Seminar Nasional AVoER IX 2017
Palembang,29 November 2017
Fakultas TeknikUniversitas Sriwijaya
KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN
FASIES PROKSIMAL QUARTER VULKANIK , DI DAERAH PAGAR JATI
Oke Aflatun 1
1 Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang
Corresponding author: oke.aflatun@gmail.com
ABSTRACT: The region of Pagar Jati, Bengkulu is a vor arc basin area where its deposition is influenced by volcanic
events.The sedimentary events occurin volcanoes that are already active and have sedimentation activities that continue
to this day. The settling region of the proximal facies of volcanic deposits is generally dominated by volcanic breccia with
megaskopis deposits having relatively similar matrices. This study aims to conduct breccia mineralogy analysis in the
proximal facies deposits region with petrographic data at observation sites (LP) 59 and 81 that are sourced from local
geological mapping results. In LP 81 with proximal facies have lithology of volcanic breccias with constituent
components dominated by andesitic rocks, pyroclastic matrix arrangements, closed packets, hard hardness, and
mineralogical compositions which tend to have many crystals. In LP 59 proximal facies were found volcanic breccias
with composite components dominated by andesitic rocks, pyroclastic matrix arrangement, open pack, hard hardness,and
high weathering outcrop conditions.
Keyword: matrik, volcanic breccia, facies
ABSTRAK: Daerah Pagar Jati, Bengkulu merupakan daerah vor arc basin dimana pengendapannya di pengaruhi oleh
peristiwa vulkanik. Peristiwa pengendapan tersebut terjadi pada gunungapi kuarter yang sudah aktif dan memiliki
aktivitas pengendapan yang terus berlanjut hingga saat ini. Wilayah pengendapan fasies proksimal dari endapan vulkanik
secara umum didominasi oleh breksi vulkanik dengan karakter megaskopis endapan yang memiliki matriks yang relative
sama. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis mineralogi breksi pada wilayah endapan fasies proksimal pada dengan
data petrografi pada lokasi pengamatan (LP) 59 dan 81 yang bersumber dari hasil pemetaan geologi daerah setempat.
Pada LP 81 dengan fasies proksimal mempunyai litologi breksi vulkanik dengan komponen penyusun yang didominasi
oleh batuan andesitik, susunan matriks piroklastik, kemas tertutup, kekerasan keras, dan komposisi mineralogi yang
cenderung memiliki banyak kristal. Pada LP 59 fasies proksimal ditemukan breksi vulkanik dengan komponen penyusun
didominasi batuan andesitik, susunan matriks piroklastik, kemas terbuka, kekerasan agak keras, dan kondisi singkapan
mengalami pelapukan tinggi.
Kata Kunci: matrik, breksi vulkanik, fasies
PENDAHULUAN
Daerah penelitian mempunyai kondisi geologi yang
menarik untuk diteliti.. Dimana pada lokasi penilitian
pada cekungan Bengkulu yang merupakan daerah fore-
arc basin. Batuan vulkanik yang ada pada daerah
penelitian adalah bataun andesite,breksivulkanik sampai,
tuff dan breksi lahar. Lokasi Penelitian ini dilakukan di
Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bengkulu tengah pada
Kecamatan Pagar Jati. (sekitar 400 km dari Palembang,
Sumatera Selatan ).
Oke A.
Gambar 1. Peta lokasi pada peta geologi lembar Bengkulu
(Gafoer & Pardede, 1992)
Diman secara sedimentologi dan vulkanologi fisik, dapat
dilihat dari fasies proksimal sampai fasies distal secara
perubahan mengalami tahapan secara teksturdan struktur
sedimen. Pada Tekstur batuan klastika gunung api
menyangkut bentuk butir, ukuran butir, dan kemas.
Karena efek abrasi selama proses transportasi maka dari
fasies proksimal ke fasies distal bentuk butir berubah
mulai dari sangat meruncing hingga membundar (Bogie
& Mackenzie, 1988 dalam Bronto, 2006).
Gambar 2. Fasies Gunungapi
batuan-batuan vulkanik hasil dari letusan gunungapi
pada fasies proksimal didominasi oleh litologi breksi
piroklastika dan tuf. karakteristik dari breksi piroklastika
secara megaskopis memiliki komponen batuan beku
dengan persebaran komponen yang tidak teratur,
sedangkan matriks berupa batuan piroklastik. untuk
karakteristik tuf umumnya memiliki warna coklat muda
dengan ukuran ash hingga lapilli walaupun belum
terkompaksi dengan benar
GEOMORFOLOGI
Menurut Santoso et al. (2007) daerah Bengkulu dapat
dibagi dalam 11 bentuk lahan , yaitu dataran banjir (F3),
tebing dan zona kedudukan laut (M2), beaches (M3),
perbukitan dan lereng denudasional dengan erosi kecil
(D1), perbukitan & lereng denudasional dengan erosi
sedang sampai parah (D2), bukit sisa terisolasi (D4),
kerucut gunungapi (V2), kerucut strato-vulkano (V4),
topografi bergelombang sedang hingga bergelombang
kuat (S2) Topografi bergelombang kuat hingga
perbukitan (S3), Topografi perbukitan hingga
pegunungan (S4) .
Gambar 3. Geomorfologi Daerah Bengkulu
STRATIGRAFI
Menurut Heryanto (2007) pada daerah Bengkulu
terbagi menjadi 2 jalur yaitu Lajur Barisan dan Lajur
Bengkulu. Pada Lajur Barisan terdiri dari formasi batuan
yang mempunyai umur antara Paleosen - Plistosen,
membujur di sepanjang bagian barat dan sejajar dengan
memanjangnya sumbu dari Pulau Sumatera. Lajur ini
merupakan daerah kegiatan magmatik dari Tersier sampai
Kuarter dengan jenis batuannya terdiri dari batuan
tuf, ,lava, terobosan batuan plutonik dan breksi
gunungapi.
Pada Lajur Bengkulu berdasarkan urutan dari
pengendapan daritua ke muda terdiri atas Formasi Seblat,
Formasi Lemau, Formasi Simpangaur dan Formasi
Bintunan dengan lingkungan pengendapan dari laut
dangkal mengarah ke peralihan yang berair payau yang
memiliki kisaran umur antara Oligosen Akhir sampai
Plistosen,.
FORMASI HULUSIMPANG
Pada formasi ini terdiri dari lava, breksi gunung api, dan
tuf. Ciri Khas dari formasi ini adalah terkloritkan dan
terpropilikan dengan mineral sulfide dan urat-urat quarsa
yang memiliki umur Oligosen - Miosen Awal yang
menunjukan batuan tertua pada pengendapan cekungan
Bengkulu (Yulihanto,B. et al.,1995; Kusnama et al.,1992)
Lingkungan pengendapan berasal dari alluvial fan-
shallow marine dan merupakan fase awal transgresi.
Berhubungan secara menjari dengan Formasi Seblat yang
berumur Oligosen sampai Miosen tengah (Yulihanto B. et
al.,1995; Kusnama et al.,1992).
FORMASI SEBLAT
Formasi ini memiliki umur antara Oligosen Akhir-
Miosen Tengah. Dicirkan dengan batupasir karbonan
Karakteristik Mineralogi Matriks Breksi Vulkanik Pada Endapan Fasies Proksimal Quarter Vulkanik , Di Daerah Pagar Jati
dengan lensa-lensa konglomerat dan kayu terkersikkan.
Bagian tengah meliputi serpih tuf bersisipan
batugamping. Bagian atas meliputi batulanau tufan dan
batulempung gampingan mengandung lensa lensa-lensa
konglomerat dan batupasir Formasi ini diendapkan pada
lingkuan laut dangkal. Batuan plutonik seperti granit dan
diorit yang mempunyai umur Miosen Tengah deangan
menerobos Formasi Hulusimpang dan Formasi Seblat
(Gafoer, et al., 1992).
FORMASI LEMAU/BAL
Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah-Miosen
Akhir . Litologi Formasi Lemau secara umur terdiri dari
batuan breksi dengan sisipan batupasir dan lempung,
dimana pada beberapa lokasi ditemukan mengandung
lapisan batubara dan menyerpih. Breksi pada lokasi ini
umumnya dicirikan dengan komposisi dasitan yang
memiliki ukuran antara 0.5 – 5 cm, dan berbebntuk
menyudut sampai menyudut tanggung. Sisipan batupasir
dicirikan berwarna keabu-abuan sampai kecoklatan
dengan ukuran butir halus sampai sedang, klastik dan
berkomposisi dasitan, mempunyai glaukonit, menunjukan
perlapisan dan memiliki struktur sedimen berupa paralel
laminasi.. Sedangkan menurut Gafoer, S., Amin, T.C. and
Pardede, R. (1992) bahwa formasi tersebut tersusun oleh
batupasir konglomerat, batupasir, batulumpur
mengandung cangkang moluska dan batupasir tufaan.
Pada bagian bawah Formasi ini menindih secara tak
selaras dengan Formasi Seblat sedangkan pada bagian
atas Formasi ini terendapkan secara tak selaras dengan
Formasi Simpangaur menurut Yulihanto el al. (1995)
dalam Heryanto (2007) .
FORMASI SIMPANGAUR
Formasi ini terendapkan secara selaras diatas Formasi
Lemau. Litologi batuan ini terdiri dari batuan
konglomerat dengan sisipan batubara, batupasir,
batulanau dan batulempung. Formasi meliliki umur
anatara dari Miosen Akhir – Pliosen, dan memiliki
lingkungan pengendapan berupa daerah transisi,
Terbentuk pada laut dangkal sampai laguna menindih
selaras dengan Formasi Simpang Aur pada akhir miosen
sampai Pliosen (lempung,lanau dengan sedikit batupasir
dan tuff). Sedangkan menurut Gafoer, S., Amin, T.C. and
Pardede, R. (1992) bahwa formasi tersebut tersusun oleh
batupasir konglomerat, batupasir, batulumpur
mengandung cangkang moluska dan batupasir tufaan.
FORMASI BINTUHAN
Litologi pada formasi ini adalah konglomerat polemik
bersisipan batu pasir kemudian batu lempung tufan, batu
pasir dan lapisan tipis batubara. Terdeposisi pada
lingkungan laut dangkal - teresterial (brackrish dan
lacustrine) dan mengoverlay secara unconformity dengan
Formasi yang ada di bawahnya(Gafoer, S. et al., 1992).
Sebaliknya Yulihanto,B. et al.(1995) bahwa memiliki
batas kontak antar formasi yang menjemari. Satuan
batuan paling atas dan termuda yaitu endapan alluvium/
terraces (pleistosen-holosen) seperti kerakal, pasir,
bongkah, lanau, lumpur dan lempung(Kusnama et
al.,1992)
METODELOGI PENELITIAN
Metode yang dilakukan yaitu pemetaan lapangan dan
pengamatan petrografi. Metode lapangan ini meliputi
pengambilan data pada singkapan terbuka pada lintasan .
Dimana data yang di ambil pada singkapan yaitu
pengambilan foto, jenis, karakteristik fisik secara
megaskopis, , warna batuan baik segar ataupun lapuk,
tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi mineral,
pengambilan sampel batuan yang dianggap mewakili
satuan-satuan batuan dengan menggunakan palu geologi
untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium, plastik
sampel untukmenyimpan sampel batuan,kompas geologi
untuk menentukan arah azimuth.
Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 2
bulan menggunakan kendaraan roda dua dan berjalan kaki
dikarenakan kondisi daerah penelitian yang merupakan
perkebuna dan pemukiaman. Hasil dari metode pemetaan
lapangan ini berupa peta kerangka geologi dengan skala
1:20.000.
Metode pengamatan petrografi batuan dilakukan
untuk penamaan jenis batuan dengan pendekatan
kuantitatif. Dimana Pengamatan petrografi bertujuan
menunjukan kenampakan mikroskopis batuan dengan
sayatan tipis, yang terdiri dari jenis, strukturt ,tekstur,
,komposisi, ukuran dan presentase mineral penyusun pada
batuan. Dimana digunkan sebagai penamaan batuan
secara petrografis.
Langkah-langkah dalam analisis petrografi batuan
adalah sebagai berikut membuat sayatan tipis batuan,
sayatan tipis batuan tersebut kemudian diamati dibawah
mikroskop, mengestimasi presentase mineral atau
material penyusun batuan tersebut, mem- plot hasil
persentasi yang telah dibuat tersebut ke dalam diagram
klasifikasi batuan, dan mendokumentasi kenampakan
sayatan di bawah mikroskop.
Dalam pengerjaan laboratorium membutuhkan waktu
satu bulanmulai dari membuat sayatan tipis sampai
mendapatkan hasil analisis petrografi. Hasil dari analisis
petrografi berupa penampakan mineral dari sayatan tipis
dan kandungan mineral yang terdapat pada batuan. Dari
kedua metode tersebut dapat ditemukan perbedaan dari
matriks breksi vukanik tersebut baik dalam megaskopis
ataupun mikroskopis.
Oke A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari pemetaan geologi di lapangan
(Lampiran 1), diketahui bahwa pada pada pengamatan
terhapahap dua LP. Dimana menunjukan bahwa adanya
perbedaan yang dikarenakan adanya perbedaan jenis
komponen yang mendominasi dari breksi vulkanik
tersebut. Secara keseluruhan matriks penyusun breksi
vulkanik pada kedua lokasi sama yaitu mempunya i
matriks batuan piroklastik tufdengan ukuran butir sedang
sampai kasar. Sehingga diketau bahwa pada LP tersebu
terletak pada fasies proksimal mempunyai persebaran
litologi breksi vulkanik dengan warna segar abu-sbu
terang kehijauan sedangkan warna lapuk abu-abu gelap
dengan ukuran fragmen 0-5 cm, komponen penyusunnya
didominasi oleh batuan beku andesitic dan dasit dengan
matriks batuan piroklastik tuf berukuran butir sedang
sampai kasar, kemas terbuka, pemilahan buruk,
permeabilitas baik, kekerasan agak keras, dan komposisi
mineralogi yang cenderung memiliki banyak kristal.
Gambar 4. Singkapan Breksi Vulkanik
Selain itu, terdapat litologi batuan piroklastik tuf dengan
warna segar coklat putih dan warna lapuk coklat terang,
ukuran butir halus sampai sedang, pemilahan baik,
permeabilitas baik, kekerasan lunak. Fasies ini terdapat
dibagian timut tenggara dan selatan pada daerah
penelitian.
Gambar 5. Sampel Batuan Breksi Vulkanik
ANALISA PETROGRAFI
Sayatan tipis batuan breksi vulkanik pada LP 81,
welded tuff; warna abu-abu kecoklatan; berteksturklastik;
bentuk butiran menyudut tanggung; ukuran butir 0,05 –
0,5 mm ; disusun oleh kuarsa, feldsapar, lithik dan
mineral opak.
feldspar (25%) : berwarna putih, bentuk butiran
menyudut tanggung , hadir c-D, 6-7 dalam sayatan.
Lithic (15%) : berwarna abu-abu kecoklatan, bentuk
butiran menyudut tanggung , hadir C-F, 7-9 dalam
sayatan.
Quarsa (7%) : tidak bewarna, bentuk butiran
menyudut tanggung, hadir B,10 dalam sayatan.
Min opak (3%) : berwarna hitam, bentuk butiran
menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan.
Gelas (50%) : tidak bewarna, bentuk butiran
menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan
Gambar 6. Foto Sayatan Tipis Matriks Breksi Fasies
Proksimal Atas dengan Perbesaran lensa 40x Pada Lokasi
81
Sayatan tipis batuan breksi vulkanik pada LP 59, welded
tuff; warna abu-abu kecoklatan; bertekstur klastik; bentuk
butiran menyudut tanggung; ukuran butir 0,05 – 0,5 mm ;
disusun oleh kuarsa, feldsapar, lithik dan mineral opak.
feldspar (25%) : berwarna putih, bentuk butiran
menyudut tanggung , hadir D-E, 5_6 dalam sayatan.
Lithic (20%) : berwarna abu-abu kecoklatan, bentuk
butiran menyudut tanggung , hadir G-J, 1-13 dalam
sayatan.
Quarsa (10%) : tidak bewarna, bentuk butiran
menyudut tanggung, hadir A,8 dalam sayatan.
Min opak (5%) : berwarna hitam, bentuk butiran
menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan.
Karakteristik Mineralogi Matriks Breksi Vulkanik Pada Endapan Fasies Proksimal Quarter Vulkanik , Di Daerah Pagar Jati
Gelas (40%) : tidak bewarna, bentuk butiran
menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan
Gambar 7. Foto Sayatan Tipis Matriks Breksi Fasies
Proksimal Atas dengan Perbesaran lensa 40x Pada Lokasi
59.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini diambil kesimpulan bahwa pada
lokasi daerah penelitian berada di fasies proksimal
persebaran litologi hampir semuanya merupakan jenis
breksi vulkanik dengan komponen batuan beku andesitik
dan batuan beku dasitik. Dimana berdasarkan hasil
pengamatan yang berada di LP 59 dan 81. Pada fasies
proksimal atas, komponen yang mendominasi merupakan
batuan beku andesitik yang hamper sama dengan fasies
proksimal bawah didominasi komponen batuan beku
andesitik.
Berdasarkan hasil pemetaan lapangan, setelah matriks
dari breksi vulkanik dideskripsi dapat diketahui bahwa
baik fasies proksimal atas ataupun fasies proksimal bawah
tidak memiliki perbedaan dikarenakan keduanya
memiliki jenis matriks batuan piroklastik tuf yang
berukuran sedang sampai kasar dengan mineralogi yang
didominasi oleh kristal.
DAFTAR PUSTAKA
Bogie, I., and Mackenzie, IC M., (1998), The Application
of a Volcanic Facies Model to an Andesitic
stratovolcano Hosted Geothermal System at
Wayang Windu, Java, Indonesia Proceedings of
New Zealand Geothermal Workshop, Auckland
New Zealand
Gafoer, S., Amin, T.C. and Pardede., R. 1992. Peta
Geologi Lembar Bengkulu, Sumatra. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi : Bandung.
Heryanto, R., 2007, Kemungkinan keterdapatan
hidrokarbon di Cekungan Bengkulu, Jurnal Geologi
Indonesia, Vol. 2, P.119-131
Kusnama, Mangga,S.A., and Sukarna,D. 1992. Tertiary
Stratigraphy And Tectonic Evolution Of Southern
Sumatra. Geol. Soc. Malaysia, Bulletin 33, P. 143-
152
Santoso, S., Poedjoprajitno, Mulyono. 2007. Peta
Geomorfologi Lembar Bengkulu, Sumatera.
Bandung:Pusat Survei Geologi
Yulihanto, B., Siturnorang,B., Nunljajadi,A. and Sain,B.
1995. Structural Analysis Of The Onshore Bengkulu
Forearc Basin And Its Implication For Future
Hydrocarbon Exploration Activity. Proceedings
Indonesian Petroleum Association ,24th Annual
Convention ,P.85-96
Oke A.
Lampiran 1

KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMAL QUARTER VULKANIK , DI DAERAH PAGAR JATI

  • 1.
    Seminar Nasional AVoERIX 2017 Palembang,29 November 2017 Fakultas TeknikUniversitas Sriwijaya KARAKTERISTIK MINERALOGI MATRIKS BREKSI VULKANIK PADA ENDAPAN FASIES PROKSIMAL QUARTER VULKANIK , DI DAERAH PAGAR JATI Oke Aflatun 1 1 Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Palembang Corresponding author: [email protected] ABSTRACT: The region of Pagar Jati, Bengkulu is a vor arc basin area where its deposition is influenced by volcanic events.The sedimentary events occurin volcanoes that are already active and have sedimentation activities that continue to this day. The settling region of the proximal facies of volcanic deposits is generally dominated by volcanic breccia with megaskopis deposits having relatively similar matrices. This study aims to conduct breccia mineralogy analysis in the proximal facies deposits region with petrographic data at observation sites (LP) 59 and 81 that are sourced from local geological mapping results. In LP 81 with proximal facies have lithology of volcanic breccias with constituent components dominated by andesitic rocks, pyroclastic matrix arrangements, closed packets, hard hardness, and mineralogical compositions which tend to have many crystals. In LP 59 proximal facies were found volcanic breccias with composite components dominated by andesitic rocks, pyroclastic matrix arrangement, open pack, hard hardness,and high weathering outcrop conditions. Keyword: matrik, volcanic breccia, facies ABSTRAK: Daerah Pagar Jati, Bengkulu merupakan daerah vor arc basin dimana pengendapannya di pengaruhi oleh peristiwa vulkanik. Peristiwa pengendapan tersebut terjadi pada gunungapi kuarter yang sudah aktif dan memiliki aktivitas pengendapan yang terus berlanjut hingga saat ini. Wilayah pengendapan fasies proksimal dari endapan vulkanik secara umum didominasi oleh breksi vulkanik dengan karakter megaskopis endapan yang memiliki matriks yang relative sama. Penelitian ini bertujuan melakukan analisis mineralogi breksi pada wilayah endapan fasies proksimal pada dengan data petrografi pada lokasi pengamatan (LP) 59 dan 81 yang bersumber dari hasil pemetaan geologi daerah setempat. Pada LP 81 dengan fasies proksimal mempunyai litologi breksi vulkanik dengan komponen penyusun yang didominasi oleh batuan andesitik, susunan matriks piroklastik, kemas tertutup, kekerasan keras, dan komposisi mineralogi yang cenderung memiliki banyak kristal. Pada LP 59 fasies proksimal ditemukan breksi vulkanik dengan komponen penyusun didominasi batuan andesitik, susunan matriks piroklastik, kemas terbuka, kekerasan agak keras, dan kondisi singkapan mengalami pelapukan tinggi. Kata Kunci: matrik, breksi vulkanik, fasies PENDAHULUAN Daerah penelitian mempunyai kondisi geologi yang menarik untuk diteliti.. Dimana pada lokasi penilitian pada cekungan Bengkulu yang merupakan daerah fore- arc basin. Batuan vulkanik yang ada pada daerah penelitian adalah bataun andesite,breksivulkanik sampai, tuff dan breksi lahar. Lokasi Penelitian ini dilakukan di Provinsi Bengkulu, Kabupaten Bengkulu tengah pada Kecamatan Pagar Jati. (sekitar 400 km dari Palembang, Sumatera Selatan ).
  • 2.
    Oke A. Gambar 1.Peta lokasi pada peta geologi lembar Bengkulu (Gafoer & Pardede, 1992) Diman secara sedimentologi dan vulkanologi fisik, dapat dilihat dari fasies proksimal sampai fasies distal secara perubahan mengalami tahapan secara teksturdan struktur sedimen. Pada Tekstur batuan klastika gunung api menyangkut bentuk butir, ukuran butir, dan kemas. Karena efek abrasi selama proses transportasi maka dari fasies proksimal ke fasies distal bentuk butir berubah mulai dari sangat meruncing hingga membundar (Bogie & Mackenzie, 1988 dalam Bronto, 2006). Gambar 2. Fasies Gunungapi batuan-batuan vulkanik hasil dari letusan gunungapi pada fasies proksimal didominasi oleh litologi breksi piroklastika dan tuf. karakteristik dari breksi piroklastika secara megaskopis memiliki komponen batuan beku dengan persebaran komponen yang tidak teratur, sedangkan matriks berupa batuan piroklastik. untuk karakteristik tuf umumnya memiliki warna coklat muda dengan ukuran ash hingga lapilli walaupun belum terkompaksi dengan benar GEOMORFOLOGI Menurut Santoso et al. (2007) daerah Bengkulu dapat dibagi dalam 11 bentuk lahan , yaitu dataran banjir (F3), tebing dan zona kedudukan laut (M2), beaches (M3), perbukitan dan lereng denudasional dengan erosi kecil (D1), perbukitan & lereng denudasional dengan erosi sedang sampai parah (D2), bukit sisa terisolasi (D4), kerucut gunungapi (V2), kerucut strato-vulkano (V4), topografi bergelombang sedang hingga bergelombang kuat (S2) Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan (S3), Topografi perbukitan hingga pegunungan (S4) . Gambar 3. Geomorfologi Daerah Bengkulu STRATIGRAFI Menurut Heryanto (2007) pada daerah Bengkulu terbagi menjadi 2 jalur yaitu Lajur Barisan dan Lajur Bengkulu. Pada Lajur Barisan terdiri dari formasi batuan yang mempunyai umur antara Paleosen - Plistosen, membujur di sepanjang bagian barat dan sejajar dengan memanjangnya sumbu dari Pulau Sumatera. Lajur ini merupakan daerah kegiatan magmatik dari Tersier sampai Kuarter dengan jenis batuannya terdiri dari batuan tuf, ,lava, terobosan batuan plutonik dan breksi gunungapi. Pada Lajur Bengkulu berdasarkan urutan dari pengendapan daritua ke muda terdiri atas Formasi Seblat, Formasi Lemau, Formasi Simpangaur dan Formasi Bintunan dengan lingkungan pengendapan dari laut dangkal mengarah ke peralihan yang berair payau yang memiliki kisaran umur antara Oligosen Akhir sampai Plistosen,. FORMASI HULUSIMPANG Pada formasi ini terdiri dari lava, breksi gunung api, dan tuf. Ciri Khas dari formasi ini adalah terkloritkan dan terpropilikan dengan mineral sulfide dan urat-urat quarsa yang memiliki umur Oligosen - Miosen Awal yang menunjukan batuan tertua pada pengendapan cekungan Bengkulu (Yulihanto,B. et al.,1995; Kusnama et al.,1992) Lingkungan pengendapan berasal dari alluvial fan- shallow marine dan merupakan fase awal transgresi. Berhubungan secara menjari dengan Formasi Seblat yang berumur Oligosen sampai Miosen tengah (Yulihanto B. et al.,1995; Kusnama et al.,1992). FORMASI SEBLAT Formasi ini memiliki umur antara Oligosen Akhir- Miosen Tengah. Dicirkan dengan batupasir karbonan
  • 3.
    Karakteristik Mineralogi MatriksBreksi Vulkanik Pada Endapan Fasies Proksimal Quarter Vulkanik , Di Daerah Pagar Jati dengan lensa-lensa konglomerat dan kayu terkersikkan. Bagian tengah meliputi serpih tuf bersisipan batugamping. Bagian atas meliputi batulanau tufan dan batulempung gampingan mengandung lensa lensa-lensa konglomerat dan batupasir Formasi ini diendapkan pada lingkuan laut dangkal. Batuan plutonik seperti granit dan diorit yang mempunyai umur Miosen Tengah deangan menerobos Formasi Hulusimpang dan Formasi Seblat (Gafoer, et al., 1992). FORMASI LEMAU/BAL Formasi ini diendapkan pada Miosen Tengah-Miosen Akhir . Litologi Formasi Lemau secara umur terdiri dari batuan breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, dimana pada beberapa lokasi ditemukan mengandung lapisan batubara dan menyerpih. Breksi pada lokasi ini umumnya dicirikan dengan komposisi dasitan yang memiliki ukuran antara 0.5 – 5 cm, dan berbebntuk menyudut sampai menyudut tanggung. Sisipan batupasir dicirikan berwarna keabu-abuan sampai kecoklatan dengan ukuran butir halus sampai sedang, klastik dan berkomposisi dasitan, mempunyai glaukonit, menunjukan perlapisan dan memiliki struktur sedimen berupa paralel laminasi.. Sedangkan menurut Gafoer, S., Amin, T.C. and Pardede, R. (1992) bahwa formasi tersebut tersusun oleh batupasir konglomerat, batupasir, batulumpur mengandung cangkang moluska dan batupasir tufaan. Pada bagian bawah Formasi ini menindih secara tak selaras dengan Formasi Seblat sedangkan pada bagian atas Formasi ini terendapkan secara tak selaras dengan Formasi Simpangaur menurut Yulihanto el al. (1995) dalam Heryanto (2007) . FORMASI SIMPANGAUR Formasi ini terendapkan secara selaras diatas Formasi Lemau. Litologi batuan ini terdiri dari batuan konglomerat dengan sisipan batubara, batupasir, batulanau dan batulempung. Formasi meliliki umur anatara dari Miosen Akhir – Pliosen, dan memiliki lingkungan pengendapan berupa daerah transisi, Terbentuk pada laut dangkal sampai laguna menindih selaras dengan Formasi Simpang Aur pada akhir miosen sampai Pliosen (lempung,lanau dengan sedikit batupasir dan tuff). Sedangkan menurut Gafoer, S., Amin, T.C. and Pardede, R. (1992) bahwa formasi tersebut tersusun oleh batupasir konglomerat, batupasir, batulumpur mengandung cangkang moluska dan batupasir tufaan. FORMASI BINTUHAN Litologi pada formasi ini adalah konglomerat polemik bersisipan batu pasir kemudian batu lempung tufan, batu pasir dan lapisan tipis batubara. Terdeposisi pada lingkungan laut dangkal - teresterial (brackrish dan lacustrine) dan mengoverlay secara unconformity dengan Formasi yang ada di bawahnya(Gafoer, S. et al., 1992). Sebaliknya Yulihanto,B. et al.(1995) bahwa memiliki batas kontak antar formasi yang menjemari. Satuan batuan paling atas dan termuda yaitu endapan alluvium/ terraces (pleistosen-holosen) seperti kerakal, pasir, bongkah, lanau, lumpur dan lempung(Kusnama et al.,1992) METODELOGI PENELITIAN Metode yang dilakukan yaitu pemetaan lapangan dan pengamatan petrografi. Metode lapangan ini meliputi pengambilan data pada singkapan terbuka pada lintasan . Dimana data yang di ambil pada singkapan yaitu pengambilan foto, jenis, karakteristik fisik secara megaskopis, , warna batuan baik segar ataupun lapuk, tekstur batuan, struktur batuan, dan komposisi mineral, pengambilan sampel batuan yang dianggap mewakili satuan-satuan batuan dengan menggunakan palu geologi untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium, plastik sampel untukmenyimpan sampel batuan,kompas geologi untuk menentukan arah azimuth. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 2 bulan menggunakan kendaraan roda dua dan berjalan kaki dikarenakan kondisi daerah penelitian yang merupakan perkebuna dan pemukiaman. Hasil dari metode pemetaan lapangan ini berupa peta kerangka geologi dengan skala 1:20.000. Metode pengamatan petrografi batuan dilakukan untuk penamaan jenis batuan dengan pendekatan kuantitatif. Dimana Pengamatan petrografi bertujuan menunjukan kenampakan mikroskopis batuan dengan sayatan tipis, yang terdiri dari jenis, strukturt ,tekstur, ,komposisi, ukuran dan presentase mineral penyusun pada batuan. Dimana digunkan sebagai penamaan batuan secara petrografis. Langkah-langkah dalam analisis petrografi batuan adalah sebagai berikut membuat sayatan tipis batuan, sayatan tipis batuan tersebut kemudian diamati dibawah mikroskop, mengestimasi presentase mineral atau material penyusun batuan tersebut, mem- plot hasil persentasi yang telah dibuat tersebut ke dalam diagram klasifikasi batuan, dan mendokumentasi kenampakan sayatan di bawah mikroskop. Dalam pengerjaan laboratorium membutuhkan waktu satu bulanmulai dari membuat sayatan tipis sampai mendapatkan hasil analisis petrografi. Hasil dari analisis petrografi berupa penampakan mineral dari sayatan tipis dan kandungan mineral yang terdapat pada batuan. Dari kedua metode tersebut dapat ditemukan perbedaan dari matriks breksi vukanik tersebut baik dalam megaskopis ataupun mikroskopis.
  • 4.
    Oke A. HASIL DANPEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pemetaan geologi di lapangan (Lampiran 1), diketahui bahwa pada pada pengamatan terhapahap dua LP. Dimana menunjukan bahwa adanya perbedaan yang dikarenakan adanya perbedaan jenis komponen yang mendominasi dari breksi vulkanik tersebut. Secara keseluruhan matriks penyusun breksi vulkanik pada kedua lokasi sama yaitu mempunya i matriks batuan piroklastik tufdengan ukuran butir sedang sampai kasar. Sehingga diketau bahwa pada LP tersebu terletak pada fasies proksimal mempunyai persebaran litologi breksi vulkanik dengan warna segar abu-sbu terang kehijauan sedangkan warna lapuk abu-abu gelap dengan ukuran fragmen 0-5 cm, komponen penyusunnya didominasi oleh batuan beku andesitic dan dasit dengan matriks batuan piroklastik tuf berukuran butir sedang sampai kasar, kemas terbuka, pemilahan buruk, permeabilitas baik, kekerasan agak keras, dan komposisi mineralogi yang cenderung memiliki banyak kristal. Gambar 4. Singkapan Breksi Vulkanik Selain itu, terdapat litologi batuan piroklastik tuf dengan warna segar coklat putih dan warna lapuk coklat terang, ukuran butir halus sampai sedang, pemilahan baik, permeabilitas baik, kekerasan lunak. Fasies ini terdapat dibagian timut tenggara dan selatan pada daerah penelitian. Gambar 5. Sampel Batuan Breksi Vulkanik ANALISA PETROGRAFI Sayatan tipis batuan breksi vulkanik pada LP 81, welded tuff; warna abu-abu kecoklatan; berteksturklastik; bentuk butiran menyudut tanggung; ukuran butir 0,05 – 0,5 mm ; disusun oleh kuarsa, feldsapar, lithik dan mineral opak. feldspar (25%) : berwarna putih, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir c-D, 6-7 dalam sayatan. Lithic (15%) : berwarna abu-abu kecoklatan, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir C-F, 7-9 dalam sayatan. Quarsa (7%) : tidak bewarna, bentuk butiran menyudut tanggung, hadir B,10 dalam sayatan. Min opak (3%) : berwarna hitam, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan. Gelas (50%) : tidak bewarna, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan Gambar 6. Foto Sayatan Tipis Matriks Breksi Fasies Proksimal Atas dengan Perbesaran lensa 40x Pada Lokasi 81 Sayatan tipis batuan breksi vulkanik pada LP 59, welded tuff; warna abu-abu kecoklatan; bertekstur klastik; bentuk butiran menyudut tanggung; ukuran butir 0,05 – 0,5 mm ; disusun oleh kuarsa, feldsapar, lithik dan mineral opak. feldspar (25%) : berwarna putih, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir D-E, 5_6 dalam sayatan. Lithic (20%) : berwarna abu-abu kecoklatan, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir G-J, 1-13 dalam sayatan. Quarsa (10%) : tidak bewarna, bentuk butiran menyudut tanggung, hadir A,8 dalam sayatan. Min opak (5%) : berwarna hitam, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan.
  • 5.
    Karakteristik Mineralogi MatriksBreksi Vulkanik Pada Endapan Fasies Proksimal Quarter Vulkanik , Di Daerah Pagar Jati Gelas (40%) : tidak bewarna, bentuk butiran menyudut tanggung , hadir menyebar dalam sayatan Gambar 7. Foto Sayatan Tipis Matriks Breksi Fasies Proksimal Atas dengan Perbesaran lensa 40x Pada Lokasi 59. KESIMPULAN Dari penelitian ini diambil kesimpulan bahwa pada lokasi daerah penelitian berada di fasies proksimal persebaran litologi hampir semuanya merupakan jenis breksi vulkanik dengan komponen batuan beku andesitik dan batuan beku dasitik. Dimana berdasarkan hasil pengamatan yang berada di LP 59 dan 81. Pada fasies proksimal atas, komponen yang mendominasi merupakan batuan beku andesitik yang hamper sama dengan fasies proksimal bawah didominasi komponen batuan beku andesitik. Berdasarkan hasil pemetaan lapangan, setelah matriks dari breksi vulkanik dideskripsi dapat diketahui bahwa baik fasies proksimal atas ataupun fasies proksimal bawah tidak memiliki perbedaan dikarenakan keduanya memiliki jenis matriks batuan piroklastik tuf yang berukuran sedang sampai kasar dengan mineralogi yang didominasi oleh kristal. DAFTAR PUSTAKA Bogie, I., and Mackenzie, IC M., (1998), The Application of a Volcanic Facies Model to an Andesitic stratovolcano Hosted Geothermal System at Wayang Windu, Java, Indonesia Proceedings of New Zealand Geothermal Workshop, Auckland New Zealand Gafoer, S., Amin, T.C. and Pardede., R. 1992. Peta Geologi Lembar Bengkulu, Sumatra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi : Bandung. Heryanto, R., 2007, Kemungkinan keterdapatan hidrokarbon di Cekungan Bengkulu, Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 2, P.119-131 Kusnama, Mangga,S.A., and Sukarna,D. 1992. Tertiary Stratigraphy And Tectonic Evolution Of Southern Sumatra. Geol. Soc. Malaysia, Bulletin 33, P. 143- 152 Santoso, S., Poedjoprajitno, Mulyono. 2007. Peta Geomorfologi Lembar Bengkulu, Sumatera. Bandung:Pusat Survei Geologi Yulihanto, B., Siturnorang,B., Nunljajadi,A. and Sain,B. 1995. Structural Analysis Of The Onshore Bengkulu Forearc Basin And Its Implication For Future Hydrocarbon Exploration Activity. Proceedings Indonesian Petroleum Association ,24th Annual Convention ,P.85-96
  • 6.