IMAN, ISLAM DAN IHSAN 
MAKALAH 
Disusun Guna Memenuhi Tugas 
Mata Kuliah : Tauhid 
Dosen Pengampu : Asro’i 
Disusun oleh : 
Nurul Fadhilah (133711033) 
Febrina Puspa Sugma ( 133711009) 
Ranum saputri (133711018) 
Nurul Jannah (133911041) 
Nurul Fajriyati ( 133911010) 
Zulastri (133911033 ) 
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN 
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO 
SEMARANG 
2014 
1
2 
I. PENDAHULUAN 
Jika agama addin Islam diibaratkan seperti sebatang pohon rambung 
(pohon karet) maka agamapun mempunyai akar, batang, cabang, ranting dan daun. 
Setiap bagianya mempunyai fungsi yang sama pentingnya. Sebatang pohon tidak bisa 
tegak kukuh jika tidak mempunyai akar yang kuat dan terhunjam dalam. Demikian 
pula pohon itu tidak akan tumbuh subur jika tidak berdaun lebat. Proses saling 
menunjang ini jelas terlihat pada pertumbuhan sebatang pohon. Demikin pula halnya 
agama (ad-din). 
Menurut nas ( syara’), agama (ad-din) Islam terdiri atas Iman, Islam dan 
Ihsan. Para ulama berselisih pendapat, apakah Iman, Islam dan Ihsan itu merupakan 
unsur-unsur ad-din ataukah masing-masingnya merupakan nama diri bagi ad-din. 
Maksudnya kata iman dan ihsan itu adalah nama lain bagi Islam. Dengan demikian 
Iman,Islam,Ihsan adalah searti. 
II. RUMUSAN MASALAH 
A. Apa yang dimaksud dengan Iman? 
B. Apa yang dimaksud dengan Islam? 
C. Apa yang dimaksud dengan Ihsan ? 
D. Bagaimana hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan ? 
III. PEMBAHASAN 
A. Iman 
1. Pengertian Iman 
Iman menurut pengertian bahasa Arab ialah at-tashdiqu bil qalbi, 
membenarkan dengan (dalam) hati. Ibnu katsir menunjuk beberapa ayat al-Qur’an 
yang memberi pengertian bahwa iman ialah pengakuan dengan (dalam) hati, 
antara lain, Firman Allah dalam (Qs At taubah : 61) 
…….   
  ……..
“Dia membenarkan Allah dan membenarkan orang-orang mukmin. 
Adapun pengertian iman menurut syara’ adalah : 
3 
القول با للسان, والتصديق بالجنان, والعمل بالاركان 
Mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan 
anggota tubuh. 
Iman menurut batasan syara’ ialah memadukan ucapan dengan pengakuan 
hati dan perilaku. Dengan lain perkataan mengikrarkan dengan lidah akan 
kebenaran Islam, membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin 
dalam perilaku hidup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan. 
Atau dengan ibarat yang lain dapat pula dirumuskan bahwa iman, ialah: 
الاذعان للحق مع الخضوع له 
Artinya : Iman itu ialah tunduk ruh kepada kebenaran serta khudhu’ kepadaNya. 
Tunduk dan khudhu’ ruh kepada yang Haq (Allah). Hati tidak akan tunduk jika 
belum berkumpul: [1] Membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi); [2] 
Mengikrarkan dengan lidah; dan [3] mengamalkannya.1 
Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan 
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang 
didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta 
sunnanh Nabi Muhammah SAW.2 
Adapun menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi sendiri 
dalam salah satu hadis ialah : 
الايمان ان تؤمن بالله و ملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الاخروتؤمن بالقد رخيره وشره 
Artinya : 
Iman ialah engkau percaya kepada Allah,malaikatNya kitabsuciNya para utusan- 
Nya, hari kemudian, dan engkau percaya pada takdir baik dan buruknya.3 
2. Pembagian Iman 
1 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 17-18 
2 Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 12 
3 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.4
Ditinjau dari cara tumbuhnya iman, maka iman dapat dibagi dalam dua 
kategori, yaitu: [1] iman hakiki; [2] iman taqlidi, atau pura-pura (shuri). 
a) Iman hakiki 
Iman hakiki ialah iman yang tumbuh karena kesadaran atas dasar 
pengetahuan. Iman dalam kategori ini adalah iman yang teguh karena 
terhunjam jauh ke dalam lubuk hati. Iman yang seperti inilah yang 
dimaksud sebagai kebajikan dan pangkal kebaktian yang kerap kali 
tersebut di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah : 177 
     
   
   
   
  
  
 …… 
“ Kebajikan bukanlah dengan kamu menghadapkan mukamu ke timur 
dan ke barat. Akan tetapi yang dimaksud dengan kebajikan, ialah beriman 
akan Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab suci, dan nabi-nabi.” 
Di dalam ayat yang tersebut diatas Tuhan menerangkan bahwa 
beriman akan Allah dan seterusnya itu adalah pangkal kebajikan. Akan tetapi 
dia baru menjadi sendi dan asas kebajikan jika dia tertanam kukuh di dalam 
hati yang disertai oleh taat dan khudlu’. Ucapan lidah semata walaupun 
disertai oleh sanjungan dan pujian bahwa islam adalah agama yang paling 
tinggi, hafal sifat dua puluh bahkan menghafal luar kepala isi kitab Ummu al- 
Barahin, atau Syarah Sanusi dan sebagainya, belumlah menjadi pangkal 
kebaktian jika tidak disertai oleh keyakinan teguh dalam hati. 
Iman yang dituntut harus dimiliki ialah iman yang hakiki yang mampu : 
1. Makrifah yang benar, yang mampu mempengaruhi akal, taat dan patuh 
yang melahirkan rasa cinta akan Allah dan Rasul-Nya lebih dari pada yang 
4
lain. Atau dengan kata lain, iman yang dapat mendahulukan perintah Allah 
dan Rasul-Nya atas segala perintah yang lain. 
2. Makrifah yang dapat menenangkan jiwa dan menghapus segala macam 
waswas dan keraguan; dugaan tidak berdasar dan bimbang, kecemasan dan 
kesedihan, serta angkuh ketika beroleh nikmat dan berputus asa ketika ditimpa 
bencana. 
3. Dapat mencegah berbuat buruk atau jahat. Jika sesekali terpedaya 
bersegera memohon ampunan dan bertobat 
4. Dapat menggerakkan kepada membela agama lebih daripada untuk 
memperjuangkan kepentingan diri. 
Tegasnya, iman hakiki mampu menguasai jiwa, mengandalikan bahwa 
nafsu angkara murka, sehingga menjadi sumber kekuatan untuk melahirkan 
amal perbuatan bajik yang menjadi amal saleh baginya. Iman yang benar dan 
hakiki, ialah dengan cara mengenai agama dengan mempengaruhi akal, yang 
memberi bekas pada diri, menjadi hakim atau kemauan sendiri. 
5 
b) iman taqlidi 
Adapun iman taqlidi atau iman ikut-ikutan yang beriman karena 
lingkungan tidak akan mampu menjadi motor pendorong untuk 
melahirkan sikap dan tindakan seperti yang dituntut oleh iman hakiki 
sebagaimana terlihat dalam firman Allah: 
    
   
     
     
   
“Dan apabila mereka diajak kepada (mengambil hukum) Allah dan (Sunnah) 
Rasul-Nya untuk memutuskan perkara mereka (jika mereka dipihak yang 
salah) maka tiba-tiba mereka menolaknya. Akan tetapi jika putusan itu
menguntungkan mereka, maka mereka pun mau diajak dan mematuhinya. 
(Q.S. an-Nur : 48-49) 
6 
B. Islam 
1. Pengertian Islam 
Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang 
berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, 
yuslimu, islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa, 
dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk,patuh, dan taat.4 
Sedangkan secara terminologi Islam adalah agama Allah yang diturunkan 
kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusanya yang terakhir yang 
mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran 
lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan 
kepatuhan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan melaksanakan 
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.5 
Kata Islam menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi 
Muhammad sendiri dalam hadisnya : 
الاسلام ان تشهد ان لا اله الا الله و ان محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتى الزكاة 
وتصوم رمضان وتحج البيت ان استطعت اليه سبيلا 
Artinya : Islam adalah engkau mengakui bahwasanya tiada Tuhan selain Allah 
dan bahwasanya Nabi Muhammad itu adalah utusan Alloh,engkau mendirikan 
shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan melakukan haji 
jika mampu. 
4 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Rosda, 2006), hlm. 91 
5 Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011) hlm.22
Dari hadis ini asal mula ajaran tentang rukun Islam yaitu : syahadat, shalat, 
zakat, puasa, dan haji.6 
2. Islam sebagai Pedoman Hidup 
Manusia diciptakan Allah didunia ini berfungsi sebagai khalifahnya untuk 
memakmurkan bumi, memberdayakan alam raya, membangun peradaban, 
ketertiban dan ketentraman hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam 
firmanya (QS. Al-Baqarah :30) 
   
   
    
“Dan ( ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: 
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." 
Fungsi kekhalifan ini harus dilaksanakan oleh setiap insan dengan 
semestinya dalam rangka menegakkan pengabdian kepada Allah (beribadah) 
sebagai satu-satunya tugas hidup manusia. Firman Allah dalam (Qs. Az- 
Zariyat : 56) 
     
  
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka 
mengabdi kepada-Ku.” 
Agar manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugas kehidupanaya dengan 
baik dan tepat, maka Allah SWT menurunkan undang-undang, aturan, dan 
ketentuanNya yaitu Dinul islam yang bersumber dari Alqur’an dan Sunah 
Nabi Muhammad SAW. Dengan berpedoman pada ajaran Islam, manusia 
dapat menjalankan fungsi dan tugas pengabdiannya kepada Allah dengan 
sebaik-baiknya. 
Islam sebagaimana dikemukakan di atas, adalah agama yang memiliki 
ajaran luhur . Apabila ajaran-ajaran Islam diketahui dan diamalkan setiap 
orang yang menyakininya, maka ia akan merasa aman dan damai dalam 
6 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.3 
7
hidupnya. Islam adalah agama yang berisi ajaran lengkap (holistic), 
menyeluruh (comprehensive) dan sempurna (kamil). Dikatakan sebagai agama 
yang menyeluruh lengkap karena ajaranya mencakup segala dimensi 
kehidupan manusia, dimensi spiritual yaitu tata cara peribadatan (hubungan 
manusia dengan Allah), dimensi sosial, ekonomi, pendidikan, dan dimensi-dimensi 
8 
lain. 
Islam adalah jalan hidup (way of life ) yang mengantarkan seseorang yang 
mengikuti petunjuknya dengan baik dan benar untuk mencapai kebahagiaan 
hakiki, ketenangan, dan ketentraman hidup didunia serta mendapatkan 
kenikmatan surge abadi di akhirat kelak .7 
3. Aspek-Aspek Ajaran Islam 
Secara garis besar aspek ajaran Islam terdiri atas 3 hal yaitu : 
a. Akidah 
Akidah secara bahasa dapat dipahami sebagai ikatan, simpul, perjanjian 
yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna 
dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang 
kuat untuk menerima dan mengakui adanya sang pencipta yang mengatur 
dan menguasai dirinya yaitu Allah SWT. Selain itu akidah juga 
mengandung cakupan keyakinan terhadap yang ghaib, seperti malaikat, 
surga neraka dan sebagainya.8 
b. Syari’ah 
Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi 
oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupanya baik dalam 
kaitanya dengan hubungan antara manusia dan Allah SWT, hubungan 
antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan 
alam sekitarnya. 
Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongrit, tetapi juga 
satu kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan Muslim. 
Sementara fiqih mencakup hukum-hukum syariat secara spesifik, tetapi 
7 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 4-7 
8 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 10
syariat itu sendiri mencakup ajaran-ajaran etika dan spiritual yang tidak 
bersifat hukum secara khusus walaupun hukum itu tidak pernah terpisah 
dari moral Islam. 
Ruang lingkup syari’at secara umum dapat dikategorikan kedalam dua 
aspek, yaitu aspek ibadah dan aspek muamalah.9 
9 
c. Akhlaq 
Akhlaq merupakan refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan 
akidah dan syariat. Kata akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak 
dari kata khulukun yang berarti budi pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah 
laku, atau sistem perilaku yang dibuat. 
Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang 
menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang baik dan tercela, 
baik itu berupa perkataan maupun manusia, lahir dan batin.10 
4. Pembagian Islam 
Seperti halnya iman, Islam juga terbagi menjadi dua : 
1) Islam taqlidi (Syuri) 
Islam taqlidi (pura-pura) adalah Islam yang tidak didukung oleh 
kepercayaan atau akuan hati. Islam pura-pura ialah lahirnya saja yang Islam 
akan tetapi batinya tidak. Orang yang seperti ini sesungguhnya orang 
munafik. Islam taqlidi atau yang disebut juga Islam ‘urfi ialah Islamnya 
karena keturunan, dan ikut-ikutan tanpa mengetahui atau mengenal arti 
Islam. 
2) Islam Hakiki 
Islam hakiki ialah yang mampu menjernihkan diri, mengheningkan 
ruhnya, membersihkan akal dari segala rupa kepercayan yang salah, 
khurafat dan bid’ah, memperbaiki jiwa dengan kemauan meluruskan cita-cita 
dalam segala amalan dan mengikhlaskan niat terhadap Allah. 11 
C. Ihsan 
9 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 22 
10 Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 96 
11 Muhammad Hasbi, AL-Islam 1 (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 31-32
10 
1. Pengertian Ihsan 
Secara etimologi Ihsan berasal dari kata احسن- يحسن - احسانا yang berarti 
berbuat baik. Sedangkan menurut Ar-Raghib al-Isfahani dalam al-mufradat 
nya, bahwa ihsan arti bahasa arab mempunyai dua makna : [1] memmberikan 
nikmat atau berbuat bijak keapada orang lain; [2] menguasai dengan baik 
suatu perbuatan.12 
Ihsan secara terminologi berarti : Kesadaran yang sedalam-dalamnya 
bahwa Alloh senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun berada. 
Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi 
manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku, bertindak menjalankan 
sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak 
setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.13 
Ihsan dalam arti luas sama dengan dinul islam yang garis besarnnya terdiri 
dari akidah dan ibadah dalam arti yang luas. Maksud dari ihsan yaitu : 
 An ta’budal laha, engkau beribadah kepada Allah dalam arti luas. 
 Ka-annaka tara-hu, fa-in lam takun tara hu fainma hu yara ka, seolah-olah 
engkau melihat Dia, apabila engkau tidak melihat-Nya namun Dia melihatmu 
(akidah). 
Ihsan merupakan keindahan moral dan moral yang indah. Bentuk keindahan 
tertinggi di dunia ini adalah keindahan jiwa manusia, yang terkait dengan 
masalah ihsan, suatu istilah yang bermakna keindahan, kebaikan, dan moral 
sekaligus. Memiliki sifat ihsan berarti memiliki sifat kedermawanan dan cinta 
serta hidup dalam keadaan damai di jiwa. Dalam Q.s Al-tin 95: 4) 
    
   
Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang 
sebaik-baiknya. 
12 Muhammad Hasbi, AL-Islam 1) hlm 24 
13 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Rosda, 2006), hlm. 153
Kata yang digunakan untuk arti “sebaik-baiknya” dalam ayat tersebut 
adalah ahsan, yang berasal dari akar kata sama dengan ihsan yang juga 
bermakna keindahan. Menghiasi jiwa dengan keindahan atau ihsan melalui 
amal-amal spiritual berarti memenuhi pangilan keindahan jiwa seseorang 
kepada sang Pencipta. Firman Allah dalam Q.S Al- Mu’minun (23) 
    
   
     
    
11 
  
Artinya : “Pencipta yang paling baik dan paling bagus” 
Bahkan ayat Al-Quran Q.s Al rahman 55: 60. 
    
  
Artinya : tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). 
Tujuan kehidupan manusia adalah memperindah jiwa melalui kebaikan dan 
moral serta perbuatannya sebagai persembahan yang berharga kepada Tuhan, Yang 
Maha indah. Mereka memiliki ihsan berfikir melalui ihsan dan bertindak serta 
berbuat dengan ihsan. Pikiran mereka didasarkan pada kebenaran. 
Ihsan adalah mencintai tuhan dan mencintai makhluk-Nya karena Tuhan. Ihsan 
adalah menyelam dalam keindahan yang membebaskan kita dari dari batasan-batasan 
eksistensi keduniawian yang pada akhirnya akan menenggelamkan kita 
pada samudra ketidakterbatasan Tuhan. 
Merealisasikan ihsan berarti harus menyembah Tuhan seolah-olah kita melihat- 
Nya dan kalau kita tidak melihat-Nya maka percaya bahwa Dia pasti melihat kita. 
Yang pada akhirnya ihsan akan membuat hidup dalam keintman dengan tuhan,
kondisi yang rahmat Tuhan dirasa begitu dekat dengan kita. Orang yang 
merealisasikan ihsan sangat sadar akan pentingnya rahmat dan ridla dalam alam 
spiritual Islam, mereka akan mampu melihat ayat-ayat yang tertulis dalam ‘Arasy 
Tuhan.14 
D. Hubungan Iman, Islam dan Ihsan 
Iman, Islam, dan Ihsan ialah ibarat ruh dengan tubuh. Jika iman 
ditamsilkan sebagai watak (ghara-iz), dan Islam sebagai tubuh (jawarih), maka 
Ihsan ialah ruh yang mendinamiskan ghara-iz dan menggerakkan jawarih. 
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu 
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan 
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. 
Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya 
pendekatan diri kepada Allah. 
Iman, Islam dan Ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana 
dalam hadits Nabi SAW menurut riwayat muslim yang disampaikan dari Umar 
bin Khatab : 
بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه و سلم : ذا يوم اذ طلع علينا رجل شديد البياض شديد 
سواد الشعر لايرى عليه اثر السفر ولا يعرفه منا احد حتى جلس الى النبي صلى الله عليه و 
سلم فاسند ركبتيه الى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه , و قال : يا محمد اخبرني عن 
الاسلام. فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : الاسلام ان تشهد ان لا اله الا الله , و ان 
محمدا رسول الله, وتقيم الصلاة, و تؤتي الزكاة, وتصوم رمضا ن, وتحج البيت ان استطعت 
اليه سبيلا. قال: صدقت. فعجبنا له يسا له و يصدقه . قال : فاخبرني عن الايمان. قل ان 
تؤمن با لله وملائكته الاي وكتبه ورسله واليوم الاخر, وتؤمن بالقد رخيره وشره .قال : 
فاخبرني عن الاحسا ن. قال ان تعبد الله كانك تراه., فان لم تكن تراه فانه يراك , قال : 
فاخبرني عن الساعة . قال : ما المسئول باعلم من السائل . قال: فاخبرني عن امارتها , قال 
: ان تلد الامة ربتها , وان ترى الحفاة العراة العالة رعاءالشاء يتطاولون فى البنيان. ثم 
انطلق , فلبثت مليا. ثم قال لى : يا عمر , اتدري منالسائلل؟ قلت الله و رسول الله اعلم .قال 
فانه جبريل اتاكم يعلمكم دينكم . رواه مسلم 
14 Seyyed Hossein Nasr. The heart of Islam. (Bandung: Mizan: 2003). Halaman 282-283. 
12
Artinya : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam 
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang 
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas 
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. 
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya 
kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ 
Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah 
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada 
ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah 
utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan 
pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua 
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya 
lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman 
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari 
akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, 
kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan 
aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah 
kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka 
Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari 
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu 
dari yang bertanya " . Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, 
beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau 
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, 
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu 
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi 
wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ 
Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril 
yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat 
Muslim)15 
15 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 11-13 
13
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling 
berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan 
Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang 
mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah 
yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam 
istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan 
seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala 
kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, 
dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi. 
Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam 
sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman 
tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, 
kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi 
dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam 
ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan 
hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan 
dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas 
manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt. 
14 
IV. KESIMPULAN 
Iman adalah suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan 
lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas 
dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta sunnanh Nabi Muhammah SAW. 
Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai 
utusanya yang terkhir yang mengemban misi keselamatan dunia akhirat, 
kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan 
cara menunjukkan kepatuhan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan 
melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ihsan adalah 
Kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Alloh senantiasa hadir atau bersama 
manusia dimanapun berada. Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Alloh 
selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku, bertindak
menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak 
setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja. 
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu 
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan 
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan 
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri 
kepada Allah. 
15 
V. PENUTUP 
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kesalahan baik dalam 
penulisan ataupun dalam materi kami pribadi mohon maaf. Kami sangat 
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun agar 
dalam penulisan makalah untuk ke depanya bisa lebih baik lagi. Semoga bermanfaat. 
Sekian dan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA 
Masyfuk, Zuhdi. Studi Islam Jilid 1 : Akidah . Jakarta : Penerbit CV Rajawali. 1998. 
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Bandung: Rosda. 2006. 
Nasr, Seyyed Hossein. The heart of Islam. Bandung: Mizan. 2003. 
Mahfud, Rois. Al Islam. Jakarta : Erlangga, 2011 
Hasbi, Muhammad Ash-Shiddieqy. Al-Islam 1. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra. 2001 
Nata, Abudin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta : Prenada Media Group. 2011 
16

iman islam ihsan

  • 1.
    IMAN, ISLAM DANIHSAN MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Tauhid Dosen Pengampu : Asro’i Disusun oleh : Nurul Fadhilah (133711033) Febrina Puspa Sugma ( 133711009) Ranum saputri (133711018) Nurul Jannah (133911041) Nurul Fajriyati ( 133911010) Zulastri (133911033 ) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2014 1
  • 2.
    2 I. PENDAHULUAN Jika agama addin Islam diibaratkan seperti sebatang pohon rambung (pohon karet) maka agamapun mempunyai akar, batang, cabang, ranting dan daun. Setiap bagianya mempunyai fungsi yang sama pentingnya. Sebatang pohon tidak bisa tegak kukuh jika tidak mempunyai akar yang kuat dan terhunjam dalam. Demikian pula pohon itu tidak akan tumbuh subur jika tidak berdaun lebat. Proses saling menunjang ini jelas terlihat pada pertumbuhan sebatang pohon. Demikin pula halnya agama (ad-din). Menurut nas ( syara’), agama (ad-din) Islam terdiri atas Iman, Islam dan Ihsan. Para ulama berselisih pendapat, apakah Iman, Islam dan Ihsan itu merupakan unsur-unsur ad-din ataukah masing-masingnya merupakan nama diri bagi ad-din. Maksudnya kata iman dan ihsan itu adalah nama lain bagi Islam. Dengan demikian Iman,Islam,Ihsan adalah searti. II. RUMUSAN MASALAH A. Apa yang dimaksud dengan Iman? B. Apa yang dimaksud dengan Islam? C. Apa yang dimaksud dengan Ihsan ? D. Bagaimana hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan ? III. PEMBAHASAN A. Iman 1. Pengertian Iman Iman menurut pengertian bahasa Arab ialah at-tashdiqu bil qalbi, membenarkan dengan (dalam) hati. Ibnu katsir menunjuk beberapa ayat al-Qur’an yang memberi pengertian bahwa iman ialah pengakuan dengan (dalam) hati, antara lain, Firman Allah dalam (Qs At taubah : 61) …….     ……..
  • 3.
    “Dia membenarkan Allahdan membenarkan orang-orang mukmin. Adapun pengertian iman menurut syara’ adalah : 3 القول با للسان, والتصديق بالجنان, والعمل بالاركان Mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota tubuh. Iman menurut batasan syara’ ialah memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan perilaku. Dengan lain perkataan mengikrarkan dengan lidah akan kebenaran Islam, membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin dalam perilaku hidup sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan. Atau dengan ibarat yang lain dapat pula dirumuskan bahwa iman, ialah: الاذعان للحق مع الخضوع له Artinya : Iman itu ialah tunduk ruh kepada kebenaran serta khudhu’ kepadaNya. Tunduk dan khudhu’ ruh kepada yang Haq (Allah). Hati tidak akan tunduk jika belum berkumpul: [1] Membenarkan dengan hati (tashdiq qalbi); [2] Mengikrarkan dengan lidah; dan [3] mengamalkannya.1 Iman secara umum dipahami sebagai suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta sunnanh Nabi Muhammah SAW.2 Adapun menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi sendiri dalam salah satu hadis ialah : الايمان ان تؤمن بالله و ملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الاخروتؤمن بالقد رخيره وشره Artinya : Iman ialah engkau percaya kepada Allah,malaikatNya kitabsuciNya para utusan- Nya, hari kemudian, dan engkau percaya pada takdir baik dan buruknya.3 2. Pembagian Iman 1 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 17-18 2 Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 12 3 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.4
  • 4.
    Ditinjau dari caratumbuhnya iman, maka iman dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: [1] iman hakiki; [2] iman taqlidi, atau pura-pura (shuri). a) Iman hakiki Iman hakiki ialah iman yang tumbuh karena kesadaran atas dasar pengetahuan. Iman dalam kategori ini adalah iman yang teguh karena terhunjam jauh ke dalam lubuk hati. Iman yang seperti inilah yang dimaksud sebagai kebajikan dan pangkal kebaktian yang kerap kali tersebut di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah : 177                    …… “ Kebajikan bukanlah dengan kamu menghadapkan mukamu ke timur dan ke barat. Akan tetapi yang dimaksud dengan kebajikan, ialah beriman akan Allah, hari akhir, malaikat, kitab-kitab suci, dan nabi-nabi.” Di dalam ayat yang tersebut diatas Tuhan menerangkan bahwa beriman akan Allah dan seterusnya itu adalah pangkal kebajikan. Akan tetapi dia baru menjadi sendi dan asas kebajikan jika dia tertanam kukuh di dalam hati yang disertai oleh taat dan khudlu’. Ucapan lidah semata walaupun disertai oleh sanjungan dan pujian bahwa islam adalah agama yang paling tinggi, hafal sifat dua puluh bahkan menghafal luar kepala isi kitab Ummu al- Barahin, atau Syarah Sanusi dan sebagainya, belumlah menjadi pangkal kebaktian jika tidak disertai oleh keyakinan teguh dalam hati. Iman yang dituntut harus dimiliki ialah iman yang hakiki yang mampu : 1. Makrifah yang benar, yang mampu mempengaruhi akal, taat dan patuh yang melahirkan rasa cinta akan Allah dan Rasul-Nya lebih dari pada yang 4
  • 5.
    lain. Atau dengankata lain, iman yang dapat mendahulukan perintah Allah dan Rasul-Nya atas segala perintah yang lain. 2. Makrifah yang dapat menenangkan jiwa dan menghapus segala macam waswas dan keraguan; dugaan tidak berdasar dan bimbang, kecemasan dan kesedihan, serta angkuh ketika beroleh nikmat dan berputus asa ketika ditimpa bencana. 3. Dapat mencegah berbuat buruk atau jahat. Jika sesekali terpedaya bersegera memohon ampunan dan bertobat 4. Dapat menggerakkan kepada membela agama lebih daripada untuk memperjuangkan kepentingan diri. Tegasnya, iman hakiki mampu menguasai jiwa, mengandalikan bahwa nafsu angkara murka, sehingga menjadi sumber kekuatan untuk melahirkan amal perbuatan bajik yang menjadi amal saleh baginya. Iman yang benar dan hakiki, ialah dengan cara mengenai agama dengan mempengaruhi akal, yang memberi bekas pada diri, menjadi hakim atau kemauan sendiri. 5 b) iman taqlidi Adapun iman taqlidi atau iman ikut-ikutan yang beriman karena lingkungan tidak akan mampu menjadi motor pendorong untuk melahirkan sikap dan tindakan seperti yang dituntut oleh iman hakiki sebagaimana terlihat dalam firman Allah:                     “Dan apabila mereka diajak kepada (mengambil hukum) Allah dan (Sunnah) Rasul-Nya untuk memutuskan perkara mereka (jika mereka dipihak yang salah) maka tiba-tiba mereka menolaknya. Akan tetapi jika putusan itu
  • 6.
    menguntungkan mereka, makamereka pun mau diajak dan mematuhinya. (Q.S. an-Nur : 48-49) 6 B. Islam 1. Pengertian Islam Menurut etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa, dan berarti juga menyerahkan diri, tunduk,patuh, dan taat.4 Sedangkan secara terminologi Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusanya yang terakhir yang mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.5 Kata Islam menurut pengertian agama telah dirumuskan oleh Nabi Muhammad sendiri dalam hadisnya : الاسلام ان تشهد ان لا اله الا الله و ان محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتى الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت ان استطعت اليه سبيلا Artinya : Islam adalah engkau mengakui bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Nabi Muhammad itu adalah utusan Alloh,engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan melakukan haji jika mampu. 4 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Rosda, 2006), hlm. 91 5 Abudin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011) hlm.22
  • 7.
    Dari hadis iniasal mula ajaran tentang rukun Islam yaitu : syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji.6 2. Islam sebagai Pedoman Hidup Manusia diciptakan Allah didunia ini berfungsi sebagai khalifahnya untuk memakmurkan bumi, memberdayakan alam raya, membangun peradaban, ketertiban dan ketentraman hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firmanya (QS. Al-Baqarah :30)           “Dan ( ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Fungsi kekhalifan ini harus dilaksanakan oleh setiap insan dengan semestinya dalam rangka menegakkan pengabdian kepada Allah (beribadah) sebagai satu-satunya tugas hidup manusia. Firman Allah dalam (Qs. Az- Zariyat : 56)        “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Agar manusia dapat melaksanakan fungsi dan tugas kehidupanaya dengan baik dan tepat, maka Allah SWT menurunkan undang-undang, aturan, dan ketentuanNya yaitu Dinul islam yang bersumber dari Alqur’an dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Dengan berpedoman pada ajaran Islam, manusia dapat menjalankan fungsi dan tugas pengabdiannya kepada Allah dengan sebaik-baiknya. Islam sebagaimana dikemukakan di atas, adalah agama yang memiliki ajaran luhur . Apabila ajaran-ajaran Islam diketahui dan diamalkan setiap orang yang menyakininya, maka ia akan merasa aman dan damai dalam 6 Masyfuk Zuhdi, Studi Islam Jilid 1 : Akidah (Jakarta : Penerbit CV Rajawali 1998)hlm.3 7
  • 8.
    hidupnya. Islam adalahagama yang berisi ajaran lengkap (holistic), menyeluruh (comprehensive) dan sempurna (kamil). Dikatakan sebagai agama yang menyeluruh lengkap karena ajaranya mencakup segala dimensi kehidupan manusia, dimensi spiritual yaitu tata cara peribadatan (hubungan manusia dengan Allah), dimensi sosial, ekonomi, pendidikan, dan dimensi-dimensi 8 lain. Islam adalah jalan hidup (way of life ) yang mengantarkan seseorang yang mengikuti petunjuknya dengan baik dan benar untuk mencapai kebahagiaan hakiki, ketenangan, dan ketentraman hidup didunia serta mendapatkan kenikmatan surge abadi di akhirat kelak .7 3. Aspek-Aspek Ajaran Islam Secara garis besar aspek ajaran Islam terdiri atas 3 hal yaitu : a. Akidah Akidah secara bahasa dapat dipahami sebagai ikatan, simpul, perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya sang pencipta yang mengatur dan menguasai dirinya yaitu Allah SWT. Selain itu akidah juga mengandung cakupan keyakinan terhadap yang ghaib, seperti malaikat, surga neraka dan sebagainya.8 b. Syari’ah Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupanya baik dalam kaitanya dengan hubungan antara manusia dan Allah SWT, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Syariat tidak hanya satu hukum positif yang kongrit, tetapi juga satu kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan Muslim. Sementara fiqih mencakup hukum-hukum syariat secara spesifik, tetapi 7 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 4-7 8 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 10
  • 9.
    syariat itu sendirimencakup ajaran-ajaran etika dan spiritual yang tidak bersifat hukum secara khusus walaupun hukum itu tidak pernah terpisah dari moral Islam. Ruang lingkup syari’at secara umum dapat dikategorikan kedalam dua aspek, yaitu aspek ibadah dan aspek muamalah.9 9 c. Akhlaq Akhlaq merupakan refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan akidah dan syariat. Kata akhlak secara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata khulukun yang berarti budi pekerti, perangai, tabiat, adat, tingkah laku, atau sistem perilaku yang dibuat. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang baik dan tercela, baik itu berupa perkataan maupun manusia, lahir dan batin.10 4. Pembagian Islam Seperti halnya iman, Islam juga terbagi menjadi dua : 1) Islam taqlidi (Syuri) Islam taqlidi (pura-pura) adalah Islam yang tidak didukung oleh kepercayaan atau akuan hati. Islam pura-pura ialah lahirnya saja yang Islam akan tetapi batinya tidak. Orang yang seperti ini sesungguhnya orang munafik. Islam taqlidi atau yang disebut juga Islam ‘urfi ialah Islamnya karena keturunan, dan ikut-ikutan tanpa mengetahui atau mengenal arti Islam. 2) Islam Hakiki Islam hakiki ialah yang mampu menjernihkan diri, mengheningkan ruhnya, membersihkan akal dari segala rupa kepercayan yang salah, khurafat dan bid’ah, memperbaiki jiwa dengan kemauan meluruskan cita-cita dalam segala amalan dan mengikhlaskan niat terhadap Allah. 11 C. Ihsan 9 Rois Mahfud , Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 22 10 Rois Mahfud, Al Islam, (Jakarta : Erlangga, 2011), hlm. 96 11 Muhammad Hasbi, AL-Islam 1 (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 31-32
  • 10.
    10 1. PengertianIhsan Secara etimologi Ihsan berasal dari kata احسن- يحسن - احسانا yang berarti berbuat baik. Sedangkan menurut Ar-Raghib al-Isfahani dalam al-mufradat nya, bahwa ihsan arti bahasa arab mempunyai dua makna : [1] memmberikan nikmat atau berbuat bijak keapada orang lain; [2] menguasai dengan baik suatu perbuatan.12 Ihsan secara terminologi berarti : Kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Alloh senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun berada. Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Allah selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku, bertindak menjalankan sesuatu dengan sebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja.13 Ihsan dalam arti luas sama dengan dinul islam yang garis besarnnya terdiri dari akidah dan ibadah dalam arti yang luas. Maksud dari ihsan yaitu :  An ta’budal laha, engkau beribadah kepada Allah dalam arti luas.  Ka-annaka tara-hu, fa-in lam takun tara hu fainma hu yara ka, seolah-olah engkau melihat Dia, apabila engkau tidak melihat-Nya namun Dia melihatmu (akidah). Ihsan merupakan keindahan moral dan moral yang indah. Bentuk keindahan tertinggi di dunia ini adalah keindahan jiwa manusia, yang terkait dengan masalah ihsan, suatu istilah yang bermakna keindahan, kebaikan, dan moral sekaligus. Memiliki sifat ihsan berarti memiliki sifat kedermawanan dan cinta serta hidup dalam keadaan damai di jiwa. Dalam Q.s Al-tin 95: 4)        Artinya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 12 Muhammad Hasbi, AL-Islam 1) hlm 24 13 Muhammad alim, Pendidikan Agama Islam (Bandung: Rosda, 2006), hlm. 153
  • 11.
    Kata yang digunakanuntuk arti “sebaik-baiknya” dalam ayat tersebut adalah ahsan, yang berasal dari akar kata sama dengan ihsan yang juga bermakna keindahan. Menghiasi jiwa dengan keindahan atau ihsan melalui amal-amal spiritual berarti memenuhi pangilan keindahan jiwa seseorang kepada sang Pencipta. Firman Allah dalam Q.S Al- Mu’minun (23)                 11   Artinya : “Pencipta yang paling baik dan paling bagus” Bahkan ayat Al-Quran Q.s Al rahman 55: 60.       Artinya : tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). Tujuan kehidupan manusia adalah memperindah jiwa melalui kebaikan dan moral serta perbuatannya sebagai persembahan yang berharga kepada Tuhan, Yang Maha indah. Mereka memiliki ihsan berfikir melalui ihsan dan bertindak serta berbuat dengan ihsan. Pikiran mereka didasarkan pada kebenaran. Ihsan adalah mencintai tuhan dan mencintai makhluk-Nya karena Tuhan. Ihsan adalah menyelam dalam keindahan yang membebaskan kita dari dari batasan-batasan eksistensi keduniawian yang pada akhirnya akan menenggelamkan kita pada samudra ketidakterbatasan Tuhan. Merealisasikan ihsan berarti harus menyembah Tuhan seolah-olah kita melihat- Nya dan kalau kita tidak melihat-Nya maka percaya bahwa Dia pasti melihat kita. Yang pada akhirnya ihsan akan membuat hidup dalam keintman dengan tuhan,
  • 12.
    kondisi yang rahmatTuhan dirasa begitu dekat dengan kita. Orang yang merealisasikan ihsan sangat sadar akan pentingnya rahmat dan ridla dalam alam spiritual Islam, mereka akan mampu melihat ayat-ayat yang tertulis dalam ‘Arasy Tuhan.14 D. Hubungan Iman, Islam dan Ihsan Iman, Islam, dan Ihsan ialah ibarat ruh dengan tubuh. Jika iman ditamsilkan sebagai watak (ghara-iz), dan Islam sebagai tubuh (jawarih), maka Ihsan ialah ruh yang mendinamiskan ghara-iz dan menggerakkan jawarih. Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. Iman, Islam dan Ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana dalam hadits Nabi SAW menurut riwayat muslim yang disampaikan dari Umar bin Khatab : بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه و سلم : ذا يوم اذ طلع علينا رجل شديد البياض شديد سواد الشعر لايرى عليه اثر السفر ولا يعرفه منا احد حتى جلس الى النبي صلى الله عليه و سلم فاسند ركبتيه الى ركبتيه ووضع كفيه على فخذيه , و قال : يا محمد اخبرني عن الاسلام. فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : الاسلام ان تشهد ان لا اله الا الله , و ان محمدا رسول الله, وتقيم الصلاة, و تؤتي الزكاة, وتصوم رمضا ن, وتحج البيت ان استطعت اليه سبيلا. قال: صدقت. فعجبنا له يسا له و يصدقه . قال : فاخبرني عن الايمان. قل ان تؤمن با لله وملائكته الاي وكتبه ورسله واليوم الاخر, وتؤمن بالقد رخيره وشره .قال : فاخبرني عن الاحسا ن. قال ان تعبد الله كانك تراه., فان لم تكن تراه فانه يراك , قال : فاخبرني عن الساعة . قال : ما المسئول باعلم من السائل . قال: فاخبرني عن امارتها , قال : ان تلد الامة ربتها , وان ترى الحفاة العراة العالة رعاءالشاء يتطاولون فى البنيان. ثم انطلق , فلبثت مليا. ثم قال لى : يا عمر , اتدري منالسائلل؟ قلت الله و رسول الله اعلم .قال فانه جبريل اتاكم يعلمكم دينكم . رواه مسلم 14 Seyyed Hossein Nasr. The heart of Islam. (Bandung: Mizan: 2003). Halaman 282-283. 12
  • 13.
    Artinya : Ketikakami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya " . Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)15 15 Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam (semarang : PT Pustaka Rizki Putra 2001) hlm 11-13 13
  • 14.
    Hadis di atasmengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi. Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt. 14 IV. KESIMPULAN Iman adalah suatu keyakinan yang dibenarkan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal perbuatan yang didasari niat yang tulus dan ikhlas dan selalu mengikuti petunjuk Allah SWT serta sunnanh Nabi Muhammah SAW. Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusanya yang terkhir yang mengemban misi keselamatan dunia akhirat, kesejahteraan dan kemakmuran lahir dan batin bagi seluruh umat manusia dengan cara menunjukkan kepatuhan ketundukan dan kepasrahan kepada Tuhan, dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Ihsan adalah Kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Alloh senantiasa hadir atau bersama manusia dimanapun berada. Bertalian dengan ini, dan karena menginsafi bahwa Alloh selalu mengawasi manusia, maka manusia harus berbuat, berlaku, bertindak
  • 15.
    menjalankan sesuatu dengansebaik mungkin dan penuh rasa tanggung jawab, tidak setengah-setengah dan tidak dengan sikap sekadarnya saja. Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah. 15 V. PENUTUP Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Apabila ada kesalahan baik dalam penulisan ataupun dalam materi kami pribadi mohon maaf. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman yang sifatnya membangun agar dalam penulisan makalah untuk ke depanya bisa lebih baik lagi. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.
  • 16.
    DAFTAR PUSTAKA Masyfuk,Zuhdi. Studi Islam Jilid 1 : Akidah . Jakarta : Penerbit CV Rajawali. 1998. Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam Bandung: Rosda. 2006. Nasr, Seyyed Hossein. The heart of Islam. Bandung: Mizan. 2003. Mahfud, Rois. Al Islam. Jakarta : Erlangga, 2011 Hasbi, Muhammad Ash-Shiddieqy. Al-Islam 1. Semarang : PT Pustaka Rizki Putra. 2001 Nata, Abudin. Studi Islam Komprehensif. Jakarta : Prenada Media Group. 2011 16