LAPORAN PRAKTIKUM
PENGARUH PENGAPURAN DOLOMIT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL KACANG TANAH
(Arachis hypogaea L).
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Mata Kuliah
Tanaman Semusim.
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Arifah Rahayu,. M.Si.
Disusun Oleh :
Ekal Kurniawan
A.1411129
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini ditujukan
untuk memenuhi tugas Praktikum mata kuliah Tanaman Semusim.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui secara mendalam
mengenai hal-hal yang berkaitan budidaya kacang tanah . Penyusun mengucapkan
terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Arifah Rahayu,. M.Si., selaku dosen mata kuliah
Tanaman Semusim yang memberikan ilmu serta pihak-pihak terkait yang
membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penyusun mengakui masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini karena keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semoga dengan
laporan ini dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya dan kepada
setiap pembaca umumnya.
Bogor, Januari 2017
Penyusun
Ekal Kurniawan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................. iv
I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Tujuan........................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3
2.1. Kacang Tanah............................................................................................... 3
2.1.1. Klasifikasi Kacang Tanah...................................................................... 3
2.1.2. Fase Pertumbuhan Kacang Tanah.......................................................... 4
2.1.3. Morfologi Kacang Tanah....................................................................... 4
2.1.4. Manfaat Kacang Tanah.......................................................................... 7
2.1.5. Syarat Tumbuh Kacang Tanah .............................................................. 7
2.2. Pupuk............................................................................................................ 8
2.2.1. Pupuk Kandang...................................................................................... 8
2.2.2. Pupuk Anorganik................................................................................... 9
2.3. Kapur dan Pengapuran ................................................................................. 9
2.3.1. Manfaat Kalsium pada Tanaman......................................................... 10
2.3.2. Dosis Pemupukan dan Pemberian Kapur untuk Kacang Tanah .......... 11
III. BAHAN DAN METODE ............................................................................... 12
3.1. Tempat dan Waktu ..................................................................................... 12
3.2. Bahan dan Alat ........................................................................................... 12
3.3. Metode Penelitian....................................................................................... 12
iii
3.4. Pelaksanaan Praktikum............................................................................... 12
3.5. Pengamatan................................................................................................. 13
3.5.1. Fase Vegetatif ...................................................................................... 13
3.5.2. Fase Reproduktif.................................................................................. 13
3.5.3. Panen.................................................................................................... 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 15
4.1. Hasil............................................................................................................ 15
4.1.1. Kondisi Umum..................................................................................... 15
4.1.2. Pengamatan Vegetatif, Reproduktif dan Panen ................................... 16
4.2. Pembahasan................................................................................................ 19
V. PENUTUP........................................................................................................ 21
5.1. Kesimpulan................................................................................................. 21
5.2. Saran........................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 23
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1................................................................................................................... 9
Tabel 2...................................................................................................................16
Tabel 3...................................................................................................................16
Tabel 4...................................................................................................................17
Tabel 5...................................................................................................................17
Tabel 6...................................................................................................................18
Tabel 7...................................................................................................................18
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di
Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati dan merupakan komoditas strategis
karena permintaannya cukup besar setiap tahun, baik untuk pangan, pakan
maupun industri. Beragamnya produk olahan berbahan baku kacang tanah, dan
aneka kacang mendorong tersedianya bahan baku yang cukup baik kualitas
maupun kuantitasnya. Pada tahun 2016 lalu telah ditetapkan target produksi
kacang tanah sebesar 755.750 ton dan kacang hijau sebesar 295.900 ton.
Biro Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi penurunan jumlah produksi
kacang tanah selama periode lima tahun terakhir, yaitu 838 096 ton pada tahun
2006 menjadi 779 677 ton pada tahun 2010. Luas lahan pertanaman kacang tanah
juga mengalami penurunan dari 706 753 ha pada tahun 2006 menjadi 626 264 ha
pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan produksi kacang tanah nasional tidak
mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga menjadikan Indonesia sebagai
salah satu importir kacang tanah di dunia.
Kebutuhan kacang tanah domestik belum bisa dipenuhi dari produksi
dalam negeri pada saat ini. Indonesia masih memerlukan substitusi impor dari luar
negeri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka produksi kacang tanah
nasional harus ditingkatkan. Dalam rangka mencukupi kebutuhan kacang tanah
tersebut, pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah produksi melalui
intensifikasi, perluasan areal tanaman, dan peningkatan produktivitas per satuan
lahan (Pitojo, 2005).
Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang
maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras
(rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon
pertumbuhan.
Menurut Suprapto (2001) beberapa kendala teknis yang mengakibatkan
rendahnya produksi kacang tanah antara lain pengolahan tanah yang kurang
optimal sehingga drainasenya buruk dan struktur tanahnya padat, pemeliharaan
2
tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas
yang berproduksi rendah dan mutu benih yang rendah. Disamping hal diatas
pemupukan dan pemberian kapur juga merupakan hal penting yang harus
mendapat perhatian dalam rangka peningkatan produksi kacang tanah.
Peningkatan produktivitas per satuan lahan dapat dilakukan dengan
banyak cara, salah satu usaha intensifikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan
pemberian pupuk pada tanaman kacang tanah. Kacang tanah merupakan salah satu
tanaman yang memerlukan unsur hara yang cukup banyak untuk memperoleh
produksi tertentu. Agar hasil polong mencapai sekitar 1,0 ton/ha, dipelukan
sekitar 7,9 kg N, 6 kg P, 43 kg K untuk setiap hektarnya (Adisarwanto, 2000).
Sumarno (2001) dalam Andy Wijaya (2011) menyatakan bahwa kacang tanah
sangat membutuhkan unsur N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, dan hal
tersebut dapat dipenuhi melalui usaha pemupukan dan pemberian kapur.
Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation
Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan
pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada
daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan
pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih
sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi (Sutarto et al., 1985)
dalam Andy Wijaya (2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas permasalahan
tersebut dalam sebuah praktikum dengan judul : PENGARUH PENGAPURAN
DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL KACANG
TANAH (Arachis hypogaea L).
1.2. Tujuan
Tujuan Praktikum ini untuk mengetahui pengaruh pengapuran kapur
Dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Tanah
Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan tanaman pangan berupa
semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia.
Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika).
Di Benua Amerika penanaman pertama kali dilakukan oleh pendatang dari Eropa.
Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17,
dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Dalam kurun waktu yang telah
berlangsung lama, di lapangan terjadi persilangan-persilangan alami antara tipe
kacang tanah yang hadir dari luar negeri dan kacang tanah yang telah
dibudidayakan oleh petani. Dari hasil persilangan alami, akhirnya dikenal kacang
Holle yang diminati oleh petani karena memiliki adaptasi wilayah dan ketahanan
terhadap penyakit, walaupun produktivitas hasilnya tidak tinggi. Selain itu
ditanam pula kacang tanah varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah
(Pitojo, 2005).
Sentra produksi kacang tanah di Indonesia pada mulanya terpusat di Pulau
Jawa, selanjutnya menyebar ke berbagai daerah (provinsi), terutama Sumatra
Utara dan Sulawesi Selatan. Kini kacang tanah telah ditanam di seluruh wilayah
Indonesia. Kacang tanah memiliki banyak nama daerah, seperti kacang una, suuk,
kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, dan kacang banggala.
Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”.
2.1.1. Klasifikasi Kacang Tanah
Kedudukan tanaman kacang tanah dalam sistematika (taksonomi)
sebagaimana dikutip dari Adisarwanto (2007) sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Leguminales
Familia : Papilionaceae
Genus : Arachis
Species : Arachis hypogaea
4
2.1.2. Fase Pertumbuhan Kacang Tanah
Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan
jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong
masak, serta buku-buku pada batang utama yang telah berkembang penuh. Fase
vegetatif berlangsung sejak biji berkecambah hingga kanopi (tajuk) mencapai
maksimum. Penandaan fase reproduktif ditandai dengan adanya bunga, buah dan
biji. Pembungaan pada kacang tanah dimulai pada hari ke-27 sampai ke-32 setelah
tanam yang ditandai dengan munculnya bunga pertama. Jumlah bunga yang
dihasilkan setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun
mendekati nol selama periode pengisian polong. Ginofor (tangkai kepala putik)
muncul pada hari ke-4 atau ke-5 setelah bunga mekar, kemudian akan
memanjang, serta menuju dan menembus tanah untuk memulai pembentukan
polong. Pembentukan polong dimulai ketika ujung ginofor mulai membengkak,
yaitu pada hari ke-40 hingga hari ke-45 setelah tanam atau sekitar satu minggu
setelah ginofor masuk ke dalam tanah.
2.1.3. Morfologi Kacang Tanah
Kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe tegak (bunch type)
dan tipe menjalar (runner type).
a. Tipe tegak (Spanish)
Percabangan kacang tanah tipe tegak umumnya lurus atau sedikit
miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak karena umur panen
pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya pada ruas-ruas pada
pangkal utama dan cabangnya. Tiap polong berbiji antara 2 – 4 butir
sehingga masaknya bisa bersamaan. Tanaman kacang tanah yang termasuk
tipe ini adalah subspesies fastigia.
b. Tipe menjalar (Virginia)
Kacang tanah tipe menjalar cabang-cabangnya tumbuh ke samping,
tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara
33 – 66 cm. Tipe ini umurnya antara 5 – 7 bulan atau sekitar 150 – 200
hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah
5
sehingga masaknya tidak bersamaan. Tiap polong umumnya berbiji dua
butir. Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies
hypogeae (Pitojo, 2005).
1. Daun
Daun pertama yang tumbuh dari biji adalah plumula Daun pertama
tersebut terangkat ke atas permukaan tanah selagi biji kacang berkecambah.
Daun berikutnya berupa daun tunggal dan berbentuk bundar. Selanjutnya
tanaman kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap, terdiri dari
empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini
beragam: ada yang berbentuk bundar, elips, dan agak lancip, bergantung pada
varietasnya. Permukaan daun ada yang tidak berbulu dan ada yang berbulu.
Bulu daun ada yang hanya sedikit dan pendek, sedikit dan panjang, banyak
dan pendek, ataupun banyak dan panjang (Pitojo, 2005).
2. Batang
Batang kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe
pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya, batang tumbuh tunggal.
Namun, lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun.
Panjang batang berkisar antara 30 cm - 50 cm atau lebih, tergantung jenis
atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas)
batang yang terletak di dalam tanah merupakan tempat melekat akar, bunga,
dan buah.
3. Bunga
Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna
kuning dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga
biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu. (Gambar 5.
Lampiran). Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri pada malam hari. Dari
semua bunga yang tumbuh, hanya 70%-75% yang membentuk bakal polong
(ginofor). Bunga mekar selama 24 jam, kemudian layu dan gugur. Ujung
6
tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh
membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk ke dalam tanah . Jumlah
bunga pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar lebih banyak
dibandingkan dengan bunga pada varietas-varietas kacang tanah tipe tegak.
4. Akar
Perakaran tanaman kacang tanah terdiri dari akar lembaga
(radicula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis).
(Gambar 6. Lampiran). Akar berfungsi sebagai organ pengisap unsur hara dan
air untuk pertumbuhan tanaman. Namun, fungsi tersebut dapat terganggu bila
tanah beraerasi buruk, kadar airnya kurang, kandungan senyawa Al dan Mn
tinggi, serta derajat kemasaman (pH) tanah tinggi.
Kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar primernya
tidak tumbuh secara dominan. Akar serabut lebih berkembang dibanding akar
tunggang. Akar kacang tanah dapat tumbuh sampai sedalam 40 cm. Pada akar
tumbuh bintil-bintil akar atau nodul, berisi bakteri Rhizobium japonicum.
Bakteri Rhizobium ini dapat mengikat nitrogen dari udara yang dapat
digunakan untuk pertumbuhan kacang tanah (Sumarno, 2003).
5. Buah
Buah berbentuk polong terdapat didalam tanah, berisi 1-4 biji,
umumnya 2-3 biji per polong. Ukuran polong bervariasi, polong berukuran
besar biasanya mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm. Polong tua
ditandai oleh lapisan warna hitam pada kulit polong bagian dalam. Rendemen
polong kering menjadi biji berkisar 50-70 %. Tipe Spanish dapat membentuk
sampai 50 polong per tanaman sedangkan tipe Virginia dapat membentuk
sampai 250 polong per tanaman. Rata-rata polong per tanaman varietas
unggul di negeri kita, pada pertanaman normal adalah 15 polong per pohon
(Sumarno, 2003).
7
6. Biji
Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus
kulit biji tipis berwarna putih, merah atau ungu. Inti biji terdiri dari lembaga
(embrio), dan putih telur (albumen). Biji kacang tanah berkeping dua
(dicotyledonae). Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai
besar. Biji kecil beratnya antara 250 g - 400 g per 1000 butir, sedangkan biji
besar lebih kurang 500 g per 1000 butir (Sumarno, 2003). Biji kacang tanah
tipe Spanis tidak mengalami periode dormansi, sedangkan biji tipe Virginia
memerlukan dormansi sekitar satu bulan sebelum ditanam (Pitojo, 2005).
2.1.4. Manfaat Kacang Tanah
Biji tanaman kacang tanah merupakan bahan makanan yang sehat karena
mengandung protein nabati dan lemak yang dibutuhkan manusia. Pemanfaatan
terbesar kacang tanah sebagai bahan makanan dan industri. Kacang tanah sebagai
bahan pangan memang tidak dapat diandalkan sebagai sumber protein, namun
sebagai makanan ringan banyak digemari. Fungsi kacang tanah dalam komposisi
makanan lebih bersifat sebagai makanan sampingan. Biji kacang tanah dapat
diolah sebagai kacang goreng, kacang rebus, kacang atom, kacang telur, dan
sebagainya. Kacang tanah tersebut juga dapat diolah sebagai bumbu pecel, gado-
gado, bahan sayur, serta oncom. Daun kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pakan ternak dengan cara dikeringkan sebelumnya karena jika daun kacang
tanah diberikan kepada ternak dalam keadaan segar akan menyebabkan sakit perut
bagi ternak.
2.1.5. Syarat Tumbuh Kacang Tanah
1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan
mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan
meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan
tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
8
d. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan
perkembangan besarnya kacang.
2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan
akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi
pertumbuhan kacang tanah.
3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat
tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.
2.2. Pupuk
Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada tanaman baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk mendorong pertumbuhan tanaman,
meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan
nutrisi tanaman. Pupuk dapat digolongkan kedalam senyawa organik maupun
anorganik yang dapat terdiri dari satu atau lebih unsur hara.
2.2.1. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan campuran bahan organik yang berasal dari
kotoran padat, urin, dan sisa makanan. Susunan kimia pupuk kandang berbeda di
setiap tempat. Susunan tersebut tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan
hewan, serta cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum dipakai.
Menurut Sarief (1986) dalam Andy Wijaya (2011), pupuk kandang
memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk lain, yaitu; 1. Merupakan
humus yang dapat menjaga tanah sehingga tanah mudah diolah dan terisi banyak
oksigen, 2. Sebagai sumber hara makro (nitrogen, fosfor, dan kalium), 3.
Meningkatkan daya menahan air (water holding capacity), 4. Banyak
9
mengandung mikroorganisme. Semua keunggulan pupuk kandang tersebut
membuat pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang lengkap. Pupuk kandang
dapat berasal dari: sapi, kuda, kambing, babi, unggas dan lain-lain. Tabel 1
menunjukan perbandingan komposisi unsur hara dari beberapa sumber pupuk
kandang yang telah siap pakai.
Tabel 1. Komposisi Berbagai Pupuk Kandang yang Telah siap Pakai
Tipe Pupuk
Kandang
Kandungan Hara (%) Kadar air (%)
N P K
Sapi 0.40 0.20 0.10 85
Kambing 0.60 0.30 0.17 60
Babi 0.95 0.35 0.40 80
Ayam/Unggas 0.40 0.10 0.45 97
Sumber: Williams et al. (1993) dalam Andy Wijaya (2011).
2.2.2. Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah bahan yang berisi unsur yang dibutuhkan tanaman
dengan kadar hara tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk
anorganik dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam,
biasanya berupa unsur hara makro primer. Pupuk majemuk adalah bahan
yangmengandung lebih dari satu jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
Beberapa contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP, dan NPK.
2.3. Kapur dan Pengapuran
Kapur adalah bahan yang mengandung unsur Ca yang dapat meningkatkan
pH tanah . Pemberian kapur dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan
molibdenum (Mo). Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga
pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur
remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus.
Soepardi (1983) dalam Andy Wijaya (2011), menyatakan bahwa
pengapuran menetralkan senyawasenyawa beracun dan menekan penyakit
10
tanaman. Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh
meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH
tanah, maka akan menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S, serta unsur mikro
bagi tanaman. Kapur yang banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk kalsit
(CaCO3) dan dolomite (CaMg(CO3)2).
2.3.1. Manfaat Kalsium pada Tanaman
Kalsium merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman.
Kalsium termasuk salah satu kation utama pada komplek pertukaran, sehingga
biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah dan pengapuran, karena
merupakan kation yang paling cocok untuk mengurangi kemasaman atau
menaikan pH tanah.
Kandungan kalsium di dalam tanah selain berasal dari bahan kapur dan
pupuk yang ditambahkan, kalsium juga berasal dari batuan dan mineral
pembentuk tanah. Mineral-mineral yang mengandung Ca pada umumnya sedikit
lebih cepat lapuk dari pada mineral-mineral yang lainnya, sehingga ada
kecenderungan Ca di dalam tanah akan menurun dengan meningkatnya pelapukan
dan pencucian. Melalui proses pelapukan dan hancuran mineral-mineral tersebut
membebaskan kalsium ke dalam air di sekitarnya. Pemberian kapur pada tanaman
umumnya diberikan dalam bentuk dolomit dan kaptan. Kandungan kalsium dalam
dolomit adalah sekitar 30%, sedangkan kaptan sekitar 90%.
Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation
Ca2+. Kalsium penting dalam mencegah kemasaman pada cairan sel, mengatur
permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan, mempercepat pembelahan
selsel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, berpengaruh
baik terhadap pertumbuhan, bulu-bulu akar, polong dan ginofor pada tanaman
kacang tanah. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun
mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor
maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya
menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian
polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih.
11
2.3.2. Dosis Pemupukan dan Pemberian Kapur untuk Kacang Tanah
Pemupukan dilakukan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang
dibutuhkan tanaman. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2010) memberikan
rekomendasi pemupukan untuk tanaman kacang tanah yaitu Urea 50-90 kg/ha,
TSP 100 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha. Dosis pemupukan ini tidak selalu sama di
setiap tempat, tergantung kondisi lahan yang ditanam kacang tanah.
Menurut Purwono dan Purnamawati (2007) untuk tanaman kacang tanah,
hara kalsium yang cukup diperlukan untuk pembentukan polong dan pengisian
biji. Pemberian kalsium bisa berupa kaptan atau dolomit sebanyak 300-400 kg/ha.
12
III. BAHAN DAN METODE
3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Djuanda,
Ciawi, Bogor. Jenis tanah Latosol dengan Periode waktu pelaksanaan 28
September 2016 sampai 11 Januari 2017.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan terdiri dari benih kacang tanah, furadan, pupuk
kandang, pupuk Urea, SP36 dan KCl serta kapur pertanian dolomit
(CaCO3MgCO3). Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat
budidaya tanaman, meteran, timbangan analitik, alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Praktikum ini menggunakan metode rancangan acak langkap (RAL) dengan
satu faktor yaitu dosis kapur pertanian dolomit (CaCO3MgCO3). Dosis 4 taraf
perlakuan kapur pertanian dolomit (CaCO3MgCO3) adalah K0, K1, K2, K3, K4
dengan beberapa ulangan.
o K0 = 0 Ton/Ha 0 Kg/Ha 0 g/bedengan
o K1 = 0,2 Ton/Ha 200 Kg/Ha 72 g/bedengan
o K2 = 0,4 Ton/Ha 400 Kg/Ha 144 g/bedengan
o K3 = 0,6 Ton/Ha 600 Kg/Ha 216 g/bedengan
o K4 = 0,8 Ton/Ha 800 Kg/Ha 288 g/bedengan
3.4. Pelaksanaan Praktikum
Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pengolahan
tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sampai gembur agar aerasi dan
porositas menjadi baik. Membersihkan lahan dari sisa tanaman lain dan organisme
pengganggu tanaman.
Tanah dibuat bedengan berukuran 1,2 m x 3 m dengan tinggi 30 cm.
Kemudian diberikan pupuk kandang dan kapur dolomit (CaCO3MgCO3) sesuai
perlakuan dengan cara disebar kemudian diaduk rata sampai bedengan rapih
13
kembali. Pemberian kapur dilakukan sebelum penanaman agar kapur dapat larut
dan proses reaksinya tidak mengganggu pertumbuhan kacang tanah. (Gambar 1.
Lampiran).
Penanaman dilakukan dengan memberikan dua butir biji kacang tanah dan
furadan kedalam lubang yang telah ditugal. Jarak tanam antar lubang adalah 20
cm x 30 cm dengan banyaknya lubang 60 lubang pada setiap bedengan maka
disetiap bedengan memiliki 120 populasi. Setelah itu diberikan pupuk kimia
dengan dosis urea 90 Kg/ha, SP36 150 Kg/ha dan KCl 60 Kg dengan cara
diberikan setiap larikan antar barisan tanaman.
Pemeliharaan tanaman kacang tanah meliputi penyiraman, penyiangan
gulma dan penyulaman tanaman yang mati atau terkena serangan hama penyakit.
Penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali, yaitu saat 3 dan 8 minggu
setelah tanam (MST). Pembumbunan dilakukan pada 5 MST. Panen dilakukan
setelah tanaman berumur 12 MST.
3.5. Pengamatan
Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu dengan
parameter yang telah ditentukan. Pengamatan untuk menentukan peubah dibagi
dalam tiga bagian, yaitu:
3.5.1. Fase Vegetatif
Pengamatan yang dilakukan pada saat perkembangan vegetatif adalah
Tinggi tanaman pengamatan dari batang bawah sampai titik tumbuh tertinggi.
Menghitung jumlah daun yang sudah terbuka semua. Semua dilakukan selama
satu minggu sekali pada setiap 10 sampel tanaman setiap petak.
3.5.2. Fase Reproduktif
Pengamatan yang dilakukan pada saat perkembangan reproduktif adalah
jumlah bunga yang muncul dan menghitung jumlah ginofor. Ginofor adalah bakal
buah yang mengarah ke bawah tanah.
14
3.5.3. Panen
Pengamatan yang dilakukan pada saat masa panen adalah jumlah dan
bobot polong I, polong II, polong III. Menghitung bintil akar merah atau coklat
pada akar setiap tanaman sampel.
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Kondisi Umum
Pertumbuhan tanaman pada awal pertanaman di lapangan menunjukan
kondisi yang baik dengan air yang cukup tersedia. Pada saat 5 MST, sekitar 85%
populasi tanaman kacang tanah mulai berbunga. Prakiraan Curah hujan rata-rata
pada bulan september 2016 sampai Desember 2016 di daerah Ciawi adalah 448.48
mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 21 hari per bulan. Suhu
rata-rata per bulan adalah 24.88o
C. Daya tumbuh kacang tanah cukup baik yaitu
mencapai 70-80%.
Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah selama
penelitian diantaranya bercak Cercospora, penyakit layu dan penyakit belang.
Bercak Cercospora merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan.
Serangan terjadi saat tanaman berumur 6 MST sampai panen. Penyakit layu
disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas solanacrearum, penyakit ini
menyerang sejak tanaman berumur 4 MST. Peanut mottle virus (PeMoV) dan
Peanut stripe virus (PStV) menyebabkan penyakit belang, penyakit ini menyerang
sejak tanaman kacang tanah saat berumur 5 MST.
Hama yang menyerang tanaman kacang tanah di lokasi praktikum cukup
banyak. Hama-hama tersebut antara lain rayap (ordo Isoptera), belalang (Sexava
sp.) dan kepik (Famili Coreidae). Gulma yang ada di lokasi penelitian umumnya
adalah golongan gulma berdaun lebar. Gulma tersebut antara lain adalah
Amaranthus sp., Mimosa invisa, Euphorbia hirta, Pyllantus niruri dan Boreria
allata. Metode Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan
penyiangan pada 3 dan 8 MST.
16
4.1.2. Pengamatan Vegetatif, Reproduktif dan Panen
1. Vegetatif
Peubah vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun.
Pengamatan dilakukan pada 2 MST sampai 9 MST.
Tinggi tanaman menunjukan peningkatan dari 2 MST sampai 9 MST.
Interaksi kapur dolomit tidak berpengaruh beda nyata terhadap tinggi tanaman,
hal ini dapat dilihat pada perlakuan K0 dengan K2 dari 2 MST sampai 9 MST.
(Tabel 2).
Tabel 2. Tinggi Tanaman
Perlakuan
Umur Rata-
rata2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST
K0 9 12 17 23 29 32 35 39 24
K1 5 6 10 18 24 30 33 36 20
K2 8 11 16 22 29 33 37 42 25
K3 5 9 13 19 27 31 36 39 22
K4 8 10 14 20 27 31 34 37 23
Daun merupakan bagian dari tumbuhan yang sangat penting, melihat
kedudukan daun sebagai tepat berfotosintesis dapat dianggap daun sebagai
sumber energi bagi tumbuhan. Pada perberian kapur dolomit dengan berbagai
perlakuan terlihat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pertanaman. Perlakuan
K2 dan K3 dari 6 MST sampai 9 MST memperlihatkan pengaruh nyata dengan
jumlah daun yang banyak. (Tabel 3).
Tabel 3. Jumlah Daun
Perlakuan
Umur Rata-
rata2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST
K0 19 39 64 99 111 147 171 186 105
K1 10 18 26 49 83 100 106 115 63
K2 18 36 59 98 114 161 176 192 107
K3 17 46 68 107 143 165 192 208 118
K4 22 27 51 72 104 140 151 172 92
17
2. Reproduktif
Peubah reproduktif yang diamati adalah jumlah bunga dan jumlah Ginofor
pertanaman. Pengamatan dilakukan pada 5 MST sampai 9 MST.
Pengapuran dolomit pada jumlah bunga yang diamati berpengaruh nyata,
hal ini dapat ditunjukan pada perlakuan K1, K2 dan K3 dari 5 MST dengan
jumlah bunga yang mekar hampir sama, perlakuan K0 dan K4 dari 5 MST sampai
9 MST terlihat memiliki jumlah bunga hampir sama. (Tabel 4). Perlakuan kapur
dolomit berpengaruh nyata pada jumlah ginofor hal ini dapat dilihat dari setiap
minggu setelah tanam. (Tabel 5).
Tabel 4. Jumlah Bunga
Perlakuan
Umur Rata-
rata5MST 6MST 7MST 8MST 9MST
K0 3 2 2 2 3 2
K1 7 4 1 1 1 3
K2 6 4 2 2 3 3
K3 6 2 0 0 0 2
K4 3 4 2 2 3 3
Tabel 5. Jumlah Ginofor
Perlakuan
Umur Rata-
rata6MST 7MST 8MST 9MST
K0 3 7 17 18 11
K1 3 6 7 9 6
K2 6 4 2 2 3
K3 7 8 8 8 8
K4 3 7 10 14 9
3. Panen
Panen kacang menunjukan hasil yang berbeda terhadap semua perlakuan
dan semua peubah. Jumlah polong total yang dihasilkan cukup banyak dalam
penelitian ini, namun masih ditemukan adanya polong setengah penuh dan cipo.
Perlakuan kapur dolomit menghasilkan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah
polong 1, 2 dan 3. (Tabel 6).
18
Tabel 6. Hasil Panen Jumlah Polong
Perlakuan
Jumlah Polong
Polong
1
Polong
2
Polong
3
K0 2 20 1
K1 4 22 1
K2 2 29 2
K3 3 17 3
K4 3 15 1
Perlakuan kapur dolomit memberikan pengaruh nyata terhadap bobot
polong dari setiap tanaman yang diamati. Perlakuan K0 memiliki bobot polong
yang lebih berat dibandingakan dengan perlakuan K3 dan K4. Sedangkan
perlakuan K2 menunjukan bobot yang paling berat. (Tabel 7).
Tabel 7. Hasil Panen Bobot Polong
Perlakuan
Bobot Polong
Polong
1
Polong
2
Polong
3
K0 2 46 2
K1 3 49 3
K2 3 60 4
K3 3 37 11
K4 5 35 4
Pengapuran dolomit tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap
tumbuhnya nodul. Namun pengapuran dolomit menunjukkan perbedaan antara
perlakuan K1, K2, K3 dan K4. K1 memiliki nodul yang paling banyak diantara
perlakuan lainnya. (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh kapur dolomit terhadap jumlah Nodul dari semua tanaman
yang diamati
Perlakuan K0 K1 K2 K3 K4
Jumlah 372 440 277 320 268
19
4.2. Pembahasan
Lahan yang digunakan untuk penelitian termasuk jenis tanah Latosol,
dengan curah hujan pada bulan September 2016 sampai Januari 2017 terus turun
setiap harinya. Kondisi tanah yang tergenang dan drainase yang tidak baik
memungkinkan tanah menjadi masam sehingga diperlukan pengapuran untuk
mengembalikan kondisi tanah yang memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari metabolisme sel-sel hidup
yang dapat diukur. Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan
reproduktif. Penandaan fase tumbuh tanaman kacang tanah didasarkan pada
jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong
masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah
berkembang penuh. Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak
perkecambahan hingga awal pembungaan, kemudian selanjutnya adalah fase
reproduktif.
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat
masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk
pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk
hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam. Pemberian dolomit
diperlukan karena dolomit mengandung kation basa yang dapat membantu dalam
meningkatkan pH tanah. kapur dolomit mengandung unsur Ca dan Mg. Kedua
jenis unsur ini dapat melepaskan ion OH yang berpengaruh terhadap peningkatan
pH tanah. Tanah dengan pH 6,5-7 menyebabkan mikroorganisme mampu tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Interaksi pengapuran dolomit terhadap tinggi tanaman pada 2 MST sampai
9 MST (Tabel 2). Jumlah daun yang paling banyak dipengaruhi oleh perlakuan
K3 (600 Kg/Ha atau 216 g/bedengan) dengan jumlah yang semakin meningkat
hingga 9 MST.
Pembungaan tanaman kacang tanah dimulai sejak 5 MST serempak untuk
semua perlakuan (Tabel 4) dengan perlakuan K2 (400 Kg/Ha atau 144
g/bedengan) meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bunga yang dihasilkan tidak
20
semuanya mampu membentuk ginofor dan polong. Polong-polong yang terbentuk
berkembang dari bunga-bunga yang muncul saat awal. Polong yang dihasilkan
dari bunga yang muncul saat awal mempunyai kesempatan dalam waktu dan
persediaan asimilat yang lebih baik daripada polong-polong yang terbentuk dari
bunga-bunga pada saat atau akhir periode pengisian. Suprapto (2001) menyatakan
bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan, hanya 55% yang menjadi ginofor, dan
ginofor yang dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir
pembungaan tidak mempengaruhi hasil.
Bunga yang bisa menjadi polong terutama adalah bunga yang letaknya
dekat dengan tanah sehingga lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode
pengisian yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung berisi
penuh. Perlakuan K2 menunjukan adanya interaksi terhadap peubah persentase
bunga menjadi polong hingga bobot polong yang paling baik (Tabel 7).
Ginofor kacang tanah mulai tampak saat tanaman berumur 6 MST. Jumlah
ginofor dipengaruhi oleh banyaknya bunga yang terbentuk menjadi ginofor. pada
perlakuan K0 dan K4 menunjukan jumlah ginofor yang baik hal ini dapat
dipengaruhi oleh bunga yang tumbuh baik (Tabel 5). Jumlah ginofor yang banyak
saat fase pengisian dan pemasakan polong tidak dikehendaki karena fungsinya
sebagai sink akan mengurangi partisi fotosintat yang digunakan untuk pengisian
polong yang terbentuk lebih dahulu. Tidak semua ginofor yang terbentuk
berkembang menjadi polong. Hal ini disebabkan tidak semua ginofor dapat masuk
ke dalam tanah, terutama ginofor yang letaknya jauh dari permukaan tanah.
Hasil panen merupakan produk dari sejumlah subfraksi yang disebut
komponen hasil panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh genotipe dan
lingkungan yang sering kali dapat menerangkan sebab terjadinya pengurangan
hasil panen.
Dari praktikum ini diketahui bahwa pada bagian pengaruh kapur dolomit,
dengan berbagai perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah polong,
sedangkan perlakuan dolomit memberikan hasil yang berbeda nyata pada jumlah
nodul yang tumbuh per tanaman.
21
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Secara umum dari hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa. Pemberian kapur dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang
tanah tidak berpengaruh nyata. Hal ini dinyatakan perlakuan K0 tanpa pengapuran
tinggi tanaman dapat tumbuh dengan baik dan hasil panen menunjukan jumlah
dan bobot polong yang baik.
Namun pada pengapuran dengan berbagai perlakuan menunjukan
perbedaan sangat nyata. Perlakuan K2 menunjukan pertumbuhan dan daya hasil
yang baik, terutama pada bobot polong yang mencapai berat 67 gram.
5.2. Saran
Praktikum kali ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari awal
penanaman, perawatan hingga panen. Pengapuran terhadap pertumbuhan tanam
perlu dikaji lebih lanjut, terutama pada jenis tanah latosol dengan curah hujan
yang tinggi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah
dan Lahan Kering. Malang : Penebar Swadaya.
Andy Wijaya. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur Terhadap
Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.).
[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Anonimus. 2016. Pengelolaan Produksi Kacang Tanah dan Kacang Hijau.
Jakarta : Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Anonimus. 2013. Modul Budidaya Kacang Tanah. PT. Nasa.
BPS. 2010. Survey Pertanian : Luas-Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman
Kacang Tanah Seluruh Provinsi. Jakarta : Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.
BPS. 2015. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung : Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia.
Heri Suyitno. 2011. Budidaya Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Yogyakarta :
THL-TBPP BP3K.
Purwono, dan H.Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Bogor : Penebar Swadaya.
Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta : Kanisius.
Suprapto. 2001. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: PT. Penebar Swadaya.
Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap
Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol.
Agrosains vol.2: 54-58. Bogor
23
LAMPIRAN-LAMPIRAN
24
Lampiran 1. Gambar
Gambar 1. Pengolahan tanah
dilakukan dengan mencangkul
tanah sampai gembur agar aerasi
dan porositas menjadi baik.
Tanah dibuat bedengan
berukuran 1,2 m x 3 m dengan
tinggi 30 cm.
Gambar 2. Tanaman Kacang
Tanah Umur 4MST. Daun
kacang tumbuh dengan baik.
Helaian anak daun ini beragam:
ada yang berbentuk bundar, elips,
dan agak lancip.
Gambar 3. Batang Kacang Tanah
Umur 4MST.
Gambar 4. Tanaman sehat
dengan tanaman yang terkena
penyakit.
25
Gambar 5. Bunga tanaman
kacang tanah berbentuk kupu-
kupu, berwarna kuning dan
bertangkai panjang yang tumbuh
dari ketiak daun. Fase berbunga
biasanya berlangsung setelah
tanaman berumur 4-6 minggu.
Gambar 6. Perakaran tanaman
kacang tanah terdiri dari akar
lembaga (radicula), akar
tunggang (radix primaria), dan
akar cabang (radix lateralis).
Pada akar tumbuh bintil-bintil
akar atau nodul, berisi bakteri
Rhizobium japonicum.
Gambar 7. Hama yang
menyerang tanamaman kacang.
26
Gambar 8. Perbandingan pertumbuhan dan daya hasil perlakuan K0 sampai K4.
Keterangan: dari sisi sebelah kanan berurutan K0, K1, K2, K3 dan K4.

More Related Content

DOCX
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
PPTX
Persemaian tanaman
DOCX
pembuatan larutan stok & media MS
PPTX
Liesa
PDF
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
PDF
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
DOCX
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
PPTX
Unsur C ( karbon )
praktikum kultur jaringan sterilisasi peralatan
Persemaian tanaman
pembuatan larutan stok & media MS
Liesa
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Laporan puts perangkat uji tanah sawah
Unsur C ( karbon )

What's hot (20)

PDF
Skenario film manfaat pestisida nabati
DOCX
Acara 4 (struktur tanah)
PPTX
Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
PPT
Morfologi tanaman kacang tanah
DOCX
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
PDF
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
PDF
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
PDF
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
DOCX
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
PDF
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
PDF
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
DOCX
Tanaman c3
DOCX
MAKALAH EKOSISTEM
PDF
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
DOC
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
DOCX
Laporan praktikum kesuburan tanah
PPTX
Dasar Dasar Agronomi Ir. Rohlan Rogomulyo
PDF
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
DOCX
PRAKTIKUM BIOLOGI TIMUN
DOCX
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Skenario film manfaat pestisida nabati
Acara 4 (struktur tanah)
Jenis jenis media penyuluhan -sariahhhhhh
Morfologi tanaman kacang tanah
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan Ekologi Tumbuhan "Persaingan Intraspesies Tanaman dan Interspesies Ta...
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanaman
290158421 budidaya-tanaman-hortikultura
Tanaman c3
MAKALAH EKOSISTEM
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
Soal ujian i dasar ilmu tanah 08
Laporan praktikum kesuburan tanah
Dasar Dasar Agronomi Ir. Rohlan Rogomulyo
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
PRAKTIKUM BIOLOGI TIMUN
Acara 2 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Ad

Viewers also liked (20)

DOCX
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
DOCX
MAKALAH EKOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN
PDF
Budidaya kacang tanah
PDF
Makalah (anacardium occidentale)
PDF
Kacang tanah
DOCX
Perkecambahan adalah
PDF
Makalah Lada putih
DOCX
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
PPT
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
DOCX
Cover Makalh "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
PPTX
Pengenalan Kation Golongan 1
PPTX
analisa kation golongan 1
DOCX
Makalah perbanyakan tanaman
DOCX
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
DOCX
Makalah pengolahan air limbah
PDF
Kimia tanah
PPTX
Pencemaran tanah dan metode penanganannya
PPTX
[PPT] power point tentang jagung. Lengkap!!
PPTX
Analisis Kation
PDF
3. pohon masalah_makalah
Makalah biologi tentang kultur jaringan pada tumbuhan
MAKALAH EKOLOGI DAN EKOLOGI LINGKUNGAN
Budidaya kacang tanah
Makalah (anacardium occidentale)
Kacang tanah
Perkecambahan adalah
Makalah Lada putih
pengolahan Limbah padat organik menjadi produk fungsional
Pengendalian hama terpadu (PHT) Kacang Hijau (Vigna radiata)
Cover Makalh "Pengolahan Sampah menjadi Pupuk Kompos".
Pengenalan Kation Golongan 1
analisa kation golongan 1
Makalah perbanyakan tanaman
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
Makalah pengolahan air limbah
Kimia tanah
Pencemaran tanah dan metode penanganannya
[PPT] power point tentang jagung. Lengkap!!
Analisis Kation
3. pohon masalah_makalah
Ad

Similar to Pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan kacang tanah (20)

DOCX
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
PDF
M 27 (budidaya sayuran dengan sistem hidroponik)
PDF
Pedoman teknis pengembangan unit pengolah pupuk organik (uppo) 2014
PDF
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Perkebunan budidaya tebu
DOCX
usulan penelitian
DOC
Proposal pho
PDF
Food security paper-summary
DOCX
Laporan manajemen kesuburan tanah
PDF
Laporan TPTA TIB Program Diploma IPB
DOCX
LAPORAN TETAP MESIN PRODUKSI PERTANIAN
DOCX
Makalah budidaya tanaman semusim
DOCX
85162 tugas buku iot vi fix
DOCX
Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga
DOCX
Laporan praktikum tataniaga pertanian
PPTX
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
DOCX
Lkti agroforestri UNITRI 2016
DOCX
penerapan integral tentu pada pengairan pembibitan perkebunana kelapa sawit
PDF
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
PDF
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
DOCX
Laporan praktikum kesuburan tanah
PERSILANGAN TANAMAN KACANG PANJANG LOLA.docx
M 27 (budidaya sayuran dengan sistem hidroponik)
Pedoman teknis pengembangan unit pengolah pupuk organik (uppo) 2014
UBKPU BUDIDAYA TEBU 2012-Perkebunan budidaya tebu
usulan penelitian
Proposal pho
Food security paper-summary
Laporan manajemen kesuburan tanah
Laporan TPTA TIB Program Diploma IPB
LAPORAN TETAP MESIN PRODUKSI PERTANIAN
Makalah budidaya tanaman semusim
85162 tugas buku iot vi fix
Makalah pertanian pupuk kompos skala rumah tangga
Laporan praktikum tataniaga pertanian
POWER POINT SEMPRO JS benarrrrrrr.pptx
Lkti agroforestri UNITRI 2016
penerapan integral tentu pada pengairan pembibitan perkebunana kelapa sawit
LAPORAN PKP yang telah jadi dan dapat dijadikan contoh
Pengendalian gulma karet nurul fadli 1620242016 1
Laporan praktikum kesuburan tanah

More from Ekal Kurniawan (20)

PDF
Laporan vegetatif pamelo
PDF
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
PDF
Laporan vegetatif tanaman puring
PDF
Laporan vegetatif tanaman katuk
PPTX
Margin pemasaran tanaman pangan
PPTX
Kerusakan pangan
PPTX
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
PPTX
Kmb persentations (Peran Mahasiswa)
PPTX
Pengenalan teori Akuntansi
PDF
Nutrisi hidroponik f
PPTX
Perbaikan sistem tataniaga
PDF
Hidroponik
PPTX
Genetika mendel
PPTX
Blas padi
PDF
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
PPTX
Pascapanen Buah dan Sayur
PPTX
Biogeokimia
PPTX
PDF
“Pengaruh pemberian pupuk hayati dengan berbagai perlakuan terhadap budidaya ...
PDF
Pertanian berkelanjutan
Laporan vegetatif pamelo
Laporan vegetatif tanaman sansevieria
Laporan vegetatif tanaman puring
Laporan vegetatif tanaman katuk
Margin pemasaran tanaman pangan
Kerusakan pangan
Karakter agronomi berbagai aksesi tanaman katuk (
Kmb persentations (Peran Mahasiswa)
Pengenalan teori Akuntansi
Nutrisi hidroponik f
Perbaikan sistem tataniaga
Hidroponik
Genetika mendel
Blas padi
Budidaya tanaman kale (brasicca oleraceae var. acephala)
Pascapanen Buah dan Sayur
Biogeokimia
“Pengaruh pemberian pupuk hayati dengan berbagai perlakuan terhadap budidaya ...
Pertanian berkelanjutan

Recently uploaded (20)

PDF
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Kerajinan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PPTX
Materi Induksi untuk karyawan baru/new hire
PDF
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Fiqih Kelas 10 Terbaru 2025
PPTX
PPK - XII AKL KD KEWIRAUSAHAAN SMK1.pptx
PPTX
Contoh Soal TKA Geografi Kelas XIIhhffff
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Ekonomi Kelas X SMA Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 4 Kurikulum Merdeka
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Fisika Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 5 Kurikulum Merdeka
PDF
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
PPTX
POLA PIKIR TETAP DAN POLA PIKIR BERTUMBUH.pptx
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
bahan FGD_Kebijakan Pembelajaran Penilaian.pptx
PPT
Tugas Modul 1.Konsep Pola Pikir Bertumbuh.ppt
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PDF
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
PPTX
Power Point Materi Tanda Baca Kelas III SD
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
Modul Ajar Deep Learning PKWU Kerajinan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
Materi Induksi untuk karyawan baru/new hire
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Fiqih Kelas 10 Terbaru 2025
PPK - XII AKL KD KEWIRAUSAHAAN SMK1.pptx
Contoh Soal TKA Geografi Kelas XIIhhffff
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Ekonomi Kelas X SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 4 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Fisika Kelas XII SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
POLA PIKIR TETAP DAN POLA PIKIR BERTUMBUH.pptx
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
bahan FGD_Kebijakan Pembelajaran Penilaian.pptx
Tugas Modul 1.Konsep Pola Pikir Bertumbuh.ppt
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
Power Point Materi Tanda Baca Kelas III SD
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka

Pengaruh pengapuran terhadap pertumbuhan kacang tanah

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM PENGARUH PENGAPURAN DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L). Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Praktikum Mata Kuliah Tanaman Semusim. Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Arifah Rahayu,. M.Si. Disusun Oleh : Ekal Kurniawan A.1411129 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR 2017
  • 2. i KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini ditujukan untuk memenuhi tugas Praktikum mata kuliah Tanaman Semusim. Laporan ini disusun agar pembaca dapat mengetahui secara mendalam mengenai hal-hal yang berkaitan budidaya kacang tanah . Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Arifah Rahayu,. M.Si., selaku dosen mata kuliah Tanaman Semusim yang memberikan ilmu serta pihak-pihak terkait yang membantu dalam menyelesaikan laporan ini. Penyusun mengakui masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan ilmu, pengetahuan dan pengalaman. Semoga dengan laporan ini dapat memberikan manfaat kepada penyusun khususnya dan kepada setiap pembaca umumnya. Bogor, Januari 2017 Penyusun Ekal Kurniawan
  • 3. ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................... ii DAFTAR TABEL.................................................................................................. iv I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1 1.2. Tujuan........................................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3 2.1. Kacang Tanah............................................................................................... 3 2.1.1. Klasifikasi Kacang Tanah...................................................................... 3 2.1.2. Fase Pertumbuhan Kacang Tanah.......................................................... 4 2.1.3. Morfologi Kacang Tanah....................................................................... 4 2.1.4. Manfaat Kacang Tanah.......................................................................... 7 2.1.5. Syarat Tumbuh Kacang Tanah .............................................................. 7 2.2. Pupuk............................................................................................................ 8 2.2.1. Pupuk Kandang...................................................................................... 8 2.2.2. Pupuk Anorganik................................................................................... 9 2.3. Kapur dan Pengapuran ................................................................................. 9 2.3.1. Manfaat Kalsium pada Tanaman......................................................... 10 2.3.2. Dosis Pemupukan dan Pemberian Kapur untuk Kacang Tanah .......... 11 III. BAHAN DAN METODE ............................................................................... 12 3.1. Tempat dan Waktu ..................................................................................... 12 3.2. Bahan dan Alat ........................................................................................... 12 3.3. Metode Penelitian....................................................................................... 12
  • 4. iii 3.4. Pelaksanaan Praktikum............................................................................... 12 3.5. Pengamatan................................................................................................. 13 3.5.1. Fase Vegetatif ...................................................................................... 13 3.5.2. Fase Reproduktif.................................................................................. 13 3.5.3. Panen.................................................................................................... 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 15 4.1. Hasil............................................................................................................ 15 4.1.1. Kondisi Umum..................................................................................... 15 4.1.2. Pengamatan Vegetatif, Reproduktif dan Panen ................................... 16 4.2. Pembahasan................................................................................................ 19 V. PENUTUP........................................................................................................ 21 5.1. Kesimpulan................................................................................................. 21 5.2. Saran........................................................................................................... 21 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22 LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 23
  • 5. iv DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1................................................................................................................... 9 Tabel 2...................................................................................................................16 Tabel 3...................................................................................................................16 Tabel 4...................................................................................................................17 Tabel 5...................................................................................................................17 Tabel 6...................................................................................................................18 Tabel 7...................................................................................................................18
  • 6. 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati dan merupakan komoditas strategis karena permintaannya cukup besar setiap tahun, baik untuk pangan, pakan maupun industri. Beragamnya produk olahan berbahan baku kacang tanah, dan aneka kacang mendorong tersedianya bahan baku yang cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Pada tahun 2016 lalu telah ditetapkan target produksi kacang tanah sebesar 755.750 ton dan kacang hijau sebesar 295.900 ton. Biro Pusat Statistik (BPS) menyatakan terjadi penurunan jumlah produksi kacang tanah selama periode lima tahun terakhir, yaitu 838 096 ton pada tahun 2006 menjadi 779 677 ton pada tahun 2010. Luas lahan pertanaman kacang tanah juga mengalami penurunan dari 706 753 ha pada tahun 2006 menjadi 626 264 ha pada tahun 2010. Hal ini menyebabkan produksi kacang tanah nasional tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik, sehingga menjadikan Indonesia sebagai salah satu importir kacang tanah di dunia. Kebutuhan kacang tanah domestik belum bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri pada saat ini. Indonesia masih memerlukan substitusi impor dari luar negeri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka produksi kacang tanah nasional harus ditingkatkan. Dalam rangka mencukupi kebutuhan kacang tanah tersebut, pemerintah terus berupaya meningkatkan jumlah produksi melalui intensifikasi, perluasan areal tanaman, dan peningkatan produktivitas per satuan lahan (Pitojo, 2005). Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Menurut Suprapto (2001) beberapa kendala teknis yang mengakibatkan rendahnya produksi kacang tanah antara lain pengolahan tanah yang kurang optimal sehingga drainasenya buruk dan struktur tanahnya padat, pemeliharaan
  • 7. 2 tanaman yang kurang optimal, serangan hama dan penyakit, penanaman varietas yang berproduksi rendah dan mutu benih yang rendah. Disamping hal diatas pemupukan dan pemberian kapur juga merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian dalam rangka peningkatan produksi kacang tanah. Peningkatan produktivitas per satuan lahan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satu usaha intensifikasi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk pada tanaman kacang tanah. Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang memerlukan unsur hara yang cukup banyak untuk memperoleh produksi tertentu. Agar hasil polong mencapai sekitar 1,0 ton/ha, dipelukan sekitar 7,9 kg N, 6 kg P, 43 kg K untuk setiap hektarnya (Adisarwanto, 2000). Sumarno (2001) dalam Andy Wijaya (2011) menyatakan bahwa kacang tanah sangat membutuhkan unsur N, P, K, dan Ca dalam jumlah yang cukup, dan hal tersebut dapat dipenuhi melalui usaha pemupukan dan pemberian kapur. Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca+. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih tinggi (Sutarto et al., 1985) dalam Andy Wijaya (2011). Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas permasalahan tersebut dalam sebuah praktikum dengan judul : PENGARUH PENGAPURAN DOLOMIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L). 1.2. Tujuan Tujuan Praktikum ini untuk mengetahui pengaruh pengapuran kapur Dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah.
  • 8. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari Amerika Selatan, tepatnya berasal dari Brazilia. Penanaman pertama kali dilakukan oleh orang Indian (suku asli bangsa Amerika). Di Benua Amerika penanaman pertama kali dilakukan oleh pendatang dari Eropa. Kacang Tanah ini pertama kali masuk ke Indonesia pada awal abad ke-17, dibawa oleh pedagang Cina dan Portugis. Dalam kurun waktu yang telah berlangsung lama, di lapangan terjadi persilangan-persilangan alami antara tipe kacang tanah yang hadir dari luar negeri dan kacang tanah yang telah dibudidayakan oleh petani. Dari hasil persilangan alami, akhirnya dikenal kacang Holle yang diminati oleh petani karena memiliki adaptasi wilayah dan ketahanan terhadap penyakit, walaupun produktivitas hasilnya tidak tinggi. Selain itu ditanam pula kacang tanah varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah (Pitojo, 2005). Sentra produksi kacang tanah di Indonesia pada mulanya terpusat di Pulau Jawa, selanjutnya menyebar ke berbagai daerah (provinsi), terutama Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan. Kini kacang tanah telah ditanam di seluruh wilayah Indonesia. Kacang tanah memiliki banyak nama daerah, seperti kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang tuban, kacang kole, dan kacang banggala. Bahasa Inggrisnya kacang tanah adalah “peanut” atau “groundnut”. 2.1.1. Klasifikasi Kacang Tanah Kedudukan tanaman kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) sebagaimana dikutip dari Adisarwanto (2007) sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Ordo : Leguminales Familia : Papilionaceae Genus : Arachis Species : Arachis hypogaea
  • 9. 4 2.1.2. Fase Pertumbuhan Kacang Tanah Penandaan fase tumbuh kacang tanah didasarkan pada pertumbuhan jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang telah berkembang penuh. Fase vegetatif berlangsung sejak biji berkecambah hingga kanopi (tajuk) mencapai maksimum. Penandaan fase reproduktif ditandai dengan adanya bunga, buah dan biji. Pembungaan pada kacang tanah dimulai pada hari ke-27 sampai ke-32 setelah tanam yang ditandai dengan munculnya bunga pertama. Jumlah bunga yang dihasilkan setiap harinya akan meningkat sampai maksimum dan menurun mendekati nol selama periode pengisian polong. Ginofor (tangkai kepala putik) muncul pada hari ke-4 atau ke-5 setelah bunga mekar, kemudian akan memanjang, serta menuju dan menembus tanah untuk memulai pembentukan polong. Pembentukan polong dimulai ketika ujung ginofor mulai membengkak, yaitu pada hari ke-40 hingga hari ke-45 setelah tanam atau sekitar satu minggu setelah ginofor masuk ke dalam tanah. 2.1.3. Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe tegak (bunch type) dan tipe menjalar (runner type). a. Tipe tegak (Spanish) Percabangan kacang tanah tipe tegak umumnya lurus atau sedikit miring ke atas. Petani lebih menyukai tipe tegak karena umur panen pendek, 100 – 120 hari. Selain itu, buahnya hanya pada ruas-ruas pada pangkal utama dan cabangnya. Tiap polong berbiji antara 2 – 4 butir sehingga masaknya bisa bersamaan. Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies fastigia. b. Tipe menjalar (Virginia) Kacang tanah tipe menjalar cabang-cabangnya tumbuh ke samping, tetapi ujung-ujungnya mengarah ke atas. Panjang batang utamanya antara 33 – 66 cm. Tipe ini umurnya antara 5 – 7 bulan atau sekitar 150 – 200 hari. Tiap ruas yang berdekatan dengan tanah akan menghasilkan buah
  • 10. 5 sehingga masaknya tidak bersamaan. Tiap polong umumnya berbiji dua butir. Tanaman kacang tanah yang termasuk tipe ini adalah subspesies hypogeae (Pitojo, 2005). 1. Daun Daun pertama yang tumbuh dari biji adalah plumula Daun pertama tersebut terangkat ke atas permukaan tanah selagi biji kacang berkecambah. Daun berikutnya berupa daun tunggal dan berbentuk bundar. Selanjutnya tanaman kacang tanah membentuk daun majemuk bersirip genap, terdiri dari empat anak daun dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun ini beragam: ada yang berbentuk bundar, elips, dan agak lancip, bergantung pada varietasnya. Permukaan daun ada yang tidak berbulu dan ada yang berbulu. Bulu daun ada yang hanya sedikit dan pendek, sedikit dan panjang, banyak dan pendek, ataupun banyak dan panjang (Pitojo, 2005). 2. Batang Batang kacang tanah berukuran pendek, berbuku-buku, dengan tipe pertumbuhan tegak atau mendatar. Pada mulanya, batang tumbuh tunggal. Namun, lambat laun bercabang banyak seolah-olah merumpun. Panjang batang berkisar antara 30 cm - 50 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietas kacang tanah dan kesuburan tanah. Buku-buku (ruas-ruas) batang yang terletak di dalam tanah merupakan tempat melekat akar, bunga, dan buah. 3. Bunga Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu. (Gambar 5. Lampiran). Bunga kacang tanah menyerbuk sendiri pada malam hari. Dari semua bunga yang tumbuh, hanya 70%-75% yang membentuk bakal polong (ginofor). Bunga mekar selama 24 jam, kemudian layu dan gugur. Ujung
  • 11. 6 tangkai bunga akan berubah bentuk menjadi bakal polong, tumbuh membengkok ke bawah, memanjang, dan masuk ke dalam tanah . Jumlah bunga pada varietas-varietas kacang tanah tipe menjalar lebih banyak dibandingkan dengan bunga pada varietas-varietas kacang tanah tipe tegak. 4. Akar Perakaran tanaman kacang tanah terdiri dari akar lembaga (radicula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis). (Gambar 6. Lampiran). Akar berfungsi sebagai organ pengisap unsur hara dan air untuk pertumbuhan tanaman. Namun, fungsi tersebut dapat terganggu bila tanah beraerasi buruk, kadar airnya kurang, kandungan senyawa Al dan Mn tinggi, serta derajat kemasaman (pH) tanah tinggi. Kacang tanah mempunyai akar tunggang, namun akar primernya tidak tumbuh secara dominan. Akar serabut lebih berkembang dibanding akar tunggang. Akar kacang tanah dapat tumbuh sampai sedalam 40 cm. Pada akar tumbuh bintil-bintil akar atau nodul, berisi bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri Rhizobium ini dapat mengikat nitrogen dari udara yang dapat digunakan untuk pertumbuhan kacang tanah (Sumarno, 2003). 5. Buah Buah berbentuk polong terdapat didalam tanah, berisi 1-4 biji, umumnya 2-3 biji per polong. Ukuran polong bervariasi, polong berukuran besar biasanya mencapai panjang 6 cm dengan diameter 1,5 cm. Polong tua ditandai oleh lapisan warna hitam pada kulit polong bagian dalam. Rendemen polong kering menjadi biji berkisar 50-70 %. Tipe Spanish dapat membentuk sampai 50 polong per tanaman sedangkan tipe Virginia dapat membentuk sampai 250 polong per tanaman. Rata-rata polong per tanaman varietas unggul di negeri kita, pada pertanaman normal adalah 15 polong per pohon (Sumarno, 2003).
  • 12. 7 6. Biji Biji kacang tanah berbentuk agak bulat sampai lonjong, terbungkus kulit biji tipis berwarna putih, merah atau ungu. Inti biji terdiri dari lembaga (embrio), dan putih telur (albumen). Biji kacang tanah berkeping dua (dicotyledonae). Ukuran biji kacang tanah bervariasi, mulai dari kecil sampai besar. Biji kecil beratnya antara 250 g - 400 g per 1000 butir, sedangkan biji besar lebih kurang 500 g per 1000 butir (Sumarno, 2003). Biji kacang tanah tipe Spanis tidak mengalami periode dormansi, sedangkan biji tipe Virginia memerlukan dormansi sekitar satu bulan sebelum ditanam (Pitojo, 2005). 2.1.4. Manfaat Kacang Tanah Biji tanaman kacang tanah merupakan bahan makanan yang sehat karena mengandung protein nabati dan lemak yang dibutuhkan manusia. Pemanfaatan terbesar kacang tanah sebagai bahan makanan dan industri. Kacang tanah sebagai bahan pangan memang tidak dapat diandalkan sebagai sumber protein, namun sebagai makanan ringan banyak digemari. Fungsi kacang tanah dalam komposisi makanan lebih bersifat sebagai makanan sampingan. Biji kacang tanah dapat diolah sebagai kacang goreng, kacang rebus, kacang atom, kacang telur, dan sebagainya. Kacang tanah tersebut juga dapat diolah sebagai bumbu pecel, gado- gado, bahan sayur, serta oncom. Daun kacang tanah dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dengan cara dikeringkan sebelumnya karena jika daun kacang tanah diberikan kepada ternak dalam keadaan segar akan menyebabkan sakit perut bagi ternak. 2.1.5. Syarat Tumbuh Kacang Tanah 1. Iklim a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah. b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil. c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
  • 13. 8 d. Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. 2. Media Tanam a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur. b. pH antara 6,0-6,5. c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah. 3. Ketinggian Tempat Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl. 2.2. Pupuk Pupuk merupakan suatu bahan yang diberikan pada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk dapat digolongkan kedalam senyawa organik maupun anorganik yang dapat terdiri dari satu atau lebih unsur hara. 2.2.1. Pupuk Kandang Pupuk kandang merupakan campuran bahan organik yang berasal dari kotoran padat, urin, dan sisa makanan. Susunan kimia pupuk kandang berbeda di setiap tempat. Susunan tersebut tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan hewan, serta cara mengurus dan menyimpan pupuk sebelum dipakai. Menurut Sarief (1986) dalam Andy Wijaya (2011), pupuk kandang memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk lain, yaitu; 1. Merupakan humus yang dapat menjaga tanah sehingga tanah mudah diolah dan terisi banyak oksigen, 2. Sebagai sumber hara makro (nitrogen, fosfor, dan kalium), 3. Meningkatkan daya menahan air (water holding capacity), 4. Banyak
  • 14. 9 mengandung mikroorganisme. Semua keunggulan pupuk kandang tersebut membuat pupuk kandang dianggap sebagai pupuk yang lengkap. Pupuk kandang dapat berasal dari: sapi, kuda, kambing, babi, unggas dan lain-lain. Tabel 1 menunjukan perbandingan komposisi unsur hara dari beberapa sumber pupuk kandang yang telah siap pakai. Tabel 1. Komposisi Berbagai Pupuk Kandang yang Telah siap Pakai Tipe Pupuk Kandang Kandungan Hara (%) Kadar air (%) N P K Sapi 0.40 0.20 0.10 85 Kambing 0.60 0.30 0.17 60 Babi 0.95 0.35 0.40 80 Ayam/Unggas 0.40 0.10 0.45 97 Sumber: Williams et al. (1993) dalam Andy Wijaya (2011). 2.2.2. Pupuk Anorganik Pupuk anorganik adalah bahan yang berisi unsur yang dibutuhkan tanaman dengan kadar hara tinggi. Menurut jenis unsur hara yang dikandungnya, pupuk anorganik dapat dibagi menjadi dua, yakni pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada pupuk tunggal, jenis unsur hara yang dikandungnya hanya satu macam, biasanya berupa unsur hara makro primer. Pupuk majemuk adalah bahan yangmengandung lebih dari satu jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Beberapa contoh pupuk anorganik adalah urea, TSP, dan NPK. 2.3. Kapur dan Pengapuran Kapur adalah bahan yang mengandung unsur Ca yang dapat meningkatkan pH tanah . Pemberian kapur dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor (P) dan molibdenum (Mo). Pengapuran dapat meningkatkan pH tanah, sehingga pemberian kapur pada tanah masam akan merangsang pembentukan struktur remah, mempengaruhi pelapukan bahan organik, dan pembentukan humus. Soepardi (1983) dalam Andy Wijaya (2011), menyatakan bahwa pengapuran menetralkan senyawasenyawa beracun dan menekan penyakit
  • 15. 10 tanaman. Aminisasi, amonifikasi, dan oksidasi belerang nyata dipercepat oleh meningkatnya pH yang diakibatkan oleh pengapuran. Dengan meningkatnya pH tanah, maka akan menjadikan tersedianya unsur N, P, dan S, serta unsur mikro bagi tanaman. Kapur yang banyak digunakan di Indonesia dalam bentuk kalsit (CaCO3) dan dolomite (CaMg(CO3)2). 2.3.1. Manfaat Kalsium pada Tanaman Kalsium merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Kalsium termasuk salah satu kation utama pada komplek pertukaran, sehingga biasa dihubungkan dengan masalah kemasaman tanah dan pengapuran, karena merupakan kation yang paling cocok untuk mengurangi kemasaman atau menaikan pH tanah. Kandungan kalsium di dalam tanah selain berasal dari bahan kapur dan pupuk yang ditambahkan, kalsium juga berasal dari batuan dan mineral pembentuk tanah. Mineral-mineral yang mengandung Ca pada umumnya sedikit lebih cepat lapuk dari pada mineral-mineral yang lainnya, sehingga ada kecenderungan Ca di dalam tanah akan menurun dengan meningkatnya pelapukan dan pencucian. Melalui proses pelapukan dan hancuran mineral-mineral tersebut membebaskan kalsium ke dalam air di sekitarnya. Pemberian kapur pada tanaman umumnya diberikan dalam bentuk dolomit dan kaptan. Kandungan kalsium dalam dolomit adalah sekitar 30%, sedangkan kaptan sekitar 90%. Kapur sebagai bahan penyedia kalsium diambil dari tanah sebagai kation Ca2+. Kalsium penting dalam mencegah kemasaman pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan, mempercepat pembelahan selsel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, berpengaruh baik terhadap pertumbuhan, bulu-bulu akar, polong dan ginofor pada tanaman kacang tanah. Pemberian kapur tidak saja menambah Ca itu sendiri, namun mengakibatkan pula unsur lain menjadi lebih tersedia, baik pada lapisan ginofor maupun pada daerah akar tanaman. Tersedianya Ca dan unsur lainnya menyebabkan pertumbuhan generatif menjadi lebih baik, sehingga pengisian polong lebih sempurna dan mengakibatkan hasil menjadi lebih.
  • 16. 11 2.3.2. Dosis Pemupukan dan Pemberian Kapur untuk Kacang Tanah Pemupukan dilakukan untuk memberikan tambahan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2010) memberikan rekomendasi pemupukan untuk tanaman kacang tanah yaitu Urea 50-90 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan KCl 50 kg/ha. Dosis pemupukan ini tidak selalu sama di setiap tempat, tergantung kondisi lahan yang ditanam kacang tanah. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007) untuk tanaman kacang tanah, hara kalsium yang cukup diperlukan untuk pembentukan polong dan pengisian biji. Pemberian kalsium bisa berupa kaptan atau dolomit sebanyak 300-400 kg/ha.
  • 17. 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Universitas Djuanda, Ciawi, Bogor. Jenis tanah Latosol dengan Periode waktu pelaksanaan 28 September 2016 sampai 11 Januari 2017. 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan terdiri dari benih kacang tanah, furadan, pupuk kandang, pupuk Urea, SP36 dan KCl serta kapur pertanian dolomit (CaCO3MgCO3). Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah alat budidaya tanaman, meteran, timbangan analitik, alat tulis. 3.3. Metode Penelitian Praktikum ini menggunakan metode rancangan acak langkap (RAL) dengan satu faktor yaitu dosis kapur pertanian dolomit (CaCO3MgCO3). Dosis 4 taraf perlakuan kapur pertanian dolomit (CaCO3MgCO3) adalah K0, K1, K2, K3, K4 dengan beberapa ulangan. o K0 = 0 Ton/Ha 0 Kg/Ha 0 g/bedengan o K1 = 0,2 Ton/Ha 200 Kg/Ha 72 g/bedengan o K2 = 0,4 Ton/Ha 400 Kg/Ha 144 g/bedengan o K3 = 0,6 Ton/Ha 600 Kg/Ha 216 g/bedengan o K4 = 0,8 Ton/Ha 800 Kg/Ha 288 g/bedengan 3.4. Pelaksanaan Praktikum Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sampai gembur agar aerasi dan porositas menjadi baik. Membersihkan lahan dari sisa tanaman lain dan organisme pengganggu tanaman. Tanah dibuat bedengan berukuran 1,2 m x 3 m dengan tinggi 30 cm. Kemudian diberikan pupuk kandang dan kapur dolomit (CaCO3MgCO3) sesuai perlakuan dengan cara disebar kemudian diaduk rata sampai bedengan rapih
  • 18. 13 kembali. Pemberian kapur dilakukan sebelum penanaman agar kapur dapat larut dan proses reaksinya tidak mengganggu pertumbuhan kacang tanah. (Gambar 1. Lampiran). Penanaman dilakukan dengan memberikan dua butir biji kacang tanah dan furadan kedalam lubang yang telah ditugal. Jarak tanam antar lubang adalah 20 cm x 30 cm dengan banyaknya lubang 60 lubang pada setiap bedengan maka disetiap bedengan memiliki 120 populasi. Setelah itu diberikan pupuk kimia dengan dosis urea 90 Kg/ha, SP36 150 Kg/ha dan KCl 60 Kg dengan cara diberikan setiap larikan antar barisan tanaman. Pemeliharaan tanaman kacang tanah meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan penyulaman tanaman yang mati atau terkena serangan hama penyakit. Penyiangan gulma dilakukan sebanyak dua kali, yaitu saat 3 dan 8 minggu setelah tanam (MST). Pembumbunan dilakukan pada 5 MST. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 12 MST. 3.5. Pengamatan Pengamatan pertumbuhan tanaman dilakukan setiap minggu dengan parameter yang telah ditentukan. Pengamatan untuk menentukan peubah dibagi dalam tiga bagian, yaitu: 3.5.1. Fase Vegetatif Pengamatan yang dilakukan pada saat perkembangan vegetatif adalah Tinggi tanaman pengamatan dari batang bawah sampai titik tumbuh tertinggi. Menghitung jumlah daun yang sudah terbuka semua. Semua dilakukan selama satu minggu sekali pada setiap 10 sampel tanaman setiap petak. 3.5.2. Fase Reproduktif Pengamatan yang dilakukan pada saat perkembangan reproduktif adalah jumlah bunga yang muncul dan menghitung jumlah ginofor. Ginofor adalah bakal buah yang mengarah ke bawah tanah.
  • 19. 14 3.5.3. Panen Pengamatan yang dilakukan pada saat masa panen adalah jumlah dan bobot polong I, polong II, polong III. Menghitung bintil akar merah atau coklat pada akar setiap tanaman sampel.
  • 20. 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi Umum Pertumbuhan tanaman pada awal pertanaman di lapangan menunjukan kondisi yang baik dengan air yang cukup tersedia. Pada saat 5 MST, sekitar 85% populasi tanaman kacang tanah mulai berbunga. Prakiraan Curah hujan rata-rata pada bulan september 2016 sampai Desember 2016 di daerah Ciawi adalah 448.48 mm/bulan, dengan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 21 hari per bulan. Suhu rata-rata per bulan adalah 24.88o C. Daya tumbuh kacang tanah cukup baik yaitu mencapai 70-80%. Beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kacang tanah selama penelitian diantaranya bercak Cercospora, penyakit layu dan penyakit belang. Bercak Cercospora merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Serangan terjadi saat tanaman berumur 6 MST sampai panen. Penyakit layu disebabkan oleh serangan bakteri Pseudomonas solanacrearum, penyakit ini menyerang sejak tanaman berumur 4 MST. Peanut mottle virus (PeMoV) dan Peanut stripe virus (PStV) menyebabkan penyakit belang, penyakit ini menyerang sejak tanaman kacang tanah saat berumur 5 MST. Hama yang menyerang tanaman kacang tanah di lokasi praktikum cukup banyak. Hama-hama tersebut antara lain rayap (ordo Isoptera), belalang (Sexava sp.) dan kepik (Famili Coreidae). Gulma yang ada di lokasi penelitian umumnya adalah golongan gulma berdaun lebar. Gulma tersebut antara lain adalah Amaranthus sp., Mimosa invisa, Euphorbia hirta, Pyllantus niruri dan Boreria allata. Metode Pengendalian gulma dilakukan secara manual yaitu dengan penyiangan pada 3 dan 8 MST.
  • 21. 16 4.1.2. Pengamatan Vegetatif, Reproduktif dan Panen 1. Vegetatif Peubah vegetatif yang diamati adalah tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan pada 2 MST sampai 9 MST. Tinggi tanaman menunjukan peningkatan dari 2 MST sampai 9 MST. Interaksi kapur dolomit tidak berpengaruh beda nyata terhadap tinggi tanaman, hal ini dapat dilihat pada perlakuan K0 dengan K2 dari 2 MST sampai 9 MST. (Tabel 2). Tabel 2. Tinggi Tanaman Perlakuan Umur Rata- rata2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST K0 9 12 17 23 29 32 35 39 24 K1 5 6 10 18 24 30 33 36 20 K2 8 11 16 22 29 33 37 42 25 K3 5 9 13 19 27 31 36 39 22 K4 8 10 14 20 27 31 34 37 23 Daun merupakan bagian dari tumbuhan yang sangat penting, melihat kedudukan daun sebagai tepat berfotosintesis dapat dianggap daun sebagai sumber energi bagi tumbuhan. Pada perberian kapur dolomit dengan berbagai perlakuan terlihat berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pertanaman. Perlakuan K2 dan K3 dari 6 MST sampai 9 MST memperlihatkan pengaruh nyata dengan jumlah daun yang banyak. (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah Daun Perlakuan Umur Rata- rata2MST 3MST 4MST 5MST 6MST 7MST 8MST 9MST K0 19 39 64 99 111 147 171 186 105 K1 10 18 26 49 83 100 106 115 63 K2 18 36 59 98 114 161 176 192 107 K3 17 46 68 107 143 165 192 208 118 K4 22 27 51 72 104 140 151 172 92
  • 22. 17 2. Reproduktif Peubah reproduktif yang diamati adalah jumlah bunga dan jumlah Ginofor pertanaman. Pengamatan dilakukan pada 5 MST sampai 9 MST. Pengapuran dolomit pada jumlah bunga yang diamati berpengaruh nyata, hal ini dapat ditunjukan pada perlakuan K1, K2 dan K3 dari 5 MST dengan jumlah bunga yang mekar hampir sama, perlakuan K0 dan K4 dari 5 MST sampai 9 MST terlihat memiliki jumlah bunga hampir sama. (Tabel 4). Perlakuan kapur dolomit berpengaruh nyata pada jumlah ginofor hal ini dapat dilihat dari setiap minggu setelah tanam. (Tabel 5). Tabel 4. Jumlah Bunga Perlakuan Umur Rata- rata5MST 6MST 7MST 8MST 9MST K0 3 2 2 2 3 2 K1 7 4 1 1 1 3 K2 6 4 2 2 3 3 K3 6 2 0 0 0 2 K4 3 4 2 2 3 3 Tabel 5. Jumlah Ginofor Perlakuan Umur Rata- rata6MST 7MST 8MST 9MST K0 3 7 17 18 11 K1 3 6 7 9 6 K2 6 4 2 2 3 K3 7 8 8 8 8 K4 3 7 10 14 9 3. Panen Panen kacang menunjukan hasil yang berbeda terhadap semua perlakuan dan semua peubah. Jumlah polong total yang dihasilkan cukup banyak dalam penelitian ini, namun masih ditemukan adanya polong setengah penuh dan cipo. Perlakuan kapur dolomit menghasilkan pengaruh berbeda nyata terhadap jumlah polong 1, 2 dan 3. (Tabel 6).
  • 23. 18 Tabel 6. Hasil Panen Jumlah Polong Perlakuan Jumlah Polong Polong 1 Polong 2 Polong 3 K0 2 20 1 K1 4 22 1 K2 2 29 2 K3 3 17 3 K4 3 15 1 Perlakuan kapur dolomit memberikan pengaruh nyata terhadap bobot polong dari setiap tanaman yang diamati. Perlakuan K0 memiliki bobot polong yang lebih berat dibandingakan dengan perlakuan K3 dan K4. Sedangkan perlakuan K2 menunjukan bobot yang paling berat. (Tabel 7). Tabel 7. Hasil Panen Bobot Polong Perlakuan Bobot Polong Polong 1 Polong 2 Polong 3 K0 2 46 2 K1 3 49 3 K2 3 60 4 K3 3 37 11 K4 5 35 4 Pengapuran dolomit tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap tumbuhnya nodul. Namun pengapuran dolomit menunjukkan perbedaan antara perlakuan K1, K2, K3 dan K4. K1 memiliki nodul yang paling banyak diantara perlakuan lainnya. (Tabel 8). Tabel 8. Pengaruh kapur dolomit terhadap jumlah Nodul dari semua tanaman yang diamati Perlakuan K0 K1 K2 K3 K4 Jumlah 372 440 277 320 268
  • 24. 19 4.2. Pembahasan Lahan yang digunakan untuk penelitian termasuk jenis tanah Latosol, dengan curah hujan pada bulan September 2016 sampai Januari 2017 terus turun setiap harinya. Kondisi tanah yang tergenang dan drainase yang tidak baik memungkinkan tanah menjadi masam sehingga diperlukan pengapuran untuk mengembalikan kondisi tanah yang memungkinkan untuk pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan tanaman merupakan hasil dari metabolisme sel-sel hidup yang dapat diukur. Pertumbuhan tanaman terdiri dari fase vegetatif dan reproduktif. Penandaan fase tumbuh tanaman kacang tanah didasarkan pada jumlah buku pada batang utama dan perkembangan bunga hingga menjadi polong masak, serta buku-buku pada batang utama yang mempunyai daun yang telah berkembang penuh. Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, kemudian selanjutnya adalah fase reproduktif. Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam, perlu dilakukan pengapuran. Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran pada saat pembajakan adalah 1-2,5 ton/ha dicampurkan dan diaduk hingga merata. Selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam. Pemberian dolomit diperlukan karena dolomit mengandung kation basa yang dapat membantu dalam meningkatkan pH tanah. kapur dolomit mengandung unsur Ca dan Mg. Kedua jenis unsur ini dapat melepaskan ion OH yang berpengaruh terhadap peningkatan pH tanah. Tanah dengan pH 6,5-7 menyebabkan mikroorganisme mampu tumbuh dan berkembang dengan baik. Interaksi pengapuran dolomit terhadap tinggi tanaman pada 2 MST sampai 9 MST (Tabel 2). Jumlah daun yang paling banyak dipengaruhi oleh perlakuan K3 (600 Kg/Ha atau 216 g/bedengan) dengan jumlah yang semakin meningkat hingga 9 MST. Pembungaan tanaman kacang tanah dimulai sejak 5 MST serempak untuk semua perlakuan (Tabel 4) dengan perlakuan K2 (400 Kg/Ha atau 144 g/bedengan) meningkatkan pertumbuhan tanaman. Bunga yang dihasilkan tidak
  • 25. 20 semuanya mampu membentuk ginofor dan polong. Polong-polong yang terbentuk berkembang dari bunga-bunga yang muncul saat awal. Polong yang dihasilkan dari bunga yang muncul saat awal mempunyai kesempatan dalam waktu dan persediaan asimilat yang lebih baik daripada polong-polong yang terbentuk dari bunga-bunga pada saat atau akhir periode pengisian. Suprapto (2001) menyatakan bahwa dari seluruh bunga yang dihasilkan, hanya 55% yang menjadi ginofor, dan ginofor yang dihasilkan setelah pembungaan maksimum sampai akhir pembungaan tidak mempengaruhi hasil. Bunga yang bisa menjadi polong terutama adalah bunga yang letaknya dekat dengan tanah sehingga lebih cepat mencapai tanah dan memiliki periode pengisian yang lebih panjang, sehingga polong yang dihasilkan cenderung berisi penuh. Perlakuan K2 menunjukan adanya interaksi terhadap peubah persentase bunga menjadi polong hingga bobot polong yang paling baik (Tabel 7). Ginofor kacang tanah mulai tampak saat tanaman berumur 6 MST. Jumlah ginofor dipengaruhi oleh banyaknya bunga yang terbentuk menjadi ginofor. pada perlakuan K0 dan K4 menunjukan jumlah ginofor yang baik hal ini dapat dipengaruhi oleh bunga yang tumbuh baik (Tabel 5). Jumlah ginofor yang banyak saat fase pengisian dan pemasakan polong tidak dikehendaki karena fungsinya sebagai sink akan mengurangi partisi fotosintat yang digunakan untuk pengisian polong yang terbentuk lebih dahulu. Tidak semua ginofor yang terbentuk berkembang menjadi polong. Hal ini disebabkan tidak semua ginofor dapat masuk ke dalam tanah, terutama ginofor yang letaknya jauh dari permukaan tanah. Hasil panen merupakan produk dari sejumlah subfraksi yang disebut komponen hasil panen. Komponen hasil panen dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan yang sering kali dapat menerangkan sebab terjadinya pengurangan hasil panen. Dari praktikum ini diketahui bahwa pada bagian pengaruh kapur dolomit, dengan berbagai perlakuan berpengaruh nyata terhadap persentase jumlah polong, sedangkan perlakuan dolomit memberikan hasil yang berbeda nyata pada jumlah nodul yang tumbuh per tanaman.
  • 26. 21 V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan Secara umum dari hasil praktikum dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa. Pemberian kapur dolomit terhadap pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah tidak berpengaruh nyata. Hal ini dinyatakan perlakuan K0 tanpa pengapuran tinggi tanaman dapat tumbuh dengan baik dan hasil panen menunjukan jumlah dan bobot polong yang baik. Namun pada pengapuran dengan berbagai perlakuan menunjukan perbedaan sangat nyata. Perlakuan K2 menunjukan pertumbuhan dan daya hasil yang baik, terutama pada bobot polong yang mencapai berat 67 gram. 5.2. Saran Praktikum kali ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan dari awal penanaman, perawatan hingga panen. Pengapuran terhadap pertumbuhan tanam perlu dikaji lebih lanjut, terutama pada jenis tanah latosol dengan curah hujan yang tinggi.
  • 27. 22 DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2000. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Malang : Penebar Swadaya. Andy Wijaya. 2011. Pengaruh Pemupukan Dan Pemberian Kapur Terhadap Pertumbuhan Dan Daya Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea, L.). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Anonimus. 2016. Pengelolaan Produksi Kacang Tanah dan Kacang Hijau. Jakarta : Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Anonimus. 2013. Modul Budidaya Kacang Tanah. PT. Nasa. BPS. 2010. Survey Pertanian : Luas-Panen-Produktivitas-Produksi Tanaman Kacang Tanah Seluruh Provinsi. Jakarta : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. BPS. 2015. Jawa Barat Dalam Angka. Bandung : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Heri Suyitno. 2011. Budidaya Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) Yogyakarta : THL-TBPP BP3K. Purwono, dan H.Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Bogor : Penebar Swadaya. Pitojo, S. 2005. Benih Kacang Tanah. Yogyakarta : Kanisius. Suprapto. 2001. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. Sumaryo, dan Suryono. 2000. Pengaruh Dosis Pupuk Dolomit dan SP-36 terhadap Jumlah Bintil Akar dan Hasil Tanaman Kacang Tanah Di Tanah Latosol. Agrosains vol.2: 54-58. Bogor
  • 29. 24 Lampiran 1. Gambar Gambar 1. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sampai gembur agar aerasi dan porositas menjadi baik. Tanah dibuat bedengan berukuran 1,2 m x 3 m dengan tinggi 30 cm. Gambar 2. Tanaman Kacang Tanah Umur 4MST. Daun kacang tumbuh dengan baik. Helaian anak daun ini beragam: ada yang berbentuk bundar, elips, dan agak lancip. Gambar 3. Batang Kacang Tanah Umur 4MST. Gambar 4. Tanaman sehat dengan tanaman yang terkena penyakit.
  • 30. 25 Gambar 5. Bunga tanaman kacang tanah berbentuk kupu- kupu, berwarna kuning dan bertangkai panjang yang tumbuh dari ketiak daun. Fase berbunga biasanya berlangsung setelah tanaman berumur 4-6 minggu. Gambar 6. Perakaran tanaman kacang tanah terdiri dari akar lembaga (radicula), akar tunggang (radix primaria), dan akar cabang (radix lateralis). Pada akar tumbuh bintil-bintil akar atau nodul, berisi bakteri Rhizobium japonicum. Gambar 7. Hama yang menyerang tanamaman kacang.
  • 31. 26 Gambar 8. Perbandingan pertumbuhan dan daya hasil perlakuan K0 sampai K4. Keterangan: dari sisi sebelah kanan berurutan K0, K1, K2, K3 dan K4.