ABSTRAK
Desi Novita Sari :

Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Guided
TeachingTerhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA
SMAN 7 Padang
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa hasil belajar fisika siswa masih rendah.
Strategi belajar aktif tipe guided teaching dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe
guided teaching terhadap hasil belajar fisika di kelas XI IPA SMAN 7 Padang. Hasil belajar yang
diteliti pada penelitian ini berupa hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif.
Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental dengan rancangan penelitian randomized
control group only design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang
tahun ajaran 2009/2010 yang tersebar merata sebanyak 5 kelas. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive random sampling, kelas yang terpilih utuk menjadi sampel adalah kelas
XI IPA3 dan XI IPA4. Alat untuk pengumpul data hasil belajar pada ranah kognitif adalah tes
objektif sebanyak 30 butir soal. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji
kesamaan dua rata-rata yaitu uji t pada taraf nyata 0,05.
Hasil belajar siswa rata-rata pada ranah kognitif di kelas eksperimen (XI IPA 4) adalah 70,97
dan di kelas kontrol (XI IPA3) adalah 65,83. Pada hasil belajar ini dilakukan uji t sehingga
diperoleh th = 2,024 dan tt = 1,668 pada taraf nyata 0,05 dan dk = n 1+n2-2. Jadi th > tt, hal ini
menunjukkan bahwa Hi diterima dimana terdapat pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe
Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang.

1
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif
Tipe Guided Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN Padang”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu pernyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Físika Jurusan Físika FMIPA UNP.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dan
bantuan kepada:
1. Bapak Drs. H Asrul, M.A. selaku Dekan FMIPA UNP.
2. Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNP.
3. Bapak Drs. Adlis selaku pembimbing I dan Penasehat Akademik.
4. Bapak Mahrizal, M.Si selaku pembimbing II.
5. Ibu Dra. Yulia Jamal, M.Si., Bapak Drs. Amali Putra, M.Pd. dan Bapak Drs. Masril, M.Si.
6. Bapak Kepala Sekolah dan majelis guru SMAN 7 Padang.
7. Siswa-siswi kelas XI IPA SMAN 7 Padang.
8. Rekan-rekan mahasiswa program studi Pendidikan Físika FMIPA UNP.
9. Semua pihak yang telah ikut serta memberikan dukungan dan bantuan.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Padang, Agustus 2009
Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat dewasa ini. Begitu
banyak kemudahan yang telah kita nikmati sebagai imbas positif dari perkembangan IPTEK.
Alat transportasi dan komunikasi yang semakin canggih menjadi indikator pesatnya kemajuan
IPTEK. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan IPTEK.
Semakin bisa orang memahami ilmu fisika maka semakin bertambah maju perkembangan
IPTEK untuk masa yang akan datang. Fisika juga merupakan salah satu cabang ilmu sains yang
mengkaji tentang materi (zat) dan energi serta gejala-gejala alam dan keteraturannya. Selain
memberikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang ada pada fenomena alam, fisika juga memberi
wawasan tentang cara-cara memperoleh fakta dan prinsip serta sikap fisikawan dalam
melakukannya. Fisika juga memberi pelajaran yang baik tentang keberanian, pemecahan
masalah, kemerdekaan berfikir, nilai-nilai kemanuasian dan demokrasi. Hal ini menunjukkan
bahwa fisika mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Bertolak dan pentingnya
peranan fisika dalam kehidupan, fisika seharusnya mampu menjadi mata pelajaran yang menarik.
1
Pemerintah telah melakukan banyak usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional,
termasuk di dalamnya pendidikan fisika. Bentuk usaha pemerintah terwujud melalui
penyempurnaan kurikulum setiap perioda waktu tertentu, mulai dari kurikulum 1994, Kurikulum
berbasis Kompetensi (KBK), hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk
meningkatkan kualitas guru dan tenaga pendidikan diselenggarakan penataran, Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) di setiap kota atau kabupaten dan Kelompok Kerja Guru (KKG)

4
pada setiap sekolah serta sertifikasi guru. Sarana dan prasarana pendidikan dilengkapi melalui
pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan penyediaan buku paket yang berisi materi
standar untuk tiap mata pelajaran dan tingkatan pendidikan. Berbagai lomba bidang studi
diselenggarakan sebagai ajang kompetisi bagi siswa. Semua usaha pemerintah tersebut
seharusnya semakin mendukung kesungguhan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kesungguhan siswa dalam kegiatan
pembelajaran belum maksimal, termasuk dalam pembelajaran fisika. Hal ini terlihat dari
penampilan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa ada memperhatikan guru
menjelaskan di depan tetapi pikirannya tidak di dalam kelas dan ketika ditanya mereka tidak
mampu menjawab dan mereka hanya diam tanpa mengeluarkan pendapat sedikitpun. Guru tidak
tahu apakah siswa mengerti dengan apa yang telah dijelaskan. Kondisi ini dapat ditemui di
Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Padang. Keadaan ini mengakibatkan hasil belajar fisika siswa
tidak maksimal. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Nilai Rata-rata Ujian Harian Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang
Kelas
XI IPA1 XI IPA2 XI IPA3
Rata-rata nilai
60,56
59,24
51,05
ujian
Semester 2 kelas
X
(sumber: guru fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang)

XI IPA4
53,55

XI IPA5
61,58

Tabel 1 di atas memperlihatkan nilai rata-rata ujian semester belum ada yang memenuhi
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Rendahnya hasil belajar fisika
siswa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah kurang terlibatnya siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Padang ini adalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun secara operasional KTSP ini belum
terlaksana secara maksimal. Pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran menuntut keaktifan siswa

5
dari awal sampai akhir pembelajaran, namun hal ini belum terlaksana di SMAN 7 Padang. Proses
belajar mengajar lebih berpusat kepada guru sehingga guru menjadi salah satu pusat informasi
atau yang lebih dikenal dengan teacher center dan metode yang digunakan masih metode
ceramah. Aktifitas siswa yang dominan adalah mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru.
Siswa akan lebih mudah memahami konsep fisika apabila konsep itu mereka temukan sendiri.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran.
Semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin besar pula
baginya peluang untuk mengalami proses belajar.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran adalah strategi pembelajaran aktif (active learning). Strategi pembelajaran aktif
adalah strategi yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dalam hal ini siswa
sebagai peserta didik mengambil peran lebih besar dalam aktifitas pembelajaran. Mereka
menggunakan otak secara aktif untuk menemukan intisari dari suatu mata pelajaran,
memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal-hal baru yang mereka pelajari ke dalam
persoalan yang ada di kehidupan nyata. Penerapan strategi pembelajaran aktif dalam
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang penerapan strategi
belajar aktif pernah diteliti oleh Yullis (2007) yang menyimpulkan bahwa strategi belajar aktif
tipe Contract Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Widya (2008) juga telah meneliti
tentang strategi pembelajaran aktif tipe Prediction Guided dan juga memberikan dampak yang
positif terhadap hasil pembelajaran fisika. Penelitian tentang penerapan strategi belajar aktif
dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan dapat memberikan dampak positif terhadap
hasil belajar, dan berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin mencoba meneliti strategi belajar
aktif Guided Teaching. Dalam strategi belajar aktif tipe guided teaching, siswa dituntut untuk

6
terlibat dalam pembelajaran sejak awal hingga pembelajaran selesai. Guided Teaching
merupakan teknik belajar dimana guru bertanya kepada siswa satu atau lebih pertanyaan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang akan dipelajari, kemudian
siswa membandingkan jawaban mereka dengan penjelasan materi yang disampaikan dengan
ceramah interaktif oleh guru. Pertanyaan merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa
dalam belajar. Pemberian pertanyaan oleh guru adalah cara agar siswa dapat mengerti dan
memahami materi yang akan dipelajari siswa. Siswa akan berusaha untuk menemukan
jawabannya sehingga diharapkan siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik.

Dalam

penerapan belajar aktif tipe guided teaching siswa diharuskan membaca dan memahami bahan
ajar dan buku sumber di rumah. Untuk membuktikan siswa tersebut membaca dan paham dengan
materi yang telah dibacanya, maka siswa diharuskan mengerjakan soal yang terdapat di dalam
bahan ajar. Menyuruh siswa membaca dan memahami bahan ajar dan buku sumber lain bertujuan
agar siswa memiliki bekal awal dalam belajar, sehingga saat proses belajar mengajar siswa tidak
hanya mendengar dan mencatat penjelasan dari guru tapi juga berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa bisa bertanya kepada temannya saat dilakukan diskusi kelas dan kelompok
yang tampil harus mampu untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Hal ini dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan guru tidak lagi berfungsi sebagai
pusat informasi tetapi hanya sebagai fasilitator. Berdasarkan keterangan di atas maka penulis
tertarik untuk meneliti strategi pembelajaran aktif melalui pemberian pertanyaan yaitu tipe
Guided Teaching. Sebagaimana dikemukakan Silberman (2006:110) bahwa: “Tipe Guided
Teaching merupakan suatu perubahan dari metoda ceramah secara langsung…”. Dalam
menjelaskan materi siswa tidak hanya mendengar, mencatat apa yang disampaikan guru tetapi
siswa juga aktif dalam pembelajaran. Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk

7
melakukan penelitian yang berjudul,

“ Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe

Guided Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di atas dapat kita rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
“Apakah terdapat pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang?”.
C. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan tenaga peneliti, perlu dilakukan
pembatasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Materi pelajaran fisika yang diberikan dalam penelitian sesuai dengan KTSP untuk kelas XI
semester 1 yaitu KD 1.1 Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola
dengan menggunakan vektor.
2. Hasil belajar yang diamati adalah aspek kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor
tidak diteliti karena peneliti tidak bisa menyiapkan observer yang sebanding dengan jumlah
siswa.
D.Tujuan Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penerapan
strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA
SMAN 7 Padang.

8
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai:
a. Penambah pengetahuan peneliti khususnya tentang penerapan strategi pembelajaran aktif tipe
Guided Teaching dalam pembelajaran fisika.
b. Sumbangan pemikiran bagi guru fisika khususnya guru fisika SMAN 7 Padang dalam
melaksanakan proses pembelajaran fisika.
c. Salah satu persyaratan bagi peneliti untuk menyelesaikan program pendidikan S1 di jurusan
Fisika FMIPA UNP.

9
BAB II
KERANGKA TEORITIS
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan salah satu
substansi pendidikan yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, keadaan
sekolah dan kondisi sekolah. KTSP merupakan hasil penyempurnaan KBK yang diharapkan
sesuai dengan substansi penidikan di atas. Menurut Mulyasa (2007:19) “KTSP merupakan
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan”. Maksudnya, setiap satuan pendidikan diberikan wewenang dalam rangka
mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah masing-masing. Setiap satuan pendidikan
menyusun kurikulum berdasarkan kondisi sekolah masing-masing. Peran pemerintah hanya
memberi rambu-rambu dalam penyusunan atau pengembangan kurikulum tersebut.
Kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Padang pada saat sekarang ini adalah Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang diterapkan SMAN 7 Padang diharapkan
nantinya dapat membawa kondisi SMAN 7 Padang ke arah yang lebih baik, baik dalam
bidang akademik maupun non akademik. Pengembangan KTSP dilakukan oleh Tim
penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan yang terdiri atas guru, kepala sekolah, guru
pembimbing (konselor), komite sekolah dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua
atau peserta didik dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi
dasar serta materi pembelajaran yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP). KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi

10
dan karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.
Pengembangan KTSP di SMAN 7 Padang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, komite
sekolah dan belum melibatkan orangtua siswa, karena terkendala dalam bermusyawarah
dengan orangtua murid. Di SMAN 7 Padang kegiatan pembelajaran yang disusun
berdasarkan pada kondisi peserta didik, kondisi sekolah, serta beberapa tuntutan dan
kebutuhan sekolah, hal ini sesuai dengan pengembangan KTSP menurut Mulyasa (2007:20)
adalah:
“KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang no. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
1. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk
mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversitikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”.
Pelaksanaan kurikulum di sekolah diharapkan dapat menghasilkan tingkat pencapaian
kompetensi peserta didik yang baik. Penelitian yang dilaksanakan di SMAN 7 Padang ini
pada Standar Kompetensi kelas XI IPA yaitu menganalisis gejala alam dan keteraturannya
dalam cakupan mekanika benda titik, sedangkan Kompetensi Dasar 1.1 yaitu menganalisis
gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. Kompetensi
Dasar 1.1 ini mengharapkan siswa dapat menjelaskan, menyelesaikan soal dan menganalisa
tentang gerak lurus, gerak parabola dan gerak melingkar dan bisa mengaplikasikan pelajaran
tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam materi pelajaran ini bisa diterapkan
strategi belajar aktif tipe Guided Teaching. Kompetensi Dasar ini tidak menuntut siswa
untuk mengadakan pratikum, jadi penilaian hasil belajar yang diminta hanya ranah kognitif
dan ranah afektif. Penelitian ini hasil belajar yang diteliti hanya hasil belajar pada ranah
kognitif, karena keterbatasan dalam menyediakan observer yang sesuai dengan jumlah siswa.

11
Penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching dalam proses pembelajaran dapat
mencapai Kompetensi Dasar yang telah ditentukan. Tingkat pencapaian kompetensi peserta
didik dapat diukur dengan melakukan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar
dalam KTSP dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya yaitu penilaian
kelas. Penilaian kelas dapat dilakukan oleh guru dengan memberikan ulangan harian kepada
siswa. Ulangan harian dilakukan setiap selesai melaksanakan proses pembelajaran dalam
kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian ini dilakukan memiliki tujuan tertentu. E. Mulyasa
(2007:259) menyatakan ”Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program
pembelajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain,
misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi peserta didik”. Untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didiknya dalam kompetensi dasar tertentu
guru di SMAN 7 Padang melakukan ujian harian setelah selesai melaksanakan proses
pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Guru dapat melihat sejauh mana pencapaian
kompetensi peserta didik setelah diadakannya ujian harian. Bagi peserta didik yang
mendapatkan nilai ulangan harian di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan, mereka harus
mengikuti remedial supaya nantinya semua siswa memperoleh hasil belajar yang baik dalam
artian semua kompetensi yang harus dicapai dapat tercapai.
Kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Padang adalah KTSP, namun secara
operasionalnya KTSP ini belum terealisasi dengan baik. Hal ini terlihat dari model dan
metode pembelajaran yang sering digunakan di dalam pembelajaran. Metode ceramah yang
sangat sering diterapkan di dalam pembelajaran mengakibatkan pembelajaran dipusatkan
pada guru (teacher center).

12
A. Belajar dan Pembelajaran
Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Bila terjadi
proses belajar maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Belajar senantiasa dikatakan
sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Sardiman
(2006:21) menyatakan bahwa: “Belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikopisik untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut
unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor”.
Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto
(1987:2) bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata, tapi dengan
belajar pengembangan diri seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Agar siswa
belajar dengan baik, perlu diciptakan suatu kondisi yang memberikan kemungkinan bagi
siswa untuk berinteraksi dengan unsur-unsur yang mendukung terbentuknya perubahan yang
diharapkan. Proses pengkondisian lingkungan yang memberi kesempatan bagi peserta didik
untuk berinteraksi dengan komponen-komponen yang mendukung terbentuknya perubahan
yang diharapkan, disebut sebagai pembelajaran. Dalam interaksi antara guru dan siswa dalam
pembelajaran, dibutuhkan komponen-komponen pendukung, yang diungkapkan Sardiman
(2006:14) sebagai berikut:

13
“Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua
unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang
mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa
dan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung yang dirinci dalam ciri-ciri
interaksi edukatif, antara lain:
a. ada tujuan yang ingin dicapai;
b. ada bahan/pesan yang menjadi bahan interaksi;
c. ada pelajar yang aktif mengalami;
d. ada guru yang melaksanakan;
e. ada metode untuk mencapai tujuan;
f. ada penilaian terhadap hasil interaksi”.
Dalam KTSP, perilaku positif yang diharapkan terwujud selama atau setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung diistilahkan sebagai kompetensi. Pembentukan kompetensi
merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran. Mulyasa (2006:206) menyatakan:
“Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan, hal tersebut tentu menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembentukan kompetensi dikatakan
efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik mental, fisik,maupun sosialnya”.
Kompetensi baru dapat tercapai dengan baik apabila seluruh peserta didik terlibat secara
aktif baik mental, fisik, maupun sosial. Kondisi ini juga berlaku dalam pembelajaran fisika.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mendasari perkembangan
teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Mundilarto (2002:3) menyatakan
bahwa: ”Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang indah
dengan rapi dapat dideskripsikan secara matematis. Matematika dalam hal ini berfungsi
sebagai bahasa komunikasi sains termasuk fisika”. Fisika dianggap penting untuk diajarkan
sebagai mata pelajaran tersendiri dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut (BNSP,
2006:443):
”Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika
dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna
untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu
membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

14
dipersyaratkan untuk memasuki jenjang
mengembangkan ilmu dan teknologi”.

pendidikan

yang

lebih

tinggi

serta

Fisika memiliki peranan yang besar bagi manusia, sudah seharusnya mata pelajaran
fisika diajarkan di sekolah. Tujuan mata pelajaran fisika diajarkan bagi peserta didik menurut
Depdiknas (2006:444) yaitu: ”...mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir analisis
induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan
berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif”. Siswa harus benar-benar dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika.
Menurut KTSP, fisika terdiri dari produk dan proses. Produk meliputi fakta, konsep, prinsip,
teori, postulat dan hukum. Ditinjau dari segi proses, fisika melatih siswa untuk memiliki
berbagai keterampilan sains. Mulai dari mengidentifikasi variabel hingga terampil dalam
menerapkan fakta, konsep, prinsip, teori, postulat dan hukum dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang seharusnya menarik sekaligus bemanfaat
bagi siswa karena fisika bukan merupakan hafalan rumus-rumus melainkan mempelajari
gejala-gejala alam yang selalu menarik untuk dipelajari. Dikatakan bermanfaat karena siswa
dapat mengembangkan potensi dirinya dengan terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika secara optimal serta meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar, maka guru perlu menyusun strategi pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran, berinteraksi dengan lingkungan
belajar dan memecahkan masalah. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan
adalah Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching.
Strategi Pembelajaran Aktif

15
Strategi pembelajaran aktif adalah strategi yang mengajak peserta didik untuk belajar
secara aktif. Menurut Sardiman (2006:41) menyatakan bahwa: “Di dalam kegiatan belajar
diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, .... Jadi, orang yang belajar harus aktif,
bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal”. Dengan strategi
ini peserta didik dapat menggunakan

kemampuan otak mereka tanpa harus dipaksa.

Peserta didik terlihat secara aktif saat guru menyampaikan materi. Dengan pembelajaran aktif
ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya
mental tetapi juga fisik. Dengan melibatkan fisik dan mental dalam belajar maka ilmu yang
diterima lebih lama bertahan di dalam otak, kita lebih menguasai dan mengajarkan kepada
orang lain. Hal ini sama dengan pendapat Konfusius (dalam Silberman, 2006;2) yang
menyatakan bahwa:
“Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya
pahami”. Pernyataan di atas dimodifikasi oleh Silberman dan diperluas menjadi paham
belajar aktif yaitu: ”Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit
ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya
mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai”.
Melihat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa mendengar dan melihat saja belum
cukup untuk membuat siswa paham terhadap apa yang sedang dipelajari. Siswa akan paham
bila belajar dilakukan dengan mendengar, melihat, dan bekerja (beraktivitas). Belajar akan
lebih bermakna lagi bila siswa mempertanyakan dan mendiskusikannya dengan orang lain.
Kegiatan belajar aktif, siswa menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan,
membutuhkan informasi dalam memecahkan suatu masalah, atau mencari cara untuk
mengerjakan tugas. Pendapat ini dipertegas oleh John Holt (dalam Silberman, 2006:26) yang
menyatakan bahwa: ”Proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal
berikut ini:

16
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sendiri.
Memberikan contoh.
Mengenalinya dalam berbagai bentuk dan situasi.
Melihat kaitan antara informasi dan fakta.
Menggunakannya dengan berbagai cara.
Memprediksi sejumlah konsekuensinya.
Menyebutkan lawan atau kebalikannya”.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja
siswa sendiri. Siswa dikatakan belajar aktif apabila selama proses belajar dan pembelajaran
melakukan aktivitas bergerak dan melakukan sesuatu yang aktif. Keaktifan siswa tidak hanya
secara fisik tapi juga secara mental, hal ini sesuai dengan pendapat Suryobroto (1997:71)
yang menyatakan bahwa: ”Keaktifan siswa dapat dilihat dari:
1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan.
2. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi
pengetahuan.
3. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru padanya.
4. Belajar dalam kelompok.
5. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu.
6. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan
atau penampilan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar aktif menuntut keterlibatan
siswa secara aktif menuju belajar mandiri dan banyak mengerjakan tugas. Dengan belajar
aktif, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya,
serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
Guided Teaching
Guided Teaching terdiri dari dua kata yaitu Guided dan Teaching. Dalam Echol
(2003:283) Guided berarti kendali, penuntun, bimbing. Sedangkan Teaching dalam Echol

17
(2003:581) berarti mengajar, pengajaran. Jadi, Guided Teaching berarti pengajaran
terbimbing.
Strategi pembelajaran aktif tipe Guided Teaching ini digunakan untuk melibatkan siswa
secara aktif dalam pembelajaran. Siswa diberi pertanyaan yang membuka pikiran dan
pengetahuan yang dimilikinya, kemudian siswa mencocokkan kembali jawaban dari
pertanyaan sebelumnya dengan materi yang disampaikan guru maupun dari sumber belajar
yang mereka miliki. Pertanyaan yang diberikan termasuk jenis pertanyaan luas menilai,
karena pertanyaan ini meminta murid untuk mengadakan penilaian/mengeluarkan pendapat.
Semakin sering siswa memberikan pendapatnya tentang pelajaran, maka akan semakin
terlihat aktif siswa tersebut dalam proses pembelajaran. Dengan strategi ini, siswa diharapkan
dapat mempertahankan perhatiannya selama proses pembelajaran berlangsung.
Langkah-langkah Guided Teaching, diuraikan oleh Hisyam (2007:37) sebagai berikut:
1. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan
kemampuan yang mereka miliki.
2. Berikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan. Anjurkan mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok
kecil.
3. Minta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka dan catat jawaban-jawaban yang
mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis di papan tulis dengan mengelompokkan
jawaban mereka dalam kategori-kategori yang nantinya akan Anda sampaikan di
dalam pembelajaran.
4. Sampaikan materi pelajaran dari materi Anda dengan ceramah yang interaktif.
5. Minta siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah Anda
sampaikan.
Pada penelitian ini langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Guided
Teaching sebagai berikut:
1. Siswa diminta duduk dalam kelompok yang telah ditentukan.
2. Guru membagikan LDS yang berisikan pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa.
3. Siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan tersebut bersama kelompoknya.

18
4. Siswa mencatat jawaban yang disampaikan di dalam LDS yang telah dibagikan.
5. Guru menyampaikan materi dengan ceramah interaktif dan siswa mencatat materi yang
disampaikan oleh guru pada LDS.
6. Siswa membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh
guru.
7. Siswa mengadakan diskusi kelas dengan persentasi yang dilakukan oleh kelompok
tertentu diambil secara undian.
8. Guru memberikan penekanan dari apa yang telah dipelajari oleh siswa.
9. Guru membrikan kuis kepada siswa untuk menguji sejauh mana pemahaman terhadap
materi yang tlah dipelajari
10. Hasil Belajar.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar dilaksanakan, baik
dalam bentuk prestasi atau perubahan tingkah laku dan sikap siswa yang telah mengalami
pembelajaran. Hasil belajar ditandai oleh adanya suatu perubahan dalam, diri siswa.
Sebagaimana yang diungkapkan Geoch (dalam sardiman; 2006:20) yaitu: “Learning is a
change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan pada diri sebagai
hasil kerja atau praktek.
E. Mulyasa (2007:26) menyebutkan bahwa: “Dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2005 dikemukakan bahwa hasil belajar berdasarkan KTSP adalah
perubahan dalam diri peserta didik berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan
standar isi yang telah ditetapkan. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan standar isi adalah ruang lingkup materi dan

19
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pengetahuan yang dimaksud oleh Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) sejalan dengan pendapat Bloom tentang hasil belajar yaitu ranah
kognitif. Bloom (dalam Nana: 2002:22) mengemukakan hasil belajar dibagi menjadi tiga
ranah, yaitu:
1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek
yaitu:
a.Pengetahuan, yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan
dalam ingatan.
b.

Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari yang terbagi atas tiga kategori, yaitu pemahaman terjemahan,
pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi.

c.Aplikasi, mencakup kemampuan untuk menerapkan abstraksi (kaidah) berupa ide, teori,
atau petunjuk teknis pada situasi kongkrit.
d.

Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

e.Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru dari
unsur-unsur atau bagian-bagian.
f. Evaluasi, meliputi kemampuan untuk memberi keputusan tentang nilai sesuatu
berdasarkan sudut pandang tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material
dan sebagainya.

20
2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar kerampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan
dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan
kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga ranah atau aspek hasil belajar seperti yang diungkapkan di atas, dinilai dengan
cara yang berbeda-beda. Untuk menilai hasil belajar aspek kognitif, dilakukan tes akhir.
Aspek afektif diamati dan didata menggunakan lembaran obsevasi. Sedangkan aspek
psikomotor diamati menggunakan rubriks penskoran. Dalam penelitian ini, penilaian aspek
psikomotor dan aspek afektif tidak dilakukan.
Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam
usaha menciptakan pengalaman belajar siswa yang sesuai dengan tuntutan kurikulum diperlukan
suatu kondisi belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan interaksi siswa secara
aktif. Salah satu bentuk strategi belajar aktif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah
strategi belajar aktif tipe guided teaching. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka
berpikir dapat ditampilkan pada
Gambar 1.

21
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara masalah yang kebenarannya masih harus diuji.
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis kerjanya (Hi) yaitu terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching
terhadap hasil belajar fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang dan hipotesis nol (H 0) yaitu tidak
terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching
terhadap hasil belajar fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang.

22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat pra eksperimental dengan rancangan penelitian menggunakan
model Randomized Control Group Only Desaign. Sampel dibagi atas dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran aktif
tipe Guided Teaching dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan
KTSP. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Rancangan Penelitian
Kelas

Pretest

treatment

posttest

Eksperimen

-

X

T2

Kontrol

-

-

T2

Sumber:(Sumadi,2006:104)
Keterangan:
X : perlakuan yang dilakukan pada kelas eksperimen melalui penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif tipe Guided teaching.
T2 : tes akhir yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2006:55), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas;
objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

23
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi dapat dikatakan bahwa
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2009/2010 yang
terdiri dari 5 kelas, seperti yang tercantum pada Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Distribusi Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang pada Tahun Ajaran 2009/2010
N
o
1
2
3
4
5

Kelas
XI IPA1
XI IPA2
XI IPA3
XI IPA4
XI IPA5

Jumlah siswa
40
31
36
34
44
(Sumber: Tata usaha SMAN 7 Padang)

2. Sampel
Sugiyono (2006:56) mengemukakan bahwa: ”Sampel merupakan sebagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sampel dilakukan
apabila populasi besar dan peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu untuk
mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel yang diambil harus betul-betul
representatif (mewakili), karena kesimpulan yang berlaku pada sampel juga diberlakukan
(digeneralisasi) pada populasi.
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Cluster
Sampling. Untuk menentukan sampel dalam teknik ini dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
 Menentukan nilai rata-rata kelas sampel yang diambil dari hasil ujian semester 2 kelas X
untuk mata pelajaran fisika.
 Mengambil dua kelas sampel yang mempunyai nilai rata-rata sama atau hampir
bersamaan sehingga terpilih XI IPA3 dan XI IPA4 sebagai kelas sampel.

24
 Menganalisis skor hasil ujian siswa, pada masing-masing kelas sampel dengan uji
normalitas dan uji homogenitas (lampiran I, II, III), seperti yang terlihat pada Tabel 4 di
bawah ini.
Tabel 4. Hasil Analisis Nilai Ujian Semester 2 Kelas X SMAN 7 Padang kedua Sampel
S 2 Kela
s
Sampel
1
Sampel
2

N

L0

Lt

Distribusi

Fh

36

0,0697

0,1477

Normal

125,59

34

0,0854

0,1519

Normal

Ft

Ket

1,43

1,78

homogen

87,64

 Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, dilakukan uji kesamaan dua
rata-rata (lampiran IV)dan didapatkan thitung = 1,012 dan ttabel pada taraf nyata 0,05
dan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2 = 36+34-2 = 68 adalah 1,668. Berdasarkan
hasil uji kesamaan dua rata-rata ini diketahui bahwa t hitung < ttabel, maka dapat
disimpulkan bahwa kedua kelas sampel tidak memiliki perbedaan hasil belajar yang
berarti.
 Setelah diperoleh dua kelas yang normal dan homogen, maka diambil secara
random kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga didapatkan kelas XI IPA 3
sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen.
C. Variabel dan Data
1. Variabel
Sugiyono (2006:2) menyatakan bahwa: ”variabel merupakan gejala yang menjadi fokus
peneliti untuk diamati.”
Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:
1). Variabel independen (variabel bebas) yaitu Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Guided
teaching.

25
2). Variabel dependen (variabel terikat) yaitu hasil belajar fisika siswa di bidang kognitif
yang diambil setelah diberikan perlakuan.
3). Variabel kontrol yaitu guru, siswa, kurikulum (KTSP), mata pelajaran, materi pelajaran
dan lama waktu belajar adalah sama.
2. Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil belajar
ranah kognitif berupa hasil tes akhir dalam pelajaran setelah diberi perlakuan dan data
sekunder yaitu data hasil ujian semester 2 kelas X.
D. Prosedur Penelitian
Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun prosedur yang
sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian.
Tahap Persiapan.
1). Menentukan jadwal penelitian
2). Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3). Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan
4). Menyusun kisi-kisi soal tes akhir
5). Membuat soal tes akhir yang akan diberikan pada akhir penelitian.
Tahap pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran yang berbeda antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol, sebagaimana tercantum pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Perbedaan antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

26
1

Pendahuluan:

Pendahuluan:

a. Guru menyebutkan tujuan pembelajaran a. Guru
b. Guru memberikan apersepsi

menyebutkan

tujuan

pembelajaran.

c. Guru memberi motivasi agar siswa lebih b. Guru memberikan apersepsi
aktif

c. Guru memberi motivasi agar
siswa lebih aktif

2

Kegiatan Inti:

Kegiatan inti:

Seminggu sebelum pembelajaran siswa Seminggu sebelum pembelajaran
diminta untuk membaca bahan ajar di siswa
rumah.

diminta

untuk

membaca

bahan ajar di rumah.

a. Siswa diminta duduk dalam kelompok a. Siswa diminta duduk dalam
yang telah ditentukan.

kelompok

b. Guru membagikan LDS yang berisi

yang

telah

ditentukan.

pertanyaan yang akan dijawab oleh b. Guru membagikan LDS kepada
siswa.

setiap siswa dan diminta untuk

c. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi
dengan anggota kelompoknya untuk
menjawab pertanyaan.
d. Siswa

menyampaikan

berupa

jawaban

berdiskusi

dengan

anggota

kelompoknya.
c. Siswa melakukan diskusi kelas

hasil

dari

diskusi

dengan mempersentasikan hasil

pertanyaan

diskusi yang dilakukan oleh

tersebut.

kelompok

e. Guru menyampaikan materi dengan

tertentu

diambil

dengan cara undian.

ceramah interaktif dan siswa mencatat d. Guru memberikan penekanan
materi tersebut pada LDS.

dari apa yang telah dipelajari

f. Siswa diminta untuk membandingkan
jawaban mereka dengan materi yang
telah disampaikan oleh guru.
mempersentasikan hasil diskusi yang
oleh

kelompok

 Penguatan jika hasil diskusi
kelas benar

g. Siswa melakukan diskusi kelas dengan
dilakukan

oleh siswa yaitu:

tertentu

27

 Meluruskan konsep yang
belum tepat dalam diskusi
 Menjelaskan kembali jika
diambil dengan cara undian.

hasil diskusi salah total

h. Guru memberikan penekanan dari apa
yang telah dipelajari oleh siswa yaitu:
 Penguatan jika hasil diskusi kelas
benar
 Meluruskan konsep yang belum
tepat dalam diskusi
 Menjelaskan kembali jika hasil
diskusi salah total.
3

Penutup:

Penutup:

a. Siswa di bawah bimbingan guru a. Siswa di bawah bimbingan guru
menyimpulkan materi pelajaran.

menyimpulkan materi pelajaran.

b. Guru memberikan evaluasi pada siswa b. Guru memberikan evaluasi pada
mengenai materi pelajaran yang telah

siswa mengenai materi pelajaran

dijelaskan.

yang telah dijelaskan.

c. Guru memberikan tugas kepada siswa c. Guru memberikan tugas kepada
mengenai materi pelajaran yang telah

siswa mengenai materi pelajaran

dijelaskan

yang

dan

menyuruh

siswa

telah

dijelaskan
siswa

dan

membaca materi yang akan dipelajari

menyuruh

membaca

pada pertemuan selanjutnya.

materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.

3. Tahap penyelesaian.
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah:
a. Mengadakan tes hasil belajar pada kedua kelas sampel setelah penelitian

berakhir

guna mengetahui hasil perlakukan yang diberikan.
b. Mengolah data dari kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

28
c. Menarik kesimpulan dari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknis analisis yang
digunakan.

E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes akhir yang digunakan
untuk memperoleh data hasil belajar aspek kognitif. Teknik pengambilan data untuk aspek
kognitif adalah melalui tes yang dilaksanakan di akhir penelitian. Instrumen penilaian untuk
aspek kognitif berupa tes objektif dengan 5 pilihan jawaban. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penyusunan instrumen tes adalah:
1. Membuat kisi-kisi soal tes akhir.
2. Menyusun soal tes akhir sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat.
3. Melakukan uji coba soal.
Uji coba soal tes akhir dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang telah dibuat.
Kualitas soal dilihat dari validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. Uji coba
soal tes akhir dilaksanakan di kelas XI SMAN 6 Padang.
4. Melakukan analisis hasil uji coba soal tes akhir.
Analisis hasil uji coba soal tes akhir dilakukan untuk menentukan soal-soal mana
diantara soal-soal uji coba yang layak dipakai pada tes akhir. Sebagaimana dikemukakan
oleh Suharsimi (2005:207) bahwa: “Analisis soal bertujuan antara lain untuk mengadakan
identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan jelek”. Analisis yang dilakukan meliputi
validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda.

29
1). Validitas
Validitas adalah ukuran kevalidan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut
dapat mengukur apa yang akan diukur. Agar tes tersebut valid maka soal tes harus
disusun sesuai dengan kisi-kisi. Pada penelitian ini yang dilihat adalah validitas isi
(content validity). Suharsimi (2005:67) menyatakan bahwa: “Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan tertentu yang sejajar dengan materi atau
isi pelajaran yang diberikan”. Soal yang dibuat sudah sesuai dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indicator yang ingin dicapai setelah pembelajaran dilaksankan dan
sudah divalidasi oleh pakar pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa soal sudah
memenuhi kriteria validitas isi..
2). Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran kepercayaan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel (dapat
dipercaya) apabila tes dapat memberikan hasil yang tetap apabila diuji kembali kepada
objek yang sama. Suharsimi (2005:86) mengemukakan bahwa: “Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan
hasil tes”. Untuk menentukan reliabilitas tes dipakai rumus Kuder-Richardson (KR-21)
yang dikemukakan oleh Slameto (1999: 216) yaitu:

r11 = (

n
M (n − M )
)(1 −
)
2
n −1
nS t

Keterangan: r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
n

: banyak soal

M : mean
St2 : varians total

30
Penentuan tingkat reliabilitas soal dapat digunakan skala yang dikemukan pada tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal
No
≤ ≤ ≤ ≤ ≤1

Indeks reliabilitas
0,00 r < 0,20

klasifikasi
Sangat rendah

.

0,20 r < 0,40

Rendah

2.

0,40 r < 0,60

Sedang

3

0,60 r < 0,80

Tinggi

4

0,80 r < 1,00

Sangat tinggi

5
Sumber: Slameto, 1999: 215)
Rentangan yang penulis gunakan dalam menganalisis soal adalah 0,40 ≤ r < 0,60.
Dari tes uji coba yang dilakukan, reliabilitas soal adalah 0,501 dengan kriteria sedang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran IX.
3). Indeks Kesukaran
Suharsimi (2005:207) memyatakan bahwa: “ Soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar”. Indeks kesukaran dicari dengan persamaan
berikut:
P=

B
Js

Keterangan : P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab benar

Js = jumlah siswa yang mengikuti tes
Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan menggunakan skala yang
dikemukakan pada Tabel 7.

Tabel 7. Kategori Tingkat Kesukaran

31
N

Nilai

Kategori

o
1

0,7 – 1,00

Mudah

2

0,3 - 0,7

Sedang

3

0,0 – 0,3
sukar
(Sumber: Suharsimi, 2005:212)
Kategori tingkat kesukaran soal pada penelitian ini menggunakan nilai tingkat
kesuakaran 0,3 - 0,7 yang berada dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis indeks
kesukaran (lampiran VIII), diperoleh 8 soal dengan kriteria sukar, 28 soal dengan kriteria
sedang dan 9 soal dengan kriteria mudah. dari 45 soal yang diujicobakan 28 soal dipakai,
2 soal direvisi dan 15 soal dibuang
4). Daya beda
Daya pembeda soal menurut Suharsimi (2005:211) adalah “Kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
berkemampuan rendah”. Daya beda ditentukan dengan melihat kelompok atas dan
kelompok awah berdasarkan skor total. Pengelompokan kelompok atas dan kelompok
bawah adalah dengan membagi tes menjadi 27% atau 33% kelompok atas dan 27% atau
33% kelompok bawah. Pada penelitian ini peneliti membagi 31 orang peserta tes uji coba
menjadi 27% kelompok atas yang terdiri 8 orang dan 27% kelompok bawah yang terdiri
8 orang. Besarnya daya pembeda (indeks diskriminasi) dapat dihitung dengan rumus:

D=

B A BB
−
JA JB

Dimana : D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah

32
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks daya beda soal dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi Indeks Daya Beda soal
N
o
1
2
3
4

Indeks Daya Beda

klasifikasi

0,70 - 1,00
Baik sekali
0,40 - 0,70
Baik
0,20 - 0,40
Cukup
0,00 - 0,20
Jelek
(Sumber: Suharsimi, 2005: 221)
Soal yang dipilih untuk tes akhir adalah soal dengan daya beda 0,20 - 0,70
dengan kriteria cukup dan baik. Berdasarkan analisis daya beda yang dilakukan, dari 45
tes uji coba soal diperoleh 15 soal dengan kriteria jelek, 18 soal dengan kriteria cukup,
dan 12 soal dengan kriteria baik (Lampiran VIII).
Setelah dilakukan tes uji coba dan analisis, maka diperoleh jumlah soal tes akhir
sebanyak 30 butir soal objektif.
Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam
penelitian. Untuk aspek kognitif hipotesis diuji secara statistik dengan uji kesamaan dua ratarata yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelas
eksperimen dengan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Dalam pengujian secara statistik,
uji hipotesis didahului dengan uji normalitas dan uji homogenitas variansi kedua kelompok
data.

33
1.

Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang

terdistribusi normal, dalam uji normalitas ini digunakan uji Liliefors. Sudjana (2002:466)
merumuskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Data x1, x2, x3, ..., xn yang diperoleh, diurutkan dari data yang terkecil hingga data yang
terbesar.
b. Data x1, x2, x3, ..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3, ..., zn dengan rumus:

zi =

xi − x
s

Keterangan : xi = skor yang diperoleh siswa ke-i
x = skor rata-rata

s = simpangan baku
c. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang
F ( z i ) = P( z ≤ z i )
(1) Selanjutnya dihitung porporsi z1, z2, z3, ..., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika
porporsi ini dinyatakan dengan S(zi), maka:
S( z i ) =

banyaknyaz1 , z 2 , z 3 ,..., z n yang ≤ z i
n

(2) Menghitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.
(3) Diambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut yang
disebut sebagai Lo.
(4) Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis untuk uji liliefors pada taraf nyata α = 0,05.
Kriteria penerimaan adalah bahwa sampel terdistribusi normal jika Lo yang diperoleh
lebih kecil dari Lt, lain dari itu ditolak Lo.

34
Berdasarkan analisis data aspek kognitif untuk kelas kontrol, diperoleh L0 = 0,1425 dan
Ltabel untuk n > 30 dan taraf nyata 0,05 adalah 0,1477. Karena L0 < Lt maka sampel di kelas
kontrol terdistribusi normal. Untuk kelas eksperimen, diperoleh L0 = 0,0947 dan Ltabel untuk
n > 30 dan taraf nyata 0,05 adalah 0,1519. Karena L0 < Lt , maka sampel di kelas eksperimen
terdistribusi normal (Lampiran XI dan XII).
6. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varians
yang homogen atau tidak. Untuk itu dilakukan uji F. Langkah-langkah yang dilakukan dalam
uji F adalah:
a. Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung harga F dengan persamaan yang
dikemukakan dalam Sugiyono (2006:136)
s1

2

F = s2

2

Keterangan : F= varians kelompok data
2

s1 = varians terbesar
2

s 2 = varians terkecil

b. Jika harga F sudah diperoleh, bandingkan harga F tersebut dengan harga F yang terdapat
dalam daftar distribusi F pada taraf signifikansi 5% dan dk pembilang = n 1-1 dan dk
penyebut = n2-1. Jika harga F yang diperoleh dari perhitungan lebih kecil dibandingkan
harga F pada tabel maka kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen,
demikian sebaliknya.
Berdasarkan analisis data aspek kognitif diperoleh F hitung = 1,125 sedangkan Ftabel untuk
dk pembilang = 33 dan dk penyebut = 35 pada taraf nyata 0,05 adalah 1,77 (Lampiran XIII).

35
dengan demikian Fhitung < Ftabel. Untuk aspek kognitif kedua kelas mempunyai varians yang
homogen.
7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Untuk melihat keberartian perbedaan hasil belajar kedua kelas sampel, dilakukan uji
kesamaan dua rata-rata. Untuk data yang terdistribusi normal dan dua kelompok data
bervarians homogen, maka untuk uji kesamaan dua rata-rata digunakan uji t dengan
persamaan yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:239):
t=

X1 − X 2
1
1
s
+
n1 n 2 ;

2

(n1 − 1) s1 + (n 2 − 1) s 2
s =
n1 + n 2 − 2

2

2

Keterangan : X 1 = nilai rata-rata kelas eksperimen
X 2 = nilai rata-rata kelas kontrol

s1 = standar deviasi kelas eksperimen
s 2 = standar deviasi kelas kontrol
s

= standar deviasi gabungan

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria pengujian yang digunakan sebagaimana yang dinyatakan Sudjana (2002:239),
”Terima H0 jika –t1- α < t < t1- α , dimana t1- α didapat dari daftar distribusi t dengan dk =
(n1+n2-2) dan peluang (1- α )”. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Setelah didapat nilai t
yang diperoleh dari perhitungan (th), dibandingkan dengan nilai t pada tabel distribusi t.
Berdasarkan analisis data aspek kognitif diperoleh, t h = 2,024, sedangkan ttabel dengan dk = 68
dan taraf nyata 0,05 adalah 1,668. Nilai t h > tt, maka harga t tidak dalam penerimaan H0, jadi

36
dapat disimpulkan bahwa Hi diterima, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang berarti
dari penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika kelas
XI IPA SMAN 7 Padang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data
Data hasil belajar dalam penelitian ini adalah aspek kognitif. Data hasil belajar aspek
kognitif diperoleh di akhir pembelajaran melalui tes tertulis berupa tes objektif dengan 5
option sebanyak 30 soal yang diambil dari 45 buah soal dan telah diujicobakan. Kelas yang
digunakan untuk ujicoba soal adalah kelas yang telah dulu menyelesaikan materi tentang
persamaan gerak dengan analisis vektor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan hasil jawaban terhadap hasil tes akhir diperoleh nilai hasil belajar ranah kognitif
siswa. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 87 dan nilai terendahnya 53. Kelas
kontrol mendapatkan nilai tertinggi 83 dan nilai terendahnya 50. Tabel 9 menunjukkan hasil
tes akhir siswa pada kedua kelas dimana pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa
penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching.
39
Tabel 9. Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
N
o
1
2
3
4
5
6

Eksperimen
Nilai
Frekuensi

53
57
60
63
67
70

4
2
1
2
5
5

Kontrol
Nilai
Frekuensi

50
53
63
67
70
73

3
6
9
5
3
1

37
73
7
77
8
80
9
1
87
0
Jumlah

2
4
3
6

77
83

34

5
4

36

−

Data tes akhir di atas dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rata-rata ( x ),
2
simpangan baku (s) dan variansi ( s ) kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada

Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku dan Varians Kelas Sampel.
N

−

x s 2 Kelas
Ekspeimen
Kontrol

70,97
65,83

s

34
36

10,94
10,32

119,78
106,43

Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan strategi belajar aktif
tipe guided teaching terhadap hasil belajar belajar siswa. Jika hasil belajar siswa kelas
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol maka diyakini bahwa hasil ini akibat pengaruh
dari perlakuan yang diberikan. Untuk melihat keberartian perbedaan maka dilakukan uji
kesamaan dua rata-rata dengan lebih dulu menentukan apakah sampel berasal dari populasi
yang terdistribusi normal dan kedua sampel mempunyai varians homogen. Oleh sebab itu
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas

38
Untuk melihat apakah data dari sampel terdistribusi normal, maka dilakukan uji
normalitas dengan menggunakan uji Liliefors. Dari pengujian diperoleh harga L0 dan Lt untuk
kedua kelas sampel pada taraf nyata α = 0,05 sebagaimana tercantum di Tabel 11.

Tabel 11. Uji Normalitas Hasil Tes Akhir
Kelas
Eksperimen
Kontrol

N
34
36

L0

Lt
0,1519
0,1477

0.0947

0,1425

Distribusi
Normal
Normal

Tabel 11 memperlihatkan pada kedua kelas didapatkan L 0 < Lt, ini berarti bahwa data
yang didapatkan dari kelas sampel penelitian ini terdistribusi normal. Perhitungan lengkap uji
normalitas dapat dilihat pada Lampiran XI dan Lampiran XII.
2. Uji Homogenitas
Untuk melihat apakah kedua kelas sampel homogen maka perlu dilakukan uji
homogenitas. Berdasarkan uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,125 dan Ftabel pada dk
pembilang 35, dk penyebut 32 adalah 1,78. Hasil yang diperoleh F hitung < Ftabel. Hal ini
menunjukkan kedua kelas memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji
homogenitas dilampirkan pada Lampiran XIII.
3.

Uji kesamaan Dua Rata-rata
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas varians tes akhir didapatkan bahwa kedua

kelas sampel terdistribusi normal dan mempunyai varians homogen, sehingga uji keberartian
perbedaan antara dua kelas sampel yang tepat adalah uji t, seperti terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
−

x Kelas
Eksperimen
Kontrol

N
34
36

s

39

tt

10,94
10,32

70,97
65,83

th
2,024

1,66
8
Kriteria pengujian terima H 0 jika th < tt dengan dk = n1+n2-2 dengan peluang (1- α ).
Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Berdasarkan uji t tersebut pada taraf nyata 0,05
(Lampiran XIV) diperoleh th = 2,024 dan tt = 1,668. Harga thitung yang diperoleh tidak berada
dalam daerah penerimaan H0 sehingga Hi diterima. Diterimanya Hi ini memperlihatkan
bahwa kedua kelas sampel memiliki hasil belajar yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan
oleh pengaruh dari penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching yang diberikan pada
salah satu kelas sampel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang
berarti penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching terhadap hasil belajar fisika siswa
kelas XI IPA SMAN 7 Padang.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data tes akhir yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil
belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Nilai tertinggi kelas
eksperimen adalah 87 sedangkan nilai tertinggi kelas kontrol adalah 83. Secara klasikal
pencapaian nilai KKM pada kelas eksperimen telah tercapai, yang terlihat dari nilai rata-rata
kelas eksperimen adalah 70,97. Pencapaian nilai KKM pada kelas kontrol juga telah tercapai,
walaupun nilai rata-rata kelas kontrol adalah 65,83, hanya terdapat sedikit perbedaan yang
tidak mencolok dari nilai KKM yang ditetapkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol. Secara
individual, pencapaian nilai KKM pada kelas eksperimen adalah 25 orang atau 73,53% dari
34 orang siswa, sedangkan pad kelas kontrol pencapaian nilai KKM baru 18 orang atau 50%
dari 36 orang siswa. Sebaran nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
tabel 9, dari tabel 9 terlihat pada kelas eksperimen 9 orang yang tidak mencapai nilai KKM
dan pada kelas kontrol 18 orang yang tiak mencapai nilai KKM. Setelah dilakukan uji

40
statistik dengan uji t pada taraf nyata 0,05 diperoleh t hitung = 2,024 dan ttabel = 1,668 berarti
thitung lebih besar daripada ttabel. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis
penelitian yang berbunyi ”Terdapat Pengaruh yang Berarti pada Penerapan Strategi Belajar
Aktif Tipe Guided Teaching terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7
Padang” diterima. Kenyataan ini membuktikan bahwa penerapan strategi belajar aktif tipe
guided teaching berpengaruh terhadap hasil belajar fisika pada ranah kognitif.
Tingginya hasil belajar siswa di kelas eksperimen daripada kelas kontrol juga disebabkan
oleh siswa aktif dalam pembelajaran berlangsung. Siswa sebelum belajar di sekolah mereka
telah membaca bahan ajar di rumah dan mengerjakan soal-soal yang ada pada bahan ajar.
Siswa telah memiliki pengetahuan awal sehingga dalam menjawab pertanyaan siswa bisa
mengeluarkan pendapatnya. Pendapat yang diberikan siswa

tersebut didapatnya dari

membaca bahan ajar serta buku sumber lain dan mengerjakan soal sebagai bukti siswa itu
membaca bahan ajar. Guru dalam menjelaskan materi dengan menggunakan ceramah
interaktif, dimana siswa saat guru menjelaskan materi ikut aktif di dalam proses belajar
mengajar. Aktifnya siswa mengakibatkan pembelajaran tidak hanya berpusat kepada guru
saja. Strategi belajar aktif tipe guided teaching ini dilanjutkan dengan proses
membandingkan jawaban siswa dengan penjelasan dari guru, sehingga siswa lebih berfikir
dalam proses membandingkan ini dan bisa mempertahankan pendapatnya tersebut dalam
diskusi kelas. Diskusi kelas dilaksanakan bertujuan untuk menimbulkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap apa yang telah dilakukannya, maksudnya siswa tidak hanya asal
mengeluarkan pendapat saja tapi mampu menjelaskan kepada teman-temannya. Siswa yang
belum paham dengan apa yang dijelaskan temannya di depan kelas maka diberi kesempatan
untuk bertanya, sehingga diskusi ada umpan balik dari kelompok lain sebagai peserta diskusi.

41
Umpan balik ini dapat memperlihatkan antusias siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa
juga menjadi seorang guru saat menjelaskan hasil perbandingan jawaban mereka dengan
yang dijelaskan oleh guru kepada teman-temannya.
Selama penelitian ada beberapa hambatan yang ditemukan yang disebabkan karena
peneliti belum memiliki pengalaman mengajar dan strategi belajar aktif tipe guided teaching
merupakan pengalaman baru bagi peneliti dan siswa di SMAN 7 Padang. Hambatan yang
ditemukan adalah kurang bisa mengontrol suasana kelas karena cenderung ribut pada saat
diskusi kelas serta diskusi kelompok dan terbatasnya waktu untuk pembelajaran fisika
sehingga membuat strategi belajar aktif tipe guided teaching kurang terlaksana secara
maksimal. Pelaksanaan diskusi kelas hanya beberapa siswa yang bisa mengemukan
pertanyaan atau pendapatnya tersebut.
Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan penerapan strategi belajar
aktif tipe Guided Teaching dapat memberikan manfaat yaitu dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran sehingga hasil belajar fisika dapat meningkat.

42
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perbedaan yang berarti pada hasil belajar fisika
siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada ranah kognitif pada taraf nyata 0,05
secara kualitatif. Perbedaan ini diyakini disebabkan oleh pengaruh penerapan strategi belajar
aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika. Jadi, terdapat pengaruh penerapan
strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA
SMAN 7 Padang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal yang dapat
disarankan, yaitu:
1. Strategi belajar aktif tipe guided teaching ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
bagi guru dalam proses pembelajaran fisika.

43
2. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti penggunaan strategi belajar aktif tipe guided
teaching terhadap tiga ranah hasil belajar yakni kognitif, afektif dan psikomotor.
3. Penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching dalam penelitian ini masih terbatas
pada materi kinematika dengan analisis vektor, diharapkan ada penelitian lebih lanjut
mengenai materi pembelajaran fisika lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. (1982). Metodologi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti.
Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SMP
dan Mts, Fisika SMA dan MA. Jakarta: Dikti.
Echols, Jhon M dan Hassan Shadly. (2003). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Hisyam .Z, Bermawy .M, & Sekar A .A. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
CTSD (Center for Teaching Staff Development).
Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mundilarto. (2002). Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta.
Nana Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya
Sardiman A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGravindo
Persada

44
Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning: 101 Strategi pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Bumimedia.
Slameto. (1987). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Slameto. (1999). Evaluasi Pendidikan. Salatiga: Bumi Aksara.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumadi Suryasubrata. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Suryosubroto. (1997). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Widya Kurniatul Awalia. (2008). “Perbedaan Hasil Belajar Fisika Antara Strategi Pembelajaran
Aktif Tipe Prediction Guided Secara Individual dan Berkelompok Di Kelas X SMA
Pembangunan KORPRI UNP.” Skripsi. FMIPA UNP.
Yullys Helsa. (2007). “Pengaruh Penggunaan Contract Learning Dalam Pembelajaran
Matematika Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas XI IPS SMA Pembangunan
KORPRI UNP.” Skripsi. FMIPA UNP.

45
Lampiran I
Uji Normalitas
Nilai Ujian Semester 2 Kelas X
Kelas Sampel I
xi
fi
2

xi
xi . f i
2

f i .x i
zi
Fzi
fk
Szi
Fzi − Szi
No
1
30
2
35
3
38
4
40
5
43
6
48
7
50
8
53
9
55

3
1
2
2
3
3
2
5
3

900
1225
1444
1600
1849
2304
2500
2809
3025

90
35
76
80
129
144
100
265
165

2700
1225
2888
3200
5547
6912
5000
14045
9075

-1,87
-1,43
-1,16
-0,98
-0,72
-0,27
-0,09
0,17
0,35

46

0,0307
0,0764
0,1230
0,1635
0,2358
0,3936
0,4641
0,5675
0,6368

3
4
6
8
11
14
16
21
24

0,0833
0,1111
0,1666
0,2222
0,3055
0,3888
0,4444
0,5833
0,6666

0,0526
0,0347
0,0436
0,0587
0,0697
0,0048
0,0197
0,0158
0,0298
10
11
12
13
14

58
60
63
68
70

∑

∑fx
x=
−

i

4
2
2
2
2

3364
3600
3969
4624
4900

232
120
126
136
140
1838

0,62
0,79
1,06
1,51
1,69

0,7324
0,7852
0,8554
0,9345
0,9545

28
30
32
34
36

−

x −x
zi = i
S

i

n

n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi )
2

s2 =

13456
7200
7938
9248
9800
98234

Sz i =

2

n(n − 1)

s = s2

Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F
n
= 36
−

x

= 51,05

s2
s
L0

= 125,59
= 11,20
= 0,0697
0,886

=

0,886

= 0,1477
36
Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = n
Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal.

Lampiran II
Uji Normalitas
Nilai Ujian Semester 2 Kelas X
Kelas Sampel II
xi
fi
2

xi
xi . f i
f i .x i
zi
Fzi

2

47

fk
n

0,7777
0,8333
0,8888
0,9444
1,0000

0,0453
0,0481
0,0334
0,0099
0,0455
fk
Szi
Fzi − Szi
No
1

38

3

1444

114

4332

-1,66

0,0485

3

2
3

40
43

1
1

1600
1849

40
43

1600
1849

-1,45
-1,13

0,0735
0,1292

4
5

4

45

4

2025

180

8100

-0,91

0,1814

9

5

48

3

2304

144

6912

-0,59

0,2776

12

6
7

50
53

3
2

2500
2809

150
106

7500
5618

-0,37
-0,06

0,3557
0,4761

15
17

8

55

2

3025

110

6050

0,15

0,5596

19

9

58

5

3364

290

16820

0,47

0,6808

24

10

60

4

3600

240

14400

0,68

0,7517

28

11

63

1

3969

63

3969

1,01

0,8438

29

12

65

1

4225

65

4225

1,22

0,8888

30

13
14

68
70

2
2

4624
4900

136
140

9248
9800

1,54
1,75

0,9382
0,9599

32
34

1821

10042
3

∑
∑fx
x=
−

i

−

x −x
zi = i
s

i

n

n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi )
2

s =
2

Sz i =

2

n(n − 1)

s = s2

Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F
n
= 34
−

x
s

= 53,55
2

0,088
2
0,1176
0,147
0
0,264
7
0,352
9
0,4411
0,500
0
0,558
8
0,705
8
0,823
5
0,852
9
0,882
3
0,9411
1,000
0

= 87,64

48

fk
n

0,0397
0,0441
0,0178
0,0833
0,0753
0,0854
0,0239
0,0008
0,0250
0,0718
0,0091
0,0065
0,0029
0,0401
s
L0

= 9,36
= 0,0854
0,886

=

0,886

= 0,1519
n
34
Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 =
Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal.

Lampiran III
Uji Homogenitas Kelas Sampel
Kelas sampel I

Kelas sampel II

−

−

x = 53,55

x = 51,05

2

2

s1 = 87,64

s 2 = 125,59

n = 34

n = 36

Fh =

var ians terbesar

=

var ians terkecil

s2

2

s1

2

=

125,59
= 1,43
87,64

Pada taraf nyata α = 0,05
dkpembilang

= n-1 = 35

dkpenyebut

= n-1 = 33

Ft

= F(0,05)(35,33) = 1,78

Sehingga Fh < Ft, ini berarti kelas sampel mempunyai varians yang homogen.

49
Lampiran IV

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Sampel
−

2

x1 = 51,05

2

x 2 = 53,55

s1 = 125,59

n1 = 36

−

s 2 = 87,64

2

(n − 1) s1 + (n 2 − 1) s 2
s = 1
n1 + n2 − 2

n 2 = 34

2

2

=

(36 − 1)125,59 + (34 − 1)87,64
36 + 34 − 2

= 107,17

s = 107,17 = 10,35
−

t hitung =
S

=

−

x1 − x 2
1
1
+
n1 n 2

51,05 − 53,55
10,35

=

t tabel = t (1−α )( n1 + n2 −2 )

1
1
+
36 34

2.5
= 1,012
2,47

50

= t(0,95)(68)=1,668
Jadi, thitung < ttabel artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada kedua kelas sampel.Lampiran V
KISI_KISI SOAL UJI COBA BERBASIS ASSESMENT
Mata Pelajaran
: Fisika
Materi
: Kinematika dengan Analisis Vektor
Waktu
: 90 menit
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Indikator

No.
Soal

Taraf Kognitif soal
C1

Menganalisis gejala
alam dan
keteraturannya dalam
cakupan mekanika
benda titik.

Menganalisis gerak
lurus, gerak
melingkar dan gerak
parabola dengan
menggunakan vektor.

1. Menganalisis besaran perpindahan,
kecepatan dan percepatan pada
perpaduan gerak lurus dengan
menggunakan vektor.

51

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

C2

C3
x

C4

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

Kunci
Jawaban
D
B
D
D
B
A
B
D
C
C
D
D
D
B
E
C
D
A
D
D
2. Menganalisis besaran posisi dan
kecepatan pada gerak parabola
dengan menggunakan vektor.

3. Menganalisis besaran kecepatan dan
percepatan pada gerak melingkar
dengan menggunakan vektor.

4.

Menganalisis vektor
tangensial
dan
sentripetal.

52

percepatan
percepatan

29
30
21
22
23
24
25
26
27
28
31
32
34
36
38
40
42
43
45
33
35
37
39
41
44

x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x

D
C
B
C
E
E
A
E
B
C
C
A
A
B
B
A
B
A
B
B
C
A
A
C
B
Lampiran VI
Soal Uji Coba
1. Rudi yang berada pada posisi (14,10) m melihat sarang burung yang sedang berada di atas pohon cemara dengan posisi (7,5) m.
Rudi ingin mengambil sarang burung tersebut. Vektor perpindahan Rudi adalah ........
^

^

^

D. (-7 i ,-5 j ) m

A. (12 i ) m
^

^

B. (25 j ) m

^

E. (7 i ,5 j ) m

^

C. (12 j ) m
2. Persamaan umum dari vektor posisi pada sumbu-x dan sumbu-y adalah....
A. r = x + y
∧

∧

∧

∧

B. r = x i + y j
C. r = x i + y k
∧

∧

∧

∧

D. r = x j + y i

∧

E. r = x i + y j + z k
3. Posisi mobil yang sedang bergerak memenuhi persamaan
r = ((3 + t2) i + 4t j) m. Perpindahan mobil antara t = 1 s sampai t = 4 s adalah .........
A. ∆ r = (3 i) m
B. ∆ r = (4 i + 4 j) m
C. ∆ r = (19 i + 16 j) m
D. ∆ r = (15 i + 12 j) m

53
E. ∆ r = (3 i + 12 j) m
4. Sebuah titik materi bergerak dari titik A(-3, 2, -2) menuju titik

A. 4 3 m

D. 5 2 m

B. 5 3 m

B(2, 5, -6). Besar vektor perpindahan nya adalah .........

E. 6 2 m

C.

4 m

5. Pernyataan berikut ini yang benar, kecuali ........
A. Arah dari kecepatan rata-rata searah dengan arah perpindahan.
B. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan tidak nol.
C. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan nol.
D. Benda yang bergerak dalam bidang hanya memiliki dua buah vektor satuan.
E. Perpindahan merupakan perubahan posisi terhadap posisi awal.
→

6. Sebuah kelereng bergerak dengan kecepatan awal sebesar 3 m/s dan percepatan 8 i m/s2. Jika posisi awal benda 5 meter maka
→

persamaan posisi benda pada sumbu X dapat ditulis ...... i .
→

A. x = 4t2 + 3t + 5
→

B. x = 5t2 – 3t + 4
→

C. x = 3t2 + 4t + 5
→

D. x = 3t2 – 5t + 3

54
→

E. x = 5t2 + 4t + 3
7. Titik materi bergerak dengan kelajuan awal 5 m/s 2 dan persamaan perlajuan a = (2t - 3). Kelajuan materi setelah bergerak selama 2
sekon adalah .......
A.
B.
C.

4
3
2

D. 1
E. 0

8. Posisi sebuah bola dapat dinyatakan dengan persamaan r = [(t3 – t2)i + t j] m. Kecepatan sesaat bola pada sembarang waktu adalah
(dalam m/s) .......
A. v(t) = (t3 – t2) i + t j
B. v(t) = 3t2 i + j
C. v(t) = t2 i + j
D. v(t) = (3t2 – 2t) i + j
E. v(t) = -2 i + j
→

∧

∧

∧

9. Diketahui vektor percepatan suatu partikel a = p i + q j + r k . Berapa besar percepatan partikel tersebut .....
2
2
A. a = p + r
B.

a=

p2 + q2

a = p2 + q2 + r 2
C.
D. a = p + q + r
E. a = p + q + r

10. Posisi seekor kupu-kupu sepanjang sumbu x dinyatakan dengan persamaan x = (2t 2 + 5t + 8) dengan x dalam m dan t dalam sekon.
Kecepatan awal kupu-kupu ini adalah ........

55
A. 2 m/s
B. 4 m/s
C. 5 m/s

D. 8 m/s
E. 10 m/s

11. Percepatan sesaat adalah ......
A. Kecepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil
B. Kecepatan rata-rata dibagi selang waktu
C. Kecepatan persatuan waktu
D. Limit percepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil
E. Sama besarnya dengan percepatan sudut rata-rata
12. Kecepatan sebuah bus ANS digambarkan oleh grafik kecepatan terhadap waktu di bawah. Besarnya perpindahan bus ANS selam 5
sekon adalah .....

A. 600 m
B. 300 m
C. 500 m

D. 1500 m
E. 240 m
→

∧

∧

3
2
13. Sebuah motor bergerak dengan persamaan kecepatan v (t ) = {(t + 2t + 2) i + (t + 1) j} m, dengan t dalam sekon. Besarnya
vektor percepatan rata-rata motor antara t = 1 s dan t = 2 s adalah ......

56
B.

3 m/s2
34 m/s2

C.

340 m/s2

A.

D. 170 m/s2
E. 17 m/s2

→

14. Persamaan kecepatan sebuah partikel
tersebut adalah .......
→

∧

→

∧

∧

∧

m/s dengan vx= 4t dan vy = (5 + 6t2). Persamaan vektor posisi partikel

∧

→

∧

∧

→

∧

v = (v x i + v y j )

∧

∧

2
2
A. r = 2t i + (5 + 2t ) j
2
3
B. r = 2t i + (5t + 2t ) j
3
2
C. r = 2t i + (5t + 2t ) j
3
2
D. r = 2t i + (5t − 2t ) j
→

∧

∧

2
E. r = 2t i + 5t j

15. Sebuah benda yang bergerak membentuk kurva kecepatan terhadap waktu seperti pada gambar berikut. Perpindahan benda setelah
15 sekon adalah .......

40

57
A. 100 m
B. 200 m
C. 300 m

D. 400 m
E. 500 m
∧

∧

v = (v x i + v y j )

16. Persamaan kecepatan sebuah partikel adalah
m/s dengan
m/s. Persamaan umum vektor percepatan sebagai fungsi waktu adalah .....
∧

m/sdan

v y = (5 + 6t 2 )

∧

∧

v x = 4t

∧

A. (2 i + 4t j ) m/s2
B. (4 i − 2t j ) m/s2
∧

∧

C. (4 i + 12t j ) m/s2
∧

∧

D. (8 i + 6t j ) m/s2
∧

∧

E. (10 i + 4t j ) m/s2
2
Posisi suatu partikel memenuhi persamaan x = 4t − 2t dengan x dalam meter dan t dalam sekon. Kecepatan partikel pada saat t
= 5 sekon adalah .....
A. 16 m/s
D. 38 m/s
B. –19 m/s
E. 45 m/s
C. 27 m/s

2
18. Sebuah benda bergerak lurus dengan percepatan a = (2 − 3t ) m/s2. Jika kecepatan dan perpindahan partikel pada waktu t = 1 s
adalah 3 m/s dan ¾ m, maka posisi partikel pada saat t = 2 s adalah .......

58
A. 2 m
B. 4 m
C. 6 m

D. 7 m
E. 8 m

2
3
19. Sebuah partikel bergerak dengan fungsi kecepatan v(t ) = at + bt + c dengan a = 3m / s , b = -2m/s2 dan c = 5 m/s, maka
percepatan partikel pada saat t = 5 sekon adalah ....
A. 7 m/s2
D. 28 m/s2
2
B. 14 m/s
E. 35 m/s2
2
C. 21 m/s
→

∧

∧

→

2
20. Posisi sebuah partikel diberikan oleh: r (t ) = x(t ) i + y (t ) j dengan x(t ) = 2t + 1 dan y (t ) = 4t + 2 untuk r , x, dan y dalam
meter, t dalam sekon, dan konstanta dalam satuan yang sesuai. Kelajuan partikel pada t = 2 sekon adalah .......
A. 8,20 m/s D. 16,12 m/s
B. 9,76 m/s E. 18,00 m/s
C. 11,22

21. Gerak parabola merupakan hasil perpaduan antara gerak lurus beraturan pada sumbu-x dengan .....
A. gerak lurus beraturan pada sumbu-y
B. gerak lurus berubah beraturan pada sumbu-y
C. gerak melingkar
D. gerak harmonik
E. gerak jatuh bebas
22. Sebuah bola dilempar dari titik O membentuk lintasan parabola. Ketinggian maksimum H dan jarak terjauh. Komponen vertikal
kecepatan bola pada ketinggiaan maksimum adalah .....
A. maksimum di H
B. minimum di O
C. nol di H
D. sama di O dan di H

59
E. maksimum di O dan di R
0
2
23. Sebuah peluru ditembakkan dengan sudut elevasi 30 dan kecepatan awal 80 m/s. Jika percepatan gravitasi g = 10 m / s , maka
besarnya kecepatan peluru pada saat t = 2 s adalah .......
A. 0 m/s
B. 10 3 m/s
C. 20 m/s
D. 40 3 m/s

E. 10 52 m/s
0
24. Sebuah batu dilempar ke sebuah danau. Batu itu dilempar dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 . Waktu yang
dibutuhkan batu untuk mencapai permukaan air danau adalah ....
A. 300 s
D. 25 s
B. 100 s
E. 10 s
C. 40 s

25. Kecepatan pada gerak parabola akan sama dengan dengan kecepatan awalnya pada .....
A. titik terjauh
B. di antara titik titik awal dengan titik tertinggi.
C. titik tertinggi
D. di antara titik tertinggi dengan titk terjauh
E. titik puncak
26. Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut yang benar mengenai gerak parabola .......
A. Benda yang bergerak parabola mengalami percepatan pada sumbu X
B. Benda yang bergerak parabola mengalami kecepatan yang konstan pada sumbu Y
C. Benda mengalami perubahan kecepatan pada arah horizontal
D. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal searah dengan percepatan grafitasi
E. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal berlawanan arah dengan percepatan grafitasi

60
0
27. Seekor tupai yang sedang berada di atas pohon yang ditembak dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 terhadap
2
horizontal. Pada ketinggian 125 m, maka jarak tembak peluru tersebut dengan pohon adalah...( g = 10m / s )

A. 500 m
B. 250 3
C. 150 m

D. 125 m
E. 100 3 m

2
28. Sebuah partikel dilempar vertikal ke atas dengan persamaan y = (20t − 5t ) m. Kecepatan awal dan tinggi maksimum yang dicapai
oleh partikel tersebut adalah .......
A. 5 m/s dan 20 m
B. 10 m/s dan 20 m
C. 20 m/s dan 20 m
D. 20 m/s dan 10 m
E. 20 m/s dan 5 m
2
29. Sebuah bola bergerak dengan suatu persamaan x = 5t + 20t + 5 . Dari persamaan tersebut, besarnya posisi awal (x 0), kecepatan
awal (v0) dan percepatan (a0) berturut-turut adalah ......
A. 5, 10 dan 15
B. 5, 100 dan 20
C. 5, 20 dan 5
D. 5, 20 dan 10
E. 10, 20 dan 5

30. Sebuah partikel sedang bergerak sepanjang sumbu-x. Kecepatan sebagai fungsi waktu diberikan oleh v = 5 + 10t , dengan v dalam
2
m/s. Posisi partikel pada t = 0 adalah 20 m. Percepatan ( m / s ) dan posisi partikel (m) sebagai fungsi waktu adalah ......
A. 10 dan 5t + 5t
2
B. 5 dan 5t + 5t

2

61
2
C. 10 dan 20 + 5t + 5t
2
D. 20 dan 10t
2
E. 0 dan 20 + 5t + 10t
2
31. Suatu benda berotasi mengitari sebuah poros dengan posisi sudutnya, θ, dapat dinyatakan sebagai θ = 2t − 9t + 4 ; θ dalam rad
dan t dalam sekon. Kecepatan sudut suatu partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah…….
A. -6,0 rad/s
B. 5 rad/s
C. -5,0 rad/s
D. -4,0 rad/s
E. -3,0 rad/s



ˆ
ˆ
ω (t ) = (4t − 9)i m / s . Posisi awal komedi putar adalah θ 0 = −3i
32. Sebuah komedi putar bergerak melingkar dengan kecepatan sudut
m. Tentukanlah posisi komedi putar setelah bergerak adalah................

ˆ
θ = (2t 2 − 9t − 3)i m
A.

θ = (2t 2 + 9t − 3)iˆ m
B.

θ = (2t 2 − 9t + 3)iˆ m
C.

ˆ
θ = (2t 2 − 3t − 9)i m
D.

ˆ
θ = (2t 2 − 3t + 9)i m
E.
33. Perhatikan gambar dibawah ini, besar θ dalam radian adalah………

62
A.
B.
C.
D.
E.

1,67
0,167
16,7
9,55
95,5

34. Sebuah mobil bergerak dipercepat pada lintasan lingkaran yang miring dengan jari-jarinya 50 cm dengan persamaan percepatan
2
α = ( 2t − 3t − 4) rad

s . Bila kedudukan dan kecepatan sudut awalnya sama dengan nol maka persamaan kecepatan
sudut berbentuk
sudut mobil tersebut adalah……………

A.

2 3 3 2
t − t − 4t
3
2

B.

3 3 3 2
t − t − 4t
2
2

C.

2 3 2 2
t − t − 4t
3
3

D.

3 2 2
t − t − 4t
3

E.

3 1 2
2t − t − 4t
3

63
35. Pada sirkuit Sentul terdapat sebuah lintasan berupa lingkaran yang memiliki diameter 1 km. Jika mobil balap Ananda Mikola ingin
tetap berada dalam lintasan tersebut, maka percepatan sentripetal yang harus dikerjakan adalah 1,25 m/s 2 . Kecepatan mobil
Ananda Mikola adalah.............
A. 21 m/s
B. 22 m/s
C. 25 m/s
D. 32 m/s
E. 45 m/s
36. Persamaan posisi sudut suatu gasing yang sedang bergerak melingkar dinyatakan sebagai berikut:

θ (t ) = −1,00 rad + (0,600t) rad/s + (0,250 t 2 ) rad/s2. Posisi sudut saat t = 2 sekon adalah ...........
(1 rad = 57,30)
A. 96 0
B. 69 0
C. 61 0
D. 54 0
E. 45 0
37. Sebuah sepeda yang mempunyai roda dengan jari-jari 30 cm, mengelilingi taman bermain dengan kecepatan 5 m/s. Hitunglah
percepatan sentripetal yang dialami oleh sebuah titik yang berada di ban sepeda!
A. 83,3 m/s2
B. 80,0 m/s2
C. 53,3 m/s2
D. 50,0 m/s2
E. 43,3 m/s2

64
38. Sebuah partikel menempel pada sebuah ban sepeda. Pada waktu t, persamaan posisi sudut partikel adalah θ = 5t - t2 (θ dalam
radian, t dalam sekon). Kecepatan sudut akan bernilai nol ketika t = ……..
A. 3,0 s
B. 2,5 s
C. 1,5 s
D. 1,0 s
E. 0,5 s
39. Sebuah ban mobil berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. kecepatan linear sebuah titik debu yang berjarak 0,5 meter dari
sumbu putar adalah…………
A. 5 m/s
B. 10 m/s
C. 12,5 m/s
D. 15 m/s
E. 9,5 m/s
40. Kurva berikut yang menggambarkan kecepatan sudut paling besar adalah ......
A.

B.

65
5

C.

D.

66
E.

41. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut adalah ......
a = r.ω 2
A. s
2

B.

a = a s + at

2

C. at = r.α
2
4
D. a = r α + ω

E.

a = r 2 (α 2 + ω 4 )


2
42. Hitung percepatan sudut rata-rata sebuah benda yang berputar memenuhi θ (t ) = (5t + 4t + 8)rad , dalam selang waktu t = 0
sekon sampai t = 1 sekon !

A. α = 9 rad/s2

B. α = 10 rad/s2

67
C.
D.
E.


α = 11 rad/s2

α = 12 rad/s2

α = 13 rad/s2

2
43. Suatu roda berotasi mengitari sebuah poros dengan kecepatan sudutnya, ω, dapat dinyatakan sebagai ω = t − 5,0 ; ω dalam rad/s
dan t dalam sekon. Percepatan sudut partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah……
A. 2,0 rad/s2
B. 2,5 rad/s2
C. 3,0 rad/s2
D. 3,5 rad/s2
E. 4,0 rad/s2

44. Baling-baling helicopter dirancang sedemikian rupa sehingga dapat berputar 120 rpm.Panjang baling-baling maksimum yang
digunakan agar kecepatan linier pada baling-baling tidak melebihi 340 m/s adalah .......
A. 52 m
B. 54 m
C. 56 m
D. 58 m
E. 60 m
45. Sebuah meja putar mula-mula berputar dengan kecepatan sudut 20 rad/s. Setelah 2 sekon meja ini berhenti berputar. Besarnya
percepatan sudut meja ini adalah ......
A. + 10 rad/s2
B. -10 rad/s2
C. +40 rad/s2
D. -40 rad/s2
E. 20 rad/s2

68
69
Lampiran VIII
ANALISIS ITEM UJICOBA TES AKHIR
Soal lama

Ba

Bb

P

kriteria

D

Kriteria

keterangan

1

6

6

0,81

Mudah

0

Jelek

Buang

Soal baru
-

2

4

2

0,42

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

1

3

6

3

0,68

Mudah

0,38

Cukup

Pakai

2

4

3

8

0,71

Mudah

-0,63

Jelek

Buang

-

5

7

3

0,58

Sedang

0,5

Baik

Pakai

3

6

3

1

0,32

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

4

7

3

3

0,26

Sukar

0

Jelek

Buang

-

8

6

2

0,48

Sedang

0,5

Baik

Pakai

5

9

6

4

0,81

Mudah

0,25

Cukup

Pakai

6

10

4

5

0,71

Mudah

-0,13

Jelek

Buang

-

11

4

2

0,42

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

7

12

7

4

0,65

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

8

13

4

2

0,19

Sukar

0,25

Cukup

Revisi

9

14

6

2

0,48

Sedang

0,5

Baik

Pakai

10

15

5

1

0,68

Sedang

0,5

Baik

Pakai

11

16

6

8

0,94

Mudah

-0,25

Jelek

Buang

-

17

4

2

0,42

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

12

18

5

2

0,64

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

13

19

7

4

0,64

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

14

20

6

3

0,68

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

15

21

5

3

0,42

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

16

22

6

1

0,48

Sedang

0,63

Baik

Pakai

17

23

5

3

0,42

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

18

24

6

3

0,48

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

19

25

6

2

0,48

Sedang

0,5

Baik

Pakai

20

26

4

2

0,32

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

21

27

5

3

0,29

Sukar

0,25

Cukup

Revisi

22

28

1

0

0,09

Sukar

0,125

Jelek

Buang

-

29

8

8

1

Mudah

0

Jelek

Buang

-

30

6

2

0,48

Sedang

0,5

Baik

Pakai

23

31

5

1

0,68

Sedang

0,5

Baik

Pakai

24

32

4

2

0,42

Sedang

0,25

Cukup

Pakai

25

33

2

0

0,32

Sedang

0,5

Baik

Pakai

26

34

2

2

0,38

Sedang

0

Jelek

Buang

-

35

7

7

0,77

Mudah

0

Jelek

Buang

-

36

5

5

0,64

Sedang

0

Jelek

Buang

-

37

7

7

0,77

Mudah

0

Jelek

Buang

-

38

6

2

0,48

Sedang

0,5

Baik

Pakai

27

39

1

1

0,32

Sedang

0

Jelek

Buang

-

40

0

0

0,03

Sukar

0

Jelek

Buang

-

41

7

4

0,64

Sedang

0,38

Cukup

Pakai

28

42

6

1

0,26

Sukar

0,63

Baik

Pakai

29

43

7

3

0,61

Sedang

0,5

Baik

Pakai

30

44

0

1

0,16

Sukar

-0,125

Jelek

Buang

-

45

0

0

0

Sukar

0

jelek

Buang

-
Lampiran IX
RELIABILITAS UJICOBA SOAL TES AKHIR
2

xi xi
31
30

fi
1
1

961
900

fi.xi
31
30

x

2

fi i
961
900
29
28
27
26
25
24
23
22
21
19
18
16
15
14

1
1
3
1
5
2
2
1
3
3
2
2
2
1
31

M =

841
784
729
676
625
576
529
484
441
361
324
256
225
196

∑fx

S =

r 11 = (

N ( N − 1)

i

N

N ∑ f i x i − (∑ f i x i )
2

2

i

29
28
81
26
125
48
46
22
63
57
36
32
30
14
698

841
784
2187
676
3125
1152
1058
484
1323
1083
648
512
450
196
16380

=

698
= 22,52
31

=

31(16380) − (698) 2
= 22,12
31(31 − 1)

2

n
M (n − M )
45
22,52(45 − 22,52)
)(1 −
)=(
)(1 −
) = 0,501
2
n −1
45 − 1
45(22,12)
nS

Jadi hasil uji reliabilitas uji coba soal didapat 0,501 dengan kriteria sedang.

Lampiran X
Soal Tes Akhir
17. Persamaan umum dari vektor posisi pada sumbu-x dan sumbu-y adalah....
A. r = x + y
∧

∧

∧

∧

B. r = x i + y j
C. r = x i + y k
∧

∧

∧

∧

D. r = x j + y i

∧

E. r = x i + y j + z k
18. Posisi mobil yang sedang bergerak memenuhi persamaan
r = ((3 + t2) i + 4t j) m. Perpindahan mobil antara t = 1 s sampai t = 4 s adalah .........
A. ∆ r = (3 i) m
B. ∆ r = (4 i + 4 j) m
C. ∆ r = (19 i + 16 j) m
D. ∆ r = (15 i + 12 j) m
E. ∆ r = (3 i + 12 j) m
19. Pernyataan berikut ini yang benar, kecuali ........
F. Arah dari kecepatan rata-rata searah dengan arah perpindahan.
G. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan tidak nol.
H. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan nol.
I. Benda yang bergerak dalam bidang hanya memiliki dua buah vektor satuan.
J. Perpindahan merupakan perubahan posisi terhadap posisi awal.
→

20. Sebuah kelereng bergerak dengan kecepatan awal sebesar 3 m/s dan percepatan 8 i m/s2. Jika posisi awal benda 5 meter maka
→

persamaan posisi benda pada sumbu X dapat ditulis ...... i .
→

A. x = 4t2 + 3t + 5
→

B. x = 5t2 – 3t + 4
→

C. x = 3t2 + 4t + 5
→

D. x = 3t2 – 5t + 3
→

E. x = 5t2 + 4t + 3
21. Posisi sebuah bola dapat dinyatakan dengan persamaan r = [(t3 – t2)i + t j] m. Kecepatan sesaat bola pada sembarang waktu adalah
(dalam m/s) .......
A. v(t) = (t3 – t2)i + t j
B. v(t) = 3t2i + j
C. v(t) = t2i + j
D. v(t) = (3t2 – 2t)i + j
E. v(t) = -2i + j
→

∧

∧

∧

22. Diketahui vektor percepatan suatu partikel a = p i + q j + r k . Berapa besar percepatan partikel tersebut .....
2
2
A. a = p + r
B.

a=

p2 + q2

a = p2 + q2 + r 2
C.
D. a = p + q + r
E. a = p + q + r

23. Percepatan sesaat adalah ......
A. Kecepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil
B.
C.
D.
E.

Kecepatan rata-rata dibagi selang waktu
Kecepatan persatuan waktu
Limit percepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil
Sama besarnya dengan percepatan sudut rata-rata

24. Kecepatan sebuah bus ANS digambarkan oleh grafik kecepatan terhadap waktu dibawah. Besarnya perpindahan bus ANS selam 5
sekon adalah .....

A. 600 m
B. 300 m
C. 500 m

D. 1500 m
E. 240 m
→

∧

3
2
25. Sebuah motor bergerak dengan persamaan kecepatan v (t ) = {(t + 2t + 2) i m, dengan t dalam sekon. Besarnya vektor percepatan
rata-rata motor antara t = 1 s dan t = 2 s adalah ......
A. 3 m/s2
D. 169 m/s2

B.
C.

34 m/s2
340 m/s2

E. 10 m/s2
→

26. Persamaan kecepatan sebuah partikel
tersebut adalah .......
→

∧

→

∧

∧

∧

m/s dengan vx= 4t dan vy = (5 + 6t2). Persamaan vektor posisi partikel

∧

→

∧

∧

→

∧

v = (v x i + v y j )

∧

∧

2
2
A. r = 2t i + (5 + 2t ) j
2
3
B. r = 2t i + (5t + 2t ) j
3
2
C. r = 2t i + (5t + 2t ) j
3
2
D. r = 2t i + (5t − 2t ) j
→

∧

∧

2
E. r = 2t i + 5t j
27. Sebuah benda yang bergerak membentuk kurva kecepatan terhadap waktu seperti pada gambar berikut. Perpindahan benda setelah
15 sekon adalah .......

A. 100 m
B. 200 m
C. 300 m

D. 400 m
E. 500 m
2
Posisi suatu partikel memenuhi persamaan x = 4t − 2t dengan x dalam meter dan t dalam sekon. Kecepatan partikel pada saat t = 5
sekon adalah .....
D. 16 m/s
D. 38 m/s
E. –19 m/s
E. 45 m/s
F. 27 m/s

2
13. Sebuah benda bergerak lurus dengan percepatan a = (2 − 3t ) m/s2. Jika kecepatan dan perpindahan partikel pada waktu t = 1 s
adalah 3 m/s dan ¾ m, maka posisi partikel pada saat t = 2 s adalah .......
A. 2 m
D. 7 m
B. 4 m
E. 8 m
C. 6 m

2
3
14. Sebuah partikel bergerak dengan fungsi kecepatan v(t ) = at + bt + c dengan a = 3m / s , b = -2m/s2 dan c = 5 m/s, maka
percepatan partikel pada saat t = 5 sekon adalah ....
A. 7 m/s2
D. 28 m/s2
2
B. 14 m/s
E. 35 m/s2
C. 21 m/s2
→

∧

∧

2
15. Posisi sebuah partikel diberikan oleh: r (t ) = x(t ) i + y (t ) j dengan x(t ) = 2t + 1 dan y (t ) = 4t + 2 untuk r , x, dan y dalam
meter, t dalam sekon, dan konstanta dalam satuan yang sesuai. Kelajuan partikel pada t = 2 sekon adalah .......
D. 8,20 m/s D. 16,12 m/s
E. 9,76 m/s E. 18,00 m/s
F. 11,22

16. Gerak parabola merupakan hasil perpaduan antara gerak lurus beraturan pada sumbu-x dengan .....
A. gerak lurus beraturan pada sumbu-y
B. gerak lurus berubah beraturan pada sumbu-y
C. gerak melingkar
D. gerak harmonik
E. gerak jatuh bebas
17. Sebuah bola dilempar dari titik O membentuk lintasan parabola. Ketinggian maksimum H dan jarak terjauh. Komponen vertikal
kecepatan bola pada ketinggian maksimum adalah .....
A. maksimum di H
B. minimum di O
C. nol di H
D. sama di O dan di H
E. maksimum di O dan di R
0
2
18. Sebuah peluru ditembakkan dengan sudut elevasi 30 dan kecepatan awal 80 m/s. Jika percepatan gravitasi g = 10 m / s , maka
besarnya kecepatan peluru pada saat t = 2 s adalah .......
A. 0 m/s
B. 10 3 m/s
C. 20 m/s
D. 40 3 m/s

E. 10 52 m/s
0
19. Sebuah batu dilempar ke sebuah danau. Batu itu dilempar dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 . Waktu yang
dibutuhkan batu untuk mencapai permukaan air danau adalah ....
A. 300 s
D. 25 s
B. 100 s
E. 10 s
C. 40 s

20. Besar kecepatan pada gerak parabola akan sama dengan dengan besar kecepatan awalnya pada .....
A. titik terjauh
B. di antara titik titik awal dengan titik tertinggi.
C. titik tertinggi
D. di antara titik tertinggi dengan titk terjauh
E. titik puncak
21. Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut yang benar mengenai gerak parabola pada medan gravitasi bumi.......
A. Benda yang bergerak parabola mengalami percepatan pada sumbu X
B. Benda yang bergerak parabola mengalami kecepatan yang konstan pada sumbu Y
C. Benda mengalami perubahan kecepatan pada arah horizontal
D. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal searah dengan percepatan grafitasi
E. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal berlawanan arah dengan percepatan gravitasi
0

22. Seekor tupai yang sedang berada di atas pohon yang ditembak dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 terhadap
2
horizontal. Ketinggian tupai dari tanah adalah 125 m, maka jarak tembak peluru tersebut dengan pohon adalah.........( g = 10m / s )
A. 500 m
B. 250 3
C. 150 m

D. 125 m
E. 100 3 m

23. Sebuah partikel sedang bergerak sepanjang sumbu-x. Kecepatan sebagai fungsi waktu diberikan oleh v = 5 + 10t , dengan v dalam
2
m/s , dan t dalam s. Posisi partikel pada t = 0 adalah 20 m. Percepatan ( m / s ) dan posisi partikel (m) sebagai fungsi waktu
adalah ......
2
A. 10 dan 5t + 5t
2
B. 5 dan 5t + 5t
2
C. 10 dan 20 + 5t + 5t
2

D. 20 dan 10t
2
E. 0 dan 20 + 5t + 10t
2
24. Suatu benda berotasi mengitari sebuah poros dengan posisi sudutnya, θ, dapat dinyatakan sebagai θ = 2t − 9t + 4 ; θ dalam rad
dan t dalam sekon. Kecepatan sudut suatu partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah…….
F. -6,0 rad/s
G. 5 rad/s
H. -5,0 rad/s
I. -4,0 rad/s
J. -3,0 rad/s



ˆ
ˆ
ω (t ) = (4t − 9)i m / s . Posisi awal komedi putar adalah θ 0 = −3i
25. Sebuah komedi putar bergerak melingkar dengan kecepatan sudut
m. Tentukanlah posisi komedi putar setelah bergerak adalah................

ˆ
θ = (2t 2 − 9t − 3)i m
F.

θ = (2t 2 + 9t − 3)iˆ m
G.

θ = (2t 2 − 9t + 3)iˆ m
H. 
2
ˆ
I. θ = (2t − 3t − 9)i m

2
ˆ
J. θ = (2t − 3t + 9)i m
26. Perhatikan gambar dibawah ini, besar θ dalam radian adalah………

A. 1,67
B.
C.
D.
E.

0,167
16,7
9,55
95,5

27. Sebuah partikel menempel pada sebuah ban sepeda. Pada waktu t, persamaan posisi sudut partikel adalah θ = 5t - t2 (θ dalam
radian, t dalam sekon). Kecepatan sudut akan bernilai nol ketika t = ……..
A. 3,0 s
B. 2,5 s
C. 1,5 s
D. 1,0 s
E. 0,5 s
28. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut adalah ......
a = r.ω 2
F. s
2

2

G.

a = a s + at

I.

a = r α 2 +ω4

J.

a = r 2 (α 2 + ω 4 )

H. at = r.α


θ (t ) = (5t 2 + 4t + 8)rad , dalam selang waktu t = 0
29. Hitung percepatan sudut rata-rata sebuah benda yang berputar memenuhi
sekon sampai t = 1 sekon !

F. α = 9 rad/s2

G. α = 10 rad/s2

H. α = 11 rad/s2

I. α = 12 rad/s2

J. α = 13 rad/s2
2
30. Suatu roda berotasi mengitari sebuah poros dengan kecepatan sudutnya, ω, dapat dinyatakan sebagai ω = t − 5,0 ; ω dalam rad/s
dan t dalam sekon. Percepatan sudut partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah……
A. 2,0 rad/s2
B. 2,5 rad/s2
C. 3,0 rad/s2
D. 3,5 rad/s2
E. 4,0 rad/s2
Lampiran XI
Uji Normalitas Tes Akhir
Kelas Kontrol
xi
fi
2

xi
xi . f i
2

f i .x i
zi
Fzi
fk
Szi
Fzi − Szi
No
1
50
2
53
3
63

3
6
9

2500
2809
3969

150
318
567

7500
16854
35721

-1.53
-1.24
-0.27

0.0630
0.1075
0.3936

3
9
18

0.0833
0.2500
0.5000

0.0203
0.1425
0.1064
4
5
6
7
8

∑

67
70
73
77
83

∑fx
x=
−

i

5
3
1
5
4
36

4489
4900
5329
5929
6889

335
210
73
385
332
2370

0.5438
0.6554
0.7549
0.8599
0.9515

23
26
27
32
36

−

n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi )
2

s =

0,11
0,40
0.69
1.08
1.66

x −x
zi = i
s

i

n

2

22445
14700
5329
29645
27556
159750

Sz i =

2

n(n − 1)

s = s2

Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F
n
= 36
−

x

= 65,83
2

s
s
L0

= 106,43
= 10,32
= 0,1425
0,886

=

0,886

= 0,1477
36
Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = n
Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal.

0.6388
0.7222
0.7500
0.8888
1,0000

fk
n

0.0950
0.0668
0.0049
0.0289
0.0485
Lampiran XII
Uji Normalitas Tes Akhir
Kelas Eksperimen
xi
fi
2

xi
xi . f i
2

f i .x i
zi
Fzi
fk
Szi
Fzi − Szi
No
1
53
2
57
3
60
4
63

4
2
1
2

2809
3249
3600
3969

212
114
60
126

11236
6498
3600
7938

-1,64
-1,27
-1,00
-0,73

0,0505
0,1020
0,1587
0,2327

4
6
7
9

0.1176
0.1765
0.2059
0.2647

0.0671
0.0745
0.0472
0.0320
5
6

67
70

5
5

4489
4900

335
350

22445
24500

-0,36
-0,09

0,3594
0,4641

14
19

0.4117
0.5588

0.0523
0.0947

7
8
9
10

73
77
80
87

2
4
3
6
34

5329
5929
6400
7569
48243

146
308
240
522
2413

10658
23716
19200
45414
175205

0,18
0,55
0,83
1,46

0,5714
0,7088
0,7967
0,9278

21
25
28
34

0.6176
0.7353
0.8235
1,0000

0.0462
0.0265
0.0268
0.0722

Sz i =

fk
n

∑

∑fx
x=
−

i

−

x −x
zi = i
s

i

n

n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi )
2

s =
2

2

n(n − 1)

s = s2

Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F
n
= 34
−

x

= 70,97
2

s
s
L0

= 119,78
= 10,94
= 0.0947
0,886

=

0,886

= 0,1519
34
Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = n
Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal.
Lampiran XIII
Uji Homogenitas Kelas Sampel Pada Tes Akhir

Fh =

var ians terbesar

=

var ians terkecil

s2

2

s1

2

=

119,78
= 1,125
106,43

Pada taraf nyata α = 0,05
dkpembilang

= n-1 = 33

dkpenyebut

= n-1 = 35

Ft

= F(0,05)(35,33) = 1,77

Sehingga Fh < Ft, ini berarti kelas sampel mempunyai varians yang homogen.
Lampiran XIV
Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kelas Sampel Pada Tes Akhir
2

s1 = 119,78
2

s 2 = 106,43

−

x 1 = 70,97

1

n = 34

−

x 2 = 65,83

n2 = 36
2

s2 =
=

(n1 − 1) s1 + (n 2 − 1) s 2
n1 + n2 − 2

2

(34 − 1)119,78 + (36 − 1)106,43
36 + 34 − 2

= 112,91

s = 112,91 = 10,63
−

t hitung =
S

=

−

x1 − x 2
1
1
+
n1 n 2

= t(0,95)(68)=1,668

70,97 − 65,83
10,63

=

t tabel = t (1−α )( n1 + n2 −2 )

1
1
+
36 34

5,14
= 2,024
2,54

Jadi, thitung > ttabel artinya terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti pada kedua kelas, sehingga hipotesis penelitian diterima.
Lampiran XV
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Eksperimen
Satuan Pendidikan

: SMA

Mata Pelajaran

: Fisika

Kelas / Semester

: XI IPA / 1

Alokasi Waktu: 3 x 45 menit
I. Standar Kompetensi
1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.
II. Kompetensi Dasar
1.1. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor.
III. Indikator
Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor.
IV. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelajaran maka peserta didik dapat:
1. Menjelaskan konsep vektor satuan.
2. Menjelaskan konsep vektor posisi.
3. Menjelaskan konsep vektor perpindahan.
4. Menjelaskan konsep kecepatan benda rata-rata.
5. Menjelaskan konsep kecepatan benda sesaat.
6. Menentukan perpindahan benda melalui grafik v-t.
V. Materi Pembelajaran
1.

Posisi Partikel pada Suatu Bidang
a. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah suatu vektor yang panjang atau besarnya sama dengan satu. Dalam koordinat ruang terdapat tiga
buah vektor satuan yaitu :

ˆ
i = vektor satuan yang searah dengan sumbu X
ˆ
j = vektor satuan yang searah dengan sumbu Y

ˆ
k = vektor satuan yang searah dengan sumbu Z
Ketiga vektor satuan di atas mempunyai panjang atau besarnya satu.
b. Vektor Posisi
Sebuah vektor A yang berada pada bidang xy dapat diuraikan menjadi komponen Ax dan Ay sehingga vektor A dapat
ditulis dengan :
A = Axi + Ayj
Namun, jika vektor A berada pada ruang maka vektor A ditulis dengan :
A = Axi + Ayj + Azk
Vektor posisi adalah suatu vektor yang menyatakan posisi suatu titik pada suatu bidang atau suatu ruang.
ˆ
ˆ
ˆ
r = xi + y j + zk

c. Vektor Perpindahan
Perpindahan merupakan perubahan posisi benda terhadap kedudukan atau posis awalnya. Jika benda bergerak dari
kedudukan awal dan kembali ke posisi awal benda itu bergerak maka benda dikatakan memiliki perpindahan nol.
Perpindahan benda dari titik A ke B yaitu :

∆r = r2 − r1
dengan :
r1 = x1 + y1 , r2 = x2 + y2
sehingga vektor perpindahan yaitu :

∆r = r2 − r1 = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j
Jika benda bergerak dari titik asal (0,0) ke titik (x,y) maka vektor perpindahan menjadi :
∆r = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j = ∆x i + ∆y j

Besar perpindahannya adalah

∆r = x 2 + y 2
Arah perpindahan
tan θ =

2.

y
x

Kecepatan Partikel pada Suatu Bidang
a. Kecepatan Rata-Rata
Kecepatan didefenisikan sebagai laju perubahan posisi. Untuk gerak dua ataupun tiga dimensi hal ini tetap berlaku.
Kecepatan rata-rata adalah hasil bagi perpindahan dengan selang waktu, maka secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut :
Kecepatan rata-rata pada garis lurus :

v=

∆x x 2 − x1
=
∆t
t 2 − t1

v=

∆r r2 − r1
=
∆t t 2 − t1

Kecepatan rata-rata pada bidang :

ˆ
ˆ
Jika disubsitusikan persamaan ∆r = ∆xi + ∆yj ke dalam persamaan di atas :

ˆ
∆xi + ∆yˆ ∆x ˆ ∆y ˆ
j
=
i+
j
∆t
∆t
∆t
ˆ
v = vxi + v y ˆ
j
v=

vx =

∆x x 2 − x1
∆y y 2 − y1
=
vy =
=
∆t
t 2 − t1 dan
∆t
t 2 − t1
Arah kecepatan searah dengan arah perpindahan benda.
b. Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan rata-rata untuk selang waktu ∆t mendekati nol.
 ∆x ˆ ∆y ˆ  dx ˆ dy ˆ
v = lim ( v ) =  i +
j =
i+
j
∆t  dt
dt
∆t →0
 ∆t

c. Kecepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik Komponen Perpindahan Terhadap Waktu (r terhadap t)

(a)

(b)

Gambar 1. a. grafik perpindahan r terhadap t pada gerak satu dimensi.
b. arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi.
Untuk grafik perpindahan r terhadap t untuk gerak satu dimensi, jika garis singgung kurva di suatu titik membentuk
sudut α terhadap sumbu t, besar kecepatan sesaat benda adalah
v = tan α

Kecepatan sesaat ini dapat dihitung berdasarkan dalil Phytagoras pada segitiga siku-siku yaitu :
2

v = vx + v y

2

Arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi dinyatakan dengan sudut θ yaitu sudut yang dibentuk oleh vektor
kecepatan sesaat terhadap sumbu x. Sehingga diperoleh
tan θ =

vy
vx

Sudut θ adalah positif jika diukur dengan arah berlawananan dengan putaran jarum jam dari sumbu x positif.
d. Kecepatan Sesaat sebagai Turunan Fungsi Posisi
Kecepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi posisi x terhadap t. Secara matematis dapat ditulis :
v=

dx
dt

e. Kecepatan Sesaat untuk Gerak pada Bidang
Kecepatan sesaat untuk bidang dapat dinyatakan dengan :

v = lim v = lim
∆t → 0

∆t → 0

∆r
∆t

Kecepatan sesaat di titik mana saja pada kurva lintasan partikel adalah sejajar dengan garis singgung lintasan pada titik
tersebut. Seperti kecepatan sesaat pada satu dimensi, kecepatan sesaat pada bidang juga merupakan turunan pertama
fungsi posisi r terhadap waktu t, dapat ditulis :
dr
dt
ˆ
v = vxi + v y ˆ
j
v=
Dengan
vx =

f. Menentukan Posisi dari Fungsi Kecepatan

dx
v =
x dt
x
t
∫ dx = ∫ v dt
x
x
0
0
t
x − x = ∫ v dt
0
x
0
t
x(t ) = x + ∫ v dt
x
0

0

dx
dy
vy =
dt dan
dt
dy
v =
y dt
y
t
∫ dy = ∫ v dt
y
y
0
0
t
y − y = ∫ v dt
0
y
0
t
y(t ) = y + ∫ v dt
y
0
0
x(t ) = x 0 + ∫ v(t )dt

dan

y (t ) = y 0 + ∫ v(t )dt

Secara matematis, integral adalah penjumlahan kontiniu. Dengan demikian, posisi partikel dapat ditentukan dengan
metode grafik, yaitu :
Perpindahan = Luas daerah di bawah kurva kecepatan-waktu

VI. Metoda Pembelajaran
1. Model pembelajaran: strategi aktif learning tipe Guided Teaching
2. Metode: a. ceramah interaktif
b. diskusi kelompok
VII.

Kegiatan Pembelajaran

1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Di kelas X kalian sudah belajar mengenai besaran vektor dan besaran skalar. Siapa yang masih ingat apa yang dimaksud
dengan besaran vektor dan besaran skalar?
b. Memberi motivasi
Salah satu contoh gerak dua dimensi adalah gerak benda di atas lantai dan gerak parabola karena pengaruh gravitasi.
Bagaimanakah cara menentukan koordinat benda tersebut ala notasi vektor?
c. Menyampaikan tujuan pelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan.
b. Guru membagikan LDS yang berisi pertanyaan yang akan dijawab siswa secara berkelompok.
c. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menjawab pertanyaan.
d. Siswa menyampaikan hasil diskusi berupa jawaban dari pertanyaan tersebut
e. Guru menyampaikan materi tentang vektor satuan, vektor posisi, perpindahan, kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat
dengan ceramah interaktif.
f. Siswa mencatat materi yang disampaikan guru di LDS.
g. Siswa membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru.
h. Siswa melakukan diskusi kelas dengan persentasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu diambil dengan cara undian.
i. Guru memberikan penekanan tentang materi vektor satuan, vektor posisi, vektor kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat:
 Penguatan jika hasil diskusi kelas benar.
 Meluruskan konsep jika hasil diskusi belum tepat dalam diskusi.
 Menjelaskan kembali jika hasil diskusi salah total.
3. Penutup
a. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Memberikan kuis tentang materi yang telah dipelajari.
c. Memberikan pekerjaan rumah dan tugas membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
VIII.

Sumber Pembelajaran
1. Mikrajudin Abdullah. 2007. Fisika 2A SMA dan MA untuk kelas XI Semester I. Jakarta: ESIS Erlangga.
2. Sugiarto, dkk. 1996. Terampil Menerapkan Konsep dan Prinsip Fisika. Surakarta: Tiga Serangkai.
3. Tim Penyusun. 2004. Fisika SMA kelas 3A. Klaten: Intan Pariwara.
4. Lembar Diskusi Siswa.
IX. Penilaian
 Aspek Penilaian
1. Teknik penilaian: tes tertulis
2. Bentuk Instrumen: pilihan ganda
3. Contoh instrumen: Lampiran
Guru Mata Pelajaran

Desi Novita Sari
64495/2005

Lampiran Soal RPP:
1. Sebuah mobil bergerak dari suatu tempat (1,0) ke tempat lain (5,4) dalam bidang xy. Vektor perpindahan mobil adalah ........
A. r = 4i + 4j

D. r = 4i + 2j

B. r = 2i + 4j

E. r = i + j

C. r = 3i + 4j
Kunci Jawaban: A
→

→

3
2
2. Seekor semut bergerak dari keadaan diam pada lintasan lurus. Persamaan geraknya dinyatakan oleh x = t i − 2t j , x dalam

meter dan t dalam sekon. Besarnya kecepatan semut saat t=5 sekon adalah ........
A. 25 m/s

D. 55 m/s

B. 55,4 m/s

E. 60 m/s

C. 77,62 m/s
Kunci Jawaban: C
Lampiran XVI

KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
Pertemuan I
Nama Kelompok: …………….
1. ………………………….
2. ………………………….
3. ………………………….
4. ………………………….
5. ………………………….
6. ………………………….
7. ………………………….
KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
X. Standar Kompetensi
1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.
XI. Kompetensi Dasar
1.2. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor.
XII.

Indikator
Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor.

XIII.

Petunjuk Umum
1. Mulailah dengan membaca basmalah.
2. Tulislah nama kelompok dan nama anggota kelompoknya di lembar yang telah disediakan.
3. Bacalah setiap perintah yang ada dan jawablah pertanyaan tersebuts.
4. Berdiskusilah dengan teman sekelompok untuk menjawab pertanyaan.
5. Catat penjelasan materi yang disampaikan oleh guru pada lembaran sebelah kiri.
6. Bandingkan jawaban mu dengan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan buat hasil perbandingan
jawabanmu di bagian bawah.
7. Dari hasil perbandingan jawaban tersebut lakukanlah diskusi kelas.
∧ ∧ →

i j r Perhatikan gambar di bawah ini:

Dengar dan catatlah penjelasan
materi yang disampaikan oleh guru
mu!
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................

adalah vektor satuan pada sumbu x dan ...................................................................
adalah vektor satuan pada sumbu y. adalah ...................................................................
vektor posisi partikel pada bidang. Dari ...................................................................
uraian di atas kemukakanlah pendapatmu ...................................................................
apa yang dimaksud dengan vektor posisi?

...................................................................

....................................................................

...................................................................

....................................................................

...................................................................

....................................................................

...................................................................

....................................................................

...................................................................

....................................................................

...................................................................

....................................................................

...................................................................
...................................................................
...................................................................
Setelah mendengar dan mencatat penjelasan dari guru, banding
jawabanmu dengan penjelasan yang disampaikan oleh gurumu. Catatlah
hasil perbandingan jawabanmu dengan penjelasan dari guru tersebut di
bawah ini!
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
→

∆ r r1 Perhatikan gambar di bawah ini:

Dengar dan catatlah penjelasan
materi yang disampaikan oleh guru
mu!
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
...................................................................
adalah

vektor

perpindahan

partikel ...................................................................

sedangkan panjang lintasan vektor

dan ...................................................................

panjang lintasan r2 adalah jarak yang ...................................................................
ditempuh partikel. Dari uraian di atas ...................................................................
sebutkan

pengertian

perpindahan

dan ...................................................................

jarak. Jelaskan letak perbedaan antara ...................................................................
perpindahan dan jarak berdasarkan gambar ...................................................................
di atas?

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................

...................................................................

.....................................................................
.....................................................................
Setelah mendengar dan mencatat penjelasan dari guru, banding jawabanmu
dengan penjelasan yang disampaikan oleh gurumu. Catatlah hasil perbandingan
jawabanmu dengan penjelasan dari guru tersebut di bawah ini!
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
By
Desi Novita Sari

Lampiran XVII
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Kontrol
Mata Pelajaran

: Fisika

Satuan Pendidikan

: SMA

Kelas / Semester

: XI IPA / 1

Alokasi Waktu: 3 x 45 menit
XIV.

Standar Kompetensi
1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

XV.

Kompetensi Dasar
1.3. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor.
XVI. Indikator
Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor.
XVII. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pelajaran maka peserta didik dapat:
1. Menjelaskan konsep vektor satuan.
2. Menjelaskan konsep vektor posisi.
3. Menjelaskan konsep vektor perpindahan.
4. Menjelaskan konsep kecepatan benda rata-rata.
5. Menjelaskan konsep kecepatan benda sesaat.
6. Menentukan perpindahan benda melalui grafik v-t.
XVIII. Materi Pembelajaran
3.

Posisi Partikel pada Suatu Bidang
d. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah suatu vektor yang panjang atau besarnya sama dengan satu. Dalam koordinat ruang terdapat tiga
buah vektor satuan yaitu :

ˆ
i = vektor satuan yang searah dengan sumbu X
ˆ
j = vektor satuan yang searah dengan sumbu Y

ˆ
k = vektor satuan yang searah dengan sumbu Z
Ketiga vektor satuan di atas mempunyai panjang atau besarnya satu.
e. Vektor Posisi
Sebuah vektor A yang berada pada bidang xy dapat diuraikan menjadi komponen Ax dan Ay sehingga vektor A dapat
ditulis dengan :
A = Axi + Ayj
Namun, jika vektor A berada pada ruang maka vektor A ditulis dengan :
A = Axi + Ayj + Azk
Vektor posisi adalah suatu vektor yang menyatakan posisi suatu titik pada suatu bidang atau suatu ruang.
ˆ
ˆ
ˆ
r = xi + y j + zk

f. Vektor Perpindahan
Perpindahan merupakan perubahan posisi benda terhadap kedudukan atau posis awalnya. Jika benda bergerak dari
kedudukan awal dan kembali ke posisi awal benda itu bergerak maka benda dikatakan memiliki perpindahan nol.
Perpindahan benda dari titik A ke B yaitu :

∆r = r2 − r1
dengan :
r1 = x1 + y1 , r2 = x2 + y2
sehingga vektor perpindahan yaitu :

∆r = r2 − r1 = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j
Jika benda bergerak dari titik asal (0,0) ke titik (x,y) maka vektor perpindahan menjadi :
∆r = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j = ∆x i + ∆y j
Besar perpindahannya adalah

∆r = x 2 + y 2
Arah perpindahan
tan θ =

4.

y
x

Kecepatan Partikel pada Suatu Bidang
g. Kecepatan Rata-Rata
Kecepatan didefenisikan sebagai laju perubahan posisi. Untuk gerak dua ataupun tiga dimensi hal ini tetap berlaku.
Kecepatan rata-rata adalah hasil bagi perpindahan dengan selang waktu, maka secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut :
Kecepatan rata-rata pada garis lurus :

v=

∆x x 2 − x1
=
∆t
t 2 − t1

v=

∆r r2 − r1
=
∆t t 2 − t1

Kecepatan rata-rata pada bidang :

ˆ
ˆ
Jika disubsitusikan persamaan ∆r = ∆xi + ∆yj ke dalam persamaan di atas :
ˆ
∆xi + ∆yˆ ∆x ˆ ∆y ˆ
j
=
i+
j
∆t
∆t
∆t
ˆ
v = vxi + v y ˆ
j
v=

vx =

∆x x 2 − x1
∆y y 2 − y1
=
vy =
=
∆t
t 2 − t1 dan
∆t
t 2 − t1

Arah kecepatan searah dengan arah perpindahan benda.
h. Kecepatan Sesaat
Kecepatan sesaat merupakan kecepatan rata-rata untuk selang waktu ∆t mendekati nol.
 ∆x ˆ ∆y
v = lim ( v ) =  i +
∆t
 ∆t
∆t →0

ˆ  = dx i + dy ˆ
ˆ
j
j
dt
 dt

i. Kecepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik Komponen Perpindahan Terhadap Waktu (r terhadap t)

(a)

(b)

Gambar 1. a. grafik perpindahan r terhadap t pada gerak satu dimensi.
b. arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi.
Untuk grafik perpindahan r terhadap t untuk gerak satu dimensi, jika garis singgung kurva di suatu titik membentuk
sudut α terhadap sumbu t, besar kecepatan sesaat benda adalah
v = tan α

Kecepatan sesaat ini dapat dihitung berdasarkan dalil Phytagoras pada segitiga siku-siku yaitu :
2

v = vx + v y

2

Arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi dinyatakan dengan sudut θ yaitu sudut yang dibentuk oleh vektor
kecepatan sesaat terhadap sumbu x. Sehingga diperoleh
tan θ =

vy
vx

Sudut θ adalah positif jika diukur dengan arah berlawananan dengan putaran jarum jam dari sumbu x positif.
j. Kecepatan Sesaat sebagai Turunan Fungsi Posisi
Kecepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi posisi x terhadap t. Secara matematis dapat ditulis :
v=

dx
dt

k. Kecepatan Sesaat untuk Gerak pada Bidang
Kecepatan sesaat untuk bidang dapat dinyatakan dengan :

v = lim v = lim
∆t → 0

∆t → 0

∆r
∆t
Kecepatan sesaat di titik mana saja pada kurva lintasan partikel adalah sejajar dengan garis singgung lintasan pada titik
tersebut. Seperti kecepatan sesaat pada satu dimensi, kecepatan sesaat pada bidang juga merupakan turunan pertama
fungsi posisi r terhadap waktu t, dapat ditulis :
dr
dt
ˆ
v = vxi + v y ˆ
j
v=

Dengan
vx =

l. Menentukan Posisi dari Fungsi Kecepatan

dx
dy
vy =
dt dan
dt
dx
v =
x dt
x
t
∫ dx = ∫ v dt
x
x
0
0
t
x − x = ∫ v dt
0
x
0
t
x(t ) = x + ∫ v dt
x
0

0
dy
v =
y dt
y
t
∫ dy = ∫ v dt
y
y
0
0
t
y − y = ∫ v dt
0
y
0
t
y(t ) = y + ∫ v dt
y
0
0
x(t ) = x 0 + ∫ v(t )dt

dan

y (t ) = y 0 + ∫ v(t )dt

Secara matematis, integral adalah penjumlahan kontiniu. Dengan demikian, posisi partikel dapat ditentukan dengan
metode grafik, yaitu :
Perpindahan = Luas daerah di bawah kurva kecepatan-waktu

XIX. Metoda Pembelajaran
1. Model pembelajaran: pembelajaran yang sesuai dengan KTSP.
2. Metode: a. ceramah interaktif
b. diskusi kelompok
XX. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Apersepsi
Di kelas X kalian sudah belajar mengenai besaran vektor dan besaran skalar. Siapa yang masih ingat apa yang dimaksud
dengan besaran vektor dan besaran skalar?
b. Memberi motivasi
Salah satu contoh gerak dua dimensi adalah gerak benda di atas lantai dan gerak parabola karena pengaruh gravitasi.
Bagaimanakah cara menentukan koordinat benda tersebut ala notasi vektor?
c. Menyampaikan tujuan pelajaran
2. Kegiatan Inti
a. Siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru.
b. Guru membagikan LDS kepada setiap kelompok.
c. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan tentang vektor satuan, vektor posisi, kecepatan sesaat dan kecepatan ratarata.
d. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LDS tentang materi
vektor satuan, vektor perpindahan, kecepatan sesaat dan rata-rata, dan merumuskan persamaan posisi benda dari fungsi
kecepatan yang diketahui.
e. Siswa melakukan diskusi kelas dengan persentasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu diambil secara undian.
f. Guru memberikan penekanan tentang materi vektor satuan, vektor posisi, vektor kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat:
 Penguatan jika hasil diskusi kelas benar.
 Meluruskan konsep jika hasil diskusi belum tepat dalam diskusi.
 Menjelaskan kembali jika hasil diskusi salah total.
3. Penutup
a. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran.
b. Memberikan kuis tentang materi yang telah dipelajari.
c. Memberikan pekerjaan rumah dan tugas membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
XXI. Sumber Pembelajaran
1. Mikrajudin Abdullah. 2007. Fisika 2A SMA dan MA untuk kelas XI Semester I. Jakarta: ESIS Erlangga.
2. Sugiarto, dkk. 1996. Terampil Menerapkan Konsep dan Prinsip Fisika. Surakarta: Tiga Serangkai.
3. Tim Penyusun. 2004. Fisika SMA kelas 3A. Klaten: Intan Pariwara.
4. Lembar Diskusi Siswa.
XXII. Penilaian
 Aspek Penilaian
1. Teknik penilaian: tes tertulis
2. Bentuk Instrumen: pilihan ganda
3. Contoh instrumen: Lampiran Soal RPP
Guru Mata Pelajaran

Desi Novita Sari
64495/2005
Lampiran Soal RPP:
1. Sebuah mobil bergerak dari suatu tempat (1,0) ke tempat lain (5,4) dalam bidang xy. Vektor perpindahan mobil adalah ........
D. r = 4i + 4j

D. r = 4i + 2j

E. r = 2i + 4j

E. r = i + j

F. r = 3i + 4j
Kunci Jawaban: A
3
2
2. Seekor semut bergerak dari keadaan diam pada lintasan lurus. Persamaan geraknya dinyatakan oleh x = t i − 2t j , x dalam

meter dan t dalam sekon. Besarnya kecepatan semut saat t=5 sekon adalah ........
D. 25 m/s

D. 55 m/s

E. 55,4 m/s

E. 60 m/s

F. 77,62 m/s
Kunci Jawaban: C

Lampiran XVIII
KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
Pertemuan I
Nama Kelompok: …………….
1. ………………………….
2. ………………………….
3. ………………………….
4. ………………………….
5. ………………………….
6. ………………………….
7. ………………………….
KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
XXIII. Standar Kompetensi
1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.
XXIV. Kompetensi Dasar
1.4. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor.
XXV. Indikator
Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor.
XXVI. Petunjuk Umum
1. Mulailah dengan membaca basmalah.
2. Tulislah nama kelompok dan nama anggota kelompoknya di lembar yang telah disediakan.
3. Bacalah setiap perintah yang ada dan jawablah pertanyaan tersebut. Berdiskusilah dengan teman sekelompok untuk
menjawab pertanyaan.
4. Lakukan diskusi kelas setelah dilakukan diskusi kelompok.
Kinematika Gerak Partikel

Pertemuan

1

Segala sesuatu yang ada di alam ini bergerak. Bulan berputar pada sumbunya sambil mengitari bumi. Bumi berputar pada
sumbunya sambil mengitari matahari. Bahkan masih banyak contoh peristiwa alam yang lannya yang menunjukkan adanya proses
pergerakan. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa gerakan merupakan bagian dari kehidupan kita
Gerak tidak terbatas hanya pada sebuah lintasan tunggal yang lurus atau yang vertikal. Pada saat berjalan, mengemudi,
berlayar kita bergerak bebas terhadap permukaan bumi, yaitu bergerak dalam dua dimensi. Pada saat kita terbang melintasi
pegunungan, atau meluncur ke angkasa dengan sebuah roket, kita bergerak dalam tiga dimensi. Dalam BAB ini akan dibahas
pengembangan matematis untuk penggambaran gerak.
Vektor posisi
Vektor posisi adalah suatu vektor yang menyatakan posisi suatu titik pada suatu bidang atau suatu ruang. Posisi benda diukur dari
pusat koordinat ditulis dalam notasi vektor sebagai
ˆ
ˆ
ˆ
r = ....i + .... ˆ + ....k
j

Dengan
....= vektor satuan yang searah dengan sumbu X
....= vektor satuan yang searah dengan sumbu Y
....= vektor satuan yang searah dengan sumbu Z
....= vektor posisi partikel pada bidang.
....= komponen arah X dari vektor r .
....= komponen arah Y dari vektor r .
....= komponen arah Z dari vektor r .

Perpindahan
Gambar 1. Vektor perpindahan benda
Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi suatu titik materi pada waktu tertentu. Perpindahan benda dari titik A ke titik B
yaitu:
 
∆ r = r2 − r1
ˆ
ˆ
r 1 = ....i + .... ˆ + ....k
j

ˆ
ˆ
r 2 = ....i + .... ˆ + ....k
j
ˆ
ˆ
ˆ
ˆ
∆ r = (....i + .... ˆ + ....k ) − (....i + .... ˆ + ....k )
j
j
ˆ
ˆ
∆ r = (.... − ....)i + (.... − ....) ˆ + (.... − ....)k
j

Kecepatan
a. Kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara...................dengan .............yang diperlukan untuk melakukan
perpindahan.

...... =  ..... i + ..... ˆ + ..... k 
ˆ
ˆ
j

v =
.....
..... 
 .....
.......



ˆ
v = .....i + ..... j + ......k
b. Kecepatan sesaat
Kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata untuk selang waktu mendekati ..............


 ..... ˆ ..... ˆ ..... ˆ 
v = lim v = lim
i+
j+
k
.......... .
....... .....
.....
..... 

 ..... ˆ ..... ˆ ..... ˆ
v=
i+
j+
k
.....
.....
.....



ˆ
v = .....i + ..... j + ......k

Menentukan posisi dari fungsi kecepatan
t

x = x0 + ∫ ....dt
0

t

,

y = y0 + ∫ .....dt
0

t

atau

z = ..... + ∫ vz dt
0

Perpindahan =
Secara matematis integral adalah penjumlahan kontinu. Dengan demikian, posisi partikel dapat ditentukan dengan metode grafik,
yaitu:

Analisis Contoh Soal

[

]

2 ˆ
ˆ
ˆ
Posisi pesawat terbang setiap saat ditentukan oleh persamaan gerak r = (10t ) i + (10t − 5t ) j m
a. Tentukan posisinya pada saat t = 1 s dan t = 10 s.
b. Tentukan perpindahan pesawat selama selang waktu t =1 s sampai t =10s
c. Panjang atau besar perpindahan pesawat adalah
Jawab
a. Posisi pesawat saat t =1 s
ˆ
ˆ
ˆ
r1 = (10 x....) i + (10 x.... − 5 x....) ˆ m = (.....i + .... ˆ )m
j
j
Posisi pesawat saat t =10 s
ˆ
ˆ
ˆ
r2 = ( .....x....) i + ( ....x.... − ....x....) ˆ m = (.....i + ..... ˆ)m
j
j
b. Perpindahan pesawat antara t =1 s sampai t =10 s
ˆ ˆ ˆ
∆r = r2 − r1
ˆ
ˆ
ˆ
= (....i + .... ˆ) − (....i + .... ˆ) = (..... + .....)i − (..... + .....) ˆ
j
j
j

[

[

]

]

ˆ
= (.....i − ..... ˆ)m
j
c. Panjang atau besar perpindahan pesawat adalah

∆r = (.... − ....) 2 + (..... − .....) 2 + (..... − .....) 2

∆r = ......... = ..............

Penerapan Konsep
Jawablah Pertanyaaan-pertanyaan berikut
1. Sebuah kereta api bergerak lurus. Bagaimanakah hubungan antara vektor posisi dengan vektor perpindahan kereta api?

2. Berdasarkan soal no.1, apakah benar bahwa besar perpindahan kereta api sama dengan jarak yang ditempuhnya?

[

]

2
ˆ
ˆ
ˆ
3. Dalam selang waktu 5 s, seekor sepeda motor mengikuti persamaan r = (12t + 2)i + ( 2t ) j m . Tentukan
a. vektor kecepatan sepeda motor tersebut
b. kecepatan rata-rata sepeda motor ini antara selang waktu t = 2 s dan t = 10 s
c. besar vektor kecepatannya
Lampiran XIX
NILAI KRITIS UNTUK UJI LILIEFORS
UKURAN
SAMPEL
n =4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

TARAF NYATA (α)
0.01

0.05

0.10

0.15

0.20

0.417
0.405
0.364
0.348
0.331
0.311
0.294
0.284
0.275
0.268

0.381
0.337
0.319
0.300
0.285
0.271
0.258
0.249
0.242
0.234

0.352
0.315
0.294
0.276
0.261
0.249
0.239
0.230
0.223
0.214

0.319
0.299
0.277
0.258
0.244
0.233
0.224
0.217
0.212
0.202

0.300
0.285
0.265
0.247
0.233
0.223
0.215
0.206
0.199
0.190
14
15
16
17
18
19
20
25
30
n > 30

LAMPIRAN XX

0.261
0.257
0.250
0.245
0.239
0.235
0.231
0.200
0.187
1.031
√n

0.227
0.220
0.213
0.206
0.200
0.195
0.190
0.173
0.161
0.886
√n

0.207
0.201
0.195
0.189
0.184
0.179
0.174
0.158
0.144
0.805
√n

0.194
0.187
0.182
0.177
0.173
0.169
0.166
0.147
0.136
0.768
√n

0.183
0.177
0.173
0.169
0.166
0.163
0.160
0.142
0.131
0.736
√n
Luas di bawah lengkungan normal dari 0 ke z.
(Bilangan dalam badan daftar menyatakan desimal).
z
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4

0
0000
0398
0793
1179
1554

1
0040
0438
0832
1217
1591

2
0080
0478
0871
1255
1628

3
0120
0517
0910
1293
1664

4
0160
0557
0948
1331
1700

5
0199
0596
0987
1368
1736

6
0239
0636
1026
1406
1772

7
0279
0675
1064
1443
1808

8
0319
0714
1103
1480
1844

9
0359
0754
1141
1517
1879

0.5
0.6
0.7
0.8
0.9

1915
2258
2580
2881
3159

1950
2291
2612
2910
3186

1986
2324
2642
2939
3212

2019
2357
2673
2967
3238

2054
2389
2704
2996
3264

2088
2422
2734
3023
3289

2123
2454
2764
3051
3315

2157
2486
2794
3078
3340

2190
2518
2832
3106
3365

2224
2549
2852
3133
3389

1.0
1.1
1.2
1.3
1.4

3443
3643
3849
4032
4192

3438
3665
3869
4049
4207

3461
3686
3888
4062
4222

3485
3708
3907
4082
4236

3508
3729
3925
4099
4251

3531
3749
3944
4115
4265

3554
3770
3962
4131
4279

3577
3790
3980
4147
4292

3599
3810
3997
4162
4306

3621
3830
4015
4177
4319

1.5
1.6
1.7
1.8
1.9

4322
4452
4551
4641
4713

4345
4463
4564
4649
4719

4357
4474
4573
4656
4726

4370
4484
4582
4664
4732

4382
4495
4591
4671
4738

4394
4505
4599
4678
4744

4406
4515
4608
4686
4750

4418
4525
4616
4693
4756

4429
4535
4625
4699
4761

4441
4545
4633
4706
4767

2.0
2.1
2.2
2.3
2.4

4772
4821
4861
4893
4918

4778
4826
4864
4896
4920

4783
4830
4868
4898
4922

4788
4834
4871
4901
4925

4793
4835
4875
4904
4927

4798
4842
4878
4906
4929

4803
4846
4881
4909
4931

4808
4850
4884
4911
4932

4812
4854
4887
4913
4934

4817
4857
4890
4916
4936

2.5
2.6
2.7

4938
4953
4965

4940
4955
4966

4941
4956
4967

4943
4957
4968

4945
4959
4969

4946
4960
4970

4948
4961
4971

4949
4962
4972

4951
4963
4973

4952
4964
4974
2.8
2.9

4974
4981

4975
4982

4976
4982

4977
4983

4978
4984

4979
4984

4979
4985

4975
4985

4980
4986

4981
4986

3.0
3.1
3.2
3.3

4987
4990
4993
4995

4987
4991
4993
4995

4987
4991
4994
4995

4988
4991
4994
4996

4988
4992
4994
4996

4989
4992
4994
4996

4989
4992
4994
4996

4989
4992
4995
4996

4990
4993
4995
4996

4990
4993
4995
4997

3.4

4997

4997

4997

4997

4997

4997

4997

4997

4997

4998

3.5
3.6
3.7
3.8
3.9

4998
4998
4999
4999
5000

4998
4998
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

4998
4999
4999
4999
5000

Sumber : Nana.Sudjana.(1996). Metode Statistika. Bandung: Rosda Karya.
Lampiran XXI
DAFTAR G
Nilai Persentil
Untuk Distribusi t
ν = dk
(Bilangan Dalam Bahan Daftar Menyatakan tp )
ν
t 0.995
t 0.99
t 0.975
t 0.95
t 0.90

t 0.80

t 0.75

t 0.70

t 0.60

t 0.55

1
2
3
4

63.66
9.92
5.84
4.60

31.82
6.96
4.54
3.75

12.71
4.30
3.18
2.78

6.31
2.92
2.35
2.13

3.08
1.89
1.64
1.53

1.376
1.061
0.978
0.944

1.000
0.816
0.765
0.744

0.727
0.617
0.581
0.569

0.325
0.289
0.277
0.271

0.158
0.142
0.137
0.134

5
6

4.03
3.71

3.36
3.14

2.57
2.45

2.02
1.94

1.48
1.44

0.920
0.906

0.727
0.718

0.559
0.553

0.267
0.265

0.132
0.131
7
8
9

3.50
3.36
3.25

3.00
2.90
2.82

2.36
2.31
2.26

1.90
1.86
1.83

1.42
1.40
1.38

0.896
0.889
0.883

0.711
0.706
0.703

0.549
0.546
0.543

0.263
0.262
0.261

0.130
0.130
0.129

10
11
12
13
14

3.17
3.11
3.06
3.01
2.98

2.76
2.72
2.68
2.66
2.62

2.23
2.20
2.18
2.16
2.14

1.81
1.80
1.78
1.77
1.76

1.37
1.36
1.36
1.35
1.34

0.879
0.876
0.873
0.870
0.868

0.700
0.697
0.695
0.694
0.692

0.542
0.540
0.539
0.538
0.537

0.260
0.260
0.259
0.259
0.258

0.129
0.129
0.128
0.128
0.128

15
16
17
18
19

2.95
2.92
2.90
2.88
2.86

2.60
2.58
2.57
2.55
2.54

2.13
2.12
2.11
2.10
2.09

1.75
1.75
1.74
1.73
1.73

1.34
1.34
1.33
1.33
1.33

0.866
0.865
0.863
0.862
0.861

0.691
0.690
0.689
0.688
0.688

0.536
0.535
0.534
0.534
0.533

0.258
0.258
0.257
0.257
0.257

0.128
0.128
0.128
0.127
0.127

20
21
22
23
24

2.84
2.83
2.82
2.81
2.80

2.53
2.52
2.51
2.50
2.49

2.09
2.08
2.07
2.07
2.06

1.72
1.72
1.72
1.71
1.71

1.32
1.32
1.32
1.32
1.32

0.860
0.859
0.858
0.858
0.857

0.687
0.686
0.686
0.685
0.685

0.533
0.532
0.532
0.532
0.531

0.257
0.257
0.256
0.256
0.256

0.127
0.127
0.127
0.127
0.127

25
26
27
28
29

2.79
2.78
2.77
2.76
2.76

2.48
2.48
2.47
2.47
2.46

2.06
2.06
2.05
2.05
2.04

1.71
1.71
1.70
1.70
1.70

1.32
1.32
1.31
1.31
1.31

0.856
0.856
0.855
0.855
0.854

0.684
0.684
0.684
0.683
0.683

0.531
0.531
0.531
0.530
0.530

0.256
0.256
0.256
0.256
0.256

0.127
0.127
0127
0.127
0.127

30
40
60

2.75
2.70
2.66

2.46
2.42
2.39

2.04
2.02
2.00

1.70
1.68
1.67

1.31
1.30
1.30

0.854
0.854
0.848

0.683
0.681
0.679

0.530
0.529
0.527

0.256
0.255
0.254

0.127
0.126
0.126
12
2.62
2.36
1.98
1.66
1.29 0.845 0.677 0.526 0.254 0.126
0
∞
2.58
2.33
1.96 1.645 1.28 0.842 0.674 0.524 0.253 0.126
Sumber : Statictical Tables for Biological, Agricultural and Medical Research. Fisher, R.A danYates.F Table III. Oliver&BoydLtd.
Ediaburgh
Daftar Isi
ABSTRAK...................................................................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................................................................8
C. Batasan Masalah..................................................................................................................................................................................8
D.Tujuan Penelitian ................................................................................................................................................................................8
E. Kegunaan Penelitian............................................................................................................................................................................9
BAB II........................................................................................................................................................................................................10
KERANGKA TEORITIS...........................................................................................................................................................................10
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah......................................................................................................................10
A.Belajar dan Pembelajaran ..................................................................................................................................................................13
Hipotesis Penelitian...............................................................................................................................................................................22

Tugas ii

  • 1.
    ABSTRAK Desi Novita Sari: Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Guided TeachingTerhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa hasil belajar fisika siswa masih rendah. Strategi belajar aktif tipe guided teaching dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching terhadap hasil belajar fisika di kelas XI IPA SMAN 7 Padang. Hasil belajar yang diteliti pada penelitian ini berupa hasil belajar yang dibatasi pada ranah kognitif. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimental dengan rancangan penelitian randomized control group only design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang tahun ajaran 2009/2010 yang tersebar merata sebanyak 5 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive random sampling, kelas yang terpilih utuk menjadi sampel adalah kelas XI IPA3 dan XI IPA4. Alat untuk pengumpul data hasil belajar pada ranah kognitif adalah tes objektif sebanyak 30 butir soal. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu uji t pada taraf nyata 0,05. Hasil belajar siswa rata-rata pada ranah kognitif di kelas eksperimen (XI IPA 4) adalah 70,97 dan di kelas kontrol (XI IPA3) adalah 65,83. Pada hasil belajar ini dilakukan uji t sehingga diperoleh th = 2,024 dan tt = 1,668 pada taraf nyata 0,05 dan dk = n 1+n2-2. Jadi th > tt, hal ini menunjukkan bahwa Hi diterima dimana terdapat pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang. 1
  • 2.
  • 3.
    KATA PENGANTAR Puji syukurpenulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Guided Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN Padang”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu pernyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Físika Jurusan Físika FMIPA UNP. Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih atas segala dukungan dan bantuan kepada: 1. Bapak Drs. H Asrul, M.A. selaku Dekan FMIPA UNP. 2. Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNP. 3. Bapak Drs. Adlis selaku pembimbing I dan Penasehat Akademik. 4. Bapak Mahrizal, M.Si selaku pembimbing II. 5. Ibu Dra. Yulia Jamal, M.Si., Bapak Drs. Amali Putra, M.Pd. dan Bapak Drs. Masril, M.Si. 6. Bapak Kepala Sekolah dan majelis guru SMAN 7 Padang. 7. Siswa-siswi kelas XI IPA SMAN 7 Padang. 8. Rekan-rekan mahasiswa program studi Pendidikan Físika FMIPA UNP. 9. Semua pihak yang telah ikut serta memberikan dukungan dan bantuan. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Padang, Agustus 2009 Penulis 3
  • 4.
    BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat dewasa ini. Begitu banyak kemudahan yang telah kita nikmati sebagai imbas positif dari perkembangan IPTEK. Alat transportasi dan komunikasi yang semakin canggih menjadi indikator pesatnya kemajuan IPTEK. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan IPTEK. Semakin bisa orang memahami ilmu fisika maka semakin bertambah maju perkembangan IPTEK untuk masa yang akan datang. Fisika juga merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mengkaji tentang materi (zat) dan energi serta gejala-gejala alam dan keteraturannya. Selain memberikan fakta-fakta dan prinsip-prinsip yang ada pada fenomena alam, fisika juga memberi wawasan tentang cara-cara memperoleh fakta dan prinsip serta sikap fisikawan dalam melakukannya. Fisika juga memberi pelajaran yang baik tentang keberanian, pemecahan masalah, kemerdekaan berfikir, nilai-nilai kemanuasian dan demokrasi. Hal ini menunjukkan bahwa fisika mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Bertolak dan pentingnya peranan fisika dalam kehidupan, fisika seharusnya mampu menjadi mata pelajaran yang menarik. 1 Pemerintah telah melakukan banyak usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, termasuk di dalamnya pendidikan fisika. Bentuk usaha pemerintah terwujud melalui penyempurnaan kurikulum setiap perioda waktu tertentu, mulai dari kurikulum 1994, Kurikulum berbasis Kompetensi (KBK), hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk meningkatkan kualitas guru dan tenaga pendidikan diselenggarakan penataran, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di setiap kota atau kabupaten dan Kelompok Kerja Guru (KKG) 4
  • 5.
    pada setiap sekolahserta sertifikasi guru. Sarana dan prasarana pendidikan dilengkapi melalui pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan penyediaan buku paket yang berisi materi standar untuk tiap mata pelajaran dan tingkatan pendidikan. Berbagai lomba bidang studi diselenggarakan sebagai ajang kompetisi bagi siswa. Semua usaha pemerintah tersebut seharusnya semakin mendukung kesungguhan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kesungguhan siswa dalam kegiatan pembelajaran belum maksimal, termasuk dalam pembelajaran fisika. Hal ini terlihat dari penampilan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa ada memperhatikan guru menjelaskan di depan tetapi pikirannya tidak di dalam kelas dan ketika ditanya mereka tidak mampu menjawab dan mereka hanya diam tanpa mengeluarkan pendapat sedikitpun. Guru tidak tahu apakah siswa mengerti dengan apa yang telah dijelaskan. Kondisi ini dapat ditemui di Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Padang. Keadaan ini mengakibatkan hasil belajar fisika siswa tidak maksimal. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Nilai Rata-rata Ujian Harian Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang Kelas XI IPA1 XI IPA2 XI IPA3 Rata-rata nilai 60,56 59,24 51,05 ujian Semester 2 kelas X (sumber: guru fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang) XI IPA4 53,55 XI IPA5 61,58 Tabel 1 di atas memperlihatkan nilai rata-rata ujian semester belum ada yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan yaitu 65. Rendahnya hasil belajar fisika siswa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah kurang terlibatnya siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Padang ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun secara operasional KTSP ini belum terlaksana secara maksimal. Pelaksanaan KTSP dalam pembelajaran menuntut keaktifan siswa 5
  • 6.
    dari awal sampaiakhir pembelajaran, namun hal ini belum terlaksana di SMAN 7 Padang. Proses belajar mengajar lebih berpusat kepada guru sehingga guru menjadi salah satu pusat informasi atau yang lebih dikenal dengan teacher center dan metode yang digunakan masih metode ceramah. Aktifitas siswa yang dominan adalah mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru. Siswa akan lebih mudah memahami konsep fisika apabila konsep itu mereka temukan sendiri. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Semakin besar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka semakin besar pula baginya peluang untuk mengalami proses belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa selama proses pembelajaran adalah strategi pembelajaran aktif (active learning). Strategi pembelajaran aktif adalah strategi yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dalam hal ini siswa sebagai peserta didik mengambil peran lebih besar dalam aktifitas pembelajaran. Mereka menggunakan otak secara aktif untuk menemukan intisari dari suatu mata pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan hal-hal baru yang mereka pelajari ke dalam persoalan yang ada di kehidupan nyata. Penerapan strategi pembelajaran aktif dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian tentang penerapan strategi belajar aktif pernah diteliti oleh Yullis (2007) yang menyimpulkan bahwa strategi belajar aktif tipe Contract Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Widya (2008) juga telah meneliti tentang strategi pembelajaran aktif tipe Prediction Guided dan juga memberikan dampak yang positif terhadap hasil pembelajaran fisika. Penelitian tentang penerapan strategi belajar aktif dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar, dan berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin mencoba meneliti strategi belajar aktif Guided Teaching. Dalam strategi belajar aktif tipe guided teaching, siswa dituntut untuk 6
  • 7.
    terlibat dalam pembelajaransejak awal hingga pembelajaran selesai. Guided Teaching merupakan teknik belajar dimana guru bertanya kepada siswa satu atau lebih pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang akan dipelajari, kemudian siswa membandingkan jawaban mereka dengan penjelasan materi yang disampaikan dengan ceramah interaktif oleh guru. Pertanyaan merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Pemberian pertanyaan oleh guru adalah cara agar siswa dapat mengerti dan memahami materi yang akan dipelajari siswa. Siswa akan berusaha untuk menemukan jawabannya sehingga diharapkan siswa dapat menguasai pelajaran dengan baik. Dalam penerapan belajar aktif tipe guided teaching siswa diharuskan membaca dan memahami bahan ajar dan buku sumber di rumah. Untuk membuktikan siswa tersebut membaca dan paham dengan materi yang telah dibacanya, maka siswa diharuskan mengerjakan soal yang terdapat di dalam bahan ajar. Menyuruh siswa membaca dan memahami bahan ajar dan buku sumber lain bertujuan agar siswa memiliki bekal awal dalam belajar, sehingga saat proses belajar mengajar siswa tidak hanya mendengar dan mencatat penjelasan dari guru tapi juga berperan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa bisa bertanya kepada temannya saat dilakukan diskusi kelas dan kelompok yang tampil harus mampu untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Hal ini dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dan guru tidak lagi berfungsi sebagai pusat informasi tetapi hanya sebagai fasilitator. Berdasarkan keterangan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti strategi pembelajaran aktif melalui pemberian pertanyaan yaitu tipe Guided Teaching. Sebagaimana dikemukakan Silberman (2006:110) bahwa: “Tipe Guided Teaching merupakan suatu perubahan dari metoda ceramah secara langsung…”. Dalam menjelaskan materi siswa tidak hanya mendengar, mencatat apa yang disampaikan guru tetapi siswa juga aktif dalam pembelajaran. Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk 7
  • 8.
    melakukan penelitian yangberjudul, “ Pengaruh Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Guided Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di atas dapat kita rumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang?”. C. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan tenaga peneliti, perlu dilakukan pembatasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Materi pelajaran fisika yang diberikan dalam penelitian sesuai dengan KTSP untuk kelas XI semester 1 yaitu KD 1.1 Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. 2. Hasil belajar yang diamati adalah aspek kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotor tidak diteliti karena peneliti tidak bisa menyiapkan observer yang sebanding dengan jumlah siswa. D.Tujuan Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang. 8
  • 9.
    E. Kegunaan Penelitian Hasilpenelitian ini diharapkan berguna sebagai: a. Penambah pengetahuan peneliti khususnya tentang penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Guided Teaching dalam pembelajaran fisika. b. Sumbangan pemikiran bagi guru fisika khususnya guru fisika SMAN 7 Padang dalam melaksanakan proses pembelajaran fisika. c. Salah satu persyaratan bagi peneliti untuk menyelesaikan program pendidikan S1 di jurusan Fisika FMIPA UNP. 9
  • 10.
    BAB II KERANGKA TEORITIS KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan salah satu substansi pendidikan yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, keadaan sekolah dan kondisi sekolah. KTSP merupakan hasil penyempurnaan KBK yang diharapkan sesuai dengan substansi penidikan di atas. Menurut Mulyasa (2007:19) “KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan”. Maksudnya, setiap satuan pendidikan diberikan wewenang dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran di sekolah masing-masing. Setiap satuan pendidikan menyusun kurikulum berdasarkan kondisi sekolah masing-masing. Peran pemerintah hanya memberi rambu-rambu dalam penyusunan atau pengembangan kurikulum tersebut. Kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Padang pada saat sekarang ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang diterapkan SMAN 7 Padang diharapkan nantinya dapat membawa kondisi SMAN 7 Padang ke arah yang lebih baik, baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Pengembangan KTSP dilakukan oleh Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan yang terdiri atas guru, kepala sekolah, guru pembimbing (konselor), komite sekolah dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi, kompetensi dasar serta materi pembelajaran yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi 10
  • 11.
    dan karakteristik daerah,serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik. Pengembangan KTSP di SMAN 7 Padang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, komite sekolah dan belum melibatkan orangtua siswa, karena terkendala dalam bermusyawarah dengan orangtua murid. Di SMAN 7 Padang kegiatan pembelajaran yang disusun berdasarkan pada kondisi peserta didik, kondisi sekolah, serta beberapa tuntutan dan kebutuhan sekolah, hal ini sesuai dengan pengembangan KTSP menurut Mulyasa (2007:20) adalah: “KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut: 1. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. 2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversitikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”. Pelaksanaan kurikulum di sekolah diharapkan dapat menghasilkan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik yang baik. Penelitian yang dilaksanakan di SMAN 7 Padang ini pada Standar Kompetensi kelas XI IPA yaitu menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, sedangkan Kompetensi Dasar 1.1 yaitu menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. Kompetensi Dasar 1.1 ini mengharapkan siswa dapat menjelaskan, menyelesaikan soal dan menganalisa tentang gerak lurus, gerak parabola dan gerak melingkar dan bisa mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dalam materi pelajaran ini bisa diterapkan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching. Kompetensi Dasar ini tidak menuntut siswa untuk mengadakan pratikum, jadi penilaian hasil belajar yang diminta hanya ranah kognitif dan ranah afektif. Penelitian ini hasil belajar yang diteliti hanya hasil belajar pada ranah kognitif, karena keterbatasan dalam menyediakan observer yang sesuai dengan jumlah siswa. 11
  • 12.
    Penerapan strategi belajaraktif tipe Guided Teaching dalam proses pembelajaran dapat mencapai Kompetensi Dasar yang telah ditentukan. Tingkat pencapaian kompetensi peserta didik dapat diukur dengan melakukan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan dengan berbagai macam cara salah satunya yaitu penilaian kelas. Penilaian kelas dapat dilakukan oleh guru dengan memberikan ulangan harian kepada siswa. Ulangan harian dilakukan setiap selesai melaksanakan proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Ulangan harian ini dilakukan memiliki tujuan tertentu. E. Mulyasa (2007:259) menyatakan ”Ulangan harian ini terutama ditujukan untuk memperbaiki program pembelajaran, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan-tujuan lain, misalnya sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi peserta didik”. Untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didiknya dalam kompetensi dasar tertentu guru di SMAN 7 Padang melakukan ujian harian setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tertentu. Guru dapat melihat sejauh mana pencapaian kompetensi peserta didik setelah diadakannya ujian harian. Bagi peserta didik yang mendapatkan nilai ulangan harian di bawah nilai KKM yang telah ditetapkan, mereka harus mengikuti remedial supaya nantinya semua siswa memperoleh hasil belajar yang baik dalam artian semua kompetensi yang harus dicapai dapat tercapai. Kurikulum yang digunakan di SMAN 7 Padang adalah KTSP, namun secara operasionalnya KTSP ini belum terealisasi dengan baik. Hal ini terlihat dari model dan metode pembelajaran yang sering digunakan di dalam pembelajaran. Metode ceramah yang sangat sering diterapkan di dalam pembelajaran mengakibatkan pembelajaran dipusatkan pada guru (teacher center). 12
  • 13.
    A. Belajar danPembelajaran Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah. Bila terjadi proses belajar maka bersama itu pula terjadi proses mengajar. Belajar senantiasa dikatakan sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Sardiman (2006:21) menyatakan bahwa: “Belajar adalah sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikopisik untuk menuju keperkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor”. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sejalan dengan pengertian belajar yang dikemukakan oleh Slameto (1987:2) bahwa: “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata, tapi dengan belajar pengembangan diri seseorang sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Agar siswa belajar dengan baik, perlu diciptakan suatu kondisi yang memberikan kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan unsur-unsur yang mendukung terbentuknya perubahan yang diharapkan. Proses pengkondisian lingkungan yang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan komponen-komponen yang mendukung terbentuknya perubahan yang diharapkan, disebut sebagai pembelajaran. Dalam interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran, dibutuhkan komponen-komponen pendukung, yang diungkapkan Sardiman (2006:14) sebagai berikut: 13
  • 14.
    “Proses belajar-mengajar akansenantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dan guru, dibutuhkan komponen-komponen pendukung yang dirinci dalam ciri-ciri interaksi edukatif, antara lain: a. ada tujuan yang ingin dicapai; b. ada bahan/pesan yang menjadi bahan interaksi; c. ada pelajar yang aktif mengalami; d. ada guru yang melaksanakan; e. ada metode untuk mencapai tujuan; f. ada penilaian terhadap hasil interaksi”. Dalam KTSP, perilaku positif yang diharapkan terwujud selama atau setelah kegiatan pembelajaran berlangsung diistilahkan sebagai kompetensi. Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan pembelajaran. Mulyasa (2006:206) menyatakan: “Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik mental, fisik,maupun sosialnya”. Kompetensi baru dapat tercapai dengan baik apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif baik mental, fisik, maupun sosial. Kondisi ini juga berlaku dalam pembelajaran fisika. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Mundilarto (2002:3) menyatakan bahwa: ”Fisika merupakan ilmu yang berusaha memahami aturan-aturan alam yang indah dengan rapi dapat dideskripsikan secara matematis. Matematika dalam hal ini berfungsi sebagai bahasa komunikasi sains termasuk fisika”. Fisika dianggap penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan berbagai pertimbangan sebagai berikut (BNSP, 2006:443): ”Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang 14
  • 15.
    dipersyaratkan untuk memasukijenjang mengembangkan ilmu dan teknologi”. pendidikan yang lebih tinggi serta Fisika memiliki peranan yang besar bagi manusia, sudah seharusnya mata pelajaran fisika diajarkan di sekolah. Tujuan mata pelajaran fisika diajarkan bagi peserta didik menurut Depdiknas (2006:444) yaitu: ”...mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif”. Siswa harus benar-benar dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran fisika. Menurut KTSP, fisika terdiri dari produk dan proses. Produk meliputi fakta, konsep, prinsip, teori, postulat dan hukum. Ditinjau dari segi proses, fisika melatih siswa untuk memiliki berbagai keterampilan sains. Mulai dari mengidentifikasi variabel hingga terampil dalam menerapkan fakta, konsep, prinsip, teori, postulat dan hukum dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang seharusnya menarik sekaligus bemanfaat bagi siswa karena fisika bukan merupakan hafalan rumus-rumus melainkan mempelajari gejala-gejala alam yang selalu menarik untuk dipelajari. Dikatakan bermanfaat karena siswa dapat mengembangkan potensi dirinya dengan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran fisika secara optimal serta meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, maka guru perlu menyusun strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran, berinteraksi dengan lingkungan belajar dan memecahkan masalah. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah Pembelajaran Aktif Tipe Guided Teaching. Strategi Pembelajaran Aktif 15
  • 16.
    Strategi pembelajaran aktifadalah strategi yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Menurut Sardiman (2006:41) menyatakan bahwa: “Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, .... Jadi, orang yang belajar harus aktif, bertindak dan melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal”. Dengan strategi ini peserta didik dapat menggunakan kemampuan otak mereka tanpa harus dipaksa. Peserta didik terlihat secara aktif saat guru menyampaikan materi. Dengan pembelajaran aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga fisik. Dengan melibatkan fisik dan mental dalam belajar maka ilmu yang diterima lebih lama bertahan di dalam otak, kita lebih menguasai dan mengajarkan kepada orang lain. Hal ini sama dengan pendapat Konfusius (dalam Silberman, 2006;2) yang menyatakan bahwa: “Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami”. Pernyataan di atas dimodifikasi oleh Silberman dan diperluas menjadi paham belajar aktif yaitu: ”Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat. Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai”. Melihat pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa mendengar dan melihat saja belum cukup untuk membuat siswa paham terhadap apa yang sedang dipelajari. Siswa akan paham bila belajar dilakukan dengan mendengar, melihat, dan bekerja (beraktivitas). Belajar akan lebih bermakna lagi bila siswa mempertanyakan dan mendiskusikannya dengan orang lain. Kegiatan belajar aktif, siswa menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi dalam memecahkan suatu masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan tugas. Pendapat ini dipertegas oleh John Holt (dalam Silberman, 2006:26) yang menyatakan bahwa: ”Proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal berikut ini: 16
  • 17.
    a. b. c. d. e. f. g. Mengemukakan kembali informasidengan kata-kata mereka sendiri. Memberikan contoh. Mengenalinya dalam berbagai bentuk dan situasi. Melihat kaitan antara informasi dan fakta. Menggunakannya dengan berbagai cara. Memprediksi sejumlah konsekuensinya. Menyebutkan lawan atau kebalikannya”. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Siswa dikatakan belajar aktif apabila selama proses belajar dan pembelajaran melakukan aktivitas bergerak dan melakukan sesuatu yang aktif. Keaktifan siswa tidak hanya secara fisik tapi juga secara mental, hal ini sesuai dengan pendapat Suryobroto (1997:71) yang menyatakan bahwa: ”Keaktifan siswa dapat dilihat dari: 1. Berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran dengan penuh keyakinan. 2. Mempelajari, mengalami, dan menemukan sendiri bagaimana memperoleh situasi pengetahuan. 3. Merasakan sendiri bagaimana tugas-tugas yang diberikan oleh guru padanya. 4. Belajar dalam kelompok. 5. Mencoba sendiri konsep-konsep tertentu. 6. Mengkomunikasikan hasil pikiran, penemuan dan penghayatan nilai-nilai secara lisan atau penampilan”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar aktif menuntut keterlibatan siswa secara aktif menuju belajar mandiri dan banyak mengerjakan tugas. Dengan belajar aktif, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Guided Teaching Guided Teaching terdiri dari dua kata yaitu Guided dan Teaching. Dalam Echol (2003:283) Guided berarti kendali, penuntun, bimbing. Sedangkan Teaching dalam Echol 17
  • 18.
    (2003:581) berarti mengajar,pengajaran. Jadi, Guided Teaching berarti pengajaran terbimbing. Strategi pembelajaran aktif tipe Guided Teaching ini digunakan untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Siswa diberi pertanyaan yang membuka pikiran dan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian siswa mencocokkan kembali jawaban dari pertanyaan sebelumnya dengan materi yang disampaikan guru maupun dari sumber belajar yang mereka miliki. Pertanyaan yang diberikan termasuk jenis pertanyaan luas menilai, karena pertanyaan ini meminta murid untuk mengadakan penilaian/mengeluarkan pendapat. Semakin sering siswa memberikan pendapatnya tentang pelajaran, maka akan semakin terlihat aktif siswa tersebut dalam proses pembelajaran. Dengan strategi ini, siswa diharapkan dapat mempertahankan perhatiannya selama proses pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah Guided Teaching, diuraikan oleh Hisyam (2007:37) sebagai berikut: 1. Sampaikan beberapa pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki. 2. Berikan waktu beberapa menit untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan. Anjurkan mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok kecil. 3. Minta siswa menyampaikan hasil jawaban mereka dan catat jawaban-jawaban yang mereka sampaikan. Jika memungkinkan tulis di papan tulis dengan mengelompokkan jawaban mereka dalam kategori-kategori yang nantinya akan Anda sampaikan di dalam pembelajaran. 4. Sampaikan materi pelajaran dari materi Anda dengan ceramah yang interaktif. 5. Minta siswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah Anda sampaikan. Pada penelitian ini langkah-langkah penerapan strategi pembelajaran aktif tipe Guided Teaching sebagai berikut: 1. Siswa diminta duduk dalam kelompok yang telah ditentukan. 2. Guru membagikan LDS yang berisikan pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. 3. Siswa mendiskusikan jawaban dari pertanyaan tersebut bersama kelompoknya. 18
  • 19.
    4. Siswa mencatatjawaban yang disampaikan di dalam LDS yang telah dibagikan. 5. Guru menyampaikan materi dengan ceramah interaktif dan siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru pada LDS. 6. Siswa membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru. 7. Siswa mengadakan diskusi kelas dengan persentasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu diambil secara undian. 8. Guru memberikan penekanan dari apa yang telah dipelajari oleh siswa. 9. Guru membrikan kuis kepada siswa untuk menguji sejauh mana pemahaman terhadap materi yang tlah dipelajari 10. Hasil Belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar dilaksanakan, baik dalam bentuk prestasi atau perubahan tingkah laku dan sikap siswa yang telah mengalami pembelajaran. Hasil belajar ditandai oleh adanya suatu perubahan dalam, diri siswa. Sebagaimana yang diungkapkan Geoch (dalam sardiman; 2006:20) yaitu: “Learning is a change in performance as a result of practice”. Belajar adalah perubahan pada diri sebagai hasil kerja atau praktek. E. Mulyasa (2007:26) menyebutkan bahwa: “Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 dikemukakan bahwa hasil belajar berdasarkan KTSP adalah perubahan dalam diri peserta didik berkaitan dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan standar isi yang telah ditetapkan. SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan standar isi adalah ruang lingkup materi dan 19
  • 20.
    tingkat kompetensi yangdituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pengetahuan yang dimaksud oleh Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sejalan dengan pendapat Bloom tentang hasil belajar yaitu ranah kognitif. Bloom (dalam Nana: 2002:22) mengemukakan hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu: 1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu: a.Pengetahuan, yang mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. b. Pemahaman, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari yang terbagi atas tiga kategori, yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi. c.Aplikasi, mencakup kemampuan untuk menerapkan abstraksi (kaidah) berupa ide, teori, atau petunjuk teknis pada situasi kongkrit. d. Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagianbagian, sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. e.Sintesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru dari unsur-unsur atau bagian-bagian. f. Evaluasi, meliputi kemampuan untuk memberi keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan sudut pandang tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, material dan sebagainya. 20
  • 21.
    2. Ranah afektifberkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar kerampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Ketiga ranah atau aspek hasil belajar seperti yang diungkapkan di atas, dinilai dengan cara yang berbeda-beda. Untuk menilai hasil belajar aspek kognitif, dilakukan tes akhir. Aspek afektif diamati dan didata menggunakan lembaran obsevasi. Sedangkan aspek psikomotor diamati menggunakan rubriks penskoran. Dalam penelitian ini, penilaian aspek psikomotor dan aspek afektif tidak dilakukan. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam usaha menciptakan pengalaman belajar siswa yang sesuai dengan tuntutan kurikulum diperlukan suatu kondisi belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan interaksi siswa secara aktif. Salah satu bentuk strategi belajar aktif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah strategi belajar aktif tipe guided teaching. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kerangka berpikir dapat ditampilkan pada Gambar 1. 21
  • 22.
    Gambar 1. SkemaKerangka Berpikir Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara masalah yang kebenarannya masih harus diuji. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis kerjanya (Hi) yaitu terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang dan hipotesis nol (H 0) yaitu tidak terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang. 22
  • 23.
    BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian Penelitian ini bersifat pra eksperimental dengan rancangan penelitian menggunakan model Randomized Control Group Only Desaign. Sampel dibagi atas dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran aktif tipe Guided Teaching dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran berdasarkan KTSP. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: Tabel 2. Rancangan Penelitian Kelas Pretest treatment posttest Eksperimen - X T2 Kontrol - - T2 Sumber:(Sumadi,2006:104) Keterangan: X : perlakuan yang dilakukan pada kelas eksperimen melalui penerapan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Guided teaching. T2 : tes akhir yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Menurut Sugiyono (2006:55), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh 23
  • 24.
    peneliti untuk dipelajaridan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi dapat dikatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang yang terdaftar pada tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 5 kelas, seperti yang tercantum pada Tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Distribusi Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang pada Tahun Ajaran 2009/2010 N o 1 2 3 4 5 Kelas XI IPA1 XI IPA2 XI IPA3 XI IPA4 XI IPA5 Jumlah siswa 40 31 36 34 44 (Sumber: Tata usaha SMAN 7 Padang) 2. Sampel Sugiyono (2006:56) mengemukakan bahwa: ”Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Pengambilan sampel dilakukan apabila populasi besar dan peneliti memiliki keterbatasan dana, tenaga dan waktu untuk mempelajari semua yang ada pada populasi. Sampel yang diambil harus betul-betul representatif (mewakili), karena kesimpulan yang berlaku pada sampel juga diberlakukan (digeneralisasi) pada populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Cluster Sampling. Untuk menentukan sampel dalam teknik ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:  Menentukan nilai rata-rata kelas sampel yang diambil dari hasil ujian semester 2 kelas X untuk mata pelajaran fisika.  Mengambil dua kelas sampel yang mempunyai nilai rata-rata sama atau hampir bersamaan sehingga terpilih XI IPA3 dan XI IPA4 sebagai kelas sampel. 24
  • 25.
     Menganalisis skorhasil ujian siswa, pada masing-masing kelas sampel dengan uji normalitas dan uji homogenitas (lampiran I, II, III), seperti yang terlihat pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Hasil Analisis Nilai Ujian Semester 2 Kelas X SMAN 7 Padang kedua Sampel S 2 Kela s Sampel 1 Sampel 2 N L0 Lt Distribusi Fh 36 0,0697 0,1477 Normal 125,59 34 0,0854 0,1519 Normal Ft Ket 1,43 1,78 homogen 87,64  Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata (lampiran IV)dan didapatkan thitung = 1,012 dan ttabel pada taraf nyata 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2 = 36+34-2 = 68 adalah 1,668. Berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata ini diketahui bahwa t hitung < ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas sampel tidak memiliki perbedaan hasil belajar yang berarti.  Setelah diperoleh dua kelas yang normal dan homogen, maka diambil secara random kelas kontrol dan kelas eksperimen, sehingga didapatkan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA4 sebagai kelas eksperimen. C. Variabel dan Data 1. Variabel Sugiyono (2006:2) menyatakan bahwa: ”variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati.” Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1). Variabel independen (variabel bebas) yaitu Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Guided teaching. 25
  • 26.
    2). Variabel dependen(variabel terikat) yaitu hasil belajar fisika siswa di bidang kognitif yang diambil setelah diberikan perlakuan. 3). Variabel kontrol yaitu guru, siswa, kurikulum (KTSP), mata pelajaran, materi pelajaran dan lama waktu belajar adalah sama. 2. Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data hasil belajar ranah kognitif berupa hasil tes akhir dalam pelajaran setelah diberi perlakuan dan data sekunder yaitu data hasil ujian semester 2 kelas X. D. Prosedur Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan, disusun prosedur yang sistematis. Secara umum prosedur penelitian dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian. Tahap Persiapan. 1). Menentukan jadwal penelitian 2). Menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 3). Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan 4). Menyusun kisi-kisi soal tes akhir 5). Membuat soal tes akhir yang akan diberikan pada akhir penelitian. Tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan dilakukan proses pembelajaran yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sebagaimana tercantum pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Perbedaan antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol No Kelas Eksperimen Kelas Kontrol 26
  • 27.
    1 Pendahuluan: Pendahuluan: a. Guru menyebutkantujuan pembelajaran a. Guru b. Guru memberikan apersepsi menyebutkan tujuan pembelajaran. c. Guru memberi motivasi agar siswa lebih b. Guru memberikan apersepsi aktif c. Guru memberi motivasi agar siswa lebih aktif 2 Kegiatan Inti: Kegiatan inti: Seminggu sebelum pembelajaran siswa Seminggu sebelum pembelajaran diminta untuk membaca bahan ajar di siswa rumah. diminta untuk membaca bahan ajar di rumah. a. Siswa diminta duduk dalam kelompok a. Siswa diminta duduk dalam yang telah ditentukan. kelompok b. Guru membagikan LDS yang berisi yang telah ditentukan. pertanyaan yang akan dijawab oleh b. Guru membagikan LDS kepada siswa. setiap siswa dan diminta untuk c. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menjawab pertanyaan. d. Siswa menyampaikan berupa jawaban berdiskusi dengan anggota kelompoknya. c. Siswa melakukan diskusi kelas hasil dari diskusi dengan mempersentasikan hasil pertanyaan diskusi yang dilakukan oleh tersebut. kelompok e. Guru menyampaikan materi dengan tertentu diambil dengan cara undian. ceramah interaktif dan siswa mencatat d. Guru memberikan penekanan materi tersebut pada LDS. dari apa yang telah dipelajari f. Siswa diminta untuk membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru. mempersentasikan hasil diskusi yang oleh kelompok  Penguatan jika hasil diskusi kelas benar g. Siswa melakukan diskusi kelas dengan dilakukan oleh siswa yaitu: tertentu 27  Meluruskan konsep yang belum tepat dalam diskusi  Menjelaskan kembali jika
  • 28.
    diambil dengan caraundian. hasil diskusi salah total h. Guru memberikan penekanan dari apa yang telah dipelajari oleh siswa yaitu:  Penguatan jika hasil diskusi kelas benar  Meluruskan konsep yang belum tepat dalam diskusi  Menjelaskan kembali jika hasil diskusi salah total. 3 Penutup: Penutup: a. Siswa di bawah bimbingan guru a. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran. menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru memberikan evaluasi pada siswa b. Guru memberikan evaluasi pada mengenai materi pelajaran yang telah siswa mengenai materi pelajaran dijelaskan. yang telah dijelaskan. c. Guru memberikan tugas kepada siswa c. Guru memberikan tugas kepada mengenai materi pelajaran yang telah siswa mengenai materi pelajaran dijelaskan yang dan menyuruh siswa telah dijelaskan siswa dan membaca materi yang akan dipelajari menyuruh membaca pada pertemuan selanjutnya. materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 3. Tahap penyelesaian. Pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah: a. Mengadakan tes hasil belajar pada kedua kelas sampel setelah penelitian berakhir guna mengetahui hasil perlakukan yang diberikan. b. Mengolah data dari kedua kelas sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 28
  • 29.
    c. Menarik kesimpulandari hasil yang diperoleh sesuai dengan teknis analisis yang digunakan. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes akhir yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar aspek kognitif. Teknik pengambilan data untuk aspek kognitif adalah melalui tes yang dilaksanakan di akhir penelitian. Instrumen penilaian untuk aspek kognitif berupa tes objektif dengan 5 pilihan jawaban. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan instrumen tes adalah: 1. Membuat kisi-kisi soal tes akhir. 2. Menyusun soal tes akhir sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. 3. Melakukan uji coba soal. Uji coba soal tes akhir dilakukan untuk mengetahui kualitas soal yang telah dibuat. Kualitas soal dilihat dari validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. Uji coba soal tes akhir dilaksanakan di kelas XI SMAN 6 Padang. 4. Melakukan analisis hasil uji coba soal tes akhir. Analisis hasil uji coba soal tes akhir dilakukan untuk menentukan soal-soal mana diantara soal-soal uji coba yang layak dipakai pada tes akhir. Sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi (2005:207) bahwa: “Analisis soal bertujuan antara lain untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan jelek”. Analisis yang dilakukan meliputi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda. 29
  • 30.
    1). Validitas Validitas adalahukuran kevalidan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang akan diukur. Agar tes tersebut valid maka soal tes harus disusun sesuai dengan kisi-kisi. Pada penelitian ini yang dilihat adalah validitas isi (content validity). Suharsimi (2005:67) menyatakan bahwa: “Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan”. Soal yang dibuat sudah sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indicator yang ingin dicapai setelah pembelajaran dilaksankan dan sudah divalidasi oleh pakar pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa soal sudah memenuhi kriteria validitas isi.. 2). Reliabilitas Reliabilitas adalah ukuran kepercayaan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel (dapat dipercaya) apabila tes dapat memberikan hasil yang tetap apabila diuji kembali kepada objek yang sama. Suharsimi (2005:86) mengemukakan bahwa: “Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes”. Untuk menentukan reliabilitas tes dipakai rumus Kuder-Richardson (KR-21) yang dikemukakan oleh Slameto (1999: 216) yaitu: r11 = ( n M (n − M ) )(1 − ) 2 n −1 nS t Keterangan: r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan n : banyak soal M : mean St2 : varians total 30
  • 31.
    Penentuan tingkat reliabilitassoal dapat digunakan skala yang dikemukan pada tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal No ≤ ≤ ≤ ≤ ≤1 Indeks reliabilitas 0,00 r < 0,20 klasifikasi Sangat rendah . 0,20 r < 0,40 Rendah 2. 0,40 r < 0,60 Sedang 3 0,60 r < 0,80 Tinggi 4 0,80 r < 1,00 Sangat tinggi 5 Sumber: Slameto, 1999: 215) Rentangan yang penulis gunakan dalam menganalisis soal adalah 0,40 ≤ r < 0,60. Dari tes uji coba yang dilakukan, reliabilitas soal adalah 0,501 dengan kriteria sedang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran IX. 3). Indeks Kesukaran Suharsimi (2005:207) memyatakan bahwa: “ Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar”. Indeks kesukaran dicari dengan persamaan berikut: P= B Js Keterangan : P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab benar Js = jumlah siswa yang mengikuti tes Tingkat kesukaran soal dapat ditentukan dengan menggunakan skala yang dikemukakan pada Tabel 7. Tabel 7. Kategori Tingkat Kesukaran 31
  • 32.
    N Nilai Kategori o 1 0,7 – 1,00 Mudah 2 0,3- 0,7 Sedang 3 0,0 – 0,3 sukar (Sumber: Suharsimi, 2005:212) Kategori tingkat kesukaran soal pada penelitian ini menggunakan nilai tingkat kesuakaran 0,3 - 0,7 yang berada dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis indeks kesukaran (lampiran VIII), diperoleh 8 soal dengan kriteria sukar, 28 soal dengan kriteria sedang dan 9 soal dengan kriteria mudah. dari 45 soal yang diujicobakan 28 soal dipakai, 2 soal direvisi dan 15 soal dibuang 4). Daya beda Daya pembeda soal menurut Suharsimi (2005:211) adalah “Kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Daya beda ditentukan dengan melihat kelompok atas dan kelompok awah berdasarkan skor total. Pengelompokan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan membagi tes menjadi 27% atau 33% kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok bawah. Pada penelitian ini peneliti membagi 31 orang peserta tes uji coba menjadi 27% kelompok atas yang terdiri 8 orang dan 27% kelompok bawah yang terdiri 8 orang. Besarnya daya pembeda (indeks diskriminasi) dapat dihitung dengan rumus: D= B A BB − JA JB Dimana : D = daya pembeda JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah 32
  • 33.
    BA = banyaknyapeserta kelompok atas yang menjawab benar BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar Indeks daya beda soal dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Klasifikasi Indeks Daya Beda soal N o 1 2 3 4 Indeks Daya Beda klasifikasi 0,70 - 1,00 Baik sekali 0,40 - 0,70 Baik 0,20 - 0,40 Cukup 0,00 - 0,20 Jelek (Sumber: Suharsimi, 2005: 221) Soal yang dipilih untuk tes akhir adalah soal dengan daya beda 0,20 - 0,70 dengan kriteria cukup dan baik. Berdasarkan analisis daya beda yang dilakukan, dari 45 tes uji coba soal diperoleh 15 soal dengan kriteria jelek, 18 soal dengan kriteria cukup, dan 12 soal dengan kriteria baik (Lampiran VIII). Setelah dilakukan tes uji coba dan analisis, maka diperoleh jumlah soal tes akhir sebanyak 30 butir soal objektif. Teknik Analisis Data Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Untuk aspek kognitif hipotesis diuji secara statistik dengan uji kesamaan dua ratarata yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah diberi perlakuan. Dalam pengujian secara statistik, uji hipotesis didahului dengan uji normalitas dan uji homogenitas variansi kedua kelompok data. 33
  • 34.
    1. Uji Normalitas Uji normalitasdigunakan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal, dalam uji normalitas ini digunakan uji Liliefors. Sudjana (2002:466) merumuskan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Data x1, x2, x3, ..., xn yang diperoleh, diurutkan dari data yang terkecil hingga data yang terbesar. b. Data x1, x2, x3, ..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3, ..., zn dengan rumus: zi = xi − x s Keterangan : xi = skor yang diperoleh siswa ke-i x = skor rata-rata s = simpangan baku c. Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F ( z i ) = P( z ≤ z i ) (1) Selanjutnya dihitung porporsi z1, z2, z3, ..., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika porporsi ini dinyatakan dengan S(zi), maka: S( z i ) = banyaknyaz1 , z 2 , z 3 ,..., z n yang ≤ z i n (2) Menghitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian menentukan harga mutlaknya. (3) Diambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut yang disebut sebagai Lo. (4) Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis untuk uji liliefors pada taraf nyata α = 0,05. Kriteria penerimaan adalah bahwa sampel terdistribusi normal jika Lo yang diperoleh lebih kecil dari Lt, lain dari itu ditolak Lo. 34
  • 35.
    Berdasarkan analisis dataaspek kognitif untuk kelas kontrol, diperoleh L0 = 0,1425 dan Ltabel untuk n > 30 dan taraf nyata 0,05 adalah 0,1477. Karena L0 < Lt maka sampel di kelas kontrol terdistribusi normal. Untuk kelas eksperimen, diperoleh L0 = 0,0947 dan Ltabel untuk n > 30 dan taraf nyata 0,05 adalah 0,1519. Karena L0 < Lt , maka sampel di kelas eksperimen terdistribusi normal (Lampiran XI dan XII). 6. Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Untuk itu dilakukan uji F. Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F adalah: a. Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung harga F dengan persamaan yang dikemukakan dalam Sugiyono (2006:136) s1 2 F = s2 2 Keterangan : F= varians kelompok data 2 s1 = varians terbesar 2 s 2 = varians terkecil b. Jika harga F sudah diperoleh, bandingkan harga F tersebut dengan harga F yang terdapat dalam daftar distribusi F pada taraf signifikansi 5% dan dk pembilang = n 1-1 dan dk penyebut = n2-1. Jika harga F yang diperoleh dari perhitungan lebih kecil dibandingkan harga F pada tabel maka kedua kelompok data mempunyai varians yang homogen, demikian sebaliknya. Berdasarkan analisis data aspek kognitif diperoleh F hitung = 1,125 sedangkan Ftabel untuk dk pembilang = 33 dan dk penyebut = 35 pada taraf nyata 0,05 adalah 1,77 (Lampiran XIII). 35
  • 36.
    dengan demikian Fhitung< Ftabel. Untuk aspek kognitif kedua kelas mempunyai varians yang homogen. 7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Untuk melihat keberartian perbedaan hasil belajar kedua kelas sampel, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Untuk data yang terdistribusi normal dan dua kelompok data bervarians homogen, maka untuk uji kesamaan dua rata-rata digunakan uji t dengan persamaan yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:239): t= X1 − X 2 1 1 s + n1 n 2 ; 2 (n1 − 1) s1 + (n 2 − 1) s 2 s = n1 + n 2 − 2 2 2 Keterangan : X 1 = nilai rata-rata kelas eksperimen X 2 = nilai rata-rata kelas kontrol s1 = standar deviasi kelas eksperimen s 2 = standar deviasi kelas kontrol s = standar deviasi gabungan n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol Kriteria pengujian yang digunakan sebagaimana yang dinyatakan Sudjana (2002:239), ”Terima H0 jika –t1- α < t < t1- α , dimana t1- α didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1+n2-2) dan peluang (1- α )”. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Setelah didapat nilai t yang diperoleh dari perhitungan (th), dibandingkan dengan nilai t pada tabel distribusi t. Berdasarkan analisis data aspek kognitif diperoleh, t h = 2,024, sedangkan ttabel dengan dk = 68 dan taraf nyata 0,05 adalah 1,668. Nilai t h > tt, maka harga t tidak dalam penerimaan H0, jadi 36
  • 37.
    dapat disimpulkan bahwaHi diterima, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang berarti dari penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Data hasil belajar dalam penelitian ini adalah aspek kognitif. Data hasil belajar aspek kognitif diperoleh di akhir pembelajaran melalui tes tertulis berupa tes objektif dengan 5 option sebanyak 30 soal yang diambil dari 45 buah soal dan telah diujicobakan. Kelas yang digunakan untuk ujicoba soal adalah kelas yang telah dulu menyelesaikan materi tentang persamaan gerak dengan analisis vektor dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil jawaban terhadap hasil tes akhir diperoleh nilai hasil belajar ranah kognitif siswa. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 87 dan nilai terendahnya 53. Kelas kontrol mendapatkan nilai tertinggi 83 dan nilai terendahnya 50. Tabel 9 menunjukkan hasil tes akhir siswa pada kedua kelas dimana pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching. 39 Tabel 9. Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol N o 1 2 3 4 5 6 Eksperimen Nilai Frekuensi 53 57 60 63 67 70 4 2 1 2 5 5 Kontrol Nilai Frekuensi 50 53 63 67 70 73 3 6 9 5 3 1 37
  • 38.
    73 7 77 8 80 9 1 87 0 Jumlah 2 4 3 6 77 83 34 5 4 36 − Data tes akhirdi atas dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai rata-rata ( x ), 2 simpangan baku (s) dan variansi ( s ) kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Nilai Rata-rata, Simpangan Baku dan Varians Kelas Sampel. N − x s 2 Kelas Ekspeimen Kontrol 70,97 65,83 s 34 36 10,94 10,32 119,78 106,43 Analisis Data Analisis data bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching terhadap hasil belajar belajar siswa. Jika hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol maka diyakini bahwa hasil ini akibat pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Untuk melihat keberartian perbedaan maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan lebih dulu menentukan apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan kedua sampel mempunyai varians homogen. Oleh sebab itu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas 38
  • 39.
    Untuk melihat apakahdata dari sampel terdistribusi normal, maka dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors. Dari pengujian diperoleh harga L0 dan Lt untuk kedua kelas sampel pada taraf nyata α = 0,05 sebagaimana tercantum di Tabel 11. Tabel 11. Uji Normalitas Hasil Tes Akhir Kelas Eksperimen Kontrol N 34 36 L0 Lt 0,1519 0,1477 0.0947 0,1425 Distribusi Normal Normal Tabel 11 memperlihatkan pada kedua kelas didapatkan L 0 < Lt, ini berarti bahwa data yang didapatkan dari kelas sampel penelitian ini terdistribusi normal. Perhitungan lengkap uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran XI dan Lampiran XII. 2. Uji Homogenitas Untuk melihat apakah kedua kelas sampel homogen maka perlu dilakukan uji homogenitas. Berdasarkan uji homogenitas diperoleh Fhitung = 1,125 dan Ftabel pada dk pembilang 35, dk penyebut 32 adalah 1,78. Hasil yang diperoleh F hitung < Ftabel. Hal ini menunjukkan kedua kelas memiliki varians yang homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas dilampirkan pada Lampiran XIII. 3. Uji kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas varians tes akhir didapatkan bahwa kedua kelas sampel terdistribusi normal dan mempunyai varians homogen, sehingga uji keberartian perbedaan antara dua kelas sampel yang tepat adalah uji t, seperti terlihat pada Tabel 12. Tabel 12. Uji Kesamaan Dua Rata-rata − x Kelas Eksperimen Kontrol N 34 36 s 39 tt 10,94 10,32 70,97 65,83 th 2,024 1,66 8
  • 40.
    Kriteria pengujian terimaH 0 jika th < tt dengan dk = n1+n2-2 dengan peluang (1- α ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak. Berdasarkan uji t tersebut pada taraf nyata 0,05 (Lampiran XIV) diperoleh th = 2,024 dan tt = 1,668. Harga thitung yang diperoleh tidak berada dalam daerah penerimaan H0 sehingga Hi diterima. Diterimanya Hi ini memperlihatkan bahwa kedua kelas sampel memiliki hasil belajar yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh pengaruh dari penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching yang diberikan pada salah satu kelas sampel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data tes akhir yang telah dilakukan, diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Nilai tertinggi kelas eksperimen adalah 87 sedangkan nilai tertinggi kelas kontrol adalah 83. Secara klasikal pencapaian nilai KKM pada kelas eksperimen telah tercapai, yang terlihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 70,97. Pencapaian nilai KKM pada kelas kontrol juga telah tercapai, walaupun nilai rata-rata kelas kontrol adalah 65,83, hanya terdapat sedikit perbedaan yang tidak mencolok dari nilai KKM yang ditetapkan dengan nilai rata-rata kelas kontrol. Secara individual, pencapaian nilai KKM pada kelas eksperimen adalah 25 orang atau 73,53% dari 34 orang siswa, sedangkan pad kelas kontrol pencapaian nilai KKM baru 18 orang atau 50% dari 36 orang siswa. Sebaran nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 9, dari tabel 9 terlihat pada kelas eksperimen 9 orang yang tidak mencapai nilai KKM dan pada kelas kontrol 18 orang yang tiak mencapai nilai KKM. Setelah dilakukan uji 40
  • 41.
    statistik dengan ujit pada taraf nyata 0,05 diperoleh t hitung = 2,024 dan ttabel = 1,668 berarti thitung lebih besar daripada ttabel. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang berbunyi ”Terdapat Pengaruh yang Berarti pada Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe Guided Teaching terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMAN 7 Padang” diterima. Kenyataan ini membuktikan bahwa penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching berpengaruh terhadap hasil belajar fisika pada ranah kognitif. Tingginya hasil belajar siswa di kelas eksperimen daripada kelas kontrol juga disebabkan oleh siswa aktif dalam pembelajaran berlangsung. Siswa sebelum belajar di sekolah mereka telah membaca bahan ajar di rumah dan mengerjakan soal-soal yang ada pada bahan ajar. Siswa telah memiliki pengetahuan awal sehingga dalam menjawab pertanyaan siswa bisa mengeluarkan pendapatnya. Pendapat yang diberikan siswa tersebut didapatnya dari membaca bahan ajar serta buku sumber lain dan mengerjakan soal sebagai bukti siswa itu membaca bahan ajar. Guru dalam menjelaskan materi dengan menggunakan ceramah interaktif, dimana siswa saat guru menjelaskan materi ikut aktif di dalam proses belajar mengajar. Aktifnya siswa mengakibatkan pembelajaran tidak hanya berpusat kepada guru saja. Strategi belajar aktif tipe guided teaching ini dilanjutkan dengan proses membandingkan jawaban siswa dengan penjelasan dari guru, sehingga siswa lebih berfikir dalam proses membandingkan ini dan bisa mempertahankan pendapatnya tersebut dalam diskusi kelas. Diskusi kelas dilaksanakan bertujuan untuk menimbulkan rasa tanggung jawab siswa terhadap apa yang telah dilakukannya, maksudnya siswa tidak hanya asal mengeluarkan pendapat saja tapi mampu menjelaskan kepada teman-temannya. Siswa yang belum paham dengan apa yang dijelaskan temannya di depan kelas maka diberi kesempatan untuk bertanya, sehingga diskusi ada umpan balik dari kelompok lain sebagai peserta diskusi. 41
  • 42.
    Umpan balik inidapat memperlihatkan antusias siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa juga menjadi seorang guru saat menjelaskan hasil perbandingan jawaban mereka dengan yang dijelaskan oleh guru kepada teman-temannya. Selama penelitian ada beberapa hambatan yang ditemukan yang disebabkan karena peneliti belum memiliki pengalaman mengajar dan strategi belajar aktif tipe guided teaching merupakan pengalaman baru bagi peneliti dan siswa di SMAN 7 Padang. Hambatan yang ditemukan adalah kurang bisa mengontrol suasana kelas karena cenderung ribut pada saat diskusi kelas serta diskusi kelompok dan terbatasnya waktu untuk pembelajaran fisika sehingga membuat strategi belajar aktif tipe guided teaching kurang terlaksana secara maksimal. Pelaksanaan diskusi kelas hanya beberapa siswa yang bisa mengemukan pertanyaan atau pendapatnya tersebut. Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching dapat memberikan manfaat yaitu dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar fisika dapat meningkat. 42
  • 43.
    BAB V PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasilpenelitian diperoleh perbedaan yang berarti pada hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada ranah kognitif pada taraf nyata 0,05 secara kualitatif. Perbedaan ini diyakini disebabkan oleh pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika. Jadi, terdapat pengaruh penerapan strategi belajar aktif tipe Guided Teaching terhadap hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa hal yang dapat disarankan, yaitu: 1. Strategi belajar aktif tipe guided teaching ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam proses pembelajaran fisika. 43
  • 44.
    2. Untuk penelitiselanjutnya dapat meneliti penggunaan strategi belajar aktif tipe guided teaching terhadap tiga ranah hasil belajar yakni kognitif, afektif dan psikomotor. 3. Penerapan strategi belajar aktif tipe guided teaching dalam penelitian ini masih terbatas pada materi kinematika dengan analisis vektor, diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai materi pembelajaran fisika lainnya. DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. (1982). Metodologi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti. Departemen Pendidikan dan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPA SMP dan Mts, Fisika SMA dan MA. Jakarta: Dikti. Echols, Jhon M dan Hassan Shadly. (2003). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hisyam .Z, Bermawy .M, & Sekar A .A. (2007). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD (Center for Teaching Staff Development). Mulyasa. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mundilarto. (2002). Kapita Selekta Pendidikan Fisika. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Nana Sudjana. (2001). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya Sardiman A. M. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGravindo Persada 44
  • 45.
    Silberman, Melvin L.(2006). Active Learning: 101 Strategi pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Bumimedia. Slameto. (1987). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto. (1999). Evaluasi Pendidikan. Salatiga: Bumi Aksara. Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sumadi Suryasubrata. (2006). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Suryosubroto. (1997). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Widya Kurniatul Awalia. (2008). “Perbedaan Hasil Belajar Fisika Antara Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Prediction Guided Secara Individual dan Berkelompok Di Kelas X SMA Pembangunan KORPRI UNP.” Skripsi. FMIPA UNP. Yullys Helsa. (2007). “Pengaruh Penggunaan Contract Learning Dalam Pembelajaran Matematika Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Siswa Kelas XI IPS SMA Pembangunan KORPRI UNP.” Skripsi. FMIPA UNP. 45
  • 46.
    Lampiran I Uji Normalitas NilaiUjian Semester 2 Kelas X Kelas Sampel I xi fi 2 xi xi . f i 2 f i .x i zi Fzi fk Szi Fzi − Szi No 1 30 2 35 3 38 4 40 5 43 6 48 7 50 8 53 9 55 3 1 2 2 3 3 2 5 3 900 1225 1444 1600 1849 2304 2500 2809 3025 90 35 76 80 129 144 100 265 165 2700 1225 2888 3200 5547 6912 5000 14045 9075 -1,87 -1,43 -1,16 -0,98 -0,72 -0,27 -0,09 0,17 0,35 46 0,0307 0,0764 0,1230 0,1635 0,2358 0,3936 0,4641 0,5675 0,6368 3 4 6 8 11 14 16 21 24 0,0833 0,1111 0,1666 0,2222 0,3055 0,3888 0,4444 0,5833 0,6666 0,0526 0,0347 0,0436 0,0587 0,0697 0,0048 0,0197 0,0158 0,0298
  • 47.
    10 11 12 13 14 58 60 63 68 70 ∑ ∑fx x= − i 4 2 2 2 2 3364 3600 3969 4624 4900 232 120 126 136 140 1838 0,62 0,79 1,06 1,51 1,69 0,7324 0,7852 0,8554 0,9345 0,9545 28 30 32 34 36 − x −x zi =i S i n n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi ) 2 s2 = 13456 7200 7938 9248 9800 98234 Sz i = 2 n(n − 1) s = s2 Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F n = 36 − x = 51,05 s2 s L0 = 125,59 = 11,20 = 0,0697 0,886 = 0,886 = 0,1477 36 Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = n Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal. Lampiran II Uji Normalitas Nilai Ujian Semester 2 Kelas X Kelas Sampel II xi fi 2 xi xi . f i f i .x i zi Fzi 2 47 fk n 0,7777 0,8333 0,8888 0,9444 1,0000 0,0453 0,0481 0,0334 0,0099 0,0455
  • 48.
    fk Szi Fzi − Szi No 1 38 3 1444 114 4332 -1,66 0,0485 3 2 3 40 43 1 1 1600 1849 40 43 1600 1849 -1,45 -1,13 0,0735 0,1292 4 5 4 45 4 2025 180 8100 -0,91 0,1814 9 5 48 3 2304 144 6912 -0,59 0,2776 12 6 7 50 53 3 2 2500 2809 150 106 7500 5618 -0,37 -0,06 0,3557 0,4761 15 17 8 55 2 3025 110 6050 0,15 0,5596 19 9 58 5 3364 290 16820 0,47 0,6808 24 10 60 4 3600 240 14400 0,68 0,7517 28 11 63 1 3969 63 3969 1,01 0,8438 29 12 65 1 4225 65 4225 1,22 0,8888 30 13 14 68 70 2 2 4624 4900 136 140 9248 9800 1,54 1,75 0,9382 0,9599 32 34 1821 10042 3 ∑ ∑fx x= − i − x−x zi = i s i n n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi ) 2 s = 2 Sz i = 2 n(n − 1) s = s2 Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F n = 34 − x s = 53,55 2 0,088 2 0,1176 0,147 0 0,264 7 0,352 9 0,4411 0,500 0 0,558 8 0,705 8 0,823 5 0,852 9 0,882 3 0,9411 1,000 0 = 87,64 48 fk n 0,0397 0,0441 0,0178 0,0833 0,0753 0,0854 0,0239 0,0008 0,0250 0,0718 0,0091 0,0065 0,0029 0,0401
  • 49.
    s L0 = 9,36 = 0,0854 0,886 = 0,886 =0,1519 n 34 Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal. Lampiran III Uji Homogenitas Kelas Sampel Kelas sampel I Kelas sampel II − − x = 53,55 x = 51,05 2 2 s1 = 87,64 s 2 = 125,59 n = 34 n = 36 Fh = var ians terbesar = var ians terkecil s2 2 s1 2 = 125,59 = 1,43 87,64 Pada taraf nyata α = 0,05 dkpembilang = n-1 = 35 dkpenyebut = n-1 = 33 Ft = F(0,05)(35,33) = 1,78 Sehingga Fh < Ft, ini berarti kelas sampel mempunyai varians yang homogen. 49
  • 50.
    Lampiran IV Uji KesamaanDua Rata-rata Kelas Sampel − 2 x1 = 51,05 2 x 2 = 53,55 s1 = 125,59 n1 = 36 − s 2 = 87,64 2 (n − 1) s1 + (n 2 − 1) s 2 s = 1 n1 + n2 − 2 n 2 = 34 2 2 = (36 − 1)125,59 + (34 − 1)87,64 36 + 34 − 2 = 107,17 s = 107,17 = 10,35 − t hitung = S = − x1 − x 2 1 1 + n1 n 2 51,05 − 53,55 10,35 = t tabel = t (1−α )( n1 + n2 −2 ) 1 1 + 36 34 2.5 = 1,012 2,47 50 = t(0,95)(68)=1,668
  • 51.
    Jadi, thitung <ttabel artinya tidak terdapat perbedaan hasil belajar pada kedua kelas sampel.Lampiran V KISI_KISI SOAL UJI COBA BERBASIS ASSESMENT Mata Pelajaran : Fisika Materi : Kinematika dengan Analisis Vektor Waktu : 90 menit Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Taraf Kognitif soal C1 Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. 1. Menganalisis besaran perpindahan, kecepatan dan percepatan pada perpaduan gerak lurus dengan menggunakan vektor. 51 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 C2 C3 x C4 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x Kunci Jawaban D B D D B A B D C C D D D B E C D A D D
  • 52.
    2. Menganalisis besaranposisi dan kecepatan pada gerak parabola dengan menggunakan vektor. 3. Menganalisis besaran kecepatan dan percepatan pada gerak melingkar dengan menggunakan vektor. 4. Menganalisis vektor tangensial dan sentripetal. 52 percepatan percepatan 29 30 21 22 23 24 25 26 27 28 31 32 34 36 38 40 42 43 45 33 35 37 39 41 44 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x D C B C E E A E B C C A A B B A B A B B C A A C B
  • 53.
    Lampiran VI Soal UjiCoba 1. Rudi yang berada pada posisi (14,10) m melihat sarang burung yang sedang berada di atas pohon cemara dengan posisi (7,5) m. Rudi ingin mengambil sarang burung tersebut. Vektor perpindahan Rudi adalah ........ ^ ^ ^ D. (-7 i ,-5 j ) m A. (12 i ) m ^ ^ B. (25 j ) m ^ E. (7 i ,5 j ) m ^ C. (12 j ) m 2. Persamaan umum dari vektor posisi pada sumbu-x dan sumbu-y adalah.... A. r = x + y ∧ ∧ ∧ ∧ B. r = x i + y j C. r = x i + y k ∧ ∧ ∧ ∧ D. r = x j + y i ∧ E. r = x i + y j + z k 3. Posisi mobil yang sedang bergerak memenuhi persamaan r = ((3 + t2) i + 4t j) m. Perpindahan mobil antara t = 1 s sampai t = 4 s adalah ......... A. ∆ r = (3 i) m B. ∆ r = (4 i + 4 j) m C. ∆ r = (19 i + 16 j) m D. ∆ r = (15 i + 12 j) m 53
  • 54.
    E. ∆ r= (3 i + 12 j) m 4. Sebuah titik materi bergerak dari titik A(-3, 2, -2) menuju titik A. 4 3 m D. 5 2 m B. 5 3 m B(2, 5, -6). Besar vektor perpindahan nya adalah ......... E. 6 2 m C. 4 m 5. Pernyataan berikut ini yang benar, kecuali ........ A. Arah dari kecepatan rata-rata searah dengan arah perpindahan. B. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan tidak nol. C. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan nol. D. Benda yang bergerak dalam bidang hanya memiliki dua buah vektor satuan. E. Perpindahan merupakan perubahan posisi terhadap posisi awal. → 6. Sebuah kelereng bergerak dengan kecepatan awal sebesar 3 m/s dan percepatan 8 i m/s2. Jika posisi awal benda 5 meter maka → persamaan posisi benda pada sumbu X dapat ditulis ...... i . → A. x = 4t2 + 3t + 5 → B. x = 5t2 – 3t + 4 → C. x = 3t2 + 4t + 5 → D. x = 3t2 – 5t + 3 54
  • 55.
    → E. x =5t2 + 4t + 3 7. Titik materi bergerak dengan kelajuan awal 5 m/s 2 dan persamaan perlajuan a = (2t - 3). Kelajuan materi setelah bergerak selama 2 sekon adalah ....... A. B. C. 4 3 2 D. 1 E. 0 8. Posisi sebuah bola dapat dinyatakan dengan persamaan r = [(t3 – t2)i + t j] m. Kecepatan sesaat bola pada sembarang waktu adalah (dalam m/s) ....... A. v(t) = (t3 – t2) i + t j B. v(t) = 3t2 i + j C. v(t) = t2 i + j D. v(t) = (3t2 – 2t) i + j E. v(t) = -2 i + j → ∧ ∧ ∧ 9. Diketahui vektor percepatan suatu partikel a = p i + q j + r k . Berapa besar percepatan partikel tersebut ..... 2 2 A. a = p + r B. a= p2 + q2 a = p2 + q2 + r 2 C. D. a = p + q + r E. a = p + q + r 10. Posisi seekor kupu-kupu sepanjang sumbu x dinyatakan dengan persamaan x = (2t 2 + 5t + 8) dengan x dalam m dan t dalam sekon. Kecepatan awal kupu-kupu ini adalah ........ 55
  • 56.
    A. 2 m/s B.4 m/s C. 5 m/s D. 8 m/s E. 10 m/s 11. Percepatan sesaat adalah ...... A. Kecepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil B. Kecepatan rata-rata dibagi selang waktu C. Kecepatan persatuan waktu D. Limit percepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil E. Sama besarnya dengan percepatan sudut rata-rata 12. Kecepatan sebuah bus ANS digambarkan oleh grafik kecepatan terhadap waktu di bawah. Besarnya perpindahan bus ANS selam 5 sekon adalah ..... A. 600 m B. 300 m C. 500 m D. 1500 m E. 240 m → ∧ ∧ 3 2 13. Sebuah motor bergerak dengan persamaan kecepatan v (t ) = {(t + 2t + 2) i + (t + 1) j} m, dengan t dalam sekon. Besarnya vektor percepatan rata-rata motor antara t = 1 s dan t = 2 s adalah ...... 56
  • 57.
    B. 3 m/s2 34 m/s2 C. 340m/s2 A. D. 170 m/s2 E. 17 m/s2 → 14. Persamaan kecepatan sebuah partikel tersebut adalah ....... → ∧ → ∧ ∧ ∧ m/s dengan vx= 4t dan vy = (5 + 6t2). Persamaan vektor posisi partikel ∧ → ∧ ∧ → ∧ v = (v x i + v y j ) ∧ ∧ 2 2 A. r = 2t i + (5 + 2t ) j 2 3 B. r = 2t i + (5t + 2t ) j 3 2 C. r = 2t i + (5t + 2t ) j 3 2 D. r = 2t i + (5t − 2t ) j → ∧ ∧ 2 E. r = 2t i + 5t j 15. Sebuah benda yang bergerak membentuk kurva kecepatan terhadap waktu seperti pada gambar berikut. Perpindahan benda setelah 15 sekon adalah ....... 40 57
  • 58.
    A. 100 m B.200 m C. 300 m D. 400 m E. 500 m ∧ ∧ v = (v x i + v y j ) 16. Persamaan kecepatan sebuah partikel adalah m/s dengan m/s. Persamaan umum vektor percepatan sebagai fungsi waktu adalah ..... ∧ m/sdan v y = (5 + 6t 2 ) ∧ ∧ v x = 4t ∧ A. (2 i + 4t j ) m/s2 B. (4 i − 2t j ) m/s2 ∧ ∧ C. (4 i + 12t j ) m/s2 ∧ ∧ D. (8 i + 6t j ) m/s2 ∧ ∧ E. (10 i + 4t j ) m/s2 2 Posisi suatu partikel memenuhi persamaan x = 4t − 2t dengan x dalam meter dan t dalam sekon. Kecepatan partikel pada saat t = 5 sekon adalah ..... A. 16 m/s D. 38 m/s B. –19 m/s E. 45 m/s C. 27 m/s 2 18. Sebuah benda bergerak lurus dengan percepatan a = (2 − 3t ) m/s2. Jika kecepatan dan perpindahan partikel pada waktu t = 1 s adalah 3 m/s dan ¾ m, maka posisi partikel pada saat t = 2 s adalah ....... 58
  • 59.
    A. 2 m B.4 m C. 6 m D. 7 m E. 8 m 2 3 19. Sebuah partikel bergerak dengan fungsi kecepatan v(t ) = at + bt + c dengan a = 3m / s , b = -2m/s2 dan c = 5 m/s, maka percepatan partikel pada saat t = 5 sekon adalah .... A. 7 m/s2 D. 28 m/s2 2 B. 14 m/s E. 35 m/s2 2 C. 21 m/s → ∧ ∧ → 2 20. Posisi sebuah partikel diberikan oleh: r (t ) = x(t ) i + y (t ) j dengan x(t ) = 2t + 1 dan y (t ) = 4t + 2 untuk r , x, dan y dalam meter, t dalam sekon, dan konstanta dalam satuan yang sesuai. Kelajuan partikel pada t = 2 sekon adalah ....... A. 8,20 m/s D. 16,12 m/s B. 9,76 m/s E. 18,00 m/s C. 11,22 21. Gerak parabola merupakan hasil perpaduan antara gerak lurus beraturan pada sumbu-x dengan ..... A. gerak lurus beraturan pada sumbu-y B. gerak lurus berubah beraturan pada sumbu-y C. gerak melingkar D. gerak harmonik E. gerak jatuh bebas 22. Sebuah bola dilempar dari titik O membentuk lintasan parabola. Ketinggian maksimum H dan jarak terjauh. Komponen vertikal kecepatan bola pada ketinggiaan maksimum adalah ..... A. maksimum di H B. minimum di O C. nol di H D. sama di O dan di H 59
  • 60.
    E. maksimum diO dan di R 0 2 23. Sebuah peluru ditembakkan dengan sudut elevasi 30 dan kecepatan awal 80 m/s. Jika percepatan gravitasi g = 10 m / s , maka besarnya kecepatan peluru pada saat t = 2 s adalah ....... A. 0 m/s B. 10 3 m/s C. 20 m/s D. 40 3 m/s E. 10 52 m/s 0 24. Sebuah batu dilempar ke sebuah danau. Batu itu dilempar dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 . Waktu yang dibutuhkan batu untuk mencapai permukaan air danau adalah .... A. 300 s D. 25 s B. 100 s E. 10 s C. 40 s 25. Kecepatan pada gerak parabola akan sama dengan dengan kecepatan awalnya pada ..... A. titik terjauh B. di antara titik titik awal dengan titik tertinggi. C. titik tertinggi D. di antara titik tertinggi dengan titk terjauh E. titik puncak 26. Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut yang benar mengenai gerak parabola ....... A. Benda yang bergerak parabola mengalami percepatan pada sumbu X B. Benda yang bergerak parabola mengalami kecepatan yang konstan pada sumbu Y C. Benda mengalami perubahan kecepatan pada arah horizontal D. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal searah dengan percepatan grafitasi E. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal berlawanan arah dengan percepatan grafitasi 60
  • 61.
    0 27. Seekor tupaiyang sedang berada di atas pohon yang ditembak dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 terhadap 2 horizontal. Pada ketinggian 125 m, maka jarak tembak peluru tersebut dengan pohon adalah...( g = 10m / s ) A. 500 m B. 250 3 C. 150 m D. 125 m E. 100 3 m 2 28. Sebuah partikel dilempar vertikal ke atas dengan persamaan y = (20t − 5t ) m. Kecepatan awal dan tinggi maksimum yang dicapai oleh partikel tersebut adalah ....... A. 5 m/s dan 20 m B. 10 m/s dan 20 m C. 20 m/s dan 20 m D. 20 m/s dan 10 m E. 20 m/s dan 5 m 2 29. Sebuah bola bergerak dengan suatu persamaan x = 5t + 20t + 5 . Dari persamaan tersebut, besarnya posisi awal (x 0), kecepatan awal (v0) dan percepatan (a0) berturut-turut adalah ...... A. 5, 10 dan 15 B. 5, 100 dan 20 C. 5, 20 dan 5 D. 5, 20 dan 10 E. 10, 20 dan 5 30. Sebuah partikel sedang bergerak sepanjang sumbu-x. Kecepatan sebagai fungsi waktu diberikan oleh v = 5 + 10t , dengan v dalam 2 m/s. Posisi partikel pada t = 0 adalah 20 m. Percepatan ( m / s ) dan posisi partikel (m) sebagai fungsi waktu adalah ...... A. 10 dan 5t + 5t 2 B. 5 dan 5t + 5t 2 61
  • 62.
    2 C. 10 dan20 + 5t + 5t 2 D. 20 dan 10t 2 E. 0 dan 20 + 5t + 10t 2 31. Suatu benda berotasi mengitari sebuah poros dengan posisi sudutnya, θ, dapat dinyatakan sebagai θ = 2t − 9t + 4 ; θ dalam rad dan t dalam sekon. Kecepatan sudut suatu partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah……. A. -6,0 rad/s B. 5 rad/s C. -5,0 rad/s D. -4,0 rad/s E. -3,0 rad/s   ˆ ˆ ω (t ) = (4t − 9)i m / s . Posisi awal komedi putar adalah θ 0 = −3i 32. Sebuah komedi putar bergerak melingkar dengan kecepatan sudut m. Tentukanlah posisi komedi putar setelah bergerak adalah................  ˆ θ = (2t 2 − 9t − 3)i m A.  θ = (2t 2 + 9t − 3)iˆ m B.  θ = (2t 2 − 9t + 3)iˆ m C.  ˆ θ = (2t 2 − 3t − 9)i m D.  ˆ θ = (2t 2 − 3t + 9)i m E. 33. Perhatikan gambar dibawah ini, besar θ dalam radian adalah……… 62
  • 63.
    A. B. C. D. E. 1,67 0,167 16,7 9,55 95,5 34. Sebuah mobilbergerak dipercepat pada lintasan lingkaran yang miring dengan jari-jarinya 50 cm dengan persamaan percepatan 2 α = ( 2t − 3t − 4) rad s . Bila kedudukan dan kecepatan sudut awalnya sama dengan nol maka persamaan kecepatan sudut berbentuk sudut mobil tersebut adalah…………… A. 2 3 3 2 t − t − 4t 3 2 B. 3 3 3 2 t − t − 4t 2 2 C. 2 3 2 2 t − t − 4t 3 3 D. 3 2 2 t − t − 4t 3 E. 3 1 2 2t − t − 4t 3 63
  • 64.
    35. Pada sirkuitSentul terdapat sebuah lintasan berupa lingkaran yang memiliki diameter 1 km. Jika mobil balap Ananda Mikola ingin tetap berada dalam lintasan tersebut, maka percepatan sentripetal yang harus dikerjakan adalah 1,25 m/s 2 . Kecepatan mobil Ananda Mikola adalah............. A. 21 m/s B. 22 m/s C. 25 m/s D. 32 m/s E. 45 m/s 36. Persamaan posisi sudut suatu gasing yang sedang bergerak melingkar dinyatakan sebagai berikut:  θ (t ) = −1,00 rad + (0,600t) rad/s + (0,250 t 2 ) rad/s2. Posisi sudut saat t = 2 sekon adalah ........... (1 rad = 57,30) A. 96 0 B. 69 0 C. 61 0 D. 54 0 E. 45 0 37. Sebuah sepeda yang mempunyai roda dengan jari-jari 30 cm, mengelilingi taman bermain dengan kecepatan 5 m/s. Hitunglah percepatan sentripetal yang dialami oleh sebuah titik yang berada di ban sepeda! A. 83,3 m/s2 B. 80,0 m/s2 C. 53,3 m/s2 D. 50,0 m/s2 E. 43,3 m/s2 64
  • 65.
    38. Sebuah partikelmenempel pada sebuah ban sepeda. Pada waktu t, persamaan posisi sudut partikel adalah θ = 5t - t2 (θ dalam radian, t dalam sekon). Kecepatan sudut akan bernilai nol ketika t = …….. A. 3,0 s B. 2,5 s C. 1,5 s D. 1,0 s E. 0,5 s 39. Sebuah ban mobil berputar dengan kecepatan sudut 10 rad/s. kecepatan linear sebuah titik debu yang berjarak 0,5 meter dari sumbu putar adalah………… A. 5 m/s B. 10 m/s C. 12,5 m/s D. 15 m/s E. 9,5 m/s 40. Kurva berikut yang menggambarkan kecepatan sudut paling besar adalah ...... A. B. 65
  • 66.
  • 67.
    E. 41. Hubungan antarapercepatan tangensial dengan percepatan sudut adalah ...... a = r.ω 2 A. s 2 B. a = a s + at 2 C. at = r.α 2 4 D. a = r α + ω E. a = r 2 (α 2 + ω 4 )  2 42. Hitung percepatan sudut rata-rata sebuah benda yang berputar memenuhi θ (t ) = (5t + 4t + 8)rad , dalam selang waktu t = 0 sekon sampai t = 1 sekon !  A. α = 9 rad/s2  B. α = 10 rad/s2 67
  • 68.
    C. D. E.  α = 11rad/s2  α = 12 rad/s2  α = 13 rad/s2 2 43. Suatu roda berotasi mengitari sebuah poros dengan kecepatan sudutnya, ω, dapat dinyatakan sebagai ω = t − 5,0 ; ω dalam rad/s dan t dalam sekon. Percepatan sudut partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah…… A. 2,0 rad/s2 B. 2,5 rad/s2 C. 3,0 rad/s2 D. 3,5 rad/s2 E. 4,0 rad/s2 44. Baling-baling helicopter dirancang sedemikian rupa sehingga dapat berputar 120 rpm.Panjang baling-baling maksimum yang digunakan agar kecepatan linier pada baling-baling tidak melebihi 340 m/s adalah ....... A. 52 m B. 54 m C. 56 m D. 58 m E. 60 m 45. Sebuah meja putar mula-mula berputar dengan kecepatan sudut 20 rad/s. Setelah 2 sekon meja ini berhenti berputar. Besarnya percepatan sudut meja ini adalah ...... A. + 10 rad/s2 B. -10 rad/s2 C. +40 rad/s2 D. -40 rad/s2 E. 20 rad/s2 68
  • 69.
  • 70.
    Lampiran VIII ANALISIS ITEMUJICOBA TES AKHIR Soal lama Ba Bb P kriteria D Kriteria keterangan 1 6 6 0,81 Mudah 0 Jelek Buang Soal baru - 2 4 2 0,42 Sedang 0,25 Cukup Pakai 1 3 6 3 0,68 Mudah 0,38 Cukup Pakai 2 4 3 8 0,71 Mudah -0,63 Jelek Buang - 5 7 3 0,58 Sedang 0,5 Baik Pakai 3 6 3 1 0,32 Sedang 0,25 Cukup Pakai 4 7 3 3 0,26 Sukar 0 Jelek Buang - 8 6 2 0,48 Sedang 0,5 Baik Pakai 5 9 6 4 0,81 Mudah 0,25 Cukup Pakai 6 10 4 5 0,71 Mudah -0,13 Jelek Buang - 11 4 2 0,42 Sedang 0,25 Cukup Pakai 7 12 7 4 0,65 Sedang 0,38 Cukup Pakai 8 13 4 2 0,19 Sukar 0,25 Cukup Revisi 9 14 6 2 0,48 Sedang 0,5 Baik Pakai 10 15 5 1 0,68 Sedang 0,5 Baik Pakai 11 16 6 8 0,94 Mudah -0,25 Jelek Buang - 17 4 2 0,42 Sedang 0,25 Cukup Pakai 12 18 5 2 0,64 Sedang 0,38 Cukup Pakai 13 19 7 4 0,64 Sedang 0,38 Cukup Pakai 14 20 6 3 0,68 Sedang 0,38 Cukup Pakai 15 21 5 3 0,42 Sedang 0,25 Cukup Pakai 16 22 6 1 0,48 Sedang 0,63 Baik Pakai 17 23 5 3 0,42 Sedang 0,25 Cukup Pakai 18 24 6 3 0,48 Sedang 0,38 Cukup Pakai 19 25 6 2 0,48 Sedang 0,5 Baik Pakai 20 26 4 2 0,32 Sedang 0,25 Cukup Pakai 21 27 5 3 0,29 Sukar 0,25 Cukup Revisi 22 28 1 0 0,09 Sukar 0,125 Jelek Buang - 29 8 8 1 Mudah 0 Jelek Buang - 30 6 2 0,48 Sedang 0,5 Baik Pakai 23 31 5 1 0,68 Sedang 0,5 Baik Pakai 24 32 4 2 0,42 Sedang 0,25 Cukup Pakai 25 33 2 0 0,32 Sedang 0,5 Baik Pakai 26 34 2 2 0,38 Sedang 0 Jelek Buang - 35 7 7 0,77 Mudah 0 Jelek Buang - 36 5 5 0,64 Sedang 0 Jelek Buang - 37 7 7 0,77 Mudah 0 Jelek Buang - 38 6 2 0,48 Sedang 0,5 Baik Pakai 27 39 1 1 0,32 Sedang 0 Jelek Buang - 40 0 0 0,03 Sukar 0 Jelek Buang - 41 7 4 0,64 Sedang 0,38 Cukup Pakai 28 42 6 1 0,26 Sukar 0,63 Baik Pakai 29 43 7 3 0,61 Sedang 0,5 Baik Pakai 30 44 0 1 0,16 Sukar -0,125 Jelek Buang - 45 0 0 0 Sukar 0 jelek Buang -
  • 71.
    Lampiran IX RELIABILITAS UJICOBASOAL TES AKHIR 2 xi xi 31 30 fi 1 1 961 900 fi.xi 31 30 x 2 fi i 961 900
  • 72.
    29 28 27 26 25 24 23 22 21 19 18 16 15 14 1 1 3 1 5 2 2 1 3 3 2 2 2 1 31 M = 841 784 729 676 625 576 529 484 441 361 324 256 225 196 ∑fx S = r11 = ( N ( N − 1) i N N ∑ f i x i − (∑ f i x i ) 2 2 i 29 28 81 26 125 48 46 22 63 57 36 32 30 14 698 841 784 2187 676 3125 1152 1058 484 1323 1083 648 512 450 196 16380 = 698 = 22,52 31 = 31(16380) − (698) 2 = 22,12 31(31 − 1) 2 n M (n − M ) 45 22,52(45 − 22,52) )(1 − )=( )(1 − ) = 0,501 2 n −1 45 − 1 45(22,12) nS Jadi hasil uji reliabilitas uji coba soal didapat 0,501 dengan kriteria sedang. Lampiran X Soal Tes Akhir
  • 73.
    17. Persamaan umumdari vektor posisi pada sumbu-x dan sumbu-y adalah.... A. r = x + y ∧ ∧ ∧ ∧ B. r = x i + y j C. r = x i + y k ∧ ∧ ∧ ∧ D. r = x j + y i ∧ E. r = x i + y j + z k 18. Posisi mobil yang sedang bergerak memenuhi persamaan r = ((3 + t2) i + 4t j) m. Perpindahan mobil antara t = 1 s sampai t = 4 s adalah ......... A. ∆ r = (3 i) m B. ∆ r = (4 i + 4 j) m C. ∆ r = (19 i + 16 j) m D. ∆ r = (15 i + 12 j) m E. ∆ r = (3 i + 12 j) m 19. Pernyataan berikut ini yang benar, kecuali ........ F. Arah dari kecepatan rata-rata searah dengan arah perpindahan. G. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan tidak nol. H. Benda yang kembali ke titik awal memiliki perpindahan nol. I. Benda yang bergerak dalam bidang hanya memiliki dua buah vektor satuan. J. Perpindahan merupakan perubahan posisi terhadap posisi awal. → 20. Sebuah kelereng bergerak dengan kecepatan awal sebesar 3 m/s dan percepatan 8 i m/s2. Jika posisi awal benda 5 meter maka → persamaan posisi benda pada sumbu X dapat ditulis ...... i .
  • 74.
    → A. x =4t2 + 3t + 5 → B. x = 5t2 – 3t + 4 → C. x = 3t2 + 4t + 5 → D. x = 3t2 – 5t + 3 → E. x = 5t2 + 4t + 3 21. Posisi sebuah bola dapat dinyatakan dengan persamaan r = [(t3 – t2)i + t j] m. Kecepatan sesaat bola pada sembarang waktu adalah (dalam m/s) ....... A. v(t) = (t3 – t2)i + t j B. v(t) = 3t2i + j C. v(t) = t2i + j D. v(t) = (3t2 – 2t)i + j E. v(t) = -2i + j → ∧ ∧ ∧ 22. Diketahui vektor percepatan suatu partikel a = p i + q j + r k . Berapa besar percepatan partikel tersebut ..... 2 2 A. a = p + r B. a= p2 + q2 a = p2 + q2 + r 2 C. D. a = p + q + r E. a = p + q + r 23. Percepatan sesaat adalah ...... A. Kecepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil
  • 75.
    B. C. D. E. Kecepatan rata-rata dibagiselang waktu Kecepatan persatuan waktu Limit percepatan rata-rata untuk selang waktu yang sangat kecil Sama besarnya dengan percepatan sudut rata-rata 24. Kecepatan sebuah bus ANS digambarkan oleh grafik kecepatan terhadap waktu dibawah. Besarnya perpindahan bus ANS selam 5 sekon adalah ..... A. 600 m B. 300 m C. 500 m D. 1500 m E. 240 m → ∧ 3 2 25. Sebuah motor bergerak dengan persamaan kecepatan v (t ) = {(t + 2t + 2) i m, dengan t dalam sekon. Besarnya vektor percepatan rata-rata motor antara t = 1 s dan t = 2 s adalah ...... A. 3 m/s2 D. 169 m/s2 B. C. 34 m/s2 340 m/s2 E. 10 m/s2
  • 76.
    → 26. Persamaan kecepatansebuah partikel tersebut adalah ....... → ∧ → ∧ ∧ ∧ m/s dengan vx= 4t dan vy = (5 + 6t2). Persamaan vektor posisi partikel ∧ → ∧ ∧ → ∧ v = (v x i + v y j ) ∧ ∧ 2 2 A. r = 2t i + (5 + 2t ) j 2 3 B. r = 2t i + (5t + 2t ) j 3 2 C. r = 2t i + (5t + 2t ) j 3 2 D. r = 2t i + (5t − 2t ) j → ∧ ∧ 2 E. r = 2t i + 5t j 27. Sebuah benda yang bergerak membentuk kurva kecepatan terhadap waktu seperti pada gambar berikut. Perpindahan benda setelah 15 sekon adalah ....... A. 100 m B. 200 m C. 300 m D. 400 m E. 500 m
  • 77.
    2 Posisi suatu partikelmemenuhi persamaan x = 4t − 2t dengan x dalam meter dan t dalam sekon. Kecepatan partikel pada saat t = 5 sekon adalah ..... D. 16 m/s D. 38 m/s E. –19 m/s E. 45 m/s F. 27 m/s 2 13. Sebuah benda bergerak lurus dengan percepatan a = (2 − 3t ) m/s2. Jika kecepatan dan perpindahan partikel pada waktu t = 1 s adalah 3 m/s dan ¾ m, maka posisi partikel pada saat t = 2 s adalah ....... A. 2 m D. 7 m B. 4 m E. 8 m C. 6 m 2 3 14. Sebuah partikel bergerak dengan fungsi kecepatan v(t ) = at + bt + c dengan a = 3m / s , b = -2m/s2 dan c = 5 m/s, maka percepatan partikel pada saat t = 5 sekon adalah .... A. 7 m/s2 D. 28 m/s2 2 B. 14 m/s E. 35 m/s2 C. 21 m/s2 → ∧ ∧ 2 15. Posisi sebuah partikel diberikan oleh: r (t ) = x(t ) i + y (t ) j dengan x(t ) = 2t + 1 dan y (t ) = 4t + 2 untuk r , x, dan y dalam meter, t dalam sekon, dan konstanta dalam satuan yang sesuai. Kelajuan partikel pada t = 2 sekon adalah ....... D. 8,20 m/s D. 16,12 m/s E. 9,76 m/s E. 18,00 m/s F. 11,22 16. Gerak parabola merupakan hasil perpaduan antara gerak lurus beraturan pada sumbu-x dengan ..... A. gerak lurus beraturan pada sumbu-y
  • 78.
    B. gerak lurusberubah beraturan pada sumbu-y C. gerak melingkar D. gerak harmonik E. gerak jatuh bebas 17. Sebuah bola dilempar dari titik O membentuk lintasan parabola. Ketinggian maksimum H dan jarak terjauh. Komponen vertikal kecepatan bola pada ketinggian maksimum adalah ..... A. maksimum di H B. minimum di O C. nol di H D. sama di O dan di H E. maksimum di O dan di R 0 2 18. Sebuah peluru ditembakkan dengan sudut elevasi 30 dan kecepatan awal 80 m/s. Jika percepatan gravitasi g = 10 m / s , maka besarnya kecepatan peluru pada saat t = 2 s adalah ....... A. 0 m/s B. 10 3 m/s C. 20 m/s D. 40 3 m/s E. 10 52 m/s 0 19. Sebuah batu dilempar ke sebuah danau. Batu itu dilempar dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 . Waktu yang dibutuhkan batu untuk mencapai permukaan air danau adalah .... A. 300 s D. 25 s B. 100 s E. 10 s C. 40 s 20. Besar kecepatan pada gerak parabola akan sama dengan dengan besar kecepatan awalnya pada ..... A. titik terjauh
  • 79.
    B. di antaratitik titik awal dengan titik tertinggi. C. titik tertinggi D. di antara titik tertinggi dengan titk terjauh E. titik puncak 21. Manakah di antara pernyataan-pernyataan berikut yang benar mengenai gerak parabola pada medan gravitasi bumi....... A. Benda yang bergerak parabola mengalami percepatan pada sumbu X B. Benda yang bergerak parabola mengalami kecepatan yang konstan pada sumbu Y C. Benda mengalami perubahan kecepatan pada arah horizontal D. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal searah dengan percepatan grafitasi E. Percepatan yang dialami benda pada arah vertikal berlawanan arah dengan percepatan gravitasi 0 22. Seekor tupai yang sedang berada di atas pohon yang ditembak dengan kecepatan awal 100 m/s dan sudut elevasi 30 terhadap 2 horizontal. Ketinggian tupai dari tanah adalah 125 m, maka jarak tembak peluru tersebut dengan pohon adalah.........( g = 10m / s ) A. 500 m B. 250 3 C. 150 m D. 125 m E. 100 3 m 23. Sebuah partikel sedang bergerak sepanjang sumbu-x. Kecepatan sebagai fungsi waktu diberikan oleh v = 5 + 10t , dengan v dalam 2 m/s , dan t dalam s. Posisi partikel pada t = 0 adalah 20 m. Percepatan ( m / s ) dan posisi partikel (m) sebagai fungsi waktu adalah ...... 2 A. 10 dan 5t + 5t 2 B. 5 dan 5t + 5t 2 C. 10 dan 20 + 5t + 5t 2 D. 20 dan 10t 2 E. 0 dan 20 + 5t + 10t
  • 80.
    2 24. Suatu bendaberotasi mengitari sebuah poros dengan posisi sudutnya, θ, dapat dinyatakan sebagai θ = 2t − 9t + 4 ; θ dalam rad dan t dalam sekon. Kecepatan sudut suatu partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah……. F. -6,0 rad/s G. 5 rad/s H. -5,0 rad/s I. -4,0 rad/s J. -3,0 rad/s   ˆ ˆ ω (t ) = (4t − 9)i m / s . Posisi awal komedi putar adalah θ 0 = −3i 25. Sebuah komedi putar bergerak melingkar dengan kecepatan sudut m. Tentukanlah posisi komedi putar setelah bergerak adalah................  ˆ θ = (2t 2 − 9t − 3)i m F.  θ = (2t 2 + 9t − 3)iˆ m G.  θ = (2t 2 − 9t + 3)iˆ m H.  2 ˆ I. θ = (2t − 3t − 9)i m  2 ˆ J. θ = (2t − 3t + 9)i m 26. Perhatikan gambar dibawah ini, besar θ dalam radian adalah……… A. 1,67
  • 81.
    B. C. D. E. 0,167 16,7 9,55 95,5 27. Sebuah partikelmenempel pada sebuah ban sepeda. Pada waktu t, persamaan posisi sudut partikel adalah θ = 5t - t2 (θ dalam radian, t dalam sekon). Kecepatan sudut akan bernilai nol ketika t = …….. A. 3,0 s B. 2,5 s C. 1,5 s D. 1,0 s E. 0,5 s 28. Hubungan antara percepatan tangensial dengan percepatan sudut adalah ...... a = r.ω 2 F. s 2 2 G. a = a s + at I. a = r α 2 +ω4 J. a = r 2 (α 2 + ω 4 ) H. at = r.α  θ (t ) = (5t 2 + 4t + 8)rad , dalam selang waktu t = 0 29. Hitung percepatan sudut rata-rata sebuah benda yang berputar memenuhi sekon sampai t = 1 sekon !  F. α = 9 rad/s2  G. α = 10 rad/s2  H. α = 11 rad/s2
  • 82.
     I. α =12 rad/s2  J. α = 13 rad/s2 2 30. Suatu roda berotasi mengitari sebuah poros dengan kecepatan sudutnya, ω, dapat dinyatakan sebagai ω = t − 5,0 ; ω dalam rad/s dan t dalam sekon. Percepatan sudut partikel pada benda saat t = 1,0 s, adalah…… A. 2,0 rad/s2 B. 2,5 rad/s2 C. 3,0 rad/s2 D. 3,5 rad/s2 E. 4,0 rad/s2
  • 83.
    Lampiran XI Uji NormalitasTes Akhir Kelas Kontrol xi fi 2 xi xi . f i 2 f i .x i zi Fzi fk Szi Fzi − Szi No 1 50 2 53 3 63 3 6 9 2500 2809 3969 150 318 567 7500 16854 35721 -1.53 -1.24 -0.27 0.0630 0.1075 0.3936 3 9 18 0.0833 0.2500 0.5000 0.0203 0.1425 0.1064
  • 84.
    4 5 6 7 8 ∑ 67 70 73 77 83 ∑fx x= − i 5 3 1 5 4 36 4489 4900 5329 5929 6889 335 210 73 385 332 2370 0.5438 0.6554 0.7549 0.8599 0.9515 23 26 27 32 36 − n ∑ fi x i − ( ∑ f i xi ) 2 s = 0,11 0,40 0.69 1.08 1.66 x −x zi = i s i n 2 22445 14700 5329 29645 27556 159750 Sz i = 2 n(n − 1) s = s2 Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F n = 36 − x = 65,83 2 s s L0 = 106,43 = 10,32 = 0,1425 0,886 = 0,886 = 0,1477 36 Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = n Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal. 0.6388 0.7222 0.7500 0.8888 1,0000 fk n 0.0950 0.0668 0.0049 0.0289 0.0485
  • 85.
    Lampiran XII Uji NormalitasTes Akhir Kelas Eksperimen xi fi 2 xi xi . f i 2 f i .x i zi Fzi fk Szi Fzi − Szi No 1 53 2 57 3 60 4 63 4 2 1 2 2809 3249 3600 3969 212 114 60 126 11236 6498 3600 7938 -1,64 -1,27 -1,00 -0,73 0,0505 0,1020 0,1587 0,2327 4 6 7 9 0.1176 0.1765 0.2059 0.2647 0.0671 0.0745 0.0472 0.0320
  • 86.
    5 6 67 70 5 5 4489 4900 335 350 22445 24500 -0,36 -0,09 0,3594 0,4641 14 19 0.4117 0.5588 0.0523 0.0947 7 8 9 10 73 77 80 87 2 4 3 6 34 5329 5929 6400 7569 48243 146 308 240 522 2413 10658 23716 19200 45414 175205 0,18 0,55 0,83 1,46 0,5714 0,7088 0,7967 0,9278 21 25 28 34 0.6176 0.7353 0.8235 1,0000 0.0462 0.0265 0.0268 0.0722 Sz i = fk n ∑ ∑fx x= − i − x−x zi = i s i n n ∑ f i x i − ( ∑ f i xi ) 2 s = 2 2 n(n − 1) s = s2 Harga Fzi dapat dilihat pada tabel F n = 34 − x = 70,97 2 s s L0 = 119,78 = 10,94 = 0.0947 0,886 = 0,886 = 0,1519 34 Lt untuk n > 30 dengan taraf nyata 0,05 = n Karena L0 < Lt, maka sampel penelitian ini terdistribusi normal.
  • 87.
    Lampiran XIII Uji HomogenitasKelas Sampel Pada Tes Akhir Fh = var ians terbesar = var ians terkecil s2 2 s1 2 = 119,78 = 1,125 106,43 Pada taraf nyata α = 0,05 dkpembilang = n-1 = 33 dkpenyebut = n-1 = 35 Ft = F(0,05)(35,33) = 1,77 Sehingga Fh < Ft, ini berarti kelas sampel mempunyai varians yang homogen.
  • 88.
    Lampiran XIV Uji KesamaanDua Rata-rata Kelas Sampel Pada Tes Akhir 2 s1 = 119,78 2 s 2 = 106,43 − x 1 = 70,97 1 n = 34 − x 2 = 65,83 n2 = 36
  • 89.
    2 s2 = = (n1 −1) s1 + (n 2 − 1) s 2 n1 + n2 − 2 2 (34 − 1)119,78 + (36 − 1)106,43 36 + 34 − 2 = 112,91 s = 112,91 = 10,63 − t hitung = S = − x1 − x 2 1 1 + n1 n 2 = t(0,95)(68)=1,668 70,97 − 65,83 10,63 = t tabel = t (1−α )( n1 + n2 −2 ) 1 1 + 36 34 5,14 = 2,024 2,54 Jadi, thitung > ttabel artinya terdapat perbedaan hasil belajar yang berarti pada kedua kelas, sehingga hipotesis penelitian diterima.
  • 90.
    Lampiran XV Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI IPA / 1 Alokasi Waktu: 3 x 45 menit I. Standar Kompetensi 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. II. Kompetensi Dasar 1.1. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. III. Indikator Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor. IV. Tujuan Pembelajaran
  • 91.
    Setelah mengikuti pelajaranmaka peserta didik dapat: 1. Menjelaskan konsep vektor satuan. 2. Menjelaskan konsep vektor posisi. 3. Menjelaskan konsep vektor perpindahan. 4. Menjelaskan konsep kecepatan benda rata-rata. 5. Menjelaskan konsep kecepatan benda sesaat. 6. Menentukan perpindahan benda melalui grafik v-t. V. Materi Pembelajaran 1. Posisi Partikel pada Suatu Bidang a. Vektor Satuan Vektor satuan adalah suatu vektor yang panjang atau besarnya sama dengan satu. Dalam koordinat ruang terdapat tiga buah vektor satuan yaitu : ˆ i = vektor satuan yang searah dengan sumbu X ˆ j = vektor satuan yang searah dengan sumbu Y ˆ k = vektor satuan yang searah dengan sumbu Z Ketiga vektor satuan di atas mempunyai panjang atau besarnya satu. b. Vektor Posisi Sebuah vektor A yang berada pada bidang xy dapat diuraikan menjadi komponen Ax dan Ay sehingga vektor A dapat ditulis dengan : A = Axi + Ayj
  • 92.
    Namun, jika vektorA berada pada ruang maka vektor A ditulis dengan : A = Axi + Ayj + Azk Vektor posisi adalah suatu vektor yang menyatakan posisi suatu titik pada suatu bidang atau suatu ruang. ˆ ˆ ˆ r = xi + y j + zk c. Vektor Perpindahan Perpindahan merupakan perubahan posisi benda terhadap kedudukan atau posis awalnya. Jika benda bergerak dari kedudukan awal dan kembali ke posisi awal benda itu bergerak maka benda dikatakan memiliki perpindahan nol. Perpindahan benda dari titik A ke B yaitu : ∆r = r2 − r1 dengan : r1 = x1 + y1 , r2 = x2 + y2 sehingga vektor perpindahan yaitu : ∆r = r2 − r1 = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j Jika benda bergerak dari titik asal (0,0) ke titik (x,y) maka vektor perpindahan menjadi : ∆r = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j = ∆x i + ∆y j Besar perpindahannya adalah ∆r = x 2 + y 2
  • 93.
    Arah perpindahan tan θ= 2. y x Kecepatan Partikel pada Suatu Bidang a. Kecepatan Rata-Rata Kecepatan didefenisikan sebagai laju perubahan posisi. Untuk gerak dua ataupun tiga dimensi hal ini tetap berlaku. Kecepatan rata-rata adalah hasil bagi perpindahan dengan selang waktu, maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Kecepatan rata-rata pada garis lurus : v= ∆x x 2 − x1 = ∆t t 2 − t1 v= ∆r r2 − r1 = ∆t t 2 − t1 Kecepatan rata-rata pada bidang : ˆ ˆ Jika disubsitusikan persamaan ∆r = ∆xi + ∆yj ke dalam persamaan di atas : ˆ ∆xi + ∆yˆ ∆x ˆ ∆y ˆ j = i+ j ∆t ∆t ∆t ˆ v = vxi + v y ˆ j v= vx = ∆x x 2 − x1 ∆y y 2 − y1 = vy = = ∆t t 2 − t1 dan ∆t t 2 − t1
  • 94.
    Arah kecepatan searahdengan arah perpindahan benda. b. Kecepatan Sesaat Kecepatan sesaat merupakan kecepatan rata-rata untuk selang waktu ∆t mendekati nol.  ∆x ˆ ∆y ˆ  dx ˆ dy ˆ v = lim ( v ) =  i + j = i+ j ∆t  dt dt ∆t →0  ∆t c. Kecepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik Komponen Perpindahan Terhadap Waktu (r terhadap t) (a) (b) Gambar 1. a. grafik perpindahan r terhadap t pada gerak satu dimensi. b. arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi. Untuk grafik perpindahan r terhadap t untuk gerak satu dimensi, jika garis singgung kurva di suatu titik membentuk sudut α terhadap sumbu t, besar kecepatan sesaat benda adalah v = tan α Kecepatan sesaat ini dapat dihitung berdasarkan dalil Phytagoras pada segitiga siku-siku yaitu :
  • 95.
    2 v = vx+ v y 2 Arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi dinyatakan dengan sudut θ yaitu sudut yang dibentuk oleh vektor kecepatan sesaat terhadap sumbu x. Sehingga diperoleh tan θ = vy vx Sudut θ adalah positif jika diukur dengan arah berlawananan dengan putaran jarum jam dari sumbu x positif. d. Kecepatan Sesaat sebagai Turunan Fungsi Posisi Kecepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi posisi x terhadap t. Secara matematis dapat ditulis : v= dx dt e. Kecepatan Sesaat untuk Gerak pada Bidang Kecepatan sesaat untuk bidang dapat dinyatakan dengan : v = lim v = lim ∆t → 0 ∆t → 0 ∆r ∆t Kecepatan sesaat di titik mana saja pada kurva lintasan partikel adalah sejajar dengan garis singgung lintasan pada titik tersebut. Seperti kecepatan sesaat pada satu dimensi, kecepatan sesaat pada bidang juga merupakan turunan pertama fungsi posisi r terhadap waktu t, dapat ditulis : dr dt ˆ v = vxi + v y ˆ j v=
  • 96.
    Dengan vx = f. MenentukanPosisi dari Fungsi Kecepatan dx v = x dt x t ∫ dx = ∫ v dt x x 0 0 t x − x = ∫ v dt 0 x 0 t x(t ) = x + ∫ v dt x 0 0 dx dy vy = dt dan dt
  • 97.
    dy v = y dt y t ∫dy = ∫ v dt y y 0 0 t y − y = ∫ v dt 0 y 0 t y(t ) = y + ∫ v dt y 0 0
  • 98.
    x(t ) =x 0 + ∫ v(t )dt dan y (t ) = y 0 + ∫ v(t )dt Secara matematis, integral adalah penjumlahan kontiniu. Dengan demikian, posisi partikel dapat ditentukan dengan metode grafik, yaitu : Perpindahan = Luas daerah di bawah kurva kecepatan-waktu VI. Metoda Pembelajaran 1. Model pembelajaran: strategi aktif learning tipe Guided Teaching 2. Metode: a. ceramah interaktif b. diskusi kelompok VII. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan a. Apersepsi Di kelas X kalian sudah belajar mengenai besaran vektor dan besaran skalar. Siapa yang masih ingat apa yang dimaksud dengan besaran vektor dan besaran skalar? b. Memberi motivasi Salah satu contoh gerak dua dimensi adalah gerak benda di atas lantai dan gerak parabola karena pengaruh gravitasi. Bagaimanakah cara menentukan koordinat benda tersebut ala notasi vektor? c. Menyampaikan tujuan pelajaran
  • 99.
    2. Kegiatan Inti a.Siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan. b. Guru membagikan LDS yang berisi pertanyaan yang akan dijawab siswa secara berkelompok. c. Siswa diberi waktu untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menjawab pertanyaan. d. Siswa menyampaikan hasil diskusi berupa jawaban dari pertanyaan tersebut e. Guru menyampaikan materi tentang vektor satuan, vektor posisi, perpindahan, kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat dengan ceramah interaktif. f. Siswa mencatat materi yang disampaikan guru di LDS. g. Siswa membandingkan jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh guru. h. Siswa melakukan diskusi kelas dengan persentasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu diambil dengan cara undian. i. Guru memberikan penekanan tentang materi vektor satuan, vektor posisi, vektor kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat:  Penguatan jika hasil diskusi kelas benar.  Meluruskan konsep jika hasil diskusi belum tepat dalam diskusi.  Menjelaskan kembali jika hasil diskusi salah total. 3. Penutup a. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Memberikan kuis tentang materi yang telah dipelajari. c. Memberikan pekerjaan rumah dan tugas membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. VIII. Sumber Pembelajaran 1. Mikrajudin Abdullah. 2007. Fisika 2A SMA dan MA untuk kelas XI Semester I. Jakarta: ESIS Erlangga. 2. Sugiarto, dkk. 1996. Terampil Menerapkan Konsep dan Prinsip Fisika. Surakarta: Tiga Serangkai.
  • 100.
    3. Tim Penyusun.2004. Fisika SMA kelas 3A. Klaten: Intan Pariwara. 4. Lembar Diskusi Siswa. IX. Penilaian  Aspek Penilaian 1. Teknik penilaian: tes tertulis 2. Bentuk Instrumen: pilihan ganda 3. Contoh instrumen: Lampiran Guru Mata Pelajaran Desi Novita Sari 64495/2005 Lampiran Soal RPP: 1. Sebuah mobil bergerak dari suatu tempat (1,0) ke tempat lain (5,4) dalam bidang xy. Vektor perpindahan mobil adalah ........
  • 101.
    A. r =4i + 4j D. r = 4i + 2j B. r = 2i + 4j E. r = i + j C. r = 3i + 4j Kunci Jawaban: A → → 3 2 2. Seekor semut bergerak dari keadaan diam pada lintasan lurus. Persamaan geraknya dinyatakan oleh x = t i − 2t j , x dalam meter dan t dalam sekon. Besarnya kecepatan semut saat t=5 sekon adalah ........ A. 25 m/s D. 55 m/s B. 55,4 m/s E. 60 m/s C. 77,62 m/s Kunci Jawaban: C
  • 102.
    Lampiran XVI KINEMATIKA DENGANANALISIS VEKTOR Pertemuan I Nama Kelompok: ……………. 1. …………………………. 2. …………………………. 3. …………………………. 4. …………………………. 5. …………………………. 6. …………………………. 7. ………………………….
  • 104.
    KINEMATIKA DENGAN ANALISISVEKTOR X. Standar Kompetensi 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. XI. Kompetensi Dasar 1.2. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. XII. Indikator Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor. XIII. Petunjuk Umum 1. Mulailah dengan membaca basmalah. 2. Tulislah nama kelompok dan nama anggota kelompoknya di lembar yang telah disediakan. 3. Bacalah setiap perintah yang ada dan jawablah pertanyaan tersebuts. 4. Berdiskusilah dengan teman sekelompok untuk menjawab pertanyaan. 5. Catat penjelasan materi yang disampaikan oleh guru pada lembaran sebelah kiri. 6. Bandingkan jawaban mu dengan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru dan buat hasil perbandingan jawabanmu di bagian bawah. 7. Dari hasil perbandingan jawaban tersebut lakukanlah diskusi kelas.
  • 105.
    ∧ ∧ → ij r Perhatikan gambar di bawah ini: Dengar dan catatlah penjelasan materi yang disampaikan oleh guru mu! ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... adalah vektor satuan pada sumbu x dan ................................................................... adalah vektor satuan pada sumbu y. adalah ................................................................... vektor posisi partikel pada bidang. Dari ................................................................... uraian di atas kemukakanlah pendapatmu ................................................................... apa yang dimaksud dengan vektor posisi? ................................................................... .................................................................... ................................................................... .................................................................... ................................................................... .................................................................... ................................................................... .................................................................... ................................................................... .................................................................... ................................................................... .................................................................... ................................................................... ...................................................................
  • 106.
    ................................................................... Setelah mendengar danmencatat penjelasan dari guru, banding jawabanmu dengan penjelasan yang disampaikan oleh gurumu. Catatlah hasil perbandingan jawabanmu dengan penjelasan dari guru tersebut di bawah ini! .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... → ∆ r r1 Perhatikan gambar di bawah ini: Dengar dan catatlah penjelasan materi yang disampaikan oleh guru mu! ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... ................................................................... ...................................................................
  • 107.
    adalah vektor perpindahan partikel ................................................................... sedangkan panjanglintasan vektor dan ................................................................... panjang lintasan r2 adalah jarak yang ................................................................... ditempuh partikel. Dari uraian di atas ................................................................... sebutkan pengertian perpindahan dan ................................................................... jarak. Jelaskan letak perbedaan antara ................................................................... perpindahan dan jarak berdasarkan gambar ................................................................... di atas? ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... ..................................................................... ................................................................... .....................................................................
  • 108.
    ..................................................................... Setelah mendengar danmencatat penjelasan dari guru, banding jawabanmu dengan penjelasan yang disampaikan oleh gurumu. Catatlah hasil perbandingan jawabanmu dengan penjelasan dari guru tersebut di bawah ini! .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... ..........................................................................................................................................
  • 109.
    By Desi Novita Sari LampiranXVII Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol Mata Pelajaran : Fisika Satuan Pendidikan : SMA Kelas / Semester : XI IPA / 1 Alokasi Waktu: 3 x 45 menit XIV. Standar Kompetensi 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. XV. Kompetensi Dasar
  • 110.
    1.3. Menganalisis geraklurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor. XVI. Indikator Menganalisis besaran perpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor. XVII. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pelajaran maka peserta didik dapat: 1. Menjelaskan konsep vektor satuan. 2. Menjelaskan konsep vektor posisi. 3. Menjelaskan konsep vektor perpindahan. 4. Menjelaskan konsep kecepatan benda rata-rata. 5. Menjelaskan konsep kecepatan benda sesaat. 6. Menentukan perpindahan benda melalui grafik v-t. XVIII. Materi Pembelajaran 3. Posisi Partikel pada Suatu Bidang d. Vektor Satuan Vektor satuan adalah suatu vektor yang panjang atau besarnya sama dengan satu. Dalam koordinat ruang terdapat tiga buah vektor satuan yaitu : ˆ i = vektor satuan yang searah dengan sumbu X ˆ j = vektor satuan yang searah dengan sumbu Y ˆ k = vektor satuan yang searah dengan sumbu Z
  • 111.
    Ketiga vektor satuandi atas mempunyai panjang atau besarnya satu. e. Vektor Posisi Sebuah vektor A yang berada pada bidang xy dapat diuraikan menjadi komponen Ax dan Ay sehingga vektor A dapat ditulis dengan : A = Axi + Ayj Namun, jika vektor A berada pada ruang maka vektor A ditulis dengan : A = Axi + Ayj + Azk Vektor posisi adalah suatu vektor yang menyatakan posisi suatu titik pada suatu bidang atau suatu ruang. ˆ ˆ ˆ r = xi + y j + zk f. Vektor Perpindahan Perpindahan merupakan perubahan posisi benda terhadap kedudukan atau posis awalnya. Jika benda bergerak dari kedudukan awal dan kembali ke posisi awal benda itu bergerak maka benda dikatakan memiliki perpindahan nol. Perpindahan benda dari titik A ke B yaitu : ∆r = r2 − r1 dengan : r1 = x1 + y1 , r2 = x2 + y2 sehingga vektor perpindahan yaitu : ∆r = r2 − r1 = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j Jika benda bergerak dari titik asal (0,0) ke titik (x,y) maka vektor perpindahan menjadi : ∆r = (x2 – x1) i + (y2 – y1)j = ∆x i + ∆y j
  • 112.
    Besar perpindahannya adalah ∆r= x 2 + y 2 Arah perpindahan tan θ = 4. y x Kecepatan Partikel pada Suatu Bidang g. Kecepatan Rata-Rata Kecepatan didefenisikan sebagai laju perubahan posisi. Untuk gerak dua ataupun tiga dimensi hal ini tetap berlaku. Kecepatan rata-rata adalah hasil bagi perpindahan dengan selang waktu, maka secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : Kecepatan rata-rata pada garis lurus : v= ∆x x 2 − x1 = ∆t t 2 − t1 v= ∆r r2 − r1 = ∆t t 2 − t1 Kecepatan rata-rata pada bidang : ˆ ˆ Jika disubsitusikan persamaan ∆r = ∆xi + ∆yj ke dalam persamaan di atas :
  • 113.
    ˆ ∆xi + ∆yˆ∆x ˆ ∆y ˆ j = i+ j ∆t ∆t ∆t ˆ v = vxi + v y ˆ j v= vx = ∆x x 2 − x1 ∆y y 2 − y1 = vy = = ∆t t 2 − t1 dan ∆t t 2 − t1 Arah kecepatan searah dengan arah perpindahan benda. h. Kecepatan Sesaat Kecepatan sesaat merupakan kecepatan rata-rata untuk selang waktu ∆t mendekati nol.  ∆x ˆ ∆y v = lim ( v ) =  i + ∆t  ∆t ∆t →0 ˆ  = dx i + dy ˆ ˆ j j dt  dt i. Kecepatan Sesaat sebagai Kemiringan Grafik Komponen Perpindahan Terhadap Waktu (r terhadap t) (a) (b) Gambar 1. a. grafik perpindahan r terhadap t pada gerak satu dimensi. b. arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi.
  • 114.
    Untuk grafik perpindahanr terhadap t untuk gerak satu dimensi, jika garis singgung kurva di suatu titik membentuk sudut α terhadap sumbu t, besar kecepatan sesaat benda adalah v = tan α Kecepatan sesaat ini dapat dihitung berdasarkan dalil Phytagoras pada segitiga siku-siku yaitu : 2 v = vx + v y 2 Arah kecepatan sesaat pada gerak dua dimensi dinyatakan dengan sudut θ yaitu sudut yang dibentuk oleh vektor kecepatan sesaat terhadap sumbu x. Sehingga diperoleh tan θ = vy vx Sudut θ adalah positif jika diukur dengan arah berlawananan dengan putaran jarum jam dari sumbu x positif. j. Kecepatan Sesaat sebagai Turunan Fungsi Posisi Kecepatan sesaat adalah turunan pertama dari fungsi posisi x terhadap t. Secara matematis dapat ditulis : v= dx dt k. Kecepatan Sesaat untuk Gerak pada Bidang Kecepatan sesaat untuk bidang dapat dinyatakan dengan : v = lim v = lim ∆t → 0 ∆t → 0 ∆r ∆t
  • 115.
    Kecepatan sesaat dititik mana saja pada kurva lintasan partikel adalah sejajar dengan garis singgung lintasan pada titik tersebut. Seperti kecepatan sesaat pada satu dimensi, kecepatan sesaat pada bidang juga merupakan turunan pertama fungsi posisi r terhadap waktu t, dapat ditulis : dr dt ˆ v = vxi + v y ˆ j v= Dengan vx = l. Menentukan Posisi dari Fungsi Kecepatan dx dy vy = dt dan dt
  • 116.
    dx v = x dt x t ∫dx = ∫ v dt x x 0 0 t x − x = ∫ v dt 0 x 0 t x(t ) = x + ∫ v dt x 0 0
  • 117.
    dy v = y dt y t ∫dy = ∫ v dt y y 0 0 t y − y = ∫ v dt 0 y 0 t y(t ) = y + ∫ v dt y 0 0
  • 118.
    x(t ) =x 0 + ∫ v(t )dt dan y (t ) = y 0 + ∫ v(t )dt Secara matematis, integral adalah penjumlahan kontiniu. Dengan demikian, posisi partikel dapat ditentukan dengan metode grafik, yaitu : Perpindahan = Luas daerah di bawah kurva kecepatan-waktu XIX. Metoda Pembelajaran 1. Model pembelajaran: pembelajaran yang sesuai dengan KTSP. 2. Metode: a. ceramah interaktif b. diskusi kelompok XX. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan a. Apersepsi Di kelas X kalian sudah belajar mengenai besaran vektor dan besaran skalar. Siapa yang masih ingat apa yang dimaksud dengan besaran vektor dan besaran skalar? b. Memberi motivasi Salah satu contoh gerak dua dimensi adalah gerak benda di atas lantai dan gerak parabola karena pengaruh gravitasi. Bagaimanakah cara menentukan koordinat benda tersebut ala notasi vektor? c. Menyampaikan tujuan pelajaran
  • 119.
    2. Kegiatan Inti a.Siswa duduk dalam kelompok yang telah ditentukan oleh guru. b. Guru membagikan LDS kepada setiap kelompok. c. Guru membimbing siswa dalam mendiskusikan tentang vektor satuan, vektor posisi, kecepatan sesaat dan kecepatan ratarata. d. Siswa berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LDS tentang materi vektor satuan, vektor perpindahan, kecepatan sesaat dan rata-rata, dan merumuskan persamaan posisi benda dari fungsi kecepatan yang diketahui. e. Siswa melakukan diskusi kelas dengan persentasi yang dilakukan oleh kelompok tertentu diambil secara undian. f. Guru memberikan penekanan tentang materi vektor satuan, vektor posisi, vektor kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat:  Penguatan jika hasil diskusi kelas benar.  Meluruskan konsep jika hasil diskusi belum tepat dalam diskusi.  Menjelaskan kembali jika hasil diskusi salah total. 3. Penutup a. Siswa di bawah bimbingan guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Memberikan kuis tentang materi yang telah dipelajari. c. Memberikan pekerjaan rumah dan tugas membaca materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. XXI. Sumber Pembelajaran 1. Mikrajudin Abdullah. 2007. Fisika 2A SMA dan MA untuk kelas XI Semester I. Jakarta: ESIS Erlangga. 2. Sugiarto, dkk. 1996. Terampil Menerapkan Konsep dan Prinsip Fisika. Surakarta: Tiga Serangkai. 3. Tim Penyusun. 2004. Fisika SMA kelas 3A. Klaten: Intan Pariwara.
  • 120.
    4. Lembar DiskusiSiswa. XXII. Penilaian  Aspek Penilaian 1. Teknik penilaian: tes tertulis 2. Bentuk Instrumen: pilihan ganda 3. Contoh instrumen: Lampiran Soal RPP Guru Mata Pelajaran Desi Novita Sari 64495/2005
  • 121.
    Lampiran Soal RPP: 1.Sebuah mobil bergerak dari suatu tempat (1,0) ke tempat lain (5,4) dalam bidang xy. Vektor perpindahan mobil adalah ........ D. r = 4i + 4j D. r = 4i + 2j E. r = 2i + 4j E. r = i + j F. r = 3i + 4j Kunci Jawaban: A 3 2 2. Seekor semut bergerak dari keadaan diam pada lintasan lurus. Persamaan geraknya dinyatakan oleh x = t i − 2t j , x dalam meter dan t dalam sekon. Besarnya kecepatan semut saat t=5 sekon adalah ........
  • 122.
    D. 25 m/s D.55 m/s E. 55,4 m/s E. 60 m/s F. 77,62 m/s Kunci Jawaban: C Lampiran XVIII
  • 123.
    KINEMATIKA DENGAN ANALISISVEKTOR Pertemuan I Nama Kelompok: ……………. 1. …………………………. 2. …………………………. 3. …………………………. 4. …………………………. 5. …………………………. 6. …………………………. 7. ………………………….
  • 124.
    KINEMATIKA DENGAN ANALISISVEKTOR XXIII. Standar Kompetensi 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik. XXIV. Kompetensi Dasar 1.4. Menganalisis gerak lurus, gerak melingkar dan gerak parabola dengan menggunakan vektor.
  • 125.
    XXV. Indikator Menganalisis besaranperpindahan dan kecepatan pada gerak lurus dengan menggunakan vektor. XXVI. Petunjuk Umum 1. Mulailah dengan membaca basmalah. 2. Tulislah nama kelompok dan nama anggota kelompoknya di lembar yang telah disediakan. 3. Bacalah setiap perintah yang ada dan jawablah pertanyaan tersebut. Berdiskusilah dengan teman sekelompok untuk menjawab pertanyaan. 4. Lakukan diskusi kelas setelah dilakukan diskusi kelompok.
  • 126.
    Kinematika Gerak Partikel Pertemuan 1 Segalasesuatu yang ada di alam ini bergerak. Bulan berputar pada sumbunya sambil mengitari bumi. Bumi berputar pada sumbunya sambil mengitari matahari. Bahkan masih banyak contoh peristiwa alam yang lannya yang menunjukkan adanya proses pergerakan. Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa gerakan merupakan bagian dari kehidupan kita Gerak tidak terbatas hanya pada sebuah lintasan tunggal yang lurus atau yang vertikal. Pada saat berjalan, mengemudi, berlayar kita bergerak bebas terhadap permukaan bumi, yaitu bergerak dalam dua dimensi. Pada saat kita terbang melintasi pegunungan, atau meluncur ke angkasa dengan sebuah roket, kita bergerak dalam tiga dimensi. Dalam BAB ini akan dibahas pengembangan matematis untuk penggambaran gerak. Vektor posisi Vektor posisi adalah suatu vektor yang menyatakan posisi suatu titik pada suatu bidang atau suatu ruang. Posisi benda diukur dari pusat koordinat ditulis dalam notasi vektor sebagai ˆ ˆ ˆ r = ....i + .... ˆ + ....k j Dengan
  • 127.
    ....= vektor satuanyang searah dengan sumbu X ....= vektor satuan yang searah dengan sumbu Y ....= vektor satuan yang searah dengan sumbu Z ....= vektor posisi partikel pada bidang. ....= komponen arah X dari vektor r . ....= komponen arah Y dari vektor r . ....= komponen arah Z dari vektor r . Perpindahan
  • 128.
    Gambar 1. Vektorperpindahan benda Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi suatu titik materi pada waktu tertentu. Perpindahan benda dari titik A ke titik B yaitu:   ∆ r = r2 − r1 ˆ ˆ r 1 = ....i + .... ˆ + ....k j ˆ ˆ r 2 = ....i + .... ˆ + ....k j ˆ ˆ ˆ ˆ ∆ r = (....i + .... ˆ + ....k ) − (....i + .... ˆ + ....k ) j j ˆ ˆ ∆ r = (.... − ....)i + (.... − ....) ˆ + (.... − ....)k j Kecepatan a. Kecepatan rata-rata Kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara...................dengan .............yang diperlukan untuk melakukan perpindahan.  ...... =  ..... i + ..... ˆ + ..... k  ˆ ˆ j  v = ..... .....   ..... .......    ˆ v = .....i + ..... j + ......k b. Kecepatan sesaat Kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata untuk selang waktu mendekati ..............
  • 129.
       ..... ˆ..... ˆ ..... ˆ  v = lim v = lim i+ j+ k .......... . ....... ..... ..... .....    ..... ˆ ..... ˆ ..... ˆ v= i+ j+ k ..... ..... .....    ˆ v = .....i + ..... j + ......k Menentukan posisi dari fungsi kecepatan t x = x0 + ∫ ....dt 0 t , y = y0 + ∫ .....dt 0 t atau z = ..... + ∫ vz dt 0 Perpindahan = Secara matematis integral adalah penjumlahan kontinu. Dengan demikian, posisi partikel dapat ditentukan dengan metode grafik, yaitu: Analisis Contoh Soal [ ] 2 ˆ ˆ ˆ Posisi pesawat terbang setiap saat ditentukan oleh persamaan gerak r = (10t ) i + (10t − 5t ) j m a. Tentukan posisinya pada saat t = 1 s dan t = 10 s. b. Tentukan perpindahan pesawat selama selang waktu t =1 s sampai t =10s c. Panjang atau besar perpindahan pesawat adalah
  • 130.
    Jawab a. Posisi pesawatsaat t =1 s ˆ ˆ ˆ r1 = (10 x....) i + (10 x.... − 5 x....) ˆ m = (.....i + .... ˆ )m j j Posisi pesawat saat t =10 s ˆ ˆ ˆ r2 = ( .....x....) i + ( ....x.... − ....x....) ˆ m = (.....i + ..... ˆ)m j j b. Perpindahan pesawat antara t =1 s sampai t =10 s ˆ ˆ ˆ ∆r = r2 − r1 ˆ ˆ ˆ = (....i + .... ˆ) − (....i + .... ˆ) = (..... + .....)i − (..... + .....) ˆ j j j [ [ ] ] ˆ = (.....i − ..... ˆ)m j c. Panjang atau besar perpindahan pesawat adalah  ∆r = (.... − ....) 2 + (..... − .....) 2 + (..... − .....) 2  ∆r = ......... = .............. Penerapan Konsep Jawablah Pertanyaaan-pertanyaan berikut
  • 131.
    1. Sebuah keretaapi bergerak lurus. Bagaimanakah hubungan antara vektor posisi dengan vektor perpindahan kereta api? 2. Berdasarkan soal no.1, apakah benar bahwa besar perpindahan kereta api sama dengan jarak yang ditempuhnya? [ ] 2 ˆ ˆ ˆ 3. Dalam selang waktu 5 s, seekor sepeda motor mengikuti persamaan r = (12t + 2)i + ( 2t ) j m . Tentukan a. vektor kecepatan sepeda motor tersebut b. kecepatan rata-rata sepeda motor ini antara selang waktu t = 2 s dan t = 10 s c. besar vektor kecepatannya
  • 132.
    Lampiran XIX NILAI KRITISUNTUK UJI LILIEFORS UKURAN SAMPEL n =4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 TARAF NYATA (α) 0.01 0.05 0.10 0.15 0.20 0.417 0.405 0.364 0.348 0.331 0.311 0.294 0.284 0.275 0.268 0.381 0.337 0.319 0.300 0.285 0.271 0.258 0.249 0.242 0.234 0.352 0.315 0.294 0.276 0.261 0.249 0.239 0.230 0.223 0.214 0.319 0.299 0.277 0.258 0.244 0.233 0.224 0.217 0.212 0.202 0.300 0.285 0.265 0.247 0.233 0.223 0.215 0.206 0.199 0.190
  • 133.
    14 15 16 17 18 19 20 25 30 n > 30 LAMPIRANXX 0.261 0.257 0.250 0.245 0.239 0.235 0.231 0.200 0.187 1.031 √n 0.227 0.220 0.213 0.206 0.200 0.195 0.190 0.173 0.161 0.886 √n 0.207 0.201 0.195 0.189 0.184 0.179 0.174 0.158 0.144 0.805 √n 0.194 0.187 0.182 0.177 0.173 0.169 0.166 0.147 0.136 0.768 √n 0.183 0.177 0.173 0.169 0.166 0.163 0.160 0.142 0.131 0.736 √n
  • 134.
    Luas di bawahlengkungan normal dari 0 ke z. (Bilangan dalam badan daftar menyatakan desimal). z 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0 0000 0398 0793 1179 1554 1 0040 0438 0832 1217 1591 2 0080 0478 0871 1255 1628 3 0120 0517 0910 1293 1664 4 0160 0557 0948 1331 1700 5 0199 0596 0987 1368 1736 6 0239 0636 1026 1406 1772 7 0279 0675 1064 1443 1808 8 0319 0714 1103 1480 1844 9 0359 0754 1141 1517 1879 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1915 2258 2580 2881 3159 1950 2291 2612 2910 3186 1986 2324 2642 2939 3212 2019 2357 2673 2967 3238 2054 2389 2704 2996 3264 2088 2422 2734 3023 3289 2123 2454 2764 3051 3315 2157 2486 2794 3078 3340 2190 2518 2832 3106 3365 2224 2549 2852 3133 3389 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 3443 3643 3849 4032 4192 3438 3665 3869 4049 4207 3461 3686 3888 4062 4222 3485 3708 3907 4082 4236 3508 3729 3925 4099 4251 3531 3749 3944 4115 4265 3554 3770 3962 4131 4279 3577 3790 3980 4147 4292 3599 3810 3997 4162 4306 3621 3830 4015 4177 4319 1.5 1.6 1.7 1.8 1.9 4322 4452 4551 4641 4713 4345 4463 4564 4649 4719 4357 4474 4573 4656 4726 4370 4484 4582 4664 4732 4382 4495 4591 4671 4738 4394 4505 4599 4678 4744 4406 4515 4608 4686 4750 4418 4525 4616 4693 4756 4429 4535 4625 4699 4761 4441 4545 4633 4706 4767 2.0 2.1 2.2 2.3 2.4 4772 4821 4861 4893 4918 4778 4826 4864 4896 4920 4783 4830 4868 4898 4922 4788 4834 4871 4901 4925 4793 4835 4875 4904 4927 4798 4842 4878 4906 4929 4803 4846 4881 4909 4931 4808 4850 4884 4911 4932 4812 4854 4887 4913 4934 4817 4857 4890 4916 4936 2.5 2.6 2.7 4938 4953 4965 4940 4955 4966 4941 4956 4967 4943 4957 4968 4945 4959 4969 4946 4960 4970 4948 4961 4971 4949 4962 4972 4951 4963 4973 4952 4964 4974
  • 135.
    2.8 2.9 4974 4981 4975 4982 4976 4982 4977 4983 4978 4984 4979 4984 4979 4985 4975 4985 4980 4986 4981 4986 3.0 3.1 3.2 3.3 4987 4990 4993 4995 4987 4991 4993 4995 4987 4991 4994 4995 4988 4991 4994 4996 4988 4992 4994 4996 4989 4992 4994 4996 4989 4992 4994 4996 4989 4992 4995 4996 4990 4993 4995 4996 4990 4993 4995 4997 3.4 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4997 4998 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 4998 4998 4999 4999 5000 4998 4998 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 4998 4999 4999 4999 5000 Sumber : Nana.Sudjana.(1996).Metode Statistika. Bandung: Rosda Karya. Lampiran XXI DAFTAR G Nilai Persentil Untuk Distribusi t ν = dk (Bilangan Dalam Bahan Daftar Menyatakan tp ) ν t 0.995 t 0.99 t 0.975 t 0.95 t 0.90 t 0.80 t 0.75 t 0.70 t 0.60 t 0.55 1 2 3 4 63.66 9.92 5.84 4.60 31.82 6.96 4.54 3.75 12.71 4.30 3.18 2.78 6.31 2.92 2.35 2.13 3.08 1.89 1.64 1.53 1.376 1.061 0.978 0.944 1.000 0.816 0.765 0.744 0.727 0.617 0.581 0.569 0.325 0.289 0.277 0.271 0.158 0.142 0.137 0.134 5 6 4.03 3.71 3.36 3.14 2.57 2.45 2.02 1.94 1.48 1.44 0.920 0.906 0.727 0.718 0.559 0.553 0.267 0.265 0.132 0.131
  • 136.
    7 8 9 3.50 3.36 3.25 3.00 2.90 2.82 2.36 2.31 2.26 1.90 1.86 1.83 1.42 1.40 1.38 0.896 0.889 0.883 0.711 0.706 0.703 0.549 0.546 0.543 0.263 0.262 0.261 0.130 0.130 0.129 10 11 12 13 14 3.17 3.11 3.06 3.01 2.98 2.76 2.72 2.68 2.66 2.62 2.23 2.20 2.18 2.16 2.14 1.81 1.80 1.78 1.77 1.76 1.37 1.36 1.36 1.35 1.34 0.879 0.876 0.873 0.870 0.868 0.700 0.697 0.695 0.694 0.692 0.542 0.540 0.539 0.538 0.537 0.260 0.260 0.259 0.259 0.258 0.129 0.129 0.128 0.128 0.128 15 16 17 18 19 2.95 2.92 2.90 2.88 2.86 2.60 2.58 2.57 2.55 2.54 2.13 2.12 2.11 2.10 2.09 1.75 1.75 1.74 1.73 1.73 1.34 1.34 1.33 1.33 1.33 0.866 0.865 0.863 0.862 0.861 0.691 0.690 0.689 0.688 0.688 0.536 0.535 0.534 0.534 0.533 0.258 0.258 0.257 0.257 0.257 0.128 0.128 0.128 0.127 0.127 20 21 22 23 24 2.84 2.83 2.82 2.81 2.80 2.53 2.52 2.51 2.50 2.49 2.09 2.08 2.07 2.07 2.06 1.72 1.72 1.72 1.71 1.71 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 0.860 0.859 0.858 0.858 0.857 0.687 0.686 0.686 0.685 0.685 0.533 0.532 0.532 0.532 0.531 0.257 0.257 0.256 0.256 0.256 0.127 0.127 0.127 0.127 0.127 25 26 27 28 29 2.79 2.78 2.77 2.76 2.76 2.48 2.48 2.47 2.47 2.46 2.06 2.06 2.05 2.05 2.04 1.71 1.71 1.70 1.70 1.70 1.32 1.32 1.31 1.31 1.31 0.856 0.856 0.855 0.855 0.854 0.684 0.684 0.684 0.683 0.683 0.531 0.531 0.531 0.530 0.530 0.256 0.256 0.256 0.256 0.256 0.127 0.127 0127 0.127 0.127 30 40 60 2.75 2.70 2.66 2.46 2.42 2.39 2.04 2.02 2.00 1.70 1.68 1.67 1.31 1.30 1.30 0.854 0.854 0.848 0.683 0.681 0.679 0.530 0.529 0.527 0.256 0.255 0.254 0.127 0.126 0.126
  • 137.
    12 2.62 2.36 1.98 1.66 1.29 0.845 0.6770.526 0.254 0.126 0 ∞ 2.58 2.33 1.96 1.645 1.28 0.842 0.674 0.524 0.253 0.126 Sumber : Statictical Tables for Biological, Agricultural and Medical Research. Fisher, R.A danYates.F Table III. Oliver&BoydLtd. Ediaburgh
  • 138.
    Daftar Isi ABSTRAK...................................................................................................................................................................................................1 KATA PENGANTAR..................................................................................................................................................................................3 BABI...........................................................................................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.......................................................................................................................................................................................4 A. Latar Belakang....................................................................................................................................................................................4 B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................................................................8 C. Batasan Masalah..................................................................................................................................................................................8 D.Tujuan Penelitian ................................................................................................................................................................................8 E. Kegunaan Penelitian............................................................................................................................................................................9 BAB II........................................................................................................................................................................................................10 KERANGKA TEORITIS...........................................................................................................................................................................10 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah......................................................................................................................10 A.Belajar dan Pembelajaran ..................................................................................................................................................................13 Hipotesis Penelitian...............................................................................................................................................................................22