168
PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MAN BONDOWOSO
1)
Rizka Hartami Putri, 1)
Albertus Djoko Lesmono, 1)
Pramudya Dwi Aristya
1)
Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember
Email: rizkahartami@gmail.com
Abstract
The research focused on the influence of discovery learning. The purposes of
this research were to reviewing the effect of discovery learning model to student’s
learning motivation in MAN Bondowoso and to knew the effect of discovery learning’s
model for student’s physics learning outcomes in MAN Bondowoso. The kind of this
research was experiment by posttest only control design. Population of the research
was class X at Islamic Senior High School Bondowoso. Technique to collect the data
were observation, interview, documentation, test and questionnaire. Technique of data
analysis were decriptive and Independent Sample t-test with SPSS 16. The result of
independent sample t-test to student’s learning motivation showed value 0,0305≤ 0,05.
While the result of independent sample t-test to learning outcomes showed value 0,000
≤ 0,05. Based on that result could be concluded that: (1) discovery learning model
significantly took effect to student’ learning motivation in MA; (2) discovery learning
model significantly took effect to student’s physics learning outcomes in MA.
Keywords: discovery learning model, learning motivation, student’s learning
outcome
PENDAHULUAN
Pembelajaran fisika merupakan
proses pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam mempelajari alam dan gejala-
gejalanya melalui serangkaian proses
ilmiah yang dibangun atas dasar sikap
ilmiah untuk memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan dan sikap agar
dapat mencapai tujuans belajar tertentu.
Pembelajaran fisika menuntut kemampuan
siswa untuk pemahaman konsep dan
pemecahan masalah. Wiyanto dan Yuliati
(dalam Hartono dkk., 2013) fisika
merupakan produk dan proses yang dapat
diartikan bahwa dalam pembelajaran fisika
subyek belajar (siswa) harus dilibatkan
secara fisik maupun mental dalam
pemecahan masalah-masalah. Dalam
proses pembelajaran fisika, siswa tidak
hanya membaca, mendengarkan, dan
mengerjakan apa yang diberikan oleh guru,
melainkan siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk membuktikan kebenaran
dari teori yang ada dan diberi kesempatan
untuk menemukan sesuatu yang baru
dengan cara berdiskusi, melakukan
penyelidikan, dan bekerja sama. Fisika
merupakan bidang studi yang tidak
menjadi favorit bagi siswa. Hal ini tampak
pada hasil wawancara dengan siswa kelas
X, sebagian besar siswa menyatakan
bahwa fisika merupakan pelajaran yang
sulit. Sehingga pada pembelajaran fisika di
sekolah banyak menunjukkan bahwa rata-
rata dari hasil belajar fisika siswa lebih
rendah dibandingkan dengan hasil belajar
mata pelajaran lainnya (Memes, 2011)
Berdasarkan hasil survei di beberapa
SMA/MA Kabupaten Bondowoso
menunjukkan bahwa siswa merasa bosan
dan kurang tertarik belajar fisika. Bagi
siswa, pelajaran fisika merupakan
pelajaran yang sulit untuk dipahami dan
kurang menarik perhatian. Pembelajaran
fisika yang digunakan oleh guru biasanya
Putri, Pengaruh Model Discovery... 169
disajikan dalam kumpulan rumus dan
siswa wajib untuk menghafal, serta model
yang digunakan guru kurang variatif dan
inovatif yang dapat menambah motivasi
siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar di kelas. Karena motivasi yang
rendah, siswa kurang tertarik dalam proses
pembelajaran sehingga berpengaruh
terhadap hasil belajar fisika siswa yaitu di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) atau kurang dari 75.
Berdasarkan hasil wawancara pada
beberapa guru di SMA/MA Kabupaten
Bondowoso sebelum melakukan
penelitian, guru hanya menggunakan
metode pembelajaran yang sama yaitu
ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hasil
wawancara tersebut menunjukkan bahwa
dalam proses pembelajaran guru cenderung
mengajar dengan menggunakan model
kooperatif. Guru telah menggunakan
model kooperatif sebagai model
konvensionalnya, namun siswa kurang
berperan aktif dalam membangun dan
menemukan sendiri pengetahuannya.
Berkaitan dengan permasalahan
yang terjadi, untuk meningkatkan motivasi
dan memaksimalkan pencapaian hasil
belajar fisika siswa, seharusnya guru
memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan
didasarkan bahwa setiap siswa mempunyai
kemampuan dan taraf berpikir yang
berbeda-beda, sehingga pemilihan model
pembelajaran yang tepat akan
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Maka diperlukan suatu
model pembelajaran yang dapat
meningkatkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk
menemukan atau menerapkan sendiri ide-
idenya. Salah satu model yang sesuai
dengan pembelajaran fisika adalah model
Discovery Learning. Model pembelajaran
ini bertujuan untuk meningkatkan
keterlibatan siswa secara aktif untuk
mendapatkan informasi, mengurangi
ketergantungan kepada guru, melatih siswa
untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan
sumber informasi selain guru, sehingga
siswa akan termotivasi dalam proses
pembelajaran fisika. Siswa didorong untuk
mempunyai pengalaman dalam melakukan
percobaan yang memungkinkan mereka
menemukan prinsip-prinsip atau
pengetahuan bagi dirinya sendiri dengan
bimbingan dari guru (Rohim dkk, 2012).
Menurut Hosnan (2014) model
Discovery menekankan pentingnya
pemahaman struktur atau ide-ide penting
terhadap suatu ilmu melalui keterlibatan
siswa secara aktif di dalam pembelajaran.
Ketika mengaplikasikan metode discovery
learning, guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar secara aktif. Kondisi seperti ini
dapat merubah kegiatan belajar mengajar
yang semula materi diberitahukan kepada
peserta didikmenjadi peserta didik yang
mencari tahu (Iswati dan Dwikoranto,
2015). Model discovery learning pun
banyak memberikan kesempatan bagi para
anak didik untuk terlibat langsung dalam
kegiatan belajar, kegiatan seperti itu akan
lebih membangkitkan motivasi belajar,
karena disesuaikan dengan minat dan
kebutuhan mereka sendiri.
Model discovery learning ini
menitik beratkan pada kemampuan mental
dan fisik para anak didik yang akan
memperkuat semangat dan konsentrasi
mereka dalam melakukan kegiatan
pembelajaran (Rosarina dkk, 2016). Siswa
tidak hanya diberikan teori, tetapi mereka
berhadapan dengan sejumlah fakta.Dari
teori dan fakta itulah, mereka diharapkan
dapat merumuskan sejumlah penemuan.
Dengan demikian, siswa termotivasi untuk
menunjukkan kemampuan kognitifnya
dalam mempelajari fisika dan siswa
memperoleh manfaat yang maksimal baik
dari proses maupun hasil belajarnya. Jadi,
dalam pembelajaran Discovery, materi atau
bahan pelajaran tidak disampaikan dalam
bentuk final akan tetapi siswa didorong
untuk mengidentifikasi apa yang ingin
diketahui dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian
mengorganisasi atau membentuk apa yang
170 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 2, Juni 2017, hal 168-174
mereka ketahui dan mereka pahami dalam
suatu bentuk akhir.
Istilah motivasi memiliki makna
daya dorongan, keinginan, dan kemamuan.
Motivasi merupakan proses internal yang
mengaktifkan, menuntun, dan
mempertahankan perilaku dari waktu ke
waktu. Ada banyak jenis, intensitas,
tujuan, dan arah motivasi yang berbeda-
beda. Motivasi untuk belajar sangat
berperan penting bagi siswa dan guru
(Sjukur, 2012). Setiap anak didik
mempunyai motivasi belajar yang berbeda,
oleh karena itu setiap guru dituntut untuk
memahami hal ini agar kegiatan
pembelajaran yang dilakukan tidak salah.
Guru yang mengabaikan masalah
perbedaan motivasi cenderung mengalami
kegagalan dalam melaksanakan tugas
mengajar dikelas (Sukma dkk, 2012).
Motivasi belajar siswa akan berpengaruh
positif apabila disediakan lingkungan
belajar yang tepat sehingga siswa dapat
belajar secara maksimal, yang pada
akhirnya berdampak pada hasil belajar.
Apabila siswa dihadapkan pada kondisi
yang tidak sesuai dengan motivasi
belajarnya, maka siswa tidak dapat
belajar secara maksimal. Sehingga
berdampak negatif terhadap hasil
belajar.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai
dalam kegiatan pembelajaran adalah
meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil
belajar adalah ukuran atau tingkatan
keberhasilan yang dapat dicapai oleh
seorang siswa berdasarkan pengalaman
yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi
berupa tes dan biasanya diwujudkan
dengan nilai atau angka-angka tertentu
serta menyebabkan terjadinya perubahan
kognitif, afektif, maupun psikomotorik
(Dimyati dan Mudjiono, 2009).
Penelitian mengenai model
Discovery Learning telah dilakukan
sebelumnya oleh Fitri dan Derlina (2015)
yang menyatakan bahwa dengan
menggunakan model pembelajaran
Discovery Learning hasil belajar siswa
lebih baik, karena siswa dituntuk untuk lebih
aktif, pada saat proses belajar mengajar.
Model discovery learning telah diterapkan
juga oleh Kadri dan Rahmawati (2015)
yang menunjukkan bahwa model
discovery learning berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok suhu dan kalor di kelas X semester
genap SMA Swasta Budi Satrya Medan
T.P. 2014/2015. Selain itu, penelitian ini
juga didukung oleh Putrayasa dkk, (2014)
menyatakan bahwa model Discovery dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yang
memiliki minat belajar tinggi. Dengan
model ini diharapkan proses pembelajaran
akan berubah dari berpusat pada guru
menjadi berpusat pada siswa, sehingga
siswa lebih aktif, kreatif dan dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang, maka
tujuan penelitian yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah (1) mengkaji
pengaruh model Discovery Learning
terhadap motivasi belajar fisika siswa
MAN Bondowoso; (2) mengkaji pengaruh
model Discovery Learning terhadap hasil
belajar fisika siswa MAN Bondowoso.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan tempat
penelitian ditentukan menggunakan
purposive sampling area. Desain
Penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah post-test only control design.
Penelitian ini dilaksanakan di MAN
Bondowoso. Responden penelitian
ditentukan setelah dilakukan uji
homogenitas dengan bantuan program
SPSS 16 Penentuan sampel penelitian
dengan cluster random sampling.
Rancangan penelitian menggunakan
posttest- only control design. Analisis pada
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan sofware SPSS 16.
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah observasi, wawacara,
dokumentasi, tes, dan angket. Teknik
analisis data menggunakan Independent
Sample T-Test dengan bantuan program
Putri, Pengaruh Model Discovery... 171
SPSS 16. Data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah motivasi belajar dan
hasil belajar siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan pertama dalam penelitian ini
adalah megkaji pengaruh model Discovery
Learning tehadap motivasi belajar siswa
MA. Hasil motivasi belajar ini diperoleh
dari skor angket yang dibagikan kepada
siswa setelah pembelajaran. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata skor angket motivasi
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
pada empat indikator yaitu attention
(perhatian), relevance (keterkaitan),
confidance (kepercayaan diri), dan
satisfaction (kepuasan). Skor motivasi
belajar yang didaptkan siswa dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1.Skor rata-rata tiap indikator motivasi
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol
Aspek
Skor Rata-Rata Kelas
Eksperimen Kontrol
attention
(perhatian)
75,28 68,48
relevance
(keterkaitan)
75,68 72,25
confidance
(kepercayaan
diri)
70,12 67,30
satisfaction
(kepuasan)
78,06 74,95
Berdasarkan Tabel 1. diketahui
bahwa motivasi belajar siswa yang terdiri
dari beberapa indikator tersebut terdapat
perbedaan antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Masing-masing indikator
tersebut menunjukkan bahwa tingkat
motivasi belajar siswa kelas eksperimen
lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Rendahnya peningkatan motivasi pada
kelas kontrol disebabkan metode yang
digunakan oleh guru cenderung membuat
siswa merasa jenuh. Perbedaan nilai
motivasi belajar antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol kemudian dianalisis lebih
lanjut untuk memberi keputusan
menggunakan uji statistik, dari uji statistik
tersebut diperoleh nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,0305 < 0,05. Hal ini meunjukkan
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, maka
dapat dsimpulkan bahwa motivasi belajar
kelas eksperimen lebih baik dari kelas
kontrol.
Terdapat perbedaan yang paling
menonjol dari kelas ekperimen dan kelas
kontrol adalah pada indikator attention
(perhatian). Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran fisika dengan model
discovery learning lebih menarik perhatian
siswa, menimbulkan minat sehingga
menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih
mendalam. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan beberapa siswa dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran
discovery learning sangat menarik dan
membuat materi pembelajaran lebih mudah
dipahami, sehingga motivasi belajar siswa
meningkat. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Fatimah
dan Abdullah (2013) bahwa strategi
motivasi ARCS dalam model pembelajaran
langsung berpengaruh positif terhadap
hasil belajar siswa.
Adanya perbedaan yang signifikan
antara motivasi belajar siswa kelas
eksperimen dengan kelas kontrol tidak
lepas dari beberapa faktor. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Sardiman (2010)
bahwa terdapat 2 faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu
motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
intriksik yaitu motivasi internal dari dalam
diri untuk melakukan sesuatu, sedangkan
motivasi ekstrinsik motivasi yang
disebabkan karena pengaruh dari luar.
Motivasi sangat diperlukan dalam proses
belajar dan mengajar, sebab motivasi
belajar merupakan sesuatu yang dapat
mendorong dan menggiatkan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
yang diinginkan
Pada model discovery learning yang
digunakan guru dapat membuat motivasi
belajar siswa lebih baik karena model
discovery learning merupakan
pembelajaran yang melibatkan siswa
172 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 2, Juni 2017, hal 168-174
dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan berdiskusi,
membaca sendiri, dan mencoba sendiri,
agar siswa dapat belajar sendiri. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Dewi dkk, (2015) dapat
diperoleh kesimpulan bahwa dengan
menggunakan pembelajaran discovery
makin besar motivasi belajar siswa maka
proses belajar akan berlangsung semakin
maksimal dan pada akhirnya hasil belajar
siswa semakin meningkat.
Tujuan kedua dalam penelitian ini
adalah mengkaji pengaruh model discovery
learning terhadap hasil belajar (kognitif,
afektif, dan psikomotor) fisika siswa MA.
Hasil analisis yang menunjukan adanya
pengaruh model discovery learning
terhadap hasil belajar siswa, sesuai dengan
salah satu kelebihan dari model discovery
learning yang membantu siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan serta proses-
proses kognitifnya. Skor rata-rata hasil
belajar yang didapatkan siswa dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2.Skor rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen dan kelas kontrol
Hasil
Belajar
Skor Rata-Rata Kelas
Eksperimen Kontrol
kemampuan
kognitif
siswa
75,63 54,22
kemampuan
afektif siswa
95,99 74,20
kemampuan
psikomotor
siswa
95,47 73,73
Berdasarkan Tabel 2. terdapat
perbedaan dari kelas ekperimen dan kelas
kontrol. Hasil post-test dari 36 siswa pada
kelas eksperimen terdapat 13 siswa yang
nilai post-test nya tidak tuntas dari KKM,
sedangkan pada kelas kontrol dari 35 siswa
hanya 1 siswa yang tuntas KKM. Hal ini
disebabkan pada kelas kontrol
menggunakan model pembelajaran seperti
biasa yang digunakan guru disekolah,
sehingga kemampuan siswa untuk
mengevaluasi suatu permasalahan kurang
baik dan pada setiap pertemuan materi
yang diajarkan tingkat kesulitannya
berbeda sehingga siswa kurang bisa
menyampaikan materi yang telah
dipelajari. Sedangkan pada kelas
eksperimen pembelajaran menggunakan
model discovery learning yang mempunyai
kelebihan membantu siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan proses
berfikir siswa, sehingga siswa lebih mudah
mengevaluasi permasalahan pada soal
tersebut.
Perbedaan nilai hasil belajar antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol
kemudian dianalisis lebih lanjut untuk
memberi keputusan menggunakan uji
statistik, dari uji statistik tersebut diperoleh
nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini meunjukkan bahwa H0 ditolak dan
Ha diterima, maka dapat dsimpulkan
bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih
baik dari kelas kontrol.
Model discovery learning yang
digunakan guru memberikan kebebasan
pada siswa untuk menemukan
pengetahuannya sendiri.Siswa memperoleh
pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahui tanpa pemberitahuan, namun
ditemukan sendiri oleh siswa karena
dengan menemukan sendiri siswa dapat
lebih mengerti materi secara
mendalam.Pengetahuan yang ditemukan
sendiri inilah dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa menjadi lebih baik.
Perbedaan hasil belajar pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol disebabkan
oleh beberapa aktivitas berbeda yang
terjadi pada kedua kelas selama proses
pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan
pembelajaran di kelas eksperimen siswa
yang diajarkan dengan menggunakan
model discovery learning yang lebih dapat
mengeksplorasi materi dan menemukan
konsep sendiri, sedangkan pada kelas
kontrol siswa hanya menerima informasi
dari guru dan pembelajaran cenderung
monoton. Hal tersebut menyebabkan siswa
kurang memaknai materi yang dipelajari.
Putri, Pengaruh Model Discovery... 173
Siswa yang belajar dengan model
discovery learning akan melalui
serangkaian tahap pembelajaran penemuan
terstruktur sehingga siswa dapat lebih
mengingat, memahami, menerapkan dan
menganalisis materi yang dipelajari. Hal
itu didukung berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa siswa pada kelas
eksperimen bahwa model discovery
learning membuat siswa lebih mudah
memahami pelajaran tersebut. Hal ini
sesuai dengan Wenning (2010) yang
menyatakan bahwa tahap pembelajaran
yang sistematis, akan membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir
secara mandiri daripada pembelajaran yang
hanya mendengarkan atau membaca saja.
Berdasarkan kenyataan di lapangan
saat melakukan penelitian di kelas dengan
menerapkan model discovery learning,
terdapat kelemahan yang nampak selama
proses pembelajaran berlangsung yaitu
memerlukan waktu yang lebih lama. Hal
tersebut dikarenakan adanya langkah-
langkah pembelajaran yang lebih banyak
dalam penerapan model. Namun dapat
diatasi dengan cara lebih disiplin dalam
penggunaan waktu pembelajaran agar
tujuan pembelajaran dapat terpenuhi
dengan waktu yang efisien.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang
telah diuraikan, maka dapat disimpulkan
bahwa: (1) model Discovery Learning
berpengaruh signifikan terhadap motivasi
belajar siswa dalam pembelajaran fisika di
MAN Bondowoso; (2) model Discovery
Learning berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
fisika di MAN Bondowoso.
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka saran yang dapat di
berikan sebagai berikut: (1) bagi guru,
pengaruh model Discovery Learning
memerlukan waktu yang lebih lama karena
adanya langkah-langkah pembelajaran
yang cukup banyak. Oleh karena itu, guru
harus disiplin dalam menggunakan waktu
pembelajaran agar tujuan pembelajaran
dapat terpenuhi dengan waktu yang
efisien; (2) bagi peneliti lain, diharapkan
mampu mengkombinasikan model
Discovery Learning dengan media yang
lebih baik lagi sehingga dapat lebih
menyempurnakan dan menutupi
kekurangan model ini; (3) penelitian ini
hendaknya dapat dijadikan sebagai
masukan bagi peneliti lain untuk penelitian
lebih lanjut dengan pokok bahasan yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, N. M S. N. Jampel, I. N dan
Sudarma, I. K. 2015. Pengaruh
Model Discovery Learning
Terhadap Motivasi Belajar IPA
Siswa Kelas IV Gugus I Kecamatan
Jembrana. e-Jurnal Mimbar PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha.
Vol. 3(1):1-10.
Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Fatimah, N dan Abdullah, A. A. 2013.
Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Strategi Motivasi
Attention, Relevance, Confidence,
Satisfaction (ARCS) dalam Model
Pembelajaran Langsung Terhadap
Hasil Belajar pada Pokok Bahasan
Listrik Dinamis di Kelas X SMA
Negeri 18 Surabaya. Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika. Vol.2(2):75-77.
Fitri, M dan Derlina. 2015. Pengaruh
Model Pembelajaran Discovery
Learning Terhadap Hasil Belajar
Siswa pada Materi Pokok Suhu dan
Kalor. Jurnal Inpafi. Vol.3(2):89-96.
Hartono, Setyawan, D.N., dan Edie, S.S.
2013. Implementasi Pendekatan
Multiple Intelligences Dalam
Metode Praktikum Untuk Melihat
Peningkatan Keterampilan Proses
174 Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol 6 No. 2, Juni 2017, hal 168-174
Sains Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan IPA. Vol. 2 (3): 8-11.
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan
Konstektual dalam Pembelajaran
Abad 21 Kunci Sukses Implementasi
Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Iswati, D. A dan Dwikoranto. 2015.
Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Fluida
Statis di SMAN 1 Mojosari. Jurnal
Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF).
Vol.4(3):83-87.
Kadri, M dan Rahmawati, M. 2015.
Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Materi Pokok
Suhu dan Kalor. Jurnal Ikatan
Alumni Fisika Universitas Negeri
Medan. Vol.1(1):1-5.
Memes. 2011. Penilaian hasil belajar.
Jakarta: Pusat Antara Universitas
Pengembangan Aktivitas
Instruksional Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Putrayasa, I. M. Syahruddin, H. dan
Margunayasa, I. G. 2014. Pengaruh
Model Pembelajaran Discovery
Learning dan Minat Belajar
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha. Vol.2(1):1-11.
Rohim, F. Susanto, H dan Ellianawati.
2012. Penerapan Model Discovery
Terbimbing pada Pembelajaran
Fisika untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif.
Unnes Physics education Journal.
Vol. 1(1):1-5.
Rosarina, G. Sudin, A dan Sujana, A.
2016. Penerapan Model Discovery
Learning untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Materi
Perubahan Wujud Benda. Jurnal
Pena Ilmiah. Vol. 1(1):371-380.
Sardiman, A. M. 2010. Interaksi &
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sjukur, S. B. 2012. Pengaruh Blended
Learning Terhadap Motivasi Belajar
Dan Hasil Belajar Siswa Tingkat
SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi.
Vol.2(3):1-11.
Sukma, D. V. Nyoneng, I. D. P dan
Abdurrahman. 2012. Pengaruh
Tingkat Intelegensi dan Motivasi
Belajar Siswa Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa Kelas X
Semester Genap SMAN 13 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Pembelajaran
Fisika. Vol.1(1):1-10.
Wenning, C. J. 2010. Levels of Inquiry:
Using Inquiry Spectrum Learning
Sequences to Teach Science.
Journal of Physics Teacher
Education. Vol.5(4):1-20.

pemgaruh DL.pdf

  • 1.
    168 PENGARUH MODEL DISCOVERYLEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MAN BONDOWOSO 1) Rizka Hartami Putri, 1) Albertus Djoko Lesmono, 1) Pramudya Dwi Aristya 1) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Email: [email protected] Abstract The research focused on the influence of discovery learning. The purposes of this research were to reviewing the effect of discovery learning model to student’s learning motivation in MAN Bondowoso and to knew the effect of discovery learning’s model for student’s physics learning outcomes in MAN Bondowoso. The kind of this research was experiment by posttest only control design. Population of the research was class X at Islamic Senior High School Bondowoso. Technique to collect the data were observation, interview, documentation, test and questionnaire. Technique of data analysis were decriptive and Independent Sample t-test with SPSS 16. The result of independent sample t-test to student’s learning motivation showed value 0,0305≤ 0,05. While the result of independent sample t-test to learning outcomes showed value 0,000 ≤ 0,05. Based on that result could be concluded that: (1) discovery learning model significantly took effect to student’ learning motivation in MA; (2) discovery learning model significantly took effect to student’s physics learning outcomes in MA. Keywords: discovery learning model, learning motivation, student’s learning outcome PENDAHULUAN Pembelajaran fisika merupakan proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam mempelajari alam dan gejala- gejalanya melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat mencapai tujuans belajar tertentu. Pembelajaran fisika menuntut kemampuan siswa untuk pemahaman konsep dan pemecahan masalah. Wiyanto dan Yuliati (dalam Hartono dkk., 2013) fisika merupakan produk dan proses yang dapat diartikan bahwa dalam pembelajaran fisika subyek belajar (siswa) harus dilibatkan secara fisik maupun mental dalam pemecahan masalah-masalah. Dalam proses pembelajaran fisika, siswa tidak hanya membaca, mendengarkan, dan mengerjakan apa yang diberikan oleh guru, melainkan siswa hendaknya diberi kesempatan untuk membuktikan kebenaran dari teori yang ada dan diberi kesempatan untuk menemukan sesuatu yang baru dengan cara berdiskusi, melakukan penyelidikan, dan bekerja sama. Fisika merupakan bidang studi yang tidak menjadi favorit bagi siswa. Hal ini tampak pada hasil wawancara dengan siswa kelas X, sebagian besar siswa menyatakan bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit. Sehingga pada pembelajaran fisika di sekolah banyak menunjukkan bahwa rata- rata dari hasil belajar fisika siswa lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar mata pelajaran lainnya (Memes, 2011) Berdasarkan hasil survei di beberapa SMA/MA Kabupaten Bondowoso menunjukkan bahwa siswa merasa bosan dan kurang tertarik belajar fisika. Bagi siswa, pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan kurang menarik perhatian. Pembelajaran fisika yang digunakan oleh guru biasanya
  • 2.
    Putri, Pengaruh ModelDiscovery... 169 disajikan dalam kumpulan rumus dan siswa wajib untuk menghafal, serta model yang digunakan guru kurang variatif dan inovatif yang dapat menambah motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Karena motivasi yang rendah, siswa kurang tertarik dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa yaitu di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau kurang dari 75. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa guru di SMA/MA Kabupaten Bondowoso sebelum melakukan penelitian, guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang sama yaitu ceramah, diskusi dan tanya jawab. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru cenderung mengajar dengan menggunakan model kooperatif. Guru telah menggunakan model kooperatif sebagai model konvensionalnya, namun siswa kurang berperan aktif dalam membangun dan menemukan sendiri pengetahuannya. Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi, untuk meningkatkan motivasi dan memaksimalkan pencapaian hasil belajar fisika siswa, seharusnya guru memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan didasarkan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan dan taraf berpikir yang berbeda-beda, sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide- idenya. Salah satu model yang sesuai dengan pembelajaran fisika adalah model Discovery Learning. Model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif untuk mendapatkan informasi, mengurangi ketergantungan kepada guru, melatih siswa untuk mengeksplorasi dan memanfaatkan sumber informasi selain guru, sehingga siswa akan termotivasi dalam proses pembelajaran fisika. Siswa didorong untuk mempunyai pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau pengetahuan bagi dirinya sendiri dengan bimbingan dari guru (Rohim dkk, 2012). Menurut Hosnan (2014) model Discovery menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu ilmu melalui keterlibatan siswa secara aktif di dalam pembelajaran. Ketika mengaplikasikan metode discovery learning, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif. Kondisi seperti ini dapat merubah kegiatan belajar mengajar yang semula materi diberitahukan kepada peserta didikmenjadi peserta didik yang mencari tahu (Iswati dan Dwikoranto, 2015). Model discovery learning pun banyak memberikan kesempatan bagi para anak didik untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar, kegiatan seperti itu akan lebih membangkitkan motivasi belajar, karena disesuaikan dengan minat dan kebutuhan mereka sendiri. Model discovery learning ini menitik beratkan pada kemampuan mental dan fisik para anak didik yang akan memperkuat semangat dan konsentrasi mereka dalam melakukan kegiatan pembelajaran (Rosarina dkk, 2016). Siswa tidak hanya diberikan teori, tetapi mereka berhadapan dengan sejumlah fakta.Dari teori dan fakta itulah, mereka diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan. Dengan demikian, siswa termotivasi untuk menunjukkan kemampuan kognitifnya dalam mempelajari fisika dan siswa memperoleh manfaat yang maksimal baik dari proses maupun hasil belajarnya. Jadi, dalam pembelajaran Discovery, materi atau bahan pelajaran tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk apa yang
  • 3.
    170 Jurnal PembelajaranFisika, Vol 6 No. 2, Juni 2017, hal 168-174 mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Istilah motivasi memiliki makna daya dorongan, keinginan, dan kemamuan. Motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Ada banyak jenis, intensitas, tujuan, dan arah motivasi yang berbeda- beda. Motivasi untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa dan guru (Sjukur, 2012). Setiap anak didik mempunyai motivasi belajar yang berbeda, oleh karena itu setiap guru dituntut untuk memahami hal ini agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan tidak salah. Guru yang mengabaikan masalah perbedaan motivasi cenderung mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas mengajar dikelas (Sukma dkk, 2012). Motivasi belajar siswa akan berpengaruh positif apabila disediakan lingkungan belajar yang tepat sehingga siswa dapat belajar secara maksimal, yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar. Apabila siswa dihadapkan pada kondisi yang tidak sesuai dengan motivasi belajarnya, maka siswa tidak dapat belajar secara maksimal. Sehingga berdampak negatif terhadap hasil belajar. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran adalah meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar adalah ukuran atau tingkatan keberhasilan yang dapat dicapai oleh seorang siswa berdasarkan pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi berupa tes dan biasanya diwujudkan dengan nilai atau angka-angka tertentu serta menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono, 2009). Penelitian mengenai model Discovery Learning telah dilakukan sebelumnya oleh Fitri dan Derlina (2015) yang menyatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning hasil belajar siswa lebih baik, karena siswa dituntuk untuk lebih aktif, pada saat proses belajar mengajar. Model discovery learning telah diterapkan juga oleh Kadri dan Rahmawati (2015) yang menunjukkan bahwa model discovery learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok suhu dan kalor di kelas X semester genap SMA Swasta Budi Satrya Medan T.P. 2014/2015. Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh Putrayasa dkk, (2014) menyatakan bahwa model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang memiliki minat belajar tinggi. Dengan model ini diharapkan proses pembelajaran akan berubah dari berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, sehingga siswa lebih aktif, kreatif dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang, maka tujuan penelitian yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah (1) mengkaji pengaruh model Discovery Learning terhadap motivasi belajar fisika siswa MAN Bondowoso; (2) mengkaji pengaruh model Discovery Learning terhadap hasil belajar fisika siswa MAN Bondowoso. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan tempat penelitian ditentukan menggunakan purposive sampling area. Desain Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah post-test only control design. Penelitian ini dilaksanakan di MAN Bondowoso. Responden penelitian ditentukan setelah dilakukan uji homogenitas dengan bantuan program SPSS 16 Penentuan sampel penelitian dengan cluster random sampling. Rancangan penelitian menggunakan posttest- only control design. Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan sofware SPSS 16. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawacara, dokumentasi, tes, dan angket. Teknik analisis data menggunakan Independent Sample T-Test dengan bantuan program
  • 4.
    Putri, Pengaruh ModelDiscovery... 171 SPSS 16. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah megkaji pengaruh model Discovery Learning tehadap motivasi belajar siswa MA. Hasil motivasi belajar ini diperoleh dari skor angket yang dibagikan kepada siswa setelah pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata skor angket motivasi siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada empat indikator yaitu attention (perhatian), relevance (keterkaitan), confidance (kepercayaan diri), dan satisfaction (kepuasan). Skor motivasi belajar yang didaptkan siswa dilihat pada Tabel 1. Tabel 1.Skor rata-rata tiap indikator motivasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol Aspek Skor Rata-Rata Kelas Eksperimen Kontrol attention (perhatian) 75,28 68,48 relevance (keterkaitan) 75,68 72,25 confidance (kepercayaan diri) 70,12 67,30 satisfaction (kepuasan) 78,06 74,95 Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa motivasi belajar siswa yang terdiri dari beberapa indikator tersebut terdapat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Masing-masing indikator tersebut menunjukkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Rendahnya peningkatan motivasi pada kelas kontrol disebabkan metode yang digunakan oleh guru cenderung membuat siswa merasa jenuh. Perbedaan nilai motivasi belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis lebih lanjut untuk memberi keputusan menggunakan uji statistik, dari uji statistik tersebut diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,0305 < 0,05. Hal ini meunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, maka dapat dsimpulkan bahwa motivasi belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Terdapat perbedaan yang paling menonjol dari kelas ekperimen dan kelas kontrol adalah pada indikator attention (perhatian). Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model discovery learning lebih menarik perhatian siswa, menimbulkan minat sehingga menimbulkan rasa ingin tahu yang lebih mendalam. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning sangat menarik dan membuat materi pembelajaran lebih mudah dipahami, sehingga motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatimah dan Abdullah (2013) bahwa strategi motivasi ARCS dalam model pembelajaran langsung berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Adanya perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak lepas dari beberapa faktor. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sardiman (2010) bahwa terdapat 2 faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intriksik yaitu motivasi internal dari dalam diri untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi ekstrinsik motivasi yang disebabkan karena pengaruh dari luar. Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar dan mengajar, sebab motivasi belajar merupakan sesuatu yang dapat mendorong dan menggiatkan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan Pada model discovery learning yang digunakan guru dapat membuat motivasi belajar siswa lebih baik karena model discovery learning merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa
  • 5.
    172 Jurnal PembelajaranFisika, Vol 6 No. 2, Juni 2017, hal 168-174 dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri, dan mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi dkk, (2015) dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan pembelajaran discovery makin besar motivasi belajar siswa maka proses belajar akan berlangsung semakin maksimal dan pada akhirnya hasil belajar siswa semakin meningkat. Tujuan kedua dalam penelitian ini adalah mengkaji pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) fisika siswa MA. Hasil analisis yang menunjukan adanya pengaruh model discovery learning terhadap hasil belajar siswa, sesuai dengan salah satu kelebihan dari model discovery learning yang membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan serta proses- proses kognitifnya. Skor rata-rata hasil belajar yang didapatkan siswa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2.Skor rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol Hasil Belajar Skor Rata-Rata Kelas Eksperimen Kontrol kemampuan kognitif siswa 75,63 54,22 kemampuan afektif siswa 95,99 74,20 kemampuan psikomotor siswa 95,47 73,73 Berdasarkan Tabel 2. terdapat perbedaan dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Hasil post-test dari 36 siswa pada kelas eksperimen terdapat 13 siswa yang nilai post-test nya tidak tuntas dari KKM, sedangkan pada kelas kontrol dari 35 siswa hanya 1 siswa yang tuntas KKM. Hal ini disebabkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran seperti biasa yang digunakan guru disekolah, sehingga kemampuan siswa untuk mengevaluasi suatu permasalahan kurang baik dan pada setiap pertemuan materi yang diajarkan tingkat kesulitannya berbeda sehingga siswa kurang bisa menyampaikan materi yang telah dipelajari. Sedangkan pada kelas eksperimen pembelajaran menggunakan model discovery learning yang mempunyai kelebihan membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan proses berfikir siswa, sehingga siswa lebih mudah mengevaluasi permasalahan pada soal tersebut. Perbedaan nilai hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian dianalisis lebih lanjut untuk memberi keputusan menggunakan uji statistik, dari uji statistik tersebut diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini meunjukkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, maka dapat dsimpulkan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Model discovery learning yang digunakan guru memberikan kebebasan pada siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri.Siswa memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui tanpa pemberitahuan, namun ditemukan sendiri oleh siswa karena dengan menemukan sendiri siswa dapat lebih mengerti materi secara mendalam.Pengetahuan yang ditemukan sendiri inilah dapat mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disebabkan oleh beberapa aktivitas berbeda yang terjadi pada kedua kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Pada kegiatan pembelajaran di kelas eksperimen siswa yang diajarkan dengan menggunakan model discovery learning yang lebih dapat mengeksplorasi materi dan menemukan konsep sendiri, sedangkan pada kelas kontrol siswa hanya menerima informasi dari guru dan pembelajaran cenderung monoton. Hal tersebut menyebabkan siswa kurang memaknai materi yang dipelajari.
  • 6.
    Putri, Pengaruh ModelDiscovery... 173 Siswa yang belajar dengan model discovery learning akan melalui serangkaian tahap pembelajaran penemuan terstruktur sehingga siswa dapat lebih mengingat, memahami, menerapkan dan menganalisis materi yang dipelajari. Hal itu didukung berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa pada kelas eksperimen bahwa model discovery learning membuat siswa lebih mudah memahami pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan Wenning (2010) yang menyatakan bahwa tahap pembelajaran yang sistematis, akan membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir secara mandiri daripada pembelajaran yang hanya mendengarkan atau membaca saja. Berdasarkan kenyataan di lapangan saat melakukan penelitian di kelas dengan menerapkan model discovery learning, terdapat kelemahan yang nampak selama proses pembelajaran berlangsung yaitu memerlukan waktu yang lebih lama. Hal tersebut dikarenakan adanya langkah- langkah pembelajaran yang lebih banyak dalam penerapan model. Namun dapat diatasi dengan cara lebih disiplin dalam penggunaan waktu pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat terpenuhi dengan waktu yang efisien. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) model Discovery Learning berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika di MAN Bondowoso; (2) model Discovery Learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika di MAN Bondowoso. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat di berikan sebagai berikut: (1) bagi guru, pengaruh model Discovery Learning memerlukan waktu yang lebih lama karena adanya langkah-langkah pembelajaran yang cukup banyak. Oleh karena itu, guru harus disiplin dalam menggunakan waktu pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat terpenuhi dengan waktu yang efisien; (2) bagi peneliti lain, diharapkan mampu mengkombinasikan model Discovery Learning dengan media yang lebih baik lagi sehingga dapat lebih menyempurnakan dan menutupi kekurangan model ini; (3) penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai masukan bagi peneliti lain untuk penelitian lebih lanjut dengan pokok bahasan yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Dewi, N. M S. N. Jampel, I. N dan Sudarma, I. K. 2015. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Gugus I Kecamatan Jembrana. e-Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 3(1):1-10. Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Fatimah, N dan Abdullah, A. A. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Strategi Motivasi Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS) dalam Model Pembelajaran Langsung Terhadap Hasil Belajar pada Pokok Bahasan Listrik Dinamis di Kelas X SMA Negeri 18 Surabaya. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. Vol.2(2):75-77. Fitri, M dan Derlina. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan Kalor. Jurnal Inpafi. Vol.3(2):89-96. Hartono, Setyawan, D.N., dan Edie, S.S. 2013. Implementasi Pendekatan Multiple Intelligences Dalam Metode Praktikum Untuk Melihat Peningkatan Keterampilan Proses
  • 7.
    174 Jurnal PembelajaranFisika, Vol 6 No. 2, Juni 2017, hal 168-174 Sains Siswa SMA. Jurnal Pendidikan IPA. Vol. 2 (3): 8-11. Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia. Iswati, D. A dan Dwikoranto. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Fluida Statis di SMAN 1 Mojosari. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). Vol.4(3):83-87. Kadri, M dan Rahmawati, M. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan Kalor. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan. Vol.1(1):1-5. Memes. 2011. Penilaian hasil belajar. Jakarta: Pusat Antara Universitas Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Putrayasa, I. M. Syahruddin, H. dan Margunayasa, I. G. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2(1):1-11. Rohim, F. Susanto, H dan Ellianawati. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Unnes Physics education Journal. Vol. 1(1):1-5. Rosarina, G. Sudin, A dan Sujana, A. 2016. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah. Vol. 1(1):371-380. Sardiman, A. M. 2010. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. Sjukur, S. B. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol.2(3):1-11. Sukma, D. V. Nyoneng, I. D. P dan Abdurrahman. 2012. Pengaruh Tingkat Intelegensi dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Semester Genap SMAN 13 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pembelajaran Fisika. Vol.1(1):1-10. Wenning, C. J. 2010. Levels of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science. Journal of Physics Teacher Education. Vol.5(4):1-20.