TINJAUAN PUSTAKA HEMATOLOGI




SINDROMA ANTIFOSFOLIPID
(Patogenesis, Diagnosis, dan Pemeriksaan Laboratorium)




              Robiul F dr/ Yetti H dr SpPK


                                                         1
Pendahuluan
• Sindroma antifosfolipid (SAF) adalah adanya
  antibodi antifosfolipid yang menetap pada
  tubuh dengan kejadian trombosis, atau
  abortus yang berulang
• Ada 2 kategori: primer (tanpa SLE)
                  sekunder (dengan SLE)



                                                2
• Diperkenalkan Harris dan Hughes (1980)
  sebagai SAF
• Prevalensi SAF pada populasi umum sekitar 1-
  5%
• Meningkat sesuai dengan peningkatan usia
• Pada pasien SLE, 30% mengalami SAF



                                                 3
Fosfolipid
• Komponen utama dari semua membran sel




  Gambar 1. Fosfolipid

                                          4
Patogenesis SAF
Etiologi SAF multifaktorial
Infeksi (sifilis, cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, varicella,
  human immunodefisiensi virus)
Obat (chlorpromazine, procainamide, hydralazine, quinidine,
  penicillin)
Neoplasma (lekemia, kelainan lymphoproliferative dan
  plasmacytic, tumor solid)
Genetik (alel Val247 )



                                                                 5
Efek Patogenik Antibodi Antifosfolipid (aFL)

• Antibodi aFL tidak hanya mengenali fosfolipid, tetapi juga
  phospholipid binding protein (juga disebut kofaktor)
• Kofaktor tersebut antara lain cardiolipin, Beta 2-glycoprotein I
  (β2GPI), antitrombin, protein C, protein S, dan lain-lain.
• β2GPI merupakan target penting dari antibodi aFL




                                                                 6
Reaksi hemostatik
               β2GPI
               Protein C
               Protein S
               Annexin V




Antibodi aFL   Aktivasi sel
               Sel endotel
               Mononuklear
               trombosit




               Aktivasi komplemen


                                    7
Manifestasi klinis


Asimtomatik            Trombosis            Keguguran


              • kulit : livedo reticularis
              • Mata : optic neuropathy
              • Jantung : infark myocard
              • Gastrointestinal: kerusakan
              hepar atau lien
              • Neurologi : stroke, transient
              ischemic attack
              • Catastrophic SAF


                                                        8
Trombosis
Trombosis terjadi karena antibodi aFL:
• mengganggu mekanisme antikoagulan
  endogen
• melekat dan mengaktivasi platelet
• interaksi dengan sel endotel dan menginduksi
  ekspresi adesi molekul lain
• aktivasi kaskade komplemen


                                                 9
Fetal Injury




 Gambar 3. Mekanisme efek patogenik antibodi aFL pada fetal injury
 (Salmon & de Groot,2008)                                            10
Diagnosis SAF      (Eleventh International Congress on Antiphospolipid Syndrome)




• Setidaknya satu kriteria klinis dan satu kriteria
  laboratoris
• Kriteria tersebut ditemukan terpisah
  setidaknya 12 minggu dan kurang dari 5 tahun




                                                                                   11
Kriteria klinis
Trombosis (dikonfirmasi dengan imaging atau
 histopatologi)
Morbiditas kehamilan:
 - ≥ 1 kematian fetus normal pada ≥ 10 minggu
 - ≥ 1 kelahiran prematur karena eklampsia
 atau gangguan plasenta
 - ≥ 3 abortus yang berurutan


                                            12
Kriteria Laboratorium
• Adanya lupus antikoagulan (LA)
• Antibodi anticardiolipin (aCL) berupa IgG dan
  atau IgM
• Antibodi anti-β2 glikoprotein-I berupa IgG dan
  atau IgM




                                               13
Diagnosis lupus antikoagulan (LA) menurut guidelines
International Society on Thrombosis and Haemostasis

• Pemanjangan setidaknya satu dari tes
  koagulasi phospholipid dependent dengan
  menggunakan platelet-poor plasma, yaitu:
  - activated partial thromboplastin time
  - dilute prothrombin time
  - dilute Russle viper venom time
  - kaolin clotting time


                                                   14
• Pemanjangan tidak dapat dikoreksi dengan
  mencampur plasma pasien dengan plasma
  normal
• Konfirmasi LA dengan melakukan
  penambahan fosfolipid berlebihan atau
  freeze-thawed platelets




                                             15
Pemeriksaan Laboratorium




                           16
Kaolin Clotting Time
Prinsip:
• Bila APTT untuk pemeriksaan LA tanpa reagen
  platelet subtitusi, maka tes kurang sensitif
• Tes dengan mencampur plasma normal dan
  plasma pasien dengan perbandingan tertentu,
  akan didapatkan pola respon yang berbeda




                                             17
Gambar 4. Kurva kaolin clotting time (KCT) untuk mendeteksi adanya
lupus anticoagulant
                                                                     18
•   Pola tipe 1 : hasil positif LA
•   Pola tipe 2 : defisiensi faktor koagulasi dan LA
•   Pola tipe 3 : antikoagulan dalam plasma
•   Pola tipe 4 : negatif LA




                                                       19
• Tes bisa disederhanakan dengan          hanya
  mengerjakan tes:
  - 100% plasma normal
  - 80% plasma normal dan 20% plasma tes.
• Hitung rasio KCT dengan rumus:
              KCT [80% N: 20% tes]
                KCT [100%N]

• Nilai rasio ≥ 1,2, maka hasil positif
• KCT kontrol < 60 detik menunjukkan kontaminasi
  plasma kontrol dengan fospolipid.


                                               20
Activated partial thromboplastin time (APTT)


Prinsip:
• Mengukur waktu pembekuan plasma
  setelah mengaktivasi faktor kontak
• tanpa penambahan tromboplastin jaringan
• menunjukkan          adanya        efisiensi
  keseluruhan dari jalur intrinsik
• Nilai normal: 26-40 detik


                                               21
Dilute Russell’s Viper Venom
Time (DRVVT)




 Gambar 5. Prinsip DRVVT (Hanly, 2003)   22
Interpretasi DRVVT:
• Hitung rasio clotting time plasma tes dan
  plasma kontrol
• Normal: 0,9 - 1,05.
• Rasio lebih >1,05 menunjukkan:
  - adanya LA,
  -abnormalitas faktor II, V atau X,
  fibrinogen
  - inhibitor
                                          23
Platelet Neutralisation Test
Prinsip:
• reagen “konfirmasi” fosfolipid komersial
  digunakan pada DRVVT atau APTT
• Jika platelet digunakan sebagai pengganti
  reagen fosfolipid , maka perlu dicuci terlebih
  dahulu




                                                   24
Interpretasi

• Bila terdapat LA, penambahan reagen “konfirmasi”
  fosfolipid komersial memperpendek clotting time pada
  pemeriksaan DRVVT atau APTT
• normalized correction ratio (CR) dari clotting time DRVVT:
                      (Pd/Nd) – (Pc/Nc)
                 CR = ------------------------------
                             Pd/Nd
  P : plasma pasien,
  N :plasma normal,
  d :pemeriksaan untuk mendeteksi LA,
  c : pemeriksaan konfirmasi (platelet/netralisasi fosofolipid)
• Nilai CR > 10% dapat dianggap positif LA

                                                             25
Dilute Thromboplastin Inhibition Test
Prinsip:
• Bila tromboplastin yang digunakan untuk
  Prothrombin time (PT) diencerkan, maka nilai
  PT akan memanjang
• Pada pengenceran titik tertentu (1:50 - 1:500),
  konsentrasi fosfolipid menjadi rendah,
  sehingga cukup sensitif terhadap antibodi aFL
• Reagen tromboplastin tertentu (Innovin) lebih
  sensitif terhadap LA.
                                                26
• Dengan menggunakan Innovin pada
  pengenceran 1:200 pemeriksaan dianggap
  positif, bila rasio dilute PT (tes/rata-rata
  normal) lebih dari 1,15




                                                 27
Pemeriksaan Anti-Cardiolipin IgG/IgM


     Diblok dengan
     fetal calf serum




                   Anti-cardiolipin   Anti human–IgM/IgG
                   IgM/IgG dalam         berlabel H2O2
Cardiolipin                                                        SUBSTRAT
                   sampel
                                                                   berkromogen



                                                           PRODUK
                                                           berwarna




Gambar 6. Prinsip dasar pemeriksaan Anti-cardiolipin IgG/IgM dengan ELISA
                                                                             28
• positif bila > 40 GPL atau MPL, atau > persentil
  ke-99
• idealnya tiap laboratorium memiliki nilai
  rentang sendiri sesuai populasi yang ada




                                                 29
Pemeriksaan Anti-β2GPI IgG/IgM



            Anti-β2GPI      Anti human–IgM/IgG
            IgM/IgG            berlabel H2O2
            dalam sampel                                       SUBSTRAT
β2GPI                                                          berkromogen



                                                       PRODUK
                                                       berwarna
 Gambar 7. Prinsip dasar pemeriksaan Anti-β2GPI IgG/IgM dengan ELISA




                                                                         30
• IgG/IgM positif, bila kadar > persentil ke-99
• Tiap laboratorium idealnya memiliki rentang
  normal sendiri sesuai populasi yang ada pada
  laboratorium tersebut




                                                  31
TERIMA KASIH




               32
Dilute Thromboplastin Inhibition Test
• pengenceran tromboplastin akan membuat
  pemeriksaan ini lebih sensitif terhadap kadar
  faktor VIII yang rendah pada hemophilia
  ringan, acquired hemophilia, dan kadar yang
  rendah pada faktor V atau faktor VII




                                                  33
Platelet neutralisation test
• Positif palsu dapat terjadi pada pasien yang
  mendapatkan heparin intravena, dan
  antikoagulan oral
• Hal ini dapat diatasi dengan mencampur
  plasma tes dengan plasma normal dengan
  perbandingan 50:50.




                                                 34
Livedo reticularis




                     35
Optic neuropathy




                   36
37
Splinter hemorrages




                      38
MEKANISME KOAGULASI
SISTEM INTRINSIK                    SISTEM EKSTRINSIK
PERSENTUHAN DENGAN
PERMUKAAN ASING
    
XII  XII a                         VII
          HMWK
   XI  XI a                 ca++           Thromboplastin
                                             jaringan
     IX  IX a                      VII a

      VIII
      ca++
      PF3
             X       Xa
                V
               ca++
               PF3                XIII
        Prothrombin  Thrombin  
                                 XIII a
                                    
        Fibrinogen              Fibrin
                                    
                                                             14
                              Fibrin Stabil

                                                                  39
40
SISTEM INTRINSIK                                       SISTEM EKSTRINSIK
    Trauma HMWK
                        kalikrein             HMWK
    XII        XII a prekalikrein                         VII
                                                                       kalikrein
          XI        XI a                               ca2+   TF
               IX          IX a                         VII a                         Ekstrinsik
                                                                                      Inhibitor
               VIII                                            TFPI                   Intrinsik
               VIIIa                                                                  bersama
                       PF3 ca2+
                       X            Xa                           anti trombin
Prot.C aktif                      V
                                  Va ca2+                     XIII
                                  PF3
Prot.S              Prothrom-               Thrombin
                    bin                                       XIII a
    Prot.C                                                            fibrinolisis
                            Fibrinogen                   Fibrin                       FDP
                                                         
                                                   Fibrin Stabil                              6



                                                                                                   41
Pemeriksaan APTT
           PPP               Reagen
           0,5 ml            cepalin
                             + kaolin
                             0.1 ml           CaCl2.
                                              0,1 ml
Sentrif.            0.5 ml
2500g,
10 mnt

                             Inkubasi     3
                             menit, 37˚ C




                                                       72




                                                            42
PPT

     Pemeriksaan secara elektromagnetik
             plasma
             0,5 ml
                                  Masukkan
                                  dalam alat   0.05 ml


 Sentrifus            Plat.poor
 2500g,               plasma
 10 mnt

                            Tambahkan            Inkubasi   2
                            reagen 0.1 ml        menit ,
                                                 37˚ C



                        W aktu
                        koagulasi
                                                            24




                                                                 43
Pemeriksaan secara optik
          Ambil
          serum
          0,5 ml    Masukkan
                    dalam alat      0.1 ml
Sentri.
2500g,
10 mnt
                                         Inkubasi
                    Tambahkan            slm 2 menit
                    reagen 0.2 ml        pd suhu
                                         37˚ C




           LED

                   λ 660 nm                     70




                                                     44
45
46
47
48
inhibitor
Ada beberapa macam inhibitor dalam proses
hemostasis :
   1. Anti trombin ( AT III / kofaktor heparin)
   2. TFPI (tissue factor pathway inhibitor)
   3.Protein C ( diaktifkan oleh protein S )
   4. Alfa 2 makroglobulin



                                                  49
Kriteria terkoreksi:
  (APTT Pasien – APTT Campuran) > ½ (APTT Pasien – APTT Normal )

                   Contoh: (terkoreksi)
                 APTT kontrol normal:35”
                APTT Pasien           : 60”
                APTT Campuran         : 42”
Ini menunjukan koreksi yang baik karena: (60-42) > ½ (60-35)

                Contoh: ( tidak terkoreksi )
                 APTT Kontrol normal: 35”
               APTT Pasien            : 60”
               APTT Campuran          : 52”
 Ini menunjukan tidak terkoreksi karena: (60-52)< ½ (60-35)


                                                                   50
51
Metode mixing test : dilakukan duplo
           200µL Plasma Normal




200µL plasma pasien          200µL plasma kontrol




            periksa hasil APTT
           Terkoreksi jadi normal/tidak
                                                8


                                                    52

Sindroma antifosfolipid [compatibility mode]

  • 1.
    TINJAUAN PUSTAKA HEMATOLOGI SINDROMAANTIFOSFOLIPID (Patogenesis, Diagnosis, dan Pemeriksaan Laboratorium) Robiul F dr/ Yetti H dr SpPK 1
  • 2.
    Pendahuluan • Sindroma antifosfolipid(SAF) adalah adanya antibodi antifosfolipid yang menetap pada tubuh dengan kejadian trombosis, atau abortus yang berulang • Ada 2 kategori: primer (tanpa SLE) sekunder (dengan SLE) 2
  • 3.
    • Diperkenalkan Harrisdan Hughes (1980) sebagai SAF • Prevalensi SAF pada populasi umum sekitar 1- 5% • Meningkat sesuai dengan peningkatan usia • Pada pasien SLE, 30% mengalami SAF 3
  • 4.
    Fosfolipid • Komponen utamadari semua membran sel Gambar 1. Fosfolipid 4
  • 5.
    Patogenesis SAF Etiologi SAFmultifaktorial Infeksi (sifilis, cytomegalovirus, Epstein-Barr virus, varicella, human immunodefisiensi virus) Obat (chlorpromazine, procainamide, hydralazine, quinidine, penicillin) Neoplasma (lekemia, kelainan lymphoproliferative dan plasmacytic, tumor solid) Genetik (alel Val247 ) 5
  • 6.
    Efek Patogenik AntibodiAntifosfolipid (aFL) • Antibodi aFL tidak hanya mengenali fosfolipid, tetapi juga phospholipid binding protein (juga disebut kofaktor) • Kofaktor tersebut antara lain cardiolipin, Beta 2-glycoprotein I (β2GPI), antitrombin, protein C, protein S, dan lain-lain. • β2GPI merupakan target penting dari antibodi aFL 6
  • 7.
    Reaksi hemostatik β2GPI Protein C Protein S Annexin V Antibodi aFL Aktivasi sel Sel endotel Mononuklear trombosit Aktivasi komplemen 7
  • 8.
    Manifestasi klinis Asimtomatik Trombosis Keguguran • kulit : livedo reticularis • Mata : optic neuropathy • Jantung : infark myocard • Gastrointestinal: kerusakan hepar atau lien • Neurologi : stroke, transient ischemic attack • Catastrophic SAF 8
  • 9.
    Trombosis Trombosis terjadi karenaantibodi aFL: • mengganggu mekanisme antikoagulan endogen • melekat dan mengaktivasi platelet • interaksi dengan sel endotel dan menginduksi ekspresi adesi molekul lain • aktivasi kaskade komplemen 9
  • 10.
    Fetal Injury Gambar3. Mekanisme efek patogenik antibodi aFL pada fetal injury (Salmon & de Groot,2008) 10
  • 11.
    Diagnosis SAF (Eleventh International Congress on Antiphospolipid Syndrome) • Setidaknya satu kriteria klinis dan satu kriteria laboratoris • Kriteria tersebut ditemukan terpisah setidaknya 12 minggu dan kurang dari 5 tahun 11
  • 12.
    Kriteria klinis Trombosis (dikonfirmasidengan imaging atau histopatologi) Morbiditas kehamilan: - ≥ 1 kematian fetus normal pada ≥ 10 minggu - ≥ 1 kelahiran prematur karena eklampsia atau gangguan plasenta - ≥ 3 abortus yang berurutan 12
  • 13.
    Kriteria Laboratorium • Adanyalupus antikoagulan (LA) • Antibodi anticardiolipin (aCL) berupa IgG dan atau IgM • Antibodi anti-β2 glikoprotein-I berupa IgG dan atau IgM 13
  • 14.
    Diagnosis lupus antikoagulan(LA) menurut guidelines International Society on Thrombosis and Haemostasis • Pemanjangan setidaknya satu dari tes koagulasi phospholipid dependent dengan menggunakan platelet-poor plasma, yaitu: - activated partial thromboplastin time - dilute prothrombin time - dilute Russle viper venom time - kaolin clotting time 14
  • 15.
    • Pemanjangan tidakdapat dikoreksi dengan mencampur plasma pasien dengan plasma normal • Konfirmasi LA dengan melakukan penambahan fosfolipid berlebihan atau freeze-thawed platelets 15
  • 16.
  • 17.
    Kaolin Clotting Time Prinsip: •Bila APTT untuk pemeriksaan LA tanpa reagen platelet subtitusi, maka tes kurang sensitif • Tes dengan mencampur plasma normal dan plasma pasien dengan perbandingan tertentu, akan didapatkan pola respon yang berbeda 17
  • 18.
    Gambar 4. Kurvakaolin clotting time (KCT) untuk mendeteksi adanya lupus anticoagulant 18
  • 19.
    Pola tipe 1 : hasil positif LA • Pola tipe 2 : defisiensi faktor koagulasi dan LA • Pola tipe 3 : antikoagulan dalam plasma • Pola tipe 4 : negatif LA 19
  • 20.
    • Tes bisadisederhanakan dengan hanya mengerjakan tes: - 100% plasma normal - 80% plasma normal dan 20% plasma tes. • Hitung rasio KCT dengan rumus: KCT [80% N: 20% tes] KCT [100%N] • Nilai rasio ≥ 1,2, maka hasil positif • KCT kontrol < 60 detik menunjukkan kontaminasi plasma kontrol dengan fospolipid. 20
  • 21.
    Activated partial thromboplastintime (APTT) Prinsip: • Mengukur waktu pembekuan plasma setelah mengaktivasi faktor kontak • tanpa penambahan tromboplastin jaringan • menunjukkan adanya efisiensi keseluruhan dari jalur intrinsik • Nilai normal: 26-40 detik 21
  • 22.
    Dilute Russell’s ViperVenom Time (DRVVT) Gambar 5. Prinsip DRVVT (Hanly, 2003) 22
  • 23.
    Interpretasi DRVVT: • Hitungrasio clotting time plasma tes dan plasma kontrol • Normal: 0,9 - 1,05. • Rasio lebih >1,05 menunjukkan: - adanya LA, -abnormalitas faktor II, V atau X, fibrinogen - inhibitor 23
  • 24.
    Platelet Neutralisation Test Prinsip: •reagen “konfirmasi” fosfolipid komersial digunakan pada DRVVT atau APTT • Jika platelet digunakan sebagai pengganti reagen fosfolipid , maka perlu dicuci terlebih dahulu 24
  • 25.
    Interpretasi • Bila terdapatLA, penambahan reagen “konfirmasi” fosfolipid komersial memperpendek clotting time pada pemeriksaan DRVVT atau APTT • normalized correction ratio (CR) dari clotting time DRVVT: (Pd/Nd) – (Pc/Nc) CR = ------------------------------ Pd/Nd P : plasma pasien, N :plasma normal, d :pemeriksaan untuk mendeteksi LA, c : pemeriksaan konfirmasi (platelet/netralisasi fosofolipid) • Nilai CR > 10% dapat dianggap positif LA 25
  • 26.
    Dilute Thromboplastin InhibitionTest Prinsip: • Bila tromboplastin yang digunakan untuk Prothrombin time (PT) diencerkan, maka nilai PT akan memanjang • Pada pengenceran titik tertentu (1:50 - 1:500), konsentrasi fosfolipid menjadi rendah, sehingga cukup sensitif terhadap antibodi aFL • Reagen tromboplastin tertentu (Innovin) lebih sensitif terhadap LA. 26
  • 27.
    • Dengan menggunakanInnovin pada pengenceran 1:200 pemeriksaan dianggap positif, bila rasio dilute PT (tes/rata-rata normal) lebih dari 1,15 27
  • 28.
    Pemeriksaan Anti-Cardiolipin IgG/IgM Diblok dengan fetal calf serum Anti-cardiolipin Anti human–IgM/IgG IgM/IgG dalam berlabel H2O2 Cardiolipin SUBSTRAT sampel berkromogen PRODUK berwarna Gambar 6. Prinsip dasar pemeriksaan Anti-cardiolipin IgG/IgM dengan ELISA 28
  • 29.
    • positif bila> 40 GPL atau MPL, atau > persentil ke-99 • idealnya tiap laboratorium memiliki nilai rentang sendiri sesuai populasi yang ada 29
  • 30.
    Pemeriksaan Anti-β2GPI IgG/IgM Anti-β2GPI Anti human–IgM/IgG IgM/IgG berlabel H2O2 dalam sampel SUBSTRAT β2GPI berkromogen PRODUK berwarna Gambar 7. Prinsip dasar pemeriksaan Anti-β2GPI IgG/IgM dengan ELISA 30
  • 31.
    • IgG/IgM positif,bila kadar > persentil ke-99 • Tiap laboratorium idealnya memiliki rentang normal sendiri sesuai populasi yang ada pada laboratorium tersebut 31
  • 32.
  • 33.
    Dilute Thromboplastin InhibitionTest • pengenceran tromboplastin akan membuat pemeriksaan ini lebih sensitif terhadap kadar faktor VIII yang rendah pada hemophilia ringan, acquired hemophilia, dan kadar yang rendah pada faktor V atau faktor VII 33
  • 34.
    Platelet neutralisation test •Positif palsu dapat terjadi pada pasien yang mendapatkan heparin intravena, dan antikoagulan oral • Hal ini dapat diatasi dengan mencampur plasma tes dengan plasma normal dengan perbandingan 50:50. 34
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38.
  • 39.
    MEKANISME KOAGULASI SISTEM INTRINSIK SISTEM EKSTRINSIK PERSENTUHAN DENGAN PERMUKAAN ASING  XII  XII a VII HMWK XI  XI a ca++ Thromboplastin jaringan IX  IX a VII a VIII ca++ PF3 X Xa V ca++ PF3 XIII Prothrombin  Thrombin   XIII a  Fibrinogen Fibrin  14 Fibrin Stabil 39
  • 40.
  • 41.
    SISTEM INTRINSIK SISTEM EKSTRINSIK Trauma HMWK kalikrein HMWK XII XII a prekalikrein VII kalikrein XI XI a ca2+ TF IX IX a VII a Ekstrinsik Inhibitor VIII TFPI Intrinsik VIIIa bersama PF3 ca2+ X Xa anti trombin Prot.C aktif V Va ca2+ XIII PF3 Prot.S Prothrom- Thrombin bin XIII a Prot.C  fibrinolisis Fibrinogen Fibrin FDP  Fibrin Stabil 6 41
  • 42.
    Pemeriksaan APTT PPP Reagen 0,5 ml cepalin + kaolin 0.1 ml CaCl2. 0,1 ml Sentrif. 0.5 ml 2500g, 10 mnt Inkubasi 3 menit, 37˚ C 72 42
  • 43.
    PPT Pemeriksaan secara elektromagnetik plasma 0,5 ml Masukkan dalam alat 0.05 ml Sentrifus Plat.poor 2500g, plasma 10 mnt Tambahkan Inkubasi 2 reagen 0.1 ml menit , 37˚ C W aktu koagulasi 24 43
  • 44.
    Pemeriksaan secara optik Ambil serum 0,5 ml Masukkan dalam alat 0.1 ml Sentri. 2500g, 10 mnt Inkubasi Tambahkan slm 2 menit reagen 0.2 ml pd suhu 37˚ C LED λ 660 nm 70 44
  • 45.
  • 46.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
    inhibitor Ada beberapa macaminhibitor dalam proses hemostasis : 1. Anti trombin ( AT III / kofaktor heparin) 2. TFPI (tissue factor pathway inhibitor) 3.Protein C ( diaktifkan oleh protein S ) 4. Alfa 2 makroglobulin 49
  • 50.
    Kriteria terkoreksi: (APTT Pasien – APTT Campuran) > ½ (APTT Pasien – APTT Normal ) Contoh: (terkoreksi) APTT kontrol normal:35” APTT Pasien : 60” APTT Campuran : 42” Ini menunjukan koreksi yang baik karena: (60-42) > ½ (60-35) Contoh: ( tidak terkoreksi ) APTT Kontrol normal: 35” APTT Pasien : 60” APTT Campuran : 52” Ini menunjukan tidak terkoreksi karena: (60-52)< ½ (60-35) 50
  • 51.
  • 52.
    Metode mixing test: dilakukan duplo 200µL Plasma Normal 200µL plasma pasien 200µL plasma kontrol periksa hasil APTT Terkoreksi jadi normal/tidak 8 52