ANALISIS SEJARAH KENDALISADA DAN PERBEDAAN
GENESA PADA BATUAN PENYUSUN SINGKAPANNYA
DENGAN DAERAH BANDUNGAN, UNGARAN, KABUPATEN
SEMARANG
RYANDO PERDANA
Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro
ryandoperdana@yahoo.com
ABSTRAK
Kendalisada adalah sebuah daerah dengan kadar endapan material gunung api
yang cukup banyak.Endapan material gunung api tersebut berasal dari Gunung Ungaran
purba yang telah meletus puluhan ribu tahun silam dan melontarkan material
vulkaniknya keseluruh daerah disekitarnya. Kendalisada berasal dari Gunung Ungaran
purba berjenis strato. Erupsi Kaldera Gunung Ungaran diawali dengan proses hancurnya
kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga
disertai runtuhan material piroklastik dan akhrinya menyebabkan terbentuknya
Kendalisada ini.Sedangkan lontaran material vulkaniknya pada suatu masa mengendap
disuatu daerah bernama Bandungan dan menciptakan suatu singkapan batuan yang
berasal dari endapan material piroklastik tersebut.Dimana pada observasi lapangan yang
sebelumnya sudah pernah dilakukan ditemukan adanya singkapan batuan dengan
dimensi yang sangat besar sekitar 10 x 8 meter, dan keseluruhannya terdiri atas material
sedimen dan sebagian besar terdri dari endapan dan lontaran material gunung api seperti
abu dan tuff yang terkompaksi dengan baik dalam jangka waktu geologi yang cukup
lama.Dimana dalam pembentukan singkapan tersebut terbentuk akiat aliran lahar yang
mengerus dan mengerosi lapisan top side atau palng atas pada zaman dahulunya.Namun
karena waktu yang lama, pada suatu masa terjadi letusan vulkanik dari Gunung Ungaran
purba yang mengalirkan laharnya keluar permukaan dan mengerus lapisan paling atas
ini dan menyebakan lapisan ini terbakar yang mana sering disebut sebagai tanah
terbakar.Seiring berjalannya waktu lapisan lahar ini mendingin dan membentuk lapisan
batuan yang baru, dan terus menerus mengalami penekanan akibat pengendapan baru
lapisan yang terus terbentuk diatasnya dan pada akhrinya lapisan paling bawah menjadi
1
basement atau lapisan dasar, yang mana sekaligus mejadi lapisan yang paling kompak
akibat penekanan dari lapisan diatasnya dalam senggang waktu yang sangat lama.
PENDAHULUAN
Peninjauan dan observasi wilayah
material piroklastik ini diadakan dengan
melihat langsung menggunakan metode
pratikum lapangan yang bertujuan untuk
dapat memahami penamaan dan klasifikasi
batuan piroklastik. Dapat mendeskripsikan
mineral dalam batuan piroklastik secara
megaskopis.Dapat menentukan struktur,
tekstur, komposisi penyusun, dan genesa
batuan piroklastik.Dapat menentukan nama
batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi
yang ada (Thorpe & Brown, 1965), dan
Pettijohn (1975).Praktikum lapangan ini
dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2
November 2012 degan kesampaian daerah
dari kampus Teknik Geologi sekitar 1 jam
30menit.Dimana pada observasi lapangan
yang sebelumnya dilakukan ditemukan
adanya singkapan batuan dengan
dimensi yang sangat besar sekitar 30 x
15 meter, dan keseluruhannya terdiri atas
material sedimen dan sebagian besar
terdri dari endapan dan lontaran material
gunung api seperti abu dan tuff yang
terkompaksi dengan baik dalam jangka
waktu geologi yang cukup lama dan
dilapisan pada singkapan tersebut juga
terdaat sisipan tekstur breksi akibat
aliran lahar.
GEOLOGI REGIONAL UNGARAN,
KABUPATEN SEMARANG DAN
SEKITARNYA
• Fisiografi Gunung Ungaran
Awal mula pembicaraan
fisiografi Gunung Ungaran adalah
berasal dari fisografi Pegunungan unung
Serayu Utara bagian timur.Dimana
fisiografi Pegunungan Serayu Utara
dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian
barat (Bumiayu), bagian tengah
(Karangkobar) dan bagian timur
(Ungaran) (Gambar 2.1). Dalam
Bemmelen (1970) diuraikan bahwa
stratigrafi regional Pegunungan Serayu
Utara bagian timur (Gunung Ungaran
dan sekitarnya) dari yang tertua adalah
sebagai berikut:
1.Lutut Beds Endapan ini berupa
konglomerat dan batugamping dengan
fosil berupa Spiroclypeus, Eulipidina,
Miogypsina dengan penyebaran yang
sempit. Endapan ini menutupi endapan
Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini
berumur Oligo-Miosen.
2. Merawu Beds Endapan ini
merupakan endapan flysch yang berupa
perselangselingan lempung serpihan,
batupasir kuarsa dan batupasir tufaan
2
dengan fosil Lepidocyclina dan
Cycloclypeus. Endapan ini berumur
Miosen Bawah.
3. Panjatan Beds Endapan ini
berupa lempung serpihan yang relatif
tebal dengan kandungan fosil
Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina
ferreroi PROV., N. Angulosa Prov.,
Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus
TAN., Miogypsina thecideae formis
RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan
Miosen Tengah.
4. Banyak Beds Endapan ini
berupa batupasir tufaan yang diendapkan
pada Miosen Atas.
5.Cipluk Beds Endapan ini
berada di atas Banyak Beds yang berupa
napal yang berumur Miosen Atas.
6. Kapung Limestone
Batugamping tersebut diendapkan pada
Pliosen Bawah dengan dijumpainya fosil
Trybliolepidina dan Clavilithes sp.
Namun fosil ini kelimpahannya sangat
sedikit.
7. Kalibluk Beds Endapan ini
berupa lempung serpihan dan batupasir
yang mengandung moluska yang
mencirikan fauna cheribonian yang
berumur Pliosen Tengah.
8.Damar Series Endapan ini
merupakan endapan yang terbentuk pada
lingkungan transisi. Endapan yang ada
berupa tuffaceous marls dan batupasir
tufaan yang mengandung fosil gigi
Rhinocerous, yang mencirikan
Pleistosen awal-Tengah.
9.Notopuro Breccias Endapan ini
berupa breksi vulkanik yang menutupi
secara tidak selaras di atas endapan
Damar Series. Endapan ini terbentuk
pada Pleistosen Atas.
10.Alluvial dan endapan Ungaran
Muda Endapan ini merupakan endapan
alluvial yang dihasilkan oleh proses erosi
yang terus berlangsung sampai saat ini
(Holosen). Selain itu juga dijumpai
endapan breksi andesit yang merupakan
produk dari Gunung Ungaran Muda.
Menurut Budiardjo et. al. (1997),
stratigrafi daerah Ungaran dari yang tua
ke yang muda (Gambar 2.2) adalah
sebagai berikut :
1.Batugamping volkanik
2.Breksi volkanik III
3.Batupasir volkanik
4.Batulempung volkanik
5.Lava andesitic
6.Andesit porfiritik
7.Breksi volkanik II
8.Breksi volkanik I
9.Andesit porfiritik
10.Lava andesit
11.Aluvium
3
• Tektonika Pembentuk Gunung
Ungaran
Gunung Ungaran selama
perkembangannya mengalami ambrolan-
tektonik yang diakibatkan oleh
pergeseran gaya berat karena dasarnya
yang lemah (Gambar 2.3).Gunung
Ungaran tersebut memperlihat- kan dua
angkatan pertumbuhan yang dipisahkan
oleh dua kali robohan (Zen dkk., 1983).
Ungaran pertama menghasilkan batuan
andesit di Kala Pliosen Bawah, di
Pliosen Tengah hasilnya lebih bersifat
andesit dan berakhir dengan robohan.
Daur kedua mulai di Kala Pliosen Atas
dan Holosen. Kegiatan tersebut
menghasilkan daur ungaran kedua dan
ketiga.Struktur geologi daerah Ungaran
dikontrol oleh struktur runtuhan
(collapse structure) yang memanjang
dari barat hingga tenggara dari Ungaran.
Batuan volkanik penyusun pre-caldera
dikontrol oleh sistem sesar yang berarah
barat laut-barat daya dan tenggara-barat
daya, sedangkan batuan volkanik
penyusun post-caldera hanya terdapat
sedikit struktur dimana struktur ini
dikontrol oleh sistem sesar regional
(Budiardjo et al. 1997).
METODOLOGI
• Alat dan Bahan
1 Alat
1) Palu beku dan sedimen
2) Kompas geologi
3) Alat tulis
4) Clipboard
2 Bahan
1) Buku Lapangan
2) HCl
• Cara kerja
1) Menuju Daerah Bandungan, Ungaran,
Kabupaten Semarang.
2) Pengamatan di daerah Bandungan,
Ungaran, Kabupaten Semarang dalam
satu STA.
3) Di lokasi pengamatan, terlebih dahulu
dilakukan pendeskripsian bersama
dibantu asisten dosen.
4) Pengamatan selanjutnya dilakukan oleh
masing-masing kelompok pada lokasi
pengamatan yang telah ditentukan asisten
dosen.
5) Pengamatan masing-masing kelompok
melipiuti pengukuran strike & dip,
pengamatan litologi lebih dekat, dan
4
pengamatan geologi struktur pada lokasi
pengamatan yang ditentukan.
6) Melengkapi data-data pada buku catatan
lapangan dan mempelajarinya.
DESKRIPSI LABORATORIUM
• Batuan Peraga No. 94
Deskripsi Megaskopis :
- No.Batuan: 94
- Warna : Hitam
- Struktur : Masif
- Tekstur : Glassy
Komposisi Mineral :
- Spirulit (cikal bakal Plagioklas)
Petrogenesa :
Batuan dengan No.peraga 94
ini terbentuknya kemungkinan diluar
dekat dengan permukaan (daerah
vulkanik) namun sebelum mebeku dan
terbetuk batuannya, dia sempat
membentuk spirulit yaitu cikal bakal
plagioklas, namun karena magma
pembentuknya membeku dengan
cepat, maka spirulit tidak sempat
terbentuk sempurna.
Nama Batuan :
Obsidian (Thorpe & Brown, 1962)
• Batuan Peraga No. 99x
Deskripsi Megaskopis :
- No.Batuan: 99x
- Warna : Hijau
- Struktur : Masif
- Tekstur : Glassy
Komposisi Mineral :
- Gelasan 100%
Petrogenesa :
Batuan dengan No.peraga 99x
ini terbentuknya kemungkinan diluar
dekat dengan permukaan (daerah
vulkanik). Pada batuan ini mineral
tidak terbentuk karena magma yang
membentuknya membeku dengan
sangat cepat, dimana pada saat
sebelum membeku terjadi aliran lava
dan mengalami kontak dengan air,
kemudian membentuk struktur dan
tekstur seperti batuan ini,
Nama Batuan :
Obsidian (Thorpe & Brown, 1962)
• Batuan Peraga No. 46
Deskripsi Megaskopis :
- No.Batuan: 46
- Warna : Hitam
- Struktur : Vesikuler (Scorian)
- Tekstur : Glassy
Komposisi Mineral :
- Tidak terdapat mineral karena
struktur berupa vesikuler
Petrogenesa :
5
Batuan dengan No.peraga 46
ini terbentuknya kemungkinan diluar
akibat lontaran dengan cepat
membekukan batuan ini, sehingga
magma yang membentuknya menge-
luarkan gas-gas karena tekanan udara
dan akhirnya membentuk lubang-
lubang gas.
• Batuan Peraga No. T-0
Deskripsi Megaskopis :
- No.Batuan: T-0
- Warna : Hijau
- Struktur : Masif
- Tekstur : Fragmental
Komposisi Mineral :
- Abu (< 2 mm) 15%
- Lapili (2 - 64 mm) 70%
- Blok dan Bom (>64 mm) 15%
Petrogenesa :
Batuan dengan No.peraga T-0
ini terbentuknya saat gunung meletus
dan mengeluarkan maerial vulaknik
berupa abu vulkanik dan material
lainnya seperti lapilli sehingga pada
suatu saat material yang berat akan
lebih dahulu jatuh dan yang agak
ringan akan terlontar cukup jauh,
sehingga akhirnya terakumulasi pada
suatu wilayah dan membentuk batuan
ini dengan komposisi gabungan antar
tuff dan lapilli.
Nama Batuan :
Tuff Lapili (Fisher, 1966)
• Batuan Peraga No. T-0
Deskripsi Megaskopis :
- No.Batuan: T-0
- Warna : Hijau
- Struktur : Masif
- Tekstur : Fragmental
Komposisi Mineral :
- Abu (< 2 mm) 15%
- Lapili (2 - 64 mm) 70%
- Blok dan Bom (>64 mm) 15%
Petrogenesa :
Batuan dengan No.peraga T-0
ini terbentuknya saat gunung meletus
dan mengeluarkan maerial vulaknik
berupa abu vulkanik dan material
lainnya seperti lapilli sehingga pada
suatu saat material yang berat akan
lebih dahulu jatuh dan yang agak
ringan akan terlontar cukup jauh,
sehingga akhirnya terakumulasi pada
suatu wilayah dan membentuk batuan
ini dengan komposisi gabungan antar
tuff dan lapilli.
Nama Batuan :
Tuff Lapili (Fisher, 1966)
• Batuan Peraga No. T-0
Deskripsi Megaskopis :
- No.Batuan: T-0
- Warna : Hijau
- Struktur : Masif
- Tekstur : Fragmental
6
Nama Batuan :
Scoria (Thorpe & Brown, 1962)
5
Komposisi Mineral :
- Abu (< 2 mm) 15%
- Lapili (2 - 64 mm) 70%
- Blok dan Bom (>64 mm) 15%
Petrogenesa :
Batuan dengan No.peraga T-0
ini terbentuknya saat gunung meletus
dan mengeluarkan maerial vulaknik
berupa abu vulkanik dan material
lainnya seperti lapilli sehingga pada
suatu saat material yang berat akan
lebih dahulu jatuh dan yang agak
ringan akan terlontar cukup jauh,
sehingga akhirnya terakumulasi pada
suatu wilayah dan membentuk batuan
ini dengan komposisi gabungan antar
tuff dan lapilli.
Nama Batuan :
Tuff Lapili (Fisher, 1966)
DESKRIPSI LAPANGAN
Pendeskripsian lapangan pertama
dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan)
1 di daerah Kendalisada, Ungaran,
Semarang, dengan deskripsi lapangan
sebagai berikut :
• Kesampaian daerah: 1 jam 15 menit
dari kampus Tembalang.
• Lokasi: Kendalisada, Ungaran,
Semarang
• Bentang alam: Vulkanik
• Bentuk lahan: Struktural (Intrusi)
• Morfologi: Tebing terjal
• Dimensi: 20 x 10 meter
• Litologi:
 Struktur: masif
 Tekstur:
- Granularitas: Holokristalin
- Hubungan antar kristal:
Inequigranular
(porfirofanerik)
- Bentuk kristal: Subhedral
- Ukuran butir: kecil
- Komposisi mineral batuan:
1.Biotit(15%)
2.Plagioklas(40%)
3.Kuarsa(10%)
4.Fenoklis (mineral afanit)
(35%)
 Nama batuan : Andesit Porfir
(Thorpe & Brown, 1985)
• Potensi (+): Tambang batu dan
bahan bangunan
• Potensi (-): Longsor
• Tata guna lahan: Observasi
geologi
• Morfogenesa: Singkapan pada
STA 1 ini terbentuk akibat intrusi
magma yang menerobos lapisan
batuan dan menyebabkan batuan
disekitarnya mengalami peruba-
han komposisi kimia dan
7
terlapukkan , adapun yang
menjadi intrusi magma itu
sekarang adalah batuan beku
intrusif dengan nama Andesit
Porfir (Thorpe & Brown, 1985)
Pendeskripsian lapangan kedua
dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan)
3 di daerah Kendalisada, Ungaran,
Semarang, dengan deskripsi lapangan
sebagai berikut :
• Kesampaian daerah: 30 menit dari
STA 1
• Lokasi: Kendalisada, Ungaran,
Semarang
• Bentang alam: Vulkanik
• Morfologi: Perbukitan
• Dimensi: 15 x 8 meter
• Litologi:
 Struktur: Fragmental
 Tekstur:
- Granularitas: Holohyalin
- Hubungan antar kristal:
- Jenis batuan: Piroklastik
 Nama batuan: Tuff Lapilli
(Fisher, 1966)
 Nama batuan : Andesit
Terlapukan (Ubahan Andesit
akibat pengaruh fluida panas
yang merubah komposisi kimia
dari batuan tersebut)
 Nama batuan: Batulempung
Teralterasi (Terdiri dari mineral-
mineral lempung yang sudah
teraltersai akibat ubahan dari
pengaruh fluida panas yang
merubah komposisi kimia dari
batuan tersebut, missal seperti
dolomit, dll.)
• Potensi (+): Tambang batu
• Potensi (-): Longsor
• Tata guna lahan: Observasi
geologi
• Morfogenesa: Singkapan pada
STA 2 ini terbentuk akibat
pengaruh intrusi magma yang
terdapat pada STA 1 yang
mempengaruhi daerah sekitarnya
yaitu STA 2 ini, dimana pada
daerah ini terdapat mineral-
mineral lempung yang teralterasi,
sehingga diidentifikasi didaerah
ini terdpat adanya akumulasi
fluida (akuifer), dan disini juga
terdapat batuandesit yang sudah
terlapukkan akibat magma yang
menerobos lapisan batuan tadi,
sehingga batuan disekitarnya
menjadi terlapukkan karena suhu
magma yang tinggi.
8
Pendeskripsian lapangan ketiga
dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan)
3 di daerah Bandungan, Ungaran,
Semarang, dengan deskripsi lapangan
sebagai berikut :
• Kesampaian daerah: 30 menit dari
STA 2
• Lokasi: Bandungan, Ungaran,
Semarang
• Bentang alam: Vulkanik
• Morfologi: Tebing terjal
• Dimensi: 10 x 8 meter
• Litologi:
 Struktur: Fragmental
 Tekstur:
- Granularitas: Holohyalin
- Hubungan antar kristal:
- Jenis batuan: Piroklastik
 Nama batuan: Tuff Lapilli
(Fisher, 1966)
 Nama batuan : Fragmen Andesit
(Andesit yang hanya dalm bentuk
fragmen terdapat pada lapisan
akumulasi abu vulkaik yang
sudah terkompaksi)
 Nama batuan: Fragmen Tuff
(Tuff yang hanya dalm bentuk
fragmen terdapat pada lapisan
akumulasi abu vulkaik yang
sudah terkompaksi)
 Nama batuan: Abu Vulkanik
(Akumulasi material pirokastik
dari lontaran gunung api yang
berukuran halus yaitu < 2mm dan
terkompaksi seiring berjalannya
waktu yang sangat lama,
sehingga menjadi terkompaksi
pada daerah singkapan ini)
 Nama batuan: Paleosoil
(merupakan tanah yang
dahulunya adalah topside, namun
karena ada aliran lahar maka
tanah tersebut terbakar dan
membakar pohon-pohon yang
ada pada tanah tersebut, dengan
seiring berjalannya waktu terjadi
sedimentasi lagi secara terus-
menerus pada lapisan diatasya
yang menekan tanah bekas
terbakar tadi, sehingga tanah
tersebut terkompaksi dan
membentuk seperti lapisan
tersendiri, pada fakta lapangan
kelihatan sepeti batas kontak)
• Potensi (+): Perkebunan
• Potensi (-): Longsor
• Tata guna lahan: Observasi geologi
• Morfogenesa: Singkapan pada STA
3 ini terbentuk akibat adanya
perlapisan antara abu vulkanik pada
lapisan paling bawah dan padanya
terdapat adanya fragmen andesit dan
9
tuff yang diidentifikasi lebih
terbentuk dahulu dibanding lapisan
abu vulkanik itu sendiri kemudian
disusul diatasnya palesoil yaitu
merupakan tanah yang dahulunya
adalah topside, namun karena ada
aliran lahar maka tanah tersebut
terbakar, dengan seiring berjalannya
waktu terjadi sedimentasi lagi
secara terus-menerus pada lapisan
diatasya yang terus menekan,
sehingga tanah tersebut terkompaksi
dan membentuk seperti lapisan
tersendiri, pada fakta lapangan
kelihatan sepeti batas kontak,
kemudian diatasnya ada lapisan
bresksi sedimen yang kelihatan
lebih kompak lagi disbanding
lapisan dibawahnya, kemudian
diatasnya ada lagi lapisan dengan
material yang lebih halus lagi dan
terakhir berupa topsoil.
PEMBAHASAN
Kendalisada adalah sebuah
daerah dengan kadar endapan material
gunung api yang cukup banyak.Endapan
material gunung api tersebut berasal dari
Gunung Ungaran purba yang telah
meletus puluhan ribu tahun silam dan
melontarkan material vulkaniknya
keseluruh daerah disekitarnya.
Kendalisada berasal dari Gunung
Ungaran purba berjenis strato. Erupsi
Kaldera Gunung Ungaran diawali
dengan proses hancurnya kepundan
(kubah lava), dan erupsi tersebut
dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga
disertai runtuhan material piroklastik dan
akhrinya menyebabkan terbentuknya
Kendalisada ini.Sedangkan lontaran
material vulkaniknya pada suatu masa
mengendap disuatu daerah bernama
Bandungan dan menciptakan suatu
singkapan batuan yang berasal dari
endapan material piroklastik tersebut.
Menurut analisis geologi,
diketahui bahwasanya Kendalisada ini
adalah puncak daripada Gunung
Ungaran purba, sehingga bisa dikatakan
Gunung Ungaran pada dahulunya jauh
lebih tinggi daripada Gunung Ungaran
yang sekarang.
Adapun proses pembentukan
Kendalisada ini sendiri diinterpretasikan
karena adanya proses letusan yang
sangat dahsyat pada dahulunya yang
menyebabkan kaldera Gunung Ungaran
pecah berhamburan dan lama kelamaan
material letusan gunungnya mulai turun
dan terus turun sehingga menyebakan
Gunung Ungaran terus mengalami
penurunan ketinggian (Gambar 6.1).
10
Secara proses pembentukannya
adalah sebagai berikut :
A. Kendalisada berasal dari Gunung
Ungaran purba berjenis strato.
Erupsi Kaldera Gunung Ungaran
diawali dengan proses hancurnya
kepundan (kubah lava), dan
erupsi tersebut dimungkinkan
tidak terlalu tinggi.
B. Erupsi ini berlanjut dan disertai
dengan runtuhan material
piroklastik meluncur melalui
lereng gunung api ini, (a), yang
kemudian disusul oleh pengen-
dapan material piroklastik.
Material piroklastik (b), yang
merupakan salah satu ciri khas
dari sebuah letusan kaldera.
C. Puncak letusan (klimaks) terjadi
dengan memuntahkan material
magma dalam jumlah besar,
disertai dengan pembentukan
kaldera runtuhan, yang dipicu
oleh berkurangnya massa batuan
akibat keluarnya magma ke
permukaan bumi secara cepat.
Pada tahap ini ciri endapan
letusan yang khas adalah kaya
akan fragmen-fragmen (c) yang
berasal dari proses perusakan
bagian kawah gunung api
tersebut yang berkaitan dengan
puncak letusan.
D. Erupsi masih berlangsung dengan
intensitas yang mulai menurun,
dan sistem kepundan telah
terbuka serta berlanjut dengan
proses pencapaian kesetim-
bangan secara berangsur.
Kemudian jika kita melihat pada
singkapan yang terdapat pada daerah
Kendalisada, dimana pada daerah ini
terdapat dua singkapan yang menjadi
catatan kunci sejarah daerah ini pada
masa dahulunya, (dilihat dari observasi
lapangan sebelumnya).
Dimana secara ilmu geologi
dapat dilihat bahwasanya pada
singkapan yang pertama dapat terbentuk
akibat intrusi magma yang menerobos
lapisan batuan dan menyebabkan batuan
disekitarnya mengalami perubahan
komposisi kimia dan terlapukkan.
Adapun yang menjadi intrusi magma itu
sekarang adalah batuan beku intrusif
dengan nama Andesit Porfir (Thorpe &
Brown, 1985).
Kemudian jika kita lihat pada
singkapan yang kedua diinterpretasikan
bahwsanya singkpan ini terbentuk akibat
pengaruh intrusi magma yang terdapat
pada singkapan 1 yang mempengaruhi
daerah sekitarnya yaitu singkapan 2 ini,
11
dimana pada daerah ini terdapat mineral-
mineral lempung yang teralterasi,
sehingga diidentifikasi didaerah ini
terdpat adanya akumulasi fluida
(akuifer), dan disini juga terdapat
batuandesit yang sudah terlapukkan
akibat magma yang menerobos lapisan
batuan tadi, sehingga batuan disekitarnya
menjadi terlapukkan karena suhu magma
yang tinggi.
Kemudian jika kita bandingkan
dengan singkapan yang ada pada daerah
Bandungan, Ungaran, ternyata cara
pembentukan singkapannya jauh berbeda
dengan singkapan yang ada di
Kendalisada.Dimana secara morfo-
genesanya singkapan pada daerah
Bandungan, Ungaran ini terbentuk akibat
adanya perlapisan antara abu vulkanik
pada lapisan paling bawah dan padanya
terdapat adanya fragmen andesit dan tuff
yang diidentifikasi lebih terbentuk
dahulu dibanding lapisan abu vulkanik
itu sendiri kemudian disusul diatasnya
palesoil yaitu merupakan tanah yang
dahulunya adalah topside, namun karena
ada aliran lahar maka tanah tersebut
terbakar, dengan seiring berjalannya
waktu terjadi sedimentasi lagi secara
terus-menerus pada lapisan diatasya
yang terus menekan, sehingga tanah
tersebut terkompaksi dan membentuk
seperti lapisan tersendiri, pada fakta
lapangan kelihatan sepeti batas kontak,
kemudian diatasnya ada lapisan bresksi
sedimen yang kelihatan lebih kompak
lagi disbanding lapisan dibawahnya,
kemudian diatasnya ada lagi lapisan
dengan material yang lebih halus lagi
dan terakhir berupa topsoil.
KESIMPULAN
• Singkapan pada daerah Kendalisada
terbentuk akibat endapan material
vulkanik dari letusan Gunung
Ungaran Purba.
• Material piroklastik merupakan salah
satu ciri khas dari sebuah letusan
kaldera gunung api, dalam hal ini
yaitu Gunung Ungaran.
• Puncak letusan (klimaks) terjadi
dengan memuntahkan material
magma dalam jumlah besar, disertai
dengan pembentukan kaldera
runtuhan.
• Singkapan pada daerah Bandungan
terbentuk akibat akumulasi endapan
abu vulkanik dengan sisipan fragmen
andesit dan tuff yang memiliki umur
lebih tua daripada lapisannya dan
akibat adanya aliran lahar setelahnya
yang terus menerus setelahnya
mengalami sedimentasi sampai
12
akhirnya terbentuk singkapan batuan
yang terkompaksi.
REFERENSI
Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar
Gunungapi Indonesia. Direktorat
Vulkanologi. 819 h.
Pribadi A., dan Mulyadi E. 2007. Jurnal
Geologi Indonesia. Badan Geologi dan
Pusat Survei Geologi. Bandung.
Tim Asisten Petrologi. 2010. Panduan
Praktikum Petrologi.UNDIP : Semarang.
LAMPIRAN
Gambar 2.1 Sketsa fisiografi Pulau Jawa
bagian tengah (Bemmelen,1943 vide
Bemmelen, 1970, dengan modifikasi)
Gambar 2.2 Peta geologi regional daerah
Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997)
Gambar 2.3 Blok diagram struktur volkano-
tektonik Ungaran Tua (akhir Pleistosen).
(Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970 dengan
perubahan)
13
Gambar 6.1 Ilustrasi mekanisme dan tahapan
erupsi Kaldera Gunung Ungaran
(dalam hasil / isi di atas).
14

Jurnal piroklastik-ryando-perdana

  • 1.
    ANALISIS SEJARAH KENDALISADADAN PERBEDAAN GENESA PADA BATUAN PENYUSUN SINGKAPANNYA DENGAN DAERAH BANDUNGAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG RYANDO PERDANA Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro [email protected] ABSTRAK Kendalisada adalah sebuah daerah dengan kadar endapan material gunung api yang cukup banyak.Endapan material gunung api tersebut berasal dari Gunung Ungaran purba yang telah meletus puluhan ribu tahun silam dan melontarkan material vulkaniknya keseluruh daerah disekitarnya. Kendalisada berasal dari Gunung Ungaran purba berjenis strato. Erupsi Kaldera Gunung Ungaran diawali dengan proses hancurnya kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga disertai runtuhan material piroklastik dan akhrinya menyebabkan terbentuknya Kendalisada ini.Sedangkan lontaran material vulkaniknya pada suatu masa mengendap disuatu daerah bernama Bandungan dan menciptakan suatu singkapan batuan yang berasal dari endapan material piroklastik tersebut.Dimana pada observasi lapangan yang sebelumnya sudah pernah dilakukan ditemukan adanya singkapan batuan dengan dimensi yang sangat besar sekitar 10 x 8 meter, dan keseluruhannya terdiri atas material sedimen dan sebagian besar terdri dari endapan dan lontaran material gunung api seperti abu dan tuff yang terkompaksi dengan baik dalam jangka waktu geologi yang cukup lama.Dimana dalam pembentukan singkapan tersebut terbentuk akiat aliran lahar yang mengerus dan mengerosi lapisan top side atau palng atas pada zaman dahulunya.Namun karena waktu yang lama, pada suatu masa terjadi letusan vulkanik dari Gunung Ungaran purba yang mengalirkan laharnya keluar permukaan dan mengerus lapisan paling atas ini dan menyebakan lapisan ini terbakar yang mana sering disebut sebagai tanah terbakar.Seiring berjalannya waktu lapisan lahar ini mendingin dan membentuk lapisan batuan yang baru, dan terus menerus mengalami penekanan akibat pengendapan baru lapisan yang terus terbentuk diatasnya dan pada akhrinya lapisan paling bawah menjadi 1
  • 2.
    basement atau lapisandasar, yang mana sekaligus mejadi lapisan yang paling kompak akibat penekanan dari lapisan diatasnya dalam senggang waktu yang sangat lama. PENDAHULUAN Peninjauan dan observasi wilayah material piroklastik ini diadakan dengan melihat langsung menggunakan metode pratikum lapangan yang bertujuan untuk dapat memahami penamaan dan klasifikasi batuan piroklastik. Dapat mendeskripsikan mineral dalam batuan piroklastik secara megaskopis.Dapat menentukan struktur, tekstur, komposisi penyusun, dan genesa batuan piroklastik.Dapat menentukan nama batuan piroklastik berdasarkan klasifikasi yang ada (Thorpe & Brown, 1965), dan Pettijohn (1975).Praktikum lapangan ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 2 November 2012 degan kesampaian daerah dari kampus Teknik Geologi sekitar 1 jam 30menit.Dimana pada observasi lapangan yang sebelumnya dilakukan ditemukan adanya singkapan batuan dengan dimensi yang sangat besar sekitar 30 x 15 meter, dan keseluruhannya terdiri atas material sedimen dan sebagian besar terdri dari endapan dan lontaran material gunung api seperti abu dan tuff yang terkompaksi dengan baik dalam jangka waktu geologi yang cukup lama dan dilapisan pada singkapan tersebut juga terdaat sisipan tekstur breksi akibat aliran lahar. GEOLOGI REGIONAL UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG DAN SEKITARNYA • Fisiografi Gunung Ungaran Awal mula pembicaraan fisiografi Gunung Ungaran adalah berasal dari fisografi Pegunungan unung Serayu Utara bagian timur.Dimana fisiografi Pegunungan Serayu Utara dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian barat (Bumiayu), bagian tengah (Karangkobar) dan bagian timur (Ungaran) (Gambar 2.1). Dalam Bemmelen (1970) diuraikan bahwa stratigrafi regional Pegunungan Serayu Utara bagian timur (Gunung Ungaran dan sekitarnya) dari yang tertua adalah sebagai berikut: 1.Lutut Beds Endapan ini berupa konglomerat dan batugamping dengan fosil berupa Spiroclypeus, Eulipidina, Miogypsina dengan penyebaran yang sempit. Endapan ini menutupi endapan Eosen yang ada di bawahnya.endapan ini berumur Oligo-Miosen. 2. Merawu Beds Endapan ini merupakan endapan flysch yang berupa perselangselingan lempung serpihan, batupasir kuarsa dan batupasir tufaan 2
  • 3.
    dengan fosil Lepidocyclinadan Cycloclypeus. Endapan ini berumur Miosen Bawah. 3. Panjatan Beds Endapan ini berupa lempung serpihan yang relatif tebal dengan kandungan fosil Trypliolepidina rutteni, Nephrolepidina ferreroi PROV., N. Angulosa Prov., Cycloclypeus sp., Radiocyclocypeus TAN., Miogypsina thecideae formis RUTTEN. Fosil yang ada menunjukkan Miosen Tengah. 4. Banyak Beds Endapan ini berupa batupasir tufaan yang diendapkan pada Miosen Atas. 5.Cipluk Beds Endapan ini berada di atas Banyak Beds yang berupa napal yang berumur Miosen Atas. 6. Kapung Limestone Batugamping tersebut diendapkan pada Pliosen Bawah dengan dijumpainya fosil Trybliolepidina dan Clavilithes sp. Namun fosil ini kelimpahannya sangat sedikit. 7. Kalibluk Beds Endapan ini berupa lempung serpihan dan batupasir yang mengandung moluska yang mencirikan fauna cheribonian yang berumur Pliosen Tengah. 8.Damar Series Endapan ini merupakan endapan yang terbentuk pada lingkungan transisi. Endapan yang ada berupa tuffaceous marls dan batupasir tufaan yang mengandung fosil gigi Rhinocerous, yang mencirikan Pleistosen awal-Tengah. 9.Notopuro Breccias Endapan ini berupa breksi vulkanik yang menutupi secara tidak selaras di atas endapan Damar Series. Endapan ini terbentuk pada Pleistosen Atas. 10.Alluvial dan endapan Ungaran Muda Endapan ini merupakan endapan alluvial yang dihasilkan oleh proses erosi yang terus berlangsung sampai saat ini (Holosen). Selain itu juga dijumpai endapan breksi andesit yang merupakan produk dari Gunung Ungaran Muda. Menurut Budiardjo et. al. (1997), stratigrafi daerah Ungaran dari yang tua ke yang muda (Gambar 2.2) adalah sebagai berikut : 1.Batugamping volkanik 2.Breksi volkanik III 3.Batupasir volkanik 4.Batulempung volkanik 5.Lava andesitic 6.Andesit porfiritik 7.Breksi volkanik II 8.Breksi volkanik I 9.Andesit porfiritik 10.Lava andesit 11.Aluvium 3
  • 4.
    • Tektonika PembentukGunung Ungaran Gunung Ungaran selama perkembangannya mengalami ambrolan- tektonik yang diakibatkan oleh pergeseran gaya berat karena dasarnya yang lemah (Gambar 2.3).Gunung Ungaran tersebut memperlihat- kan dua angkatan pertumbuhan yang dipisahkan oleh dua kali robohan (Zen dkk., 1983). Ungaran pertama menghasilkan batuan andesit di Kala Pliosen Bawah, di Pliosen Tengah hasilnya lebih bersifat andesit dan berakhir dengan robohan. Daur kedua mulai di Kala Pliosen Atas dan Holosen. Kegiatan tersebut menghasilkan daur ungaran kedua dan ketiga.Struktur geologi daerah Ungaran dikontrol oleh struktur runtuhan (collapse structure) yang memanjang dari barat hingga tenggara dari Ungaran. Batuan volkanik penyusun pre-caldera dikontrol oleh sistem sesar yang berarah barat laut-barat daya dan tenggara-barat daya, sedangkan batuan volkanik penyusun post-caldera hanya terdapat sedikit struktur dimana struktur ini dikontrol oleh sistem sesar regional (Budiardjo et al. 1997). METODOLOGI • Alat dan Bahan 1 Alat 1) Palu beku dan sedimen 2) Kompas geologi 3) Alat tulis 4) Clipboard 2 Bahan 1) Buku Lapangan 2) HCl • Cara kerja 1) Menuju Daerah Bandungan, Ungaran, Kabupaten Semarang. 2) Pengamatan di daerah Bandungan, Ungaran, Kabupaten Semarang dalam satu STA. 3) Di lokasi pengamatan, terlebih dahulu dilakukan pendeskripsian bersama dibantu asisten dosen. 4) Pengamatan selanjutnya dilakukan oleh masing-masing kelompok pada lokasi pengamatan yang telah ditentukan asisten dosen. 5) Pengamatan masing-masing kelompok melipiuti pengukuran strike & dip, pengamatan litologi lebih dekat, dan 4
  • 5.
    pengamatan geologi strukturpada lokasi pengamatan yang ditentukan. 6) Melengkapi data-data pada buku catatan lapangan dan mempelajarinya. DESKRIPSI LABORATORIUM • Batuan Peraga No. 94 Deskripsi Megaskopis : - No.Batuan: 94 - Warna : Hitam - Struktur : Masif - Tekstur : Glassy Komposisi Mineral : - Spirulit (cikal bakal Plagioklas) Petrogenesa : Batuan dengan No.peraga 94 ini terbentuknya kemungkinan diluar dekat dengan permukaan (daerah vulkanik) namun sebelum mebeku dan terbetuk batuannya, dia sempat membentuk spirulit yaitu cikal bakal plagioklas, namun karena magma pembentuknya membeku dengan cepat, maka spirulit tidak sempat terbentuk sempurna. Nama Batuan : Obsidian (Thorpe & Brown, 1962) • Batuan Peraga No. 99x Deskripsi Megaskopis : - No.Batuan: 99x - Warna : Hijau - Struktur : Masif - Tekstur : Glassy Komposisi Mineral : - Gelasan 100% Petrogenesa : Batuan dengan No.peraga 99x ini terbentuknya kemungkinan diluar dekat dengan permukaan (daerah vulkanik). Pada batuan ini mineral tidak terbentuk karena magma yang membentuknya membeku dengan sangat cepat, dimana pada saat sebelum membeku terjadi aliran lava dan mengalami kontak dengan air, kemudian membentuk struktur dan tekstur seperti batuan ini, Nama Batuan : Obsidian (Thorpe & Brown, 1962) • Batuan Peraga No. 46 Deskripsi Megaskopis : - No.Batuan: 46 - Warna : Hitam - Struktur : Vesikuler (Scorian) - Tekstur : Glassy Komposisi Mineral : - Tidak terdapat mineral karena struktur berupa vesikuler Petrogenesa : 5
  • 6.
    Batuan dengan No.peraga46 ini terbentuknya kemungkinan diluar akibat lontaran dengan cepat membekukan batuan ini, sehingga magma yang membentuknya menge- luarkan gas-gas karena tekanan udara dan akhirnya membentuk lubang- lubang gas. • Batuan Peraga No. T-0 Deskripsi Megaskopis : - No.Batuan: T-0 - Warna : Hijau - Struktur : Masif - Tekstur : Fragmental Komposisi Mineral : - Abu (< 2 mm) 15% - Lapili (2 - 64 mm) 70% - Blok dan Bom (>64 mm) 15% Petrogenesa : Batuan dengan No.peraga T-0 ini terbentuknya saat gunung meletus dan mengeluarkan maerial vulaknik berupa abu vulkanik dan material lainnya seperti lapilli sehingga pada suatu saat material yang berat akan lebih dahulu jatuh dan yang agak ringan akan terlontar cukup jauh, sehingga akhirnya terakumulasi pada suatu wilayah dan membentuk batuan ini dengan komposisi gabungan antar tuff dan lapilli. Nama Batuan : Tuff Lapili (Fisher, 1966) • Batuan Peraga No. T-0 Deskripsi Megaskopis : - No.Batuan: T-0 - Warna : Hijau - Struktur : Masif - Tekstur : Fragmental Komposisi Mineral : - Abu (< 2 mm) 15% - Lapili (2 - 64 mm) 70% - Blok dan Bom (>64 mm) 15% Petrogenesa : Batuan dengan No.peraga T-0 ini terbentuknya saat gunung meletus dan mengeluarkan maerial vulaknik berupa abu vulkanik dan material lainnya seperti lapilli sehingga pada suatu saat material yang berat akan lebih dahulu jatuh dan yang agak ringan akan terlontar cukup jauh, sehingga akhirnya terakumulasi pada suatu wilayah dan membentuk batuan ini dengan komposisi gabungan antar tuff dan lapilli. Nama Batuan : Tuff Lapili (Fisher, 1966) • Batuan Peraga No. T-0 Deskripsi Megaskopis : - No.Batuan: T-0 - Warna : Hijau - Struktur : Masif - Tekstur : Fragmental 6 Nama Batuan : Scoria (Thorpe & Brown, 1962) 5
  • 7.
    Komposisi Mineral : -Abu (< 2 mm) 15% - Lapili (2 - 64 mm) 70% - Blok dan Bom (>64 mm) 15% Petrogenesa : Batuan dengan No.peraga T-0 ini terbentuknya saat gunung meletus dan mengeluarkan maerial vulaknik berupa abu vulkanik dan material lainnya seperti lapilli sehingga pada suatu saat material yang berat akan lebih dahulu jatuh dan yang agak ringan akan terlontar cukup jauh, sehingga akhirnya terakumulasi pada suatu wilayah dan membentuk batuan ini dengan komposisi gabungan antar tuff dan lapilli. Nama Batuan : Tuff Lapili (Fisher, 1966) DESKRIPSI LAPANGAN Pendeskripsian lapangan pertama dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan) 1 di daerah Kendalisada, Ungaran, Semarang, dengan deskripsi lapangan sebagai berikut : • Kesampaian daerah: 1 jam 15 menit dari kampus Tembalang. • Lokasi: Kendalisada, Ungaran, Semarang • Bentang alam: Vulkanik • Bentuk lahan: Struktural (Intrusi) • Morfologi: Tebing terjal • Dimensi: 20 x 10 meter • Litologi:  Struktur: masif  Tekstur: - Granularitas: Holokristalin - Hubungan antar kristal: Inequigranular (porfirofanerik) - Bentuk kristal: Subhedral - Ukuran butir: kecil - Komposisi mineral batuan: 1.Biotit(15%) 2.Plagioklas(40%) 3.Kuarsa(10%) 4.Fenoklis (mineral afanit) (35%)  Nama batuan : Andesit Porfir (Thorpe & Brown, 1985) • Potensi (+): Tambang batu dan bahan bangunan • Potensi (-): Longsor • Tata guna lahan: Observasi geologi • Morfogenesa: Singkapan pada STA 1 ini terbentuk akibat intrusi magma yang menerobos lapisan batuan dan menyebabkan batuan disekitarnya mengalami peruba- han komposisi kimia dan 7
  • 8.
    terlapukkan , adapunyang menjadi intrusi magma itu sekarang adalah batuan beku intrusif dengan nama Andesit Porfir (Thorpe & Brown, 1985) Pendeskripsian lapangan kedua dilakukan di STA (Stasiun Pengamatan) 3 di daerah Kendalisada, Ungaran, Semarang, dengan deskripsi lapangan sebagai berikut : • Kesampaian daerah: 30 menit dari STA 1 • Lokasi: Kendalisada, Ungaran, Semarang • Bentang alam: Vulkanik • Morfologi: Perbukitan • Dimensi: 15 x 8 meter • Litologi:  Struktur: Fragmental  Tekstur: - Granularitas: Holohyalin - Hubungan antar kristal: - Jenis batuan: Piroklastik  Nama batuan: Tuff Lapilli (Fisher, 1966)  Nama batuan : Andesit Terlapukan (Ubahan Andesit akibat pengaruh fluida panas yang merubah komposisi kimia dari batuan tersebut)  Nama batuan: Batulempung Teralterasi (Terdiri dari mineral- mineral lempung yang sudah teraltersai akibat ubahan dari pengaruh fluida panas yang merubah komposisi kimia dari batuan tersebut, missal seperti dolomit, dll.) • Potensi (+): Tambang batu • Potensi (-): Longsor • Tata guna lahan: Observasi geologi • Morfogenesa: Singkapan pada STA 2 ini terbentuk akibat pengaruh intrusi magma yang terdapat pada STA 1 yang mempengaruhi daerah sekitarnya yaitu STA 2 ini, dimana pada daerah ini terdapat mineral- mineral lempung yang teralterasi, sehingga diidentifikasi didaerah ini terdpat adanya akumulasi fluida (akuifer), dan disini juga terdapat batuandesit yang sudah terlapukkan akibat magma yang menerobos lapisan batuan tadi, sehingga batuan disekitarnya menjadi terlapukkan karena suhu magma yang tinggi. 8
  • 9.
    Pendeskripsian lapangan ketiga dilakukandi STA (Stasiun Pengamatan) 3 di daerah Bandungan, Ungaran, Semarang, dengan deskripsi lapangan sebagai berikut : • Kesampaian daerah: 30 menit dari STA 2 • Lokasi: Bandungan, Ungaran, Semarang • Bentang alam: Vulkanik • Morfologi: Tebing terjal • Dimensi: 10 x 8 meter • Litologi:  Struktur: Fragmental  Tekstur: - Granularitas: Holohyalin - Hubungan antar kristal: - Jenis batuan: Piroklastik  Nama batuan: Tuff Lapilli (Fisher, 1966)  Nama batuan : Fragmen Andesit (Andesit yang hanya dalm bentuk fragmen terdapat pada lapisan akumulasi abu vulkaik yang sudah terkompaksi)  Nama batuan: Fragmen Tuff (Tuff yang hanya dalm bentuk fragmen terdapat pada lapisan akumulasi abu vulkaik yang sudah terkompaksi)  Nama batuan: Abu Vulkanik (Akumulasi material pirokastik dari lontaran gunung api yang berukuran halus yaitu < 2mm dan terkompaksi seiring berjalannya waktu yang sangat lama, sehingga menjadi terkompaksi pada daerah singkapan ini)  Nama batuan: Paleosoil (merupakan tanah yang dahulunya adalah topside, namun karena ada aliran lahar maka tanah tersebut terbakar dan membakar pohon-pohon yang ada pada tanah tersebut, dengan seiring berjalannya waktu terjadi sedimentasi lagi secara terus- menerus pada lapisan diatasya yang menekan tanah bekas terbakar tadi, sehingga tanah tersebut terkompaksi dan membentuk seperti lapisan tersendiri, pada fakta lapangan kelihatan sepeti batas kontak) • Potensi (+): Perkebunan • Potensi (-): Longsor • Tata guna lahan: Observasi geologi • Morfogenesa: Singkapan pada STA 3 ini terbentuk akibat adanya perlapisan antara abu vulkanik pada lapisan paling bawah dan padanya terdapat adanya fragmen andesit dan 9
  • 10.
    tuff yang diidentifikasilebih terbentuk dahulu dibanding lapisan abu vulkanik itu sendiri kemudian disusul diatasnya palesoil yaitu merupakan tanah yang dahulunya adalah topside, namun karena ada aliran lahar maka tanah tersebut terbakar, dengan seiring berjalannya waktu terjadi sedimentasi lagi secara terus-menerus pada lapisan diatasya yang terus menekan, sehingga tanah tersebut terkompaksi dan membentuk seperti lapisan tersendiri, pada fakta lapangan kelihatan sepeti batas kontak, kemudian diatasnya ada lapisan bresksi sedimen yang kelihatan lebih kompak lagi disbanding lapisan dibawahnya, kemudian diatasnya ada lagi lapisan dengan material yang lebih halus lagi dan terakhir berupa topsoil. PEMBAHASAN Kendalisada adalah sebuah daerah dengan kadar endapan material gunung api yang cukup banyak.Endapan material gunung api tersebut berasal dari Gunung Ungaran purba yang telah meletus puluhan ribu tahun silam dan melontarkan material vulkaniknya keseluruh daerah disekitarnya. Kendalisada berasal dari Gunung Ungaran purba berjenis strato. Erupsi Kaldera Gunung Ungaran diawali dengan proses hancurnya kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut dimungkinkan tidak terlalu tinggi hingga disertai runtuhan material piroklastik dan akhrinya menyebabkan terbentuknya Kendalisada ini.Sedangkan lontaran material vulkaniknya pada suatu masa mengendap disuatu daerah bernama Bandungan dan menciptakan suatu singkapan batuan yang berasal dari endapan material piroklastik tersebut. Menurut analisis geologi, diketahui bahwasanya Kendalisada ini adalah puncak daripada Gunung Ungaran purba, sehingga bisa dikatakan Gunung Ungaran pada dahulunya jauh lebih tinggi daripada Gunung Ungaran yang sekarang. Adapun proses pembentukan Kendalisada ini sendiri diinterpretasikan karena adanya proses letusan yang sangat dahsyat pada dahulunya yang menyebabkan kaldera Gunung Ungaran pecah berhamburan dan lama kelamaan material letusan gunungnya mulai turun dan terus turun sehingga menyebakan Gunung Ungaran terus mengalami penurunan ketinggian (Gambar 6.1). 10
  • 11.
    Secara proses pembentukannya adalahsebagai berikut : A. Kendalisada berasal dari Gunung Ungaran purba berjenis strato. Erupsi Kaldera Gunung Ungaran diawali dengan proses hancurnya kepundan (kubah lava), dan erupsi tersebut dimungkinkan tidak terlalu tinggi. B. Erupsi ini berlanjut dan disertai dengan runtuhan material piroklastik meluncur melalui lereng gunung api ini, (a), yang kemudian disusul oleh pengen- dapan material piroklastik. Material piroklastik (b), yang merupakan salah satu ciri khas dari sebuah letusan kaldera. C. Puncak letusan (klimaks) terjadi dengan memuntahkan material magma dalam jumlah besar, disertai dengan pembentukan kaldera runtuhan, yang dipicu oleh berkurangnya massa batuan akibat keluarnya magma ke permukaan bumi secara cepat. Pada tahap ini ciri endapan letusan yang khas adalah kaya akan fragmen-fragmen (c) yang berasal dari proses perusakan bagian kawah gunung api tersebut yang berkaitan dengan puncak letusan. D. Erupsi masih berlangsung dengan intensitas yang mulai menurun, dan sistem kepundan telah terbuka serta berlanjut dengan proses pencapaian kesetim- bangan secara berangsur. Kemudian jika kita melihat pada singkapan yang terdapat pada daerah Kendalisada, dimana pada daerah ini terdapat dua singkapan yang menjadi catatan kunci sejarah daerah ini pada masa dahulunya, (dilihat dari observasi lapangan sebelumnya). Dimana secara ilmu geologi dapat dilihat bahwasanya pada singkapan yang pertama dapat terbentuk akibat intrusi magma yang menerobos lapisan batuan dan menyebabkan batuan disekitarnya mengalami perubahan komposisi kimia dan terlapukkan. Adapun yang menjadi intrusi magma itu sekarang adalah batuan beku intrusif dengan nama Andesit Porfir (Thorpe & Brown, 1985). Kemudian jika kita lihat pada singkapan yang kedua diinterpretasikan bahwsanya singkpan ini terbentuk akibat pengaruh intrusi magma yang terdapat pada singkapan 1 yang mempengaruhi daerah sekitarnya yaitu singkapan 2 ini, 11
  • 12.
    dimana pada daerahini terdapat mineral- mineral lempung yang teralterasi, sehingga diidentifikasi didaerah ini terdpat adanya akumulasi fluida (akuifer), dan disini juga terdapat batuandesit yang sudah terlapukkan akibat magma yang menerobos lapisan batuan tadi, sehingga batuan disekitarnya menjadi terlapukkan karena suhu magma yang tinggi. Kemudian jika kita bandingkan dengan singkapan yang ada pada daerah Bandungan, Ungaran, ternyata cara pembentukan singkapannya jauh berbeda dengan singkapan yang ada di Kendalisada.Dimana secara morfo- genesanya singkapan pada daerah Bandungan, Ungaran ini terbentuk akibat adanya perlapisan antara abu vulkanik pada lapisan paling bawah dan padanya terdapat adanya fragmen andesit dan tuff yang diidentifikasi lebih terbentuk dahulu dibanding lapisan abu vulkanik itu sendiri kemudian disusul diatasnya palesoil yaitu merupakan tanah yang dahulunya adalah topside, namun karena ada aliran lahar maka tanah tersebut terbakar, dengan seiring berjalannya waktu terjadi sedimentasi lagi secara terus-menerus pada lapisan diatasya yang terus menekan, sehingga tanah tersebut terkompaksi dan membentuk seperti lapisan tersendiri, pada fakta lapangan kelihatan sepeti batas kontak, kemudian diatasnya ada lapisan bresksi sedimen yang kelihatan lebih kompak lagi disbanding lapisan dibawahnya, kemudian diatasnya ada lagi lapisan dengan material yang lebih halus lagi dan terakhir berupa topsoil. KESIMPULAN • Singkapan pada daerah Kendalisada terbentuk akibat endapan material vulkanik dari letusan Gunung Ungaran Purba. • Material piroklastik merupakan salah satu ciri khas dari sebuah letusan kaldera gunung api, dalam hal ini yaitu Gunung Ungaran. • Puncak letusan (klimaks) terjadi dengan memuntahkan material magma dalam jumlah besar, disertai dengan pembentukan kaldera runtuhan. • Singkapan pada daerah Bandungan terbentuk akibat akumulasi endapan abu vulkanik dengan sisipan fragmen andesit dan tuff yang memiliki umur lebih tua daripada lapisannya dan akibat adanya aliran lahar setelahnya yang terus menerus setelahnya mengalami sedimentasi sampai 12
  • 13.
    akhirnya terbentuk singkapanbatuan yang terkompaksi. REFERENSI Kusumadinata, K., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia. Direktorat Vulkanologi. 819 h. Pribadi A., dan Mulyadi E. 2007. Jurnal Geologi Indonesia. Badan Geologi dan Pusat Survei Geologi. Bandung. Tim Asisten Petrologi. 2010. Panduan Praktikum Petrologi.UNDIP : Semarang. LAMPIRAN Gambar 2.1 Sketsa fisiografi Pulau Jawa bagian tengah (Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970, dengan modifikasi) Gambar 2.2 Peta geologi regional daerah Ungaran (Budiardjo, et. al., 1997) Gambar 2.3 Blok diagram struktur volkano- tektonik Ungaran Tua (akhir Pleistosen). (Bemmelen,1943 vide Bemmelen, 1970 dengan perubahan) 13
  • 14.
    Gambar 6.1 Ilustrasimekanisme dan tahapan erupsi Kaldera Gunung Ungaran (dalam hasil / isi di atas). 14