LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
ACARA 6
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
Disusun Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NPM : 1510401057
Kelompok : B3
Asisten : Siti Hadiyanti A.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
ACARA 6
PENGUJIAN KADAR AIR BENIH
I. TUJUAN
1. Mengetahui kadar air benih
II. TINJAUAN PUSTAKA
Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan senyawa yang
terdapat dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut.
Air dapat melarutkan berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut air, mineral
dan senyawa citarasa. Banyaknya kandungan air dalam bahan pangan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan dan aktifitas enzim, aktifitas mikroba
dan aktifitas kimiawi, yaitu terjadi ketengikan, reaksi non enzimatis sehingga
menimbulkan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan cita rasa gizi yang
berubah. Air bebas adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan,
membran, kapiler, serat dan lain – lain, jika air ini diuapkan seluruhnya maka
kandungan air bahan berkisar antara 12 – 25 % tergantung jenis bahan dan suhu
(Amanu, 2014).
Kadar air adalah hilangnya berat ketika bahan yang dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang
untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap
bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Dalam penentuan
uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103 2°C dan
metode temperatur tinggi yaitu dengan suhu 130-133°C. Kedua metode tersebut dapat
digunakan dalam penentuan kadar air. Metode pengeringan oven telah
mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang mampu diuapkan selama proses
pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin
ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran. Pemilihan pada metode
pengukuran kadar air yang paling tepat adalah apabila cara tersebut mampu
memberikan nilai kadar air tertinggi. Metode-metode yang memberikan kadar air
tertinggi pada pengujian beberapa metode tersebut (Sudrajat, 2009).
Kadar air yang tersisa umumnya berkisar antara 12-15%. Pengeringan dengan
sinar matahari menghasilkan tingkat kekeringan rendah daripada pengeringan dengan
mesin (oven) (Suprapti, 2005).
Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryanto
1992). Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan
pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan
mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut
dengan kadar air seimbang.
Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup
benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih
adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih
berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya
aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan
dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam
tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan
menyebabkan kerusakan pada embrio (Mugnisjah, 1990).
Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk
disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur
benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih
antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat
meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 %
akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong
dan Ellis 2005).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 05 Desember 2018 bertempat di
Laboratorium Fakultas Pertanian P.02.02 Universitas Tidar. Adapun alat dan bahan
yang digunakan diantaranya, benih padi, benih jagung, benih kedelai, timbangan,
cawan porselin, dan oven.
Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah dengan menimbang cawan
porselin, kemudian mengisi dengan benih yang telah disediakan. Cawan dan benih
yang telah diisi ditimbang beratnya kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu
130°C selama 50 menit. Setelah pengovenan selesai maka dimasukkan dalam
eksikator selama 5 menit dan setelah itu menimbangnya. Kemudian memasukkan
kembali alam oven dengan suhu 130°C selama 10 menit. Setelah seleasi kemudian
memasukkan kembali dalam eksikator 5 menit lalu menimbangnya lagi.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
NO. Nama
benih
Berat benih (g) Prosentase (%)
W1 W2 W3 W4 S1 S2
1. Padi 20.75 29.01 28.45 28.35 6.78 1.21
2. Kedelai 23.88 33.78 33.12 33.01 6.67 1.11
3. Jagung 22.17 32.41 31.72 31.53 6.74 1.86
B. pembahasan
Kadar air benih merupakan jumlah air yang terkandung dalam suatu benih.
Dimana dalam pengujiannya dilakukan pemanasan untuk menghilangkan jumlah air
yang tertahan dalam benih. Kandungan air dalam benih mengidentifikasikan seberapa
lama suatu benih dapat disimpan. Karena pada umumnya benih digolongkan menjadi
2 rekalsitran dan ortodoks. Tujuan penentuan akadar air benih salah satunya adalah
untuk menetapkan kadar air selama penyimpanan dalam rangka untuk tetap
mempertahankan viabilitas dari suatu benih.
Menurut Mugnisjah (1990), kadar air optimum dalam penyimpanan bagi
sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Dari percobaan yang telah dilakukan
dapat dilihat bahwa benih padi, jagung dan kedelai merupakan jenis benih serealia
yang dapat disimpan dengan kadar air yang rendah dibawah 20%. Dengan kadar air
yang rendah maka benih dapat memilki daya simpan yang lebih lama. Dikarenakan
tidak menimbulkan respirasi benih yang tinggi sehingga kelembaban benih tetap
terjaga. Dengan kadar air yang tinggi maka respirasi pada benih juga akan tinggi.
Dengan respirasi yang tinggi maka energy yang dihasilkan berupa panas dan CO2
juga akan semakin banyak sehingga suhu lingkungan juga akan semakin tinggi.
Tingginya suhu lingkungan akan memicu terjadinya kelembaban sehingga dapat
mengundang bakteri, jamur maupun mikroorganisme lainnya akan tumbuh.
Dari tabel percobaan di atas dapat dilihat bahwa prosentase kadar air benih
pada benih padi 6.78%, kedelai 6.67%, dan jagung 6.74 pada pemnasan pertama.
Pada pemanasan kedua kadar air benih padi sebesar 1.21%, kedelai 1.11% dan jagung
sebesar 1.86%. Dengan kadar air benih serealia yang rendah maka benih tersebut
memiliki daya simpan yang lebih lama selain itu dia lebih mampu mempertahankan
viabilitas dengan kadar air yang dimilikinya. Karena dengan kenikan 1% saja
menurut Hong dan Ellis (2005), maka umur benih akan berkurang dari setengahnya.
Sehingga perlu adanya menjaga kadar benih agar sesuai dengan keadaan benihnya.
V. KESIMPULAN
1. Kadar air benih merupakan indikasi benih untuk dilakukannya penyimpanan
2. Kadar air yang tinggi menyebabkan tumbuhnya jamur maupun bakteri
3. Kenaikan kadar air 1% dapat mengurangi umur benih setengahnya sehingga
viabilitasnya pun dapat menurun
4. Kadar air benih pada pemanasan pertama padi 6.78%, kedelai 6.67%, dan
jagung 6.74
5. Kadar air benih pada pemanasan kedua padi sebesar 1.21%, kedelai 1.11%
dan jagung sebesar 1.86%.
DAFTAR PUSTAKA
Amanu. F.N. 2014. Pembuatan tepung mocap di Madura ( kajian vanetas dan lokasi
penanaman) terhadap mutu dan rendemen. Jurnal pangan dan agroindustri
vol. 2 (3) : 161 – 169.
Haryanto B. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta : Kanisius
Mugnisjah, W.Q. dkk. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi
Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sudrajat, Dede J. 2009. Pengembangan Standar Pengujian Kadar Air dan
Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan untuk Menunjang
Program Penanaman Hutan di Daerah. Jurnal Litbang Pertanian Volume 28
Nomor 2 (13-19).
Suprapti, Lies M. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius.
Yogyakarta.
Hong T D and R H Ellis 2005. A protocol to determine seed storage behaviour IPGRI
Technical Bulletin No1. Dept. of Agric. The University of Reading, UK.

Laporan praktikum kadar air

  • 1.
    LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSIBENIH DAN BIBIT ACARA 6 PENGUJIAN KADAR AIR BENIH Disusun Oleh : Nama : Inayatul Fitria Dewi NPM : 1510401057 Kelompok : B3 Asisten : Siti Hadiyanti A. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2017
  • 2.
    ACARA 6 PENGUJIAN KADARAIR BENIH I. TUJUAN 1. Mengetahui kadar air benih II. TINJAUAN PUSTAKA Air berfungsi sebagai bahan yang dapat mendispersikan senyawa yang terdapat dalam bahan makanan. Untuk beberapa bahan, air berfungsi sebagai pelarut. Air dapat melarutkan berbagai bahan seperti garam, vitamin yang larut air, mineral dan senyawa citarasa. Banyaknya kandungan air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan dan aktifitas enzim, aktifitas mikroba dan aktifitas kimiawi, yaitu terjadi ketengikan, reaksi non enzimatis sehingga menimbulkan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan cita rasa gizi yang berubah. Air bebas adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan, membran, kapiler, serat dan lain – lain, jika air ini diuapkan seluruhnya maka kandungan air bahan berkisar antara 12 – 25 % tergantung jenis bahan dan suhu (Amanu, 2014). Kadar air adalah hilangnya berat ketika bahan yang dikeringkan sesuai dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin. Dalam penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur rendah 103 2°C dan metode temperatur tinggi yaitu dengan suhu 130-133°C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam penentuan kadar air. Metode pengeringan oven telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang mampu diuapkan selama proses pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran. Pemilihan pada metode pengukuran kadar air yang paling tepat adalah apabila cara tersebut mampu memberikan nilai kadar air tertinggi. Metode-metode yang memberikan kadar air tertinggi pada pengujian beberapa metode tersebut (Sudrajat, 2009).
  • 3.
    Kadar air yangtersisa umumnya berkisar antara 12-15%. Pengeringan dengan sinar matahari menghasilkan tingkat kekeringan rendah daripada pengeringan dengan mesin (oven) (Suprapti, 2005). Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Haryanto 1992). Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Di dalam batas tertentu, makin rendah kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedang dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktifitas pernafasan yang dapat berakibat terkuras habisnya bahan cadangan makanan dalam benih. Selain itu merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan. Tetapi perlu diingat bahwa kadar air yang telalu rendah akan menyebabkan kerusakan pada embrio (Mugnisjah, 1990). Makin tinggi kandungan air benih makin tidak tahan benih tersebut untuk disimpan lama. Untuk setiap kenaikan 1 % dari kandungan air benih maka umur benih akan menjadi setengahnya. Hukum ini berlaku untuk kandungan air benih antara 5 dan 14 %. Karena dibawah 5 % kecepatan menuanya umur benih dapat meningkat disebabkan oleh autoksidasilipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14 % akan terdapat cendawan gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih (Hong dan Ellis 2005). III. METODE PRAKTIKUM Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 05 Desember 2018 bertempat di Laboratorium Fakultas Pertanian P.02.02 Universitas Tidar. Adapun alat dan bahan yang digunakan diantaranya, benih padi, benih jagung, benih kedelai, timbangan, cawan porselin, dan oven.
  • 4.
    Adapun langkah kerjayang dilakukan adalah dengan menimbang cawan porselin, kemudian mengisi dengan benih yang telah disediakan. Cawan dan benih yang telah diisi ditimbang beratnya kemudian dimasukkan dalam oven dengan suhu 130°C selama 50 menit. Setelah pengovenan selesai maka dimasukkan dalam eksikator selama 5 menit dan setelah itu menimbangnya. Kemudian memasukkan kembali alam oven dengan suhu 130°C selama 10 menit. Setelah seleasi kemudian memasukkan kembali dalam eksikator 5 menit lalu menimbangnya lagi. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengamatan NO. Nama benih Berat benih (g) Prosentase (%) W1 W2 W3 W4 S1 S2 1. Padi 20.75 29.01 28.45 28.35 6.78 1.21 2. Kedelai 23.88 33.78 33.12 33.01 6.67 1.11 3. Jagung 22.17 32.41 31.72 31.53 6.74 1.86 B. pembahasan Kadar air benih merupakan jumlah air yang terkandung dalam suatu benih. Dimana dalam pengujiannya dilakukan pemanasan untuk menghilangkan jumlah air yang tertahan dalam benih. Kandungan air dalam benih mengidentifikasikan seberapa lama suatu benih dapat disimpan. Karena pada umumnya benih digolongkan menjadi 2 rekalsitran dan ortodoks. Tujuan penentuan akadar air benih salah satunya adalah untuk menetapkan kadar air selama penyimpanan dalam rangka untuk tetap mempertahankan viabilitas dari suatu benih. Menurut Mugnisjah (1990), kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6% - 8%. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa benih padi, jagung dan kedelai merupakan jenis benih serealia yang dapat disimpan dengan kadar air yang rendah dibawah 20%. Dengan kadar air yang rendah maka benih dapat memilki daya simpan yang lebih lama. Dikarenakan
  • 5.
    tidak menimbulkan respirasibenih yang tinggi sehingga kelembaban benih tetap terjaga. Dengan kadar air yang tinggi maka respirasi pada benih juga akan tinggi. Dengan respirasi yang tinggi maka energy yang dihasilkan berupa panas dan CO2 juga akan semakin banyak sehingga suhu lingkungan juga akan semakin tinggi. Tingginya suhu lingkungan akan memicu terjadinya kelembaban sehingga dapat mengundang bakteri, jamur maupun mikroorganisme lainnya akan tumbuh. Dari tabel percobaan di atas dapat dilihat bahwa prosentase kadar air benih pada benih padi 6.78%, kedelai 6.67%, dan jagung 6.74 pada pemnasan pertama. Pada pemanasan kedua kadar air benih padi sebesar 1.21%, kedelai 1.11% dan jagung sebesar 1.86%. Dengan kadar air benih serealia yang rendah maka benih tersebut memiliki daya simpan yang lebih lama selain itu dia lebih mampu mempertahankan viabilitas dengan kadar air yang dimilikinya. Karena dengan kenikan 1% saja menurut Hong dan Ellis (2005), maka umur benih akan berkurang dari setengahnya. Sehingga perlu adanya menjaga kadar benih agar sesuai dengan keadaan benihnya. V. KESIMPULAN 1. Kadar air benih merupakan indikasi benih untuk dilakukannya penyimpanan 2. Kadar air yang tinggi menyebabkan tumbuhnya jamur maupun bakteri 3. Kenaikan kadar air 1% dapat mengurangi umur benih setengahnya sehingga viabilitasnya pun dapat menurun 4. Kadar air benih pada pemanasan pertama padi 6.78%, kedelai 6.67%, dan jagung 6.74 5. Kadar air benih pada pemanasan kedua padi sebesar 1.21%, kedelai 1.11% dan jagung sebesar 1.86%. DAFTAR PUSTAKA Amanu. F.N. 2014. Pembuatan tepung mocap di Madura ( kajian vanetas dan lokasi penanaman) terhadap mutu dan rendemen. Jurnal pangan dan agroindustri vol. 2 (3) : 161 – 169. Haryanto B. 1992. Potensi dan Pemanfaatan Sagu. Yogyakarta : Kanisius Mugnisjah, W.Q. dkk. 1994. Panduan Praktikum dan Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
  • 6.
    Sudrajat, Dede J.2009. Pengembangan Standar Pengujian Kadar Air dan Perkecambahan Benih Beberapa Jenis Tanaman Hutan untuk Menunjang Program Penanaman Hutan di Daerah. Jurnal Litbang Pertanian Volume 28 Nomor 2 (13-19). Suprapti, Lies M. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan Pemanfaatannya. Kanisius. Yogyakarta. Hong T D and R H Ellis 2005. A protocol to determine seed storage behaviour IPGRI Technical Bulletin No1. Dept. of Agric. The University of Reading, UK.