Modul 05: Transistor
Penguat Common-Emitter
Reza Rendian Septiawan
April 2, 2015
Transistor merupakan komponen elektronik yang
tergolong kedalam komponen aktif. Transis-
tor banyak digunakan sebagai komponen dasar
penyusun rangkaian atau komponen terintegrasi
aktif lainnya. Terdapat banyak jenis transistor,
namun secara garis besar transistor dapat dikelom-
pokkan kedalam dua keluarga besar, yaitu keluarga
bi-junction transistor (BJT) dan keluarga field-
effect transistor (FET). Dalam praktikum kali ini
kita akan menggunakan transistor dari keluarga
BJT.
1 Teori Singkat
1.1 Karakteristik Bi-junction Tran-
sistor
BJT, sesuai namanya, merupakan transistor yang
terdiri dari dua sambungan p-n dioda. BJT dapat
berupa transistor tipe npn dan transistor tipe pnp.
Transistor memiliki tiga buah kaki, yaitu kaki Base,
Collector, dan kaki Emitter.
Prinsip kerja dari transistor secara simpel
adalah, dengan adanya arus yang mengalir dari
kaki Base ke Emitter (atau dari Emitter ke Base
pada transistor pnp), maka arus yang lebih besar
akan mengalir dari kaki Collector ke Emitter (atau
sebaliknya pada transistor pnp). Untuk keseder-
hanaan penjelasan, maka secara default yang diba-
has adalah transitor tipe npn. Untuk dapat bek-
erja, pada transistor tipe npn sambungan BE
diberikan tegangan panjar maju dan sambungan
BC diberikan tegangan panjar mundur. Arus yang
melewati transistor memenuhi persamaan arus to-
tal transistor sebagai berikut:
IE = IC + IB (1)
Gambar 1: Struktur dari BJT tipe npn dan pnp
(diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir-
cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan
David Buchla).
Gambar 2: Simbol dari BJT tipe npn dan pnp (di-
ambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits,
2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David
Buchla).
1
Modul 05: Transistor halaman 2
dengan
IC = βDCIB (2)
Namun karena IB IC, maka kita dapat
mengasumsikan bahwa IE
∼= IC. Asumsi terse-
but sangat berguna dalam melakukan analisis ter-
hadap rangkaian transistor. Karena sambungan
BE merupakan sambungan pn biasa seperti pada
dioda, maka terdapat perbedaan tegangan antara
kaki Base dengan Emitter sebesar VBE = 0.7 V .
Rangkaian bias paling sederhana untuk transistor
dapat dilihat pada Gambar 3:
Gambar 3: Rangkaian bias pada transistor npn (di-
ambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits,
2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David
Buchla).
Tegangan pada kaki Collector dapat dihitung
dengan menggunakan:
VC = VCC − ICRC (3)
dan tegangan pada kaki Base adalah:
VB = VE + VBE = VE + 0.7 V (4)
sehingga arus kaki Base adalah:
IB =
VBB − VB
RB
(5)
Karakteristik pada sambungan BE mirip seperti
dioda biasa. Sesuai dengan persamaan 2, besarnya
arus pada kaki Collector bergantung pada besarnya
penguatan DC βDC dan besarnya arus pada kaki
Base. Namun arus Collector juga bergantung ter-
hadap besarnya perbedaan tegangan antara kaki
Collector dengan kaki Emitter VCE. Kurva karak-
teristik dari Collector dapat dilihat pada Gambar
5.
Gambar 4: Karakteristik I-V pada sambungan BE
(diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir-
cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan
David Buchla).
Gambar 5: Karakteristik I-V pada sambungan CE
(diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir-
cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan
David Buchla).
FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
Modul 05: Transistor halaman 3
1.2 Garis Beban DC
Saat arus pada kaki Base IB = 0, maka transistor
berada pada kondisi cutoff, yaitu kondisi saat tidak
ada arus yang melewati sambungan CE, sehingga
tegangan VCE akan sama dengan tegangan VCC.
Saat sambungan BE berada pada kondisi panjar
maju dan arus BE bertambah, maka besarnya arus
Collector akan bertambah, sehingga jatuh tegan-
gan pada kaki RC akan akan semakin besar, men-
gakibatkan tegangan VCE akan semakin menurun,
dan pada kondisi saturasi, tegangan Collector akan
sama dengan teganan Emitter VCE = 0. Kondisi
saturasi pada rangkaian tersebut tercapai pada:
IC(sat) =
VCC
RC
(6)
Saat arus Base sudah cukup besar untuk mem-
buat rangkaian pada kondisi saturasi, pertambahan
arus Base yang lebih besar tidak akan mempen-
garuhi arus Collector lebih lanjut.
Gambar 6: Garis beban DC pada rangkaian tran-
sistor (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog
Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan
David Buchla).
Dengan menggabungkan kurva karakteristik Col-
lector dengan kurva garis beban DC, maka kita bisa
mendapatkan seluruh daerah kerja dari rangkaian
transistor tersebut. Sebagai contoh, pada rangka-
ian uji DC yang ditunjukkan pada Gambar 7, kita
bisa mendapatkan kurva karakteristik dan garis be-
ban seperti yang ditunjukkan pada Gambar terse-
but. Titik temu antara garis arus Base pada
rangkaian dengan garis beban DC dinamakan Q-
point dari rangkaian.
Gambar 7: Contoh rangkaian uji DC untuk tran-
sistor dan kurva kerjanya (diambil dari buku ”Fun-
damentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh
Thomas L. Floyd dan David Buchla).
1.3 Rangkaian Bias untuk Transis-
tor
Salah satu penggunaan dari transistor adalah pada
rangkaian penguat linear. Agar dapat menguatkan
sinyal AC dengan baik tanpa mengenai kondisi cut-
off atau saturasi, maka rangkaian transistor harus
diberikan rangkaian bias. Ada 4 macam rangkaian
bias yang dapat digunakan, yaitu:
1. Base Bias, merupakan rangkaian bias paling
sederhana, ditunjukkan pada Gambar 8.
Besarnya arus Collector pada rangkaian ini da-
pat dihitung dengan:
IC = βDC
VCC − VBE
RB
(7)
2. Collector-feedback Bias, merupakan rangkaian
bias yang menggunakan jalur umpan balik dari
kaki Collector ke kaki Base. Dengan menggu-
nakan rangkaian ini, penguatan dari rangka-
ian lebih linear, stabil, dan ketergantungan
terhadap besarnya βDC transistor berkurang.
Rangkaian ini ditunjukkan oleh Gambar 9.
FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
Modul 05: Transistor halaman 4
Gambar 8: Rangkaian Base-bias (diambil dari
buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edi-
tion” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla).
Gambar 9: Rangkaian Collector-feedback bias (di-
ambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits,
2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David
Buchla).
Besarnya arus Collector pada rangkaian ini da-
pat dihitung dengan:
IC =
VCC − VBE
RC + RB/βDC
(8)
3. Voltage-divider Bias merupakan rangkaian
yang stabilitasnya lebih baik lagi. Rangkaian
ini ditunjukkan oleh Gambar 10.
Gambar 10: Rangkaian Voltage-divider bias (diam-
bil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits,
2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David
Buchla).
4. Emitter Bias merupakan rangkaian yang san-
gat stabil, namun membutuhkan catu daya
positif dan negatif. Rangkaian ini ditunjukkan
oleh Gambar 11.
Gambar 11: Rangkaian Emitter bias (diambil dari
buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edi-
tion” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla).
Untuk rangkaian yang stabil, nilai dari RB
harus dipilih agar dapat memberikan jatuh
FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
Modul 05: Transistor halaman 5
tegangan yang kecil. Pada rangkaian ini, da-
pat digunakan asumsi bahwa nilai VE diperki-
rakan berada di kisaran −1 V .
Dalam membuat rangkaian penguat dengan
menggunakan transistor, salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan adalah disipasi daya dari
transistor. Besarnya disipasi daya dari rangkaian
dapat dihitung dengan menggunakan:
PD = VCEIC (9)
1.4 Rangkaian Penguat dan Rangka-
ian Setara AC
Dalam fungsinya sebagai rangkaian penguat, saat
menghitung parameter AC, rangkaian tersebut
memiliki rangkaian setara AC yang berbeda.
Dalam sudut pandang sinyal AC, sumber potensial
VCC dapat dipandang sebagai ground bagi sinyal
AC. Sinyal AC masuk dan keluar dari rangkaian
penguat melalui kapasitor coupling dan bypass. Se-
cara umum, ada tiga jenis rangkaian penguat tran-
sistor, yaitu rangkaian penguat Common-Emitter
(CE), Common-Collector (CC), dan Common-Base
(CB). Pada kali ini kita hanya akan membahas
rangkaian penguat CE yang secara umum ditun-
jukkan pada Gambar 12.
Gambar 12: Rangkaian penguat Common-Emitter
(diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir-
cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan
David Buchla).
Sesuai namanya, rangkaian penguat ini memi-
liki referensi untuk sinyal masukan dan keluaran
pada kaki Emitter. Sinyal masukan dan keluaran
memasuki rangkaian via kapasitor coupling C1 dan
C3. Sedangkan sinyal AC menuju ground melewati
salah satu hambatan Emitter melalui kapasitor by-
pass C2. Sinyal AC akan melihat rangkaian seperti
tampak pada Gambar 13.
Gambar 13: Rangkaian setara AC dari Gambar
12 (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog
Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan
David Buchla).
Sinyal AC akan melihat adanya hambatan dalam
dinamis Emitter re yang besarnya dapat diaproksi-
masi dengan persamaan
re =
25 mV
IE
(10)
Dan besarnya penguatan dari rangkaian terse-
but dapat dihitung dengan menggunakan A = Vout
Vin
.
Sinyal masukan pada kaki Base Vb besarnya dapat
diaproksimasikan sama dengan besar tegangan di
kaki Emitter Ve. Sedangkan sinyal keluaran dapat
dihitung sama dengan tegangan di kaki Collector
Vc. Perlu diperhatikan juga bahwa pada rangkaian
penguat CE ini penguatan bersifat inverting.
Dengan cara tertentu, garis beban AC dapat di-
hitung dengan berdasarkan pada garis beban DC
dan Q-point dari rangkaian. Q-point akan men-
jadi titik temu antara garis beban DC dengan garis
beban AC dan menjadi titik referensi saat rangka-
ian mendapatkan sinyal input AC yang sama den-
gan ground, sehingga saat sinyal input berayun ke
arah positif dan negatif, garis beban dari rangkaian
pun akan berayun. Agar rangkaian penguat dapat
bekerja seoptimal mungkin maka sebisa mungkin
Q-point harus berada di tengah garis beban agar
clipping sinyal bisa ditekan seminimal mungkin.
FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
Modul 05: Transistor halaman 6
Gambar 14: Garis beban AC (diambil dari buku
”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition”
oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla).
2 Percobaan
Perhatikan Gambar 15.
Gambar 15: Rangkaian uji penguat CE (diambil
dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd
edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla).
Kerjakan:
1. Buat garis beban DC dari rangkaian.
2. Cari kombinasi dari R1 dan R2 yang dapat se-
bisa mungkin memberikan Q-point berada di
tengah-tengah garis beban DC.
3. Dengan menggunakan nilai Rs sesuai dengan
nilai hambatan internal dari Signal Generator
(tertulis di terminal keluaran dari SG), hitung
garis beban AC dari rangkaian.
4. Hitung maksimal sinyal masukan dari rangka-
ian sebelum keluarannya terpotong (clipping).
5. Lalu uji rangkaian tersebut dengan mem-
berikan sinyal masukan dengan frekuensi dan
amplitudo yang berbeda-beda.
6. Hitung penguatannya dan bandingkan dengan
penguatan teoritis.
Referensi
[1] Thomas L. Floyd dan David Buchla. Funda-
mentals of Analog Circuits, 2nd edition. 2001.
Prentice Hall.
FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital

More Related Content

PPTX
Encep faiz.pptx lisma
PPT
Transistor
PDF
Tr saklar
PPTX
Persentasion kel 4 ani nuraeni
PPT
Mosfet
PPTX
Karakteristik transistor
PPT
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor
Encep faiz.pptx lisma
Transistor
Tr saklar
Persentasion kel 4 ani nuraeni
Mosfet
Karakteristik transistor
8. Rangkaian Pra-Tegangan Transistor

What's hot (20)

PPTX
Revisi karakteristik transistor
PPTX
Kapasitor - Materi 4 - Fisika Listrik Magnet
DOCX
Job 6 osilator colpitts dan hartley
DOC
Transistor bahan-minggu-ini1
PPTX
Transistor
PPTX
Karakteristik Transistor aniftia nur ardiansyah
PPTX
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
DOCX
Materi bab 3 hpf
PPTX
Karakteristik Transistor
DOC
Unit8[1]
PPTX
Ppt modul 12
PPTX
Karakteristik Transistor
PDF
Bab 10 elektronika daya
PPTX
Karakteristik transistor
PPTX
Adi prayoga presetasi
DOCX
Transistor sebagai saklar
PPTX
Kelompok 6(aplikasi transistor)
DOC
PDF
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Revisi karakteristik transistor
Kapasitor - Materi 4 - Fisika Listrik Magnet
Job 6 osilator colpitts dan hartley
Transistor bahan-minggu-ini1
Transistor
Karakteristik Transistor aniftia nur ardiansyah
Penyearah 1 fasa dan penyearahan 3 fasa
Materi bab 3 hpf
Karakteristik Transistor
Unit8[1]
Ppt modul 12
Karakteristik Transistor
Bab 10 elektronika daya
Karakteristik transistor
Adi prayoga presetasi
Transistor sebagai saklar
Kelompok 6(aplikasi transistor)
Laporan Praktikum Elektronika Dasar 2
Ad

Similar to Transistor ( Versi sumber lain ) (20)

PPTX
Penguat Common Base PPT.pptx
PDF
Catu daya
PPTX
Karakteristik transistor rev
PPTX
Rev.Karakteristik Transistor
PPTX
Karakteristik Transistor
PPTX
Karakteristik Transistor | azwar_anaz
PPTX
Karakteristik Transistor
PPTX
Karakteristik Transistor_Rohman
PPTX
Karakteristik Transistor
PPT
Karakteristik transistor
PPTX
Analisa sinyal kecil
PPTX
Karakteristik Transistor
ODT
Tugas transistor nama_absen_kelas
PPT
Bipolar Junction Transistor or BJTx.ppt
DOC
Tugas transistor nama_absen_kelas
PPTX
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
PPTX
Analisis Sinyal Kecil
PPT
BJT Lanjut materi kuliah elektronika dasar.ppt
PPTX
Nashrul chanief.tmb
PPT
Karakteristik transistor
Penguat Common Base PPT.pptx
Catu daya
Karakteristik transistor rev
Rev.Karakteristik Transistor
Karakteristik Transistor
Karakteristik Transistor | azwar_anaz
Karakteristik Transistor
Karakteristik Transistor_Rohman
Karakteristik Transistor
Karakteristik transistor
Analisa sinyal kecil
Karakteristik Transistor
Tugas transistor nama_absen_kelas
Bipolar Junction Transistor or BJTx.ppt
Tugas transistor nama_absen_kelas
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
Analisis Sinyal Kecil
BJT Lanjut materi kuliah elektronika dasar.ppt
Nashrul chanief.tmb
Karakteristik transistor
Ad

More from Polytechnic State Semarang (20)

DOCX
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
DOCX
Operasi dasar matlab job 1
DOCX
Pengenalan Mathlab
DOCX
Gelombang FM dan AM
DOCX
DOCX
Job 11 sebenarnya
DOCX
Laporan praktikum jawaban 10 algoritma(1)
DOCX
Kumpulan analisa
DOCX
laporan praktikum jembatanwheatstone
DOCX
Laporan delta star milik rais 3.33.16.0.19
DOCX
Jobsheet 4 LOOPING( PENGULANGAN)
DOCX
Laporan praktikum superposisi
DOCX
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
DOCX
Kelebihan dan kekurangan amplifier
DOCX
Laporan Praktikum Hukum Loop
DOCX
Percobaan Modulasi Frequensi
DOCX
Percobaan Praktikum Hukum kirchoff
DOCX
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm121
DOCX
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
PPTX
Alokasi dan aplikasi spectrum elektromagnetik
Bab 2 Laporan Pembangkitan Sinyal Kontinyu
Operasi dasar matlab job 1
Pengenalan Mathlab
Gelombang FM dan AM
Job 11 sebenarnya
Laporan praktikum jawaban 10 algoritma(1)
Kumpulan analisa
laporan praktikum jembatanwheatstone
Laporan delta star milik rais 3.33.16.0.19
Jobsheet 4 LOOPING( PENGULANGAN)
Laporan praktikum superposisi
Laporan Percobaan praktikum Hukum superposisi dan loop
Kelebihan dan kekurangan amplifier
Laporan Praktikum Hukum Loop
Percobaan Modulasi Frequensi
Percobaan Praktikum Hukum kirchoff
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm121
Laporan praktikum rangkaian listrik hukum ohm
Alokasi dan aplikasi spectrum elektromagnetik

Recently uploaded (20)

PPTX
02F - Orientasi Pelatihan Koding dan kecerdasan artificial
PDF
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
PPTX
pedoman tes kompetensi akademik deep learning
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Fiqih Kelas 10 Terbaru 2025
PPTX
Power Point Materi Tanda Baca Kelas III SD
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
DOCX
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
PPTX
Mengkritisi Informasi tentang Tokoh.pptx
PPTX
bahan FGD_Kebijakan Pembelajaran Penilaian.pptx
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XI SMA Terbaru 2025
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika_PLS SPSS.pdf
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Pengelolaan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 7 MTs
PPTX
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
PPTX
8-Bahan Paparan Smart ASN Latsar CPNS agenda III
PPTX
1 - Hubungan Pancasila UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bhinneka Tun...
PPTX
PPT MODUL 3 PENYELARASAN VISI MISI DENGAN OEMBELAJARAN MENDALAM
PPTX
PPK - XII AKL KD KEWIRAUSAHAAN SMK1.pptx
02F - Orientasi Pelatihan Koding dan kecerdasan artificial
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
pedoman tes kompetensi akademik deep learning
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Fiqih Kelas 10 Terbaru 2025
Power Point Materi Tanda Baca Kelas III SD
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Daftar Judul Paper Artificial Intelligence in Information System
Mengkritisi Informasi tentang Tokoh.pptx
bahan FGD_Kebijakan Pembelajaran Penilaian.pptx
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XI SMA Terbaru 2025
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika_PLS SPSS.pdf
Modul Ajar Deep Learning PKWU Pengelolaan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 7 MTs
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
8-Bahan Paparan Smart ASN Latsar CPNS agenda III
1 - Hubungan Pancasila UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bhinneka Tun...
PPT MODUL 3 PENYELARASAN VISI MISI DENGAN OEMBELAJARAN MENDALAM
PPK - XII AKL KD KEWIRAUSAHAAN SMK1.pptx

Transistor ( Versi sumber lain )

  • 1. Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transis- tor banyak digunakan sebagai komponen dasar penyusun rangkaian atau komponen terintegrasi aktif lainnya. Terdapat banyak jenis transistor, namun secara garis besar transistor dapat dikelom- pokkan kedalam dua keluarga besar, yaitu keluarga bi-junction transistor (BJT) dan keluarga field- effect transistor (FET). Dalam praktikum kali ini kita akan menggunakan transistor dari keluarga BJT. 1 Teori Singkat 1.1 Karakteristik Bi-junction Tran- sistor BJT, sesuai namanya, merupakan transistor yang terdiri dari dua sambungan p-n dioda. BJT dapat berupa transistor tipe npn dan transistor tipe pnp. Transistor memiliki tiga buah kaki, yaitu kaki Base, Collector, dan kaki Emitter. Prinsip kerja dari transistor secara simpel adalah, dengan adanya arus yang mengalir dari kaki Base ke Emitter (atau dari Emitter ke Base pada transistor pnp), maka arus yang lebih besar akan mengalir dari kaki Collector ke Emitter (atau sebaliknya pada transistor pnp). Untuk keseder- hanaan penjelasan, maka secara default yang diba- has adalah transitor tipe npn. Untuk dapat bek- erja, pada transistor tipe npn sambungan BE diberikan tegangan panjar maju dan sambungan BC diberikan tegangan panjar mundur. Arus yang melewati transistor memenuhi persamaan arus to- tal transistor sebagai berikut: IE = IC + IB (1) Gambar 1: Struktur dari BJT tipe npn dan pnp (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir- cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Gambar 2: Simbol dari BJT tipe npn dan pnp (di- ambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). 1
  • 2. Modul 05: Transistor halaman 2 dengan IC = βDCIB (2) Namun karena IB IC, maka kita dapat mengasumsikan bahwa IE ∼= IC. Asumsi terse- but sangat berguna dalam melakukan analisis ter- hadap rangkaian transistor. Karena sambungan BE merupakan sambungan pn biasa seperti pada dioda, maka terdapat perbedaan tegangan antara kaki Base dengan Emitter sebesar VBE = 0.7 V . Rangkaian bias paling sederhana untuk transistor dapat dilihat pada Gambar 3: Gambar 3: Rangkaian bias pada transistor npn (di- ambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Tegangan pada kaki Collector dapat dihitung dengan menggunakan: VC = VCC − ICRC (3) dan tegangan pada kaki Base adalah: VB = VE + VBE = VE + 0.7 V (4) sehingga arus kaki Base adalah: IB = VBB − VB RB (5) Karakteristik pada sambungan BE mirip seperti dioda biasa. Sesuai dengan persamaan 2, besarnya arus pada kaki Collector bergantung pada besarnya penguatan DC βDC dan besarnya arus pada kaki Base. Namun arus Collector juga bergantung ter- hadap besarnya perbedaan tegangan antara kaki Collector dengan kaki Emitter VCE. Kurva karak- teristik dari Collector dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 4: Karakteristik I-V pada sambungan BE (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir- cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Gambar 5: Karakteristik I-V pada sambungan CE (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir- cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
  • 3. Modul 05: Transistor halaman 3 1.2 Garis Beban DC Saat arus pada kaki Base IB = 0, maka transistor berada pada kondisi cutoff, yaitu kondisi saat tidak ada arus yang melewati sambungan CE, sehingga tegangan VCE akan sama dengan tegangan VCC. Saat sambungan BE berada pada kondisi panjar maju dan arus BE bertambah, maka besarnya arus Collector akan bertambah, sehingga jatuh tegan- gan pada kaki RC akan akan semakin besar, men- gakibatkan tegangan VCE akan semakin menurun, dan pada kondisi saturasi, tegangan Collector akan sama dengan teganan Emitter VCE = 0. Kondisi saturasi pada rangkaian tersebut tercapai pada: IC(sat) = VCC RC (6) Saat arus Base sudah cukup besar untuk mem- buat rangkaian pada kondisi saturasi, pertambahan arus Base yang lebih besar tidak akan mempen- garuhi arus Collector lebih lanjut. Gambar 6: Garis beban DC pada rangkaian tran- sistor (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Dengan menggabungkan kurva karakteristik Col- lector dengan kurva garis beban DC, maka kita bisa mendapatkan seluruh daerah kerja dari rangkaian transistor tersebut. Sebagai contoh, pada rangka- ian uji DC yang ditunjukkan pada Gambar 7, kita bisa mendapatkan kurva karakteristik dan garis be- ban seperti yang ditunjukkan pada Gambar terse- but. Titik temu antara garis arus Base pada rangkaian dengan garis beban DC dinamakan Q- point dari rangkaian. Gambar 7: Contoh rangkaian uji DC untuk tran- sistor dan kurva kerjanya (diambil dari buku ”Fun- damentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). 1.3 Rangkaian Bias untuk Transis- tor Salah satu penggunaan dari transistor adalah pada rangkaian penguat linear. Agar dapat menguatkan sinyal AC dengan baik tanpa mengenai kondisi cut- off atau saturasi, maka rangkaian transistor harus diberikan rangkaian bias. Ada 4 macam rangkaian bias yang dapat digunakan, yaitu: 1. Base Bias, merupakan rangkaian bias paling sederhana, ditunjukkan pada Gambar 8. Besarnya arus Collector pada rangkaian ini da- pat dihitung dengan: IC = βDC VCC − VBE RB (7) 2. Collector-feedback Bias, merupakan rangkaian bias yang menggunakan jalur umpan balik dari kaki Collector ke kaki Base. Dengan menggu- nakan rangkaian ini, penguatan dari rangka- ian lebih linear, stabil, dan ketergantungan terhadap besarnya βDC transistor berkurang. Rangkaian ini ditunjukkan oleh Gambar 9. FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
  • 4. Modul 05: Transistor halaman 4 Gambar 8: Rangkaian Base-bias (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edi- tion” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Gambar 9: Rangkaian Collector-feedback bias (di- ambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Besarnya arus Collector pada rangkaian ini da- pat dihitung dengan: IC = VCC − VBE RC + RB/βDC (8) 3. Voltage-divider Bias merupakan rangkaian yang stabilitasnya lebih baik lagi. Rangkaian ini ditunjukkan oleh Gambar 10. Gambar 10: Rangkaian Voltage-divider bias (diam- bil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). 4. Emitter Bias merupakan rangkaian yang san- gat stabil, namun membutuhkan catu daya positif dan negatif. Rangkaian ini ditunjukkan oleh Gambar 11. Gambar 11: Rangkaian Emitter bias (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edi- tion” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Untuk rangkaian yang stabil, nilai dari RB harus dipilih agar dapat memberikan jatuh FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
  • 5. Modul 05: Transistor halaman 5 tegangan yang kecil. Pada rangkaian ini, da- pat digunakan asumsi bahwa nilai VE diperki- rakan berada di kisaran −1 V . Dalam membuat rangkaian penguat dengan menggunakan transistor, salah satu faktor yang harus dipertimbangkan adalah disipasi daya dari transistor. Besarnya disipasi daya dari rangkaian dapat dihitung dengan menggunakan: PD = VCEIC (9) 1.4 Rangkaian Penguat dan Rangka- ian Setara AC Dalam fungsinya sebagai rangkaian penguat, saat menghitung parameter AC, rangkaian tersebut memiliki rangkaian setara AC yang berbeda. Dalam sudut pandang sinyal AC, sumber potensial VCC dapat dipandang sebagai ground bagi sinyal AC. Sinyal AC masuk dan keluar dari rangkaian penguat melalui kapasitor coupling dan bypass. Se- cara umum, ada tiga jenis rangkaian penguat tran- sistor, yaitu rangkaian penguat Common-Emitter (CE), Common-Collector (CC), dan Common-Base (CB). Pada kali ini kita hanya akan membahas rangkaian penguat CE yang secara umum ditun- jukkan pada Gambar 12. Gambar 12: Rangkaian penguat Common-Emitter (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Cir- cuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Sesuai namanya, rangkaian penguat ini memi- liki referensi untuk sinyal masukan dan keluaran pada kaki Emitter. Sinyal masukan dan keluaran memasuki rangkaian via kapasitor coupling C1 dan C3. Sedangkan sinyal AC menuju ground melewati salah satu hambatan Emitter melalui kapasitor by- pass C2. Sinyal AC akan melihat rangkaian seperti tampak pada Gambar 13. Gambar 13: Rangkaian setara AC dari Gambar 12 (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Sinyal AC akan melihat adanya hambatan dalam dinamis Emitter re yang besarnya dapat diaproksi- masi dengan persamaan re = 25 mV IE (10) Dan besarnya penguatan dari rangkaian terse- but dapat dihitung dengan menggunakan A = Vout Vin . Sinyal masukan pada kaki Base Vb besarnya dapat diaproksimasikan sama dengan besar tegangan di kaki Emitter Ve. Sedangkan sinyal keluaran dapat dihitung sama dengan tegangan di kaki Collector Vc. Perlu diperhatikan juga bahwa pada rangkaian penguat CE ini penguatan bersifat inverting. Dengan cara tertentu, garis beban AC dapat di- hitung dengan berdasarkan pada garis beban DC dan Q-point dari rangkaian. Q-point akan men- jadi titik temu antara garis beban DC dengan garis beban AC dan menjadi titik referensi saat rangka- ian mendapatkan sinyal input AC yang sama den- gan ground, sehingga saat sinyal input berayun ke arah positif dan negatif, garis beban dari rangkaian pun akan berayun. Agar rangkaian penguat dapat bekerja seoptimal mungkin maka sebisa mungkin Q-point harus berada di tengah garis beban agar clipping sinyal bisa ditekan seminimal mungkin. FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital
  • 6. Modul 05: Transistor halaman 6 Gambar 14: Garis beban AC (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). 2 Percobaan Perhatikan Gambar 15. Gambar 15: Rangkaian uji penguat CE (diambil dari buku ”Fundamentals of Analog Circuits, 2nd edition” oleh Thomas L. Floyd dan David Buchla). Kerjakan: 1. Buat garis beban DC dari rangkaian. 2. Cari kombinasi dari R1 dan R2 yang dapat se- bisa mungkin memberikan Q-point berada di tengah-tengah garis beban DC. 3. Dengan menggunakan nilai Rs sesuai dengan nilai hambatan internal dari Signal Generator (tertulis di terminal keluaran dari SG), hitung garis beban AC dari rangkaian. 4. Hitung maksimal sinyal masukan dari rangka- ian sebelum keluarannya terpotong (clipping). 5. Lalu uji rangkaian tersebut dengan mem- berikan sinyal masukan dengan frekuensi dan amplitudo yang berbeda-beda. 6. Hitung penguatannya dan bandingkan dengan penguatan teoritis. Referensi [1] Thomas L. Floyd dan David Buchla. Funda- mentals of Analog Circuits, 2nd edition. 2001. Prentice Hall. FI-5283: Rangkaian Analog dan Digital