Nama : Ahmad Fawzan Rohman 
NIMKO : 2011.4.064.0026.1.00330 
Pengertian PTK 
1. Rochman Nata Wijaya (1977): PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan 
praktis yang bersifat situasional dan kontekstual yang ditujukan untuk 
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yanh 
dihadapi atau memperbaiki sesuatu. 
2. Suyanto (1997) : PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif 
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapar memperbaiki 
dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara 
professional. 
3. Tim PGSM (1999) : PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh 
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari 
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman 
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana 
praktik pembelajaran tersebut dilakukan. 
Sumber: Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu 
Mudah. Jakarta : Bumi Aksara 
Jadi PTK adalah sebuah proses di mana para peserta (participants) menguji praktik 
pendidikan mereka sendiri secara sistematik dan hati -hati dengan menggunakan teknik-teknik 
penelitian untuk melakukan perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi 
atau situasi pembelajaran yang lebih efekti f sehinggan profesionalitas mereka 
berkembang. Meskipun ada beberapa tipe penelitian tindakan yang dapat dilakukan 
oleh seorang guru, penelitian tindakan sebaiknya secara khusus merujuk pada 
melakukan penelitian sesuai dengan keahlian seorang guru. Penelitian tindakan yang 
dilakukan dengan bermaksud memberitahu dan mengubah praktik-praktik 
pembelajarannya di masa mendatang. Penelitian tindakan ini berpengaruh pada 
lingkungan guru bekerja yaitu siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika 
orang menyebut seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu 
merubah minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada 
keadaan sebelumnya. 
PROPOSAL PTK
Judul PTK : Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui 
Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH 
Tahun Pelajaran 2013/2014 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Pada abad ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelejaran di 
sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam 
mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan 
bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang 
selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah. 
Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga 
sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah 
merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswwa dengan muatan-muatan 
informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang 
oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celka lagi, siswa 
belajar dalam situasi yang membebani dan menakuktkan karena dibayangi oleh 
tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. 
Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses 
belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan 
belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol 
ksong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu 
oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. 
Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang lainnya. Bahkan, banyak 
penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) 
ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang 
member kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa 
dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong 
royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai 
fasilitator. 
Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai 
lebih sering di sekolahh-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi
transformasi sosial, ekonomi, dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk 
lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa 
ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat. 
Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak 
terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya 
sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru 
telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok. 
Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai 
sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja 
kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. 
Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa 
rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. 
Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni 
menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa 
berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang 
merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadnag 
orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu 
kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang. 
Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok 
tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak 
waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. 
Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan 
sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem 
pengajarancooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/ belajar kelompok 
yang terstruktur. Yang termauk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok 
(Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab 
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. 
Kekhawatiran bahwa semngat siswa dalam mengembangkan diri secara 
individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti 
karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa 
bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun 
melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur 
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok
melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada sistem akuntabili tas individu. 
Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap 
siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya. 
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk 
melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap 
prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu 
Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 
6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014”. 
B. Fokus Penelitian 
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa 
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 
1. Apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi 
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun 
pelajaran 2013/2014? 
2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 
dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa 
Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014? 
C. Tujuan Penelitian 
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian 
ini adalah: 
1. Untuk mengungkap prestasi hasil pembelajaran kooperatif model STAD terhadap 
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun 
pelajaran 2013/2014. 
2. Ingin mengetahui seberapa jauh permasalahan dan penguasaan mata pelajaran 
Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model 
STAD pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014. 
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah 
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah 
meliputi: 
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun 
pelajaran 2013/2014. 
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Agustus semester satu tahun 
pelajaran 2013/2014.
3. Materi Pokok Pembelajaran yang disampaikan adalah Perkembangan sistem 
administrasi wilayah Indonesia. 
E. Definisi Istilah 
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu 
didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 
1. Metode pembelajaran kooperatif model STAD adalah: 
Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok 
untuk menetapkan tujuan bersama. 
2. Motivasi belajar adalah: 
Suatu proses untuk meningkatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah 
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan 
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat 
sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 
3. Prestasi belajar adalah: 
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah 
siswa mengikuti pelajaran. 
F. Metode Penelitian 
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian 
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan 
kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciri -ciri penelitian kualitatif 
(Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan lingkungan alamiah sebagai 
sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan penelitian ada 
pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna. 
Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif 
tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari 
lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik 
makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa 
menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses 
terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak 
perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, 
waktu dan situasi tertentu.
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menelusuri 
dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku 
siswa selama pembelajaran berlangsung. 
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai 
dengan pendapat Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan 
bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan 
pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan 
tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai 
hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 
2. Kehadiran Peneliti 
Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan 
kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut 
Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22), kedudukan peneliti dalam penelitian 
kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, 
penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. 
Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati 
secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung, 
fenomena-fenomena social dan gejala-gejala fsikis yang terjadi di sekolah. Hal 
tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung apakah kejadian-kejadian 
tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang 
diperoleh dari hasil wawancara. 
3. Lokasi Penelitian 
Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini di MI AN - NAJAH Jalan Pakotan I/2 
Pasongsongan, Sumenep, Jawa Timur, Alasan pemilihan lokasi penelitian di 
sekolah ini dikarenakan banyaknya minat masyarakat di sekolah tersebut. 
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2013/2014. 
4. Sumber Data 
Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 
2013/2014. Alasan pemilihan kelas ini dikarenakan siswa kelas tersebut 
berjumlah 34 orang siswa dan mempunyai rata-rata prestasi yang baik 
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes kepada 
sumber data, melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian di lapangan, 
dan memberikan angket kepada sumber data. 
6. Analisis Data 
Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik analisis data yang 
digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif 
digunakan terhadap hasil tes, sedangkan analisis kualitatif digunakan terhadap 
data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa 
atau hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian. 
7. Pengecekan Keabsahan Pertemuan 
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena 
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui 
keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. 
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan 
dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan 
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan 
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). 
Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi 
dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti 
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang 
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam peneli tian kualitatif 
(Moleong, 2007:29). 
Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu 
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan 
8. Tahap-tahap penelitian 
PTK ini dikembangkan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 
a. Siklus I 
Pada siklus I dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. 
Dilaksanakan pada hari ……..tanggal …………. 
b. Pada siklus II dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. 
Dilaksanakan pada hari ……..tanggal …………. 
c. Pada siklus III dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. 
Dilaksanakan pada hari ……..tanggal ………….
G. Sistematika Penulisan 
Sistematika proposal penelitian tindakan kelas dapat dibagi menjadi dua bagian 
utama, yaitu bagian awal, bagian inti. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai : 
(1) Bagian awal, (2) Bagian inti, 
1. Bagian Awal memuat: 
Halaman Sampul; Lembar Logo; Halaman Judul; 
2. Bagian Inti memuat: 
BAB I PENDAHULUAN 
a. Latar Belakang Masalah. 
b. Fokus Penelitian 
c. Tujuan Penelitian. 
d. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 
e. Definisi Istilah 
f. Metode Penelitian 
g. Sistematika Penulisan 
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II 
KAJIAN PUSTAKA 
A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) 
Hamalik (2003: 57) mengemukakan: Pembelajaran adalah suatu kombinasi 
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, 
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia 
terlibat dalam sistem pembelajran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. 
Material meliputi: buku-buku, papan tulis, kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan 
berupa: ruangan kelas, perlengkapan, dan prosedur meliputi: jadwal dan metode 
penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dansebagainya. 
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran merupakan suatu 
kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang diawal i dengan persiapan mengajar 
(prainstruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan diakhiri penilaian atau 
evaluasi. Kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti 
hanya guru yang aktif sedang murid pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua 
belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran agar proses pembelajaan 
dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. 
Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran 
kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi pada 
kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga siswa dapat 
belajar bersama dalam suasana kelompok. 
Lie (1999: 28) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif atau gotong 
royong adalah kegiatan pembelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara 
siswa di kelas”. Nasution (2004: 146) mengemukakan “pembelajaran kooperatif 
adalah pembelajaran gotong royong atau kerjasama dalam kelas”. Sementara 
Sanjaya (2006: 239) mengemukakan “pembelajaran kooperati f adalah rangkaian 
kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu 
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”. 
Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif merupakan 
salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru di sekolah sesuai 
dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa 
dalam kelas dalam melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam 
suasana belajar berkelompok. 
B. Motivasi Belajar 
Motivasi belajar pada dasarnya merupakan bagian dari motivasi secara 
umum. Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yaitu 
motivasi yang ada dalam dunia pendidikan atau motivasi yang dimiliki peserta didik 
(siswa). 
Sardiman (2006) mengemukakan bahwa “motif” dapat dikatakan sebagai 
daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu 
demi mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern 
(kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai 
daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, 
terutama bila keinginan untuk mencapai kebutuhan sangat kuat. Selain itu, menurut 
Dimyati dan Mudjiono (2006) motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang 
mendorong terjadinya proses belajar. Nasution ( dalam Rohani, 2004) menyatakan 
motivasi peserta didik (siswa) adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga 
siswa mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. 
Menurut Winkel (2005) “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak 
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin 
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi 
mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam 
memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi 
kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar”. 
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa 
motivasi belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan mental diri 
peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar sedemikian rupa untuk 
mencapai tujuan-tujuan belajar itu sendiri. 
C. Prestasi Belajar 
Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu 
prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara 
keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum mengulas 
lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu 
persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi belajar itu. Menurut Djamarah
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik 
secara individu maupun kelompok. (Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi 
Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994. Hlm) 
Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia 
tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang 
gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah 
membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai 
rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan 
keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai. 
Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar, 
sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum 
mereka sepakat bahwa prestasi belajar adalah “hasil” dari suatu kegiatan Wjs. 
Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai 
(dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul 
Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil 
pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan, 
sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian 
pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan 
penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai -nilai yang 
terdapat dalam kurikulum. 
Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi 
adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang 
menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara 
individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.

Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014

  • 1.
    Nama : AhmadFawzan Rohman NIMKO : 2011.4.064.0026.1.00330 Pengertian PTK 1. Rochman Nata Wijaya (1977): PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yanh dihadapi atau memperbaiki sesuatu. 2. Suyanto (1997) : PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapar memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional. 3. Tim PGSM (1999) : PTK sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi di mana praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Sumber: Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah. Jakarta : Bumi Aksara Jadi PTK adalah sebuah proses di mana para peserta (participants) menguji praktik pendidikan mereka sendiri secara sistematik dan hati -hati dengan menggunakan teknik-teknik penelitian untuk melakukan perbaikan terhadap system, cara kerja, proses, isi atau situasi pembelajaran yang lebih efekti f sehinggan profesionalitas mereka berkembang. Meskipun ada beberapa tipe penelitian tindakan yang dapat dilakukan oleh seorang guru, penelitian tindakan sebaiknya secara khusus merujuk pada melakukan penelitian sesuai dengan keahlian seorang guru. Penelitian tindakan yang dilakukan dengan bermaksud memberitahu dan mengubah praktik-praktik pembelajarannya di masa mendatang. Penelitian tindakan ini berpengaruh pada lingkungan guru bekerja yaitu siswa-siswa dan sekolah di mana guru bekerja. Ketika orang menyebut seorang guru professional, berarti guru tersebut sudah mampu merubah minimal lingkungan kerjanya menjadi lebih efektif dan efisien dari pada keadaan sebelumnya. PROPOSAL PTK
  • 2.
    Judul PTK :Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ini, kita perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelejaran di sekolah-sekolah. Peranan yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik untuk berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat di abad 21 akan sangat berbeda dengan peranan tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah. Ada persepsi umum yang sudah berakar dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyodori siswwa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi. Lebih celka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakuktkan karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang tinggi. Tampaknya, perlu adanya perubahan paradigma dalam menelaah proses belajar siswa dan interaksi antara siswa dan guru. Sudah seyogyanyalah kegiatan belajar mengajar juga lebih mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol ksong yang bisa diisi dengan muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga saling mengajar dengan sesame siswa yang lainnya. Bahkan, banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Sistem pengajaran yang member kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesame siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem “pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator. Ada beberapa alasan penting mengapa sistem pengajaran ini perlu dipakai lebih sering di sekolahh-sekolah. Seiring dengan proses globalisasi, juga terjadi
  • 3.
    transformasi sosial, ekonomi,dan demografis yang mengharuskan sekolah untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat. Sesungguhnya, bagi guru-guru di negeri ini metode gotong royong tidak terlampau asing dan mereka telah sering menggunakannya dan mengenalnya sebagai metode kerja kelompok. Memang tidak bisa disangkal bahwa banyak guru telah sering menugaskan para siswa untuk bekerja dalam kelompok. Sayangnya, metode kerja kelompok sering dianggap kurang efektif. Berbagai sikap dan kesan negative memang bermunculan dalam pelaksanaan metode kerja kelompok. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa cenderung saling menyalahkan. Sebaliknya jika berhasil, muncul perasaan tidak adil. Siswa yang pandai/rajin merasa rekannya yang kurang mampu telah membonceng pada hasil kerja mereka. Akibatnya, metode kerja kelompok yang seharusnya bertujuan mulia, yakni menanamkan rasa persaudaraan dan kemampuan bekerja sama, justru bisa berakhir dengan ketidakpuasan dan kekecewaan. Bukan hanya guru dan siswa yang merasa pesimis mengenai penggunaan metode kerja kelompok, bahkan kadang-kadnag orang tua pun merasa was-was jika anak mereka dimasukkan dalam satu kelompok dengan siswa lain yang dianggap kurang seimbang. Berbagai dampak negatif dalam menggunakan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam mempersiapkan dan menyusun metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran cooperative learning bukan sekedar kerja kelompok, melainkan pada penstrukturannya. Jadi, sistem pengajarancooperative learning bisa didefinisikan sebagai kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termauk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Kekhawatiran bahwa semngat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota dalam satu kelompok
  • 4.
    melaksanakan tanggung jawabpribadinya karena ada sistem akuntabili tas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin perbaikannya. Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD Pada Siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH Tahun Pelajaran 2013/2014”. B. Fokus Penelitian Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014? 2. Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengungkap prestasi hasil pembelajaran kooperatif model STAD terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014. 2. Ingin mengetahui seberapa jauh permasalahan dan penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model STAD pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014. D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi: 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014. 2. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli dan Agustus semester satu tahun pelajaran 2013/2014.
  • 5.
    3. Materi PokokPembelajaran yang disampaikan adalah Perkembangan sistem administrasi wilayah Indonesia. E. Definisi Istilah Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode pembelajaran kooperatif model STAD adalah: Suatu pengajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. 2. Motivasi belajar adalah: Suatu proses untuk meningkatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciri -ciri penelitian kualitatif (Sudjana, 2004:197), yaitu: (a) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, (b) bersifat deskriptif analitik, (c) tekanan penelitian ada pada proses bukan pada hasil, (d) bersifat induktif, (e) mengutamakan makna. Selanjutnya Sudjana (2004:200) mengatakan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alami. Data dan informasi lapangan ditarik makna dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa menggunakan enumerasi dan statistik, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dan tingkah laku dalam situasi alami. Generalisasi tak perlu dilakukan sebab deskripsi dan interpretasi terjadi dalam konteks ruang, waktu dan situasi tertentu.
  • 6.
    Pendekatan kualitatif dalampenelitian ini digunakan untuk menelusuri dan mendapatkan gambaran secara jelas tentang situasi kelas dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebbutt (dalam Wiriaatmadja, 2005:12) yang mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. 2. Kehadiran Peneliti Karena pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, maka kehadiran peneliti di lapangan mutlak diperlukan. Menurut Moleong (dalam Sri Harmini, 2004:22), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksana, pengumpul, penganalisis, penafsir data dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian. Adapun tujuan kehadiran peneliti dilapangan adalah untuk mengamati secara langsung keadaan-keadaan atau kegiatan-kegiatan yang berlangsung, fenomena-fenomena social dan gejala-gejala fsikis yang terjadi di sekolah. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengamati langsung apakah kejadian-kejadian tersebut akan berbeda jauh atau relevan dengan hasil-hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara. 3. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini di MI AN - NAJAH Jalan Pakotan I/2 Pasongsongan, Sumenep, Jawa Timur, Alasan pemilihan lokasi penelitian di sekolah ini dikarenakan banyaknya minat masyarakat di sekolah tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus 2013/2014. 4. Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah siswa Kelas 6 MI AN - NAJAH tahun pelajaran 2013/2014. Alasan pemilihan kelas ini dikarenakan siswa kelas tersebut berjumlah 34 orang siswa dan mempunyai rata-rata prestasi yang baik 5. Prosedur Pengumpulan Data
  • 7.
    Prosedur pengumpulan datadilakukan dengan cara memberikan tes kepada sumber data, melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian di lapangan, dan memberikan angket kepada sumber data. 6. Analisis Data Sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan, ada dua teknik analisis data yang digunakan, yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan terhadap hasil tes, sedangkan analisis kualitatif digunakan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa atau hal-hal lain yang tampak selama berlangsungnya penelitian. 7. Pengecekan Keabsahan Pertemuan Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam peneli tian kualitatif (Moleong, 2007:29). Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan 8. Tahap-tahap penelitian PTK ini dikembangkan melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Siklus I Pada siklus I dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Dilaksanakan pada hari ……..tanggal …………. b. Pada siklus II dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Dilaksanakan pada hari ……..tanggal …………. c. Pada siklus III dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Dilaksanakan pada hari ……..tanggal ………….
  • 8.
    G. Sistematika Penulisan Sistematika proposal penelitian tindakan kelas dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti. Masing-masing bagian dapat dirinci sebagai : (1) Bagian awal, (2) Bagian inti, 1. Bagian Awal memuat: Halaman Sampul; Lembar Logo; Halaman Judul; 2. Bagian Inti memuat: BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah. b. Fokus Penelitian c. Tujuan Penelitian. d. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian e. Definisi Istilah f. Metode Penelitian g. Sistematika Penulisan BAB II KAJIAN PUSTAKA
  • 9.
    BAB II KAJIANPUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) Hamalik (2003: 57) mengemukakan: Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya. Material meliputi: buku-buku, papan tulis, kapur, audio. Fasilitas dan perlengkapan berupa: ruangan kelas, perlengkapan, dan prosedur meliputi: jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dansebagainya. Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang diawal i dengan persiapan mengajar (prainstruksional), proses pembelajaran (instruksional) dan diakhiri penilaian atau evaluasi. Kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti hanya guru yang aktif sedang murid pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran agar proses pembelajaan dapat berlangsung optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan yang berorientasi pada kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk kelompok sehingga siswa dapat belajar bersama dalam suasana kelompok. Lie (1999: 28) mengemukakan bahwa “pembelajaran kooperatif atau gotong royong adalah kegiatan pembelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa di kelas”. Nasution (2004: 146) mengemukakan “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran gotong royong atau kerjasama dalam kelas”. Sementara Sanjaya (2006: 239) mengemukakan “pembelajaran kooperati f adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan”. Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang mengandung unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah
  • 10.
    mengaktifkan siswa dalampembelajaran melalui kerjasama antar siswa dalam suasana belajar berkelompok. B. Motivasi Belajar Motivasi belajar pada dasarnya merupakan bagian dari motivasi secara umum. Dalam kegiatan belajar mengajar dikenal adanya motivasi belajar yaitu motivasi yang ada dalam dunia pendidikan atau motivasi yang dimiliki peserta didik (siswa). Sardiman (2006) mengemukakan bahwa “motif” dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila keinginan untuk mencapai kebutuhan sangat kuat. Selain itu, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Nasution ( dalam Rohani, 2004) menyatakan motivasi peserta didik (siswa) adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga siswa mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. Menurut Winkel (2005) “Motivasi belajar ialah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar”. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa motivasi belajar adalah suatu penggerak yang timbul dari kekuatan mental diri peserta didik maupun dari penciptaan kondisi belajar sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan belajar itu sendiri. C. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah serangkaian kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar, dimana kedua kata tersebut saling berkaitan dan diantara keduanya mempunyai pengertian yang berbeda. Oleh sebab itu, sebelum mengulas lebih dalam tentang prestasi belajar, terlebih dahulu kita telusuri kata tersebut satu persatu untuk mengetahui apa pengertian prestasi belajar itu. Menurut Djamarah
  • 11.
    prestasi adalah hasildari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. (Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional. 1994. Hlm) Prestasi itu tidak mungkin diacapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai. Para ahli memberikan interpretasi yang berbeda tentang prestasi belajar, sesuai dari sudut pandang mana mereka menyorotinya. Namun secara umum mereka sepakat bahwa prestasi belajar adalah “hasil” dari suatu kegiatan Wjs. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakuakan, dikerjakan dan sebagainnya), sedangkan menurut Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat bahwa prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang memperolehnya dengan jalan keuletan, sementara Nasrun Harahap mengemukakan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai -nilai yang terdapat dalam kurikulum. Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang memperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individu maupun kelompok dalam bidang tertentu.