20 september 2011




                  TITRASI KOMPLEKSOMETRI

               (REAKSI PEMBENTUKAN KOMPLEKS)




A. Tujuan


          Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta
   mampu menetapkan kadarnya menggunakna prinsip reaksi pembentukan
   kompleks.


B. Dasar Teori


          Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan
   senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah
   satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
   kompleksometri adalah garan dinatrium etilendiamina tetraasetat (EDTA).
   Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan
   perbandingan 1:1, beberapa valensinya:


                         M- - - ( H2Y )=  (MY)= - 2H-
                         M3- - ( H2Y )=  (MY)- + 2H-
                         M4- - ( H2Y )=  (MY) – 2H-


   M adalah kation (logam) dan ( H2Y )= adalah garan dinatrium edetat.
          Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari
   sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH
   tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan
   kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.
Penetapan titk akhir titrasi digunakan indicator logam, yaitu
indicator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam.
Ikatan kompleks antara indicator dan ion logam harus lebih lemah dari
pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indicator
bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indicator.
Indicator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri yaitu:


    a. Hitam eriokrom. Indicator ini peka terhadap perubahan kadar
        logam dan pH larutan. Pada pH 8-10 senyawa ini berwarna biru
        dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu
        sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati,
        demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indicator ini
        dilakukan pada pH 10.
    b. Jingga xilenol. Indicator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana
        asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga
        xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam
        suasana asam.
    c. Biru Hidroksi Naftol. Indicator ini memberikan warna merah
        sampai lembayung pada daerah pH 12-13 dan menjadi biru jernih
        jika terjadi kelebihan edtat.
    d. Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung
        untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks,
        sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan
        titrasi kembali.
C. Alat dan Bahan
    Alat :                               Bahan :
             -   Buret                   - ZnSO4
             -   Statif                  - Larutan EDTA
             -   Erlenmeyer 250ml        - Buffer salmiak
             -   Gelas kimia 100ml       - Indicator EBT
             -   Labu ukur 100ml         - Aquadest.
             -   Pipet volume 10ml
             -   Pipet tetes




D. Prosedur


    1. penentuan Zn sulfat dengan metode langsung
            masukan Zn sulfat           masukan buffer     2-3 tetes
             (+)50 ml aquadst                               indikator
                                                            EBT
                                     Buffer salmiak 2ml




                   Titrasi dengan larutan EDTA 0,05 M
                    Sampai berubah warna dari merah ungu ke biru
                    Atau sampai tidak berwarna
                    Hitung konsentrasi ZnSO4
                    Konsentrasi sampel (M) = V EDTA x N EDTA
                                                 V sampel
E. Data Hasil Praktikum
   1. Pembakuan larutan EDTA


          Berat ZnSO4                Volume EDTA
             100 mg                      9,5




           Rata – rata
      Kadar EDTA =              mg Zn sulfat

                          BM Zn sulfat x V titrasi

      N EDTA =        100        =        100     = 0,037 M
                    287 x 9,5            2726,5


   2. Penetapan kadar Zn2+
        Volume sampel                Volume EDTA
             10 ml                       3,7
             10 ml                       4,1
           Rata – rata                   3,9


      Kadar sampel = N = V EDTA x N EDTA = 3,7 x 0,037 = 0,014 M
                                     V sampel           10
                          = 4,1 x 0,037 = 0,015 M
                                10
      Rata – rata         = 0,014 + 0,015 = 0,014 M
                                 2
F. Pembahasan


           Pada praktikum kali ini, kita mencoba melakukan titrasi
  kompleksometri. Dimana titrasi kompleksometri yaitu salah satu metode
  kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion
  logam.
           Titrasi kompleksometri ini mempunyai 3 macam cara, yaitu secara
  langsung, tidak langsung atau dengan cara subtitusi, karena titrasi ini
  bergantung pada sifat zat yang akan ditentukan.
           Pada percobaan ini mencoba menganalisa suatu sampel dengan
  menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Misalnya :


             ZnEBT + EDTA            ZnEDTA + EBT
             Zn2+ + EBT       ZnEBT
             Zn(OH)2 + 4NH3          [Zn(NH3)4]2+ + 2OH-
             Zn2+ + 2NH3 + 2H2O         Zn(OH)2 + 2NH4+
             Ag+ + 2CN-       Ag(CN)2
             Hg2+ + 2Cl-     HgCl2

           Pertama – tama kita siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
  lalu kita melakukan pembakuan larutan standar sekunder EDTA. Dengan
  menitrasinya. Awalnya kita larutkan Zn sulfat dengan menggunakan
  aquadest 20 ml lalu teteskan sedikit demi sedikit titran EDTA ke dalam
  erlenmeyer yang sudah berisi titran dan sudah diberi beberapa tetes
  indikator EBT dan ditamah dengan larutan buffer salmiak 2ml dengan pH
  10, karena jika pH-nya lebih dari 10 maka akan membuat titrasi tersebut
  gagal. Setelah larutan berubah warna dari merah ungu menjadi biru, titrasi
  dihentikan dan catat volumenya sehingga kita dapat mengetahui kadar dari
  EDTA tersebut.

           Kemudian kita lakukan percobaan ke dua yaitu penetapan kadar
    2+
  Zn . Sama seperti pembakuan larutan EDTA. Kita larutkan terlebih
  dahulu sampel no 118 kedalam labu ukur dengan menggunakan aquadest
sampai tanda batas, lalu kita pipet sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer
dan ditambahkan dengan larutan buffer salmiak 2 ml lalu ditambahkan
indikator EDTA 2-3 tetes kemudian dititrasi sampai warna merah ungu
berubah menjadi biru. Namun sebelum berubah warna menjadi biru,
larutan berubah menjadi tidak berwarna atau bening, maka titik akhir
titrasi yang paling bagus adalah pada saat berubah menjadi bening.

         EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi yang dapat
berkoordinasi dengan ion logam dengan percampuran kedua nitrogen dan
empat gugus kerbksil. Dalam hal – hal lain, EDTA mungkin bersikap
sebagai suatu ligan kuinkedentat atau uadridentat yang mempunyai satu
atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dari logam.
Untuk memudahkan bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y.

         Kelebihan dari EDTA yaitu stabil, mudah larut, dan menujukkan
komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas kompleks dapat diatur
dengan pengendalian pH, misal Mg, Cr, Ca, dan Ba dapat dititrasi pada pH
11; Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti, dan V dapat dititrasi pada pH
4-7. terakhir logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V, dan Th
dapat dititirasi pada pH 1-4. EDTA sebagai natrium, Na2H2Y sendiri
merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut.
Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekivalen
segera tercapai dalam titrasi dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat
digunakan untuk penentuan beberapa logam pada operasi skala semi-
mikro.

         Titrasi   kompleksometri   menggunakan     indikator   yang    juga
bertindak sebagai pengompleks dan kompleks logamnya mempunyai
warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator tersebut
disebut Indikator     Metalokromat. Contohnya: Enriochrome      black    T;
pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol),
PAN, zincon, asam salisilat, metafalein, dan calcein blue.
Keefektifan indikator tergantung pada kestabilannya. Pada harga
  pM di sekitar titik pembelokan kurva, maka separuh dari indikator akan
  terkomplekskan, separuh lagi pada keadaan bebas. Pada keadaan ini
  berlaku pH = log K’ M adalah tetapan kestabilan nyata dari kompleks
  logam indikator.

         Dalam percobaan titrasi kompleksometri kita harus lebih hati –
  hati untuk tidak melakukan kesalahan dalm titrasi, kesalahan tersebut bisa
  berasal dari salah perhitungan buret, kurangnya ketelitian, ketidak tahuan
  dalam titrasi, pembuatan larutan yang salah atau alat yang digunakan
  sudah terkontaminasi oleh zat lain.




G. Kesimpulan


         Dari hasil praktikum kali ini dapat kita simpulkan bahwa titrasi
  kompleksometri yaitu salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan
  reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam. Atau pun titrasi
  kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion – ion kompleks ataupun
  pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan.


         Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator, maka indikator akan
  membentuk kompleks dengan Zn2+ (berwarna merah) kemudian Zn2+
  kompleks akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Namun jika
  semua Zn2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang
  selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik
  akhir titrasi yaitu hilangnya warna merah menjadi bening atau
  terbentuknya warna biru.


         Maka dari percobaan kali ini kita harus sangat hati – hati dalam
  melakukan titrasi, karena titrasi kompleksometri membutuhkan ketelitian
dalam melakukan praktikum. Sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang
   bagus, pada percobaan ini didapatkan hasil dari pembakuan larutan EDTA
   = 0,037 M dan dari penetapan kadar sampel Zn2+ no 118 = 0,014 M




H. Daftar Pustaka


      Depkes RI., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta
      R.A.DAY,JR & A.L. UNDERWOOD (2002) “ Analisis Kimia
      Kuantitatif “ Edisi ke enam, PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga ;
      Jakarta.
      G. Svela. ( 1985 ), “ Vogel 1 Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
      Makro dan Semimikro”. PT Kalman Media Pusaka; Jakarta.
      http://www.scribd.com/doc/39391159/LAPORAN-TITRASI-
      KOMPLEKSOMETRI/juma’at. 23 september 2011. 22:34
      http://www.chem-is
      try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/indikator-
      ion-logam/Sabtu. 24 september 2011. 21:05

Titrasi kompleksometri

  • 1.
    20 september 2011 TITRASI KOMPLEKSOMETRI (REAKSI PEMBENTUKAN KOMPLEKS) A. Tujuan Praktikan mampu mengidentifikasi zat dalam suatu sampel serta mampu menetapkan kadarnya menggunakna prinsip reaksi pembentukan kompleks. B. Dasar Teori Titrasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri adalah garan dinatrium etilendiamina tetraasetat (EDTA). Senyawa ini dengan banyak kation membentuk kompleks dengan perbandingan 1:1, beberapa valensinya: M- - - ( H2Y )=  (MY)= - 2H- M3- - ( H2Y )=  (MY)- + 2H- M4- - ( H2Y )=  (MY) – 2H- M adalah kation (logam) dan ( H2Y )= adalah garan dinatrium edetat. Kestabilan dari senyawa kompleks yang terbentuk tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan, oleh karena itu titrasi dilakukan pada pH tertentu. Pada larutan yang terlalu alkalis perlu diperhitungkan kemungkinan mengendapnya logam hidroksida.
  • 2.
    Penetapan titk akhirtitrasi digunakan indicator logam, yaitu indicator yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indicator dan ion logam harus lebih lemah dari pada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam. Larutan indicator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indicator. Indicator yang banyak digunakan dalam titrasi kompleksometri yaitu: a. Hitam eriokrom. Indicator ini peka terhadap perubahan kadar logam dan pH larutan. Pada pH 8-10 senyawa ini berwarna biru dan kompleksnya berwarna merah anggur. Pada pH 5 senyawa itu sendiri berwarna merah, sehingga titik akhir sukar diamati, demikian juga pada pH 12. Umumnya titrasi dengan indicator ini dilakukan pada pH 10. b. Jingga xilenol. Indicator ini berwarna kuning sitrun dalam suasana asam dan merah dalam suasana alkali. Kompleks logam-jingga xilenol berwarna merah, karena itu digunakan pada titrasi dalam suasana asam. c. Biru Hidroksi Naftol. Indicator ini memberikan warna merah sampai lembayung pada daerah pH 12-13 dan menjadi biru jernih jika terjadi kelebihan edtat. d. Titrasi kompleksometri umumnya dilakukan secara langsung untuk logam yang dengan cepat membentuk senyawa kompleks, sedangkan yang lambat membentuk senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
  • 3.
    C. Alat danBahan Alat : Bahan : - Buret - ZnSO4 - Statif - Larutan EDTA - Erlenmeyer 250ml - Buffer salmiak - Gelas kimia 100ml - Indicator EBT - Labu ukur 100ml - Aquadest. - Pipet volume 10ml - Pipet tetes D. Prosedur 1. penentuan Zn sulfat dengan metode langsung  masukan Zn sulfat masukan buffer 2-3 tetes (+)50 ml aquadst indikator EBT Buffer salmiak 2ml  Titrasi dengan larutan EDTA 0,05 M Sampai berubah warna dari merah ungu ke biru Atau sampai tidak berwarna Hitung konsentrasi ZnSO4 Konsentrasi sampel (M) = V EDTA x N EDTA V sampel
  • 4.
    E. Data HasilPraktikum 1. Pembakuan larutan EDTA Berat ZnSO4 Volume EDTA 100 mg 9,5 Rata – rata Kadar EDTA = mg Zn sulfat BM Zn sulfat x V titrasi N EDTA = 100 = 100 = 0,037 M 287 x 9,5 2726,5 2. Penetapan kadar Zn2+ Volume sampel Volume EDTA 10 ml 3,7 10 ml 4,1 Rata – rata 3,9 Kadar sampel = N = V EDTA x N EDTA = 3,7 x 0,037 = 0,014 M V sampel 10 = 4,1 x 0,037 = 0,015 M 10 Rata – rata = 0,014 + 0,015 = 0,014 M 2
  • 5.
    F. Pembahasan Pada praktikum kali ini, kita mencoba melakukan titrasi kompleksometri. Dimana titrasi kompleksometri yaitu salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam. Titrasi kompleksometri ini mempunyai 3 macam cara, yaitu secara langsung, tidak langsung atau dengan cara subtitusi, karena titrasi ini bergantung pada sifat zat yang akan ditentukan. Pada percobaan ini mencoba menganalisa suatu sampel dengan menggunakan reaksi pembentukkan ion kompleks. Misalnya : ZnEBT + EDTA ZnEDTA + EBT Zn2+ + EBT ZnEBT Zn(OH)2 + 4NH3 [Zn(NH3)4]2+ + 2OH- Zn2+ + 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2 + 2NH4+ Ag+ + 2CN- Ag(CN)2 Hg2+ + 2Cl- HgCl2 Pertama – tama kita siapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu kita melakukan pembakuan larutan standar sekunder EDTA. Dengan menitrasinya. Awalnya kita larutkan Zn sulfat dengan menggunakan aquadest 20 ml lalu teteskan sedikit demi sedikit titran EDTA ke dalam erlenmeyer yang sudah berisi titran dan sudah diberi beberapa tetes indikator EBT dan ditamah dengan larutan buffer salmiak 2ml dengan pH 10, karena jika pH-nya lebih dari 10 maka akan membuat titrasi tersebut gagal. Setelah larutan berubah warna dari merah ungu menjadi biru, titrasi dihentikan dan catat volumenya sehingga kita dapat mengetahui kadar dari EDTA tersebut. Kemudian kita lakukan percobaan ke dua yaitu penetapan kadar 2+ Zn . Sama seperti pembakuan larutan EDTA. Kita larutkan terlebih dahulu sampel no 118 kedalam labu ukur dengan menggunakan aquadest
  • 6.
    sampai tanda batas,lalu kita pipet sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan dengan larutan buffer salmiak 2 ml lalu ditambahkan indikator EDTA 2-3 tetes kemudian dititrasi sampai warna merah ungu berubah menjadi biru. Namun sebelum berubah warna menjadi biru, larutan berubah menjadi tidak berwarna atau bening, maka titik akhir titrasi yang paling bagus adalah pada saat berubah menjadi bening. EDTA merupakan ligan seksidentat yang berpotensi yang dapat berkoordinasi dengan ion logam dengan percampuran kedua nitrogen dan empat gugus kerbksil. Dalam hal – hal lain, EDTA mungkin bersikap sebagai suatu ligan kuinkedentat atau uadridentat yang mempunyai satu atau dua gugus karboksilnya bebas dari interaksi yang kuat dari logam. Untuk memudahkan bentuk asam EDTA bebas sering kali disingkat H4Y. Kelebihan dari EDTA yaitu stabil, mudah larut, dan menujukkan komposisi kimiawi yang tertentu. Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Cr, Ca, dan Ba dapat dititrasi pada pH 11; Mn2+, Fe, Co, Ni, Zn, Cd, Al, Pb, Cu, Ti, dan V dapat dititrasi pada pH 4-7. terakhir logam seperti Hg, Bi, Co, Fe, Cr, Ca, In, Sc, Ti, V, dan Th dapat dititirasi pada pH 1-4. EDTA sebagai natrium, Na2H2Y sendiri merupakan standar primer sehingga tidak perlu distandarisasi lebih lanjut. Kompleks yang mudah larut dalam air ditemukan. Suatu titik ekivalen segera tercapai dalam titrasi dan akhirnya titrasi kompleksometri dapat digunakan untuk penentuan beberapa logam pada operasi skala semi- mikro. Titrasi kompleksometri menggunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator tersebut disebut Indikator Metalokromat. Contohnya: Enriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein, dan calcein blue.
  • 7.
    Keefektifan indikator tergantungpada kestabilannya. Pada harga pM di sekitar titik pembelokan kurva, maka separuh dari indikator akan terkomplekskan, separuh lagi pada keadaan bebas. Pada keadaan ini berlaku pH = log K’ M adalah tetapan kestabilan nyata dari kompleks logam indikator. Dalam percobaan titrasi kompleksometri kita harus lebih hati – hati untuk tidak melakukan kesalahan dalm titrasi, kesalahan tersebut bisa berasal dari salah perhitungan buret, kurangnya ketelitian, ketidak tahuan dalam titrasi, pembuatan larutan yang salah atau alat yang digunakan sudah terkontaminasi oleh zat lain. G. Kesimpulan Dari hasil praktikum kali ini dapat kita simpulkan bahwa titrasi kompleksometri yaitu salah satu metode kuantitatif dengan memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam. Atau pun titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion – ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Jika sebelum titrasi ditambahkan indikator, maka indikator akan membentuk kompleks dengan Zn2+ (berwarna merah) kemudian Zn2+ kompleks akan bereaksi dengan EDTA yang ditambahkan. Namun jika semua Zn2+ sudah bereaksi dengan EDTA maka warna merah akan hilang selanjutnya kelebihan sedikit EDTA akan menyebabkan terjadinya titik akhir titrasi yaitu hilangnya warna merah menjadi bening atau terbentuknya warna biru. Maka dari percobaan kali ini kita harus sangat hati – hati dalam melakukan titrasi, karena titrasi kompleksometri membutuhkan ketelitian
  • 8.
    dalam melakukan praktikum.Sehingga kita bisa mendapatkan hasil yang bagus, pada percobaan ini didapatkan hasil dari pembakuan larutan EDTA = 0,037 M dan dari penetapan kadar sampel Zn2+ no 118 = 0,014 M H. Daftar Pustaka Depkes RI., 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta R.A.DAY,JR & A.L. UNDERWOOD (2002) “ Analisis Kimia Kuantitatif “ Edisi ke enam, PT. Gelora Aksara Pratama, Erlangga ; Jakarta. G. Svela. ( 1985 ), “ Vogel 1 Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”. PT Kalman Media Pusaka; Jakarta. http://www.scribd.com/doc/39391159/LAPORAN-TITRASI- KOMPLEKSOMETRI/juma’at. 23 september 2011. 22:34 http://www.chem-is try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kompleksometri/indikator- ion-logam/Sabtu. 24 september 2011. 21:05