PENGARUH POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN
KARAKTER ANAK
RAHMAT ADIL YUSUF HARAHAP, 1606834195
Karakter merupakan ciri, gaya, sifat atau pun karakteristik diri seseorang yang berasal dari
bentukan ataupun tempaan yang didapatkan dalam lingkungan sekitarnya ( Donny Kusuma, 2007
). Setiap anak memiliki karakter yang berbeda dalam berpikir dan bertindak. Perbedaan karakter
dari setiap anak dipengaruhi oleh lingkungan termasuk lingkungan keluarga, lingkungan bermain,
dan lingkungan sosial masyarakat. Sebagai lingkungan yang paling dekat dan intim dengan
seeorang, keluarga adalah tempat yang memiliki prioritas tertinggi dalam pembentukan karakter.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat
di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Narwoto dan Suyanto (2004) juga
berpendapat bahwa keluarga merupakan lembaga sosial dasar darimana semua lembaga atau
pranata sosial lainnya berkembang.
Seyogianya keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang saling berinteraksi dan memiliki
ketergantungan serta ikatan yang kuat. Keluarga berperan sangat penting dalam pengembangan
dan pembentukan karakter sang anak, terutama kedua orang tuanya. Ketergantungan tersebut
dapat dimanfaatkan oleh orang tua dengan menciptakan lingkungan keluarga sebagai lingkungan
sosial pertama bagi anak. Sang anak akan melalukan pengamatan terhadap kegiatan yang
berulang-ulang di lingkungan sosial pertamanya seperti interaksi orang tua dengan anak, adik
dengan kakak, sehingga ia akan mencoba meniru kegiatan-kegiatan tersebut yang akan menjadi
kebiasaan hingga menjadi karakter yang melekat pada dirinya. Karakter-karakter yang melekat
pada diri seorang anak tidak akan jauh berbeda dari kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan dalam
lingkungan keluarganya sejak dini seperti pemberian pujian atau pencelaan oleh orang tua
terhadap apa yang dilakukan sang anak. Anak yang biasa diberi pujian oleh orang tuanya akan
tumbuh menjadi anak yang memiliki karakter optimis dan percaya diri serta berani
mengekspresikan dirinya dihadapan orang lain, sedangkan anak yang terbiasa dicela oleh orang
tuanya ataupun bagian keluarga lainnya akan tumbuh menjadi anak yang memiliki karakter
pesimis, pemalu, penakut dan tidak berani mencoba hal baru. Dengan demikian pujian dan celaan
yang menjadi kebiasaan dalam suatu lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang kontras dalam
tumbuhnya karakter seorang anak.
Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan keluarga dalam hal pengembangan dan pembentukan
karakter seseorang sejak kecil akan memunculkan adanya suatu pola yang disebut pola asuh.
Pola asuh sendiri sangat mempengaruhi karakter yang akan tumbuh dalam diri orang tersebut baik
itu positif ataupun negatif. Pengertian pola asuh itu sendiri menurut Latifah (2008) yaitu pola
interaksi antara anak dan orang tua meliputi pemenuhan kebutuhan fisik ( makan, minum) dan
kebutuhan psikologis ( rasa aman, kasih sayang , perlindungan), serta sosialisasi norma-norma
yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Sehingga dapat
disebut pola asuh juga meliputi pola interaksi antara anak dan orang tua dalam pendidikan
karakter. Ada 3 jenis pola asuh yang diterapkan oleh kekeluarga saat ini yaitu pola asuh demokrasi,
otoriter dan permisif ( Baumrind, 2002) yang dapat dijabarkan seperti berikut,
1. Pola Asuh Demokratis
Dalam pola asuh ini orang tua memprioritaskan kepentingan anak, namun tidak ragu untuk
mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis memungkinkan lebih banyak interaksi
antara orang tua dan anak dikarenakan orang tua selalu memberikan pemikiran yang
rasional dan selalu berkomunikasi dengan anak tentang apa yang boleh maupun tidak boleh
dilakukan dengan memberikan penjelasan yang mumpuni. Anak yang diasuh dengan pola
ini akan tumbuh menjadi anak yang memiliki karakter mandiri, dapat mengontrol diri,
mampu menghadapi stress dan lebih kooperatif.
2. Pola Asuh Otoriter
Dalam pola asuh ini orang tua selalu memaksakan kehendak kepada anak anaknya dan
tidak pernah ingin berdiskusi tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan sang anak.
Orang tua dengan pola asuh ini tidak sungkan memberikan hukuman kepada anak tanpa
menjelaskan terlebih dahulu apakah yang dilakukan anak tersebut salah . Anak yang diasuh
dengan pola ini akan memiliki karakter yang penakut , pemberontak, pemalu, tertutup, dan
tidak berani mencoba hal yang baru sehingga tingkat kreatifitas sang anak kecil.
3. Pola Asuh Permisif
Dalam pola asuh ini orang tua cenderung membiarkan atau seakan-akan melepas tanggung
jawab terhadap anaknya, namun sebenarnya orang tua hanya tidak ingin terjadi konflik
yang dapat membuat anak marah dan bersedih. Anak yang diasuh dengan pola ini akan
memiliki karakter yang agresive, manja , egois , dan kurang mandiri.
Dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa karakter seseorang akan mencerminkan pola asuh
orang tua. Oleh sebab itu orang tua sebaiknya mendidik anak dengan pola asuh yang tepat agar
anaknya mempunyai karakter yang positif yang akan sangat berguna dalam perjalanan hidupnya.
Referensi : Baumrind, Dariyono. 2004. Jenis Pola Asuh Anak. Jakarta: Galia Indonesia.
Baumrind, D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental Psychology
Monographs 4 (I, part 2).

Rahmat adil yusuf harahap, ltm mpkt

  • 1.
    PENGARUH POLA ASUHKELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK RAHMAT ADIL YUSUF HARAHAP, 1606834195 Karakter merupakan ciri, gaya, sifat atau pun karakteristik diri seseorang yang berasal dari bentukan ataupun tempaan yang didapatkan dalam lingkungan sekitarnya ( Donny Kusuma, 2007 ). Setiap anak memiliki karakter yang berbeda dalam berpikir dan bertindak. Perbedaan karakter dari setiap anak dipengaruhi oleh lingkungan termasuk lingkungan keluarga, lingkungan bermain, dan lingkungan sosial masyarakat. Sebagai lingkungan yang paling dekat dan intim dengan seeorang, keluarga adalah tempat yang memiliki prioritas tertinggi dalam pembentukan karakter. Menurut Departemen Kesehatan RI (1998), Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Narwoto dan Suyanto (2004) juga berpendapat bahwa keluarga merupakan lembaga sosial dasar darimana semua lembaga atau pranata sosial lainnya berkembang. Seyogianya keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang saling berinteraksi dan memiliki ketergantungan serta ikatan yang kuat. Keluarga berperan sangat penting dalam pengembangan dan pembentukan karakter sang anak, terutama kedua orang tuanya. Ketergantungan tersebut dapat dimanfaatkan oleh orang tua dengan menciptakan lingkungan keluarga sebagai lingkungan sosial pertama bagi anak. Sang anak akan melalukan pengamatan terhadap kegiatan yang berulang-ulang di lingkungan sosial pertamanya seperti interaksi orang tua dengan anak, adik dengan kakak, sehingga ia akan mencoba meniru kegiatan-kegiatan tersebut yang akan menjadi kebiasaan hingga menjadi karakter yang melekat pada dirinya. Karakter-karakter yang melekat pada diri seorang anak tidak akan jauh berbeda dari kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan dalam lingkungan keluarganya sejak dini seperti pemberian pujian atau pencelaan oleh orang tua terhadap apa yang dilakukan sang anak. Anak yang biasa diberi pujian oleh orang tuanya akan tumbuh menjadi anak yang memiliki karakter optimis dan percaya diri serta berani mengekspresikan dirinya dihadapan orang lain, sedangkan anak yang terbiasa dicela oleh orang tuanya ataupun bagian keluarga lainnya akan tumbuh menjadi anak yang memiliki karakter pesimis, pemalu, penakut dan tidak berani mencoba hal baru. Dengan demikian pujian dan celaan yang menjadi kebiasaan dalam suatu lingkungan keluarga memiliki pengaruh yang kontras dalam tumbuhnya karakter seorang anak. Kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan keluarga dalam hal pengembangan dan pembentukan karakter seseorang sejak kecil akan memunculkan adanya suatu pola yang disebut pola asuh.
  • 2.
    Pola asuh sendirisangat mempengaruhi karakter yang akan tumbuh dalam diri orang tersebut baik itu positif ataupun negatif. Pengertian pola asuh itu sendiri menurut Latifah (2008) yaitu pola interaksi antara anak dan orang tua meliputi pemenuhan kebutuhan fisik ( makan, minum) dan kebutuhan psikologis ( rasa aman, kasih sayang , perlindungan), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya. Sehingga dapat disebut pola asuh juga meliputi pola interaksi antara anak dan orang tua dalam pendidikan karakter. Ada 3 jenis pola asuh yang diterapkan oleh kekeluarga saat ini yaitu pola asuh demokrasi, otoriter dan permisif ( Baumrind, 2002) yang dapat dijabarkan seperti berikut, 1. Pola Asuh Demokratis Dalam pola asuh ini orang tua memprioritaskan kepentingan anak, namun tidak ragu untuk mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis memungkinkan lebih banyak interaksi antara orang tua dan anak dikarenakan orang tua selalu memberikan pemikiran yang rasional dan selalu berkomunikasi dengan anak tentang apa yang boleh maupun tidak boleh dilakukan dengan memberikan penjelasan yang mumpuni. Anak yang diasuh dengan pola ini akan tumbuh menjadi anak yang memiliki karakter mandiri, dapat mengontrol diri, mampu menghadapi stress dan lebih kooperatif. 2. Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh ini orang tua selalu memaksakan kehendak kepada anak anaknya dan tidak pernah ingin berdiskusi tentang apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan sang anak. Orang tua dengan pola asuh ini tidak sungkan memberikan hukuman kepada anak tanpa menjelaskan terlebih dahulu apakah yang dilakukan anak tersebut salah . Anak yang diasuh dengan pola ini akan memiliki karakter yang penakut , pemberontak, pemalu, tertutup, dan tidak berani mencoba hal yang baru sehingga tingkat kreatifitas sang anak kecil. 3. Pola Asuh Permisif Dalam pola asuh ini orang tua cenderung membiarkan atau seakan-akan melepas tanggung jawab terhadap anaknya, namun sebenarnya orang tua hanya tidak ingin terjadi konflik yang dapat membuat anak marah dan bersedih. Anak yang diasuh dengan pola ini akan memiliki karakter yang agresive, manja , egois , dan kurang mandiri. Dalam tulisan ini dapat disimpulkan bahwa karakter seseorang akan mencerminkan pola asuh orang tua. Oleh sebab itu orang tua sebaiknya mendidik anak dengan pola asuh yang tepat agar anaknya mempunyai karakter yang positif yang akan sangat berguna dalam perjalanan hidupnya. Referensi : Baumrind, Dariyono. 2004. Jenis Pola Asuh Anak. Jakarta: Galia Indonesia. Baumrind, D. (1971). Current patterns of parental authority. Developmental Psychology Monographs 4 (I, part 2).