Pengertian Lahan Pasang Surut
Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang terletak pada wilayah sekitar pantai yang
ditandai dengan adanya pengaruh langsung limpasan air dari pasang surutnya air laut ataupun
hanya berpengaruh pada muka air tanah. Sebagian besar Jenis tanah rawa pasang surut terdiri
dari tanah gambut dan tanah sufat masam. Lahan pasang surut jika dikembangkan secara
optimal akan meningkatkan fungsi dan manfaatnya maka akan menjadi lahan yang potensial
untuk dijadikan lahan pertanian.
1. lahan potensial
Lahan potensial adalah lahan yang paling kecil kendalanya dengan ciri lapisan pirit (2 %)
berada pada kedalaman lebih dari 30 cm, tekstur tanahnya liat, kandungan N dan P tersedia
rendah, kandungan pasir kurang dari 5 persen, kandungan debu 20 % dan derajat kemasaman
3,5 hingga 5,5 . (Manwan, I. dkk.1992). Lahan potensial yaitu lahan pasang surut yang
tanahnya termasuk tanah sulfat masam potensial dengan lapisan pirit berkadar 2% terletak
pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah (Jumberi).
2. Lahan Sulfat Masam
Lahan sulfat masam adalah lahan yang lapisan piritnya berada pada kedalaman kurang dari 30
cm dan berdasarkan tingkat oksidadinya lahan sulfat masam ini dibagi lagi lahan sulfat masam
potensial yaitu lahan sulfat masam yang belum mengalami oksidasi dan lahan sulfat masam
aktual yaitu lahan sulfat masam yang telah mengalami oksidadi. (Manwan, I. dkk.1992). Lahan
sulfat masam ini dibedakan lagi menjadi :
a) lahan sulfat masam potensial, yaitu apabila lapisan piritnya belum teroksidasi
b) lahan sulfat masam aktual, yaitu apabila lapisan piritnya sudah teroksidasi yang dicirikan
oleh adanya horizon sulfurik dan pH tanah < 3,5. (Jumberi,)
3. Lahan Gambut/Bergambut
lahan gambut/bergambut adalah lahan yang mempunyai lapisan gambut dan berdasarkan
ketebalan gambutnya lahan ini dibagi ke dalam empat sub tipologi yaitu lahan bergambut,
gambut dangkal, gambut dalam dan gambut sangat dalam, umumnya lahan gambut kahat
beberapa unsur hara mikro yang ketersediaannya sangat penting untu pertumbuban dan
pekermbangan tanaman(Manwan, I. dkk.1992).
lahan gambut ini dibagi lagi menjadi :
(a) lahan bergambut bila ketebalan lapisan gambut 20-50 cm,
(b) gambut dangkal bila ketebalan lapisan gambut 50-100 cm,
(c) gambut sedang bila ketebalan lapisan gambut 100-200 cm,
(d) gambut dalam bila ketebalan lapisan gambut 200-300 cm dan
(e) gambut sangat dalam bila ketebalan lapisan gambut > 300 cm. (Jumberi,)
4. Lahan Salin
Lahan salin adalah lahan pasang surut yang mendapat intrusi air laut, sehingga mempunyai
daya hantar listrik 4 MS/cm, kandungan Na dalam larutan tanah 8 – 15 % (Manwan, I.
dkk.1992). Lahan salin adalah lahan pasang surut yang mendapat pengaruh atau intrusi air
garam dengan kandungan Na dalam larutan tanah sebesar > 8% selama lebih dari 3 bulan
dalam setahun, sedangkan lahannya dapat berupa lahan potensial, sulfat masam dan gambut.
(Jumberi,?)
5. Lahan Tipe Luapan Air Pasang Surut
1. tipe luapan A bila lahan selalu terluapi air baik pada waktu pasang besar maupun pasang
kecil dan Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang, baik pada musim hujan
maupun musim kemarau,;
2. tipe luapan B bila lahannya hanya terluapi oleh air pasang besar. Lahan bertipe luapan B
hanya terluapi air pasang pada musim hujan saja;
3. lahan tidak terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tetapi permukaan
air tanah kurang dari 30 cm dari permukaan tanah. Lahan bertipe luapan C tidak terluapi
air pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya kurang dari 50 cm,;
4. tipe luapan D bila lahannya tidak terluapi oleh air pasang baik pasang besar maupun
pasang kecil, tetapi permukaan air tanahnya berada padakedalaman lebih dari 30 cm dari
permukaan tanah.
Pemanfaatan Lahan Pasang Surut
Pemanfaatan lahan pasangan surut terutama tipe A dan tipe B yaitu sistem persawahan karena
sistem ini paling tepat dan aman terutama terhadap kendala yang ditimbulkan akibat sifat fisik dan
kimia tanah. Sistem sawah akan membuat tanah tetap dalam keadaan reduksi dan pada keadaan ini
pirit tetap stabil di dalam tanah sehingga tidak membahayakan bagi tanaman padi (Widjaya-Adhi et
al., 1992). Berhubungan dengan sistem ini maka pemilihan varietas yang sesuai, pengelolaan air
dan pemanfaatan vegetasi alami merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang optimal.
Kendala dan Upaya Pemanfaatan Lahan Pasang Surut Lahan pasang surut biasanya dicirikan oleh
kombinasi beberapa kendala seperti (Anwarhan dan Sulaiman, 1985):
1. Ph rendah
2. Genangan yang dalam
3. Akumulasi zatzat beracun ( besi dan aluminium)
4. Salinitas tinggi, kekurangan unsur hara
5. Serangan hama dan penyakit
6. Tumbuhnya gulma yang dominan.
Manfaat Lahan Pasang Surut
Penyiapan lahan dengan pengolahan tanah di lahan pasang surut diperlukan selain untuk
memperbaiki kondisi lahan menjadi lebih seragam dan rata dengan adanya penggemburan
dan pelumpuran juga untuk mempercepat proses pencucian bahan beracun dan pencampuran
bahan ameliorasi maupun pupuk dengan tanah . Pengolahan tanah yang memberikan hasil
baik dari segi fisik lahan dan hasil tanaman adalah dengan bajak singkal atau tajak diikuti
oleh rotary atau glebeg yang dikombinasikan dengan herbisida . Bila tanahnya sudah gembur
atau berlumpur baik dan merata yang umumnya dijumpai pada lahan bergambut dengan tipe
luapan air A dan B, pengolahan tanah secara intensif tidak diperlukan tetapi diganti dengan
pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah (TOT) yang dikombinasikan dengan
penggunaan herbisida. Hal ini menunjukkan bahwa dilahan pasang surut untuk pengolahan
tanahnya tergantung kondisi lahannya. Walaupun pengolahan tanah diperlukan tapi tidak
harus dilakukan setiap musim, karena pengolahan tanah yang dilakukan selang dua musim
tanam tidak menurunkan hasil tanaman.
Pengelolahaan Sumber Daya Lahan
Kondisi Lahan Pasang Surut Saat Ini
Usahatani di lahan rawa pasang surut umumnya produktivitasnya masih rendah, karena tingkat
kesuburan lahannya rendah, mengandung senyawa pirit, masam, terintrusi air laut dan
dibeberapa bagian tertutup oleh lapisan gambut. Pertumbuhan tanaman di lahan pasang surut
menghadapi berbagai kendala seperti kemasaman tanah, keracunan dan defisiensi hara,
salinitas serta air yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Komoditas yang banyak
diusahakan petani adalah padi dengan teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana dan
menggunakan varietas lokal serta pemupukan tidak lengkap dengan takaran rendah (Suwarno
et al, 2000). Untuk mendukung pengembangan pertanian di lahan pasang surut, pemerintah
melalui lembaga penelitian dan perguruan tinggi telah melakukan kegiatan penelitian di
beberapa lokasi pasang surut Kalimantan dan Sumatera selama sekitar 20 tahun. Badan
Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Rawa dan berbagai proyek penelitian juga
telah melakukan kegiatan penelitian secara intensif sejak pertengahan tahun 1980 an. Berbagai
komponen teknologi usahatani sudah dihasilkan dan berbagai paket teknologi usahatani juga
sudah direkayasa untuk mendukung pengembangan usahatani atau agribinis di lahan pasang
surut. Litbang pertanian juga telah menghasilkan berbagai komponen teknologi pengelolaan
lahan dan komoditas serta model usahatani (Ismail et al., 1993 dan Alihamsyah et al., 2003).
1. Penerapan teknologi ramah lingkungan.
2. Pengendalian air secara menyeluruh dengan pembuatan saluran-saluran air.
3. Pemakaian benih sunggul sesuai lahan sasaran
4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
5. Pemakaian pupuk ramah lingkungan
6. Menguragi penggunaan bahan-bahan kimia
Konsep Pengelolaan lahan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
DAFTAR PUSTAKA
Hutabean Lintje, DKK. 2016. Pengembangan teknologi pertanian lahan rawa pasang surut dalam mendukung
peningkatan produksi pangan: kasus di sumatera selatan.
Imdah Nur. 2013. Peran lahan pasang surut sebagai sentra produksi tanaman pangan di provinsi jambi. Balai
pengkajian teknologi pertanian jambi. Jambi
Muslihat Lili. DKK. 2004. Mengenal tipe rawa gambut. Wetlands international-indonesia programme. Bogor
Wijaya Andi, DKK. 2014. Lahan Pasang Surut. Teknik-universitas riau. Pekanbaru
TERIMAKASIH

Lahan pasang surut

  • 3.
    Pengertian Lahan PasangSurut Lahan pasang surut merupakan suatu lahan yang terletak pada wilayah sekitar pantai yang ditandai dengan adanya pengaruh langsung limpasan air dari pasang surutnya air laut ataupun hanya berpengaruh pada muka air tanah. Sebagian besar Jenis tanah rawa pasang surut terdiri dari tanah gambut dan tanah sufat masam. Lahan pasang surut jika dikembangkan secara optimal akan meningkatkan fungsi dan manfaatnya maka akan menjadi lahan yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian.
  • 5.
    1. lahan potensial Lahanpotensial adalah lahan yang paling kecil kendalanya dengan ciri lapisan pirit (2 %) berada pada kedalaman lebih dari 30 cm, tekstur tanahnya liat, kandungan N dan P tersedia rendah, kandungan pasir kurang dari 5 persen, kandungan debu 20 % dan derajat kemasaman 3,5 hingga 5,5 . (Manwan, I. dkk.1992). Lahan potensial yaitu lahan pasang surut yang tanahnya termasuk tanah sulfat masam potensial dengan lapisan pirit berkadar 2% terletak pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah (Jumberi).
  • 6.
    2. Lahan SulfatMasam Lahan sulfat masam adalah lahan yang lapisan piritnya berada pada kedalaman kurang dari 30 cm dan berdasarkan tingkat oksidadinya lahan sulfat masam ini dibagi lagi lahan sulfat masam potensial yaitu lahan sulfat masam yang belum mengalami oksidasi dan lahan sulfat masam aktual yaitu lahan sulfat masam yang telah mengalami oksidadi. (Manwan, I. dkk.1992). Lahan sulfat masam ini dibedakan lagi menjadi : a) lahan sulfat masam potensial, yaitu apabila lapisan piritnya belum teroksidasi b) lahan sulfat masam aktual, yaitu apabila lapisan piritnya sudah teroksidasi yang dicirikan oleh adanya horizon sulfurik dan pH tanah < 3,5. (Jumberi,)
  • 7.
    3. Lahan Gambut/Bergambut lahangambut/bergambut adalah lahan yang mempunyai lapisan gambut dan berdasarkan ketebalan gambutnya lahan ini dibagi ke dalam empat sub tipologi yaitu lahan bergambut, gambut dangkal, gambut dalam dan gambut sangat dalam, umumnya lahan gambut kahat beberapa unsur hara mikro yang ketersediaannya sangat penting untu pertumbuban dan pekermbangan tanaman(Manwan, I. dkk.1992). lahan gambut ini dibagi lagi menjadi : (a) lahan bergambut bila ketebalan lapisan gambut 20-50 cm, (b) gambut dangkal bila ketebalan lapisan gambut 50-100 cm, (c) gambut sedang bila ketebalan lapisan gambut 100-200 cm, (d) gambut dalam bila ketebalan lapisan gambut 200-300 cm dan (e) gambut sangat dalam bila ketebalan lapisan gambut > 300 cm. (Jumberi,)
  • 8.
    4. Lahan Salin Lahansalin adalah lahan pasang surut yang mendapat intrusi air laut, sehingga mempunyai daya hantar listrik 4 MS/cm, kandungan Na dalam larutan tanah 8 – 15 % (Manwan, I. dkk.1992). Lahan salin adalah lahan pasang surut yang mendapat pengaruh atau intrusi air garam dengan kandungan Na dalam larutan tanah sebesar > 8% selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, sedangkan lahannya dapat berupa lahan potensial, sulfat masam dan gambut. (Jumberi,?)
  • 9.
    5. Lahan TipeLuapan Air Pasang Surut 1. tipe luapan A bila lahan selalu terluapi air baik pada waktu pasang besar maupun pasang kecil dan Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang, baik pada musim hujan maupun musim kemarau,; 2. tipe luapan B bila lahannya hanya terluapi oleh air pasang besar. Lahan bertipe luapan B hanya terluapi air pasang pada musim hujan saja; 3. lahan tidak terluapi air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tetapi permukaan air tanah kurang dari 30 cm dari permukaan tanah. Lahan bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi kedalaman muka air tanahnya kurang dari 50 cm,; 4. tipe luapan D bila lahannya tidak terluapi oleh air pasang baik pasang besar maupun pasang kecil, tetapi permukaan air tanahnya berada padakedalaman lebih dari 30 cm dari permukaan tanah.
  • 10.
  • 11.
    Pemanfaatan lahan pasangansurut terutama tipe A dan tipe B yaitu sistem persawahan karena sistem ini paling tepat dan aman terutama terhadap kendala yang ditimbulkan akibat sifat fisik dan kimia tanah. Sistem sawah akan membuat tanah tetap dalam keadaan reduksi dan pada keadaan ini pirit tetap stabil di dalam tanah sehingga tidak membahayakan bagi tanaman padi (Widjaya-Adhi et al., 1992). Berhubungan dengan sistem ini maka pemilihan varietas yang sesuai, pengelolaan air dan pemanfaatan vegetasi alami merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang optimal. Kendala dan Upaya Pemanfaatan Lahan Pasang Surut Lahan pasang surut biasanya dicirikan oleh kombinasi beberapa kendala seperti (Anwarhan dan Sulaiman, 1985): 1. Ph rendah 2. Genangan yang dalam 3. Akumulasi zatzat beracun ( besi dan aluminium) 4. Salinitas tinggi, kekurangan unsur hara 5. Serangan hama dan penyakit 6. Tumbuhnya gulma yang dominan. Manfaat Lahan Pasang Surut
  • 12.
    Penyiapan lahan denganpengolahan tanah di lahan pasang surut diperlukan selain untuk memperbaiki kondisi lahan menjadi lebih seragam dan rata dengan adanya penggemburan dan pelumpuran juga untuk mempercepat proses pencucian bahan beracun dan pencampuran bahan ameliorasi maupun pupuk dengan tanah . Pengolahan tanah yang memberikan hasil baik dari segi fisik lahan dan hasil tanaman adalah dengan bajak singkal atau tajak diikuti oleh rotary atau glebeg yang dikombinasikan dengan herbisida . Bila tanahnya sudah gembur atau berlumpur baik dan merata yang umumnya dijumpai pada lahan bergambut dengan tipe luapan air A dan B, pengolahan tanah secara intensif tidak diperlukan tetapi diganti dengan pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah (TOT) yang dikombinasikan dengan penggunaan herbisida. Hal ini menunjukkan bahwa dilahan pasang surut untuk pengolahan tanahnya tergantung kondisi lahannya. Walaupun pengolahan tanah diperlukan tapi tidak harus dilakukan setiap musim, karena pengolahan tanah yang dilakukan selang dua musim tanam tidak menurunkan hasil tanaman. Pengelolahaan Sumber Daya Lahan
  • 13.
    Kondisi Lahan PasangSurut Saat Ini Usahatani di lahan rawa pasang surut umumnya produktivitasnya masih rendah, karena tingkat kesuburan lahannya rendah, mengandung senyawa pirit, masam, terintrusi air laut dan dibeberapa bagian tertutup oleh lapisan gambut. Pertumbuhan tanaman di lahan pasang surut menghadapi berbagai kendala seperti kemasaman tanah, keracunan dan defisiensi hara, salinitas serta air yang sering tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Komoditas yang banyak diusahakan petani adalah padi dengan teknik budidaya yang diterapkan masih sederhana dan menggunakan varietas lokal serta pemupukan tidak lengkap dengan takaran rendah (Suwarno et al, 2000). Untuk mendukung pengembangan pertanian di lahan pasang surut, pemerintah melalui lembaga penelitian dan perguruan tinggi telah melakukan kegiatan penelitian di beberapa lokasi pasang surut Kalimantan dan Sumatera selama sekitar 20 tahun. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Rawa dan berbagai proyek penelitian juga telah melakukan kegiatan penelitian secara intensif sejak pertengahan tahun 1980 an. Berbagai komponen teknologi usahatani sudah dihasilkan dan berbagai paket teknologi usahatani juga sudah direkayasa untuk mendukung pengembangan usahatani atau agribinis di lahan pasang surut. Litbang pertanian juga telah menghasilkan berbagai komponen teknologi pengelolaan lahan dan komoditas serta model usahatani (Ismail et al., 1993 dan Alihamsyah et al., 2003).
  • 14.
    1. Penerapan teknologiramah lingkungan. 2. Pengendalian air secara menyeluruh dengan pembuatan saluran-saluran air. 3. Pemakaian benih sunggul sesuai lahan sasaran 4. Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu 5. Pemakaian pupuk ramah lingkungan 6. Menguragi penggunaan bahan-bahan kimia Konsep Pengelolaan lahan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
  • 15.
    DAFTAR PUSTAKA Hutabean Lintje,DKK. 2016. Pengembangan teknologi pertanian lahan rawa pasang surut dalam mendukung peningkatan produksi pangan: kasus di sumatera selatan. Imdah Nur. 2013. Peran lahan pasang surut sebagai sentra produksi tanaman pangan di provinsi jambi. Balai pengkajian teknologi pertanian jambi. Jambi Muslihat Lili. DKK. 2004. Mengenal tipe rawa gambut. Wetlands international-indonesia programme. Bogor Wijaya Andi, DKK. 2014. Lahan Pasang Surut. Teknik-universitas riau. Pekanbaru
  • 16.