MAKALAH
Teori Belajar Menurut Edwin Ray Guthrie
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Teori Belajar
Dosen Pengampu, Sukirman M.Pd.
Disusun Oleh:
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Teori Belajar yang berjudul “Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray
Guthrie” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar. Meskipun banyak
hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun akhirnya
penyusun berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
mahasiswa/mahasiswi yang juga telah memberi kontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami
berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita
bersama.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita semua. Aamiin
Semarang, 2 April 2017
Tim penyusun
Kelompok 4
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
2.1 Riwayat hidup guthrie........................................................................... 3
2.2 Pengertian behavioristik........................................................................ 4
2.3 Konsep Teoretis Utama ........................................................................ 4
2.4 Eksperimen oleh Edwin Ray Guthrie ....................................................... 7
2.5 Implikasi teori guthrie dalam Pendidikan.............................................. 12
BAB III PENUTUP......................................................................................... 13
3.1 Simpulan............................................................................................... 13
3.2 Saran.................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu.
Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap
2
manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang
boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa
merumuskan tujuan hidup.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan
dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar
dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam
gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang
salah satunya adalah teori belajar Behavioristik.
Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci
bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Tokoh-
tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull,
Edwin Ray Guthrie, dan Skinner. Tapi dalam makalah ini penulis akan
menjelaskan aliran behavioristik dari Edwin R Guthrie.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan segagai berikut:
1. Apa pengertian dari teori behavioristik?
2. Bagaimana teori belajar menurut Edwin Ray Guthrie?
3. Bagaimana konsep teoritis utama Edwin Ray Guthrie?
4. Eksperimen apa yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie untuk
mendukung teori belajarnya?
5. Apa Implikasi teori Guthrie terhadap pembelajaran?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1) Mengetahui dan memahami teori belajar menurut Edwin Ray Guthrie
2) Mengetahui dan memahami teori behavioristik?
3
3) Mengetahui dan memahami konsep teoritis utama Edwin Ray
Guthrie?
4) Mengetahui dan memahami Eksperimen apa yang dilakukan oleh
Edwin Ray Guthrie untuk mendukung teori belajarnya
5) Mengetahui dan memahami Implikasi teori Guthrie terhadap
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Hidup Edwin Ray Guthrie
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Guthrie lahir di
Lincoln Nebrazka tanggal 9 januari pada tahun 1886 dan meninggal pada tahun
4
1959 . setelah SMA kemudian meneruskan studinya ke universitas Nebraska dan
lulus dengan sarjana matematika dan kemudian mengajar matematika di beberapa
sekolah menengah sambil memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan
lulus sebagai doktor. Kemudian menjadi instruktur filsafat di Universitas
Washington. Setelah lima tahun ia pindah ke Departemen Psikologi sampai
karirnya berakhir. Guthrie adalah profesor psikologi di University of
Washington dari tahun 1914 sampai pensiun pada tahun 1952. Gaya tulisan
Gutrie lebih mudah untuk dipelajari karena penuh humor, dan menggunakan
banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya supaya mudah dipahami oleh
mahasiswanya. Bersama dengan Horton ia melakukan satu percobaan yang tekait
dengan teori belajarnya.
Pada usia 33 tahun Guthrie pemenang nobel yang diberikan asosiasi
psikologi Amerika dalam kontribusi terakhir. Karya dasarnya adalah The
Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.
Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan banyak
kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau
persamaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa
saja harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru.
Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini
mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis
meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental. Bersama
dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori
belajarnya, dan kita akan mendiskusikan percobaan ini. Tetapi dia jelas seorang
Behavioris. Dia bahkan menggangap teoritisi seperti Thorndine, Skinner, Hull,
Pavlov dan Watson masih sangat subyektif dan dengan menerapkan hukum
Parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua
fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita
diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum asosiasi aristoteles karena
alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma
asosiasionistik.
2.2 Pengertian Behavioristik.
5
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran.
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas
proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara
ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan
mental. Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar
adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi
perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam
diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe
stimulus. Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan
Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang
dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya
Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant
conditioning.
2.3. Konsep Teoretis Utama
A. Satu Hukum Belajar
Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk
menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimuli dan respons.
Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para teoretis
seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu, dan sebagai
penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, law of contiguity (hukum
kontiguitas), yang dinyatakan bahwa “Kombinasi stimuli yang menggiringi suatu
gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadianya berulang.
Pada publikasi terakhirnya sebelum dia meninggal, Guthrie (1959)
merevisi hukum kontiguitasnya menjadi, “Apa-apa yang dilihat akan menjadi
sinyal untuk apa-apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai macam
stimuli yang dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme
tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu. Organisme hanya
akan memproses secara efektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya,
dan selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respons.
B. Belajar Satu Percobaan
6
Prinsip one-trial learning (belajar satu percobaan) dari Guthrie (1942)
menolak hukum frekuensi sebagai prinsip belajar: “Suatu pola stimulus
mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan
satu respons”. Inilah yang disebut “percobaan pada pembelajaran satu”. Jika
stimulus dan respons menjadi klop dan nyambung, maka “pertemuan” pertama
punya kesan yang sangat kuat dan susah dihilangkan. Jadi belajar adalah
kedekatan hubungan anatara stimulus dan respon yang relevan. Tanpa diulang
ulangpun jika antara simulus dan respon telah terjadi hungungan yang kuat, maka
proses pembelajaran telah terjadi. Jadi menurut Guthrie, belajar adalah hasil dari
kontiguitas antara satu pola stimuli dengan satu respons, dan belajar akan lengkap
(asosiasi penuh) hanya setelah penyandingan antara stimuli dan respons.
C. Stimuli yang Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di
sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi
yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan
prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang
dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap
keduanya sebagai kejadian yang bersamaan.
Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan
adanya movement-product stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni
disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering
kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke
pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai
stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri menuju
pesawat telepon.
D. Latihan Meningkatkan Performa
Untuk menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara act
(tindakan) dengan movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan
terdiri dari berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan dalam term
7
apa- apa yang dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam
lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat,
makan pagi, dll.
Adapun untuk belajar tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar
bertindak, yang berbeda dari gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia
mengharuskan gerakan yang tepat telah diasosiasikan dengan petunjuknya.
Bahkan menurut Guthrie, tindakan sederhana seperti memegang raket
membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai jarak dan arah posisi subjek itu.
Untuk itulah diperlukan sebuah latihan, karena dengan menguasai sebuah
tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak, dan posisi yang berbeda tindakan
itu masih dapat dilakukan.
E. Sifat Penguatan
Apa yang menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ini
Gutrie menggunakan isu yang dibahas Thorndike, ketika satu respons
menimbulkan keadaan yang memuaskan, maka selanjutnya terulangnya respons
akan meningkat. Guthrie menganggap hukum efek tidak dibutuhkan. Menurut
Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah aransemen mekanis, yang dianggap
dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya.
Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan
karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal
yang dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu
tuas atau menarik cincin, yang membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan
seterusnya. Oleh karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut
pendapat mereka tindakan yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama,
karena kucing itu menganggap itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh
karena itu, tidak memungkinkan adanya respons baru yang dihubungkan dengan
kotak tersebut.
2.4. Eksperimen yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie Dan Horton untuk
mendukung teori belajarnya.
8
Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie dan Horton (1946) secara
cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tidak melepaskan diri dari kotak teka-
teki yang dilakukan oleh kucing yang kemudian observasi ini dilaporan dalam
sebuah buk yang berjudul cats in a Puzzle Box. Kotak yang mereka pakai sama
dengan yang dipakai Thorndike dalam melakukan eksperimennya. Guthrie dan
Horton menggunakan banyak kucing sebaai subyek percobaan, akan tetapi mereka
melihat kucing kelar dari kotak dengan cara sendiri-sendiri dan berbeda-beda.
Dari percobaan diatas respon khusus yang dipelajari oleh hewan tertentu
adalah respon yang dilakukan hewan sebelum ia keluar dari kotak. Karena respon
ini cenderung diulang lagi saat kucing diletakkan di kotak di waktu yang lain,
maka ia dinamakan stereotyped behavior (perilaku strereotip).
2
Guhtrie dan Horton mengamati bahwa seringkali hewan, setelah bebas
dari kotak akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya. Meskipun hewan
itu mengabaikan obyek yang disebut penguatan tersebut, kucing dapat keluar dari
kotak dengan lancar ketika diwaktu yang lain ia dimasukkan lagi ke dalam kotak.
Observasi ini, menurut Guthrie memperkuat pendapatnya bahwa penguatan
hanyalah aransemen mekanis yang mencegah terjadinya unlearning. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa setiap kejadian yang diikuti dengan respons yang
diinginkan dari hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan karenanya
mempertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya.
1. Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif
dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons
alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons
baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Ini
adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni
fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru.
Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, contohnya sebagai berikut:
Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk
tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan
kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang
pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak
bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang
dipelajari sebelumnya (tugas A).
Guthrie menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya
adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan
menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh
intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi.
2. Cara Memutuskan Kebiasaan
Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon
yang diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk
menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu
perlu diputus. Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan
3
'cues' (petunjuk) yang memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada
tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu
metode ambang pintu ( threshold methode ), metode yang kaku ( fatigue
methode), dan metode respons tandingan (incompatable respons methode).
Ringkasan Tiga Metode memutus Kebiasaan:
Berbeda dengan reinforcement (penguatan) yang tidak terlalu berperan
dalam proses belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting
mengubah perilaku seseorang. punishment jika diberikan secara tepat dalam
menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat
menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda.
Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh seorang gadis yang
setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu disembarang tempat
Metode Karakteristik Contoh
Ambang Mengenalkan stimulus lemah yang tidak
menimbulkan respons dan kemudian
perlahan menaikan intensitas stimulus
tersebut, tetapi harus menajaganya
dibawah respons batas minimal.
Memasang pelana pada kuda yang
belum pernah memakai pelana di
punggungnya :
Mulai dengan selimut yang tipis,
lalu ditambahkan dengan selimut
lagi yang lebih berat, lalu baru
dicoba memasang pelana pada
punggungnya
Kelelahan Penjinakan.
"mengeluarkan" semua respons dalam
menghadirkan stimuli untuk
menimbulkan respons ketenangan yang
akan menggantikan respons perlawanan.
Melemparkan pelana diatas kuda
dan menaiki kuda sampai kuda
meringkik, menendang, dan
berusaha sekuat tenaga untuk
melempar orang yang menaikinya
hingga akhirnya kelelahan.
(joki) : pelana dan joki menjadi
stimulus untuk berjalan dan berlari
dengan tenang.
Respon
Tandingan
Menghentikan kebiasaan.
Membuat tandingan serta sandingan
stimulus, antara stimulus 1 (S1) yang
tidak diinginkan dengan stimulus 2 (S2)
yang bersifat sebagai relaksasi. Kuncinya
disini adalah (S2) harus bersifat lebih
kuat dan dominan daripada (S1)
Untuk menghentikan, menghindar
dan takut yang berlebihan, dengan
memasangkan objek ketakutan
pada suatu objek ( seperti harimau
mainan ) (S1) dengan sebuah
stimulus yang memunculkan
perasaan hangat dan penuh kasih
sayang., seperti pelukan seorang
ibu (S2)
4
setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil tas dan
kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk rumah serta
langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu berkali-kali dilakukan
setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan kaos kaki sembarangan
akhirnya perilaku meletakkan tas dan kaos kaki pada tempatnya diasosiasikan
dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam rumah.
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Guthrie untuk mendukung
teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam
kotak puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan
alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak
tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing
dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang
gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya.
Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
3. Membelokkan Kebiasaan
Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan
kebiasaan. Membelokkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang
menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah
besar pola perilaku tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang
bisa dilakukan adalah meningkatkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda
pergi kesuatu lingkungan baru yang memberi anda kesegaran baru karena anda
tidak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. Pergi kelingkungan baru
akan membuat anda legah dan bisa mengembangkan pola perilaku yang baru.
Tetapi ini hanyalah pelarian parsial karena banyak stimuli yang menyebabkan
perilaku yang tak diinginkan adalah stimuli internal anda, dan anda karenanya
akan membawa stimuli itu ke lingkungan yang baru. Juga stimuli dalam
lingkungan baru yang identik atau mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan
cenderung menimbulkan respon yang sebelumnya di kaitkan dengannya.
4. Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh
apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu.
5
Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu
terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli
tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli
yang sama. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena
hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang
dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman
selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang
suka mengejar-ngejar mobil dan anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie
menyarankan, anda mengendarai mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat
anjing berlari disisi mobil pelankan kendaraan anda dan tamparlah moncong si
anjing.
5. Dorongan
Drives (dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan
maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme
tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli
internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh,
maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah
berubah.
Disini Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan
alkohol dan narkoba dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan
ketegangan atau gelisah. Dalam kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang
menjadi maintaining stimuli. Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang
dan gelisah, dia akan cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk
memakai narkoba atau minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan
berubah menjadi kecanduan.
6. Niat
Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions
(niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan
biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan
berkurang). Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor,
dia akan memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia
akan berdiri dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. Perilaku yang
6
dipicu oleh maintaining stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional
(diniatkan).
7. Training
Gutrhrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya
seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada
kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya,
jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih
dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji.
Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh
disitu akan ditransfer ke kelas.
Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama
yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam
kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan
mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada
maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum kontiguitas,
yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan
dipelajari.
2.5 Implikasi teori guthrie dalam Pendidikan
Mengasosiasikan rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti
dari teori belajar yang dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam
proses belajar mengajar di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru :
1. Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika
mempelajari sesuatu. Dengan kata lain , apakah stimuli yang ada dalam
buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
2. Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana
mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku
akan menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk
menghafal pelajaran.
3. Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah
yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat
terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika
7
diikuti oleh kegaduhan dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan
stimuli ) bagi munculnya perilaku distruptif.
13
Bab 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Simpulan Hukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum
kontiguitas (law of contiguity). Gutrie menganggap, penguatan mengubah
kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning.
Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman
menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum.
Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman
selaras dengan perilaku yang dihukum. Seperti halnya Thorndike, Guthrie
menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni
menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan
lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama
dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap
tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan
tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
3.2 Sarans
Penulis menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan
tujuan, yaknni menyatakan respon apa yang harus dibuat untuk stimuli.
Penulis menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons
yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan
padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah
siswa mesti merespon dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
14
Daftar Pustaka
Heri, R. , Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Bandung :
Penerbit Nusa Media, 2012
B.R.Hergenhahn. dkk, Theorities Of Learning, Jakarta : Kencana Prenada Media
Grup, 2009

Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie

  • 1.
    MAKALAH Teori Belajar MenurutEdwin Ray Guthrie Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Belajar Dosen Pengampu, Sukirman M.Pd. Disusun Oleh: KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
  • 2.
    ii KATA PENGANTAR Puji syukurkami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Teori Belajar yang berjudul “Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar. Meskipun banyak hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya, namun akhirnya penyusun berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang juga telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membimbing penulis dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita semua. Aamiin Semarang, 2 April 2017 Tim penyusun Kelompok 4
  • 3.
    ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 1 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3 2.1 Riwayat hidup guthrie........................................................................... 3 2.2 Pengertian behavioristik........................................................................ 4 2.3 Konsep Teoretis Utama ........................................................................ 4 2.4 Eksperimen oleh Edwin Ray Guthrie ....................................................... 7 2.5 Implikasi teori guthrie dalam Pendidikan.............................................. 12 BAB III PENUTUP......................................................................................... 13 3.1 Simpulan............................................................................................... 13 3.2 Saran.................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap
  • 4.
    2 manusia. Dengan Pendidikansesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup. Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behavioristik. Teori belajar behavioristic adalah teori yang memiliki konsep kunci bahwa setiap perilaku manusia bisa di manipulasi dan di kreasikan. Tokoh- tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Ray Guthrie, dan Skinner. Tapi dalam makalah ini penulis akan menjelaskan aliran behavioristik dari Edwin R Guthrie. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan segagai berikut: 1. Apa pengertian dari teori behavioristik? 2. Bagaimana teori belajar menurut Edwin Ray Guthrie? 3. Bagaimana konsep teoritis utama Edwin Ray Guthrie? 4. Eksperimen apa yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie untuk mendukung teori belajarnya? 5. Apa Implikasi teori Guthrie terhadap pembelajaran? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut: 1) Mengetahui dan memahami teori belajar menurut Edwin Ray Guthrie 2) Mengetahui dan memahami teori behavioristik?
  • 5.
    3 3) Mengetahui danmemahami konsep teoritis utama Edwin Ray Guthrie? 4) Mengetahui dan memahami Eksperimen apa yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie untuk mendukung teori belajarnya 5) Mengetahui dan memahami Implikasi teori Guthrie terhadap pembelajaran BAB II PEMBAHASAN 2.1 Riwayat Hidup Edwin Ray Guthrie Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray Guthrie – Guthrie lahir di Lincoln Nebrazka tanggal 9 januari pada tahun 1886 dan meninggal pada tahun
  • 6.
    4 1959 . setelahSMA kemudian meneruskan studinya ke universitas Nebraska dan lulus dengan sarjana matematika dan kemudian mengajar matematika di beberapa sekolah menengah sambil memperdalam filsafat di Universitas Pennsylvania dan lulus sebagai doktor. Kemudian menjadi instruktur filsafat di Universitas Washington. Setelah lima tahun ia pindah ke Departemen Psikologi sampai karirnya berakhir. Guthrie adalah profesor psikologi di University of Washington dari tahun 1914 sampai pensiun pada tahun 1952. Gaya tulisan Gutrie lebih mudah untuk dipelajari karena penuh humor, dan menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya supaya mudah dipahami oleh mahasiswanya. Bersama dengan Horton ia melakukan satu percobaan yang tekait dengan teori belajarnya. Pada usia 33 tahun Guthrie pemenang nobel yang diberikan asosiasi psikologi Amerika dalam kontribusi terakhir. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952. Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental. Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan teori belajarnya, dan kita akan mendiskusikan percobaan ini. Tetapi dia jelas seorang Behavioris. Dia bahkan menggangap teoritisi seperti Thorndine, Skinner, Hull, Pavlov dan Watson masih sangat subyektif dan dengan menerapkan hukum Parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum asosiasi aristoteles karena alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma asosiasionistik. 2.2 Pengertian Behavioristik.
  • 7.
    5 Behaviorisme dari katabehave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental. Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus behaviorisme adalah respons terhadap berbagai tipe stimulus. Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant conditioning. 2.3. Konsep Teoretis Utama A. Satu Hukum Belajar Sebagian besar teori belajar dapat dianggap sebagai usaha untuk menentukan kaidah yang mengatur terjadinya asosiasi antara stimuli dan respons. Guthrie (1952) berpendapat bahwa kaidah yang dikemukakan oleh para teoretis seperti Thorndike dan Pavlov adalah terlalu ruwet dan tak perlu, dan sebagai penggantinya dia mengusulkan satu hukum belajar, law of contiguity (hukum kontiguitas), yang dinyatakan bahwa “Kombinasi stimuli yang menggiringi suatu gerakan akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadianya berulang. Pada publikasi terakhirnya sebelum dia meninggal, Guthrie (1959) merevisi hukum kontiguitasnya menjadi, “Apa-apa yang dilihat akan menjadi sinyal untuk apa-apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai macam stimuli yang dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu. Organisme hanya akan memproses secara efektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya, dan selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respons. B. Belajar Satu Percobaan
  • 8.
    6 Prinsip one-trial learning(belajar satu percobaan) dari Guthrie (1942) menolak hukum frekuensi sebagai prinsip belajar: “Suatu pola stimulus mendapatkan kekuatan asosiatif penuh pada saat pertama kali dipasangkan dengan satu respons”. Inilah yang disebut “percobaan pada pembelajaran satu”. Jika stimulus dan respons menjadi klop dan nyambung, maka “pertemuan” pertama punya kesan yang sangat kuat dan susah dihilangkan. Jadi belajar adalah kedekatan hubungan anatara stimulus dan respon yang relevan. Tanpa diulang ulangpun jika antara simulus dan respon telah terjadi hungungan yang kuat, maka proses pembelajaran telah terjadi. Jadi menurut Guthrie, belajar adalah hasil dari kontiguitas antara satu pola stimuli dengan satu respons, dan belajar akan lengkap (asosiasi penuh) hanya setelah penyandingan antara stimuli dan respons. C. Stimuli yang Dihasilkan oleh Gerakan Meskipun Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan prilaku nyata. Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan. Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya movement-product stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri menuju pesawat telepon. D. Latihan Meningkatkan Performa Untuk menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara act (tindakan) dengan movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan dalam term
  • 9.
    7 apa- apa yangdicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat, makan pagi, dll. Adapun untuk belajar tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang berbeda dari gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan yang tepat telah diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan menurut Guthrie, tindakan sederhana seperti memegang raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai jarak dan arah posisi subjek itu. Untuk itulah diperlukan sebuah latihan, karena dengan menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak, dan posisi yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan. E. Sifat Penguatan Apa yang menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ini Gutrie menggunakan isu yang dibahas Thorndike, ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan, maka selanjutnya terulangnya respons akan meningkat. Guthrie menganggap hukum efek tidak dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah aransemen mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya. Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal yang dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu tuas atau menarik cincin, yang membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan seterusnya. Oleh karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat mereka tindakan yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing itu menganggap itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan adanya respons baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut. 2.4. Eksperimen yang dilakukan oleh Edwin Ray Guthrie Dan Horton untuk mendukung teori belajarnya.
  • 10.
    8 Teori Pembelajaran MenurutEdwin Ray Guthrie dan Horton (1946) secara cermat mengamati sekitar delapan ratus kali tidak melepaskan diri dari kotak teka- teki yang dilakukan oleh kucing yang kemudian observasi ini dilaporan dalam sebuah buk yang berjudul cats in a Puzzle Box. Kotak yang mereka pakai sama dengan yang dipakai Thorndike dalam melakukan eksperimennya. Guthrie dan Horton menggunakan banyak kucing sebaai subyek percobaan, akan tetapi mereka melihat kucing kelar dari kotak dengan cara sendiri-sendiri dan berbeda-beda. Dari percobaan diatas respon khusus yang dipelajari oleh hewan tertentu adalah respon yang dilakukan hewan sebelum ia keluar dari kotak. Karena respon ini cenderung diulang lagi saat kucing diletakkan di kotak di waktu yang lain, maka ia dinamakan stereotyped behavior (perilaku strereotip).
  • 11.
    2 Guhtrie dan Hortonmengamati bahwa seringkali hewan, setelah bebas dari kotak akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya. Meskipun hewan itu mengabaikan obyek yang disebut penguatan tersebut, kucing dapat keluar dari kotak dengan lancar ketika diwaktu yang lain ia dimasukkan lagi ke dalam kotak. Observasi ini, menurut Guthrie memperkuat pendapatnya bahwa penguatan hanyalah aransemen mekanis yang mencegah terjadinya unlearning. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kejadian yang diikuti dengan respons yang diinginkan dari hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan karenanya mempertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi sebelumnya. 1. Lupa Menurut Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif, contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Guthrie menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka lupa tidak akan terjadi. 2. Cara Memutuskan Kebiasaan Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus. Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan
  • 12.
    3 'cues' (petunjuk) yangmemunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan (incompatable respons methode). Ringkasan Tiga Metode memutus Kebiasaan: Berbeda dengan reinforcement (penguatan) yang tidak terlalu berperan dalam proses belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku seseorang. punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek melakukan sesuatu yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh seorang gadis yang setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu disembarang tempat Metode Karakteristik Contoh Ambang Mengenalkan stimulus lemah yang tidak menimbulkan respons dan kemudian perlahan menaikan intensitas stimulus tersebut, tetapi harus menajaganya dibawah respons batas minimal. Memasang pelana pada kuda yang belum pernah memakai pelana di punggungnya : Mulai dengan selimut yang tipis, lalu ditambahkan dengan selimut lagi yang lebih berat, lalu baru dicoba memasang pelana pada punggungnya Kelelahan Penjinakan. "mengeluarkan" semua respons dalam menghadirkan stimuli untuk menimbulkan respons ketenangan yang akan menggantikan respons perlawanan. Melemparkan pelana diatas kuda dan menaiki kuda sampai kuda meringkik, menendang, dan berusaha sekuat tenaga untuk melempar orang yang menaikinya hingga akhirnya kelelahan. (joki) : pelana dan joki menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari dengan tenang. Respon Tandingan Menghentikan kebiasaan. Membuat tandingan serta sandingan stimulus, antara stimulus 1 (S1) yang tidak diinginkan dengan stimulus 2 (S2) yang bersifat sebagai relaksasi. Kuncinya disini adalah (S2) harus bersifat lebih kuat dan dominan daripada (S1) Untuk menghentikan, menghindar dan takut yang berlebihan, dengan memasangkan objek ketakutan pada suatu objek ( seperti harimau mainan ) (S1) dengan sebuah stimulus yang memunculkan perasaan hangat dan penuh kasih sayang., seperti pelukan seorang ibu (S2)
  • 13.
    4 setiap hari .kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk mengambil tas dan kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk rumah serta langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu berkali-kali dilakukan setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan kaos kaki sembarangan akhirnya perilaku meletakkan tas dan kaos kaki pada tempatnya diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam rumah. Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Guthrie untuk mendukung teori kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing dalam kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya. Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut. 3. Membelokkan Kebiasaan Ada perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan kebiasaan dilakukan dengan menghindari petunjuk yang menimbulkan perilaku yang tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku tak efektif atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah meningkatkan situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi kesuatu lingkungan baru yang memberi anda kesegaran baru karena anda tidak punya banyak asosiasi dengan lingkungan baru itu. Pergi kelingkungan baru akan membuat anda legah dan bisa mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi ini hanyalah pelarian parsial karena banyak stimuli yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan adalah stimuli internal anda, dan anda karenanya akan membawa stimuli itu ke lingkungan yang baru. Juga stimuli dalam lingkungan baru yang identik atau mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respon yang sebelumnya di kaitkan dengannya. 4. Hukuman Guthrie mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu.
  • 14.
    5 Hukuman bekerja baikbukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang suka mengejar-ngejar mobil dan anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie menyarankan, anda mengendarai mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari disisi mobil pelankan kendaraan anda dan tamparlah moncong si anjing. 5. Dorongan Drives (dorongan) fisiologis merupakan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimuli akan hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah. Disini Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan ketegangan atau gelisah. Dalam kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang menjadi maintaining stimuli. Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang dan gelisah, dia akan cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk memakai narkoba atau minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan berubah menjadi kecanduan. 6. Niat Respons yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang). Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor, dia akan memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia akan berdiri dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. Perilaku yang
  • 15.
    6 dipicu oleh maintainingstimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan). 7. Training Gutrhrie dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama. Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu akan ditransfer ke kelas. Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hukum kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari. 2.5 Implikasi teori guthrie dalam Pendidikan Mengasosiasikan rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti dari teori belajar yang dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam proses belajar mengajar di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru : 1. Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan menjadi apa ketika mempelajari sesuatu. Dengan kata lain , apakah stimuli yang ada dalam buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar. 2. Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku secara sederhana mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal ini buku akan menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk menghafal pelajaran. 3. Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak memberikan perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak taat terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika
  • 16.
    7 diikuti oleh kegaduhandalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli ) bagi munculnya perilaku distruptif.
  • 17.
    13 Bab 3 PENUTUP 3.1 Simpulan SimpulanHukum belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of contiguity). Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Hukuman berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Seperti halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu. 3.2 Sarans Penulis menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yaknni menyatakan respon apa yang harus dibuat untuk stimuli. Penulis menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespon dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
  • 18.
    14 Daftar Pustaka Heri, R., Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik, Bandung : Penerbit Nusa Media, 2012 B.R.Hergenhahn. dkk, Theorities Of Learning, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2009