancara). 1. Angket merupakan suatu daftar Pengetahuan guru tentang KTSP pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada Pengetahuan guru tentang KTSP subyek, baik secara individual atau merupakan hal penting dalam kaitannya 54
  • 55.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN dengan penerapan kurikulum tersebut. Tabel Pengetahuan Guru tentang Hasil penelitian ini menunjukkan secara Perbedaan KTSP dengan Kurikulum umum guru-guru tidak dapat menyebutkan Sebelumnya dengan lengkap baik pengertian, tujuan, Pengetahuan tentang Jumlah % ciri-ciri, dan perbedaan KTSP dengan Perbedaan KTSP kurikulum sebelumnya. Kurang 4 28,6 Cukup 9 64,3 Baik 1 7,1 Tabel Pengetahuan Guru tentang Sangat Baik 0 0,0 Pengertian KTSP Jumlah 14 100 Pengetahuan tentang Jumlah % Pengertian KTSP Kurang 2 14,2 Keempat tabel di atas menunjukkan Cukup 8 57,1 dari responden yang ada sebagian besar Baik 4 28,6 berpengetahuan cukup tentang Kurikulum Sangat Baik 0 0,0 Tingkat Satuan Pendididikan (KTSP). Hal Jumlah 14 100 ini menunjukkan perlunya upaya memberi kesempatan untuk mendalami KTSP. Jika Tabel Pengetahuan Guru tentang Tujuan perlu diberi fasilitas untuk kepentingan KTSP tersebut. Pengetahuan tentang Jumlah % Tujuan KTSP Aplikasi Rencana Pelaksanaan Kurang 3 21,4 Pembelajaran (RPP) Cukup 9 64,3 Baik 3 14,2 Penerapan Kurikulum Tingkat Sangat Baik 0 0,0 Satuan Pendidikan (KTSP) oleh Guru Jumlah 14 100 dalam proses belajar-mengajar diaplikasikan dalam wujud Silabus dan Tabel Pengetahuan Guru tentang Ciri-ciri selanjutnya diejawantahkan dalam bentuk KTSP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Pengetahuan tentang Jumlah % oleh sebab itu RPP merupakan “garda Ciri-Ciri KTSP terdepan” pelaksanaan KTSP dalam proses Kurang 4 28,6 Cukup 7 50,0 belajar-mengajar. Berdasarkan pemahaman Baik 2 14,3 tersebut maka secara garis besar hasil Sangat Baik 1 7,1 penelitian ini akan dideskripsikan Jumlah 14 100 (dipaparkan dan diuraikan) penerapan RPP tersebut. 55
  • 56.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Tabel Penerapan RPP sebagai ejawantah Guru SD NU dapat memilih kata kerja dari KTSP yang operasional dalam penulisan Penerapan RPP Jumlah % Indikator Pencapaian Kompetensi. Contoh Tidak Tepat 1 7,1 dari indikator pencapaian kompetensi yang Kurang Tepat 2 14,3 ditulis oleh guru: memahami dan Tepat 10 71,5 menghitung penjumlahan angka desimal, Sangat Tepat 1 7,1 memahami dan menyebutkan ciri-ciri Jumlah 14 100 mahluk hidup. 4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tabel di atas menunjukkan hasil kerja guru Guru SD NU Rejodadi dapat dalam membuat dan menerapkan RPP menuliskannya dengan benar. Hal ini sebagai ejawantah dari KTSP. Terlihat didasarkan pada penulisan mereka yang sebagian besar sudah tepat dalam merumuskan pencapaian kompetensi penerapan Rencana Pelaksanaan Pem- dengan menggunakan kata kerja belajaran. Pembahasan secara detail operasional (yang dapat diamati dan tentang penerapan tersebut sebagaimana diukur). Misalnya, siswa dapat membaca uraian di bawah ini. dengan baik, siswa mampu menulis bentuk karangan dengan baik. Siswa mampu 1. Menerapkan Penulisan Identitas Mata menyusun angka bilangan dari bilangan Pelajaran terkecil ke bilangan terbesar dengan baik. Penulisan identitas mata pelajaran 5. Merumuskan Materi Pokok mencakup: a). Penulisan satuan Pembelajaran pendidikan, kelas, b) kelas/tingkat, c) Para Guru SD NU Rejodadi sudah semester, d) nama mata pelajaran, jumlah dapat merinci materi pokok pembelajaran pertemuan ke....Guru SD NU Rejodadi yang berisikan fakta, konsep, prinsip, dapat menerapkannya dengan baik dan prosedur yang dipilih yang relevan. Rujuan benar karena berdasarkan buku panduan materi pokok pembelajaran yang ada, dan silabus yang sudah ada. mereka rujuk dari buku materi yang 2. Penulisan Kompetensi Dasar (KD) dan mereka pergunakan. SK (standar Kompetensi). 6. Metode Pembelajaran Kedua penulisan tersebut juga dapat Dalam menggunaan metode dijabarkan dengan baik oleh guru pembelajaran di kelas, Guru di SD NU berdasarkan buku panduan dan silabus Rejodadi kebanyakan menggunakan yang sudah ada. metode ceramah dan tanya jawab. Guru 3. Penulisan Indikator Pencapaian kurang menggembangkan metode-metode Kompetensi. yang lain. Hal ini mengakibatkan pembelajaran di kelas “monoton” 56
  • 57.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (menjemuhkan) hanya menggunakan halaman.....” dilanjutkan dengan kedua metode tesebut. pemberian materi dengan metode Semestinya guru bisa menggunakan ceramah. metode-metode yang lain. Hal ini dirasa b. Kegiatan Inti perlu karena sejatinya pembelajaran yang Pada kegiatan ini Guru SD NU berlandaskan pada KTSP diharapkan guru Rejodadi belum mampu mampu menciptakan pembelajaran yang mengembangkan pembelajaran secara menyenangkan dan mengasikkan sehingga optimal. Artinya, pada kegiatan ini pembelajaran di kelas lebih menarik. guru diharapkan mampu menyuguhkan Contoh metode lain yang mungkin bisa pemberian materi dan struktur dipergunakan, metode sosiodrama pembelajaran, dan pengaktivan kerja (bermain peran), metode karyawisata, siswa, akan tetapi pada aplikasinya metode demonstrasi (eksperimen) dan lain- guru hanya memberikan materi dengan lain. model metode ceramah dan tanya 7. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran. jawab, dan tugas-tugas yang diberikan a. Kegiatan awal pada siswa hanya berdasarkan pada 1) sebagian guru sudah dapat soal buku teks saja tanpa adanya membangkitkan motivasi siswa kekreativan dan pengembangan dari dalam pembelajaran, akan tetapi guru. sebagian lagi guru masih belum c. Kegiatan Akhir bisa memberikan motivasi dan Pada kegiatan ini, Guru SD NU membangkitkan perhatian siswa Rejodadi belum dapat merangkum agar terlibat aktif dalam proses materi pembelajaran yang sudah pembelajaran. Contoh : guru diberikan, akan tetapi dari segi membuka pelajaran dengan penilaian dan tindak lanjut bentuk langsung menyebutkan materi pembelajaran remedial, penugasan sekarang, tanpa adanya sudah dilakukan oleh guru dengan cara “pancingan” kemarin kita sudah memberikan tugas kelompok atau membahas materi tentang apa? / individu. masih ingat tentang materi 8. Penentuan Media / Alat dan Sumber kemarin.... Belajar 2) Sebagian guru belum mampu Dalam bentuk media pembelajaran menyampaikan materi awal yang guru belum dapat mengoptimalkan dikaitkan dengan relevansinya penerapan media kreatif yang menunjang dengan kehidupan sehari-hari. pembelajaran di kelas. Media yang ada Contoh : guru langsung membuka papan tulis, guru mestinya berani pelajaran dengan berkata “buka menggunakan media penunjang bisa 57
  • 58.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN menggunakan media gambar, televisi, waktu guna mempersiapkan segala hal ataupun media kretif buatan guru sendiri. yang besok akan dilakukan pada proses Dalam segi sumber belajar, guru pun pembelajaran di kelas. terfokus hanya pada buku teks ataupun LKS (Lembar Kerja Siswa) saja, semes- KESIMPULAN DAN SARAN tinya guru dapat menggunakan referensi lain, atau pun nara sumber yang menarik Kesimpulan yang relevan dengan SK (Standart Kompe- 1. Pengetahuan guru tentang pengertia tensi dan Kompetensi Dasar) yang ada. KTSP, tujuan, ciri-ciri dan perbedaan 9. Menentukan Prosedur Penilaian KTSP dengan kurikulum sebelumya Dalam menentuan prosedur penilaian, sebagiab besar cukup. kesemuanya guru yang ada dapat menerap- 2. Sebagian besar guru dapat menerapkan kannya dengan baik, yaitu dengan cara dengan tepat Rencana Pelaksanaan menyusun instrumen penilaian sesuai Pembelajaran (RPP) sebagai ejawantah dengan indikator pencapaian kompetensi dari KTSP meliputi, penerapan penu- dasar. lisan identitas mata pelajaran, penulis- an kompetensi dasar (KD) dan SK Kendala-kendala dalam penerapan (standar kompetensi), penulisan indika- KTSP di SD NU Rejodadi Campurejo tor pencapaian kompetensi, perumusan Panceng Gresik tujuan pembelajaran, perumusan materi Kendala-kendala penerapan KTSP pokok pembelajaran, penggunaan me- dalam proses belajar-mengajar di SD NU tode pembelajaran, pelaksanaan kegiat- di antaranya : an pembelajaran, penentuan media / 1. Kreativitas Guru alat dan sumber belajar, dan penentuan Guru kurang mampu mengembangkan prosedur penilaian. kreativitasnya dalam memilih menggu- 3. Kendala yang dihadapi adalah nakan jenis-jenis metode yang menarik, kurangnya kesiapan dan kreafifitas belum mampu menyuguhkan media para guru. pembelajaran yang menarik bagi siswa (media yang dipergunakan adalah buatan Saran guru sendiri). 1. Bagi sekolah dan pihak terkait dapat 2. Kesiapan Guru mewujudkan upaya memberi Semestinya guru mampu mempersiap- kesempatan untuk mendalami KTSP kan materi, media, ataupun hal-hal lain dan jika perlu diberi fasilitas untuk yang diperlukan pada proses pembelajaran kepentingan tersebut. yang akan dilaksanakan besok harinya. 2. Hendaknya guru menggunakan metode Kebanyakan guru tidak dapat meluangkan yang lebih kreatif agar proses 58
  • 59.
    Jendela Pendidikan, JURNALILMIAH KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN pembelajaran lebih menarik dan Hasan, Chalijah. 1994. Dimensi-Dimensi menciptakan kreatifitas dan kese- Psikologi Pendidikan. Surabaya ; Al- nangan belajar siswa. Ikhlas 3. Bagi guru hendaknya pembelajaran Hadjar, lbnu. 1996. Dasar-Dasar tidak hanya menggunakan materi dari Metodogi Penelitian Kwantitatif buku teks bacaan dan LKS saja, Dalam Pendidikan. Jakarta: PT Raja melainkan Grafindo Persada 4. Guru hendaknya selalu menyiapkan Hasibuan. J.J dan Moedjiono. 1985. Proses hal-hal yang akan dilakukan dalam Belajar-Mengajar. Bandung: PT proses pembelajaran. Remaja Rosdakarya Indrakusuma, Ainier Daien. 1973. DAFTAR PUSTAKA Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Purwanto, M. Ngalim. 1987. Psikohgi Penelitian Suatu Pendekatan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Rosdakarya Depdiknas Dirjen Manpendasmen Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Direktorat Pembinaan Taman Kanak- Belajar-Mengajar. Jakarta: CV. Kanak dan Sekolah Dasar. 2006. Rajawali Pedoman Penyusunan Kwikuium Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah yang Mempengaruhinya.Jakarta: Dasar. Depdiknas Rineka Cipta Djamarah, Syaifu Bahri.l991. Prestasi Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Belajar dan Kompetenst Guru. Proses Belajar-Mengajar. Bandung: Surabaya: Usaha Nasional Sinar Baru Algensindo Offset Pure ban, Arief. 1982. Pengantar Syarief, Hamid. 1996. Pengembangan Penelitiun Dalam Pendidikan. Kurikulum. Surabaya: PT. Bina llmu Surabaya: Usaha Nasional Suryo Subroto. 2002. Proses Belajar- Hadi, Sutrisno, 1987. Metodology Mengajar di Sekolah. Jakarta: Bina Research 1. Yogyakarta: Fakultas Ilmu. Psikologi UGM 59